37 Peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia
Melalui Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia
Pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Acehtahun Ajaran 206/2017
Marlinda Yanti, S.Pd SMA Negeri 7 Banda Aceh
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Simulasi Lomba Berpidato Berbahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari :(1) Perencanaan, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran serta menyusun instrumen penelitian; (2) Pelaksanaan, yaitu melaksanakan pembelajaran keterampilan pidato persuasif dengan menerapkan metode simulasi dalam pembelajaran (3) Pengamatan, yaitu pengambilan data melalui tes dan lembar observasi; (4) Refleksi, yaitu menganalisis hasil pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode simulasi lomba pidato berbahasa indonesia dalam pembelajaran hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada masing-masing siklus. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari masing-masing siklus.
Kata Kunci : metode simulasi, Pidato persuasif. PENDAHULUAN
Belajar di sekolah bukan sekadar memorisasi dan recall, bukan sekadar penekanan pada penguasaan tentang apa yang diajarkan (logos). Akan tetapi, lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipratikkan dalam kehidupan oleh peserta didik (etos).(Depdiknas MPMBS, 2001).
Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan keterampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita, pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat kita tentang sesuatu hal yang kita yakini.
Diakui atau tidak, lebih dari 60% siswa merasa takut bila harus berpidato dalam forum formal di depan banyak orang (public). Baik pada diskusi, ceramah, presentasi, maupun pidato perpisahan, bahkan pidato di depan teman sekelasnya.
Fenomena ini sangat memprihatinkan bagi guru bahasa Indonesia. Betapa tidak, keterampilan berbicara adalah bagian dari empat aspek keterampilan pelajaran bahasa yang harus diajarkan kepada siswa. Jadi bukan hanya teori yang harus dikuasai, namun kemampuan praktik berbahasa pun harus dikuasai.
Sering pengajaran pidato, guru menggunakan metode ceramah , siswa kurang mendapat kesempatan melakukan praktik berbicara di depan orang lain, karena lebih banyak bersifat teori. Maka dapat diartikan kemampuan berpidato siswa sebatas teori. Pidato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Dalam hal ini pikiran yang akan disampaikan kepada orang banyak tentu merupakan informasi atau ilmu bagi orang
38 lain, yang dapat berasal dari bidang lain, di luar bahasa Indonesia. Ini artinya seorang yang berpidato membutuhkan penguasaan materi pidato, di samping itu harus menguasai teknik berpidato, bagaimana menyampaikan materi yang runtut, jelas, mudah dimengerti. Ini semata-mata karena mereka akan berhadapan dengan orang banyak (public).
Pidato merupakan jenis keterampilan yang menuntut keberanian untuk mencoba, bukan sekadar teori berpidato. Agar siswa benar-benar diberi kesempatan pidato, minimal di depan teman sekelasnya, maka metode simulasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan. Dengan keseringan mencoba praktik pidato akan tumbuh keberanian, dan selanjutnya mampu meningkatkan kemampuan diri sehingga dapat memperbaiki kesalahan sendiri.
Dari fenomena yang terjadi di SMA Negeri 7 Banda Aceh tersebut membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Simulasi Lomba Berpidato Berbahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun Ajaran 2016/2017”.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun Ajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan Melalui Metode Simulasi Lomba pidato Berbahasa Indonesia.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dalam belajar terjadi perubahan baik tingkah laku, sikap dan cara berpikir. Pendapat Hamalik (2002) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat pengetahuan dan latihan. Disini guru harus mengantarkan siswanya untuk memperoleh dan menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut. Good dan Brophy dalam Uno (2008: 15) menyatakan bahwa “belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri.
Pembelajaran sebagai suatu sistem ditinjau dari pendekatan sistem, maka dalam proses pembelajaran akan melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi satu sama lain membentuk satu system yang utuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sugandi (2004: 28-30), komponen-komponen pembelajaran tersebut sebagai berikut.
1. Tujuan, secara eksplisit diupayakan pencapainya melalui kegiatan pembelajaran, berupa pengetahuan, dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam PTK.
2. Subyek belajar, merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.
39 3. Materi pelajaran, merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena
materi pembelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. 4. Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran
yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Media pembelajaran, adalah alat atau wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.
