BAB V
GAMBARAN UMUM 5.1 Kawasan Pegunungan Cycloops
Kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops berada pada elevasi antara 0 s.d 1.880 meter di atas permukaan air laut (dpl). Dalam mitos Yunani, nama Cycloops artinya raksasa buas yang sedang tidur, menyeramkan dan hanya memiliki satu mata dan gigi yang runcing. Masyarakat yang mendiami bagian Utara Pegunungan Cycloops menyebut cagar alam ini dengan sebutan Deponsero, sedangkan masyarakat yang mendiami bagian Selatan lebih mengenal dengan sebutan Dafonsoro. Pada cagar alam Pegunungan Cycloops terdapat tiga (3) puncak tertinggi yaitu Puncak Dafonsoro (1.530 meter), Puncak Rara (1.700 meter) dan Puncak Rafeni (1.880 meter). Topografi bervariasi berupa dataran, perbukitan rendah sampai tinggi dengan kemiringan lereng antara 0 – 70%.
Pegunungan Cycloops pertama kali tercatat dalam agenda perjalanan JSC Dumont D’ Urville pada tahun 1827, ketika merapat di pantai Utara kawasan ini. Dumont mencatat bahwa gugusan Pegunungan Cycloops dengan masif pertama di namakan Cycloops bagi gugusan pegunungan di sebelah Barat. Masif kedua di sebelah Timur yaitu gugusan Pegunungan Bouganville (Van Royen P 1959, 452).
Sejarah eksplorasi biologis di kawasan ini sebenarnya telah berlangsung lama, yaitu pada tahun 1889, ketika J.M. Dumas mengoleksi beberapa spesimen di Teluk Yos Sudarso dan pada bulan Agustus 1901 beliau kembali melanjutkan penelitiannya dalam perjalanan menuju Danau Sentani. Eksplorasi ini kemudian dilanjutkan dengan mengkoleksi tumbuhan dan binatang yang dilakukan oleh Atasrip dan Djibdja pada tahun 1903 yang berlokasi di sepanjang daerah perbukitan bagian Selatan. Ekspedisi berikutnya adalah ekspedisi yang dilakukan oleh Gjellerup pada bulan Juni 1911. Pada tahun 1914 juga tercatat Miss Gibbs yang pernah mengkoleksi beberapa spesimen di daerah Kloofkamp Jayapura. Tahun 1928 seorang ahli burung Ernst Mayr melakukan penelitian fauna burung di kawasan ini beliau menghabiskan
tertinggi di kawasan ini yakni puncak Rara dan puncak Raveni. Bulan April 1936, Miss Cheesman seorang ahli serangga mengadakan pendakian ke puncak Rara (dahulu puncak Lina) untuk mengadakan penelitian di kawasan itu. Cheesman berhasil mengkoleksi beberapa spesimen tumbuh-tumbuhan di atas puncak gunung Cycloops. Dalam kesempatan lain berhasil mengkoleksi di sekitar daerah Ifar, Sabron dan Kotaraja. Tercatat juga Ducth American Archbold Expedition pada tahun 1938 / 1939 telah mengujungi sebagian dari wilayah tenggara kawasan ini dan L.J. Brass telah melakukan pengkoleksi spesies pepohonan. Pada tahun–tahun berikutnya kegiatan ke kawasan ini terhenti karena terjadi perang dunia ke II.
Kawasan Pegunungan Cycloops atau Dafonsoro untuk pertama kalinya mendapat status kawasan yang dilindungi undang-undang pada masa pemerintahan Belanda tahun 1954 dengan luas kawasan 6.300 ha. Dengan pertimbangan dan alasan perlindungan yaitu perlindungan atas tanah. Pada tahun 1974, Dinas Kehutanan kembali meninjau ordonasi Pemerintah Belanda tersebut serta memetakan kawasan ini seluas 4.197 ha. Dengan alasan dan pertimbangan atas sumber air bagi masyarakat Jayapura.
Pada tahun 1978, ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan status cagar alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 56/Kpts/Um/10/I/1978 yang meliputi kawasan seluas 22.520 ha. Dengan alasan dan pertimbangan perlindungan, antara lain:
a. Pusat endemis dan evolusi penting biogeography pulau Papua. Ralina mayri dan Paraleptomys rufogaster terbatas hidup di daerah ini; banyak tanaman dan satwa endemik Papua juga terwakili disini.
b. Pegunungan Cycloops/Dafonsoro mempunyai arti yang penting dalam penampilannya terisolir dari wilayah pegunungan lainnya, lagi pula merupakan wilayah tersendiri yang terdiri atas tanah ultrabasik khusus yang tidak dapat ditumbuhi taxa tropis dan toleran. Dengan demikian wilayah ini memberikan tempat bagi banyak spesies daripada biasanya yang disebabkan oleh faktor geologisnya.
c. Keragaman ketinggian kawasan ini meliputi spectrum luas jenis-jenis habitat termasuk daerah pantai berbatu, hutan pantai, hutan daratan rendah, hutan gunung rendah, hutan lumut, hutan ultra basik dan padang rumput. d. Letaknya berdekatan dengan ibukota propinsi memungkinkan kegiatan
penelitian, pendidikan lingkungan hidup dengan pengenalan tipe-tipe hutan. e. Cagar alam Pegunungan Cycloops ini merupakan pensuplai air terbesar bagi
penduduk kota Jayapura dan sekitarnya.
