• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Tinjauan Teoretis

2.1.1 Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:1) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepada manajemen.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:3) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaan bagi sejumlah besar pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi.

(2)

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi kerena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.

3. Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:9), laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, liabilitas, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja dalam laba rugi adalah penghasilan dan beban.

1. Posisi keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, liabilitas, ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:

(3)

a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.

b) Liabilitas merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. c) Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua

liabilitas. 2. Kinerja

Penghasilan bersih (laba) sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbal hasil investasi (return on invesment) atau laba per saham (earnings per share). Unsur yang berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut:

a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

b) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

(4)

4. Pengukuran Unsur Laporan Keungan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:16) pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Barbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:

a) Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukaran dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha yang normal.

b) Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesakan kewajiban masa kini.

c) Nilai realisasi/ penyelesaian (realizable/ settlement value). Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Liabilitas dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas)

(5)

yang tidak didiskotokan yang diharapkan akan bibayar untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.

d) Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanan usaha normal. Liabilitas dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperukan untuk menyelesaikan liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.

Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain. Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah dari biaya historis atau nilai realisasi bersih (lower of cost or net realizable value), akuntansi dana pensiun menilai aset tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value).

5. Pengguna dan Kebutuhan Informasi

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:2) pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berdeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:

(6)

1. Investor

Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membentu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas untuk membayar dividen.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan probabilitas entitas. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada entitas dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali

(7)

kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup entitas.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepetingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup entitas, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada entitas.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, entitas dapat memberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanan modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran entitas serta rangkaian aktivitasnya.

6. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:5) karakteristik kualitaif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna

(8)

bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan.

1. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditempuh dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Untuk masud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi komplek yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pengguna dalam proses pengambila keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguan dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pengguna ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan entitas dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu,

(9)

misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan entitas diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan.

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka pengguna informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.

4. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubaha posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas tersebut, antarperiode entitas yang sama dan untuk entitas yang berbeda. Implikasi penting dari

(10)

karekteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa para pengguna harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pengguna harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lainnya yang sama dalam sebuah entitas dari satu periode ke periode dan dalam entitas yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas, membantu pencapaian daya banding.

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.

Menurut Hanafi dan Halim (2000:5) analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengertahui profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Pekerjaan yang paling mudah dalam analisis kuangan tentu saja menghitung risiko-risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Bahkan dengan terjadinya program-program komputer, seperti spereadsheet atau program akuntansi, atau program-program yang khusus ditulis untuk tujuan laporan keuangan, perhitungan

(11)

risiko-risiko keuangan menjadi hal yang mudah dilakukan, dan bisa dilakukan secara rutin. Tantangan analis bukan melakukan perhitungan semacam itu, melainkan melakukan analisis dan menginterpretasikan risiko-risiko keuangan yang muncul.

Analisis semacam ini mengharuskan seseorang analis untuk melakukan beberapa hal:

1. Menentukan dengan jelas tujuan dari analisis.

2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan-laporan keuangan dan risiko-risiko keuangan yang diturunkan dari laporan-laporan keuangan tersebut.

3. Memahami kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain pada umumnya yang berkaitan dengan perusahaan.

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

1. Sebagai alat untuk screening awal dalam mimilih alternatif investasi atau merger.

2. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang.

3. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lain sebagai alat evaluasi terhadap manajemen

Tetapi tujuan yang paling penting dari analisis laporan keuangan adalah tujuan untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan dan intuisi dan mempersempit lingkup ketidak pastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan.

(12)

2.1.3 Analisis Rasio

1. Pengertian dan Manfaat

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang pempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) analisis kritis atau laporan keuangan (Harahap, 2004:297).

Menurur Hanafi dan Halim (2005:75) rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan laba-rugi dan neraca.

2. Jenis Rasio

Menurut Hanafi dan Halim (2002:77) rasio digunakan untuk melihat prospek dan risiko perusahaan pada masa mendatang. Faktor prospek dalam rasio akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang. 1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan melihat aktiva lancar perusahaan terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio ini biasanya relatif tidak penting dibandingkan rasio solvabilitas, tetapi rasio likuiditas yang jelek dalam jangka penjang juga akan mempengaruhi solvabilitas perusahaan.

2. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. Rasio ini melihat pada

(13)

beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva pada tingkat kegiatan tertentu.

3. Rasio Solvabilitas

Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. 4. Rasio Profitabilitas

Rasio ini melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan modal saham yang tertentu.

5. Rasio Pasar

Rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini.

3. Keunggulan Analisis Rasio

Analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya (Harahap, 2004:289). Keunggulan tersebut adalah :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan di tafsirkan.

2. Merupakan penggantian yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sanggat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).

(14)

5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”.

6. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

4. Keterbatasan Analisis Rasio

Analisis rasio juga memiliki keterbatasan (Harahap, 2004:298). Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu benyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

(15)

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.1.4 Kesulitan Keuangan (Financial Distress) 1. Pengertian dan Penyebab

Kesulitan keuangan merupakan kondisi bahwa keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau kritis. Kesulitan keuangan terjadi sebelum kebangkrutan, yang diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban dibitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai, yaitu laba. Laba yang diperoleh tersebut dapat digunakan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutupi dengan laba atau aktiva yang dimiliki. Mengetahui kesulitan keuangan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi keadaan yang mengarah pada kebangkrutan.

Beberapa faktor penyebab terjadinya kesulitan keuangan suatu perusahaan adalah (Harnanto, 1984:496):

1. Penurunan volume penjualan, karena ada perubahan selera atau permintaan konsumen.

(16)

3. Inefisiensi produksi, karena metode produksi yang ketinggalan jaman atau kuno.

4. Tingkat persaingan yang semakin ketat.

5. Personalia yang memegang jabatan-jabatan kunci tidak memiliki kompetensi. 6. Kegagalan dalam melaksanakan ekspensi.

7. Ketidakefektifan dalam pelaksanaan fungsi pengumpulan piutang. 8. Kurang ada dukungan atau fasilitas perbaikan (kredit).

2. Manfaat Informasi Kesulitan Keuangan

Menurut Hanafi dan Halim (2005:273) informasi kesulitan keuangan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini:

1. Pemberi Pinjaman

Informasi kesulitan keuangan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

2. Investor

Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.

(17)

3. Pihak Pemerintah

Lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.

4. Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.

5. Manajemen

Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar.

3. Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan

Menurut Hanafi dan Halim (2005:274) berikut ini beberapa alternatif perbaikan berdasarkan besar kecilnya permasalahan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan:

1. Pemecahan secara informal

a. Dilakukan apabila masalah belum begitu parah.

b. Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih begitu bagus, cara:

1. Perpanjangan (exstension): dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo hutang-hutang.

(18)

2. Komposisi (composition): dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan.

2. Pemecahan secara formal

Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur ingin mempunyai jaminan keamanan, cara:

a. Apabila nilai perusahaan diteruskan>nilai perusahaan dilikuidasi( reorganisasi dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak).

b. Apabila nilai perusahaan diteruskan<nilai perusahaan dilikuidasi (likuidasi dengan menjual aset-aset perusahaan).

2.1.5 Kebangkrutan Dan Kegagalan Bisnis 1. Pengertian Kebangkrutan Dan Kegagalan

Dalam praktik, dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk didefinisikan. Kesulitan semacam ini bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan keuangan yang paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan yang paling berat. Dengan demikian kesulitan keuangan bisa dilihat sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang paling berat. Penelitian-penelitian empiris biasanya menggunakan pernyataan kebangkrutan sebagai definisi kebangkrutan.

Kebangkrutan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya. Akibat yang lebih serius dari kebangkrutan adalah berupa

(19)

penutupan usaha dan pada akhirnya pembubaran perusahaan atau likuidasi (Harnanto, 1984:485).

Kegagalan keuangan dapat diartikan (Blum 1974) sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan, atau menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan para kreditor untuk mengurangi atau menhapus utang (Munawir, 2002:288).