6. Penunjang, berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.
Pengertian Berpidato
Pidato ialah kegiatan berbahasa lisan. (Cermat Berbahasa Indonesia, hal 228: 2009). Pidato adalah berucap didepan umum untuk tujuan tertentu. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hal 455 : 2005). Jadi, Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal yang ditujukan untuk orang banyak. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia. Pidato banyak jenisnya, di antaranya, pidato sambutan yang disampaikan pada awal sebuah acara atau pidato kenegaraan yang disampaikan oleh presiden. Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan September-Desember tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun Ajaran 2016/2017 Semester ganjil dengan jumlah murid 30 orang.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari aktivitas siswa. Pembelajaran dirancang dalam 2 (dua) siklus, setiap siklus dilakukan selama 2 kali pertemuan. Hal ini dilakukan agar guru dan siswa beradaptasi dengan metod pembelajaran yang diteliti. Secara garis besar terdapat 4 (empat) langkah dalam pengumpulan data, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan, dan refleksi.
Analisis Data
Metode analis data dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif dengan membandingkan kemampuan pidato persuasif siswa sebelum tindakan dengan setelah tindakan. Adapun variabel yang dianalisis meliputi: nilai rata-rata tiap siklus, ketuntasan belajar secara individual, ketuntasan belajar secara klasikal. Persentase kemampuan berpidato siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus persentase dari Sudijono (2005):
40 P = 100%
Keterangan untuk ketuntasan belajar siswa: P = Angka persentase
f = Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah total siswa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal dapat diketahui dengan melakukan observasi selama pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung, dari hasil observasi selama guru sebagai peneliti mengajar diketahui bahwa mayoritas siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh cenderung ramai, mereka tidak memperhatikan materi saat pembelajaran berlangsung, ada sebagian siswa yang mengobrol dengan temannya sendiri dan ada siswa yang mengantuk saat pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Hal ini disebabkan karena siswa yang mulai bosan dengan pengajaran yang diberikan oleh guru, yang cenderung menggunakan metode ceramah. Dalam kondisi seperti ini, metode ceramah sering dipakai guru karena di anggap mudah dan praktis. Padahal pada kenyataannnya metode ceramah membuat siswa cepat bosan sehingga siswa tidak mampu menyerap apa yang sedang dipelajari. Selain itu, hasil belajar siswa pada nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih banyak yang belum mencapai batas minimal nilai KKM yaitu 70. Hanya 7 orang siswa yang tuntas.
Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMA Negeri 7 Banda Aceh yang dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, penagamatan, dan refleksi. Dari kegiatan penelitian baik siklus I maupun siklus II diperoleh berbagai data antara lain data hasil tes, data hasil penilaian hasil belajar afektif, data aktivitas siswa, data kinerja guru dalam pembelajaran. Pada setiap akhir siklus diperoleh data tentang tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan metode simulasi lomba pidato berbahasa indonesia.
Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan
Tahap ini berupa penyusunan rancangan tindakan, yang meliputi:
1) Sebelum diadakan pembelajaran keterampilan pidato persuasif, terlebih dahulu peneliti dan guru kolaborator mengadakan tes pratindakan untuk mengetahui kemampuan awal berpidato siswa.
2) Guru menjelaskan pengertian pidato persuasif. Selain itu, guru juga menjelaskan materi penunjang keefektivan berpidato persuasif meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
3) Peneliti dan kolaborator menentukan media yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berpidato siswa yaitu dengan media barang produk. Setelah itu, guru kolaborator berpidato persuasi untuk memberikan contoh dan memantapkan media tersebut.
4) Penentuan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran keterampilan pidato persuasi dengan media barang produk.
41 5) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan yaitu 2 kali pertemuan dalam satu siklus. 6) Membuat format penilaian untuk menilai keterampilan berpidato persuasif siswa. 7) Menyiapkan alat perekam untuk mengamati proses pembelajaran keterampilan
pidato persuasif siswa.
8) Membuat format catatan lapangan untuk mengetahui hal-hal yang terjadi dalam kegiatan pidato persuasif.
b. Pelaksanaan tindakan a) Pertemuan pertama
Pada pertemuan ini guru memberikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran berpidato persuasif. Setelah guru menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar kepada siswa, lalu guru melakukan apresepsi. Adapun rincian kegiatan pada siklus I pertemuan pertama ini sebagai berikut.
1) Guru mengkondisikan siswa dan melakukan apersepsi terhadap materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) Guru menjelaskan materi pidato persuasif dan faktor penunjang keefektivannya 3) Guru membagikan materi dalam bentuk draft powerpoint.
4) Guru menjadi model pembicara dalam berpidato persuasif serta mengemukakan keunggulan-keunggulannya.
5) Guru menginstruksikan pada siswa untuk berlatih pidato persuasif, yang akan dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.
