• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG MANFAAT BERMAIN BAGI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DI RW 003 KELURAHAN GURUN LAWEH PADANG ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI ORANG TUA TENTANG MANFAAT BERMAIN BAGI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DI RW 003 KELURAHAN GURUN LAWEH PADANG ABSTRACT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG MANFAAT BERMAIN BAGI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DI RW 003

KELURAHAN GURUN LAWEH PADANG Diana Nova Nadila1, Rahma Wira Nita2, Suryadi2 1

Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

[email protected]

ABSTRACT

The background of this research was that there some parents said that games are not important for children’s development because they create a fight among them, spend time and money as well. This research was purposed to describe : 1) The perception of parents to the game benefit of children’s physical development . 2) The perception of parents to the game benefit of children’s cognitive development. 3) The perception of parents to the game benefit of children’s social emotional develoment. The approach of this research was quantitative descriptive. The samples of this research were parents whose early aged children in RW 003 Kelurahan Gurun Laweh Padang. The technic of this research was total sampling. The samples of this research were 52 parents. The data taken by using questionnaire. They were analyzed by using percentage technic. The results of the research showed that parents perception of game benefit for early aged children seen from each sub variable: 1) The benefit of game to physical development was at good criteria.2) The benefit of game to cognitive development was at good criteria. 3)The benefit of game to social emotional was at good criteria. These results suggested to parents to more facilitate their children to the games because games can increase the development of early aged children. It is expected that parents would understand that games can make children more independent and eliminate the bad perception.

Keywords: Physical Development, Cognitive Development, Social Emotional Develoment

PENDAHULUAN

Semua makhluk ciptaan Tuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Seiring dengan perkembangan tersebut individu juga harus menyelesaikan tugas-tugas dalam perkembangannya itu.

Menurut Mursid (2015:2) perkembangan anak adalah segala

perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif, dan psikososial (bagaimana anak berintekrasi dengan lingkungan).

Mursid (2015:5) menyatakan bahwa tugas perkembangan anak yang muncul pada setiap periode 1

(2)

perkembangan merupakan keharusan universal yang idealnya berlaku secara otomatis seperti kegiatan belajar keterampilan dalam melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal, itulah yang disebut dengan tugas perkembangan. Umumnya anak usia dini berkembang dengan baik jika keinginannya terpenuhi, salah satunya adalah dengan bermain.

Hawadi (2001:6) dengan bermain anak bebas beraksi dan juga mengkhayalkan sebuah dunia lain, sehingga dengan bermain ada elemen petualangan. Melalui bermain anak menyusun kemampuan berbahasa dari interaksi dengan teman sebayanya. Menurut Danim (2013:45) umur 2 sampai 6 tahun adalah anak usia dini (early

childhood) atau tahun-tahun

prasekolah atau masa menjalani pendidikan anak usia dini (PAUD), baik formal maupun nonformal.

Tedjasaputra (2001:39) manfaat Bermain bagi Perkembangan Fisik yaitu apabila anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan

gerakan-gerakan tubuh, akan tumbuh menjadi kuat. Selain itu anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan. Anak juga dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan sehingga ia tidak merasa gelisah. Kalau anak harus duduk diam berjam-jam lamanya, ia akan merasa bosan, tidak nyaman dan tertekan. Hal ini bisa diamati terutama pada anak usia prasekolah yang memang pada umumnya aktif, banyak gerak dan rentang perhatiannya masih terbatas. Aspek motorik kasar juga dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain. Salah satu contoh bisa diamati pada anak yang lari berkejar-kejaran untuk menangkap temannya. Pada awalnya ia belum terampil untuk berlari, tapi dengan bermain kejar-kejaran, maka anak berminat untuk melakukannya dan menjadi lebih terampil.

Menurut tedjasaputra (2001:39) manfaat bermain bagi perkembangan kognitif anak yaitu diartikan sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreativitas (daya cipta), kemampuan berbahasa, serta daya ingat. Banyak konsep dasar yang dipelajari atau

(3)

diperoleh anak prasekolah melalui bermain. Perlu diingat bahwa pada usia prasekolah anak diharapkan menguasai berbagai konsep seperti warna, ukuran, bentuk, arah besaran sebagai landasan untuk belajar menulis, bahasa, matematika dan ilmu pengetahuan lain.

