• Tidak ada hasil yang ditemukan

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN :"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

51

AQUAWARMAN

JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Studi Karakter Morfometrik Dan Meristik Ikan Betok

(Anabas

testudineus

Bloch) Pada Lokasi Berbeda Di Kabupaten Kutai

Kartanegara

Morphometric and Meristic characteristics of Climbing Perch at Different

Locations in Kutai Kartanegara Regency

Akhmed Abidarda Azhmie 1), Asfie Maidie. 2) Dan Catur Agus Pebrianto. 2)

1)

Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman

2)

Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman Jl.Gunung Tabur No.1 Kampus Gunung Kelua Samarinda.

E-mail: akhmed_aa@yahoo.com ABSTRACT

One species of the family Anabantidae that is climbing perch (Anabas testudineus Bloch) is a freshwater fish native in Borneo. The existence of the climbing perch important to be developed as an alternative nutritious foods in the period in which the condition of the water environment unfavorable to the development of aquaculture because of pollution and natural water conditions are extreme. In terms of resource management of fish as broodstock for culture required information on morphological characters (morphometric and meristic) to identify the units of the population that is in the waters, in addition to the morphological characters useful to identify type of fish. In the study sample was obtained of 76 fish at the Melintang station, 86 fish at Liang station, and 83 fish at Mangkurawang station. To understand the morphometric characters at different locations was used Principal Component Analysis to obtain the correlation between the characters as well as the grouping of individuals based on morphometric characters. Meristic character analysis using comparisons with data from previous studies. According to the result shows that climbing perch at Mangkurawang station relatively same to the fish at Melintang station, but with smallest body. At Liang station has only 3 morphometric different with Melintang station that mean the fish group was same group. The Meristic comparison among three group of climbing perch shown the fins ray was DXVII.8-9; AXI.9-10; VI.5; P14-15.

Keywords :Anabas testudius Bloch, Morphometric and Meristic

1. LATAR BELAKANG

Perairan tawar mempunyai

keanekaragaman ikan yang cukup tinggi, di Paparan Sunda terdapat 798 jenis ikan air tawar, Paparan Wallace terdapat 68 jenis ikan air tawar, dan Paparan Sahul terdapat 106 jenis ikan air tawar (Kottelat, et al., 1993).

Jenis ikan air tawar asli yang mendominasi perairan Sumatera dan Kalimantan adalah jenis dari Ordo Ostariophysi (Famili Cyprinidae dan Siluridae), Labyrinthici (Famili Anabantidae dan Channidae), Percomorphi (Famili Nandidae), Opistomi (Famili Mastacembelidae), danMalacopterygii (Famili Notopteridae) (Ondara, 1993).

(2)

52 Salah satu spesies dari famili

Anabantidae yaitu ikan betok (Anabas testudineus Bloch) merupakan ikan asli perairan Kalimantan dan Sumatera.Ikan betok di wilayah Kalimantan menurut Kottelat, et al., (1993) terdiri dari satu spesies, sedangkan untuk wilayah Sulawesi dimungkinkan ditemukan lebih dari satu spesies. Pengamatan terhadap kromosom spesimen dari India menunjukkan bahwa paling sedikit dua jenis Anabas terdapat disana, dan hal ini didukung oleh data morfologi (Dutt dan Ramaseshaiah, 1982; 1983;1988 dalam Kottelat, et al., 1993) seperti panjang total, panjang baku, tinggi badan, tinggi batang ekor, jumlah sirip dan lainnya (Kottelat, et al., 1993).

Karakter morfologi telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Karakter morfologi meliputi studi morfometrik dan meristik dari ikan. Hal ini juga banyak membantu dalam menyediakan informasi untuk pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi dalam tingkat intra spesies (ras) adalah variasi fenotip yang tidak selalu tepat dibawah kontrol genetik tapi dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Pembentukan fenotip dari ikan memungkinkan ikan dalam merespon secara adaptif perubahan dari lingkungan melalui modifikasi fisiologi dan kebiasaan hidupnya (Turan, 1998).