6) Peneliti melakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. 7) Jam pelajaran usai, pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. 8) Guru dan peneliti berdiskusi untuk menyiapkan tema yang akan digunakan siswa
pada pertemuan berikutnya. b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua siklus I ini, dimulai dengan menjelaskan kembali materi pidato persuasif, faktor penunjang keefektivannya dan cara mengidentifikasi keunggulan barang produk. Guru kolabolator dan peneliti telah menuliskan tema untuk masing-masing siswa yang akan digunakan untuk berpidato, masing-masing tema di tulis di secarik kertas yang digulung dan diletakkan dalam sebuah botol yang nantinya masing-masing siswa dipersilahkan untuk mengambil salah satu gulungan kertas tersebut seccara acak.
Para siswa diintruksikan guru untuk melihat tema yang diperoleh untuk dipidatokan. Para siswa mulai menyiapkan diri dengan merangkai kerangka pidato dan guru membimbingnya. Siswa diberi waktu minimal lima menit untuk berpidato. Guru menunjuk siswa secara acak untuk maju berpidato persuasif. Selama proses ini berlangsung, peneliti dan kolabolator melakukan pengamatan terhadap siswa. Waktu pelajaran usai, kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan berdoa.
c. Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus I ini, peneliti dan kolabolator mengamati proses pembelajaran dengan seksama. Peneliti mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen penelitian yang sebelumnya telah disepakati dan didiskusikan dengan kolabolator. Instrumen yang digunakan peneliti meliputi lembar penilaian pidato persuasif, catatan lapangan, disertai dengan dokumentasi berupa foto. Hasil penelitian tindakan siklus I ini dibedakan menjadi dua, yakni pengamatan proses dan
42 pengamatan produk. Pengamatan proses meliputi aktivitas siswa selama pelaksanaan pidato persuasi dengan media barang produk Pengamatan produk berupa skor siswa berdasarkan hasil praktik pidato persuasif di dalam kelas.
Suasana kelas pada tes siklus I, siswa tampak riuh- ramai karena tidak sedikit siswa yang bersorak dan menggoda temannya yang sedang berpidato. Siswa yang grogi semakin lupa dengan gagasan yang akan ia sampaikan. Sementara siswa yang bermental berani makin bersemangat, karena apa yang ia sampaikan ditanggapi oleh siswa-siswa lain. Proses berpidato persuasi siswa, dilakukan oleh guru dengan memanggil nama siswa secara acak dan mengingatkan siswa lain untuk mendengarkan pidato dan menanggapinya melalui pertanyaan-pertanyaan untuk membangun sebuah komunikasi. Beberapa siswa berpidato dengan baik, mampu menghidupkan suasana dan menguasai medan. Alur penyampaiannya runtut, namun sikap keseriusan belum tampak.
Proses pembelajaran siklus I ini, dilalui siswa dengan semangat dan antusias. Siswa tidak segan bertanya kepada pembicara, bahkan siswa tertawa terbahak ketika temannya menyampaikan pidato persuasif. Suasana kelas mejadi lebih hidup, dan siswa terlihat menikmati kegiatan pembelajaran
Pada pertemuan terakhir siklus I, guru berdialog dengan siswa dalam rangka evaluasi. Siswa mengeluhkan masih merasa takut, grogi, kurang persiapan, dan bagaimana dapat mengembangkan materi lebih menarik. Guru menjawab setiap keluhan siswa dengan bijak, lalu guru memberikan reward kepada 2 pembicara terbaik. Reward tersebut berupa buku notes kecil, siswa pun senang menerimanya. Hasil pengamatan menunjukkan adanya perubahan dalam perilaku. Hal ini ditandai dengan perilaku siswa yang awalnya pendiam dan cenderung bingung serta malu dalam mengungkapkan gagasannya.
Pada tindakan siklus I, mereka berpidato persuasif dengan menerapkan metode simulasi. Dalam pidato persuasif ini para siswa mulai menemukan kemudahan dalam menentukan gagasan dan pilihan katanya lebih variatif. Dampak yang diperoleh dari langkah menginstruksikan siswa berpidato tanpa persiapan yang matang adalah sebagian kecil siswa merasa tidak siap jika berpidato secara spontan tanpa latihan lebih dalam. Namun banyak siswa yang merasa nyaman dan antusias mendapatkan tugas pidato secara spontan. Karena pada pertemuan sebelumnya, guru memberikan penjelasan bahwa pada pertemuan selanjutnya adalah praktik pidato persuasif dengan media barang produk. Hal ini dibuktikan dengan pemerolehan skor tiap aspek yang cenderung meningkat.
Guru selalu memberi motivasi pada saat siswa takut untuk berpidato. Guru pandai mengelola situasi kelas dan selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang dirasa sulit dalam berpidato persuasi. Pada siklus ini sebagian siswa mengeluhkan praktik pidato persuasi terlalu mendadak, sehingga kurang persiapan. Guru tetap memberi motivasi dan kepercayaan kepada siswa bahwa berpidato adalah hal yang mudah. Para siswa mendengarkan nasehat guru dengan baik, lalu guru menugasi siswa untuk membawa barang produk yang disukai sebagai media pembelajaran pidato persuasi pada pertemuan selanjutnya.
