• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK HUBUNGAN INDONESIA DAN AMERIKA SE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DAMPAK HUBUNGAN INDONESIA DAN AMERIKA SE"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpolitikan Amerika Serikat (AS) dalam hubungan internasional tidak perlu diragukan lagi. AS memiliki perekonomian yang mapan dan teknologi yang canggih awal yang baik dan dibutuhkan dalam melaksanakan hubungan antarnegara. Berakhirnya Perang Dingin yang dimenangkan oleh AS, membuat AS semakin melebarkan sayapnya di kancah internasional. AS merupakan negara yang mandiri dan negara yang dapat menarik negara-negara lain untuk melakukan hubungan kerjasama, terutama bagi negara-negara berkembang yang belum cukup mapan untuk memiliki pengaruh dalam hubungan internasional.

(2)

terkuat di dunia serta hegemoni AS di berbagai belahan dunia semakin terlihat. Pada tahun 1990-an, AS menobatkan dirinya sebagai polisi dunia dan angkatan militernya melakukan aksi di berbagai negara seperti Kosovo, Haiti, Somalia dan Liberia.

Serangan yang terjadi pada 11 September 2001 di World Trade Center dan Pentagon, AS yang dilakukan para teroris membuat keamanan dan pertahanan AS semakin diperkuat. Tidak hanya di AS, serangan tersebut memberikan efek yang luar biasa terhadap perkembangan keamanan di dunia. AS mengeluarkan berbagai kebijakan mengenai masalah yang terjadi pada 11 September 2001, dengan mengajak seluruh negara yang ada di dunia untuk bersama-sama memberantas dan memerangi teroris terutama negara-negara lemah yang memiliki peluang yang cukup besar dijadikan tempat perlindungan dan pengoperasian para teroris tersebut terutama di wilayah Asia Tenggara, seperti: Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

(3)

dilakukan melalui diplomasi bilateral dengan Belanda dan diplomasi melalui jalur Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), sedangkan dalam tindakan militer, Tentara Nasional Indonesia (TNI) lah yang memiliki peran melaksanakan tugas tersebut.

Jalur diplomasi dan tindakan militer yang dilakukan oleh Indonesia mendapatkan titik terang setelah Belanda mendapat desakan dari PBB ditambah tekanan militer TNI untuk menerima Perjanjian Roem-Van Roijen 7 Mei 1949. Perjanjian ini pada pokoknya berisi kesediaan kedua pihak untuk menyelesaikan pertikaian melalui Konferensi Meja Bundar di Den Haag paling lambat 31 Desember 1949. Akhirnya, pada 27 Desember 1949, Belanda mengakui pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai hasil Konferensi Meja Bundar.1

Pada tahap proses pendewasaan, Indonesia mengalami berbagai masalah dalam negerinya sendiri. Seperti yang terjadi pada masalah Irian Barat, dimana Indonesia melawan Belanda yang keduanya saling mengakui dan mempertahankan wilayah tersebut sebagai wilayah masing-masing negara. Akan tetapi, Indonesia pada saat itu melakukan berbagai cara sehingga mendapatkan bantuan baik dari blok Timur maupun blok Barat. Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur memberikan bantuan ekonomi dan bantuan militer, sehingga memacu dan secara politis menekan AS untuk memberikan konsesi terhadap tuntutan Indonesia atas Irian Barat tanpa memperdulikan perasaan Belanda.

1

(4)

Hasil dari kecerdikan pemimpin Indonesia pada saat itu berbuah manis dengan kemenangan politik Indonesia atas Irian Barat. Hal ini merupakan akibat dari sukses diplomasi yang ditopang oleh tindakan militer yang mendapatkan dukungan dari pihak AS maupun Uni Soviet sehingga membuat Belanda tak berkutik. Meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan Politik Luar Negeri Indonesia yang bebas aktif yang tidak mendukung salah satu pihak baik blok Barat maupun blok Timur.

Berakhirnya Perang Dingin dan bangkitnya negara adidaya baru yaitu AS, membuka peluang bagi negara ini untuk memiliki pengaruh dominan terhadap seluruh kebijakan yang terjadi di semua negara terutama yang berpengaruh langsung terhadap kepentingan nasionalnya. Sebagai anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa yang memegang kekuatan penuh atas segala hal terutama yang menyangkut mengenai perdamaian dunia. Hubungan Indonesia dan AS yang telah terjalin sejak lama dapat digunakan Indonesia untuk terus meningkatkan kualitas dan posisi Indonesia di mata dunia terutama dalam mengatasi masalah keamanan dalam negeri Indonesia.

(5)

melakukan kerjasama untuk kepentingan kedua belah pihak yang berlandaskan pada adanya nilai-nilai dasar yang dihormati bersama (shared values), yaitu demokrasi, good governance, penghormatan hak asasi manusia, dan masyarakat yang plural dan toleran. Berdasarkan landasan tersebut, Indonesia mengharapkan tercapainya hubungan yang lebih luas dan mendalam dengan pemerintah AS di berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kedua belah pihak.2

Indonesia dan Amerika Serikat mengadakan kerjasama dalam bidang keamanan dengan mengadakan dialog bersama, dialog tersebut didirikan pada tanggal 19 September 2001 oleh Presiden George W. Bush dan Presiden Megawati Soekarnoputri di Washington DC. Dialog keamanan ini menyediakan tempat bagi pejabat pemerintahan dari departemen masing-masing negara yang berkaitan dengan masalah keamanan dan pertahanan secara berkala dan bertukar pandangan mengenai masalah situasi keamanan regional, kebijakan keamanan nasional, pembajakan, reformasi militer, daerah kebijakan kontra-terorisme, dan proses anggaran. Sebagai hasil dari dialog ini, masing-masing pihak diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, persepsi serta kebijakan tentang isu-isu strategis dan keamanan.

Tanggal 25 April 2002, di Jakarta diadakan dialog I yang telah disepakati antara Indonesia dan AS, masing-masing perwakilan atau delegasi kedua negara sepakat bahwa dialog ini adalah membangun kunci kepercayaan untuk

2

(6)

memperkuat perdamaian dan stabilitas regional. Dari pihak atau delegasi AS sendiri menganggap bahwa dialog ini amatlah penting, dan berjanji bahwa AS akan mencari cara untuk terus dapat membantu Indonesia seperti bekerja untuk memperkuat demokrasi dan melaksanakan reformasi. Masing-masing negara menunjukkan presentasinya, dimana keduanya sepakat bahwa serangan 11 September 2001, merupakan kebutuhan untuk fokus pada upaya bersama dalam melawan terorisme internasional dan ancaman trans-nasional lainnya, selain itu mereka berbagi pandangan bahwa masih ada konflik regional lama yang perlu dikelola dan diselesaikan secara damai.

Pada akhir Dialog I tersebut, kedua delegasi menyatakan bahwa Dialog sebagai salah satu pilar penting dalam hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat dan menghargai semangat terbuka dan konstruktif yang ditunjukkan oleh seluruh peserta dialog, kemudian, mengambil sebuah kesepakatan bahwa akan mengadakan putaran kedua perundingan resmi pada awal tahun 2003. Dialog II diadakan pada awal tahun 2004, tepatnya pada tanggal 23 April di Washington DC, lanjutan dari pertemuan pertama, pada Dialog II ini pembicaraan lebih meninjau situasi keamanan internasional dan Asia-Pasifik pada waktu itu. Selain itu, membahas upaya masing-masing untuk kontra terhadap aksi terorisme dan sepakat tentang perlunya untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia.

