• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BREBES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEK PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BREBES"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELAUTAN & PERIKANAN DAN KAJIAN KHUSUS BIDANG KELAUTAN & PERIKANAN

TOPIK:

PROSPEK PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT

DI KABUPATEN BREBES

Tim:

Dr. Armen Zulham Ir. Yayan Hikmayani, MSi

Rani Hafsaridewi, MSi Nensyana Shafitri, SSos

Retno Erlina, SSi Dani Sudibyo Saputro, SE

BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2011

(2)

2

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... 3

DAFTAR GAMBAR ... 4

I. PENDAHULUAN ... 5

II. METODE PENELITIAN ... 7

2.1. Kerangka Pikir Penelitian ... 7

2.2. Waktu dan Lokasi ... 9

2.3. Pengumpulan Data ... 9

2.4. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

3.1. Gambaran Umum di Kabupaten Brebes ... 10

3.2. Perkembangan Usaha Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Brebes ... 13

3.2.1. Potensi Lahan ... 13

3.2.2. Karakteristik Pembudidaya ... 14

3.2.3. Budidaya Rumput Laut ... 16

(3)

3 DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kelompok dan Jumlah Respoden ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 2. Tujuan, Jenis Data, Sumber Data, Metode Analisis dan Output ... 10

Tabel 3. Produksi Perikanan di Kabupaten Brebes Tahun 2007 - 2010 ... 12

Tabel 4. Potensi Areal Perikanan ... 12

Tabel 5. Luas Lahan Tambak di Sentra Budidaya Kab. Brebes ... 13

Tabel 6. Sebaran Karakteristik Responden Pembudidaya Rumput Laut dan Bandeng di Kabupaten Brebes, Tahun 2011 ... 14

Tabel 7. Produksi Rumput Laut Per Kecamatan di Kab. Brebes ... 16

Tabel 8. Usaha Budidaya Rumput Laut dan Bandeng di Desa Randusanga Wetan & Randusangan Kulon, Kec. Brebes, Kab Brebes Tahun 2011 .. 19

Tabel 9. Pembagian Upah Tenaga Kerja ... 21

Tabel 10. Karakteristik Pedagang Rumput Laut di Kab. Brebes ... 22

Tabel 11. Biaya Pengiriman Rumput Laut ... 24

Tabel 12. Kelompok Tenaga Kerja ... 25

Tabel 13. Rata-rata Luas Areal Tambak (Ha) dan Produktivitas budidaya Bandeng dan Udang pada beberapa desa di Kec. Bulakamba (Kab. Brebes) ... 25

(4)

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Brebes ... 6

Gambar 2. Kerangka Pikir ... 9

Gambar 3. Peta Kabupaten Brebes ... 11

(5)

5 I. PENDAHULUAN

Rumput laut merupakan salah satu komoditi ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia termasuk salah satu negara eksportir rumput laut di Asia karena rumput laut tumbuh dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Sebanyak 70% produksi bahan mentah rumput laut kering diekspor ke China, Uni Eropa, dan Filipina sedangkan pasar dalam negeri hanya menyerap 30% bahan mentah rumput laut kering (KKP, 2010). Pada tahun 2009, total produksi rumput laut di Indonesia menapai 2,252 juta ton atau meningkat 5% bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 2,145 juta ton (Febrianto, 2010). Angka ini menjadikan Indonesia sebagai penghasil rumput laut terbesar dunia dan masih mempunyai potensi untuk lebih dikembangkan.

Rumput laut sudah dapat dibudidayakan di hampir seluruh daerah di Indonesia. Jenis rumput laut yang berkembang dan dibudidayakan adalah

Euchema contonii dan Gracilaria sp. Kedua jenis rumput laut ini dikembangkan

pada media air yang berbeda. Euchema contonii dibudidayakan di media air laut, sedankan Gracilaria sp dibudidayakan di media air payau yang biasanya berupa tambak. Salah satu daerah di Indonesia yang menjadi penghasil rumput laut jenis

Gracilaria sp adalah Kabupaten Brebes.

Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten yang berada di daerah Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan Jawa Barat. Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Brebes pada tahun 2009, mencapai Rp.12.532,517 milyar sedangkan menurut harga konstan Rp.5.247,897 milyar. PDRB Kabupaten Brebes berdasarkan harga yang berlaku, pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 12,56% apabila dibandingkan dengan tahun 2008, sedangkan menurut harga konstan 4,99% (Brebes Dalam Angka 2009). Pertumbuhan ini didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 3,08%, disusul oleh sektor perdagangan sebesar 3,39% dan sektor industri sebesar 11,25%. Produk domestik bruto Kabupaten Brebes Tahun 2006 – 2009 dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Budidaya rumput laut ini ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Brebes. Berdasarkan statistic, pada tahun 2009 total produksi rumput laut basah mencapai 4.830 ton, dengan nilai produksi sebesar Rp. 2,415 milyar. Penyerapan tenaga kerja untuk usaha budidaya rumput laut ini cukup besar. Tahapan proses budidaya sampai pasca panen membutuhkan sekitar 45 orang tenaga kerja untuk mengelola 1 ha budidaya rumput laut (Anonim, 2010).

(6)

6 Sumber: Kabupaten Brebes Dalam Angka, 2009

Gambar 1. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Brebes

Potensi perikanan budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes cukup besar, karena memiliki panjang pantai 53 km, tambak seluas 12.678 ha, kolam seluas 114,4 Ha, yang didukung dengan keberadaan waduk Mahalayu seluas 702 Ha dan Waduk Penjalin 125 Ha. Namun budidaya perikanan laut/payau di Kabupaten Brebes sampai saat ini masih mengalami beberapa permasalahan antara lain adanya ancaman penyakit, adanya sedimentasi yang tinggi sehingga menyebabkan pendangkalan saluran tambak, sulitnya mencari benih unggul, tingginya harga sarana produksi ikan (saprokan) dan terbatasnya penerapan budidaya tambak ramah lingkungan serta rusaknya ekosistem lingkungan pesisir dan areal pertambakan sehingga produksi tidak optimal.

Kendala dan permasalahan dalam usaha budidaya tambak perlu diperhatikan, karena selain menjadi tantangan juga dapat menjadi ancaman untuk pengembangan budidaya tambak. Kab. Brebes dapat mengembangkan budidaya rumput laut di tambak. Lahan tambak yang dapat digunakan untuk budidaya rumput laut seluas 150 ha, sehingga hal ini mendasari bahwa Kab. Brebes sangat potensial untuk pengembangan rumput laut di Pulau Jawa. Selain itu pengembangan budidaya rumput laut ini untuk memenuhi permintaan rumput laut yang mengalami peningkatan tiap tahunnya. Kebutuhan rumput laut sekitar

(7)

7 1.000 ton kering/bulan (http://wartapedia.com/edukasi/ ensiklopedia/

358-brebes.html).

Pengembangan budidaya rumput laut mempunyai prospek yang sangat besar, karena rumput laut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi serta tingkat pemanfaatan yang sangat luas, mulai dari bahan makanan dan minuman (manisan, dodol, permen, jelly, agar tepung, agar kertas, minuman alginat serta minuman rumput laut), bahan obat-obatan, bahan pakan, pupuk tanaman dan penyubur tanah, bahkan sekarang sedang dikembangkan untuk bahan baku pembuatan body mobil. Produk turunannya digunakan untuk industri tekstil, kertas, cat, kosmetika, pasta gigi, dan lain-lain. Manfaat rumput laut yang sangat beragam, maka prospek pengembangan budidaya rumput luat di Kabupaten Brebes sangat besar.

