• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Perbaikan Layout Produksi pada IKM Sapu di Kelurahan Mewek, Purbalingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain Perbaikan Layout Produksi pada IKM Sapu di Kelurahan Mewek, Purbalingga"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Desain Perbaikan Layout Produksi pada IKM

Sapu di Kelurahan Mewek, Purbalingga

Tigar Putri Adhiana(1), Maria Krisnawati(2) , Seto Sumargo(3) (1), (2), (3)

Universitas Jenderal Soedirman Jl.Mayjen Sungkono KM No.5, Blater, Purbalingga

(1)

[email protected] ABSTRAK

Perencanaan fasilitas mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses operasi perusahaan. Perencanaan tata letak (layout planning) merupakan metode untuk menganalisis, membentuk konsep, merancang, dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa. Manfaat yang diharapkan dari layout yang optimal adalah waktu dari proses produksi akan lebih kecil dibandingkan layout yang tidak optimal.

Penelitian ini dilakukan di IKM Sapu “Go Work Handy Craft” yang terletak di Kelurahan Mewek Purbalingga. Hasil studi pendahuluan diperoleh bahwa terdapat beberapa masalah di proses produksi IKM tersebut. Beberapa masalah yang ditemukan adalah, masih belum terpisahnya storage untuk bahan baku sorgum dan sorgum jadi, adanya backtracking dan masih adanya lahan/area yang belum terpakai membuat proses produksi sapu sorgum menjadi belum optimal. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh desain perbaikan layout produksi kerajinan sapu dengan cara mengoptimalkan area yang tersedia.

Analisis perbaikan layout menggunakan Activity Relationship Chart (ARC) yaitu analisis berdasarkan keterkaitan satu proses produksi dengan proses produksi lainnya. Hasil yang diperoleh adalah layout produksi yang optimal karena dengan layout usulan, tidak ada backtracking dan seluruh area dapat digunakan secara optimal untuk proses produksi.

Kata kunci— Berupa kata atau frase kunci, dipisahkan dengan koma, disusun secara

alfabetik, empat sampai enam frase.

I. PENDAHULUAN

Terdapat beberapa definisi mengenai tata letak. Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun permanen, personal pekerja, dan sebagainya.(Wignjosoebroto ,2000 dalam Putri, Alifah et al.).

Perencanaan fasilitas mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses operasi perusahaan. Perencanaan dan perancangan tata letak fasilitas yang baik dibutuhkan dalam proses perpindahan material. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi dan meminimumkan biaya material handling (Apple 1990). Tujuan perancangan tata letak ini berhubungan erat dengan strategi manufaktur. Strategi ini umumnya melibatkan beberapa kriteria seperti ongkos, kualitas produk, utilitas sumber daya, waktu pengiriman, persediaan, dan keamanan kerja. Dalam perencanaan tata letak lantai produksi, maka harus pula dipikirkan mengenai sistem pemindahan barang (material handling). (Nurhasanah and Simawang

(2)

glagah, dan sapu lidi. Market dari produk ini tidak hanya untuk pasar lokal/domestik saja namun sudah merambah kepada pasar internasional (ekspor). Produk sorgum diekspor ke Korea dan Jepang, glagah diekspor ke Korea sedangkan sapu lidi diekspor ke Jepang saja.Jumlah pekerja berjumlah 15 orang untuk semua produk sapu. Sedangkan proses produksi dari sapu sorgum meliputi perendaman, penganyaman, penjemuran dan pergudangan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan permasalahan bahwa tata layout dari IKM “Go Work Handy Craft” ini dirasa belum tepat karena masih bercampurnya storange bahan baku dan bahan jadi, sehingga menimbulkan kesan berantakan di masing-masing departemen. Proses produksi pun dirasa masih belum baik karena adanya backtracking pada proses produksi. Selain itu ada area kosong yang dapat digunakan tapi tidak digunakan oleh IKM sapu “Go Work Handy Craft” ini sehingga belum semua area digunakan secara optimal. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sekaligus memperbaiki tata letak produksi IKM Sapu “Go Work Handy Craft” sehingga proses produksi dapat lebih efektif, efisien dan dapat mengurangi backtracking.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada IKM Sapu “Go Work Handy Craft” yang terletak di Kelurahan Mewek, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Periode penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai Juni 2017. Metode yang dilakukan adalah dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung ke lantai produksi dan wawancara ke pemilik IKM sapu “Go Work Handy Craft” tersebut. Sedangkan observasi adalah pengumpulan data dengan jalan pengamatan langsung, dan wawancara adalah pengambilan data dengan cara tanya jawab secara langsung ke karyawan atau staf yang ada di perusahaan tersebut (Rusdiana and Anggraini 2010). Selain data primer, juga dikumpulkan data sekunder yaitu kajian pustaka dari penelitian sebelumnya serta teori-teori yang relevan dan dapat menambah pengetahuan terkait dengan pemecahan masalah penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan ARC (Activity Relationship Chart). Activity Relationship Chart (ARC) adalah suatu metode untuk merencanakan dan menganalisa keterkaitan antara setiap kelompok kegiatan yang saling berkaitan.