Arti kata “kegagalan” (failure) ini tidak jelas, sebagian karena terdapat tingkatan kegagalan. Suatu perusahaan secara teknis dianggap insolven bila perusahaan tersebut tidak mempu memenuhi kewajiban lancarnya. Akan tetapi, insolvensi tersebut mungkin hanya bersifat sementara dan tergantung pada cara mengatasinya. Karena itu, insolvensiteknis hanya merupakan kekurangan likuiditas. Sebaliknya, insolvensi dalam kebangkrutan berarti bahwa kewajiban perusahaan melebihi aktivanya. Dengan kata lain, kekayaan bersih (modal) perusahaan itu negatif. Kegagalan keuangan mencakup keseluruhan kisar kemungkinan di antara ekstrem-ekstrem ini (Horne, 1988:267).

2. Jenis-Jenis Kebangkrutan

Terdapat tiga jenis kebangkrutan menurut Agus Sartono (1997:328), yaitu: 1. Perusahaan yang menghadapai technically insolvent, jika perusahaan tidak

dapat memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo tetapi aset perusahaan nilainya lebih tinggi daripada utangnya.

2. Perusahaan yang menghadapai legally insolvent, jika nilai aset peusahaan lebih rendah daripada nilai utang perusahaan.

(20)

3. Perusahaan yang menhadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar utangnya dan oleh pengendalian telah dinyatakan pailit.

3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kebangkrutan 1. System perekonomian

2. Faktor-faktor eksternal perusahaan

a. Faktor eksternal yang bersifat umum: faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta tingkat campur tangan pemerintah dimana perusahaan tersebut berbeda. Disamping itu penggunaan tehnologi yang keliru akan mengakibatkan kerugian dan akhirnya mengakibatkan bangkrutnya perusahaan.

b. Faktor eksternal yang bersifat khusus: faktor-faktor luar yang berhubungan langsung dengan perusahaan antara lain faktor pelanggan (perubahan selera atau kejenuhan konsumen yang tidak terdeteksi oleh perusahaan mengakibatkan menurunnya penjualan dan akhirnya merugikan perusahaan), pemasok dan faktor pesaing.

3. Faktor-faktor internal perusahaan

a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada dibitur/langganan. b. Manajemen yang tidak efisien.

1. Hasil penjualan yang tidak memadai. 2. Kesalahan dalam menetapkan harga jual.

3. Pengelolaan utang-piutang yang kurang memadai

4. Struktur biaya (produksi, administrasi, pemasaran dan financial) yang tinggi.

(21)

5. Tingkat investasi dalam aktiva tetap dan persediaan yang melampaui batas (overinvestment).

6. Kekurangan model kerja.

7. Ketidak seimbangan dalam struktur permodalan.

8. Aktiva tidak diasuransikan atau asuransi dengan jumlah pertanggungan yang tidak cukup untuk menutup kemungkinan rugi yang terjadi.

9. System dan prosedur akuntansi kurang memadai. c. Kekurangan modal.

d. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan. 2.1.6 Analisis Diskriminan (Z-score)

1. Pengertian Analisis Diskriminan Z-Score

Analisis Z-score adalah suatu penilaian Z-score yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan menggabungkan beberapa rasio keuangan menjadi suatu model peramalan yang berarti.

Menurut Waston dan Copland (1992:298) analisis Z-score (diskriminan) adalah salah satu teknik statistik yang bisa digunakan untuk mangkalsifikasian apakah suatu perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut.

Sedangkan menurut Indriartoro dan Supomo (1999:211) analisis diskriminan merupakan metode statistik untuk memprediksi pengaruh beberapa variabel independent (diukur dengan skala interval atau rasio) terhadap satu variabel dependen (objek atau orang) dengan dua atau lebih kategori yang diukur dengan skala nominal.

(22)

Z-score dibuat oleh profesor Altman, ia melahirkan suatu metode yang dapat memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut dengan berdasarkan data-data keuangan perusahaan.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Apakah dalam keadaan yang sehat, dalam keadaan yang meragukan, ataukah dalam keadaan yang kritis (diambang kebangkrutan), serta kinerjanya yang mencerminkan prospek suatu perusahaan dimasa yang akan datang.

2. Macam-Macam Altman Z-score

Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa Negara. Altman (1983, 1984) melakukan survey model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, jepang, Jerman, Swis, Brasil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Prancis. Salah satu masalah yang bisa dibahas adalah apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan untuk semua Negara, ataukah mempunyai kekhususan.