Rumput laut sebagai komoditas unggulan dilatarbelakangi oleh beberapa aspek yakni budidaya rumput laut bersifat mudah dilakukan, bersifat massal, cepat panen, tidak padat modal, menyerap tenaga kerja, permintaan tinggi, dan harga yang menguntungkan (Nurdjana, 2006). Pengembangan rumput laut di Kabupaten Brebes ini perlu dikaji terutama mengenai prospek pengembangannya. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi potensi usaha rumput laut di Kab. Brebes

2. Mengidentifikasi prospek pengembangan rumput laut di Kab. Brebes 3. Merumuskan kebijakan untuk pengembangan rumput laut di Kab. Brebes

II. METODE PENELITIAN 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

Pengembangan usaha budidaya rumput laut yang terencana diharapkan mampu percepatan usaha budidaya rumput laut. Akan tetapi, pengembangan itu perlu dilengkapi dengan kajian dan evaluasi mengenai pengembangan usaha budidaya rumput laut. Indonesia mempunyai lahan yang berpotensi untuk budidaya rumput laut mencapai 1,2 juta hektar, yang merupakan potensi terbesar di dunia. Namun pemanfaatan potensi sumberdaya tersebut baru sekitar 10%. Hal itu terjadi karena pengembangan usaha budidaya selama 30 tahun terakhir menghadapi banyak kendala baik secara teknis maupun sosial budaya. Percepatan usaha budidaya rumput laut perlu segera dilakukan dengan mengatasi berbagai kendala tersebut untuk merebut pangsa pasar rumput laut dunia.

(8)

8 Kebutuhan rumput laut di pasar dunia cenderung meningkat setiap tahun. Pada tahun 2005, kurang lebih 260.571.050 ton, pada tahun 2006 sekitar 273.599.602 ton, pada tahun 2007 mencapai 287.279.582 ton dan tahun 2009 meningkat mencapai 316.725.339 ton. Potensi produksi rumput laut kering dalam setiap hektar 16 ton per tahun. Jika separuh potensi itu tergarap, menghasilkan 9,6 juta ton per tahun dan harga rumput laut kering di pasar dunia sekitar Rp 4,5 juta per ton.Total devisa yang diperoleh diperkirakan mencapai sekitar Rp 40 triliun.

Di Kabupaten Brebes mempunyai potensi lahan tambak yang dapat digunakan untuk budidaya rumput laut. Lahan tambak ini pada awalnya merupakan lahan tambak usaha udang windu dan bandeng. Seiiring berjalannya waktu, usaha udang windu dan bandeng ini mengalami penurunan produksi akibat menurunnya kondisi daya dukung lingkungan yang ditandai dengan banyaknya udang dan bandeng yang tidak berkembang bahkan mengalami kematian. Hal ini menyebabkan banyak tambak yang terbelangkalai. Tambak-tambak yang terbengkalai ini kemudian dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut. Terdapat sekitar 12.748,12 hektar tambak yg berpotensi untuk budidaya rumput laut. Sehingga usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes mempunyai prospek yang cukup besar.

Budidaya rumput laut ini pun dapat dijadikan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat yang terdapat di daerah pesisir. Keadaan ini didasarkan pada kondisi perikanan tangkap laut sekarang yang tidak pasti menyebabkan nelayan harus mencari alternatif mata pencaharian lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu juga usaha budidaya tambak ikan yang sering diserang penyakit, serta tingginya harga input produksi terutama pakan ikan, menyebabkan budidaya rumput laut menjadi hal yang sangat menarik untuk diusahakan.

Oleh karena itu perlu dikaji mengenai prospek pengembangan rumput laut di Kab. Brebes. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat mengetahui informasi mengenai sumberdaya usaha rumput laut di Kab. Brebes sehingga dapat membuat rekomendasi kebijakan mengenai prospek pengembangan rumput laut di Kab. Brebes. Kerangka pikir kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

(9)

9 Gambar 2. Kerangka Pikir

2.2. Waktu dan Lokasi

Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Juli 2011. Lokasi kegiatan mencakup Brebes (Jawa Tengah,) Jakarta, dan Jawa Barat. Kab. Brebes merupakan lokasi inti pelaksanaan penelitian sesuai dengan topik penelitian, sedangkan Jakarta merupakan lokasi untuk mengidentifikasi pasar rumput laut baik lokal maupun ekspor. Lokasi Jawa Barat digunakan untuk studi literatur dan koordinasi penelitian.

2.3. Pengumpulan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskripsi. Untuk memperoleh informasi secara komprehensif dan akurat maka penelitian ini akan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden/sample penelitian dengan metode survey dengan pengumpulan data secara observasi dan teknik sampling secara acak terhadap pembudidaya rumput laut, dan pedagang pengumpul.

Penelitian memerlukan data sekunder adalah perkembangan budidaya rumput laut di Kab. Brebes dan data pasar serta harga rumput laut yang melibatkan stakeholder/institusi yang terdiri dari Ditjen P2HP-KKP, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, BPS.

Analisis yang digunakan meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi analisis perhitungan kelayakan finansial rumput laut di Kab. Brebes dan analisis kebutuhan rumput laut nasional/wilayah. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan atas informasi yang diperoleh dari berbagai pihak terkait prospek pengembangan rumput laut di Kab. Brebes dan keragaan produksi serta kualitas produk rumput laut lokal. Kebutuhan data terkait dengan tujuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

(10)

10 Tabel 1. Tujuan, Jenis Data, Sumber Data, Metode Analisis dan Output

NO TUJUAN METODE

ANALISIS JENIS DATA SUMBER DATA OUTPUT

1 Mengidentifikasi potensi usaha rumput laut di Kab. Brebes

(sumberdaya, input, tenaga kerja, harga dan pemasaran, serta kebijakan) Deskripsi tabulasi Data sekunder: Statistik perikanan, data ekspor rumput laut, Ditjen P2HP, Pusdatn, Dinas Kelautan dan Perikanan Brebes Informasi mengenai komoditas, teknik, budidaya, input, produksi, dan pemasaran serta harga rumput laut 2 Mengidentifikasi prospek

pengembangan rumput laut di kab. Brebes

Deskripsi Tabulasi Data primer: analisis usaha, kelayakan finansial, sumberdaya rumput laut Pembudidaya rumput laut, pedagang, key informant (pelaku usaha rumput laut) - Informasi mengenai usaha budidaya rumput laut - Informasi mengenai produksi rumput laut di tingkat pembudidaya 3 Merumuskan kebijakan untuk pengembangan rumput laut di kab. Brebes

Deskriptif - Data Primer: key informan (Pelaku usaha) - Hasil analisis Data Din. KP daerah, Din.Perindustri an, Din perdagangan Wawancara dengan key informan Rekomendasi kebijakan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum di Kabupaten Brebes

Kabupaten Brebes berada di bagian utara paling barat Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di antara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur

dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan. Kabupaten Brebes berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat (di sebelah Barat), Kabupaten Cilacap dan Banyumas di sebelah Selatan, Kabupaten Tegal dan Kota Tegal. Kab. Brebes merupakan kabupaten yang paling banyak penduduknya di Jawa Tengah, dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 1.732.719 jiwa.

Kabupaten Brebes mempunyai luas wilayah 166.296 Ha digunakan untuk lahan sawah, pekarangan/bangunan, tegalan/perkebunan, tambak/kolam/rawa-rawa, hutan rakyat, hutan Negara, perkebunan Negara/swasta, dan tanah sementara tidak dipergunakan. Peta Kab. Brebes dan Pemanfaatan luas areal dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 di bawah ini.