Penelitian kali ini dilakukan sebagai studi karakter morfometrik-meristik ikan betok pada tiga lokasi yang berbeda di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dari lokasi yang berbeda diduga dapat mempengaruhi karakter morfologi ikan tersebut. Jika ditemukan kesamaan karakter morfologi pada ikan betok di ketiga lokasi tersebut maka hal ini dapat menunjukkan adanya kesamaan karakter fenotip dan sebaliknya.Karakter fenotip dapat digunakan untuk menentukan kekerabatan ikan.

Berdasarkan data statistik kelautan dan perikanan tahun 2005, produksiikan betok

(Anabas testudineus Bloch) di Indonesia mencapai 9.545 ton denganrata-rata kenaikan produksi sebesar 54,57% (www.dkp.co.id dalam Akbar, 2008). Keberadaaan ikan betok penting untuk dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan bergizi padaperiode dimana kondisi lingkungan perairan kurang mendukung terhadap pengembangan budidaya perikanan dikarenakan pencemaran maupun kondisiperairan alami yang bersifat ekstrim.

Ikan betok di lingkungan Danau Melintang (DAS Mahakam Tengah) ada kecenderungan terjadi penurunan populasi, hal ini diduga karena adanyaberbagai tekanan seperti tingginya usaha penangkapan ikan dan perubahankondisi lingkungan (Mustakim, 2008). Untuk itu perlu upaya pengelolaan perikanan berdasarkan kajian terhadap stok ikan untuk selanjutnya ditentukan model pengelolaan yangtepat untuk kawasan perairan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekerabatan ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada tiga lokasi berbeda di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sebagai sumber daya indukan untuk pembudidayaan ikan betok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi maupun upaya pengelolaan perikanan di wilayah perairan darat (inland water) di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

2. BAHAN DAN METODE a. Waktu dan Tempat

Pengambilan dan analisis sampel ikan dilaksanakan dari bulan Januari hingga Maret 2014.Pengambilan sampel ikan dilakukan pada 3 lokasi berbeda yaitu di Kelurahan Mangkurawang, Kec. Tenggarong, Desa Liang dan Desa Melintang Kec. Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan cara mengumpulkan ikan dari hasil tangkapan nelayan setempat maupun

(3)

menangkap sendiri. Analisis sampel ikan

b. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan

dalam penelitian kali ini meliputi; jangka sorong, alat tulis, wadah plastik, camera digital, dan ikan betok (Anabas testudineus Bloch) sebagai sampel penelitian

c. Prosedur Penelitian

• Pengambilan sampel ikan Tabel 1. Karakter morfometrik

Karakter morfometrik Panjang total

Panjang baku Panjang kepala

Panjang di depan sirip dorsal

Panjang batang ekor Panjang hidung

Panjang ruang antar mata Panjang kepala di belakang mata

Panjang kepala di depan mata

Panjang antara mata dengan preoperculum Panjang rahang atas Panjang rahang bawah

menangkap sendiri. Analisis sampel ikan dilakukan di rumah.

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini meliputi; jangka sorong, alat tulis, wadah plastik, camera Anabas testudineus Bloch) sebagai sampel penelitian.

Pengambilan sampel ikan

Sampel ikan yang diperoleh dari

maupun yang ditangkap sendiri dibawa dalam keadaan hidupdan dipelihara dalam kolam terpal.

• Penentuan ciri morfometrik

Karakter morfometrik yang diukur dan karakter meristik yang dihitung (Priyanie, 2006 dan Julita, 2006) masing

disajikan pada Tabel 1 dan

. Karakter morfometrik

Penjelasan

Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal yang paling belakang

Jarak antara ujung bagian kepala yang paling depan dengan pelipatan pangkal sirip caudal

Jarak antara ujung terdepan dari hidung hingga ujung terbelakang dari keping tutup insang

Jarak antara ujung hidung (antara bibir) hingga ke pangkal jari jari pertama sirip dorsal

Jarak miring antara ujung dasar sirip dengan pangkal jari tengah sirip caudal

Jarak antara pinggiran terdepan hidung dengan sisi terdepan rongga mata

Jarak antara pinggiran dari kedua rongga mata

Jarak antara pinggiran belakang dari ronga mata sampai pinggir belakang selaput keping tutup insang