Berdasarkan alasan dan pertimbangan perlindungan ini pula pada tahun 1987 berdasarkan SK Menteri Kehutanan Propinsi RI Nomor : 365/Kpts-II/1987, kawasan ini kembali dipertegas sebagai kawasan konservasi dengan status cagar alam dengan luas 22.520 ha. Pada tahun 1987, PHPA dan WWF menandatangani persetujuan kerjasama untuk pengelolaan kawasan cagar alam ini. Pada tahun 1985, barulah kawasan ini ditata batas. (BKSDA Papua, 2010).
5.1.1. Letak Geografis
Kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops terletak pada koordinat geografis 02026’15’’ - 02034’40’’ LS dan 145024’30’’ - 145024’30’’. Pegunungan Cycloops membentang dari sebelah Timur Kota Jayapura ke arah Barat hingga berakhir di dataran rendah berawa-rawa, sungai dan danau di lembah Mamberamo-Foja. Kawasan Pegunungan Cycloops memiliki tata batas temu gelang sepanjang 103,48 Km dengan jumlah pal batas sebanyak 1368 pal. Secara administratif cagar alam Pegunungan Cycloops termasuk dalam wilayah Kota dan Kabupaten Jayapura (BKSDA, 2011).
5.1.2. Profil Kampung Doyo Baru Distrik Waibu 1. Administrasi Kampung
Kampung Doyo Baru merupakan salah satu dari 6 (enam) kampung yang termasuk dalam wilayah administratif Distrik Waibu Kabupaten Jayapura, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Doyo Lama Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Sentani Barat Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Sentani
Kampung Doyo Baru terletak disebelah Barat dan berbatasan langsung dengan kota Sentani yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat ke Distrik Waibu atau Distrik Sentani Kota. Kampung Doyo Baru terdiri dari 5 (lima) RW yang berupa dataran berbukit dan sebelah Utara sebagian berada di lereng gunung Cycloops (RPJMK Kab. Jayapura.2011).
Gambaran secara menyeluruh mengenai sketsa peta wilayah Kampung Doyo Baru seperti ditunjukkan pada gambar 9 di bawah ini.
Gambar 9. Peta Sketsa Kampung Doyo Baru
2. Luas Wilayah
Keadaan Luas Wilayah Kampung Doyo Baru dirinci sebagai berikut: Luas Wilayah keseluruhan 2.086 Km2 atau 208.600 Hektar Luas Daratan 208.600 Hektar
Penggunaan peruntukan lahan oleh masyarakat Kampung Doyo Baru secara alami dapat diuraikan sebagai berikut:
- Umum
- Tempat ibadah - Jalan
- Pasar - Sekolah
- Kantor kepala kampung - Lapangan olahraga 2) Pertanian - Kebun tradisional - Tanah hutan - Tanah alang-alang - Dusun Sagu - Lahan perkebunan - Hutan lindung 3) Rawa - Rawa produktif - Rawa non produktif
3. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kampung Doyo Baru pada tahun 2010 tercatat sebanyak 3.620 jiwa yang terdiri dari 1.943 laki-laki dan 1.677 perempuan. Dari sejumlah 5 (lima) Rukun Wilayah (RW) yang ada, jumlah penduduk terbanyak terdapat di RW III, yaitu sebanyak 1.165 jiwa. Sebaran jumlah penduduk Kampung Doyo Baru dibagi menurut Rukun Wilayah antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kampung Doyo Baru
No Rw (km2)Luas Penduduk Kepadatan Penduduk
Laki Perempuan Jumlah
1 RW I 410 363 284 647 1,58 jw/km2 2 RW II 375 435 358 793 2,11 jw/km2 3 RW III 450 648 517 1.165 2,59 jw/km2 4 RW IV 485 399 300 699 1,44 jw/km2 5 RW V 366 98 218 316 0,86 jw/km2 JUMLAH 2.086 1.943 1.677 3.620 1,74 jw/km2
Jumlah penduduk usia sekolah adalah jumlah yang terbanyak dari keseluruhan jumlah penduduk yaitu sebanyak 1.220 jiwa atau 33,66%. Kemudian diikuti jumlah usia produktif yaitu sebanyak 1.166 jiwa atau 32,17%. Mata pencaharian masyarakat Doyo Baru dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Penduduk Usia 15 Tahun ke-atas menurut Lapangan Pekerjaan
NO JENIS LAP. PEKERJAAN JUMLAH %
1 Penambang Pasir 176 46,32 2 Petani 135 21,05 3 Buruh Bangunan 69 18,16 4 PNS 53 9,47 5 Pengusaha/Swasta 19 0,05 6. Sopir Taxi -7. TNI/Polri -Jumlah 380
Sumber: Data Kantor Kampung Doyo Baru tahun 2010 4. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi masyarakat di Kampung Doyo Baru sangat bervariasi sesuai dengan mata pencahariannya. Berdasarkan mata pencaharian penduduk, banyak penduduk asli bekerja sebagai buruh tambang pasir. Selain sebagai buruh tambang pasir urutan kedua adalah sebagai petani atau peladang, menyusul bidang-bidang lainnya. Ada perbedaan klasifikasi pendapatan yang diperoleh masing-masing sesuai dengan bidang yang ditekuni sehingga nampak bahwa penduduk asli masih dibawah rata-rata pendapatan perkapita daerah.