(11)

11

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Brebes

Gambar 3. Peta Kabupaten Brebes

Gambar 4. Pemanfaatan Areal di Kabupaten Brebes

Perikanan merupakan subsektor yang turut menyumbang perkembangan sektor pertanian di Kabupaten Brebes. Perikanan yang berkembang di Kab. Brebes, perikanan tangkap laut, dan perikanan darat (kolam, tambak, waduk dan sungai). Komoditas andalan Kab. Brebes terdiri dari:

a. Hasil penangkapan di laut : Teri Nasi, Prik/Petek

b. Hasil budidaya tambak : Bandeng, Udang dan Rumput Laut c. Hasil budidaya kolam : Nila, Lele, Gurame, Mas, Tawes d. Hasil penangkapan di perairan umum : Betutu, Nila, dll

(12)

12 Produksi perikanan Brebes meningkat pada setiap tahunnya. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan produksi perikanan darat yang cukup signifikan, terutama produksi tambak yang mencapai 28 ribu ton. Hal ini disebabkan pada tahun 2008, dicapainya keberhasilan produksi rumput laut di tambak. Produksi perikanan di Kab. Brebes dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Produksi Perikanan di Kabupaten Brebes Tahun 2007 - 2010

No Subsektor Perikanan Produksi (kg) 2007 2008 2009 2010 1 Perikanan Laut 1,152,212 1,363,924 1,609,312 2,169,619 2 Perikanan Darat 3,760,076 30,091,728 30,821,356 34,725,525 Tambak - 28,084,317 28,789,550 32,654,798 Kolam 239,677 723,639 709,780 771,516 Waduk 3,249,131 773,325 868,386 851,803 Sungai 271,268 510,447 453,640 447,408 Jumlah 8,672,364 61,547,380 63,252,024 71,620,669

Sumber; Kabupaten Brebes Dalam Angka 2009 dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Brebes, 2010

Berdasarkan daya dukung sumberdaya, Kab. Brebes memiliki potensi yang cukup besar. Luas areal untuk perikanan terdiri dari tambak (12.748,12 Ha), kolam (114,4 Ha), Waduk Malahayu (702 Ha) dan Waduk Penjalin (125 Ha). Luas areal tambak di Kab. Brebes, yang potensial untuk tambak rumput laut sebesar 4,350 Ha. Areal yang sudah dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut baru mencapai 1.407 Ha dan terdapat areal seluas 2,943 Ha yang belum dimanfaatkan. Potensi areal perikanan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Potensi Areal Perikanan

No. Potensi Areal Perikanan Luas (Ha)

1 Lahan Tambak 12,748

- Tambak Lainnya 8,398 - Tambak Rumput Laut 1,407 - Potensi Tambak RL 2,943

2 Kolam 114.4

3 Waduk 827

Total Areal Perikanan 13,689

(13)

13 Kabupaten Brebes mempunyai iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan, sehingga cocok untuk daerah pengembangan produk pertanian, peternakan dan perikanan. Kabupaten Brebes terdapat lima wilayah kecamatan yang cocok untuk pengembangan produk perikanan, yaitu: Brebes, Wanasari, Bulukamba, Tanjung dan Losari.

3.2. Perkembangan Usaha Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Brebes 3.2.1. Potensi Lahan

Di Kabupaten Brebes sudah terdapat sentra budidaya rumput laut yaitu di Desa Randusanga Kulon dan Randusanga Wetan. Kedua desa tersebut terdapat di Kecamatan Brebes. Di kecamatan lain yaitu Kecamatan Losari, Bulukamba, Tanjung dan Wanasari usaha budidaya rumput laut ini mulai dikembangkan. Perkembangan budidaya rumput laut ini cukup berkembang pesat. Hal ini disebabkan banyaknya pembudidaya bandeng yang beralih menjadi petani rumput laut. Perkembangan ini pun dapat dilihat dari peningkatan luas lahan tambak budidaya rumput laut yang mencapai hampir 100%. Pada tahun 2009, luas lahan tambak budidaya rumput laut sebesar 612 Ha meningkat menjadi 1.112 ha pada tahun 2010. Luas lahan tambak budidaya Rumput laut dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Luas Lahan Tambak di Sentra Budidaya Kab. Brebes

Daerah Luas Lahan Tambak (Ha)

2009 2010

Desa Randusangan Wetan 200 300

Desa Randusangan Kulon 412 812

Luas Total 612 1.112

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2011/04/27/22571896/Beralih.ke.Rumput.Laut

Berdasarkan hasil wawancara, status kepemilikan tambak sebagian besar merupakan milik petani. Beberapa areal tambak yang dimiliki oleh petani merupakan warisan, tetapi ada juga yang membeli. Areal tambak yang menjadi lahan sewaan biasanya, penyewa adalah orang dari luar desa. Harga sewa lahan berkisar Rp.2.000.000 – Rp. 7.000.000/Ha/tahun. Masa sewa lahan pun minimal 5 tahun. Status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawa ini.

(14)

14

Tabel 5. Sebaran Karakteristik Responden Pembudidaya Rumput Laut dan Bandeng di Kabupaten Brebes, Tahun 2011

Karakteristik Pembudidaya

Responden

Jumlah Orang Prosentase (%)

Tingkat Pendidikan - Lulus SD 6 60 - Lulus SMP 1 10 - Lulus SMA 3 30 - Lulus PT 0 0 Umur - <25 0 0 - 25 - 45 2 20 - 46 - 65 7 70 - > 65 1 10

Pengalaman Usaha Bandeng Rumput Laut

Bandeng Rumput Laut

- ≤ 5 tahun 0 6 0 60 - 6-10 tahun 4 4 40 40 - 11-15 tahun 0 0 0 0 - 16-20 tahun 0 0 0 0 - ≥ 21 tahun 6 0 60 0 Skala Usaha - < 1.000 m2 0 0 - 1.000 ha – 5.000 m2 0 0 - > 10.000 m2 10 1000 Status Kepemilikan - Milik 10 10 - Sewa 0 0 - Garap 0 0

Sumber: Data primer diolah, tahun 2011 3.2.2. Karakteristik Pembudidaya

Karakterisrik pembudidaya pun dapat dilihat pada Tabel 5 di atas, dalam kegiatan ini karateristik pembudidaya rumput laut dan Bandeng dibatasi beberapa hal saja yaitu tingkat pendidikan, umur, pengalaman usaha, skala usaha dan status kepemilikan lahan. Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat pembudidaya di Kampung Rumput Laut adalah lulusan SD (60%), tetapi terdapat pula responden yang mempunyai tingkat pendidikan SMA (40%). Pendidikan responden terkait dengan tingkat pengetahuan, produktivitas dan keterampilan usaha budidaya perikanan yang pada akhirnya berpengaruh kepada pengambilan keputusan untuk menerima dan melakukan inovasi teknologi.

Tinggi rendahnya umur seseorang dapat mempengaruhi suatu keberhasilan usaha dan mempunyai peranan penting dalam karakteristik individu, di samping itu umur sangat berpengaruh terhadap kemampuan

(15)

15 seseorang dalam mempelajari, memahami, menerima dan mengadopsi inovasi baru, biasanya usia yang relatif muda akan lebih cepat dalam mengambilan keputusan teknologi yang akan diadopsi. Menurut Kamaludin (1994) bahwa umur digolongkan dalam 3 kategori, yaitu golongan 1: usia tidak produktif (<25 dan > 65 tahun), golongan 2: usia produktif (> 45 sampai 65 tahun) dan golongan 3: usia sangat produktif (25 sampai 45 tahun). Hasil analisis menyebutkan bahwa kisaran umur responden berkisar antara 25 sampai dengan 61 tahun, rata-rata umur responden masih dalam kategori usia produktif yaitu 27 sampai 45 tahun. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa umur responden adalah merupakan usia produktif yaitu 25 sampai 45 tahun sebanyak 70% da usia sangat produktif adalah 20%.

Budidaya Pembudidaya yang telah menggeluti budidaya selama bertahun-tahun, terlebih untuk budidaya bandeng dan hal ini tentu saja menjadikan pembudidaya mengerti bagaimana cara menangani permasalahan yang ada, seperti tata cara pemberian pakan, penebaran benih, serangan penyakit dan pemasaran. Sementara untuk budidaya rumput laut merupakan hal baru yang mulai berkembang sejak tahun 2006. Mayoritas pembudidaya di Desa Randusanga Wetan dan Randu Sanga Kulon memiliki pengalaman usaha budidaya bandeng lebih dari 21 tahun (60%) dan hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya telah menjadi mata pencaharian utama masyarakat. Sementara pembudidaya dalam bidang rumput laut sebanyak 60% mempunyai pengalama usaha kurang dari 5% dan 40% antara 6 – 10% dan saat ini komoditas rumput laut menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat.