Peneliti bersama kolaborator mengamati kegiatan siswa dalam berpidato persuasif, dapat diketahui bahwa beberapa siswa kurang percaya diri karena kurangnya persiapan. Hal tersebut menyebabkan beberapa siswa kesulitan dalam menyampaikan gagasanya. Akibatnya, siswa kurang responsif pada pembelajaran. Karena sebagian besar siswa mengaku kurang siap jika berpidato secara spontan. Hal ini dirasakan oleh siswa yang cenderung apatis, pendiam, dan pengeluh terhadap keterampilan berpidato.
43 Tabel 2. Persentase aktivitas belajar siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh
pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung (Siklus 1)
No. Aspek yang Diamati Persentase
1 Lafal 56
2 Daya Pengaruh 55
3 Kosa Kata dan Struktur Kalimat 64
4 Kelancaran 69
5 Penguasaan Materi 60
6 Tekanan 55
7 Sikap 65
8 Gerak-Gerik dan Mimik Wajah 60
Rata-Rata 60,5%
Berdasarkan tabel di atas terlihat jelas bahwa rata- rata keaktifan siswa mencapai 60,5%. Dimana siswa lafalnya baik mencapai 56%, daya pengaruh pada siswa berpidato mencapai 55%, kosa kata dan struktur kalimat 64% aspek kelancaran siswa pada saat melakukan pidato hanya 69%, penguasaan materi mencapai 60%, tekanan mencapai 55%, aspek sikap mencapai 65%, gerak-gerik dan mimic wajah mencapai 60%. Berdasarkan data tersebut maka perlu diadakan suatu perbaikan untuk meningkatkan keterampilan pidato persuasif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh yaitu dengan menerapkan metode simulasi lomba berpidato berbahasa indonesia. Metode ini diterapkan karena dengan model pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif secara pribadi masing-masing dan berani berekspresi dengan percaya diri dan baik di depan kelas. Dengan penerapan metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia diharapkan keterampilan pidato persuasif pada siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh dapat ditingkatkan.
Data hasil observasi aktivitas siswa dengan pembelajaran menggunakan metode simulasi lomba pidato dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siklus I dapat dilihat pada table 3.
Tabel 3 Keterampilan Pidato Persuasif Siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Berdasarkan Ketuntasannya pada Siklus I
Nama Nilai Keterangan Nama Nilai Keterangan Nama Nilai Keterangan TuntasTidak Tuntas Tunt Tidak Tuntas Tunt Tidak Tuntas 1 64 √ 11 68 √ 21 75 √ 2 68 √ 12 68 √ 22 68 √ 3 68 √ 13 75 √ 23 68 √ 4 62 √ 14 64 √ 24 66 √ 5 66 √ 15 66 √ 25 68 √ 6 68 √ 16 68 √ 26 66 √ 7 75 √ 17 75 √ 27 62 √ 8 68 √ 18 68 √ 28 66 √ 9 66 √ 19 68 √ 29 75 √ 10 75 √ 20 66 √ 30 75 √
Skor 680 0 10 Skor 686 0 10 Skor 689 0 10
Jumlah Total Skor : 2020 Rerata Skor siswa : 67,3
44 Jumlah Total Siswa yang Tuntas: 7 siswa
Persentase Ketuntasan Siswa : 23,3%
Jumlah Total Siswa yang Tidak Tuntas :23 Siswa Persentase Siswa yang Tidak Tuntas: 76,7%
Dari Tabel 3 dapat kita lihat bahwa rerata persentase keterampilan pidato persuasive pada siswa kelas X IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh sudah mengalami peningkatan dimana ada 7 siswa dari total 30 siswa yang berhasil mencapai batas ketuntasan minimal yaitu 75. Rata-rata skor siswa hanya mencapai 67,3. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Persentase aktivitas siswa kelas X IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh.
d. Analisis dan Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru sebagai peneliti dan teman sejawat yang membantu penelitian melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut.
1) Guru perlu memberikan penjelasan yang mendalam kepada siswa mengenai cara berpidato yang baik, serta pemakaian bahasa yang baik dan benar saat berpidato. 2) Guru harus dapat memanfaatkan metode simulasi yang diterapkan sebagai model
pembelajaran yang benar-benar membuat siswa belajar berpidato dengan efektif. Guru juga harus memantau kinerja setiap individu dalam melaksanakan tugas berpidato.