Banyak penduduk asli Papua yang berdomisili di Kampung Doyo Baru yang memiliki sedikit pengetahuan mengenai pengeelolaan usaha. Karena masih menerapkan sistim atau pola-pola tradisional dalam mengelola usahanya, sehingga sulit untuk bersaing dengan penduduk pendatang yang berprofesi sebagai petani, pedagang atau pengusaha.
5.1.3. Profil Kampung Maribu Distrik Sentani Barat 1. Administrasi Kampung
Kampung Maribu merupakan salah satu dari 5 (lima) kampung yang termasuk dalam wilayah administratif Distrik Sentani Barat Kabupaten Jayapura, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Dormena Distrik Depapre Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Mamda Yawan Distrik
Kemtuk
Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Kendate Distrik Depapre Sebelah Timur berbatasan Kampung Waibron Banu
Kampung Maribu terletak di sebelah Barat Kota Sentani dengan jarak sekitar 30 Km yang dapat dicapai dengan mempergunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Gambaran secara menyeluruh mengenai sketsa peta wilayah Kampung Maribu seperti ditunjukkan pada gambar 10 berikut.
2. Luas Wilayah
Keadaan Luas Wilayah Kampung Maribu dijelaskan sebagai berikut: Luas Wilayah keseluruhan 1.023 Km2 atau 102.300 Hektar Luas Daratan 102.300 Hektar.
Penggunaan peruntukan lahan oleh masyarakat Kampung Doyo Baru secara alami dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pemukiman dan Bangunan - Umum
- Tempat ibadah - Jalan
- Pasar - Sekolah
- Kantor kepala kampung - Lapangan olahraga 2) Pertanian - Kebun tradisional - Tanah hutan - Tanah alang-alang - Dusun Sagu - Lahan perkebunan - Hutan lindung 3. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kampung Maribu pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1020 jiwa yang terdiri dari 505 laki-laki dan 415 perempuan. Sebaran jumlah penduduk Kampung Maribu dibagi dalam dua wilayah rukun wilayah dan empat rukun tetangga.
4. Mata Pencaharian Penduduk
Penduduk Kampung Maribu memiliki mata pencaharian bervariasi, yakni: sebagai petani, PNS, TNI/POLRI, wiraswasta, pedagang. Mata pencaharian penduduk asli Kampung Maribu pada umumnya adalah bercocok tanam yang masih menerapkan pola-pola tradisional karena masih berpindah-pindah (nomaden). Lahan yang sudah dibersihkan dibiarkan beberapa waktu kemudian menjadi kering lalu
dibakar, setelah dibakar barulah mulai ditanami berbagai jenis tanaman. Tanaman yang ditanam merupakan tanaman tradisional (Umbi–umbian,Pinang,dsb), sehingga setelah dipanen beberapa kali, hasilnya dikonsumsi sendiri dan jika dijual ke pasar hanya sebagian berupa sayur-sayuran dan umbi-umbian. Kenyataan bahwa usaha-usaha masyarakat yang dikelola secara tradisional (berpindah-pindah) ini belum memberikan dampak yang menguntungkan karena tidak didukung oleh pengetahuan pola pertanian dan perkebunan yang baik. Biasanya masyarakat mengolah suatu lahan dan digunakan untuk menanam kurang lebih selama enam bulan, kemudian tidak lagi digunakan (ditinggalkan). Setelah itu masyarakat mencari dan membuka lahan yang baru di tempat lain. Setelah kurang lebih enam bulan kemudian mereka kembali mengolah lahan yang telah ditinggalkan sebelumnya. Proses ini dilakukan secara alamiah untuk mengembalikan kondisi ekologi, ekosistem dan kesuburan tanah.
5. Kondisi Ekonomi
Ditinjau dari letak geografis, Kampung Maribu sangat strategis untuk pengembangan beberapa komoditi unggulan di bidang perkebunan, seperti kakao. Disamping itu karena letak Kampung Maribu juga memiliki kondisi aliran air tawar yang cukup maka sangat cocok untuk pengembangan budidaya ikan air tawar. Usaha perikanan darat sementara sudah dikembangkan dan menjadi bagian dari usaha yang memberikan manfaat peningkatan ekonomi keluarga. Namun karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akibat belum atau kurangnya pemberdayaan melalui penyuluhan dan pelatihan, sehingga apa yang dilakukan belum memberikan manfaat yang lebih baik. Sebagaimana halnya usaha di bidang perikanan, usaha di bidang perkebunan terutama perkebunan kakao telah diusahakan oleh masing-masing kepala keluarga. Sampai saat ini usaha perkebunan kakao yang dikembangkan sudah membuahkan hasil dan dijual ke pasaran. Namun kondisinya kurang menguntungkan karena belum ada peluang pasar yang jelas dengan harga pasar yang baik. Kebanyakan masyarakat petani kakao menjual hasil pertanian kepada para tengkulak dengan harga yang jauh lebih rendah. Kondisi ini memberikan dampak yang lebih buruk karena kebutuhan ekonomi semakin meningkat sedangkan pendapatan
5 21.8%
masyarakat masih jauh dib
nasional. Dari kondisi ekonomi yang dimana dengan memiliki
dan lain-lain bukanlah suatu jaminan meningkatnya harga berbagai je
pendapatan semakin mempersulit kehidupan masyarakat. pengembangan berbagai jenis usaha, seperti ternak dan lain oleh adanya dana untuk pembuatan kandang, makana
5.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dari survei Contingent Valuation
yang mengisi kuisioner adalah kepala rumah tangga, akan tetapi ada beberapa yang diisi oleh anggota keluarga dengan syarat sudah dibicarakan atau mendapat persetujuan dari kepala rumah tangga.