Anak juga bisa belajar macam-macam hal melalui cerita yang ia dengar, buku-buku yang ia lihat, menonton TV, mejelajahi lingkungan sekitarnya sehingga hal-hal yang tidak dapat di rumah atau di sekolah bisa dipenuhi dengan pengalaman yang ia peroleh dari lingkungan lain. Kreativitas, (daya cipta) dapat dikembangkan melalui percobaan serta pengalaman yang ia peroleh selama bermain. Anak akan merasa bahwa kalau bisa menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang lain, akan memberi perasaan puas. Anak dapat diberikan kesempatan untuk mengembangkan daya ciptanya secara bebas.

Menurut Tedjasaputra (2001:39) manfaat bermain bagi perkembangan sosial emosional anak yaitu Melalui bermain, seorang anak dapat melepaskan ketegangan yang

dialaminya karena banyaknya larangan yang dialami dalam hidupnya sehari-hari. Sekaligus ia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan dari dalam diri yang tidak mungkin terpuaskan dalam kehidupan nyata. Bila anak memperoleh kesempatan untuk menyalurkan perasaan tegang, tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang mucul dari dalam dirinya, setidaknya akan membuat anak lega dan rilaks. Misalnya saja anak sering gagal untuk meraih prestasi yang baik, ia dapat bermain peran dengan boneka-bonekanya seakan-akan ia adalah murid terpandai, dari kegiatan bermain yang dilakukan bersama sekelompok teman, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan-kelebihan yang ia memiliki sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga diri karena ia merasa mempunyai kompetensi tertentu, dan Dengan teman yang sebaya usianya, anak akan belajar berbagi hak milik, menggunakan mainan secara bergulir, melakukan kegiatan

(4)

bersama, mempertahankan hubungan yang sudah terbina, mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan teman mainnya.

Menurut Walgito (2004:87) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Sedangkan menurut Marliani (2014:187) persepsi dapat diartikan sebagai daya pikir dan daya pemahaman individu terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Daya tafsir dan daya tafkir berada di dalam otak, dan diolah sedemikian rupa dalam merespon berbagai stimulus.

Persepsi atau tanggapan adalah ciri dari masyarakat. Persepsi disebabkan oleh suatu peristiwa atau hal-hal yang mereka baru dan hal-hal yang tidak mereka ketahui sehingga mereka menungkapkannya melalui persepsi dan tanggapan baik secara langsung maupun tidak langsung baik itu dengan perkataan atau tindakan. Namun setiap orang tua memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai manfaat dari bermain.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Kelurahan Gurun Laweh Padang pada tanggal 30 Januari 2017 ditemukan fenomena adanya orang tua yang beranggapan bahwa permainan itu tidak penting, dan hanya membuang-buang waktu, menghabiskan uang, dan menimbulkan perkelahian di antara anak-anak saja, orang tua belum memahami perkembangan anak, adanya orang tua yang belum memperhatikan permainan anaknya, anak menjadi berlarut-larut dalam bermain, bermain hanya menguras tenaga anak saja.

Selanjutnya wawancara yang peneliti lakukan dengan 10 orang tua pada tanggal 22 Februari 2017 didapatkan informasi bahwa sebagian orang tua kurang peduli terhadap kegiatan bermain anak, orang tua kurang memberikan fasilitas untuk bermain anak, orang tua kurang meluangkan waktu untuk bermain bersama anak, orang tua tidak mengetahui keinginan anaknya. Berdasarkan permasalahan yang muncul tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Persepsi Orang Tua tentang Manfaat Bermain

(5)

bagi Perkembangan Anak Usia Dini di RW 003 Kelurahan Gurun Laweh Padang”

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah, rumusan dan tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Persepsi orang tua tentang manfaat bermain bagi perkembangan fisik anak.