3) Guru harus berupaya untuk bersikap komunikatif kepada siswa yaitu dengan membimbing tiap-tiap siswa dengan selalu memantau dan membimbing siswa tersebut pada saat melakukan pidato agar tercipta komunikasi dua arah antara guru dengan siswa.
4) Guru perlu menganalisis apakah tema yang berbeda diperoleh setiap siswa membuat siswa dapat fokus pada beberapa tema tersebut sekaligus.
5) Guru perlu membenahi beberapa kelemahan teknik berpidato pada pelaksanaan siklus I seperti kelancaran dan pemilihan kosakata, tidak terkecuali teknik-teknik yang lain.
Hasil Penelitian Siklus II a. Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus II ini bertujuan untuk meningkatkan aspek-aspek yang belum tercapai pada siklus I. Adapun aspek-aspek yang masih perlu ditingkatkan, yakni aspek pemilihan kosa kata dan struktur kalimat,tekanan dalam beratikulasi, daya persuasi, penguasaan materi, gerak-gerik dan mimik wajah dalam berpidato. Aspek-aspek tersebut masih perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai hasil yang lebih maksimal. Rancangan pelaksanaan tindakan kelas siklus II ini adalah sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato yaitu aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Khususnya aspek pemilihan kosa kata dan struktur kalimat, gerak-gerik dan mimik wajah, daya persuasi dan tekanan dalam beratikulasi.
2) Peneliti menyarankan kepada guru kolaborator untuk memperbaiki gerak- gerik, mimik wajah dan tekanan artikulasi dengan melatih siswa melalui keterampilan olah wajah, gerak, dan suara. Dengan pelatihan tersebut siswa diharapkan dapat lebih percaya diri untuk bebas berekspresi.
45 3) Dalam mengatasi kurangnya penguasaan materi berpidato persuasif, guru kolabolator menyarankan agar siswa membawa barang produk yang disiapkan di rumah serta berlatih lebih matang pada aspek kebahasaan dan non kebahasaan. 4) Peneliti bersama guru kolaborator menyusun langkah praktik pidato persuasif siswa
dengan media barang produk
5) Guru kembali menjelaskan kepada siswa, tentang bagaimana cara menarik minat pendengar dengan menfungsikan media brang produk secara maksimal.
6) Peneliti dan kolaborator menentukan waktu pelaksanaan, yaitu dua kali pertemuan (4 X 45 menit) dalam satu siklus.
7) Peneliti membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
8) Peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa catatan lapangan dan alat perekam untuk mendokumentasikan tindakan.
9) Guru menjadi pengelola situasi kelas dan memantau siswa selama kegiatan 10) pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pada siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan aspek-aspek yang masih kurang pada siklus I baik secara proses maupun produk. Prosedur penelitian tindakan kelas siklus II ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni sebagai berikut.
a) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama siklus II, guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi mengenai pembelajaran yang dilaksanakan pada hari itu. Guru menjelaskan kembali mengenai materi tentang pidato persuasi. Adapun rincian kegiatan pada siklus I pertemuan pertama ini sebagai berikut.
1) Guru mengkondisikan siswa dan melakukan apersepsi terhadap materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) Guru menjelaskan materi penunjang keefektivan pidato persuasi (kebahasaan dan nonkebahasaan).
3) Guru mengajarkan seni olah suara, gerak, dan mimik wajah. Aspek pelafalan pun kembali diajarkan, agar artikulasi siswa dalam penekanan menjadi lebih baik. 4) Guru menginstruksikan siswa untuk menyiapkan diri sebelum berpidato persuasif. 5) Guru dan peneliti mengamati persiapan siswa.
6) Siswa praktik pidato persuasif secara mandiri, tanpa dikomando oleh guru.
7) Peneliti melakukan pengamatan dengan mengamati siswa yang menjadi pembicara dan pendengar.
8) Jam pelajaran usai, pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya b) Pertemuan Kedua
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua,siklus II adalah melanjutkan praktik pidato persuasif siswa dengan media barang produk. Guru kolabolator menyapa peneliti dengan semangat dan siap menilai keterampilan berpidato persuasif siswa. Pelajaran dimulai dengan berdoa, sejumlah 16 siswa terlihat bersiap-siap dan tidak sabar ingin berpidato persuasif. Keberanian dan keaktifan siswa untuk berpidato semakin meningkat. Sebanyak 24 siswa berpidato persuasif. Sejumlah 2 siswa tidak berpidato persuasif pada pertemuan ini, disebabkan mereka tidak masuk karena sakit. Jam pelajaran berakhir ditutup dengan pemberian reward pada tiga pembicara terbaik.