diharapkan diperoleh data yang valid dan Jumlah anggota
dengan 9 orang (0,29%
orang (25,58%), kemudian 3 orang
Gambar 11. Distribusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Jumlah Keluarga
2 10.17% 3 24.42% 4 25.58% 21.8% 6 11.92% 7 4.94% 0.87%8 0.29%9
masyarakat masih jauh dibawah standar pendapatan perkapita daerah maupun ekonomi yang sangat beragam, ada kesamaan permasalahan memiliki pendapatan tetap sebagai pegawai negeri maupun swasta lain bukanlah suatu jaminan untuk memiliki kehidupan yang layak.
meningkatnya harga berbagai jenis barang dan makanan yang tidak seimbang dengan pendapatan semakin mempersulit kehidupan masyarakat. Adanya lahan usaha pengembangan berbagai jenis usaha, seperti ternak dan lain-lain tetapi tidak didukung oleh adanya dana untuk pembuatan kandang, makanan, biaya perawatan dan lain
Karakteristik Responden dan Stakeholder
Karakteristik responden dari hasil penelitian di lapangan yang Contingent Valuation terhadap responden tersampling. Dalam
yang mengisi kuisioner adalah kepala rumah tangga, akan tetapi ada beberapa yang diisi oleh anggota keluarga dengan syarat sudah dibicarakan atau mendapat ujuan dari kepala rumah tangga. Perlakuan ini penting dilakukan karena sangat
iperoleh data yang valid dan reliable.
anggota keluarga responden bervariatif dari 2 orang (10
,29%). Responden terbanyak adalah dengan jumlah keluarga 4 , kemudian 3 orang (24,42%) dan 5 orang (21,8%).
Gambar 11. Distribusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Jumlah Keluarga
10.17%
daerah maupun kesamaan permasalahan pendapatan tetap sebagai pegawai negeri maupun swasta kehidupan yang layak. Semakin nis barang dan makanan yang tidak seimbang dengan Adanya lahan usaha lain tetapi tidak didukung n, biaya perawatan dan lain-lain.
penelitian di lapangan yang diperoleh dari alam penelitian ini yang mengisi kuisioner adalah kepala rumah tangga, akan tetapi ada beberapa yang diisi oleh anggota keluarga dengan syarat sudah dibicarakan atau mendapat Perlakuan ini penting dilakukan karena sangat
10,17%) sampai banyak adalah dengan jumlah keluarga 4
41 - 50 thn 26.45%
Gambar 11 menunjukkan antara 2 orang sampai
tanggungan anggota keluarga sebanyak paling sedikit yaitu 0,29
9 orang.
Umur atau usia responden yang ditemui dalam antara 21 tahun sampai di atas 60 tahun.
18,60 % responden berusia antara 21 sampai 30 tahun, 40 tahun berjumlah 32,27
sebanyak 26,45 %, sebanyak 1 responden berusia di atas 60 tahun
jumlah yang paling banyak adalah responden yang
yaitu sebesar 32,27%. Distribusi umur responden ditunjukkan dalam
Gambar 12. Distribusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Umur Gambar 12 menunjukkan
berumur antara 31 – 40
4,94% berumur lebih dari 60 tahun. Data ini dapat disimpulkan kepala rumah tangga yang bertempat tinggal di
21 - 30 thn 18.60% 31 - 40 thn 32.27% 50 thn 26.45% 51 - 60 thn 17.73% > 60 thn 4.94%
menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga responden antara 2 orang sampai 9 orang. Sebagian besar responden yaitu 25,5
tanggungan anggota keluarga sebanyak 4 orang, sedangkan jumlah responden yang 29% memiliki tanggungan anggota keluarga yang banyak yaitu
Umur atau usia responden yang ditemui dalam penelitian ini memiliki rentan tahun sampai di atas 60 tahun. Dilihat dari penyebarannya, maka sebanyak % responden berusia antara 21 sampai 30 tahun, responden berusia 31 sampai 2,27 %, sementara responden dengan usia 41 hingga 50 tahun %, sebanyak 17,73 % responden berusia 51 hingga 60 tahun, dan responden berusia di atas 60 tahun berjumlah 4,94%. Sehingga responden
paling banyak adalah responden yang berusia antara 31 sampai 40 tahun, %. Distribusi umur responden ditunjukkan dalam gambar
Gambar 12. Distribusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Umur
menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 3
tahun. Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit yaitu % berumur lebih dari 60 tahun. Data ini dapat disimpulkan kepala rumah tangga yang bertempat tinggal di Kampung Doyo Baru Distrik Waibu dan Kampung Maribu bahwa jumlah anggota keluarga responden berkisar 5,58% memiliki edangkan jumlah responden yang % memiliki tanggungan anggota keluarga yang banyak yaitu
ini memiliki rentang i penyebarannya, maka sebanyak berusia 31 sampai usia 41 hingga 50 tahun berusia 51 hingga 60 tahun, dan Sehingga responden dengan antara 31 sampai 40 tahun,
gambar 12.