Terkait dengan luas lahan, luasan lahan dikategorikan menjadi tiga skala usaha yaitu skala usaha mikro (luas lahan <1.000 m2), pembudidaya dengan skala usaha kecil (luas lahan 1.000 m2 –5.000 m2) dan pembudidaya dengan skala usaha menengah (luas lahan 5.000m2–10.000 m2). Pada Tabel 5 di atas terlihat bahwa semua responden mempunyai luas lahan lebih dari 10.000 m2 atau 1 ha, yaitu 1,5 - 10 ha yang berarti mempunyai skala usaha menengah dan semua lahan dimiliki diusahan untuk budiaya rumput laut dan bandeng. Berdasarkan status kepemilikan lahan, 100% responden di lokasi penelitian menggunakan lahan milik. Lahan usaha budidaya responden pada umumnya adalah tanah warisan yang sudah berupa lahan budidaya.

(16)

16 3.2.3. Budidaya Rumput Laut

PRODUKSI

Produksi rumput laut di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan yang cukup sigifikan. Pada tahun 2009, produksi rumput laut mencapai 4.830 ton dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 59,38% menjadi 8.134 ton. Sedangkan sampai dengan bulan Maret pada tahun 2011, produksi rumput laut sudah mencapai 5.782 ton. Di Kabupaten Brebes, terdapat tiga kecamatan yang menjadi sentra produksi rumput laut, yaitu di Kecamatan Losari, Kecamatan Bulakamba dan Kecamatan Brebes. Produksi rumput laut berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Produksi Rumput Laut Per Kecamatan di Kab. Brebes

No. Kecamatan Produksi (kg)

2009 2010 2011*) 1 Losari 1,138 1,314 32,500 2 Tanjung - - - 3 Bulakamba 526,270 583,541 - 4 Wanasari - - - 5 Brebes 4,302,905 7,549,800 5,750,000 Jumlah 4,830,313 8,134,655 5,782,500

*) Data sampai dengan bulan Maret 2011

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Brebes, 2011

Di Kabupaten Brebes, budidaya rumput laut dilakukan dengan sistem polikultur atau tumpang sari. Pada awalnya petani rumput laut adalah pembudidaya bandeng dan udang windu. Tetapi seiring berjalannya waktu, usaha budidaya bandeng dan udang mengalami penurunan produksi. Menurut persepsi pembudadiya, hal ini disebabkan terjadinya degradasi lingkungan. Selain penurunan produksi, biaya yang dibutuhkan untuk budidaya Bandeng relatif lebih banyak dibandingkan dengan budidaya rumput laut. Setelah diintroduksi rumput laut spesies Gracillaria sp. dari Balai Riset Budidaya perikanan Air Payau Maros maka para pembudidaya Bandeng beralih menjadi petani rumput laut.

KARAKTERISTIK USAHA

Budidaya perikanan yang diusahakan oleh responden di lokasi penelitian adalah budidaya di tambak dengan komoditas rumput laut dan ikan bandeng

(17)

17 yang dilakukan secara polikultur. Rumput laut saat ini menjadi komoditas utama yang memberikan kontribusi besar pada pendapatan responden. Pada awalnya budidaya yang diusahakan oleh responden adalah komoditas udang dan bandeng baik secara polikultur maupun monokultur. Penurunan daya dukung lingkungan, mendorong terjadinya peningkatan biaya operasional dan berkembangnya hama penyakit sehingga produksi udang bandeng semakin menurun. Oleh karena itu perlu dikembangkan komoditas baru yang sesuai dengan lahan tambak dan salah satunya adalah rumput laut. Seiring dengan peningkatan produksi rumput laut, bepengaruh pada pendapatan responden, dimana rata-rata pendapatan/tahun dari perikanan yang berasal dari bandeng Rp 13.780.000, rumput laut Rp 56.721.111 dan non perikanan Rp 38.571.429. Pendapatan dari sektor perikanan menjadi pendapatan utama bagi responden, meskipun beberapa responden mempunyai pekerjaan di luar perikanan seperti karyawan swasata, pensiunan PNS, dan pedagang.

Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah Gracilaria Sp. Budidaya rumput. Rumput laut menjadi menguntungkan, karena rumput laut gracillaria sp berfungsi sebagai biofilter terhadap unsur-unsur yang merugikan, sehingga kesuburan lahan tambak akan meningkat (Anonim, 2011).

Selain itu karena siklus budidaya yang tergolong pendek yaitu dalam satu tahun, pembudidaya dapat memanen sebanyak 5 kali. Budidaya rumput laut dilakukan sepanjang tahun dengan waktu pemeliharaan mulai dari tebar bibit sampai dengan masa panen pertama membutuhkan waktu 4 bulan. Selanjutnya masa pemeliharaan sampai dengan panen berikutnya membutuhkan waktu sekitar 2 bulan. Sedangkan siklus panen bandeng dalam satu tahun sebanyak 2 kali. Dalam menjalankan usaha budidaya, responden mengusahakan sendiri meskipun demikian dalam hal tebar bibit/benih, panen, pengeringan dan pengepakan untuk dibawa kepada pengepul pembudidaya menggunakan tenaga kerja.

Terkait dengan kepemilikan lahan tambak, pembudidaya memiliki lahan sendiri. Berdasarkan hasil wawancara, lahan-lahan yang disewakan mayoritas tidak disewa oleh pembudidaya yang berasal dari Desa Randusanga Wetan atau Randusanga Kulon, melainkan oleh penduduk di luar lokasi penelitian dan lahan mereka digarap oleh orang lain. Oleh karena usaha budidaya rumput laut mempunyai prospek yang menguntungkan maka harga lahan tambak mengalami

(18)

18 kenaikan. Pada saat ini harga lahan per hektar sebesar Rp 70.000.000 – Rp 80.000000 dan sewa lahan selama satu tahun sebesar Rp 2.000.000.

Budidaya yang dilakukan oleh responden adalah polikultur yaitu rumput laut dan bandeng. Tabel 7 menunjukkan usaha budidaya rumput laut dan bandeng pada lahan 4 ha/tahun di lokasi penelitian. Pada usaha ini investasi yang diperlukan oleh pembudidaya adalah lahan, rumah jaga, pintu air dan waring. Rata-rata ukuran lahan tambak yang dimiliki oleh responden adalah 1 ha untuk 1 petak, dimana lahan yang dimilik oleh responden dengan total biaya investasi yang diperlukan sebesar Rp 139.343.333.

Dalam pengelolaan budidaya rumput laut dan bandeng diperlukan biaya operasional untuk bandeng sebesar Rp 23.454.302 untuk pembelian benih, pakan, obat-obatan, tenaga kerja persiapan lahan yang berfungsi untuk menguras lahan dan tenaga kerja panen. Harga benih bandeng bervariasi antara Rp 50 – Rp 65 per ekor tergantung dengan jenis ukurannya. Pakan diberikan jika pembudidaya membeli benih ikan bandeng dalam ukuran 5 cm, dan biasanya jika petani membeli benih dalam ukuran tersebut tidak langsung ditebar ke dalam tambak tetapi di tampung terlebih dahulu ke dalam kolam dan setelah 2 bulan dipindah ke dalam tambak rumput laut. Bandeng juga mendapatkan pakan alami dari rumput laut berupa lumut sutera. Lumut sutera ini menjadi hama bagi rumput laut, meskipun demikian dapat digunakan sebagai pakan alami bagi bandeng.