46 Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap rasa bangga kepada seluruh siswa yang mampu melaksanakan keterampilan pidato persuasif dengan baik. Setelah jam pelajaran usai, peneliti mewancarai guru kolabolator dan beberapa siswa terkait pembelajaran keterampilan pidato persuasif.
c. Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti dan guru kolabolator mengamati berlangsungnya pembelajaran dengan seksama. Peneliti mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen penelitian yang sebelumnya telah disepakati dan didiskusikan dengan kolabolator. Instrumen yang digunakan peneliti meliputi lembar penilaian pidato persuasif, catatan lapangan, disertai dengan dokumentasi berupa foto dan rekaman gambar.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan guru kolabolator menunjukkan bahwa proses pelaksanaan tindakan sudah berlangsung lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Proses pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan rencana. Kondisi yang terjadi pada siklus II ini, siswa tampak lebih santai dan siap berpidato persuasif.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, siswa sudah berani dan percaya diri untuk berbicara, menanggapi, merespon materi pidato yang disampaikan temannya. Suasana kelas tampak lebih aktif karena komunikasi antarpembicara dan pendengar terjalin kuat. Pada siklus II ini siswa lebih dapat mengapresiasi penampilan siswa lain dengan menyimak pidato, memberikan tepuk tangan dan merespon dengan pertanyaan serta candaan. Sehingga siswa yang bertugas menyampaikan pidato merasa dihargai karena dianggap keberadaanya. Guru pun memberikan apresiasi luar biasa untuk setiap siswa dan ungkapan kekaguman selalu diutarakan oleh guru selepas pidato usai. Secara keseluruhan, semua aspek pada pengamatan proses pembelajaran ini mengalami peningkatan.
Dalam penguatan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan, beberapa siswa masih bertanya kepada guru tentang bagaimana caranya agar tidak grogi dan tampil maksimal. Guru menjawab setiap pertanyaan dengan baik, tidak jarang guru memberikan contoh secara langsung. Siswa terlihat menikmati suasana kelas, yang cenderung bersahabat karena guru pandai membuat siswa tertawa atas contoh-contoh yang beliau berikan. Sebagian siswa ingin segera praktik pidato persuasif, mereka terlihat antusias dan semangat. Tahap selanjutnya, guru menugasi siswa untuk berpidato persuasif di kelas. Guru menawarkan kepada siswa, praktik pidato dipanggil sesuai urutan presensi ataukah diacak Siswa memilih untuk tampil dahulu bagi yang sudah siap. Karena sebagian siswa berebut ingin presentasi.
Pembelajaran praktik pidato persuasif pada siklus II ini, bisa disimpulkan bahwa keterampilan berpidato persuasif siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari skor yang didapatkan. Selain peningkatan berupa skor, siswa mengaku menikmati dan senang pada pembelajaran pidato persuasif. Peneliti dan kolabolator kembali berdiskusi tentang penampilan para siswa dalam berpidato persuasi dengan media barang produk yang mereka pilih sendiri. Guru kolaborator menyimpulkan barang produk yang dibawa oleh siswa lebih efektif digunakan karena ada tenggang persiapan. Guru kolabolator terlihat puas dengan hasil siswa. Guru bertanya kepada siswa, apakah pidato persuasif memudahkan dalam menyampaikan dan mengembangkan gagasan serta menambah rasa percaya diri? Para siswa menyatakan mudah menemukan dan mengembangkan gagasan serta tidak canggung dan lebih percaya diri ketika berpidato. Selain itu, mereka mengaku berpidato persuasif terasa lebih mudah dilakukan dan menyenangkan.
47 Sejumlah empat siswa yang diwawancara mengaku tertolong, selain mudah didapat juga mudah dikembangkan. Mereka terkesan pada pembelajaran pidato persuasif kali ini. Siswa sudah mampu menyampaikan pidato persuasive dengan lancar, karena persiapan lebih maksimal dibanding siklus I. Siswa sudah berani mengeksperesikan aspek nonkebahasaan dan tampak bersemangat. Siswa juga terlihat sudah menguasai materi pidato dan mampu mengembangkan bahan disertai cara penyampaian yang menarik. Guru melakukan refleksi dan memberikan reward kepada tiga pembicara terbaik. Reward yang diberikan guru berupa buku biografi pahlawan. Tabel 4. Persentase aktivitas belajar siswa kelas X IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh
pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung (Siklus II)
No. Aspek yang Diamati Persentase
1 Lafal 60
2 Daya Pengaruh 65
3 Kosa Kata dan Struktur Kalimat 74
4 Kelancaran 75
5 Penguasaan Materi 70
6 Tekanan 65
7 Sikap 75
8 Gerak-Gerik dan Mimik Wajah 70
Rata-Rata 69,25%
Berdasarkan tabel di atas terlihat jelas bahwa rata- rata keaktifan siswa mencapai 69,25%. Dimana siswa lafalnya baik mencapai 60%, daya pengaruh pada siswa berpidato mencapai 65%, kosa kata dan struktur kalimat 74% aspek kelancaran siswa pada saat melakukan pidato hanya 75%, penguasaan materi mencapai 70%, tekanan mencapai 65%, aspek sikap mencapai 75%, gerak-gerik dan mimic wajah mencapai 70%. Berdasarkan data tersebut maka perlu diadakan suatu perbaikan untuk meningkatkan keterampilan pidato persuasif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas X IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh yaitu dengan menerapkan metode simulasi lomba berpidato berbahasa indonesia. Metode ini diterapkan karena dengan model pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif secara pribadi masing-masing dan berani berekspresi dengan percaya diri dan baik di depan kelas. Dengan penerapan metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia diharapkan keterampilan pidato persuasif pada siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh dapat ditingkatkan.