Gambar 12. Distribusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Umur
ebagian besar responden yaitu 32,27% tahun. Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit yaitu % berumur lebih dari 60 tahun. Data ini dapat disimpulkan kepala rumah tangga Kampung Doyo Baru Distrik Waibu dan Kampung Maribu
TK 0%
memiliki pemikiran yang matang untuk memutuskan segala sesuatu termasuk kaitannya dengan penilaian kelestarian
terhadap Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan
Karakteristik pendidikian formal dari para responden juga merupakan salah satu variabel penting yang diambil dalam pelaksanaan
pendidikan formal ini dapat dijadikan salah satu indikator mengenai kemampuan responden dalam memberikan penilaian ekonomi terhadap
kawasan cagar alam Pegunungan responden dalam menentukan besarnya
Dari hasil penelitian, dirinya sekolah secara formal
responden lulusan sekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama responden lulus sekolah ditingkat menengah atas
responden menyelesaikan s
responden dengan pendidikan formal pada tingkat
berprofesi sebagai petani dan sebagian kecil berprofesi sebagai pedagang atau buruh. Responden dengan tingkat pendidikan
sebagai pegawai negeri sipil (PNS), swasta dan juga pedagang.
Gambar 13. Distribusi Frekuensi Responden
SD 1.74% SMP 27.03% SMA 44.19% DIII/ S1 27.03%
memiliki pemikiran yang matang untuk memutuskan segala sesuatu termasuk kaitannya dengan penilaian kelestarian dari Tumbuhan Sowang, khususnya penilaian
Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops
Karakteristik pendidikian formal dari para responden juga merupakan salah satu variabel penting yang diambil dalam pelaksanaan penelitian
pendidikan formal ini dapat dijadikan salah satu indikator mengenai kemampuan berikan penilaian ekonomi terhadap Tumbuhan Sowang pada Pegunungan Cycloops sehingga dapat mempengaruhi keputusan responden dalam menentukan besarnya nilai WTP responden.
Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa 1,74% responden menyat dirinya sekolah secara formal hanya sampai di tingkat Sekolah Dasar (SD) responden lulusan sekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) responden lulus sekolah ditingkat menengah atas (SMU/SMA) responden menyelesaikan studi ditangkat Diploma III hingga Sarjana
responden dengan pendidikan formal pada tingkat SD sampai SMU sebagian besar berprofesi sebagai petani dan sebagian kecil berprofesi sebagai pedagang atau buruh. Responden dengan tingkat pendidikan diploma atau sarjana rata-rata berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS), swasta dan juga pedagang.
Distribusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Pendidikan
memiliki pemikiran yang matang untuk memutuskan segala sesuatu termasuk , khususnya penilaian
cloops.
Karakteristik pendidikian formal dari para responden juga merupakan salah penelitian ini. Jenjang pendidikan formal ini dapat dijadikan salah satu indikator mengenai kemampuan Tumbuhan Sowang pada sehingga dapat mempengaruhi keputusan
% responden menyatakan hanya sampai di tingkat Sekolah Dasar (SD), 27,03% (SMP), 44,19% dan 27,03% tudi ditangkat Diploma III hingga Sarjana. Kelompok sebagian besar berprofesi sebagai petani dan sebagian kecil berprofesi sebagai pedagang atau buruh.
rata berprofesi
Ibu RT 0%
Karakteristik responden yang selanjutnya diambil dalam pekerjaan atau profesi dari responden.
yang dapat dipilih sesuai dengan
pelaksanaan survei, diperoleh hasil hanya 5 (lima) profesi yang dipilih oleh responden, sedang 2 (du
ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan karena yang mengisi kuesioner adalah kepala keluarga.
Profesi sebagai petani adalah pekerjaan yang paling banyak yaitu sebesar 55,81% atau
Jayapura dan Kabupaten Jayapura masih didominasi oleh sektor pertanian, dan lokasi pengambilan sampel untuk Tumbuhan Sowang
kawasan cagar alam Pegunungan
Profesi terbanyak kedua dari responden adalah pedagang yaitu sebesar kemudian diikuti oleh responden dengan
sebanyak 11,05%, sedangkan profesi ibu rumah tangga sebagai buruh sebesar 7,27 dari responden.
Gambar 14. Distribusi Frekuensi Responden
PNS/TNI/Polri 11.05% Swasta 6.69% Buruh 7.27% Petani 55.81% Ibu RT 0% Pedagang 19.19% Pelajar 0%
Karakteristik responden yang selanjutnya diambil dalam penelitian pekerjaan atau profesi dari responden. Dalam kuesioner terdapat 7 (
dipilih sesuai dengan profesi atau pekerjaan responden.