Biaya operasional yang dikeluarkan untuk budidaya rumput laut sebesar Rp 55.858.500 terdiri dari benih, pupuk atau garam, tenaga kerja tebar dan tenaga kerja panen dan pasca panen. Keperluan pembelian bibit dilakukan oleh responden satu kali pada masa awal penanaman, selanjutnya bibit rumput laut untuk siklus berikutnya diambil dari hasil panen. Tenaga kerja, dalam budidaya rumput laut terdiri dari tenaga kerja tebar dan tenaga kerja panen. Total biaya variabel untuk rumput laut dan bandeng sebesar Rp 79.312.510. Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari pajak bumi dan bangunan, pemeliharaan aset dan biaya penyusutan sebanyak Rp 11.732. 250. Penerimaan hasil panen bandeng sebesar Rp 17.087.500 dan rumput laut sebesar Rp 126.295. 500, sehingga keuntungan yang didapatkan dari hasil budidaya rumput laut dan bandeng sebesar Rp 69.685.740. Analisis usaha budidaya polikultur antara rumput laut dan Bandeng di Desa Randusanga Wetan dan Randusanga Kulon Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

(19)

19 Tabel 7. Usaha Budidaya Rumput Laut dan Bandeng di Desa Randusanga

Wetan & Randusangan Kulon, Kec. Brebes, Kab Brebes Tahun 2011

Sumber : Data Primer Diolah, 2011

INPUT PRODUKSI

Di Desa Randusanga Wetan Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes terdapat dua penyedia input produksi. Keduanya telah membuka toko penyedia input produksi semenjak tahun 2006-2007. Produk utama yang dijual adalah obat, pupuk, dan pakan. Benih bandeng dan bibit nila biasanya disediakan oleh pedagang pengumpul. Kedua penyedia input produksi mendapatkan produk tersebut dari Agen Abdi Tani dan Tani Bakti di Brebes dan Tegal dengan sistem jual beli tunai. Modal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis input produksi Rp 6.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000,- per bulan.

Unit Analisis: 4 ha/Per Tahun

NO URAIAN Ivestasi Lahan (ha) Rumah Jaga Pintu Air Waring Total Investasi Biaya Variabel a.Operasional

Siklus Nilai Total Siklus Nilai Total

Benih 2

5.556 11.111 Bibit 1 6.809.375 6.809.375

Pakan 2

2.691.667 5.383.333Pupuk 5 263.467 1.317.333

Obat-Obatan 2

317.429 634.857Tenaga Kerja Sebar 1 2.870.000 2.870.000

Tenaga Kerja Persiapan Lahan 2

4.212.500 8.425.000Tenaga Kerja Panen & Pasca Panen 5 8.972.300 44.861.500

Tenaga Kerja Panen & Pasca Panen 2

4.500.000 9.000.000

Total 23.454.302

Total 55.858.208

Total Biaya Variabel

Margin Biaya Tetap a.Pajak b. Pemeliharaan Aset c. Biaya-Biaya Penyusutan Lahan (ha) Rumah Jaga Pintu Air Waring Total Biaya Tetap

Penerimaan Siklus NIlai Total Siklus NIlai Total

Bandeng 2 17.037.500 34.075.000 Rumput Laut 5 25.259.100 126.295.500 Total Penerimaan 6 Keuntungan 7 R/C 79.312.510 Usaha Budidaya Rumput Laut dan Bandeng di Ds Randusanga Wetan & Randusangan Kulon, Kec. Brebes, Kab Brebes Tahun 2011

1 3.010.000 1.833.333

Bandeng Rumpu Laut

69.685.740 160.370.500 1.101.250 3 366.667 301.000 5 420.000 2 PEMBUDIDAYA 134.000.000 500.000 139.343.333 10.620.698 70.437.292 1,8 4 250.000 11.372.250 8.933.333

(20)

20 Untuk keperluan usaha budidaya di tambak, penyedia input menyedian obat-obatan, pupuk, pakan dan sarana produksi. Obat-obatan yang banyak terjual adalah darmasan dan diazinon, sedangkan pupuk yang banyak terjual adalah pupuk kujang karena harganya lebih ekonomis dibandingkan Pupuk MPK 16, Petrobio, ataupun Pupuk ZA. Produk pakan yang disediakan oleh penyedia sarana input hanya pakan bandeng merek Turbo kualitas 2 dan kualitas 3. Produk input produksi yang disedikan oleh kedua pedagang hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal desa tersebut karena mayoritas konsumen adalah warga desa. Sistem pembayaran yang dilakukan adalah dengan cara tunai atau jatuh tempo pada saat panen.

Pada tahun 2006-2007 merupakan masa keemasan bisnis penyedia sarana input produksi, karena omset penjualan dapat mencapai Rp 30.000.000,- per bulan. Pergeseran komoditas unggulan budidaya desa yang dahulu adalah bandeng namun sekarang berubah menjadi rumput laut menyebabkan omset penjualan menurun karena usaha budidaya rumput laut tidak membutuhkan input produksi yang banyak. Sekarang omset yang diperoleh dalam sebulan hanya mencapai sekitar Rp 8.000.000,- sampai dengan Rp 12.000.000,-. Keuntungan yang diperoleh per bulannya Rp 2.000.000,-. Berdasarkan persepsi kedua penyedia input produksi, semakin berkembang usaha rumput laut, prospek usaha penyedia input produksi semakin turun. Kebutuhan input produksi rumput laut hanya terbatas pada obat dan pupuk yang jumlahnya sedikit.

TENAGA KERJA

Pelaku usaha budidaya rumput laut terdiri dari pemilik, pengepul dan tenaga kerja lepas. Dalam siklus budidaya, tenaga kerja yang digunakan: tenaga tebar, tenaga panen, tenaga pembersihan, tenaga grading, tenaga pengemasan, tenaga muat barang dan tenaga pengiriman. Sehingga usaha budidaya rumput selain memberikan keuntungan untuk pembudidaya juga mampu menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja tebar, tenaga kerja pemelihaaraan, tenaga kerja panen dan penjemuran. Sistem upah yang diterapkan adalah sistem prosentase atau sistem borongan. Upah tenaga kerja panen diberikan berdasarkan banyaknya jumlah bandeng yang dipanen. Setiap 1 kg bandeng, upah yang diberikan sebesar Rp 1.000 – Rp 1500, namun terkadang responden memberikan upah tenaga kerja panen Rp 50.000/hari.

(21)

21 Penebaran bibit rumput laut menggunakan tenaga kerja tebar dengan upah per kg sebesar Rp 300 dan tenaga kerja pemeliharaan dilakukan oleh pembudidaya sendiri. Untuk pemanenan sampai dengan penjemuran, besaran upah yang diberikan untuk per kg nya antara Rp 1800 - Rp 2200 tergantung dengan harga jual rumput laut kering seperti tertera pada Tabel 9.

Tabel 8

. Pembagian Upah Tenaga Kerja

Harga Rumput Laut

Kering/Kg Bagian Pembudidaya/Kg Upah Tenaga Kerja/Kg Rp 7.000 – Rp 7.200 Rp 4.800 – Rp 5.000 Rp 2.200 Rp 6.000 – Rp 6.500 Rp 4.000 – Rp 4.500 Rp 2.000 Rp 5.500 Rp 3.700 Rp 1.800

Sumber : Data Primer Diolah, 2011

Pada setiap penguasaan 1 ha budidaya rumput terutama rumput laut membutuhkan jumlah tenaga kerja sebanyak 96 orang hari (OH) sebagai berikut: (a) tenaga tebar bibit 5 orang, 1 hari (5 OH); (b) tenaga pemeliharaan 1 orang , 45 hari (45 OH); (c) tenaga panen dan penjemuran 5 orang, 6 hari (30 OH); (d) tenaga sortir 3 orang, 2 hari (10 OH) dan (e) tenaga packing 3 orang, 2 hari (6 OH) (Anonim, 2011). Berdasarkan hasil wawancara pembudidaya membutuhkan tenaga kerja antara 2-6 orang persiklus dengan waktu kerja jam 08.00 – 17.00. Tenaga kerja yang bekerja pada budidaya perikanan adalah laki-laki yang rata-rata berasal dari luar keluarga dan dalam desa. Ketersediaan tenaga kerja mudah didapatkan, meskipun lokasi budidaya berdekatan dengan lokasi budidaya bawang merah. Pada sektor perikanan dibutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus terutama untuk tenaga kerja ‘kuli’ yaitu tenaga kerja untuk ‘nguras’. Untuk tenaga kerja ‘kuli’ sulit untuk didapatkan dikarenakan upah yang diberikan tidak sebesar jika sebagai tenaga kerja panen dan tenaga kerja kuli diberikan upah sebesar Rp 50.000/hari.