(7)

berkomitmen untuk tetap netral dalam pemilihan umum yang sedang berlangsung saat itu. Delegasi AS juga memberikan paparan beberapa aspek strategis keamanan nasional mereka serta perubahan bentuk pertahanan global AS, sedangkan Indonesia menjelaskan soal keamanan nasional dan isu kontra teroris regional. Dalam kesepakatan itu juga, delegasi Indonesia meminta klarifikasi mengenai kebijakan AS terhadap Selat Malaka, dan delegasi Amerika Serikat memberikan jaminan akan menghormati kedaulatan Indonesia atas air dan memperjelas konsep Maritim Regional Security Initiative (MRSI) dan AS juga setuju untuk terus berkonsultasi dengan Indonesia dan negara-negara regional lainnya.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

(8)

Masalah yang dibahas dalam penulisan ini yang berkaitan dengan hubungan kerjasama antara Indonesia dan AS dalam bidang keamanan, lebih difokuskan pada hubungan antara kedua negara pada tahun 2005-2010 karena pada tahun 2005 hubungan Indonesia dan Amerika Serikat mulai mengalami perubahan menuju arah yang lebih baik, dimana embargo militer AS kepada Indonesia secara bertahap mulai dihapuskan pada tahun 2005. Hal ini dilihat oleh pemerintah AS bahwa sudah mencapai kemajuan penting dalam memajukan demokrasi dan AS akan membantu Indonesia untuk memodernisasi militernya serta meningkatkan usaha kontra-terorisme dan pertolongan bencana.

Hubungan antara Indonesia dan AS pada kerjasama dalam bidang keamanan terlihat dan signifikan dari adanya diadakan dialog keamanan oleh kedua negara yang terus dilanjutkan meskipun, telah mengalami pergantian pemerintahan dari kedua negara. Dialog keamanan antara kedua negara memfokuskan pada kerjasama untuk melawan aksi terorisme yang dapat mengancam kedaulatan kedua negara, dan juga mengancam keamanan dunia. Selain itu, hubungan kerjasama antara dua negara ini mengacu pada dampak yang akan diterima oleh Indonesia terhadap stabilitas keamanan negara ini.

(9)

tujuannya untuk memperkuat kerjasama bilateral di berbagai isu dalam rangka mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran ekonomi, yang semuanya itu tidak hanya dapat dirasakan oleh Amerika Serikat dan Indonesia, tetapi baik regional maupun global juga turut merasakan dampak dari kerjasama antarnegara tersebut.

2. Rumusan Masalah

Dari masalah dan bahasan di atas, maka dibuat rumusan masalah yang akan diuraikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana faktor pendorong dan penghambat kerjasama Indonesia dan AS di bidang keamanan?

b. Bagaimana dampak hubungan Indonesia dan Amerika Serikat terhadap stabilitas keamanan di Indonesia?

c. Bagaimana prospek hubungan bilateral Indonesia dan Amerika Serikat di bidang keamanan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(10)

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan dampak hubungan Indonesia dan Amerika Serikat terhadap stabilitas keamanan di Indonesia tahun 2005-2010.

c. Untuk mengetahui dan menjelaskan peluang dan tantangan hubungan bilateral Indonesia dan Amerika Serikat dalam bidang keamanan.

2. Kegunaan Penelitian

a. Diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi pengembangan studi Ilmu Hubungan Internasional dalam mengkaji masalah hubungan internasional, khususnya bagi pemerhati masalah-masalah keamanan di Indonesia.

b. Diharapkan pula dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan berbagai pihak para pengambil kebijakan terkait masalah kebijakan keamanan di Indonesia.

D. Kerangka Konseptual

(11)

saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal balik antara dua belah pihak atau dua negara”.3

Adapun di dalam melakukan kerjasama bilateral, sebaiknya terlebih dahulu melihat pada variabel-variabel yang dapat diperhitungkan dalam melakukan kerjasama antara dua negara. Menurut Holsti, variabel-variabel dalam kerjasama bilateral yaitu:

1. kualitas dan kuantitas kapabilitas yang dimiliki suatu negara 2. keterampilan mengarahkan kapabilitas tersebut untuk

mendukung berbagai tujuan

3. kredibilitas ancaman dan ketergantungan 4. derajat kebutuhan dan ketergantungan

5. responsibilitas dikalangan pembuat keputusan.4

Variabel-variabel yang dikemukakan, Indonesia telah memiliki beberapa aspek yang mendukung di dalam melakukan kerjasama dengan negara lain terutama negara AS, yang juga memiliki aspek yang dapat menarik negara lain untuk bekerja sama dengan negara adidaya ini. Dengan memiliki potensi dari geografis serta memiliki sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, Indonesia memiliki peluang dan membutuhkan negara lain untuk dapat ikut turut serta di dalam pelaksanaan kepentingan nasionalnya, begitu pula dengan AS yang telah mapan dalam melakukan hubungan internasional dengan negara lain. Kedua negara ini saling membutuhkan dalam bidang keamanan, dimana AS dan Indonesia memiliki tujuan yang sama terutama dalam mengatasi

3

Didi Krisna, 1993, Kamus Politik Internasional, PT. Grasindo, Jakarta. hal 18

4K.J. Holsti. Politik Internasional; Kerangka Untuk Analisis, Edisi Keempat, Jilid 2, Erlangga: Jakarta.

(12)

masalah terorisme yang dapat mengganggu keamanan dalam negeri masing-masing negara maupun keamanan dunia.

Hubungan bilateral sebagai salah satu produk dari kebijaksanaan luar negeri suatu negara yang merupakan implementasi dari kepentingan nasional negara-negara yang bersangkutan. Pokok permasalahan dalam hal penentuan kebijaksanaan luar negeri pada umumnya lebih ditekankan pada usaha-usaha untuk memecahkan berbagai persoalan baik persoalan yang berhubungan dengan masalah luar negeri atau masalah dalam negeri. Terjalinnya hubungan bilateral antarnegara oleh karena setiap negara memiliki kepentingan nasional. Menurut Hans J. Morgenthau kepentingan nasional adalah :

Kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain. Hubungan kekuasaan dan pengendalian itu bisa diciptakan melalui teknik-teknik paksaan maupun kerja sama.5 Konsep kepentingan nasional sering kali digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Dimana segala kebijakan yang dikeluarkan atau yang diputuskan dalam proses interaksi antarnegara berdasarkan kepentingan atau tujuan masing-masing negara yang tentunya menguntungkan negaranya sendiri. Pada hubungan bilateral antara Indonesia dan AS yang dibahas dalam tulisan ini menyangkut dalam bidang keamanan dimana melihat dampak dari hubungan kedua negara ini terhadap stabilitas keamanan di Indonesia.

5Mohtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasinal; Disiplin dan Metodologi, Jakarta, PT Pusataka

(13)

Konsep yang akan digunakan kemudian adalah mengenai konsep keamanan. Definisi keamanan pasca Perang Dingin tidak lagi bertumpu pada konflik ideologis antara blok barat dan blok timur, namun, definisi keamanan kini meliputi masalah-masalah ekonomi, pembangunan, lingkungan, hak-hak asasi manusia, demokratisasi, konflik etnik, dan berbagai masalah sosial lainnya. Pasca Perang Dingin, keamanan tidak lagi diartikan secara sempit sebagai hubungan konflik atau kerjasama antarnegara, tetapi juga berpusat pada keamanan untuk masyarakat. Hal ini berarti masalah-masalah yang sebelumnya dianggap sebagai urusan internal suatu negara seperti lingkungan hidup, semakin memerlukan kerjasama dengan negara lain dalam cara mengatasinya.

Konsep keamanan berkisar seputar dua aliran besar, yakni antara definisi strategis (strategic definition) dan definisi non-strategis ekonomi (economic non-strategic definition). Definisi yang pertama umumnya menempatkan keamanan sebagai nilai abstrak, terfokus pada upaya mempertahankan independensi dan kedaulatan negara yang umumnya berdimensi militer. Sementara, definisi kedua terfokus pada penjagaan terhadap sumber-sumber ekonomi dan aspek non-militer dari fungsi negara.6

Melihat dari definisi konsep keamanan tersebut, hubungan Indonesia dan AS bertumpu pada definisi pertama yaitu menempatkan keamanan sebagai nilai abstrak dimana mempertahankan independensi dan kedaulatan negara yang umumnya berdimensi militer. Lembaga atau pasukan militer dalam melaksanakan tugasnya yaitu melindungi kedaulatan negara dan melindungi seluruh komposisi

6http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/konsep_kamnas_rs.pdf, diakses tanggal 04

(14)

yang termasuk di dalam negara termasuk masyarakat negara tersebut. Istilah dari militer itu sendiri dapat diartikan sebagai :

Militer menunjuk pada suatu lembaga pemaksaan yang dimanajemen secara sah yang berada di bawah pengendalian Negara termasuk dalam batasan pengertian, lembaga ini adalah segala kesatuan yang terorganisir, baik regular maupun bukan (misalnya kesatuan-kesatuan cadangan militer) baik di tingkat nasional maupun di bawahnya.7 Peran dari lembaga atau pasukan militer serta masyarakat setiap negara sudah selayaknya memberikan perhatian terhadap masalah-masalah yang terjadi di negaranya terutama lebih kepada masalah keamanan yang menunjukkan kedudukannya yang semakin kuat sebagai instrumen politik luar negeri baik dalam kaitannya dengan tujuan nasional maupun kepentingan nasional suatu negara. Misalnya mengenai kejahatan internasional yang telah menjadi suatu tantangan serius terutama mengenai isu terorisme internasional yang kapan saja juga dapat mengancam kedaulatan suatu negara. Kerjasama yang terbina antara Indonesia dan AS dalam bidang keamanan memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memberikan kestabilan bagi keamanan negaranya dari gangguan-gangguan internal maupun eksternal yang bisa mengancam kedaulatan negaranya.