diperoleh hasil hanya 5 (lima) profesi yang dipilih oleh dua) profesi lainnya tidak ada yang memilih, yaitu pelajar dan ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan karena yang mengisi kuesioner adalah kepala
Profesi sebagai petani adalah pekerjaan yang paling banyak dipilih
atau lebih dari setengah responden. Hal ini wajar karena Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura masih didominasi oleh sektor pertanian, dan lokasi untuk Tumbuhan Sowang sebagian besar berada di sekitar lam Pegunungan Cycloops yang merupakan daerah pedesaan. Profesi terbanyak kedua dari responden adalah pedagang yaitu sebesar
responden dengan profesi sebagai PNS, TNI, maupun Polri sedangkan sebesar 6.69% responden sebagai staf/karyawan swasta, ibu rumah tangga dan pelajar sebesar 0% dan responden yang berprofesi 7,27%. Gambar 14 menunjukkan distribusi profesi/pekerjaan
Distribusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Pekerjaan
PNS/TNI/Polri 11.05% Buruh 7.27%
penelitian ini adalah (tujuh) profesi pekerjaan responden. Dari hasil diperoleh hasil hanya 5 (lima) profesi yang dipilih oleh a) profesi lainnya tidak ada yang memilih, yaitu pelajar dan ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan karena yang mengisi kuesioner adalah kepala
dipilih responden, lebih dari setengah responden. Hal ini wajar karena Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura masih didominasi oleh sektor pertanian, dan lokasi sebagian besar berada di sekitar yang merupakan daerah pedesaan. Profesi terbanyak kedua dari responden adalah pedagang yaitu sebesar 19,19%, profesi sebagai PNS, TNI, maupun Polri staf/karyawan swasta, yang berprofesi distribusi profesi/pekerjaan
1.500.000 2.000.000 28.78% 2.000.000 -2.500.000 15.41%
Karakteristik responden yang merupakan variabel yang paling umum dianggap mempengaruhi keputusan mengenai besar kecilnya
responden adalah total pendapatan responden. Total pendapatan adalah merupakan penjumlahan dari pendapatan kepala
pendapatan keluarga res
Gambar 15. Distribusi frekuensi responden
Gambar 15 menunjukkan
diatas Rp.2.500.000,- yaitu sebanyak Rp.2.000.000–Rp.2.500.000
responden mempunyai total pendapatan Rp. responden yang mempunyai total pendapatan Rp. 46,51%. Dan responden
Rp.1.000.000,- sebanyak 6,4% responden. Variabel total pengeluaran rumah tang urutan yang sama dengan total pendapatan han
ini terjadi karena rumah tangga dengan total pendapatan tertentu akan mempunyai total pengeluaran yang sama dengan pendapatan atau setingka
pendapatannya sehingga masih ada sisa pendapatan yang tidak digunakan, misalnya untuk ditabung. Distribusi total pengeluaran responden tiap bulannya dapat dilihat pada gambar 16 di bawah ini.
500.000 -1.000.000 6.4% 1.000.000 -1.500.000 46.51% 1.500.000 -2.000.000 28.78% > 2.500.000 2.91%
Karakteristik responden yang merupakan variabel yang paling umum dianggap mempengaruhi keputusan mengenai besar kecilnya Willingness to Pay
responden adalah total pendapatan responden. Total pendapatan adalah merupakan jumlahan dari pendapatan kepala keluarga dan anggota keluarga. Distribusi total pendapatan keluarga responden disajikan dalam gambar 15 berikut ini.
Distribusi frekuensi responden menurut kelompok pendapatan
menunjukkan bahwa responden yang mempunyai total pendapatan yaitu sebanyak 2,91%. Responden dengan total pendapatan Rp.2.500.000,- sebanyak 15,41%. Sementara sebanyak
esponden mempunyai total pendapatan Rp.1.500.000–Rp.2.000.000 mempunyai total pendapatan Rp.1.000.000–Rp.1.500.000
esponden dengan total pendapatan antara Rp.500.000, sebanyak 6,4% responden.
Variabel total pengeluaran rumah tangga responden tiap bulannya mempunyai urutan yang sama dengan total pendapatan hanya berbeda dalam persentasenya. ini terjadi karena rumah tangga dengan total pendapatan tertentu akan mempunyai total pengeluaran yang sama dengan pendapatan atau setingkat di bawah total pendapatannya sehingga masih ada sisa pendapatan yang tidak digunakan, misalnya untuk ditabung. Distribusi total pengeluaran responden tiap bulannya dapat dilihat
di bawah ini.
Karakteristik responden yang merupakan variabel yang paling umum dianggap Willingness to Pay (WTP) responden adalah total pendapatan responden. Total pendapatan adalah merupakan Distribusi total
pendapatan
mempunyai total pendapatan total pendapatan sebanyak 28,78% Rp.2.000.000,- Sedangkan
Rp.1.500.000,- sebanyak 00.000,- sampai
ga responden tiap bulannya mempunyai sentasenya. Hal ini terjadi karena rumah tangga dengan total pendapatan tertentu akan mempunyai t di bawah total pendapatannya sehingga masih ada sisa pendapatan yang tidak digunakan, misalnya untuk ditabung. Distribusi total pengeluaran responden tiap bulannya dapat dilihat
1.500.000 -2.000.000 23.84% 2.000.000 2.500.000 2.03%
Gambar 16. Distribusi Frekuensi Gambar 15 dan gambar
pendapatan lebih dari Rp. 2.500.000,
dengan total pengeluaran lebih dari Rp. 2.500.000, bahwa rumah tangga dengan total pendapatan lebih dari Rp.
total pengeluaran yang sama dan sebagian mempunyai total pengeluaran kurang dari Rp. 2.500.000,-. Demikian juga dengan rumah tangga dengan total pendapatan di bawah Rp. 2.500.000,-.
