BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Pulau Pamegaran dan Kuburan Cina yang berada didalarn kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu DKI Jakarta (Gambar 2). Pulau Pamegaran merupakan pulau yang termasuk dalam zona pemanfaatan tradisional atau zonasi Rekreasi dan Pariwisata dengan luas wilayah 108 hektar. Sebagai lokasi pembanding Pulau Pamegaran dilakukan di Pulau Kuburan Cina
Stasiun pengambilan data ditetapkan di perairan bagian utaraltertutup peeward) dan perairan bagian timurfterbuka (windward) dari pengaruh langsung lingkungan perairan pada kedua lokasi penelitian dengan posisi seperti disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Posisi Geografis Stasiun Penelitian
Penelitian ini berlangsung atau dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan Mei hingga Juli 2004. Analisa kelimpahan phyto dan zooplankton, phosfat dan nitrat serta fraksi substrat dilakukan di laboratorium Balai Riset Perikanan Laut. Identifikasi berlangsung dari bulan Agustus hingga Oktober 2004.
Stasiun Posisi Penelitian
Bujur Timur (BT)
I
Lintang Selatan (LS) Pulau Pamegaran Utara (leeward) Timur (windward) 106' 34'. 647" 106' 34'. 892" 05' 37'. 903" 05' 37'. 831" Pulau Kuburan CinaUtara (leeward) Timur (windwcrrd) 106' 34'. 09,l" 106' 33'. 56,6" 05' 36'. 24,9" 05' 36'. 26,9"
s x l t H m :
k ~ ~ . S e r i b u
atictosbx
Alat dan Bahan
Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan pengamatan kondisilkesehatan karang dan keberadaan ikan karang yang terdiri dari : kapallperahu bermesin untuk mempermudah dan mempercepat pengamatan kondisikesehatan karang, GPS, peralatan selam lengkap (tangki scuba (aqualung), regulator, mask, snorkel, fin, bouyancy compensator, pemberat, pakaian selam (wetsuit), kamera bawah air (underwater camera) dan handycam sebagai pelengkap dokumentasi, alat pencatat (kertas data anti air, slate dan pensil), roll meter yang berukuran 100 meter sebagai transek garis, alat pengumpul sampel (martil dan bungkus plastik), literatur untuk identifikasi karang dan ikan karang.
Peralatan pengamatan lingkungan perairan terdiri dari : termometer bolak- balik, refraktometer, nanssen bottle, plankton net (phyto dan zooplankton net), alkohol 70 %, forrnalin, botol sampel, Ekman grab, penyaringlsieve, oven dan current meter.
Metode Pengambilan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan data sekunder dikumpulkan dari instansi lain yang terkait dengan sumber daya kelautan. Pengamatan langsung di lapangan meliputi pengamatan kondisi karang (persen tutupan, genus karang), faktor lingkungan perairan (suhu, salinitas, plankton (phyto dan zoo), nutrien (phosfat dan nitrat), substrat dan arus serta ikan karang (keanekaragarnan dan komposisi jenis berdasarkan tipe ikan). Informasi data yang dikumpulkan dari instansi-instansi terkait yaitu berupa data- data pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan yang dilakukan di perairan Kepulauan Seribu seperti dari Dinas Perikanan dan Departemen Kehutanan dalam ha1 ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam/PHPA).
Kondisi Tutupan Karang
Pengambilan data tutupan karang dengan mempergunakan metoda garis transek (Line Intercept Transec atau Life Form) (Gomez and Yop, 1984). Metoda pengamatan ini menekankan pada bentuk pertumbuhan karang Acropora dan Non Acropora karena marga ini mendominasi pada ekosistem terumbu karang dan merupakan komponen utama pembentuk terumbu karang (Gambar 3). Panjang garis transek yang dipergunakan 30 meter dan diletakkan sejajar garis pantai pada kedalaman 5 meter dengan pengamatan tiga kali pengulangan. Pencatatan dan pengukuran panjang tiap marga dan bentuk pertumbuhan dilakukan diatas transek yang berupa meteran sesuai dengan panjang yang tertera pada meteran. Pengambilan data juga dilakukan dengan pengambilan dokumentasi yang mempergunakan kamera film bawah air (underwater camera) sebagai pendukung data kondisi karang berdasarkan pengamatan visual (visual observation)
Gambar 3. Metoda Transec Benthic Life Form (Anthony, 2004).
Keanekaragaman dan Komposisi Jenis Ikan Karang
Pengambilan data ikan mempergunakan metoda Visual Census (Dartnall and Jones, 1986) (Gambar 4) pada transek yang dipergunakan untuk metoda life form karang dengan panjang transek 30 m dan jarak pengamatan memakai garis khayal pandang sejauh 5 meter kekiri dan ke kanan dari garis transek di kedalaman 5 m 2 1
dengan tiga kali pengulangan
.