Pada hubungan yang terjadi antara Indonesia dan AS dalam pembahasan ini, melihat dari dampak yang akan dialami oleh Indonesia terhadap stabilitas keamanan negaranya. Dalam menjalin dan membina hubungan kerjasama dengan negara lain, maka dibutuhkan faktor keamanan nasional, regional dan pertahanan

7Dwi Purtomo Yulianto, 2005, Militer dan Kekuasaan: Puncak-Puncak Krisis Hubungan Sipil Militer

(15)

guna menunjang kepentingan dalam pelaksanaan hubungan tersebut. Jika keamanan terganggu maka secara otomatis hubungan kerjasama akan terganggu pula, karena stabilitas keamanan dalam suatu kawasan sangat akan ikut dipengaruhi oleh negara-negara yang berada dalam satu kawasan tersebut.

E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Tipe penelitian kualitatif adalah tipe penelitian dengan jenis studi kasus dimana penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu. Tipe penelitian ini akan digunakan untuk menggambarkan Dampak Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat Terhadap Stabilitas Keamanan di Indonesia.

2. Sumber dan Jenis Data

(16)

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek yang diteliti, terutama Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat dalam bidang keamanan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dimana dalam menggambarkan permasalahan yang diteliti tergantung pada validitas data yang memberikan informasi dalam penelitian ini. Untuk itu penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data dalam bentuk telaah pustaka (library research), di dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data melalui dokumen.

Teknik dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk penelusuran berbagai dokumen tertulis yang berkaitan dengan fokus penelitian, yang menyangkut hubungan Indonesia dan Amerika Serikat dalam bidang keamanan. Dimana, teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini menitik beratkan pada catatan-catatan atau arsip-arsip yang relevan dengan penelitian ini melalui analisis kontent.

4. Teknik dan Unit Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dimana, data yang dikumpulkan melalui penelitian lapang (field research) dilakukan dengan metode kualitatif, karena sifat data penelitian ini

(17)

Salah satu masalah yang dianggap penting dalam menganalisa sebuah fenomena dalam hubungan internasional adalah tingkat analisis (level of analysis). Terdapat enam tingkat analisis: individu (personal), individu (dalam

peran sebagai pembuat keputusan), struktur pemerintah, masyarakat, jaringan pembuat keputusan dan sistem dunia. Penelitian ini akan menggunakan unit analisis struktur pemerintah dalam perannya sebagai pembuat kebijakan.

Kebijakan disini merujuk pada hubungan antara Indonesia dan AS untuk pencapaian stabilitas keamanan di Indonesia, bagaimana kedua negara melakukan hubungan kerjasama dalam bidang keamanan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung misalnya kondisi geografis dan kepemilikan angkatan militer. Disamping itu, analisis data dilakukan melalui proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dimana, analisis ini dilakukan secara kualitatif yang bertujuan membuat penjelasan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat dan fenomena yang diteliti melalui studi dokumentasi yang mendalam.

5. Definisi Operasional

Istilah atau konsep yang digunakan dalam pembahasan ini diberikan batasan pengertian dalam bentuk definisi operasional, untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam mengartikan istilah atau konsep yang digunakan :

(18)

2. Konsep kepentingan nasional, konsep yang terealisasikan ketika suatu negara melakukan interaksi atau hubungan kerjasama dengan negara lain. Dimana dalam pelaksanaannya, terdapat keuntungan yang diinginkan atau diharapkan oleh negara yang juga sebagai tanda dari Politik Luar Negeri Indonesia dalam bidang keamanan. 3. Konsep keamanan merupakan konsep yang digunakan untuk

menganalisis suatu permasalahan keamanan Indonesia. 6. Metode Penulisan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kerjasama Bilateral

Hubungan Internasional pada dasarnya merupakan perwujudan dari interaksi antar-aktor atau kesatuan sosial, termasuk segala sesuatu yang berkaitan dengan interaksi dan interaksi tersebut berlangsung dalam suatu sistem internasional. Interaksi akan muncul apabila terjadi hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang memiliki satu tujuan yang sama. Seperti halnya dengan negara yang ada di dunia ini, interaksi terjadi antara negara yang satu dengan negara lain demi mencapai tujuan diinginkan masing-masing negara agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup negaranya.

Hubungan antara suatu negara terhadap negara lain adalah bukti bahwa setiap negara saling membutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan negara tersebut terutama pada era dunia yang semakin modern dan kompleks. Semakin meningkatnya kompleksitas hubungan internasional, maka setiap negara tidak dapat bebas akan saling ketergantungannya dengan negara lain. Dalam hubungan ini, negara merupakan subjek utama yang mempunyai intensitas keterlibatan yang tinggi, maka hubungan antarbangsa yang berlangsung dapat dilihat dari jumlah negaranya, dimulai dari tingkat hubungan yang paling sederhana yaitu hubungan bilateral yang menyangkut dua negara dan tingkat hubungan multilateral yang berhubungan dengan lebih dari dua negara.

(20)

hubungan global. Aspek politik dapat ditafsirkan sebagai aspek material dan karena itu dapat terwujud dalam bentuk kepentingan militer, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Dalam kaitan ini, aspek hukum menjadi aspek formal yang merupakan bentuk penyelesaian procedural dari berbagai kepentingan itu yang pada akhirnya dapat dan harus disimpulkan sebagai kepentingan politik.8

Hubungan internasional yang didefinisikan sebagai hubungan global meliputi semua hubungan yang terjadi dengan melampaui batas-batas negara. Sekecil apapun bentuk hubungan yang dilakukan apabila telah melewati batas negara maka hal tersebut dapat dikatakan hubungan internasional, dilihat dalam jumlah negara yang melakukan interaksi maka hubungan bilateral merupakan hubungan yang paling sederhana karena hanya menyangkut dua negara. Hubungan bilateral terjadi dapat disebabkan diantaranya letak geografis, sumber-sumber kekayaan alam, kependudukan dan tenaga kerja, politik, ekonomi, militer dan keamanan.

Pengertian hubungan bilateral menurut Didi Krisna dalam kamus politik internasional adalah “keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang

saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal balik antara dua belah pihak atau dua negara”.9 Hubungan bilateral yang dimaksudkan adalah hubungan yang

8

Budiono Kusumohamidjojo, 1987, Hubungan Internasional : Kerangka Studi Analisis, Bina Cipta, Jakarta. Hal 7.

9

(21)

terjalin antara Indonesia dan AS di dalam bidang keamanan yang khususnya memiliki dampak terhadap stabilitas keamanan Indonesia. Menurut Holsti, “kerjasama bilateral merupakan interaksi dan transaksi yang terjadi secara

langsung di antara dua negara yang menghadapi masalah-masalah atau hal tertentu yang mengandung kepentingan bersama.” Selanjutnya, Holsti

mengemukakan, dalam kebanyakan kasus, pemerintah negara yang bersangkutan saling mendekati dengan penyelesaian yang diusulkan, merundingkan maupun membahas masalah, mengemukakan bukti teknis untuk menyetujui satu penyelesaian atau yang lainnya dan perundingan dengan perjanjian atau pengertian tertentu yang memuaskan kedua belah pihak.10

Kerjasama bilateral merupakan keinginan atau niat baik negara-negara yang menjalin hubungan, dari situasi yang kurang baik menuju situasi yang lebih baik, dan situasi tersebut mustahil terwujud tanpa adanya kerjasama. Seperti kerjasama bilateral bidang perdagangan dan keamanan, kedua negara menghendaki adanya hubungan dagang yang mengarah kepada peningkatan ekonomi kedua negara yang bekerja sama. Begitu pula kerjasama bilateral dalam bidang keamanan, adanya keinginan antara negara-negara yang melakukan kerjasama terutama Indonesia dan AS untuk mendapatkan rasa aman, tentram, bebas mengembangkan nilai-nilai kolektif baik dalam lingkup nasionalnya maupun lingkup internasional.