Dari jumlah responden tersampling asli daerah kawasan Pegunungan Cycloops para pendatang dari beberapa daerah pendatang tersebut antara lain berasal dari
Pegunungan Bintang, Yahokimo, dan sebagainya) dan para pendatang dari luar Papua seperti Jawa, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Maluku, Sulawesi Selatan, d Sulawesi Tenggara dan beberapa daerah di Indonesia
500.000 -1.000.000 21.22% 1.000.000 -1.500.000 52.33% 2.000.000 -2.500.000 2.03% > 2.500.000 0.58%
Distribusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Pengeluaran gambar 16 menunjukkan bahwa rumah tangga dengan total pendapatan lebih dari Rp. 2.500.000,- sebanyak 2,91% sedangkan rumah tangga dengan total pengeluaran lebih dari Rp. 2.500.000,- hanya 0,58%. Hal ini
bahwa rumah tangga dengan total pendapatan lebih dari Rp. 2.500.000,
total pengeluaran yang sama dan sebagian mempunyai total pengeluaran kurang dari . Demikian juga dengan rumah tangga dengan total pendapatan di
responden tersampling, sebanyak 58,72% merupakan penduduk kawasan Pegunungan Cycloops dan sebanyak 41,28% responden adalah para pendatang dari beberapa daerah di Papua maupun yang di luar Papua. Para pendatang tersebut antara lain berasal dari daerah di Papua (Biak, Serui, Wamena, Pegunungan Bintang, Yahokimo, dan sebagainya) dan para pendatang dari luar Papua
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Maluku, Sulawesi Selatan, d dan beberapa daerah di Indonesia.
Pengeluaran bahwa rumah tangga dengan total
% sedangkan rumah tangga Hal ini berarti 2.500.000,- mempunyai total pengeluaran yang sama dan sebagian mempunyai total pengeluaran kurang dari . Demikian juga dengan rumah tangga dengan total pendapatan di
% merupakan penduduk % responden adalah di luar Papua. Para daerah di Papua (Biak, Serui, Wamena, Pegunungan Bintang, Yahokimo, dan sebagainya) dan para pendatang dari luar Papua Sumatera Barat, Sumatera Utara, Maluku, Sulawesi Selatan, dan
19.77% 3.5 5.52% 4 9.01% 4.5 2.03%
Gambar 17. Distribusi Frekuensi Responden
Faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya WTP adalah jarak kawasan cagar alam Pegunungan
Pegunungan Cycloops dengan rumah responden dapat dilihat pada gambar ini.
Gambar 18. Distribusi Frekuensi Responden Gambar 18 menunjukkan
km, 2 Km, dan 3 Km 19,77%. Sementara 0,29
sedangkan 4,65% responden bertempat tinggal
Asli 58.72% Pendatang 41.28% 0.5 0.29% 1 19.77% 4.65% 2 19.77% 2.5 6.98% 3 19.77% 5 11.05% 5.5 1.16%
Distribusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Asal
Faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya WTP adalah jarak kawasan lam Pegunungan Cycloops dari rumah. Gambaran jarak kawasan c
dengan rumah responden dapat dilihat pada gambar
Distribusi Frekuensi Responden menurut Jarak Tempat Tinggal
menunjukkan bahwa responden yang bertempat tinggal pada jarak 1 dari kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops, berjumlah 0,29% responden bertempat tinggal kurang dari 0,5 km. responden bertempat tinggal pada jarak 1,5 km. sebanyak 6,
1.5 4.65%
Faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya WTP adalah jarak kawasan dari rumah. Gambaran jarak kawasan cagar alam dengan rumah responden dapat dilihat pada gambar 18 berikut
Jarak Tempat Tinggal
yang bertempat tinggal pada jarak 1 ycloops, berjumlah kurang dari 0,5 km.
di atas 60 th 0%
responden bertempat tinggal
bertempat tinggal pada jarak 3,5 km. sementara 9,01% pada jarak 4 km. sementara 2,03%
sedangkan 11,05% responden bertempat tinggal responden bertempat tinggal
Cycloops.
Karakteristik responden berikutnya yaitu responden untuk nilai keberadaan dan nilai warisan untuk Tumb
responden dari beberapa daerah untuk nilai keberadaan
sebanyak 56 responden yang berasal dari wilayah Kabupaten dan Kota Jayapura. Penentuan nilai WTP berdasarkan
ditemui dalam penelitian beberapa daerah di Indonesia
tahun. Dilihat dari penyebarannya, maka sebanyak sampai 30 tahun, sebanyak
responden yang berusia 4 berusia 51 hingga 60 tahun.
tahun adalah yang terbanyak diantara selang umur yang ada, yaitu sebesar
Gambar 19. Distribusi Frekuensi Responden
21 - 30 th 14.47% 31 - 40 th 26.32% 41 - 50 th 31.58% 51 - 60 th 27.63% di atas 60 th
responden bertempat tinggal pada jarak 2,5 km. sedangkan 5,52%
pada jarak 3,5 km. sementara 9,01% responden bertempat tinggal 4 km. sementara 2,03% responden bertempat tinggal pada jarak 4,5 km.