Jarak antara pinggiran depan dari rongga mata sampai bagian terdepan dari kepala

Jarak antara sisi rongga mata dengan sudut preoperculum Diukur dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang rahang atas

Diukur dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang 53 Sampel ikan yang diperoleh dari nelayan maupun yang ditangkap sendiri dibawa dalam keadaan hidupdan dipelihara dalam kolam

Penentuan ciri morfometrik - meristik Karakter morfometrik yang diukur dan karakter meristik yang dihitung (Priyanie, 2006 dan Julita, 2006) masing-masing

dan 2.

ara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip Jarak antara ujung bagian kepala yang paling depan dengan Jarak antara ujung terdepan dari hidung hingga ujung Jarak antara ujung hidung (antara bibir) hingga ke pangkal jari-Jarak miring antara ujung dasar sirip dengan pangkal jari-jari Jarak antara pinggiran terdepan hidung dengan sisi terdepan Jarak antara pinggiran dari kedua rongga mata

Jarak antara pinggiran belakang dari ronga mata sampai pinggir Jarak antara pinggiran depan dari rongga mata sampai bagian Jarak antara sisi rongga mata dengan sudut preoperculum Diukur dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang Diukur dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang

(4)

54 pelipatan rahang

Panjang dasar sirip dorsal Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip di belakang jari-jari terkhir

Panjang dasar jari-jari keras sirip dorsal

Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip

Panjang dasar jari-jari lemah sirip dorsal

Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari lemah terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip Panjang dasar sirip anal Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput

sirip di belakang jari-jari terkhir Panjang jari-jari keras

sirip anal

Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip

Panjang jari-jari lemah sirip anal

Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari lemah terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip

Panjang sirip pektoral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip pektoral

Panjang sirip ventral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip ventral

Tinggi di bawah mata Jarak kecil antara pinggiran bawah rongga mata dengan rahang atas

Tinggi badan Diukur pada bagian ventral tertinggi antara bagian dorsal dengan bagian ventral

Tinggi batang ekor Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang terendah Tinggi kepala Panjang garis tegak antara pertengahan pangkal kepala dengan

pertengahan kepala sebelah bawah

Tinggi pipi Jarak tegak antara rongga mata dan pinggiran bagian depan pre operculum

Tinggi sirip dorsal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip dorsal

Tinggi sirip anal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip anal Lebar badan Jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan

Lebar kepala Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala

Lebar mata Panjang garis tengah rongga mata (diameter)

Lebar bukaan mulut Jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar-lebarnya

Panjang dasar jari-jari keras sirip ventral

Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip

Panjang dasar jari-jari lemah sirip ventral

Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari lemah terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip

Tabel 2. Karakter meristik

Karakter meristic Penjelasan

Jumlah jari-jari sirip dorsal

Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip dorsal Jumlah jari-jari sirip

anal

Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip anal Jumlah jari-jari sirip

ventral

(5)

55 Jumlah jari-jari sirip

pektoral

Jumlah jari-jari sirip pektoral Jumlah jari-jari sirip

caudal

Jumlah jari-jari sirip caudal Jumlah sisik pada garis

rusuk (LL)

Sisik di belakang tutup insang sampai pada permulaan pangkal ekor Jumlah sisik di atas

garis rusuk (LL)

Sisik pada permulaan sirip punggung miring ke bawah sampai ke garis rusuk

Jumlah sisik di bawah garis rusuk

Sisik pada pada permulaan sirip dubur miring ke atas ke depan sampai ke garis rusuk

Jumlah sisik di muka sirip dorsal

Semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip dorsal sampai ke belakang kepala

Jumlah sisik pada pipi Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke sudut preoperculum

Jumlah sisik sekeliling badan

Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis sekelilng badan, tepat didepan sirip dorsal

Jumlah sisik sekeliling batang ekor

Jumlah sisik yang dilalui oleh garis sekeliling batang ekor

d. Analisis Data

• Analisis karakter morfometrik

Metode untuk menghitung perbedaan karakter morfometrik dari ketiga lokasi menggunakan analisis data yang dinamakan Analisis Komponen Utama (AKU). Ciri morfometrik yang diukur dari ketiga lokasi terdiri dari 33 karakter, dengan menggunakan AKU. Dimensi pengukurannya direduksi dengan mencari nilai komponen utama minimal 2 komponen. Teknik analisis multivarian ini digunakan untuk menganalisis data morfometrik yang telah ditransformasi.