Untuk pengidentifikasian jenis-jenis ikan karang dipergunakan literatur Tropical Reef-Fishes Of The Western Pasific Indonesia And Adjacent Water (Kuiter, 1992).Gambar 4. Metoda Visual Census (Anthony, 2004)
Kondisi Lingkungan Perairan
Pengamatan faktor lingkungan dilakukan dengan dua cara yaitu di lapang dan laboratorium.
Pengamatan dilapang m e n c h p : pengukuran salinitas dengan refiactometer, pengukuran temperatur dengan termometer bolak balik, pengambilan sample air untuk menentukan nutrien dengan nanssen bottle, pengambilan sample air untuk pengamatan plankton dengan phytoplankton net dan zooplankton net, pengamatan arus dengan mempergunakan current meter dan pengarnatan substrat dengan mempergunakan Ekman grab.
Pengamatan dilaboratorium mencakup : identifikasi jenis dan penghitungan kelimpahan jenis phyto dan zooplankton dengan mempergunakan Sedgewick Rafter Counting Cell, analisis kadar phosfat clan nitrat , pengukuran partikel substrat dengan penyaringan dengan ukuran saring 2mm, lmm, 0,5mm, 0,25mm, 0,15mm dan 0,05mm lalu pengeringan dengan oven.
Korelasi lingkungan perairan terhadap ekosistem terumbu karang merupakan hubungan langsung yang saling mempengaruhi antara faktor lingkungan perairan dengan kondisi karang serta keberadaan jenis-jenis ikan karang dapat diasumsikan seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Korelasi Antara Faktor Lingkungan Perairan Terhadap Kondisi Karang dan Keberadaan Ikan Karang
Keterangan :
a. Korelasi langsung faktor lingkungan perairan dengan kondisilkesehatan karang serta pertumbuhan cabang dan perkembangan karang.
b. Korelasi langsung kondisilkesehatan karang dengan keberadaan (keanekaragaman dan komposisi) jenis ikan karang.
c. Korelasi langsung antara faktor lingkungan perairan dengan keberadaan (keanekaragaman dan komposisi) jenis ikan karang.
Analisis Data
Ikan Karang Faktor Lingkungan Perairan
Persentase Tutupan Karang
Pertumbuhan Karang
Analisis tutupan karang (percent cover) mempergunakan Software Percent
Sp. Sp.
C A B C
Arus
Cover Benthic Life Form Analysis versi. 5.1 (Rahmat dan Yosephine, 2001)
Sp. Genus
Genus
A
%
cover
=
Total Length of Categoryx
100 %Length of Transect 23 Genus B P1.1yto dan Zooplank ton Phosfat Nitrat Su hu Subs trat Sali nitas
Penentuan kategori kondisi karang mengacu pada Monitoring Coral For Global Change (UNEP, 1993) pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase Kategori Kondisi Karang (UNEP, 1993)
Keanekaragaman Jenis (HI) Ikan Karang
Keanekaragaman jenis ikan karang dihitung dengan mempergunakan metode Shannon Weiner dalam Poole (1 974) yaitu :
Kondisi sangat rusak rusak sedang baik sangat baik Kategori 1 2 3 4 5 Keterangan : s = Cjenis Persentase (%) 1-10 11-30 3 1-50 5 1-75 76-1 00 i = urutan
C
jenis NI =C
individu tiap jenis N =C
keseluruhan jenisIndeks Diversitas Shannon mengungkapkan bahwa H' = 0, maka komunitas terdiri dari satu genus atau jenis tunggal. Nilai H' akan mendekati maksimal jika semua jenis terdistribusi secara merata dalain komunitas. Penggolongan kondisi komunitas biota berdasarkan nilai indeks H' adalah sebagai berikut apabila indeks H'<2,30 artinya keragaman rendahlkecil, komunitas tidak stabil atau kestabilan komunitas rendah dan tekanan terhadap komunitas tinggi, 2,30<H<6,91 keragaman sedang/komunitas kurang cukup stabil (kestabilan komunitas sedang) atau tekanan lingkungan terhadap komunitas sedang, H1>6,91 keragaman jenis tinggilbesar, komunitas stabil, tidak ada kompetisi, daya dukung iingkungan terhadap komunitas sangat baik (keseimbangan ekosistem).
Indeks Keseragaman Shannon Ikan Karang
Keterangan :
E = Indeks Keseragaman H maks = log s ( s = jml jenis)
Nilai indeks keseragaman ini berkisar antara 0-1 apabila indeks keseragaman mendekati 0 maka penyebaran individu tiap jenis tidak sama dan dalam ekosistem tersebut ada kecenderungan terjadi dominansi jenis yang disebabkan oleh ketidak stabilan faktor lingkungan perairan dan populasi. Bila indeks keseragaman mendekati 1 memnjukan bahwa ekosistem tersebut dalam kondisi relatif mantap yaitu jumlah individu tiap jenis relatif sama.