10 K.J. Holsti. 1980. Politik Internasional; Kerangka Untuk Analisis Edisi Keempat, Jilid 2, Erlangga:

(22)

Terselenggaranya hubungan bilateral juga tidak terlepas dari tercapainya beberapa kesepakatan antara dua negara yang melakukan hubungan yang mana mengabdi pada kepentingan nasionalnya, dalam usaha untuk menyelenggarakan politik luar negerinya masing-masing. Dengan tujuan nasional yang ingin dicapai suatu bangsa dapat terlihat dari kepentingan nasional yang dirumuskan oleh elit suatu negara. Seperti yang dikemukakan oleh Plano dan Olton bahwa:

Hubungan kerjasama yang terjadi antara dua negara di dunia ini pada dasarnya tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara. Kepentingan nasional merupakan unsur yang sangat vital yang mencakup kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi.11

B. Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional suatu bangsa dan negara muncul ketika terjadi interaksi antara bangsa-bangsa dan negara-negara baik secara bilateral maupun multilateral. Pada dasarnya politik luar negeri dari suatu negara merupakan alat untuk memperjuangkan dan mencapai kepentingan nasionalnya (national interest), yang menjadi dasar hubungan bagi setiap negara dalam melakukan

hubungan internasional. Dan setiap negara dalam pelaksanaan pencapaian kepentingan nasionalnya, akan berusaha untuk dapat memperoleh keuntungan sebesar mungkin di dalam melakukan kerjasama bilateral dengan negara lain.

Tujuan atau kepentingan nasional adalah sasaran kebijaksanaan luar negeri, merupakan konsep yang sangat umum, namun merupakan elemen yang

11

(23)

menjadi kebutuhan pokok bagi suatu negara. Elemen yang dimaksud meliputi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan keutuhan bangsa dan wilayah, kehidupan ideologi-politik, kehidupan ekonomi, kehidupan sosial budaya, keamanan militer dan kemampuan politik luar negeri serta diplomasi suatu negara.

Kepentingan nasional (na tional interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa atau negara yang telah dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional relatif sama dengan kepentingan nasional negara lain, yaitu: keamanan (mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan keutuhan wilayah serta kesejahteraan). Kedua hal pokok tersebut merupakan dasar suatu negara dalam merumuskan kepentingan dan tujuan nasional.12 Konsep kepentingan nasional yang mengacu pada konsepsi keamanan juga diungkapkan oleh Hans J. Morgenthau, yang menyatakan bahwa:

Kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain. Hubungan kekuasaan dan pengendalian itu bisa diciptakan melalui teknik-teknik paksaan maupun kerjasama.13

Hubungan antarnegara untuk mencapai kepentingan nasional negaranya tergantung pada prioritas dan kapabilitas negara tersebut, dimana, kapabilitas

12

T. May Rudy, 2002, Study Strategis: Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Refika Aditama, Jakarta, hal 70.

13Mohtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasinal; Disiplin dan Metodologi, , Jakarta, PT

(24)

suatu negara sangat erat kaitannya dengan power. Mengenai power, Morgenthau menyamakan kepentingan nasional dengan untuk mengerjakan power, dimana power negara dipandang sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk memelihara maupun mengembangkan kontrol suatu negara terhadap negara lain. Oleh karena itu, menurut Morgenthau, strategi diplomasi harus dimotivasi oleh kepentingan nasional.14

Hakikat kepentingan nasional menurut Frankel sebagai keseluruhan nilai yang hendak ditegakkan oleh suatu bangsa. Lebih lanjut Frankel mengatakan konsep kepentingan nasional dapat melukiskan aspirasi negara dan dapat dipakai secara operasional dalam aplikasinya pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang aktual serta rencana yang dituju. Dengan demikian baik kebijaksanaan maupun rencana yang dituju berorientasi pada kepentingan nasional.15

C. Keamanan

Pengkajian keamanan internasional dalam studi Hubungan Internasional telah berlangsung lama. Berakhirnya Perang Dingin telah membuka era baru dalam pemahaman tentang keamanan. Definisi keamanan kini meliputi pula soal-soal ekonomi, pembangunan, lingkungan, hak-hak asasi manusia, demokratisasi, konflik etnik dan berbagai masalah sosial lainnya.

14

Hans J. Morgenthau,1991, Politik Anta r Bangsa, Buku Kesatu, revisi oleh Thompson, Kenneth W, Yayasan Obor, Jakarta. hal 7

15

(25)

Adanya berbagai konflik di berbagai belahan dunia seperti konflik etnis, konflik antar negara maju dan negara terbelakang, pelanggaran hak asasi manusia oleh rezim otoriter dan makin pesatnya proses globalisasi dan perkembangan teknologi informasi menempatkan makna keamanan telah pesat berkembang seiring dengan proses peradaban manusia. Akibatnya, penyelesaian keamanan yang lebih mengedepankan kekuatan militer dianggap hanya memberikan keamanan untuk sebagian orang, sementara di lain pihak sebagian lainnya merasa terancam penderitaan dan ketakutan. Maka dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa konsep keamanan adalah konsep yang masih diperdebatkan (contested concept), yang mempunyai makna berbeda bagi aktor yang berbeda, hal ini

disebabkan makna konsep keamanan makin luas yang didorong dengan meningkatnya interdependensi dan semakin kompleksnya jaringan hubungan antarbangsa (international rela tions) dalam era globalisasi.

(26)

berkembang menjadi bentuk-bentuk kejahatan yang bersifat internasional baik dilihat dari segi organisasi, peralatan, dan metode.

Kejahatan internasional seperti terorisme, penyelundupan manusia, senjata, kejahatan lingkungan, kejahatan hak asasi manusia menunjukkan peningkatan cukup tajam dan berkembang menjadi isu keamanan internasional. Hubungan yang berlangsung dalam proses perubahan global, regional, dan domestik telah membentuk spektrum ancaman dan gangguan keamanan nasional suatu negara yang bersifat kompleks, oleh karena itu, isu keamanan regional dan global memerlukan keterlibatan aktif semua negara untuk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia. Kerjasama internasional merupakan hal mutlak yang diperlukan dan menunjukkan bukti dari adanya saling pengertian antarbangsa (international understanding) sebagai akibat dari adanya interdependensi antarbangsa dan bertambah kompleksnya kehidupan dalam masyarakat internasional.

Konsep keamanan berkisar seputar dua aliran besar, yakni antara definisi strategis (strategic definition) dan definisi non-strategis ekonomi (economic non-strategic definition). Definisi yang pertama umumnya menempatkan keamanan sebagai nilai abstrak, terfokus pada upaya mempertahankan independensi dan kedaulatan negara yang umumnya berdimensi militer. Sementara, definisi kedua terfokus pada penjagaan terhadap sumber-sumber ekonomi dan aspek non-militer dari fungsi negara.16

Dalam menganalisis keamanan memerlukan suatu cara pandang yang menempatkan negara dan sistem ke dalam sebuah hubungan timbal balik yang

16 http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/konsep_kamnas_rs.pdf, diakses tanggal 04

(27)

saling menguntungkan, dimana negara sebagian terbentuk dengan sendirinya dan sebagian lain dibentuk oleh lingkungan anarki yang kompetitif dan bersaing. Lingkungan domestik dan dinamika internasional keduanya merupakan hal penting bagi analisis keamanan di dalam upaya memahami hubungan yang kompleks di antara keduanya. Kekuatan militer yang dimiliki suatu negara juga sangat menunjang dalam melindungi keamanan negara bersangkutan guna mempertahankan unsur-unsur penting yang dimiliki setiap negara.