Sebelum melakukan Analisis Komponen Utama (AKU) harus dinormalisasikan terlebih dahulu melalui pemusatan dan pereduksian. Dengan demikian hasil Analisis Komponen Utama (AKU) tidak direlisasikan dari nilai-nilai parameter inisial (Ludwig and Reynolds, 1988; Legendre and Legendre, 1998; Bengen, 1998. dalam Irawan A. 2003).

Pada prinsipnya Analisis Komponen Utama menggunakan pengukuran jarak Euclidean (jumlah kuadrat perbedaan antara individu untuk variabel yang berkoresponden pada data) (Lebart, et al., 1988 dalam Rachmawati 1995).

Tahapan dasar dalam AKU adalah mentransformasikan P karakter asal menjadi

P karakter baru (komponen utama) yang berdimensi lebih kecil daripada dimensi karakter asal (Karson, 1982; Kerlinger, 1990 dalam Rachmawati 1995).Selanjutnya mencari indeks yang disebut komponen utama ke-1 atau sumbu utama ke-1 yang

menunjukkan ragam individu

maksimum.Kemudian dicari komponen utama atau sumbu ke-2 dengan syarat berkorelasi nihil dengan yang pertama dan memiliki ragam individu terbesar setelah komponen utama ke-1 proses ini berlanjut hingga memperoleh komponen utama ke-j.

Pengolahan data Analisis Komponen Utama (AKU) pada analisis data kali ini menggunakan program computer statistika versi 6. Apabila ditemukan koefisien komponen memiliki tanda yang sama (positif semua atau negatif semua) hal ini mengindikasikan adanya variasi ukuran dan apabila ditemukan komponen memiliki kedua-duanya tanda positif dan negatif ini menunjukkan adanya indikasi variasi bentuk dari ikan (Doherty dan McCarthy, 2004).

• Analisis karakter meristik

Untuk menganalisis karakter meristik digunakan perbandingan dengan membandingkan jumlah dan kisaran karakter

(6)

56 meristik yang sudah ada dalam literatur atau

penelitian sebelumnya dengan jumlah dan kisaran karakter meristik yang dihitung dari ketiga lokasi. Dari hasil perbandingan akan terlihat jarak kisaran ukuran karakter meristik yang dihitung dengan literatur. Literatur yang digunakan adalah dari Talwar dan Jhingran (1991) http://aquaworld.netfirms.com (Akbar, 2008), Bloch (1792) dan Kottelat, et al., (1993).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Sebaran Karakteristik Morfometrik Ikan Betok

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) yang didasarkan pada matriks korelasi untuk mendeskripsikan korelasi antara ciri morfometrik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yaitu Panjang Total (PT), Panjang Baku (PB), Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan Sirip Dorsal (PdDeSD), Panjang Batang Ekor (PBE), Panjang Hidung (PH), Panjang Ruang Antar Mata (PRAM), Panjang Kepala di

Belakang Mata (PKBM), Panjang Kepala di Depan Mata (PKDM), Panjang Antara Mata Dengan Preoperculum (PAMDP), Panjang Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Bawah (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal (PdaSD), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Dorsal (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Sirip Anal (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB), Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Kepala (TK), Tinggi Pipi (TP), Tinggi Sirip Dorsal (TSD), Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB), Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Lebar Bukaan Mulut (LBM), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV) di masing-masing stasiun menunjukkan adanya pemusatan informasi pada 2 sumbu utama yang masing-masing memberikan kontribusi dari ragam total yaitu: F1 sebesar 99,57 %, dan F2 sebesar 0,43 %.

Tabel 3. Koordinat dan Kontribusi ciri morfometrik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada dua sumbu utama (F1xF2).