1. Z-score perusahaan terbuka/ go publik (Zo)

Model ini disebut juga Z-score original, diterapkan bagi perusahaan manufaktur yang telah go publik dimana sahamnya diperjual belikan secara bebas di Bursa Efek Indonesia.

Zi = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1X5

Dimana :

X1 = Aktiva Lancar – Hutang Lancar

Total Aktiva X2 = Laba ditahan

(23)

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak

Total Aktiva X4 = Nilai Buku Modal Saham

Nilai Buku Utang X5 = Penjualan

Total Aktiva Cut off

Jika Z > 2,99 : Tidak bangkrut Jika Z diantara 1,81 – 2,99 : Rawan

Jika Z < 1,81 : Bangkrut

Salah satu masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyak perusahaan yang tidak go public. Dan dengan demikian tidak mempunyai nilai pasar. Untuk beberapa Negara sepeti Indonesia, perusahaan semacam ini merupakan bagian terbesar dari yang ada. Altman kemudian mengembangkan model alternative dengan cara demikian model tersebut bisa dipakai baik untuk perusahaan yang go public. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam ini adalah sebagai berikut:

2. Z-score untuk perusahaan baik privat / go publik (ZA)

Model ini menggunakan variabel X4 yang direvisi menjadi nilai buku modal

saham / nilai buku total utang karena saham perusahaan tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Zi = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5

Dimana :

X1 = Aktiva Lancar – Hutang Lancar

(24)

X2 = Laba ditahan

Total Aktiva

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak

Total Aktiva X4 = Nilai Buku Modal Saham

Nilai Buku Utang X5 = Penjualan

Total Aktiva Cut off

Jika Z > 2,9 : Tidak bangkrut Jika Z diantara 1,2 – 2,99 : Rawan

Jika Z < 1,2 : Bangkrut

Dari analisis diatas kita bisa menyimpulkan bahwa suatu perusahaan yang berpotensi gagal mulai berkurang investasinya untuk aktiva lancar (X1). Karena

X2 adalah indikator profabilitas komulatif yang relatif terhadap penjangnya waktu,

maka ini mengisyaratkan bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan untuk bengkrut. Variabel (X3) mencerminkan keseluruhan kekuatan

perusahaan dalam mendatangkan pendapatan. Melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan. Variabel (X4) melambangkan

solvabilitas (leverage) atau kemantapan finansial jangka panjang dari suatu perusahaan. Variabel terakhir, yakni X5 menunjukan rasio perputaran modal (asset

turnover) yang menunjukan besar kecilnya kemampuan menajemen untuk menjual asset-asset perusahaan.

(25)

2.2 Rerangka Pemikiran

PREDIKSI KESULITAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS Z-SCORE PADA PERUSAHAAN FOOD

AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA

Laporan Keuangan Perusahaan Food andBeverages yang terdaftar di BEI

Neraca Laba-Rugi Analisis Rasio Keuangan Analisis Z-score Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang penelitian, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah perilaku wirausaha dan lingkungan keluarga berpengaruh positif dan

Hisrich and Peters dalam Wiratmo (1996) mendefinisikan kewirausahaan sebagai suatu proses menciptakan sesuatu yang berbeda nilainya dengan mecurahkan waktu dan

dan perangkat tablet digital dengan berbagai aplikasi. Generasi anak- anak sekarang, yang disebut &#34;Generasi Alpha&#34; sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka

Berdasarkan model estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (PDB) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ICOR dalam jangka

Pada penelitian ini akan dihitung waktu optimum produksi dari suatu graf sistem produksi ber-loop dengan menggunakan sistem persamaan linear aljabar max-plus waktu invarian,

Kendala – kendala yang dihadapi Dinas Perindustrian Dan Perdagangan dalm melakukan pengawasan bukan hanya berasal dari internal dinas saja yang berupa kecakapan sumber

Misalnya EXO-L untuk penggemar boy band EXO, ELF (Ever Lasting Friend) untuk Super Junior, Army untuk BTS, Sone untuk Girl’s Generation, VIP untuk Big Bang, Shawol

Peningkatan yang terjadi sebesar 40% pada aspek efektivitas, 265.1% pada tugas pertama aspek efisiensi dan 843.2% pada tugas kedua aspek efisiensi, serta peningkatan