Dominansi Ikan Karang
Untuk mengetahui jenis-jenis yang mendominasi dipergunakan Indeks Dominansi (Legendre and Legendre, 1998).
Keterangan :
N = Jml total individu Ni = jml individutiap jenis
Nilai indeks dominansi berkisar antara oil, jika indeks dorninasi mendekati 0 berarti hampir tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya diikuti dengan Indeks keseragaman yang besar. Apabila indeks dominansi mendekati 1, berarti ada salah satu genus yang mendominasi dan nilai Indeks Keseragamannya kecil. Penggolongan kriteria dominansi biota berdasarkan nilai indeks D adalah sebagai berikut apabila indeks O<D<0,4 artinya dominansi rendah dan tidak terdapat j.enis yang ekstrim mendominasi jenis lainnya kemudian 0,4<D<0,6 dominansi sedang dan 0,6<D<1,0 dominansi tinggi sehingga terdapat satu jenis yang mendominasi jenis lainnya.
Kondisi Lingkungan Perairan
Analisis lingkungan perairan mencakup identifikasi jenis, keanekaragaman jenis serta kelimpahan jenis phyto dan zooplankton. Identifikasi jenis phyto dan zooplankton dilakukan di laboratorium Balai Riset Perikanan Laut. Penghitungan keanekaragarnan jenis dilakukac dengan mempergunakan Indeks Shannon Weiner dulum Poole (1974), penghitungan kelimpahan jenis phytoplankton dengan mempergunakan cara sebagai berikut :
Keterangan :
N = Kelimpahan phytoplankton (sel /m3) n = Jml phytoplankton tercacah
p = Jml petak counting cell (1000 petak) Vr = Vol. sampel tersaring (ml)
Vo = Vol. air counting cell (1 ml)
3
Vs = Vol. sampel air tersaring (m
)
Sedangkan cara penghitungan kelimpahan jenis zooplankton dilakukan dengan mempergunakan penghitungan sebagai berikut :
Keterangan :
3
N = Kelimpahan zooplankton (indlm ) n = Jml ind zooplankton tercacah. Va = Vol. yang diamati (ml) Vc = Vol. botol sampel (ml)
L = Luas bukaan mulut bonggo net (0,3 18 m2) t = lama penarikan jaring (menit)
Analisis salinitas, suhu, phosfat dan nitrat dilakukan dengan mempergunakan tabulasi dan grafik (MS.Exce1) sedangkan substrat dengan mengacu pada klasifikasi fraksi substrat menurut ukuran partikel (Brower and Zar, 1977) dan segitiga Miller. Keterkaitan korelasi antara faktor lingkungan perairan dengan kondisi karang dapat dilihat dengan memperlihatkan hubungan antar analisis dan sintesa dari berbagai aspek pengamatan (Tabel 5) serta Analisis Korespondensi Utarna (Principal Corespondence Analysis) (Bengen, 2000).
Tabel 5. Pengumpulan Data dan Cara Analisa Karang Pada Pulau Pamegaran dan Kuburan Cina
Cara Analisa Suharsono, 1996, Veron, 1989, Sukarno, 1995 Soft ware benthinc life form (Rahmat dan Yosephine, 2001) Adrim, 1995. Hutomo, 1995 Kuiter, 1992 Indeks Shannon Weaver dan MS Excel. Analisa laboratorium, tabulasi dan grafik, Brower and Zar, 1977, Segitiga Miller Hubungan korelasi antara faktor lingkungan perairan terhadap kondisi ekosistem terumbu karang (PCA) Pengumpulan Data Life Form Transec Life Form Transec Visual Census Method Visual Ce~sus Method Pengukuran suhu, sa!initas, sampel air dan ukuran partikel substrat Hasil dari berbagai analisa dan sintesz Jenis Data Genus karang dominan Tutupan karang
Jenis dan tipe ikan karang
Jumlah jenis dan individu Suhu, salinitas, plankton, nutrien (phosfat dan nitrat), substrat dan arus Kondisi karang dan kenanekaraga man serta kompo sisi ikan karang , lingkungan perair an No 1 2. 3. 4. 5 . 6. Subjek Mengidentifikasi genus karang pada perairan tertutup (leeward) dan terbuka (wind ward) Mengetahui
kesehatanlkondisi dan pertumbuhan karang
Mengidentifikasi jenis ikan dan tipe ikan karang yang dominan pada perairan leeward dan windward
Memperoleh
keanekarzgaman dan komposisi jenis ikan karang Memperoleh faktor lingkungan perairan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan dan perkembangan karang serta keberadaan jenis ikan berdasarkan tipe ikan Memperoleh
keterkaitan hubungan antara faktor lingkungan perairan terhadap kondisi karang serta keberadaan ikan karang