MORFOMETRIK Kode Koordinat Kontribusi

Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2

Panjang Total PT -0,999637 0,026938 0,030413 0,005081

Panjang Baku PB -0,999988 -0,004814 0,030434 0,000162

Panjang Kepala PK -0,999587 0,028723 0,030410 0,005776

Panjang di Depan Sirip Dorsal PdDeSD -0,999846 0,017551 0,030425 0,002157 Panjang Batang Ekor PBE -0,968630 0,248508 0,028555 0,432384

Panjang Hidung PH -0,993933 0,109987 0,030067 0,084698

Panjang Ruang Antar Mata PRAM -0,999868 0,016251 0,030427 0,001849 Panjang Kepala di Belakang

Mata PKBM -0,999995 -0,003258 0,030434 0,000074

Panjang Kepala di Depan Mata PKDM -0,996708 0,081070 0,030235 0,046016 Panjang Antara Mata Dengan

Preoperculum PAMDP -0,999909 -0,013467 0,030429 0,001270

Panjang Rahang Atas PRA -0,999953 0,009653 0,030432 0,000652 Panjang Rahang Bawah PRB -0,997865 0,065304 0,030305 0,029859 Panjang Dasar Sirip Dorsal PDaSD -0,999150 -0,041232 0,030383 0,011903 Panjang Dasar Jari-jari Keras

(7)

57 Panjang Dasar Jari-jari Lemah

Sirip Dorsal PDJJLSD -0,999335 0,036469 0,030394 0,009312

Panjang Dasar Sirip Anal PDSA -0,999724 -0,023502 0,030418 0,003867 Panjang Dasar Jari-jari Keras

Sirip Anal PDJJKSA -0,998415 -0,056280 0,030338 0,022177

Panjang Dasar Jari-jari Lemah

Sirip Anal PDJJLSA -0,999452 0,033110 0,030401 0,007675

Panjang Sirip Pektoral PSP -0,998859 -0,047755 0,030365 0,015967 Panjang Sirip Ventral PSV -0,999986 -0,005313 0,030434 0,000198 Tinggi Dibawah Mata TdBM -0,998029 -0,062753 0,030315 0,027572

Tinggi Badan TB -0,998115 -0,061366 0,030320 0,026366

Tinggi Batang Ekor TBE -0,999988 0,004814 0,030434 0,000162

Tinggi Kepala TK -0,996787 -0,080098 0,030239 0,044919

Tinggi Pipi TP -0,994759 -0,102249 0,030117 0,073200

Tinggi Sirip Dorsal TSD -0,998421 0,056180 0,030339 0,022098 Tinggi Sirip Anal TSA -0,999925 0,012277 0,030430 0,001055

Lebar Badan LB -0,999652 -0,026391 0,030414 0,004876

Lebar Kepala LK -0,999122 -0,041906 0,030381 0,012295

Lebar Mata LM -0,999168 0,040781 0,030384 0,011644

Lebar Bukaan Mulut LBM -0,995820 -0,091332 0,030181 0,058404 Panjang Dasar Jari-jari Keras

Sirip Ventral PDJJKSV -0,999711 -0,024037 0,030417 0,004045 Panjang Dasar Jari-jari Lemah

Sirip Ventral PDJJLSV -0,999242 -0,038939 0,030389 0,010616

Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)

PT PB PK PdDeSD PBE PH PRAM PKBM PKDM PAMDP PRA PRB PDaSD PDJJKSD PDJJLSD PDSA PDJJKSA PDJJLSA PSP PSV TdBM TB TBE TK TP TSD TSA LB LK LM LBM PDJJKSV PDJJLSV -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 Factor 1 : 99,57% -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 F a ct o r 2 : , 4 3 %

Gambar 3. Grafik Analisis Komponen Utama (AKU) korelasi antara ciri morfometrik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada dua sumbu utama

(8)

58 Tabel 4. Koordinat dan Kontribusi stasiun pada dua sumbu utama (F1xF2).

Stasiun Koordinat Kontribusi

Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2

Melintang -5,72565 -0,218932 49,88720 16,77947

Mangkurawang -0,01292 0,436389 0,00025 66,66641

Liang 5,73857 -0,217457 50,11255 16,55412

Gambar 4.Sebaran stasiun pada sumbu I dan sumbu II (F1xF2). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

bahwa sebaran ciri morfometrikikan betok (Anabas testudineus Bloch) tersebar pada Sumbu I dan Sumbu II (F1 x F2) yang ditunjukkan oleh Gambar 3, bahwa di Sumbu I (F1) negatif dicirikan oleh Panjang Total (PT), Panjang Baku (PB), Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan Sirip Dorsal (PdDeSD), Panjang Ruang Antar Mata (PRAM), Panjang Kepala di Belakang Mata (PKBM), Panjang Antara Mata Dengan Preoperculum (PAMDP), Panjang Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Bawah (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal (PdaSD), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Dorsal (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Sirip Anal (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB), Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Sirip Dorsal (TSD), Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar

Badan (LB), Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), dan Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV).