Data hasil observasi aktivitas siswa dengan pembelajaran menggunakan metode simulasi lomba pidato dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siklus II dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Keterampilan Pidato Persuasif Siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Berdasarkan Ketuntasannya pada Siklus II
Na ma Nil ai Keteranga n Na ma Nil ai Keteranga n Na ma Nil ai Keteranga n Tun tas Tida k Tun tas Tun Tida k Tun tas Tun Tida k Tun tas 1 64 √ 11 68 √ 21 75 √ 2 68 √ 12 68 √ 22 78 √ √ 3 68 √ 13 75 √ 23 68 √ 4 62 √ 14 74 √ 24 66 √
48 5 76 √ 15 66 √ 25 78 √ 6 68 √ 16 68 √ 26 66 √ 7 75 √ 17 75 √ 27 62 √ 8 78 √ 18 78 √ 28 66 √ 9 66 √ 19 68 √ 29 65 √ 10 75 √ 20 76 √ 30 75 √
Skor 700 0 10 Skor 716 0 10 Skor 699 0 10
Jumlah Total Skor : 2115 Rerata Skor siswa : 70,5
Jumlah Total Siswa yang Tuntas: 12 siswa Persentase Ketuntasan Siswa : 40%
Jumlah Total Siswa yang Tidak Tuntas :18 Siswa Persentase Siswa yang Tidak Tuntas: 60%
Dari Tabel 5 dapat kita lihat bahwa rerata persentase Keterampilan Pidato Persuasif Siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh sudah mengalami peningkatan dimana ada 12 siswa dari total 30 siswa yang berhasil mencapai batas ketuntasan minimal yaitu 75. Rata-rata skor siswa hanya mencapai 70,5. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Persentase aktivitas siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh.
d. Analisis dan Refleksi Siklus II
Tahap akhir dari tindakan di siklus II ini ialah refleksi. Refleksi dilakukan peneliti dengan kolabolator setelah pengamatan selesai. Peneliti dan kolabolator berdiskusi tentang apa yang telah dilaksanakan pada siklus II. Kegiatan refleksi didasarkan pada pencapaian indikator keberhasilan penelitian. Secara proses, pada siklus II ini siswa sudah berani dan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II ini siswa sudah berani berbicara menyampaikan gagasan pidatonya dan meyakinkan pendengar. Sikap siswa saat di kelas sudah tenang dan terkondisi dengan baik. Proses pembelajaran di kelas terlihat lebih hidup. Hal ini terlihat dari antusias siswa dalam berpidato persuasive. Siswa terlihat bersemangat mendapatkan tugas berpidato, menawarkan barang dan membujuk para pendengar. Tidak hanya itu, siswa pun saling berinteraksi untuk membuat suasana kelas lebih hidup. Sementara itu, siswa yang tinggal di tempat tampak semangat menyimak dan membagikan informasi pada siswa yang menjadi pembicara. Mereka pun tidak segan untuk menanyakan informasi barang produk yang sedang ditawarkan. Pada saat proses pidato persuasif berlangsung, siswa sudah mampu memotivasi siswa lain untuk menjadi yang terbaik, peningkatan keterampilan berpidato persuasive dapat dilihat dari tes pidato persuasif. Peningkatan skor dapat dilihat dari rata-rata skor siklus I ke siklus II yang dapat dilihat pada tiap-tiap aspeknya.
Secara keseluruhan, seluruh aspek penilaian keterampilan pidato persuasive siswa pada siklus II sudah meningkat lebih baik dibandingkan dengan tahap pratindakan. Pada siklus II ini telah melebihi target yang telah ditentukan,
Pembahasan
Dari Penjelasan diatas dapat dilihat bahwa penerapan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam melakukan pidato persuasif sehingga siswa akan lebih berani dan percaya diri dalam melakukan pidato dan tampil didepan kelas.