esponden bertempat tinggal pada jarak 5 km dan sebanyak 1,16% responden bertempat tinggal pada jarak 5,5 km dari kawasan cagar alam Pegunungan
Karakteristik responden berikutnya yaitu responden untuk nilai keberadaan dan nilai warisan untuk Tumbuhan Sowang. Sebaran responden yakni berjumlah 20 responden dari beberapa daerah untuk nilai keberadaan dan untuk nilai warisan sebanyak 56 responden yang berasal dari wilayah Kabupaten dan Kota Jayapura. berdasarkan tingkat umur atau usia responden yang berhasil penelitian ini khususnya untuk nilai keberadaan dan nilai warisan dari beberapa daerah di Indonesia memiliki rentang umur antara 21 tahun sampai 60
i penyebarannya, maka sebanyak 14,47% responden sebanyak 26,32% responden berusia 31 hingga 40 tahun, responden yang berusia 41 hingga 50 tahun berjumlah 31,58% dan 27,63
0 tahun. Sehingga responden yang berusia antara tahun adalah yang terbanyak diantara selang umur yang ada, yaitu sebesar
Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur Responden
pada jarak 2,5 km. sedangkan 5,52% responden responden bertempat tinggal
pada jarak 4,5 km. dan sebanyak 1,16% lam Pegunungan
Karakteristik responden berikutnya yaitu responden untuk nilai keberadaan dan Sebaran responden yakni berjumlah 20 dan untuk nilai warisan sebanyak 56 responden yang berasal dari wilayah Kabupaten dan Kota Jayapura. umur atau usia responden yang berhasil khususnya untuk nilai keberadaan dan nilai warisan dari tahun sampai 60 responden berusia 21 0 tahun, sedangkan dan 27,63% responden Sehingga responden yang berusia antara 41 sampai 50 tahun adalah yang terbanyak diantara selang umur yang ada, yaitu sebesar 31,58%.
Karakteristik pendidi
variabel penting yang diambil dalam pelaksanaan
formal ini dapat dijadikan salah satu indikator mengenai kemampuan responden dalam memberikan penilaian ekonomi
terhadap Tumbuhan Sowang pada kawasan
sehingga dapat mempengaruhi keputusan responden dalam menentukan besarnya nilai WTP responden.
Dari hasil penelitian, dirinya sekolah secara formal
sedangkan 21,05% responden menyatakan dirinya sekolah secara formal Sekolah Menengah Atas
menyelesaikan studi ditingkat Diploma III hingga Sarjana
Gambar 20. Distribusi frekuensi responden Untuk memperoleh data jumlah resp beberapa pejabat atau tua
aturan dan peraturan dalam pemanfaatan Tumbuhan Sowang dan larangan apa saja yang diperbolehkan dalam pemanfaatan tersebut. Berikut data tentang para stakeholder dalam yang berhasil diteliti di lapangan.
1. Ondoafi / Ondofolo 3 ( se 2. Kepala BKSDA Provinsi Papua
TK 0%
Karakteristik pendidikan formal dari para responden juga merupakan salah satu variabel penting yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini. Jenjang pendidikan formal ini dapat dijadikan salah satu indikator mengenai kemampuan responden dalam memberikan penilaian ekonomi khususnya nilai warisan dan nilai keberadaan
Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan
sehingga dapat mempengaruhi keputusan responden dalam menentukan besarnya
Dari hasil penelitian, diperoleh data sebanyak 2,63% responden menyatakan dirinya sekolah secara formal pada tingkat Sekolah Menengah Pertama
% responden menyatakan dirinya sekolah secara formal
Sekolah Menengah Atas (SMU/SMA) dan sebanyak 76,32% responden i ditingkat Diploma III hingga Sarjana.
Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan responden Untuk memperoleh data jumlah responden dari pihak Stakeholder,
beberapa pejabat atau tua-tua adat sebagai pihak yang banyak mengetahui tentang aturan dan peraturan dalam pemanfaatan Tumbuhan Sowang dan larangan apa saja yang diperbolehkan dalam pemanfaatan tersebut. Berikut data tentang para stakeholder dalam yang berhasil diteliti di lapangan.
Ondoafi / Ondofolo 3 ( sentani timur, sentani tengah dan sentani barat) Kepala BKSDA Provinsi Papua
SD 0% 2.63%SMP SMU 21.05% Diploma/sarjana 76.32%
an formal dari para responden juga merupakan salah satu ini. Jenjang pendidikan formal ini dapat dijadikan salah satu indikator mengenai kemampuan responden snya nilai warisan dan nilai keberadaan Pegunungan Cycloops sehingga dapat mempengaruhi keputusan responden dalam menentukan besarnya
responden menyatakan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), % responden menyatakan dirinya sekolah secara formal di tingkat dan sebanyak 76,32% responden
responden
onden dari pihak Stakeholder, digunakan banyak mengetahui tentang aturan dan peraturan dalam pemanfaatan Tumbuhan Sowang dan larangan apa saja yang diperbolehkan dalam pemanfaatan tersebut. Berikut data tentang para
3. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura. 4. Kepala Kampung Doyo Baru
5. Kepala Kampung Maribu
6. Kepala Pembibitan Tanaman Provinsi Papua 7. Ketua Dewan Adat Masyarakat Ormo 8. Kepala Kampung Ormo Besar
9. Kepala Kampung Enggros