Pada Sumbu II (F2) positif dicirikan oleh Panjang Batang Ekor (PBE), Panjang Hidung (PH) dan Panjang Kepala di Depan Mata (PKDM), sedangkan pada Sumbu II (F2) negatif dicirikan oleh Tinggi Kepala (TK), Tinggi Pipi (TP), dan Lebar Bukaan Mulut (LBM).

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) yang ditunjukkan oleh Gambar 4, diperoleh bahwa sebaran Stasiun Mangkurang terletak pada Sumbu I (F1) positif, Stasiun Melintang terletak pada Sumbu I (F1) negatif, dan Stasiun Liang terletak pada Sumbu II (F2) negatif.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut di atas menunjukkan bahwa Stasiun Melintang dicirikan oleh ciri morfometrik Ikan betok (Anabas testudineus Bloch), yaitu

(9)

59 Panjang Total (PT), Panjang Baku (PB),

Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan Sirip Dorsal (PdDeSD), Panjang Ruang Antar Mata (PRAM), Panjang Kepala di Belakang Mata (PKBM), Panjang Antara Mata Dengan Preoperculum (PAMDP), Panjang Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Bawah (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal (PdaSD), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Dorsal (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Sirip Anal (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB), Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Sirip Dorsal (TSD), Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB), Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), dan Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV).

Berdasarkan letak sebaran Stasiun Mangkurawang yang terletak Sumbu I (F1) positif menunjukkan bahwa posisi ini berlawanan dengan sebaran Stasiun Melintang yang terletak di Sumbu I (F1) negatif. Posisi ini menunjukkan ada kecenderungan bahwa ciri morfometrik Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang ada di Stasiun Mangkurawang relatif sama dengan ciri morfometrik Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang ada di Stasiun Melintang namun pada Stasiun Mangkurawang memiliki ukuran morfometrik Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang lebih kecil atau lebih pendek dari pada Stasiun Melintang.

Pada Stasiun Liang dicirikan oleh ciri morfometrik, yaitu Panjang Batang Ekor (PBE), Panjang Hidung (PH) dan Panjang Kepala di Depan Mata (PKDM). Berdasarkan ciri morfometrik tersebut dapat di pahami bahwa Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang terdapat di Stasiun Liang hanya memiliki 3 ciri morfometrik yang berbeda dengan ciri morfometrik pada Stasiun Melintang. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum ciri morfometrik yang dimiliki Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) di Stasiun Liang relatif sama dengan Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) di Stasiun Melintang. Sedangkan ciri morfometrik berupa Tinggi Kepala (TK), Tinggi Pipi (TP), dan Lebar Bukaan Mulut (LBM) tidak mencirikan morfometrik pada ketiga stasiun tersebut. Kemungkinan ikan di tiga lokasi tersebut memiliki keragaman bentuk namun persentasenya kecil sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk membuktikan bahwa ikan yang diteliti memiliki keragaman bentuk. Diduga hal ini disebabkan oleh faktor ketelitian alat yang digunakan berupa jangka sorong (caliver) dengan ketelitian 0,05 mm, nilai pengukuran akan lebih teliti jika menggunakan jangka sorong digital dengan ketelitian hingga 0,01 mm.

b. Karakter Meristik Ikan Betok

Kisaran karakter meristik yang dihitung pada ketiga lokasi menunjukkan nilai yang sama. Pada tabel berikut di tampilkan karakter meristik yang dihitung.