Keamanan nasional merupakan faktor penunjang untuk terciptanya stabilitas keamanan regional, keamanan nasional menuntut secara keseluruhan adanya kemampuan untuk mempertahankan negaranya dari serangan atas wilayah teritorial darat, laut, dan udara. Konteks keamanan regional tidak terlepas dari keamanan nasional tiap-tiap negara yang berada dalam satu kawasan tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Morgenthau, bahwa dalam bekerjanya sistem keamanan kolektif, masalah keamanan bukan lagi merupakan masalah masing-masing suatu negara yang harus dipelihara dengan mempersenjatai diri sebagai elemen dari kekuatan nasional. Keamanan menjadi masalah dari semua negara yang harus dipelihara secara bersama-sama dari masing-masing negara, seakan-akan keamanan masing-masing dipertaruhkan.17

Kepentingan nasional erat kaitannya dengan masalah keamanan, integritas dan posisi negara melalui perimbangan kekuatan. Strategi keamanan nasional

17

(28)

dirumuskan untuk menanggulangi gangguan-gangguan terhadap keamanan nasional yang datangnya dari dalam negeri sendiri, sebab bukan hal yang tidak mungkin jika diarahkan oleh kelompok tertentu guna kepentingannya sendiri. Keamanan nasional merupakan salah satu objek utama kebijaksanaan luar negeri suatu negara, apabila tercipta keamanan nasional maka kepentingan nasional akan mudah terwujud.

Keamanan nasional suatu negara sangat berhubungan erat dengan posisi negara itu dalam interaksinya dengan negara-negara lain pada sistem internasional. Lingkungan internasional akan memunculkan baik itu kesempatan maupun paksaan bagi suatu negara dalam upayanya mencapai tujuan-tujuan nasionalnya. Dengan kata lain, keamanan nasional adalah suatu kemampuan untuk melindungi nilai hakiki negara terhadap ancaman dari dalam maupun luar negeri. Konsep tentang keamanan nasional suatu negara sangat dipengaruhi oleh latar belakang sejarah negara tersebut.

(29)

meningkatkan pembangunan negara dan dengan keamanan yang terjaga maka hubungan dengan negara-negara lain juga ikut terjaga.

Menurut K.J. Holsti agar keamanan bersama dapat tercipta maka ada beberapa fungsi mencegah perang yaitu:

1. sistem bersama tersebut mampu pada setiap saat mengharapkan kekuatan untuk menghadapi setiap pelanggaran yang potensial atau kualitas pelanggaran-pelanggaran, hingga yang disebut akhir ini tidak akan berani menentang tata tertib yang dipertahankan dari sistem tersebut. Setidak-tidaknya negara yang kekuatan gabungannya memenuhi persyaratan yang terutama dalam memiliki konsep keamanan yang sama yang mereka harapkan untuk dipertahankan.

(30)

BAB III

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT DALAM BIDANG KEAMANAN

A. Indonesia

1. Kondisi Geografis

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik, terletak di kawasan Asia Tenggara, memiliki kurang lebih 17.000 pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas sebagai berikut:

Utara : Malaysia, Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan Selatan : Australia, Samudera Hindia

Barat : Samudera Hindia

Timur : Papua Nugini, Timor Leste, Samudera Pasifik.18

Posisi geografis Indonesia terdiri atas letak astronomis, letak geografis serta letak geologis yang berbeda pengertian dan pandangannya, yaitu:

a. Letak Astronomis

Letak astronomis suatu negara adalah posisi letak yang berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis khayal yang melingkari permukaan bumi secara horizontal, sedangkan garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan Kutub Utara dan Kutub Selatan. Letak

18 http://eritristiyanto.wordpress.com/2010/03/29/posisi-geografis-posisi-letak-indonesia/, diakses

(31)

astronomis Indonesia terletak di antara 6oLU-11oLS dan 95oBT-141oBT, berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia dilalui oleh garis equator yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua bagian sama besarnya. Garis equator atau garis khatulistiwa terletak pada garis lintang 0o.

b. Letak Geografis

Letak geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah dilihat dari kenyataan di permukaan bumi. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan demikian, wilayah Indonesia berada pada posisi silang, yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan iklim dan perekonomian.

c. Letak Geologis

Letak geologis adalah letak suatu wilayah dilihat dari jenis batuan yang ada di permukaan bumi. Secara geologis wilayah Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur. Adanya dua jalur pegunungan tersebut menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadinya gempa bumi.19

Kondisi geografis suatu negara tidak hanya dipandang dari segi bentuk negara dan apa yang terdapat di dalam negara tersebut, tetapi faktor

19

(32)

politik dan geo-strategis juga hal penting yang harus diketahui. Geo-politik artinya penentuan kebijaksanaan pemerintah berdasarkan konstelasi (seluk beluk) geografis yang ditempati oleh suatu bangsa. Fungsi geo-politik Indonesia adalah:

Hankam, Melindungi seluruh tumpah darah Indonesia dan ikut serta mewujudkan perdamaian dunia.

Ekonomi, Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan devisa negara.

Politik, Menyadarkan warga negara akan hak dan kewajibannya dan kepentingan diplomatik serta ketertiban masyarakat dunia.

Sosial, Mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengaturan pengiriman misi olahraga dan kesenian ke luar negeri secara bergiliran dalam rangka memperkenalkan Indonesia ke luar negeri.20

Geo-strategis Indonesia adalah perumusan strategis nasional yang memperhitungkan konstelasi geografis suatu negara:

a. Secara fisik, Indonesia berada pada posisi silang dunia yang berarti ikut menentukan atau mengatur lalu lintas kekuatan dunia.

b. Secara sosial, Indonesia berada di antara dua kekuatan sosial dunia yaitu dunia barat dan dunia timur.

20 Dikutip dari skripsi A.Herawati, Analisis Hubungan Kerjasama Militer Indonesia-AS : Masalah dan

(33)

c. Pengaruh terhadap geo-strategis Indonesia dapat melalui diplomatik atau damai, infiltrasi, subversive, agresi dan invasi.21

2. Angkatan Bersenjata / Pasukan Militer

Negara Indonesia pada awal berdirinya sama sekali tidak mempunyai kesatuan tentara. Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk dalam sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden pada tanggal 23 Agustus 1945, bukanlah tentara sebagai suatu organisasi kemiliteran yang resmi. BKR, baik di pusat maupun di daerah berada di bawah wewenang KNIP dan KNI Daerah dan tidak berada di bawah perintah presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang, BKR juga tidak berada di bawah koordinasi Menteri Pertahanan. Badan Keamanan Rakyat hanya disiapkan untuk memelihara keamanan setempat agar tidak menimbulkan kesan bahwa Indonesia menyiapkan diri untuk memulai peperangan menghadapi sekutu.

Melalui Dekrit Presiden tanggal 5 Oktober 1945 (hingga saat ini diperingati sebagai hari kelahiran TNI), BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada tanggal 7 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat dan berubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia pada 24 Januari 1946. Saat itu, Indonesia terdapat barisan-barisan bersenjata lain di samping Tentara Republik Indonesia maka pada tanggal 5 Mei 1947, Presiden Soekarno mengeluarkan

21

(34)

keputusan untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan senjata yang ada menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Penyatuan angkatan bersenjata ini terjadi dan diresmikan pada tanggal 3 Juni 1947.

Sesuai UU TNI pasal 2, Jati diri Tentara Nasional Indonesia adalah: a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara

Indonesia.

b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama.

d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hokum nasional, dan hokum internasional yang telah diratifikasi.22

Tentara Nasional Indonesia terdiri dari tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. TNI dipimpin oleh seorang Panglima TNI, sedangkan masing-masing angkatan

22

(35)

memiliki Kepala Staf Angkatan. Jumlah kekuatan angkatan bersenjata Indonesia yaitu TNI pada tahun 200923, sebagai berikut TNI Angkatan Darat berjumlah 328.517 personil, TNI Angkatan Laut 74.963 personil, TNI Angkatan Udara 34.930 personil.

Dalam sejarahnya, TNI pernah digabungkan dengan POLRI (Polisi Republik Indonesia), gabungan ini disebut ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Sesuai Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI serta Ketetapan MPR nomor VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan peran POLRI maka pada tanggal 30 September 2004 telah disahkan RUU TNI oleh DPR RI yang selanjutnya ditandatangani oleh Presiden Megawati pada tanggal 19 Oktober 2004.