Terkait dengan sistem panen, rumput laut yang telah dipanen selanjutnya dijemur di atas waring. Bila hari panas, rumput laut hanya membutuhkan waktu satu hari untuk proses pengeringan. Tetapi jika cuaca mendung atau bahkan hujan, proses penjemuran membutuhkan waktu 2-3 hari. Dalam satu hari, kemampuan panen tenaga kerja per orang maksimal 500 kg. Setelah kering kemudian, rumput laut dikemas untuk dijual kepada pengepul. Semua hasil panen dijual kepada pengepul yang berada di Kecamatan Brebes dengan sistem pembayaran jatuh tempo antara 3 – 7 hari setelah ditimbang.

(22)

22 PEMASARAN

Berdasarkan hasil wawancara, pedagang yang berada di Kecamatan Brebes merupakan pedagang antar provinsi. Hal ini disebabkan karena di Kabupaten Brebes belum terdapat usaha pengolahan rumput laut, sehingga hasil panen rumput laut didistribusikan ke pabrik di luar daerah. Daerah pemasaran rumput laut hasil produksi Kab. Brebes adalah Malang (Indoflora), Pasuruan (PT Agar Sehat, Agar Sari), Tangerang (Agarindo) dan Citureup Kab. Bogor.

Budidaya rumput laut dimulai sekitar tahun 2005, sehingga pengalaman berusaha para pedagang rumput laut ini berkisar 3 – 6 tahun. Berdasarkan volume pembelian rumput laut pedagang dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu Kelompok pedagang besar dan pedagang menengah. Volume penjualan/pembelian pedagang besar sebesar 230 ton/bulan, dengan daerah pemasaran lebih 2 daerah pemasaran yaitu Tangerang. Malang, dan Pasuruan. Sedangkan pedagang menengah hanya mampu melakukan pembelian/penjualan sebesar 30–60 ton/bulan dengan daerah pemasaran 1-2 daerah pemasaran yaitu Bogor dan Malang, Tangerang dan Malang, Malang dan Pasuruan. Modal yang digunakan oleh pedagang diperoleh dari modal sendiri dan atau bekerjasama dengan anggota keluarga dengan sistem bagi hasil 50 – 50. Karakteristik pedagang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Karakteristik Pedagang Rumput Laut di Kab. Brebes

No. Kelompok Volume

(ton/bulan) Jumlah kelompok petani Jumlah Daerah Pembelian Jumlah Daerah Pemasaran 1 Pedagang Besar

230 > 30 orang >1 daerah >2 daerah 2 Pedagang

Menengah

30 – 60 10 – 30 orang

1 daerah 1-2 daerah Sumber: Data Primer diolah, 2011

Setiap pedagang mempunyai kelompok petani yang kontinu mengirimkan atau menjual hasil panennya. Hasil panen dibayar oleh pedagang kepada petani setiap satu minggu sekali. Dalam hubungan kerjasama ini tidak ada kontrak yang formal antara pedagang dan petani. Petani bebas melakukan penjualan produknya. Tetapi terdapat beberapa cara yang ditempuh oleh pedagang untuk “mengikat” petani agar menjual hasil panennya, yaitu:

1. Memberikan pinjaman modal berupa bibit rumput laut. Petani diberikan modal berupa bibit rumput laut seharga Rp 1.000/kg. Waktu pengembalian pinjaman modal tersebut diserahkan ke petani. Pedagang tidak memberikan target

(23)

23 waktu pengembalian. Tetapi biasanya petani akan mengembalikan modal tersebut pada saat panen.

2. Subsidi silang. Bibit rumput laut akan diberikan secara gratis, tetapi petani harus mengeluarkan biaya upah tenaga kerja untuk penebaran bibit. Tetapi jika petani yang mempunyai bibit rumput laut, maka pedagang yang akan mengeluarkan upah untuk tenaga kerjanya.

3. Pedagang memberikan pinjaman untuk membayar upah tenaga kerja panen. Variable yang paling besar biayanya adalah upah tenaga kerja panen.

Pedagang rumput laut di Kec. Brebes tidak mempunyai kontrak kerja dengan pabrik agar. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini terjadi karena menurut persepsi pedagang, harga rumput laut belum mempunyai harga dasar. Sehingga ketidakpastian harga rumput laut di pasaran sangat tinggi. Pedagang pun tidak berani menimbun produk rumput laut. Rumput laut kering dapat disimpan dalam gudang selama enam bulan.

Hal lain yang menjadi kendala dalam pemasaran rumput laut adalah tidak diketahuinya standar mutu rumput laut yang dibutuhkan oleh pabrik pengolah. Berdasarkan hasil wawancara, pabrik pengolah tidak bersedia mengemukakan mutu rumput laut yang dibutuhkan. Sehingga seringkali terjadi salah persepsi yang menyebabkan dikembalikannya rumput laut yang sudah dikirim ke pabrik. Tentu saja hal ini sangat merugikan petani dan pedagang, karena dibutuhkan biaya tambahan untuk mengolah rumput lain agar mutunya meningkat dan tambahan biaya pengiriman kembali.

Para pedagang dan petani hanya dapat memprediksikan mutu rumput laut yang diinginkan oleh pabrik. Upaya petani dan pedagang agar hasil panennya dapat diterima oleh pabrik adalah dengan mengolah rumput laut lebih bersih dan lebih kering. Dalam hal ini perlu adanya bantuan pihak ketiga, terutama pemerintah untuk menjembatani komunikasi antara pihak pabrik dan petani. Sehingga petani dapat menghasilkan rumput laut yang sesuai dengan mutu yang dibutuhkan oleh pabrik.

Pabrik penerima kiriman rumput laut membayar pedagang setiap satu minggu sekali, dengan cara ditransfer. Pengiriman rumput laut oleh pedagang besar, dilakukan sendiri, sedangkan pedagang menengah dilakukan oleh ekspedisi. Dalam proses pengiriman rumput laut, pedagang mengeluarkan biaya kirim berkisar antara Rp.1.250.000 – Rp 1.500.000,- per trip. Selain biaya

(24)

24 transport, pedagang pun mengeluarkan biaya untuk pembersihan, grading, dan pengemasan, dengan biaya sebesar Rp.200/kg. Setiap minggu mengirimkan minimal 10 ton/minggu. Pengiriman ini dilakukan 2 kali minggu. Biaya pengiriman produk yang dikeluarkan oleh pedagang adalah sekitar Rp 5.600.000/minggu. Rincian biaya pengiriman rumput laut ke pabrik dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Biaya Pengiriman Rumput Laut

No. Uraian Biaya

1 Biaya Transportasi 3,000,000

a. BBM + supir (Rp/2 trip) 2,400,000 b. Upah muat barang (Rp/2 trip) 400,000 c. Upah bongkar barang (Rp/trip) 200,000 2 Upah pembersihan, grading, & pengemasan (Rp/ton) 2,000,000

3 Kantong 300 lembar @ Rp.2.000 (Rp/minggu) 600,000

Jumlah 5,600,000

Sumber: Data Primer diolah, 2011

Tenaga kerja yang diperlukan oleh pedagang adalah tenaga sebar, tenaga gudang (pembersihan, grading, pengemasan), tenaga pengiriman (supir) dan tenaga muat barang. Upah yang dikeluarkan tergantung pada berapa banyak hasil panen rumput laut, sehingga jumlah tenaga kerja tidak ditentukan oleh pedagang. Semakin banyak jumlah tenaga kerja, semakin cepat pekerjaan dapat diselesaikan, sehingga kelompok tenaga kerja dapat bekerja pada usaha budidaya rumput laut lain pada kawasan yang sama. Hasil panen disimpan dahulu dalam gudang pedagang, setelah tonase cukup untuk pengiriman, pedagang menghubungi kelompok kerja untuk bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang, kelompok tenaga kerja mudah diperoleh dan masih tersedia. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok tenaga kerja, bekerja di rumput laut lebih menguntungkan dibanding bekerja di sektor lain (terutama bawang). Karena bekerja di rumput laut, relatif membutuhkan waktu yang lebih singkat, sehingga kelompok tenaga kerja di rumput laut tidak tertarik untuk bekerja di petani bawang. Tenaga kerja yang dibutuh oleh pedagang dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini.