Tabel 5. Kisaran karakter meristik yang dihitung. Karakter

Meristik Melintang Liang Mangkurawang

Kottelat (1995) & Bloch (1792) Talwar & Jhingran 1991 Jumlah Jari-Jari Sirip Dorsal

DXVII.8-9 DXVII.8-9 DXVII.8-9 DXV-XIX. 7-9 DXVI-XVIII. 8-10 Jumlah

Jari-Jari Sirip AXI.9-10 AXI.9-10 AXI.9-10 AIX-XI.8-12

AVIII-XI.9-10

(10)

60 Anal

Jumlah Jari-Jari Sirip Ventral

VI.5 VI.5 VI.5 VI.5

Jumlah Jari-Jari Sirip Pektoral P14-15 P14-15 P14-15 P14-16 P.14-15 Jumlah Jari-Jari Sirip Caudal 16 16 16 Jumlah Sisik Pada Garis Rusuk (LL) 30 30 30 26 - 31 Jumlah Sisik di Atas Garis Rusuk (LL) 4 4 4 Jumlah Sisik di Bawah Garis Rusuk 10 10 10 Jumlah Sisik di Muka Sirip Dorsal 5 - 6. 5 - 6. 5 - 6. Jumlah Sisik Pada Pipi 77 – 88 77 – 88 77 - 88 Jumlah Sisik Sekeliling Badan 32 32 32 Jumlah Sisik Sekeliling Batang Ekor 34 34 34

Penghitungan karakter meristik berupa jumlah jari-jari sirip dorsal (D) pada ikan di ketiga lokasi menunjukkan kisaran hasil yang sama yaitu 26 sampai 27 buah dengan 18

jari-jari keras dan 8-9 jari-jari-jari-jari lemah hal ini mendekati rumus umum sirip dorsal menurut Kottelat 1995, DXV-XIX. 7-9 dan Talwar and Jhingran, 1991, DXVI-XVIII.8-10.

(11)

61 Untuk jumlah jari-jari sirip anal memiliki

jumlah yang sama untuk ikan di ketiga lokasi yaitu berkisar antara 20-21 buah dengan jumlah jari sirip keras 11 buah untuk jari-jari lemah berkisar antara 9-10 buah. Berdasarkan literatur dari Kottelat, 1995, AIX-XI.8-12 dan Talwar and Jhingran, 1991, AVIII-XI.9-11.

Untuk jumlah sirip pektoral terhitung jumlahnya berkisar antara 14-15 buah untuk ketiga lokasi yang ada, hal ini juga identik dengan literatur dari Talwar and Jhingran, 1991 yang menyatakan bahwa jumlah sirip pektoral sebesar 14-15 buah.

Untuk karakter meristik yang lain, jumlah jari-jari sirip ventral 6 buah, jumlah jari-jari sirip caudal 16-17 buah, jumlah sisik pada garis rusuk (LL) 30 buah, jumlah sisik di atas garis rusuk 4 buah, jumlah sisik dibawah garis rusuk 10 buah, jumlah sisik di muka sirip dorsal 5-6 buah, jumlah sisik pada pipi 77-88 buah, jumlah sisik sekeliling badan 32 buah, dan jumlah sisik sekeliling batang ekor 34 buah. Hasil yang didapat dari ketiga lokasi menunjukkan kesamaan jumlah karakter meristik pada ikan betok.

Adapun meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi et al., 1992). Data yang dihasilkan dari ciri meristik bersifat discrete data (Turan, 1998). Hasil perbandingan karakter meristik menunjukkan jumlah dan kisaran jumlah karakter meristik menunjukkan nilai yang sama pada ketiga lokasi hal ini juga diperkuat dengan perbandingan dengan literatur dari Kottelat, 1995 dan Talwar and Jhingran, 1991. Identifikasi karakter meristik ini menguatkan dugaan bahwa ikan betok pada ketiga lokasi merupakan satu kerabat yang sama.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil Analisis Komponen Utama terhadap karakter morfometrik dan perbandingan karakter meristik menunjukkan

bahwa ikan betok pada ketiga lokasi meliputi stasiun Melintang, Liang, dan Mangkurawang di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan satu kerabat yang sama. Perbedaan lokasi (lingkungan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakter morfometrik dan meristik ikan betok di ketiga lokasi tersebut. Sehingga kemungkinannya tidak akan bermasalah apabila digunakan sebagai indukan yang berasal dari lokasi ini secara intensif.