49 Meskipun hasil penelitian ini secara keseluruhan belum menggambarkan hasil nilai kognitif yang optimal dan belum dapat dikatakan sangat memuaskan. Teknik guru menggunakan metode dan menggunakan media pembelajaran sudah ada peningkatan, mampu menarik perhatian siswa. Motivasi belajar siswa pun ada peningkatan.
Pembelajaran dengan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia pada salah satu kegiatannya dilaksanakan di luar kelas. Siswa tampak senang dan dapat menikmati belajar di luar kelas. Suasana lebih santai, namun tetap sungguh-sungguh melaksanakannya. Dapat menghilangkan rasa takut, yang biasa dirasakan siswa, saat maju berpidato di depan teman-temannya di kelas.
Metode ini lebih memberi kesempatan siswa untuk mencoba sendiri atau mengalami sendiri, yaitu berpidato di depan teman-temannya (eksperimen). Waktu untuk kegiatan belajar mengajar relatif lebih singkat, meskipun semua siswa harus melakukan pidato secara individual.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa keterampilan pidato persuasif pada siswa Kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh Tahun 2016/2017 dapat ditingkatkan dengan penerapan metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia.
Sehubungan dengan penelitian yng telah dilakukan dari siklus ke siklus, maka peneliti sebagai guru Bahasa Indonesia di kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh merasakan terjadinya beberapa perubahan. Perubahan-perubahan tersebut adalah:
1. Perubahan pada peneliti sendiri, dimana peneliti telah dapat menggunakan waktu dengan sangat efisien.
2. Perubahan pada siswa, dimana para siswa telah dapat menunjukkan partisipasi aktif dalam pembelajaran di siklus pertama hingga akhir. Akibatnya hasil tes yang diperoleh pun dapat meningkat.
3. Perubahan pada kelas, dimana suasana pembelajaran sudah mulai berubah dari sebelumnya, suasana pembelajaran sudah lebih hidup.
Demikian perubahan-perubahan yang terjadi dengan diadakan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpidato persuasif siswa kelas X- IA-1 SMA Negeri 7 Banda Aceh dapat ditingkatkan melalui Metode Simulasi Lomba pidato Berbahasa Indonesia. Peningkatan terjadi pada kualitas proses dan produk pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran siswa menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan siswa semakin aktif dan kreatif dalam berpidato persuasi yang ditunjukkan oleh kondisi pratindakan hingga siklus II. Siswa tidak lagi merasa terbebani dengan tugas berpidato persuasif, karena pada awalnya siswa terlihat malas dan antipati untuk praktik berpidato. Pada saat siklus I dan IIsiswa sudah aktif berpidato, kreatif mengembangkan dan menyampaikan materi, dan saling memotivasi. Dengan adanya siswa yang bertanya, menjadikan suasana pembelajaran lebih hidup dan antusias. Peningkatan hasil/produk dapat diketahui dari kemampuan berpidato persuasif siswa sebelum dikenai tindakan dan sesudah dikenai tindakan. Pada saat tes pratindakan, skor siswa masih tergolong kurang. Siswa masih nampak diam, malu, dan kurang aktif mempresentasikan pidato persuasif. Siswa Nampak kurang berani menyampaikan ide dan kurang lancar dalam berbicara. Setelah dikenai tindakan (siklus II), kemampuan siswa mengalami peningkatan yang baik. Peningkatan keterampilan pidato persuasif siswa dapat dilihat dari 8 aspek, yaitu (1) aspek lafal, (2) aspek daya pengaruh, (3) aspek ketepatan kosa
50 kata dan struktur kalimat, (4) aspek kelancaran, (5) aspek penguasaan materi, (6) aspek tekanan, (7) asoek sikap, dan (8) aspek gerak-gerik dan mimik wajah siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Maidar dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Anderson, RH. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran.Jakarta: Universitas Terbuka dan pusat Antar Universitas di Universitas Terbuka.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hendrikus, Dori Wuwur. 2000. Retorika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Keraf, Gorys. 1988. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Nancy and Ernes G. Bormann. 1981. Speech Communication A Basic Approach/Thrid Edition. Newyork.
Madya, Suwarsih. 2009. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Alfabeta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Retorika Modern (Pendekatan Praktis). Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Susilana, Rudi. 2007. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.
Suyata, Pujiati. 1995. Metodologi Penelitian Pengajaran Bahasa: Suatu Pendekatan Kuantitatif. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algesindo.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara (sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa). Bandung: Angkasa
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.