(25)

25 Tabel 11. Kelompok Tenaga Kerja

No. Tenaga kerja Upah (Rp/kg) Waktu (hari) Jumlah tenaga kerja (orang)

1 Sebar bibit (Rp/kg) 250 1 - 2 2 – 3

2 Gudang (Rp/kg) 200 2 - 3 4 – 5

3 Muat (Rp/trip) 200.000 1 4 – 5

Sumber: Data primer diolah, 2011

3.3. Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Brebes 3.3.1. Strategi Budidaya Rumput Laut

Seperti uraian di atas, budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes dikembangkan pada tambak. Jenis rumput laut yang dikembangkan adalah

Glacillaria spp. Budidaya rumput laut jenis ini menjadi alternatif usaha

masyarakat setelah terpuruknya usaha budidaya udang windu dan bandeng. Produktivitas budidaya bandeng dan udang rata-rata berkisar antara 436 kg/ha/tahun sampai 511.71 kg/ha/tahun. Luas areal tambak dan produktivitas lahan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.

Tabel 12. Rata-rata Luas Areal Tambak (Ha) dan Produktivitas budidaya Bandeng dan Udang pada beberapa desa di Kec. Bulakamba (Kab. Brebes) Desa Jumlah Persil Total luas Areal (Ha) Rata-rata Luas Areal (Ha) Produktivitas (Kg/ha/tahun) Sawojajar 496 1365.65 2.75 511.71 Pulogading 218 500.4 18.90 417.50 Pakijangan 3 22 7.30 436.36 Grinting 392 671.6 1.90 735.50 Bangsri 270 502.5 1.84 457.47

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Brebes, 2011 (diolah)

Rendahnya produktivitas ini menurut informasi lapangan disebabkan oleh menurunnya kualitas lingkungan dan kurang sempurnanya infrastruktur yang mendukung usaha pertambakan. Penurunan kualitas lingkungan terutama kualitas air diperkirakan karena ada hubungannya dengan tingginya penggunaan pestisida pada usaha budidaya bawang merah yang berkembang luas di Kab. Brebes (penyemprotan pada budidaya bawang merah dilakukan seminggu 2 sampai 3 kali selama masa pertumbuhan). Selain itu, penurunan kualitas lingkungan ini disebabkan juga karena rusaknya hutan manggrove yang terdapat

(26)

26 disepanjang pantai Kab. Brebes, kerusakan ini telah mengubah keseimbangan ekosistem pada lahan tambak yang terdapat di Kab. Brebes.

Potensi lahan tambak yang terdapat di Kabupaten Brebes sekitar 12.748 hektar, dari jumlah tersebut yang potensial untuk budidaya rumput laut adalah: 250 hektar dari 484 hektar di Desa Randusanga Kulon, 80 hektar dari 276 hektar di desa Randusanga Wetan, dan masih terdapat areal di beberapa desa lainnya di Kab. Brebes yang potensial dikembangkan untuk budidaya rumput laut tersebut.

Keberhasilan budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes pada lahan potensial tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan bibit, kualitas air dalam tambak, serta kemampuan pengelola tambak dalam mengendalikan gulma yang terdapat pada tambak, serta kondisi infrastruktur yang terdapat di tambak dan sekitarnya.

Pada kawasan yang telah berkembang budidaya rumput laut, bibit rumput laut Glacillaria sp pada umumnya diambil dari sisa hasil panen dari penanaman sebelumnya. Namun introduksi bibit rumput laut yang baru, terus dilakukan pada kawasan atau desa yang tambaknya masih terbengkalai dan tidak diusahakan untuk budidaya ikan. Pada bulan Mei 2011, diintroduksi bibit rumput laut

Glacillaria dari Maros sebanyak 5 kuintal pada lokasi tambak pada beberapa

desa di Kecamatan Sawojajar. Introduksi ini diharapkan secara tidak langsung akan menyebarkan usaha budidaya rumput laut di kalangan pemilik tambak di Brebes. Usaha budidaya rumput laut yang relative singkat, yaitu 45 hari akan lebih menjanjikan apabila dibandingkan dengan usaha budidaya Bandeng yang membutuhkan waktu yang lebih lama. Biasanya pembudidaya jika menanam bandeng pada bulan Oktober – Desember, maka akan panen pada bulan Februari – April.

Budidaya rumput laut dapat berkembang dengan baik jika infrastruktur yang mendukung budidaya tersebut disempurnakan. Di Kabupaten Brebes, infrastruktur yang harus diperbaiki adalah saluran sekunder. Pada kawasan tambak yang terbengkalai banyak saluran sekunder yang tidak terawat dengan baik sehingga keluar masuknya air ke tambak terganggu. Selain itu pintu air pada saluran primer perlu dikendalikan oleh kelompok pembudidaya agar pembagian air dapat merata ke setiap saluran sekunder.

Budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes ini perlu didukung oleh berbagai infrastruktur pendukung, terutama jalan “produksi” yang menghubungkan tambak-tambak di berbagai desa. Jalan tersebut membantu

(27)

27 memperlancar distribusi hasil panen rumput laut dari tambak ke gudang. Dengan demikian kondisi jalan produksi disekitar tambak memerlukan perhatian penting, agar harga rumput laut tersebut tetap menarik bagi petambak untuk membudidayakan rumput laut. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani rumput laut, produksi rumput Laut dapat diperhatikan pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13. Luas Lahan dan Jumlah Produksi Rumput Laut di Brebes 2011

Responden

Luas Lahan

(Ha)

Produksi Rumput Laut Basah

Produksi Rumput Laut Kering Total panen (Ton) Produksi Per Hektar (Ton/ha) Total panen (Ton) Produksi per Hektar (Ton/ha) 1 6 4,000 667 500 83 2 5 2,400 480 300 60 3 2 8,000 4,000 1,000 500 4 2 4,800 2,400 600 300 5 2 8,000 4,000 1,000 500 6 5 9,600 1,920 1,200 240 7 10 24,000 2,400 3,000 300 8 1.5 9,280 6,187 1,160 773 9 3 4,600 1,533 575 192 10 3 7,200 2,400 900 300

Sumber: Data Primer diolah, 2011

Berdasarkan hasil wawancara, produksi rumput laut basah sebanyak 8 ton akan susut menjadi 1 ton rumput laut kering. Potensi tambak sebesar 12.700 hektar, dan dan jika tambak tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut sekitar 50 persen, maka tambak di Kab. Brebes akan menghasilkan rumput laut basah 16,5 juta ton per tahun atau sekitar 2 juta ton rumput laut kering per tahun.

Hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan tambak-tambak yang terbengkalai memerlukan pendekatan kelembagaan agar tambak tersebut dapat berproduksi kembali. Pendekatan kelembagaan tersebut antara lain untuk memfungsikan kembali berbagai prasarana sepanjang saluran irigasi tambak seperti pintu air dan saluran sekunder, sehingga tata air ke dalam tambak dapat diatur dengan baik. Pendekatan kelembagaan harus dilakukan untuk mendorong tambak-tambak tersebut menghasilkan produksi yang memenuhi skala ekonomi. Sehingga tidak ada tambak-tambak yang berproduksi secara parsial yang jauh

(28)

28 dari hamparan tambak yang berproduksi dalam skala ekonomi. Ketersediaan rumput laut dalam jumlah yang besar tersebut akan dapat mendorong tumbuhnya gudang-gudang penyimpanan rumput laut dalam skala besar di sekitar Brebes. Berproduksinya tambak tersebut harus didukung oleh investasi untuk memperbaiki saluran irigasi primer dan sekunder, serta tanggul untuk mengatasi banjir yang merendam tambak. Investasi ini tentunya harus disediakan oleh pemerintah daerah setempat.