Perlu dilakukan studi karakter jenis atau varietas ikan betok (Anabas testudineus Bloch) di Kalimantan Timur yang lebih intensif.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R, S.S. Djadja, M.F. Rahardjo, Sulistiono. 1992. Iktiologi, suatu pedoman kerja laboratorium. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Akbar, H. 2008. Studi Karakter Morfometrik-Meristik Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di DAS Mahakam Tengah Provinsi Kalimantan Timur, Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Doherty, D and T.K. Mccarthy. 2004. Morphometric and Meristic Characteristics Analyses of Two Western Irish Populations of Arctic char, Salvelinus alpinus (L). Jurnal of Biology and Environment: Proceedings of The Royal Irish Academy, 1 : 75-85.

Irawan A. 2003 Asosiasi Makrozoobentos Berdasarkan Letak Padang Lamun Di Estuaria Bontang Kuala Kalimantan Timur,Tesis pada Program Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor, Bogor.

Julita N. 2006 Ciri Morfometrik Meristik dan Pertumbuhan Ikan Kakap Laut Dalam (Panakol Bedug) Aprion Virescens, Valenciennes di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kottelat, M, S.N. Kartikasari, J.W .Anthony, and W. Soetikno. 1993. Freshwater

(12)

62 Fishes of Western Indonesia and

Sulawesi. Periplus Editions Limited Press, Singapura.

Mustakim, M. 2008. Kajian Kebiasaan Makanan Dan Kaitannya Dengan Aspek Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) Pada Habitat YangBerbeda Di Lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, Tesis pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ondara. 1993. Pemanfaatan dan pengelolaan perikanan perairan lebak lebung. Prosiding Puslitbangkan No. 26/1993. Balitbang Deptan, Jakarta.

Priyanie, M.M. 2006. Pertumbuhan dan Karakter Morfometrik – Meristik Ikan Kurisi (Pristipomoides filamentosus, Valenciennes 1830) Di Perairan Laut dalam Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rachamawati, R. 1995. Karakter Morfologis Beberapa Varietas Ikan Gurame, Osphronemus goramy, Lacepede, Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Turan, C. 1998. A Note on The Examination of Morphometric Differentiation Among Fish Population: the Truss System. Journal of Zoology 23 : 259-263.

Gambar

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel
Tabel 2. Karakter meristik
Tabel 3. Koordinat dan Kontribusi ciri morfometrik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada  dua sumbu utama (F1xF2)
Gambar 3. Grafik Analisis Komponen Utama (AKU) korelasi antara ciri morfometrik ikan betok  (Anabas testudineus Bloch) pada dua sumbu utama
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, range skor yang dihasilkan adalah 7, sehingga tingkat kesejahteraan karyawan perbankan dibe- dakan menjadi dua yaitu

Pengatur panas, alat ini dilengkapi dengan pengatur/pembatas panas dari bimetal, kerusakan pada bimetal dapat menyebabkan rice cooker tidak panas atau panas menjadi

routing protocol G-LEACH menggunakan teknik merge CH dalam suatu area ( grid ) disertai beberapa parameter yang relevan, seperti posisi node , node dengan sisa

Hasiera batean, Zuzendariak ikasleari proposatu Euskal Herriko Unibertsitateko (UPV/EHU) Farmazia Fakultatearen gai jakin bati buruzko lana da, eta ikasle bakoitzak banaka

Apabila kondisi lalu lintas kembali normal, maka operator akan mengembalikan mode kerja dari pengendali lampu lalu lintas ini ke mode normal, yaitu bekerja secara

 Dari total 2.334.689 Ton produksi garam krosok/G (Garam baku) dalam negeri per tahun, dimungkinkan untuk diolah (garam dasar) oleh masyarakat 811.978 ton untuk garam

pemikirannya dalam suatu usaha agar para filsuf dan orang-orang yang melihat filsafat memberikan otoritas kepada aktivitas kultural mereka sendiri dan meninggalkan

Pada masa yang sama diberlakukan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 Tentang Gelar Akuntan (UU Gelar Akuntan) yang mengharuskan pendidikan untuk memperoleh gelar