Sesuai UU TNI Pasal 7 ayat (1), Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Ayat (2) tugas pokok sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dilakukan dengan:

1. operasi militer untuk perang

2. operasi militer selain perang, yaitu untuk: a) mengatasi gerakan separatis bersenjata

(36)

b) mengatasi pemberontakan bersenjata c) mengatasi aksi terorisme

d) mengamankan wilayah perbatasan

e) mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis

f) melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri

g) mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya h) memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya

secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta i) membantu tugas pemerintahan di daerah

j) membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang

k) membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia

l) membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan

(37)

n) membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.24

Angkatan bersenjata Indonesia lainnya yang berperan dalam melindungi keamanan negara Indonesia yaitu Polri (Polisi Republik Indonesia), yang bertanggungjawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), sejak 22 Oktober 2010 Kapolri dijabat oleh Jenderal Polisi Timur Pradopo.

Sejarah kepolisian dalam mengemban tugasnya yaitu: Zaman Hindia Belanda

Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi lapangan), stands politie (polisi kota), culture politie (polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong praja), dan lain-lain. Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian juga diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada dasarnya pribumi tidak diperkenalkan menjabat hood agent (bintara), inspekteur van politie, dan commisaris van politie, untuk pribumi selama

menjadi agen polisi diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten

(38)

wedana, dan wedana polisi. Demikian pula dalam praktek peradilan pidana terdapat perbedaan kandgerecht dan raad van justitie.

Zaman Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, pemerintahan kepolisian Jepang membagi Indonesia dalam dua lingkungan kekuasaan, yaitu Sumatera, Jawa, dan Madura dikuasai oleh Angkatan Darat Jepang, kemudian Indonesia bagian timur dan Kalimantan dikuasai Angkatan Laut Jepang. Dalam masa ini, banyak anggota kepolisian bangsa Indonesia menggantikan kedudukan dan kepangkatan bagi bangsa Belanda sebelumnya, pusat kepolisian di Jakarta dinamakan keisatsu bud an kepalanya disebut keisatsu elucho. Kepolisian untuk Jawa dan Madura juga berkedudukan di Jakarta, untuk Sumatera berkedudukan di Bukit Tinggi, Indonesia bagian timur berkedudukan di Makassar, dan Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin.

(39)

Zaman Revolusi Fisik

Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun, sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, secara resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka. Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin, Komandan Polisi di Surabaya, pada tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan kedudukan polisi sebagai Polisi Republik Indonesia menyusul dibentuknya Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 19 Agustus 1945. Pada 29 September 1945 Presiden RI melantik Kepala Kepolisian RI (Kapolri) pertama Jenderal Polisi R.S. Soekanto, adapun ikrar Polisi Istimewa tersebut berbunyi: “Oentoek

bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menyatakan Poelisi Istimewa sebagai Poelisi Repoeblik Indonesia.”

Kepolisian Pasca Proklamasi

(40)

dengan Ketetapan Pemerintah No. 11/SD/1946 dibentuk Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggungjawab langsung kepada Perdana Menteri, semua fungsi kepolisian disatukan dalam Djawatan Kepolisian Negara yang memimpin kepolisian di seluruh tanah air. Dengan demikian, lahirlah Kepolisian Nasional Indonesia yang sampai saat ini diperingati sebagai Hari Bhayangkara.

Zaman RIS (Republik Indonesia Serikat)

Hasil Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka R.S. Sukanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R. Sumanto diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta. Dengan Keppres RIS No. 22 Tahun 1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS dalam kebijaksanaan politik polisional berada di bawah Perdana Menteri dengan perantaraan Jaksa Agung, sedangkan dalam hal administrasi pembinaan, dipertanggungjawabkan pada Menteri Dalam Negeri.

Zaman Demokrasi Parlementer

(41)

berukuran 500 ton) dan juga membangun Polisi Udara serta mengirim ratusan perwira Polri belajar ke luar negeri, terutama ke Amerika Serikat. Zaman Demokrasi Terpimpin

Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah kegagalan Konstituante, Indonesia kembali ke UUD 1945, namun dalam pelaksanaannya kemudian banyak menyimpang dari UUD 1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir. Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama, Polri masih tetap di bawah pada Menteri Pertama sampai keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli dimana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara ex-officio. Pada tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959 Kapolri juga menjabat sebagai Menteri Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran, tanggal 26 Agustus 1959 dengan Surat Edaran Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan Kepala Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari Djawatan Kepolisian Negara).

(42)

Desember 1959. Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 menyatakan bahwa ABRI terdiri atas Angkatan Perang dan Polisi Negara, berdasarkan Keppres No. 21/1960 sebutan Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian Negara bersama Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan nasional. Kemudian dalam UU Pokok Kepolisian No. 13/1961 menyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah satu unsur ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan AU.

Zaman Orde Baru

(43)

Negara RI (Kapolri), pergantian sebutan tersebut diresmikan pada tanggal 1 Juli 1969.

Pada HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1969 sebutan Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi Kepala Staf Angkatan. Kesempatan tersebut anggota AL dan AU memakai tanda TNI di kerah leher, sedangkan Polri memakai tanda Pol. Hal ini dimaksudkan untuk menegaskan perbedaan antara Angkatan Perang dan Polisi.

Zaman Reformasi

Adanya Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang reformasi telah melahirkan Inpres No. 2/1999 tanggal 1 April 1999 dalam era Presiden BJ Habibie yang memisahkan Polri dan TNI karena dirasakan memang terdapat perbedaan fungsi dan cara kerja dihadapkan dengan civil society. Pada waktu itu, Polri masih diletakkan di bawah Menteri Pertahanan Keamanan, akan tetapi, pada waktu itu Menteri dan Panglima TNI dijabat orang yang sama (Jenderal TNI Wiranto), maka pemisahan tidak berjalan efektif.

(44)

Kepolisian masih dapat dikontrol oleh DPR dan LKN (Lembaga Kepolisian Nasional) yang merupakan lembaga independen.25

Reformasi Polri diawali dengan Inpres No. 2 Tahun 1999 tanggal 1 April 1999 yang kemudian dikukuhkan dengan ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan Polri serta ketetapan MPR RI No. VV/MPR/2000 tentang peran TNI dan Polri. Pemisahan tersebut memiliki momentum yang baik bagi Polri untuk merubah keadaan ke arah yang lebih baik dalam semua aspek dalam rangka perwujudan Polri yang mandiri dan profesional. Sejalan dengan reformasi, Polri telah melakukan perubahan dalam struktural seperti Status Polri di bawah Presiden, sedangkan dari aspek instrumen yaitu adanya UU No. 2 tahun 2002 beserta penjabarannya, revisi pedoman tugas seperti bidang operasional sesuai demokrasi dan HAM, bidang pembinaan meliputi rekrutmen, pendidikan, disiplin dan etika profesional, bidang perencanaan serta pengawasan. Dari aspek kultur telah terjadi perubahan paradigma dimana budaya organisasi yang transparan dan akuntabel, budaya anggota meliputi sikap dan perilaku serta pengawasan internal dan eksternal.

Tahun 2009, Kepala Divisi Bidang Hukum (Kaditbinkum) Mabes Polri, Irjen Polisi Aryanto Sutadi menyebutkan jumlah personil kepolisian Republik Indonesia berjumlah sebanyak 374.526 orang. Jumlah tersebut

25

(45)

terdiri atas 214 perwira tinggi, 8.887 perwira menengah, 25.229 perwira atas, 338.799 bintara dan 1.397 tamtama. Personil yang terbanyak yaitu adalah bintara, yang menurut Irjenpol Aryanto Sutadi berpotensi para kepolisian ini untuk melanggar HAM sangat besar.26

Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiri dari:

 Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri maupun guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

 Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik, dalam rangka penegakan hukum.

 Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan yang mencakup pemeliharaan dan upaya peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

 Korps Brigade Mobile (Korbrimob), bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan khususnya yang berkenaan dengan penanganan

26

(46)

gangguan keamanan yang berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan dalam negeri.

 Korps Lalu Lintas (Korlantas), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor, serta mengadakan patroli jalan raya.