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah layout yang diteliti hanya layout untuk proses produksi sapu sorgum. Hal ini dikarenakan proses produksi sorgum lebih bersifat kontinyu dan selalu ada daripada produk sapu lainnya. Produk sapu lainnya hanya diproduksi jika ada pesanan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Layout Fasilitas IKM Sapu “Go Work Handy Craft”

Berikut merupakan proses produksi sapu sorgum: 1. Bahan baku diambil dari storage bahan baku

2. Bahan baku direndam sekitar 10-15 menit di tempat perendaman 3. Bahan baku diambil dan diletakkan di tiap WS penganyaman 4. Bahan baku sorgum dianyam

5. Sorgum yang sudah dianyam kemudian dijemur selama kurang lebih 12 jam 6. Sorgum disimpan di storage barang jadi

(3)

B M L A K D C I J E F G H N

Gambar 1 Layout IKM Sapu Keterangan :

A : Bahan Baku H : Perendaman

B : Storage Sorgum Jadi I : Penganyaman

C : Penganyaman J : Penganyaman

D : Penganyaman K : Penganyaman

E : Toilet L : Storage Bahan Baku

F : Storage Barang Jadi (Produk Lain) M : Storage Sorgum Jadi

G : Oven N : Penjemuran

Dari penjelasan dan gambar layout di atas dapat diketahui bahwa layout fasilitas IKM belum tertata secara maksimal. Storage bahan baku (A) maupun sorgum jadi (B) masih belum terpisah dan belum tertata rapi. Selain itu juga masih adanya backtrack dari pengambilan bahan baku sorgum (A) ke perendaman (H) kemudian kembali lagi ke WS penganyaman (C, D, I, J, K). Kemudian dari seluruh area yang ada, masih ada area belum digunakan di dekat perendaman.

Berdasarkan beberapa masalah yang disebutkan di atas dan proses produksi serta letak WS kemudian dilakukan analisis layout berdasarkan Activity Relationship Chart untuk mendapatkan

layout perbaikan.

B. Activity Relationship Chart

Activity Relationship Chart (ARC) adalah suatu metode untuk merencanakan dan menganalisa keterkaitan antara setiap kelompok kegiatan yang saling berkaitan. Di dalam ARC terdapat beberapa sandi keterkaitan yang menunjukan keterkaitan satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya dan seberapa penting setiap keterdekatan hubungan yang ada.(Yeni 2011).

Di bawah ini adalah peta hubungan aktivitas layout perusahaan yang telah didiskusikan dengan pemilik maupun pekerja IKM Sapu.

(4)

Gambar 2 Activity Relationship Chart Keterangan :

A : absolutely important, mutlak perlu kegiatan-kegiatan tersebut berhampiran satu sama lain E : extremely/especially important, sangat penting kegiatan-kegiatan tersebut berdekatan O : ordinary, biasa kedekatannya, dimana saja tidak ada masalah

U : unimportant, tidak perlu adanya keterkaitan geografis apapun

X : undesirable, tak diinginkan kegiatan-kegiatan bersangkutan berdekatan

Dari hasil ARC diatas diketahui bahwa storage bahan baku letaknya harus berdekatan dengan perendaman. Kemudian perendaman juga harus dekat dengan tempat menganyam. Dari hasil ARC kemudian dibuat usulan layout perbaikan.