2. Persepsi orang tua tentang manfaat bermain bagi perkembangan kognitif anak. 3. Persepsi orang tua tentang

manfaat bermain bagi perkembangan sosial emosional anak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Darmawan (2013:37) “Penelitian kuantitatif, adalah proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketehui”.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Persepsi orang tua tentang manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini di RW

003 Kelurahan Gurun Laweh Padang. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia dini yaitu antara 2-6 tahun yang berjumlah 52 orang. Penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 52 peserta didik.

Teknik analisis data yang digunakan adalah presentase untuk mengungkapkan aspek yang diteliti. Rumus yang digunakan adalah teknik analisis presentase yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:47) Analisis data diawali dengan menetapkan kriteria penilaian masing-masing data yang dipilih yaitu dengan mennggunakan rumus interval.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai Persepsi orang tua tentang manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini di RW 003 Kelurahan Gurun Laweh Padang dilihat dari variabel, sub variabel serta indikatornya maka dapat dilihat rekapitulasi hasil penelitian sebagai berikut:

(6)

Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa persepsi orang tua tentang manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini di RW 003 Kelurahan Gurun Laweh Padang dari 52 orang tua 18 berada pada kriteria sangat baik dengan persentase 35%, 24 berada pada kriteria baik dengan persentase 46%, 10 berada pada kriteria cukup baik dengan persentase 19%, 0 berada pada kriteria kurang baik dengan persentase 0,0%, dan 0 berada pada kriteria sangat kurang baik dengan persentase 0,0%.

Secara umum hasil tertinggi berada pada kategori baik dengan persentase 46%, namun masih ada beberapa orang tua yang menganggap bahwa bermain tidak memberikan manfaat bagi perkembangan anaknya. Salah satunya yaitu orang tua menganggap bahwa anak tidak dapat menyelesaikan konflik dengan temannya dalam bermain. Apabila orang tua terus beranggapan bahwa bermain tidak memberikan manfaat bagi perkembangan anak terutama dalam menyelesaikan konflik dengan teman bermainnya maka akan

menghambat perkembangan anak pada tahap selanjutnya.

Menurut Tedjasaputra (2001:38) dari penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, diperoleh temuan bahwa bermain mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak. Diantanya memperoleh pengalaman dalam membina hubungan, menambah kosa kata, menyalurkan perasaan, dan masih banyak lagi manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan bermain.

Selanjutnya akan dibahas berdasarkan sub variabel dan indikatornya sebagai berikut :

1. Perkembangan Fisik

Dilihat dari sub variabel perkembangan fisik hasil tertinggi berada pada kategori baik dengan persentase 62%, secara keseluruhan pada perkembangan fisik tersebut masih ada orang tua yang beranggapan bahwa dengan bermain tidak membuat anak menjadi lebih cermat dalam memperhatikan objek disekitarnya. Apabila orang tua

(7)

terus beranggapan bahwa bermain tidak memberikan manfaat bagi anak untuk lebih cermat dalam memperhatikan objek maka perkembangan fisik anak terutama dalam aspek penginderaan akan terhambat.

Menurut Tedjasaputra (2001:39) manfaat bermain bagi perkembangan fisik bila anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, akan tumbuh menjadi kuat dan sehat. Selain itu anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan. Anak juga dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan sehingga ia tidak merasa gelisah. 2. Perkembangan Kognitif

Dilihat dari sub variabel perkembangan kognitif hasil tertinggi berada pada kategori baik dengan persentase 42%. secara keseluruhan pada perkembangan kognitif terutama dalam aspek bahasa masih ada beberapa orang tua yang menganggap bahwa bermain tidak memberikan manfaat bagi

perkembangan anak, salah satunya yaitu adanya orang tua yang menggap bahwa dengan memutarkan video atau lagu tidak mengembangkan komunikasi anak.

Apabila orang tua terus beranggapan bahwa bermain tidak memberikan manfaat yang baik bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan kognitif maka perkembangan anak akan terhambat dan akan menemui masalah pada tahap perkembangan selanjutnya.

Bermain mampu

meningkatkan perkembangan kognitif anak, seperti yang di jelaskan oleh Suwarjo (2011:8) dengan permainan anak akan mengenal permukaan lembut, halus, kasar atau kaku, memperoleh informasi, mengasah kepekaan anak akan keteraturan. Sehingga akan merangsang, membangun dan mengasah kemampuan kognitif anak.

3. Perkembangan Sosial Emosional Dilihat dari sub variabel perkembangan kognitif hasil

(8)

tertinggi berada pada kategori baik dengan persentase 54%, secara keseluruhan pada perkembangan sosial emosional khususnya pada aspek kerja sama masih ada beberapa orang tua yang menganggap bahwa bermain tidak memberikan manfaat bagi perkembangan anak, orang tua menggap bahwa bermain tidak memberikan manfaat bagi perkembangan anak, salah satunya yaitu adanya orang tua yang menggap bahwa anak tidak akan mampu menyelesaikan konflik dengan teman bermainnya.

Apabila orang tua terus beranggapan bahwa bermain tidak memberikan manfaat yang baik bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan sosial emosional pada aspek kerja sama maka perkembangan anak akan terhambat, anak menjadi manja, tidak bisa menyelesaikan masalah, tidak mampu membangun hubungan yang baik, jika keadaan itu masih terus berlanjut anak akan menemui masalah pada tahap

perkembangan selanjutnya, anak tidak memiliki teman dekat, tidak mampu membangun hubungan yang harmonis dengan teman sebayanya.

Menurut Upton (2012:133) bermain kerap digambarkan mencerminkan kompetensi sosial. Bermain meningkatkan afiliasi dengan teman-teman sebaya dengan meningkatkan kemungkinan anak-anak untuk berintekrasi dan berkomunikasi,

sehingga mendorong

terbentuknya pertemanan, menimbulkan rasa saling peduli dan menyayangi. Hubungan dengan teman-teman sebaya penting bagi perkembangan identitas diri.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Persepsi orang tua tentang manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini di RW 003 Kelurahan Gurun Laweh Padang sebagai berikut:

1. Persepsi orang tua tentang manfaat bermain bagi

(9)

perkembangan fisik anak berada pada kriteria baik.

2. Persepsi orang tua tentang manfaat bermain bagi perkembangan kognitif anak berada pada kriteria baik.

3. Persepsi orang tua tentang manfaat bermain bagi perkembangan sosial emosional anak berada pada kriteria baik.

KEPUSTAKAAN

Danim, Sudarwa. 2013.

Perkembangan Peserta

Didik. Bandung: Alfabeta.

Darmawan, Deni. 2013. Metode

Penelitian Kuantitatif.

Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Hawadi, Akbar Reni. 2001. Psikologi

Perkembangan Anak.

Jakarta: Grasindo.

Marliani, Rosleny. 2014. Psikologi

Umum. Bandung: Pustaka

Setia.

Mursid. 2015. Belajar dan

Pembelajaran PAUD.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suwarjo. 2011. 55 Permainan dalam

Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Paamitra. Tedjasaputra Mayke S. 2001.

Bermain, Main dan

Permainan. Jakarta:

Grasindo.

Upton, Penney. 2012.

PsikologiPerkembangan.

Jakarta: Erlangga.

Walgito, Bimo. 2004. Pengantar

Psikologi Umum.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian Giancoli (1998) juga menyatakan bahwa periode dapat diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk. satu siklus

Desain yang berbasis sustainable memungkinkan perancangan pasar kuliner dan hotel. tersebut dapat bertahan hingga beberapa puluh

Analisis Klaster merupakan salah satu dari analisis statistika, dengan Metode Fuzzy k-Means (FkM) akan di analisis segmentasi kepuasan pelayanan pengguna jasa pada

Responden yang kebanyakan adalah orang tua penderita gangguan jiwa menunjukkan motivasi yang sedang dikarenakan responden menganggap anak adalah karunia dari Tuhan Yang Maha

Analisis koefisien spesialisasi merupakan metode analisis modifikasi dari analisis Location Quotient yang dapat menunjukkan ada atau tidaknya spesialisasi kegiatan pertanian

Agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang lengkap, setiap perizinan dilengkapi dengan brosur/ leaflet mengenai informasi dasar hukum, persyaratan yang diperlukan, besarnya

Service harus memiliki mental yang kuat dalam melayani nasabah dengan adanya.. mental yang kuat akan memberikan rasa percaya diri yang

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Sikap konsumen terhadap