 Biro Operasi Polri, bertugas untuk mengirimkan pasukan Brimob, Sabhara, Samapta, Satlantas, (Jihandak/Penjinak Bahan Peledak, bila diperlukan) serta sebuah tim intelijen jika ada demonstrasi, sidang pengadilan, pertemuan tingkat tinggi, perayaan hari besar oleh kelompok masyarakat, atau peresmian oleh kepala pemerintahan, kepala negara, ketua MPR, atau ketua DPR dengan mengirimkan surat tugas kepada Biro Operasi Polda setempat, Biro Operasi Polres setempat dan Polsek setempat.

 Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri (Densus 88 AT), bertugas menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan, investigasi, penindakan, dan bantuan operasional dalam rangka penyelidikan tindak pidana terorisme.27

3. Kebijakan Pemerintah Indonesia di Bidang Keamanan

Keamanan nasional merupakan perwujudan konsep keamanan menyeluruh yang menempatkan keamanan sebagai konsep multi-dimensi

27

(47)

yang mengharuskan negara menyiapkan beragam aktor keamanan untuk mengelolanya. Aktor-aktor keamanan tersebut masing-masing memiliki fungsi dan tugas spesifik untuk menangani dimensi keamanan yang spesifik pula, keragaman ancaman keamanan nasional kontemporer dan sifat dari penangkalan dan serangan yang asimetris merupakan faktor utama kebutuhan akan kerangka yang komprehensif tersebut.

Sejak bergulirnya reformasi di tahun 1998 sejumlah program Reformasi Sektor Keamanan (RSK) di Indonesia telah mulai dijalankan. Perubahan pertama di sektor keamanan Indonesia adalah perubahan internal paradigma peran TNI, yang berisikan dokumen mengenai redefinisi, reposisi, dan reaktualisasi peran TNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara formal perubahan peran TNI ini diwadahi melalui TAP MPR-RI No VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan Polri, serta TAP MPR-RI No VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan Polri.

Paradigma baru TNI, secara kelembagaan telah memberikan beberapa perubahan struktural di dalam tubuh Mabes TNI, yaitu pertama, pemisahan Polri dari organisasi dan struktur komando TNI. Kedua, penghapusan jabatan Kassospol TNI dan Kaster TNI. Ketiga, penghapusan doktrin Dwifungsi ABRI. Keempat, likuidasi fungsi kekaryaan serta sosial politik TNI. Kelima, penghapusan keberadaan fraksi TNI/Polri di lembaga parlemen di tahun 2004. Keenam, penerapan akuntabilitas publik terhadap aktivitas bisnis militer. Serta

(48)

Pada tahun 2002, DPR mengeluarkan regulasi di sektor keamanan yang makin memperkuat upaya reformasi yang tengah berlangsung, yaitu UU No 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara, pada tahun 2004, pemerintah kembali mengeluarkan regulasi yang mengatur TNI, yaitu UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI. Namun, walaupun sejumlah regulasi mengenai pengaturan sistem keamanan di Indonesia telah dikeluarkan, regulasi-regulasi tersebut masih membawa sejumlah kekurangan. Salah satu kelemahan mendasar dari regulasi-regulasi tersebut adalah ketidakmampuan pemerintah menyusun sebuah kerangka sistem keamanan yang demokratis, komprehensif dan integratif, dengan demikian, regulasi-regulasi tersebut masih memerlukan sejumlah perbaikan dan penambahan untuk menuntaskan reformasi sektor keamanan di Indonesia.

B. Amerika Serikat 1. Kondisi Militer

(49)

orang-orang Indian selama beribu-ribu tahun. Namun, populasi suku Indian menurun drastis akibat wabah penyakit dan peperangan dengan para pendatang tersebut.

Abad ke-19, kekuatan AS meluas di seluruh wilayah Amerika Utara, melalui paksaan, kekuatan militer dan diplomasi AS memperoleh banyak negara-negara bagian lain di dalam dan di luar negara, seperti Kuba dan Filipina. Meskipun berhasil menguasai beberapa negara, AS mengalami masalah sosial yang buruk, dimana adanya usaha untuk mengembangkan wilayah kekuasaan kaum kulit putih yaitu para imigran dan kaum pribumi Indian yang telah dijadikan korban. Melalui kekuatan militer, pemusnahan, penyingkiran serta pembangunan daerah reservasi, kaum pribumi Indian telah disingkirkan, di sebelah selatan, masih terdapat sistem perbudakan bagi kaum kulit hitam sebagai warga kelas kedua. Diskriminasi terhadap kaum minoritas merupakan salah satu sebab terjadinya Perang Saudara di AS, yaitu antara negara bagian Utara dan negara bagian Selatan, walaupun sistem perbudakan telah dihapuskan, diskriminasi tersebut masih terjadi hingga ke pertengahan abad ke-20.

(50)

Departemen Pertahanan dipimpin oleh Menteri Pertahanan yang merupakan warga sipil dan anggota dari Kabinet. Untuk mengkoordinasikan tindakan militer dengan diplomasi, Presiden memiliki penasehat Dewan Keamanan Nasional yang dipimpin oleh Penasihat Keamanan Nasional.

Sejarah angkatan bersenjata Amerika Serikat yaitu para Tentara Kontinental, Kontinental Angkatan Laut, dan Marinir Kontinental dibentuk dalam Kongres Kontinental Kedua untuk membela bangsa yang baru melawan Kerajaan Inggris dalam Perang Revolusi Amerika. Kekuatan-kekuatan tersebut didemobilisasi pada tahun 1784 setelah Perjanjian Paris mengakhiri Perang Kemerdekaan, para Kongres Konfederasi membentuk Angkatan Darat Amerika Serikat pada 3 Juni 1784 meskipun hari berdirinya angkatan ini dirayakan pada tanggal 14 Juni 1775.

2. Angkatan Bersenjata / Pasukan Militer

Militer Amerika Serikat adalah salah satu militer terbesar dalam hal jumlah anggotanya. Angkatan bersenjata Amerika Serikat secara keseluruhan memiliki peralatan yang canggih dan kuat dalam jumlah yang besar, hal ini memberikan kemampuan bagi angkatan bersenjata yang signifikan bagi kekuatan, keamanan serta pertahanan untuk negaranya. Tahun 2010, Amerika Serikat menghabiskan sekitar 43% dari pengeluaran militer dunia untuk membiayai pasukan militernya.

(51)

$171.700.000.000 untuk Angkatan Laut dan Korps Marinir, $160.500.000.000 untuk Angkatan Udara dan $106.400.000.000 untuk belanja pertahanan. Dengan fungsi, $154.200.000.000 diminta untuk personil, $283.300.000.000 untuk operasi dan pemeliharaan, $140.100.000.000 untuk pengadaan, $79.100.000.000 untuk penelitian dan pengembangan, $23.900.000.000 untuk pembangunan militer, dan $3,1 miliar untuk perumahan keluarga.28

Pada 30 September 2010, jumlah angkatan militer yang bertugas aktif yaitu 1.430.895 dan memiliki cadangan di dalam tujuh komponen dalam angkatan militer sebanyak 848.000 orang. Dimana tujuh komponen tersebut terdiri dari Tentara Garda Nasional, Cadangan Angkatan Darat, Pasukan Cadangan Korps Marinir, Cadangan Angkatan Laut, Air National Guard, Angkatan Udara Cadangan dan Coast Guard Cadangan. Pada 31 Desember 2010, angkatan bersenjata AS ditempatkan di lebih dari 820 instalasi di sedikitnya 135 negara. Irak dan Afghanistan adalah contoh dari negara yang ditempati oleh angkatan bersenjata AS.29

Para calon angkatan bersenjata AS direkrut dari sekolah tinggi dan perguruan tinggi, usia yang dibutuhkan berkisar antara 18 sampai dengan 28 tahun. Jika telah mendapat izin dari orang tua atau wali maka, para calon dapat mendaftar pada usia 17 tahun. Setelah melakukan pendaftaran, anggota

28

http://en.wikipedia.org/wiki/United_States_Armed_Forces, diakses tanggal 20 Juni 2011

29

(52)

baru menjalani pelatihan dasar yang juga dikenal sebagai boot camp di Angkatan Laut, Coast Guard dan Marinir.