C. Usulan Perbaikan Layout Fasilitas IKM Sapu “Go Work Handy Craft”

Setelah dilakukan analisis ARC, maka diperoleh layout usulan untuk IKM sapu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

A L B L J I E F G H C D M

(5)

Keterangan :

A : Storage Bahan Baku H : Storage Sorgum Jadi B : Storage setelah perendaman I : Penganyaman

C : Penganyaman J : Penganyaman

D : Penganyaman K : Penganyaman

E : Toilet L : Perendaman

F : Storage Barang Jadi (Produk Lain) M : Penjemuran G : Oven

Gambar 3 merupakan usulan perbaikan layout IKM Sapu. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa layout perbaikan dirasa cukup baik. Hal ini karena tiap departemen sudah didekatkan dengan departemen yang memiliki keterkaitan menurut Activity Relationship Chart (ARC). Selain itu juga, pada layout usulan ini, backtracking dari bahan baku ke perendaman kemudian kembali ke penganyaman yang semula ada menjadi tidak ada. Pada layout usulan pun disediakan area untuk meletakkan bahan baku sorgum setelah perendaman. Sehingga penyimpanan pun lebih rapi dan tidak berantakan di tiap-tiap tempat departemen penganyaman. Aliran bahan dari bahan baku sampai barang jadi pun menjadi lancar. Selanjutnya, ruang yang awalnya kosong dapat dimanfaatkan secara optimal untuk storage sorgum jadi. Sehingga, storage sorgum jadi tidak bercampur dengan storage bahan baku maupun produk sapu lain. Dengan beberapa usulan perbaikan pada layout produksi diperoleh bahwa semua area produksi dapat dioptimalkan dan tidak ada backtracking sehingga proses produksi menjadi lebih efektif dan efisien.

IV. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada IKM Sapu diperlukan perbaikan penataan

layout produksi karena layout atau proses produksi eksisting masih belum rapi dan berantakan

serta adanya backtrack. Dari analisis ARC, diperoleh layout usulan dimana layout tersebut mempertimbangkan kedekatan dan keterkaitan tiap departemen. Sehingga diperoleh layout yang rapi dan tidak ada backtrack sehingga proses produksi lebih teratur dan lancer. Area yang tersedia pun dapat digunakan secara optimal. Sehingga para pekerja pun dapat bekerja dengan nyaman dan aman.

DAFTAR PUSTAKA

Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.

Nurhasanah, N. and B. P. Simawang 2013. "Perbaikan Rancangan Tata Letak Lantai Produksi di CV. XYZ." Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI 2(2): 81-91.

Putri, A., et al. "Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik Pembuatan Rangka Meja Ping-Pong pada CV Shiamiq Terang Abadi.

Rusdiana, E. and S. Anggraini. 2010. Analisa Tata Letak Industri Pengalengan Buah Nenas Di Batu, Jawa Timur. Buana Sains 10(2): 159-166.

Wignjosoebroto, S. 2000. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya: Guna Widya. Yeni. 2011. Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Pada Industri Makanan.

Gambar

Gambar 1 Layout IKM Sapu
Gambar 2 Activity Relationship Chart
Gambar  3  merupakan  usulan  perbaikan  layout  IKM  Sapu.  Dari  gambar  tersebut  dapat  dilihat  bahwa  layout  perbaikan  dirasa  cukup  baik

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian dihitung energi harian (dalam Wh) yang dikeluarkan tiap lampu dan untuk tiap unit SPTS serta mencari jumlah energi harian yang dihasilkan oleh modul

Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang diperoleh dari pengujian lebih besar dari nilai signifikansi yang dipergunakan yaitu 5 persen maka secara parsial

Mekanisme persaingan ekonomi seperti ini dengan menjadikan harga sebagai alat yang mengendalikan produsen dalam area produksi, maka kepemilikan produksi dalam Sistem Ekonomi

Hasil ini sejalan dengan penelitian Kartika (2010) yang menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan mampu bertindak sebagai variabel yang memoderasi hubungan antara

Perontokan adalah proses melepaskan butiran gabah dari malai dengan cara menyisir atau membanting malai pada benda yang lebih keras atau menggunakan alat dan

Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu

Hasil studi dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh tentang efektifitas dan keterlaksanaan kegiatan praktikum kimia menggunakan

Uji hubungan dilakukan dengan uji rank spearman dan diketahui dari p-value 0,001 maka terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi