• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis ialah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya (Kasmir dan Jakfar, 2003). Keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan finansial. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang melibatkan berbagai sumber daya yang terhimpun dalam wadah (organisasi) tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau mencapai sasaran tertentu. Studi kelayak bisnis adalah penelitian tentang dapat atau tidak suatu bisnis yang biasanya merupakan bisnis investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Muhammad, 2000).

Menurut Kadariah et al (1999) analisa bisnis bertujuan untuk memperbaiki pilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan terbatas. Oleh karena itu, perlu diadakan pemilihan alternatif berbagai bisnis yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Studi kelayakan bisnis sangat diperlukan untuk menentukan apakah bisnis tersebut dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Untuk menentukan panjangnya umur bisnis, terdapat beberapa pedoman yang dapat menjadi acuan (Kadariah et a.,1999), antara lain :

1. Untuk ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari suatu asset. Yang dimaksud dengan umur asset ekonomis ialah jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan.

2. Untuk bisnis-bisnis yang mempunyai investasi modal yang sangat besar, umur bisnis yang digunakan adalah umur teknis. Dalam hal ini, untuk bisnis-bisnis tertentu, umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena obsolenscence (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien).

(2)

22 3. Untuk bisnis-bisnis yang umurnya lebih lama dari 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu jika di-discount dengan discount rate sebesar 10 persen keatas maka present valuenya sudah sangat kecil.

3.1.2. Biaya dan Manfaat

Menurut Gitinger (1986), secara sederhana biaya adalah suatu yang mengurangi suatu tujuan. Biaya tersebut dikeluarkan sebelum bisnis dimulai dan akan terus ada selama bisnis berlangsung. Sedangkan manfaat adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya, atau segala sesuatu yang menambah tujuan. Untuk melakukan analisis bisnis, biaya dan manfaat yang diperhitungkan adalah biaya dan manfaat yang dapat diukur nilainya (tangible). Termasuk kedalam biaya tangible diantaranya adalah (1) biaya investasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memulai dan pada saat menjalankan usaha; (2) biaya operasional, yaitu biaya yang muncul ketika suatu usaha berjalan. Biaya ini termasuk biaya tetap dan biaya variable. Sedangkan yang termasuk kedalam manfaat tangible adalah penerimaan penjualan unit usaha.

Kadariah et al (1999) membagi benefit bisnis menjadi tiga, yaitu : direct benefit,indirect benefit, dan intangible benefit. Direct benefit dapat berupa kenaikan dalam output fisik atau kenaikan nilai output yang diakibatkan oleh adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan waktu penjualan, penurunan kerugian dan penurunan biaya. Kenaikan dalam nilai output dapat disebabkan oleh kenaikan produk fisik, perbaikan mutu produk, perbaikan dalam lokasi dan waktu penjualan, dan perubahan dalam bentuk. Sedangkan penurunan biaya dapat berupa keuntungan dari mekanisasi, penurunan biaya pengangkutan, dan penurunan kerugian. Indirect benefit merupakan benefit yang dirasakan diluar bisnis karena adanya realisasi suatu bisnis. Indirect benefit terdiri dari multiplier effect dari bisnis, benefit yang disebabkan karena adanya economic of scale, dari benefit yang ditimbulkan karena adanya dynamic secondary effect berupa perubahan dalam produktifitas tenaga kerja yang disesbkan oleh perbaikan kesehatan atau keahlian. Intangible benefit suatu bisnis adalah benefit yang sulit dinilai dengan uang, seperti perbaikan lingkungan hidup, perbaikan pemandangan

(3)

23 karena adanya suatu taman, perbaikan distribusi pendapatan, integrasi nasional, dan sebagainya.

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) suatu studi kelayakan bisnis umunya akan menyangkut tiga aspek, yaitu :

1. Manfaat ekonomis tersebut bagi bisnis itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial), yang berarti apakah bisnis itu dipandang cukup menguntungkan pabila dibandingkan dengan risiko bisnis.

2. Manfaat bisnis tersebut bagi negara tempat bisnis itu dilaksanakan (sering disebut juga sebagai manfaat ekonomi nasional), yang menunjukan manfaat bisnis tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.

3. Manfaat sosial bisnis bagi masyarakat sekitar bisnis tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan.

3.1.3. Aspek – Aspek Studi Kelayakan

Dalam menganalisis suatu bisnis, haruslah mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan bisnis dan siklus pelaksanaannya (Gittinger, 1986). Aspek-aspek yang termasuk dalam analisis usaha antara lain :

1) Aspek Teknis

Aspek teknis yaitu analisa yang berkaitan dengan input usaha dan output berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha. Evaluasi ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis usaha, seperti karakteristik produk yang diusahakan, lokasi dimana usaha akan didirikan dan sarana pendukungnya, serta layout bangunan yang dipilih (Husnan dan Muhammad, 2000)

2) Aspek Institusional-organisasi-manajerial

Aspek ini berhubungan dengan penetapan institusi/lembaga bisnis yang harus mempertimbangkan pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan untuk menjalankan operasi tersebut, persyaratan-persyaratan yang

(4)

24 diperlukan untuk bisa menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut dan juga struktur organisasi yang akan dipergunakan dalam suatu bisnis.

3) Aspek Sosial

Aspek sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Bisnis harus tanggap pada keadaan sosial dan dampak lingkungan yang merugikan. Pertimbangan mengenai aspek sosial dalam analisis bisnis penting untuk kelangsungan bisnis, sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan (Gittinger, 1986).

4) Aspek Pasar

Aspek pasar perlu dilakukan melihat dari banyaknya perusahaan baru yang muncul dan adanya kemungkinan memiliki jenis usaha yang sama. Aspek pasar menjadi mutlak untuk dianalisis agar tidak melakukan kegagalan dalam menajalankan usah. Menurut Kadirah, et al (1999), aspek komersial menyangkut penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan bisnis, baik waktu membangun bisnis maupun pada waktu bisnis sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh bisnis. Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat – alat ini membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat- alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.

5) Aspek Finansial

Aspek finansial berhubungan dengan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu bisnis yang diusulkan terhadap para anggota yang tergabung didalam suatu bisnis. Aspek ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis. Kemudian dibuat suatu aliran kas, selanjutnya dinilai kelayakan investasi tersebut berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak untuk dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi pada umumnya dapat

(5)

25 dilakukan melalui pendekatan Payback Periode (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).

3.1.4. Konsep Nilai Waktu Uang (Time value of money)

Investasi suatu unit usaha berkaitan dengan usaha dalam jangka waktu yang panjang. Uang memiliki nilai waktu, yaitu uang dihargai secara berbeda dalam jangka waktu yang berbeda. Konsep nilai waktu uang (Time value of money) menyatakan bahwa uang yang diterima sekarang lebih berharga daripada yang diterima kemudian. Atau niali sekarang adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (Gitinger, 1986).

Waktu mempengaruhi nilai uang, sehingga untuk membandingkan niali uang yang berbeda pada waktu penerimaan dan pengeluarannya perlu dilakukan penyamaan nilai uang tersebut dengan menggunakan tingkat diskonto (discount rate). Hal ini bertujuan untuk melihat nilai uang dimasa yang akan datang (future value) pada saat sekarang (present value). Menurut Husnan dan Muhammad, (2000) nilai mata uang akan selalu mengalami penurunan, penyebabnya adalah karena adanya inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin cepat penurunan nilai mata uang.

3.1.5. Kriteria Kelayakan Investasi

Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dengan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis (Husnan dan Muhammad, 2000). Tujuan analisis finansial dari suatu studi kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan analisis finansial dari suatu bisnis dapat menggunakan metode-metode atau kriteria-kriteria penilaian investasi. Melalui metode-metode ini dapat diketahui apakah suatu bisnis layak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek profitabilitas komersialnya. Beberapa kriteria dalam menilai kelayakan suatu paling umum digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C) dan Pay Back Periode. Setiap metode ini

(6)

26 menggunakan nilai sekarang yang telah di-discount dari arus manfaat dan arus biaya selama umur bisnis.

Kriteria investasi digunakan untuk menentukan layak tidaknya suatu investasi yang ditinjau dari aspek keuangan. Adapun kriteria investasi yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan usaha antara lain:

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima selama umur bisnis pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk menghasilkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana bisnis ini memberikan NPV biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun.

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) metode penghitungan Net Present Value (NPV) adalah dengan cara menghitung selisih antara nilai investasi sekarang dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebuh dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Jika NPV menghasilkan nilai positif maka investasi tersebut dapat diterima, sedangkan jika NPV tersebut bernilai negatif maka sebaiknya investasi tersebut ditolak (Kasmir dan Jakfar, 2003).

2. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Jakfar dan Kasmir (2003) Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Ibrahim (1998) mendefinisikan IRR sebagai tingkat suku bunga yang membuat nilai NPV bisnis sama dengan nol. Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka bisnis tersebut tidak layak dilaksanakan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku.

3. Net Benefit per Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit per Cost Ratio (Net B/C) adalah besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C

(7)

27 merupakan perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan net benefit yang negative. Bisnis dikatakan layak bila NBCR lebih besar dari satu (Gray et al, 1992).

4. Pay Back Periode

Merupakan kriteria tambahan dalam anaslisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seleruh pengeluaran investasi. Perhitungan dilakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow didiskontokan dan dukumulatifkan. Metode ini juga membantu dalam memilih investasi yang terbaik diantara dua perusahaan yang mempunyai rate of return dan risiko yang sama.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) ada dua macam perhitungan yang akan digunakan dalam menghitung masa pengembalian investasi, yaitu apabila kas bersih setiap tahun sama dan apabila kas bersih setiap tahun berbeda. Permasalahan dari penggunaan metodi payback ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk digunakan sebagai pembanding (Husnan dan Muhammad, 2000).

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa metode-metode untuk menilai kelayakan tersebut memiliki perbandingan, karena metode untuk menilai kelayakan tersebut keputusannya tidak akan selalu sama. Husnan dan Muhammad (2000) membandingkan antara metode-metode tersebut yaitu NPV, IRR, PI, ARR dan PP. Dua metode yang pertama adalah average rate of return dan payback periode. Kedua metode tersebut mempunyai kelemahan yang sama yaitu diabaikannya nilai waktu uang. Padahal kita tahu nilai waktu uang sangat penting bagi proyek yang memberikan manfaat jangka panjang. Kalaupun metode payback tersebut di-discounted-kan masih ada kelemahan yaitu diabaikannya aliran kas setelah periode payback. Kelemahan utama dari payback periode adalah tidak ada dasar konsepsi untuk menentukan berapa payback maksimum yang diperkenankan.

Metode kedua yang dibandingkan adalah metode NPV dan Profitable Index (PI), jika kedua metode tersebut dipakai untuk menilai suatu usulan investasi, maka perdefinisi hasilnya akan selalu konstan. Dengan kata lain jika

(8)

28 NPV mengatakan diterima maka PI juga mengatakan diterima, demikian pula sebaliknya. Metode yang terakhir untuk dibandingkan adalah NPV dan IRR, dimana jika keduanya digunakan dalam menilai suatu usulan investasi yang sama maka hasilnya pun akan sama. Meskipun mungkin bisa tidak selalu sama, hal ini terutama untuk pola aliran kas yang tidak normal.

Jika dihadapkan pada pemilihan usulan investasi, maka antara kedua metode yaitu NPV dan IRR juga bisa memberikan keputusan yang tidak konsisten. Menurut Ibrahim (1998) internal rate of return merupakan tingkat bunga yang menyamakan antara harga beli aset (original outlays) dengan present value. Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui untuk mendapatkan nilai PV=original outlays harus menggunakan dua tingkat bunga. Tingkat bunga pertama menghasilkan present value lebih kecil dari original outlays dan tingkat bunga kedua lebih besar dari original outlays. Jika suatu proyek mempunyai nilai IRR lebih besar dari social discount rate maka proyek tersebut dinyatakan layak untuk dijalankan (feasible) dan untuk proyek-proyek yang nilai IRR nya lebih kecil dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) dinyatakan tidak layak. Sumbu tegaknya adalah NPV dan sumbu datarnya adalah tingkat bunga. Kesimpulan dari semua perbandingan metode penilaian investasi tersebut adalah bahwa metode yang seharusnya digunakan adalah metode NPV. Karena penggunaan NPV akan konsisten dengan tujuan suatu proyek. Hubungan antara IRR dan NPV tersebut akan jelas jika digambarkan dalam grafik (Gambar 1).

IRR

0

Gambar 3. Hubungan Antara IRR dengan NPV Sumber ; Nurmalina et al (2009)

NPV

(9)

29 3.1.6. Risiko dalam Investasi

Menurut Husnan dan Muhamad (2000), setiap usulan investasi selalu mempunyai risiko. Semakin tinggi risiko suatu investasi, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta para pemilik modal yang menanamkan modalnya. Hubungan yang positif antara risiko dan tingkat keuntungan merupakan pertimbangan dalam sebuah penilaian investasi. Ada beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam pemasukan faktor risiko dalam investasi antara lain dalam pendefinisian risiko. Namun, apa pun definisi risiko yang dipergunakan maka hubungan yang positif antara risiko dan tingkat keuntungan harus tetap berlaku. Lebih lanjut Kasmir dan Jakfar (2003) mengungkapkan bahwa risiko kerugian yang ditimbulkan dalam sebuah investasi di masa yang akan datang disebabkan karena di masa yang akan datang penuh dengan berbagai ketidakpastian. Akan tetapi, yang paling penting untuk diperhatikan adalah memprediksikan risiko yang akan datang.

Keown et al (2001) mendefinisikan risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar). Risiko merupakan suatu atas pengembalian yang diperkirakan seperti yang diukur sebagai deviasi standar. Semakin besar rentang penyimpangan yang mungkin terjadi, maka akan semakin besar risikonya. Standar deviasi adalah akar dari rata-rata penyimpangan pangkat dua dari setiap kemungkinan pengembalian terhadap pengembalian yang diharapkan. Semakin lama usia investasi semakin besar kemungkinan terjadi penyimpangan atas return yang diharapkan (σ) dari return rata-rata (E), yang disebabkan meningkatnya variabilitas. Suatu bisnis berisiko tinggi dapat disebabkan oleh faktor antara lain situasi ekonomi, situasi politik, situasi keamanan, situasi pasar, situasi konsumen dan lainnya.

Sementara itu, menurut Brigham dan Houston (2001) risiko didefinisikan sebagai peluang bahwa kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi. Lebih jauh diungkapkan oleh Brigham dan Houston bahwa tidak ada investasi yang akan dilakukan kecuali tingkat pengembalian yang diharapkan cukup tinggi untuk mengkompensasi investor atas risiko investasi yang diharapkan. Jika risiko investasi dihubungkan dengan probabilitas laba aktual yang lebih kecil darpada

(10)

30 pengembalian yang diharapkan, maka semakin besar peluang bahwa pengembalian akan rendah atau negatif, semakin berisiko investasi tersebut.

Bila risiko suatu investasi adalah nol, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan mestinya adalah tingkat keuntungan yang tidak mengandung risiko (tingkat keuntungan bebas risiko). Akan tetapi bila risiko suatu investasi diukur dengan standar deviasi maka teori yang berlaku adalah teori portofolio dan model penentuan harga aktiva (Capital Assets Pricing Model). Teori portofolio dan model penentuan harga aktiva berguna dalam masalah penilaian investasi dengan memasukan unsur risiko (yang diukur dengan standar deviasi) bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, memilki berbagai jenis pilihan investasi. Memiliki berbagai jenis investasi, maka fluktuasi tingkat keuntungan akan semakin berkurang karena saling menguntungkan. Maka dengan demikian deviasi standar sekumpulan investasi tersebut (portofolio) akan cenderung lebih kecil daripada deviasi stanadar suatu investasi saja (Husnan dan Muhamad, 2000).

Menurut Keown et al (2001) pengurangan risiko dapat dilakukan dengan mendiversifikasikan portofolio, akan tetapi hanya sampai satu titik. Risiko yang dapat dihindarkan hanyalah risiko spesifik atau risiko unik perusahaan (risiko yang dapat didiversifikasikan atau tidak sistematik). Risiko yang sistematik atau risiko pasar (risiko yang tidak dapat didiversifikasi) tidak dapat dihilangkan sebanyak apa pun kita mendiversifikasikannya.

Menurut Weston dan Brigham (1995), terdapat tiga jenis risiko bisnis yang terpisah dan berbeda satu sama lain. Pertama, risiko berdikari (stand alone risk) dari bisnis itu sendiri yaitu risiko yang didasari asumsi bahwa bisnis tersebut merupakan satu-satunya aktiva perusahaan dan bahwa perusahaan tersebut merupakan satu-satunya perusahaan yang dimiliki para investor bersangkutan. Kedua, risiko dalam perusahaan (within firm risk) yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan diversifikasi portofolio dari pemegang saham. Risiko ini diukur dari variabelitas laba perusahaan yang diakibatkan oleh suatu bisnis tertentu. Ketiga, risiko pasar atau beta (market or beta risk) yaitu bagian dari risiko bisnis yang tidak dapat dieliminasi melalui diversifikasi, risiko ini diukur dengan beta koefisien.

(11)

31 Titik awal untuk menganalisis risiko berdikari dari suatu bisnis adalah penentuan ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas bisnis. Tiga teknik untuk memperkirakan risiko berdikari bisnis yaitu, Analisis Sensitivitas, Analisis Skenario dan Analisis Monte Carlo.

1. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas proses menentukan bagaimana distribusi dari pengembalian yang mungkin untuk bisnis tertentu dipengaruhi oleh perubahan salah satu variable input (Keown et al (2001). Sedangkan Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung (dan kadang-kadang cukup) dalam menganalisa pengaruh-pengaruh risiko yang ditanggung dan ketidakpastian dalam analisa bisnis. Menurut Kadariah et al (1999), analisis sensitivitas tujuannya adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis bisnis jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Perubahan yang mungkin terjadi antara lain; kenaikan dalam biaya konstruksi (cost over run), perubahan dalam harga hasil produksi dan terjadi penurunan pelaksanaan pekerjaan. Lebih Lanjut Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa pada bidang pertanian, bisnis sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama, yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil.

2. Analisis Skenario

Menurt Keown et al (2001) analisis skenario mengidentifikasikan hasil yang mungkin terjadi dalam kategori kasus yang paling jelek, terbaik, dan yang paling mungkin terjadi. Pihak manajemen akan memeriksa penyebaran ini untuk menentukan tingkat risiko bisnis dan kemudian membuat penyesuaian yang diperlukan. Analisis skenario merupakan analisis risiko yang mempertimbangkan sensitivitas NPV terhadap perubahan variabel-variabel kunci maupun rentangan (range) dari nilai-nilai variabel yang memungkinkan. Pada umumnya risiko berdikari bergantung pada kedua hal tersebut.

Pada analisis skenario, terdapat keadaan yang negatif dan positif. NPV untuk keadaan buruk dan baik kemudian dihitung dan dibandingkan dengan NPV yang diharapkan atau NPV dasar. Nilai-nilai skenario terburuk dan

(12)

32 terbaik dapat diterapkan pada biaya tetap dan biaya variabel, tarif pajak penghasilan, nilai sisa, dan sebagainya (Weston dan Copeland, 1995).

3. Analisis Monte Carlo

Menurut Weston dan Copeland (1995), simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis skenario dimana kejadian yang cukup memungkinkan akan terjadi di masa yang akan datang, disimulasikan dalam komputer sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks risiko. Pada hal ini, simulasi memerlukan komputer dengan daya yang cukup besar disertai paket perangkat lunak untuk perencanaan keuangan yang efisien, sementara analisis skenario dapat dilakukan hanya dengan menggunakan perangkat komputer (PC) serta program spreadsheet atau bahkan hanya dengan menggunakan kalkulator sekalipun. Keunggulan utama dari simulasi ini adalah dapat menunjukan berbagai hasil yang mungkin sekaligus dengan probabilitasnya.

3.1.7. Konsep Expected Return

Preferensi investor terhadap risiko dibedakan menjadi tiga. Pertama, risk seeker, dimana investor yang menyukai risiko atau pencari risiko, kedua, risk neutral, dimana investor yang netral terhadap risiko dan ketiga yaitu risk averter, dimana investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko (Weston dan Copeland, 1995).

Membuat keputusan investasi, ada dua faktor yang paling dipertimbangkan, yaitu pengembalian yang diharapkan (expected return ) dan risiko yang harus ditanggung. Pengembalian yang diharapkan (expected return ) sering dinyatakan dalam persentase, sehingga distilahkan dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return ). Risiko investasi merupakan konsekuensi yang harus ditanggung oleh investor, karena pengembalian di masa yang akan datang dari investasi dalam kondisi ketidakpastian (uncertainly). Antara risiko yang harus ditanggung dengan tingkat pengembalian yang diharapkan berhubungan sangat erat (Warsono, 2000).

Keown et al (2001) menjelaskan expected return atau tingkat pengembalian yang dinginkan investor dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian minimum yang dibutuhkan yang dapat menarik para investor untuk

(13)

33 membeli atau memiliki sekuritas. Definisi tersebut mempertimbangkan biaya kesempatan investor dalam membuat investasi; yaitu, jika suatu investasi telah dilakukan maka investor tersebut harus melepaskan pengembalian yang diperoleh dari alternatif investasi terbaik berikutnya. Pengembalian yang dilepas ini merupakan biaya kesempatan dana (opportunity cost of found) dan sebagai konsekuensinya merupakan pengembalian yang diinginkan investor.

3.1.8. Penilaian Risiko

Penilaian risiko dalam sebuah investasi diukur dari tiga hal, yaitu NPV yang diharapkan, standar deviasi, dan koefisien variasi. NPV yang diharapkan merupakan penjumlahan dari setiap probabilitas dikalikan dengan NPPV nya. Koefisien variasi merupakan pembagian dari standar deviasi dan NPV yang diharapkan. Bila nilai NPV yang diharapkan, koefisien variasi dan standar deviasi besar maka tingkat risiko yang dihadapi tinggi (Weston dan Copeland, 1995). Keown et al (2001) menjelaskan bahwa metode lain untuk menilai risiko dalam keputusan investasi adalah melalui penggunaan simulasi. Pendekatan tingkat kepastian yang setara dan tingkat diskonto, memberikan nilai tunggal untuk nilai sekarang bersih dengan risiko yang telah disesuaikan, sedangkan pendekatan simulasi memberikian penyebaran kemungkinan hasil untu nilai sekarang bersih dari suatu investasi atau tingkat pengembalian internal.

Menurut Husnan dan Muhamad (2000), jika kita menilai suatu usulan investasi dengan menggunakan metode NPV, maka salah satu tugas yang harus dilakukan adalah menentukan tingkat bunga yang dianggap relevan. Tingkat bunga ini merupakan tingkat keuntungan yang diminta oleh pemilik dana, agar bersedia menyerahkan dananya kepada perusahaan. Apabila investor merasa bahwa bisnis tersebut mempunyai risiko tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diinginkan. Para investor selalu memilih investasi yang berisiko sama, tetapi diharapkan memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi atau investasi yang diharapkan memberikan tingkat keuntungan yang lebih sama, tetapi risiko yang lebih rendah.

(14)

34 3.1.9. Perhitungan Bunga

Bunga merupakan biaya modal, besar kecilnya jumlah bunga yang merupakan beban terhadap peminjam (debitor) sangat tergantung pada waktu jumlah pinjaman, dan tingkat bunga yang berlaku (Ibrahim, 1998). Pada perhitungan matematics of finance dikenal tiga bentuk sistem perhitungan bunga, antara lain:

1. Simple Interest (Bunga Biasa)

Besar kecilnya jumlah bunga yang diterima kreditor tergantung pada besar kecilnya principal (modal), interest rate (tingkat bunga) dan jangka waktu. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

B = f (P.i.n) Dimana : B = bunga

P = Principal (modal)

i = interest rate (tingkat bunga) n = jangka waktu

2. Compound Interest (Bunga Majemuk)

Bunga majemuk biasa dilakukan dalam waktu yang relatif panjang dan dalam perhitungan bunga biasanya dilakukan lebih dari satu periode. Maka demikian, bunga majemuk adalah bunga yang terus menjadi modal apabila tidak diambil pada waktunya (Ibrahim, 1998). Menurut Keown (2001) bunga majemuk merupakan bunga yang terjadi ketika bunga dibayar terhadap investasi selama periode pertama ditambahkan kepokoknya kemudian, selama periode kedua bunga ditambahkan pada jumlah yang baru.

Perhitungan bunga majemuk dilakukan secara reguler dengan interval tertentu, setiap bulan, setiap kuartal, setiap 6 bulan atau setiap tahun. Tingkat bunga setiap interval adalah tingkat bunga setahun dibagi dengan interval yang digunakan. Rumus matematis yang menggambarkan bunga majemuk dituliskan sebagai berikut :

(15)

35 Dimana:

FV = future value (nilai masa depan dengan investasi diakhir tahun pertama) i = interest rate (tingkat suku bunga (diskonto) tahunan)

PV/P = present value (nilai sekarang atau jumlah investasi mula-mula di awal tahun pertama)

S = jumlah penerimaan n = periode waktu

Nilai (1+i)n disebut dengan compounding factor, yaitu suatu bilangan yang digunakan untuk menilai uang pada masa yang akan datang (future value). Nilai (1+i)-n disebut dengan discount factor,yaitu suatu bilangan untuk menilai uang dalam bentuk present value (nilai sekarang). Besarnya uang di masa yang akan datang maupun jumlah uang pada saat ini tergantung pada besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan. Tingkat bunga yang sama akan memberikan hasil yang berbeda, apabila frekuensi bunga majemuk yang dilakukan dalam satu tahun juga berbeda (Ibrahim, 1998).

3. Annuity (Anuitas)

Menurut Keown (2001) anuitas adalah serangkaian pembayaran yang sama untuk jumlah tahun tertentu. Besarnya jumlah pembayaran setiap intervalnya tergantung dari jumlah pinjaman, jangka waktu dan tingkat bunga. Tingkat bunga pada setiap interval tergantung pada interval bunga majemuk yang dilakukan,bisa terjadi pada setiap bulan, setiap kuartal, setiap 6 bulan atau setiap tahun (Ibrahim, 1998).

Semua anuitas melibatkan serangkaian pembayaran yang sama untuk jumlah tahun tertentu, namun ada dua tipe dasar anuitas yaitu anuitas biasa dan anuitas jatuh tempo. Pada anuitas biasa, pembayaran disaumsikan terjadi pada akhir tiap periode, sedangkan pada anuitas jatuh tempo pembayaran terjadi pada awal tiap periode. Oleh karena itu, anuitas jatuh tempo memberikan pembayaran yang lebih cepat (pada awal tiap periode dan bukan pada akhir periode seperti anuitas biasa), maka nilai sekarang akan menjadi lebih besar (Keown, 2001).

(16)

36 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Penggilingan padi merupakan salah satu tahapan pasca panen padi yang terdiri dari rangkaian beberapa proses untuk mengolah gabah menjadi beras siap dikonsumsi. Penggilingan padi sebagai mata rantai akhir dari proses produksi beras, mempunyai peranan yang penting untuk ditingkatkan kinerja dan efisiensinya sehingga dapat menyumbang pada peningkatan produksi beras. Kabupaten Karawang memiliki luas lahan sawah mencapai 94.311 ha (Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, 2009 ). Besarnya areal sawah yang dimiliki mengakibatkan pengusahaan penggilingan di daerah tersebut berkembang dengan baik.

Sinar Ginanjar merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang. Saat ini penggilingan padi sinar ginajar menggunakan konfigurasi mesin penggilingan yang terdiri dari Husker-Separator-Polisher. Namun penggunaan mesin-mesin penggilingan padi yang digunakan adalah mesin yang sudah tua sehingga mempengaruhi rendemen beras yang dihasilkan. Akan tetapi, penggunaan separator di Sinar Ginanjar cukup membantu dalam meningkatkan rendemen beras yaitu dengan mencapai 2.5 ton per hari, bila dibandingkan dengan penggilingan padi skala kecil tanpa separator yaitu hanya menghasilkan rendemen beras satu ton per hari.

Untuk memperoleh hasil giling lebih banyak dengan mutu yang lebih baik serta meningkatnya nilai tambah, penggilingan padi Sinar Ginanjar memerlukan konfigurasi mesin penggilingan yang lebih modern. Akan tetapi penambahan konfigurasi mesin penggilingan padi tersebut membutuhkan biaya yang relatif besar. Pemenuhan kebutuhan akan mesin-mesin pengilingan padi,serta dalam rangka peningkatan nilai tambah dari output yang dihasilkan, dilakukan dengan kegiatan investasi. Penggilingan padi Sinar Ginjar memerlukan investasi untuk meringankan beban biaya yang harus ditanggung untuk pemenuhan mesin-mesin penggilingan padi. Namun, dalam melakukan kegiatan investasi pada penggilingan padi termasuk pada penggilingan padi Sinar Ginanjar, memiliki berbagai risiko yang dapat ditimbulkan.

(17)

37 Risiko yang mungkin timbul pada kegiatan investasi di penggilingan padi Sinar Ginanjar adalah risiko produksi dan risiko harga. Risiko produksi pada kegiatan investasi di penggilingan padi Sinar Ginanjar, disebabkan oleh fluktuasi perolehan bahan baku utama yaitu gabah, yang tidak selalu kontinu didapatkan oleh penggilingan padi Sinar Ginanjar. Sedangkan risiko harga pada kegiatan investasi di penggilingan padi Sinar Ginanjar, yaitu berupa fluktuasi harga output yang dihasilkan yaitu beras dan akses pada penggilingan padi, serta akses dalam perolehan bahan baku utama. Kenaikan harga tersebut meliputi juga kenaikan harga bahan baku. Untuk itu perlu dilakukan tinjauan kegiatan investasi pada penggilingan padi Sinar Ginanjar untuk agar menghindari kerugian yang terlalu besar dalam penanaman modal, meminimimalisasi biaya, dan mempertimbangkan risiko dalam investasi. Maka untuk itu diperlukan suatu analisis kelayakan investasi usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar pada kondisi risiko.

Analisis kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi dengan menganalisis aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial dan lingkungan, aspek manajemen,aspek hukum dan aspek finansial. Kriteria kelayakan investasi yang dianalisis adalah NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Setelah analisis tersebut dilakukan, selanjutnya adalah menganalisis tingkat risiko yang ditimbulkan dengan menggunakan Tingkat pengembalian yang diharapkan, standar deviasi dari tingkat pengembalian yang diharapkan dan Coefficient Variation dari tingkat pengembalian yang diharapkan. Setelah rangkaian analisis tersebut dilakukan, maka dapat diketahui apakah invetasi yang dilakukan pada Penggilingan Padi Sinar Ginanjar di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat layak diusahakan atau tidak. Bila tidak layak, maka perlu dilakukan suatu evaluasi terhadap penggunaan biaya oleh penggilingan padi Sinar Ginanjar. Jika analisis tersebut menunjukan kelayakan, maka upaya kegiatan investasi pada penggilingan padi dapat dijalankan. Ada pun kerangka pemikiran mengenai kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi tersebut ditunjukan pada Gambar 4.

(18)

38 Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

Risiko Produksi

Teknologi Mesin Penggilingan Padi Kecil Oleh Sinar Ginanjar

Analsisis Kelayakan Investasi Penggilingan Padi Meninjau Efisiensi dan Efektifitas

Penggilingan Padi

Upaya Perbaikan Nilai Tambah, Peningkatan Rendemen Beras dengan Penambahan

Konfigurasi Mesin Penggilingan

Tidak Layak

Tinjauan ulang oleh Sinar Ginanjar

Layak

Kegiatan Investasi dapat dilanjutkan Investasi Pada Penggilingan

Risiko Investasi Pada Penggilingan Padi

Risiko Harga Aspek Finansial 1. NPV 2. IRR 3. Net B/C 4. PP 1. Tingkat Pengembalian yang diharapkan 2. Standar Deviasi 3. Koefisien Variasi

Aspek Non Finansial

Aspek Teknis, Aspek Pasar, Aspek Manajeman dan Hukum, Apek Sosial

dan Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Manitol merupakan bahan pengisi yang dapat memberikan rasa manis pada compress lozenges sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki rasa asam dari ekstrak kelopak bunga

Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya keberagaman dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga, dan banyak hal yang bisa ditemukan dari

Deiksis sosial seperti yang diungkapkan oleh Agustina dalam Firdawati adalah mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan lawan bicara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memperkuat data base dalam mempresentasikan pengaruh interferensi komponen hambatan pada lambung kapal katamaran dan

: Unit usaha menggunakan dokumen hasil hutan yang sah untuk perdagangan atau pemindah tanganan hasil produksi dengan tujuan domestik Verifier Memenuhi/ Tidak Memenuhi/

Terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Diyah anggraini dengan skripsi yang dibuat, yaitu tools yang digunakan pada skripsi ini menggunakan android

Selama hamil, tubuh wanita mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini kadang-kadang terasa tidak nyaman, tapi umumnya normal. Segera setelah wanita hamil, tubuhnya akan

7.) Lalu sesuaikan COM Port Arduino yang terdeteksi di komputer ente, lalu klik Download... 8.) Setelah berhasil flashingnya, cabut kabel dari GPIO0 yang terhubung pada