Pada 2010 , angka bunuh diri di angkatan bersenjata AS berada pada tingkat rekor tinggi. Dalam beberapa operasi militer seperti di Afghanistan, kerugian akibat bunuh diri melebihi kematian akibat tindakan musuh. Tarif antara Angkatan Darat dan Marinir dijalankan pada sekitar 20 per 100.000 orang per tahun.

3. Kebijakan Amerika Serikat di Bidang Keamanan Dunia

Amerika Serikat memiliki sejarah yang panjang mengenai pola pengembangan kebijakan luar negerinya. Landasan atau dasar pijakan politik luar negerinya seperti sifat patriotisme warga negaranya, kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun, dan kemakmuran negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, menjadikan AS sebagai bangsa yang memiliki integritas yang tinggi. Sebagai negara super power, kebijakan luar negeri AS merupakan role model bagi kebijakan luar negeri hampir seluruh negara di dunia.

Prinsip-prinsip kebijakan luar negeri AS sejak Pasca Perang Dunia II hingga masa kontemporer terbagi dalam 3 periode yakni:

(53)

penyebaran komunisme dan menjadikannya sebagai salah satu motif kebijakan luar negeri AS. Kebijakan luar negeri AS pada masa ini sulit dipisahkan dengan kebijakan keamanan nasionalnya. Terutama kebijakan yang menekankan kekuatan militer sebagai instrumen penangkalan (detterence) terhadap kekuatan-kekuatan militer Uni Soviet. Kebijakan ini oleh para pengambil kebijakan luar negeri AS dimanifestasikan dalam pembentukan aliansi-aliansi militer di berbagai penjuru dunia, untuk menghalau dari kemungkinan ancaman Uni Soviet yang secara tidak langsung akan meningkatkan keamanan nasionalnya. Dalam era ini, kebijakan Politik Luar Negeri AS lebih proaktif untuk membendung apa yang mereka yakini sebagai perluasan komunisme. Persepsi inilah yang menyebabkan AS melakukan tindakan-tindakan intervensi di berbagai kawasan dunia.

b) Periode Pasca Perang Vietnam (1960an-1980an). Prinsip pembendungan masih sangat mewarnai Politik Luar Negeri AS. Namun, sejak kekalahan AS dalam Perang Vietnam, decision maker AS mulai memikirkan secara serius keadaan perekonomian dalam negeri yang terus memburuk. Pada masa ini, prinsip pembendungan dan pengembangan akses terhadap pasar global menjadi tujuan utama kebijakan luar negeri AS.

(54)

yang ditandai dengan serba ketidakpastian ini, dalam politik internasional telah memunculkan isu-isu baru yang sangat penting dalam perumusan dan pelaksanaan Politik Luar Negeri AS. Isu-isu menyangkut nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan hidup, dan sebagainya telah mengemuka sebagai agenda penting dalam kebijakan luar negeri AS.30

Serangan yang terjadi di WTC, AS merupakan kondisi national emergency bagi negara ini, dimana yang menjadi kepala negara saat itu adalah

George W. Bush. Masa kepemimpinan George W. Bush menjadi turning point dalam pengambilan kebijakan luar negeri AS, dimana Ia mengambil

kebijakan perang melawan terorisme atau global war on terrorism sebagai bentuk pertahanan AS dan perlindungan warga negaranya terhadap serangan terorisme tersebut. Hal ini semakin dipertegas dalam Doktrin Bush (Bush Doctrine) yang sering disebut sebagai Grand Strategy Kebijakan Luar Negeri AS yang terdiri atas 7 elemen, yaitu:

1) Amerika Serikat memainkan peran secara langsung dalam menjawab ancaman-ancaman.

2) Komitmen untuk mempertahankan dunia yang unipolar, dengan AS sebagai sumbunya, yang berarti tidak boleh ada pesaingnya.

3) Analisis baru tentang ancaman global dan bagaimana ancaman itu harus ditangani.

30 Dikutip dari skripsi Andi Nurhayati, Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Iran Di

(55)

4) Tidak lagi menggunakan konsep detterence (pencegahan) seperti yang digunakan pada masa Perang Dingin.

5) Mengembangkan atau menggunakan pola baru yakni pre-emprive actions. 6) Pembongkaran dan penyusunan ulang pengertian kedaulatan.

7) Depresiasi umum terhadap aturan-aturan atau perjanjian-perjanjian internasional.31

C. Kondisi Keamanan Indonesia 2005-2010

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang didiami oleh lebih dari 300 suku bangsa membentuk kondisi yang sangat majemuk. Kondisi yang heterogen tersebut berimplikasi pula terhadap kategorisasi isu-isu keamanan sesuai dengan besarannya untuk dikelompokkan dalam isu-isu keamanan yang berskala nasional, provinsi atau lokal. Karakteristik geografis Indonesia mengandung tantangan yang multidimensi sehingga menuntut adanya strategi pertahanan negara yang tepat untuk mengamankan wilayah tersebut. Tugas untuk melindungi dan mengamankan Indonesia dengan karakteristik negara kepulauan mengisyaratkan tantangan yang kompleks dan berimplikasi pada tuntutan pembangunan dan pengelolaan sistem pertahanan negara untuk menghasilkan daya pencegahan yang handal.

Memiliki banyak pulau, baik pulau kecil maupun pulau besar dan berbatasan langsung dengan negara-negara yang termasuk dalam kawasan Asia Tenggara, Indonesia mempunyai sejumlah persoalan mengenai batas

31

(56)

wilayah tersebut, baik perbatasan darat maupun maritim. Berbagai permasalahan tersebut berhubungan langsung dengan kedaulatan negara yang harus ditangani secara serius oleh pemerintah agar mendapatkan hasil terbaik bagi bangsa Indonesia. Dalam menangani masalah perbatasan, Indonesia akan tetap teguh mematuhi berbagai Hukum Internasional yang berlaku, termasuk UNCLOS tahun 1982.

Pulau-pulau kecil terluar yang dimiliki Indonesia memiliki potensi yang dapat mengancam keamanan kedaulatan negara Indonesia. Eksistensi pulau-pulau kecil terluar sangat vital dalam penentuan batas wilayah Indonesia, pulau-pulau tersebut berfungsi sebagai titik pangkal penarikan batas wilayah NKRI dan menjadi isu keamanan dan pertahanan yang serius dalam konteks kedaulatan dan keutuhan wilayah. Di sisi lain, kondisi pulau-pulau kecil terluar tersebut semakin kritis karena banyak yang tidak berpenghuni dan kondisi alamnya tidak layak untuk dihuni, seperti tidak terdapat kandungan daya air tawar serta ruang hidup yang tidak cukup.

Gambar

Tabel I: Kerjasama Keamanan Indonesia dan AS tahun 2005-2010

Referensi

Dokumen terkait

menstruktur Kolombia untuk menjalin kerjasama pangkalan militer tersebut dengan Amerika Serikat yang secara realistis memiliki kekuatan atau kapabilitas yang besar dalam

Tentunya banyak hal yang dapat dibahas, akan tetapi dalam buku ini hanya dibahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan ( security ), masalah lain seperti pajak

Tentunya banyak hal yang dapat dibahas, akan tetapi dalam buku ini hanya dibahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan (security), masalah lain seperti pajak

Di sisi lain, persamaan penelitian Handy Priana yang berjudul “Kerjasama Indonesia-Rusia dalam Bidang Militer dalam Upaya Peningkatan Pertahanan dan Keamanan di

Kemudian dengan meninjau dari adanya kerjasama yang di lakukan Taiwan dengan Amerika Serikat dalam Persenjataan Militer, yang di pandang oleh Cina, Amerika Serikat

Tentunya banyak hal yang dapat dibahas, akan tetapi dalam buku ini hanya dibahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan (security), masalah lain seperti pajak

Pada saat Australia dibawah Perdana Menteri Whitlam, banyak kerjasama yang dilakukannya dengan Indonesia, diatas sudah dijelaskan kerjasama dalam bidang Diplomatik

Kerjasama Indonesia dan Amerika Serikat dalam pengembangan Energi Baru Terbarukan bukan hanya untuk menstabilkan ketahanan energi yang memiliki keterkaitan dengan perekonomian di