3.3.2. Pengembangan Industri Rumput Laut

Pengembangan Industri rumput laut di Kabupaten Brebes harus direncanakan dengan baik, karena tambak-tambak yang memproduksi rumput laut saat ini masih bersifat sporadis sehingga produksi rumput laut dari tambak di Brebes masih memerlukan biaya transportasi yang tinggi.

Saat ini pengembangan industri pengolahan rumput laut di Kabupaten Brebes dapat dilakukan secara bertahap dengan membangun gudang penyortiran dan pengemasan rumput laut sebanyak 3 unit dengan kapasitas terpasang 300 ton masing-masing pada Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Brebes dan Kecamatan Losari. Gudang ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas rumput laut yang dikirim oleh pedagang antar kota ke pabrik pengolahan rumput laut di Tangerang, Malang, Pasuruan dan Citeureup – Bogor.

Pembangunan gudang rumput laut tersebut harus bekerja sama dengan pabrik pengolahan rumput laut yang tersebut di atas, sehingga gudang tersebut dapat berfungsi dengan baik. Kerjasama itu diharapkan juga akan mendorong pabrik tersebut mengalokasikan investasi pengolahan rumput laut ke Kab. Brebes.

Pembangunan pabrik pengolahan rumput laut secara langsung di Kab. Brebes dikhawatirkan menyebabkan pabrik tersebut tidak dapat berproduksi karena akan kesulitan memperoleh bahan baku. Hal ini terjadi karena pabrik pengolahan rumput laut di Malang, Pasuruan, Tangerang dan Bogor masih memerlukan rumput laut dalam jumlah yang cukup banyak. Pada saat kegiatan ini dilaksanakan, pabrik pengolahan beroperasi dibawah kapasitas terpasang karena hanya memperoleh bahan baku sekitar 20% - 30% dari kapasitas terpasang. Oleh sebab itu, pabrik pengolahan rumput laut tersebut terus mencari bahan baku rumput laut ke berbagai daerah di Indonesia.

(29)

29 Keberadaan gudang penyortiran dan pengemasan tersebut di Kabupaten Brebes, akan dapat mendorong tambak-tambak tersebut diusahakan kembali oleh masyarakat untuk budidaya rumput laut. Keberadaan gudang rumput laut tersebut dapat juga sebagai awal dari kerjasama antara pengusaha dengan pemilik tambak untuk membangun kerjasama dalam bentuk kemitraan atau kontrak penyewaan lahan (tambak) atau kontrak pembelian hasil panen. Dengan strategi yang demikian diperkirakan tambak-tambak tersebut akan dapat berproduksi dan dapat memenuhi kebutuhan gudang penyimpanan dan pengepakan rumput laut.

IV. Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan.

1. Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang dapat dikembangkan di Kabupaten Brebes. Kabupaten Brebes mempunyai potensi luas areal tambak yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut, terutama tambak yang terbengkalai akibat menurunya produksi udang windu dan bandeng.

2. Di Kabupaten Brebes, usaha budidaya rumput laut dilakukan dengan sistem polikultur atau tumpang sari antara budidaya rumput laut dengan bandeng. Pada awalnya, petani rumput laut melakukan usaha budidaya udang windu dan bandeng. Tetapi produksi udang dan bandeng mengalami penurunan, sehingga ketika rumput laut berhasil dibudidayakan, para pembudidaya udang dan bandeng beralih komoditas. Adanya usaha rumput laut ini, dapat mengangkat kembali perekonomian masyarakat yang sempat terpuruk. 3. Hasil panen rumput laut dipasarkan ke luar daerah, yaitu ke Malang,

Pasuruan, Tangerang dan Citeureup. Di Kabupaten Brebes belum terdapat usaha pengolahan rumput laut. Hal yang sangat mempengaruhi dalam pemasaran rumput laut adalah ketersediaan rumput laut dari daerah lain dan kepastian harga. Jika terjadi panen yang serempak, maka harga rumput laut dari Brebes akan turun. Selain itu tidak diketahuinya standar mutu rumput laut yang diinginkan oleh pasar (dalam hal ini pabrik pengolah). Seringkali terjadi perbedaan persepsi standar mutu, yang menyebabkan hasil panen rumput laut yang sudah dikirim ke pabrik dikembalikan ke petani. Upaya untuk mengatasi hal ini adalah perlunya campur tangan Pemerintah dalam menjembatani komunikasi antara pihak pabrik dan petani. Sehingga petani dapat mengetahui standar mutu yang dibutuhkan oleh Pabrik.

(30)

30 4. Keberhasilan budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes pada lahan potensial tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan bibit, kualitas air dalam tambak, serta kemampuan pengelola tambak dalam mengendalikan gulma yang terdapat pada tambak, serta kondisi infrastruktur yang terdapat di tambak dan sekitarnya. Sehingga salah satu strategi pengembangan budidaya rumput laut yang dapat dilaksanakan di Kabupaten Brebes adalah dengan memperbaiki infrastruktur (saluran irigasi primer dan sekunder, pembuatan tanggul dan jalan produksi), dan memperkuat fungsi kelembagaan, terutama kelembagaan pelaku usaha.

5. Berdasarkan perkembangan usaha budidaya rumput laut ini, perlu dipertimbangkan untuk membangun gudang penyimpanan, terutama di sentra produksi seperti di Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Brebes dan Kecamatan Losari. Sehingga diharapkan dapat menjadi kestabilan ketersediaan produk dan dapat mengatasi penurunan harga pada saat terjadi panen masal.

6. Dalam rencana jangka panjang perlu diperhatikan mengenai penambahan nilai produk (added value), dengan cara mengembangkan industri pengolahan rumput laut.

(31)

31 DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Peluang Investasi Budidaya dan Pengolahan Rumput Laut

Gracillaria sp. Di Kabupate Brebes. Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Brebes. Brebes

Anonim, 2009. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan R.I. Nomor PER.05/MEN/2009 Tentang Skala Usaha di Bidang Pembudidayaan Ikan. Jakarta

Anonim, 2011. Untung Ada Rumput Laut. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Brebes. Brebes.

Anonim, 2010. Potensi Budidaya Rumput Laut di Brebes.

http://wartapedia.com/bisnis/potensi/343-potensi-budidaya-rumput-laut-di-brebes.html diunduh tanggal 17 Oktober 2011.

Febrianto, H. 2010. RI Penghasil Rumput Laut Terbesar Dunia.

http://www.sucofindo.co.id/?menuid=15&pubid=582, diunduh tanggal 17

Oktober 2011.

Nurdjana, M. 2006. Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Diseminasi Teknologi dan Temu Bisnis Rumput Laut. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Makasar, 11 September 2006. -. 1-35.

Gambar

Gambar 1. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Brebes
Tabel 1.  Tujuan, Jenis Data, Sumber Data, Metode Analisis dan Output
Gambar 4. Pemanfaatan Areal di Kabupaten Brebes
Tabel 2. Produksi Perikanan di Kabupaten Brebes Tahun 2007 - 2010
+4

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran pengetahuan Bidan tentang SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang) pada Balita usia 2 tahun berdasarkan penyimpangan mental emosional

Salah satu program yang diterapkan adalah Program Keluarga Harapan ( PKH ) yang berbasis bantuan tunai bersyarat dibidang pendidikan dan kesehatan.Program ini diluncurkan

Pemaparan di atas menjadi suatu dasar pemikiran bahwa penerapan strategi pembelajaran konflik kognitif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep kimia organik

Selain itu, kajian ini juga dapat menyumbang untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam syarikat kosmetik halal terhadap gelagat pengguna kepada

Manajemen proyek adalah penerapan pengetahuan, keterampilan, perangkat dan teknik pada suatu aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan suatu proyek.[1] Manajer

Aplikasi dari bangunan ramah lingkungan biasanya disebut juga dengan konstruksi hijau ( green construction ), yakni pada tahap perencanaan terlihat pada beberapa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja aparatur Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Singkil berdasarkan indikator produktifitas dan kualitas layanan serta

Uji chi-square untuk mengetahui pengaruh hygiene penjamah makanan, tempat penyimpanan dan sumber air terhadap keberadaan telur STH pada sayuran lalapan kubis dan