5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit (Elaeis gunineensis Jacq)
Klasifikasi dan morfologi kelapa sawit
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Palmaceae Subkeluarga : Cocoideae Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis gunineensis Jacq.
Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan atau tanaman industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Tanaman tropis yang berasal dari amerika ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur. Brazil dipercaya tempat pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Ekuatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan (Hartanto, 2011).
2.2. Morfologi Kelapa Sawit 2.2.1. Akar (Radix)
Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe akar serabut, tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer akan tumbuh ke bawah sampai batas permukaan air tanah. Batang tumbuh tegak lurus keatas dan dibungkul pangkal pelepah daun. Bagian bawah batang umumnya lebih besar, disebut bonggol batang (Lubis, 2008).
6
Menurut Putranto (2010), akar kelapa sawit adalah akar serabut yang memiliki sedikit percabangan membentuk anyaman rapat dan tebal. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Pada saat dalam fase kecambah memiliki akar tunggang yang memanjang ke bawah selama 6 bulan sampai 15 cm dan kemudian perakaran akan berubah menjadi akar serabut. Akar primer pada umum nya berdiameter 6-10 mm keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal dan menhujam ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Selanjutnya akar primer membentuk akar sekunder yang diameter nya 2-4 mm. akar sekunder bercabang membentuk akar tertier yang berdiameter 0,7-1,2 mm dan pada umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener.
2.2.2. Batang (Caulis)
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk selinder dengan diameter 20-75cm. pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-75cm/tahun. Pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat (Fauzi dkk. 2012).
Pada batang kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat dan sukar terlepas meskipun daun telang kering dan mati. Batang tanaman kelapa sawit diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah itu pelepah yang mongering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa (Sunarko, 2009).
7
Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 135°. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2008).
Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai berikut :
a) Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib).
b) Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.
c) Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang. d) Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan
memberi kekuatan pada batang
Daun cepat membuka pada atanah yang subur sehingga efektif dalam melakukan fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk. Jumlah pelepah, panjang pelepah dan jumlah anak daun terganung pada umur tanaman. Semakin tua tanaman semakin banyak jumlah pelepah dan anak daun. Tanaman dewasa umumnya memiliki 40-50 pelepah. Saat tanaman berumur 10-13 tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaan nya mencapai 10-15 m2 yang berhubungan dengan produktivitas tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun, maka produksinya akan meningkat karena proses fotointesis akan berjalan dengan lancar (Andoko dan Widodoro, 2013).
2.2.4. Bunga (Flos)
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu, yang berarti bunga betina dan bunga jantan terdapat dalam satu tanaman yang letaknya terpisah. Tandan bunga terletak pada ketiak pelepah daun yang mulai tumbuh setelah tanaman berumur 12-14 bulan, tetapi baru bisa panen pada umur 2,5 tahun. Bakal bunga
8
terbentuk sekitar 33-34 bulan sebelum bunga matang (siap melaksanakan penyerbukan). Tumbuhnya bunga sangat tergantung pada kesuburan tanah, tanaman yang tumbuh subur. Setiap rangkain bunga muncul dari pangkal pelepah daun dan masing-masing terangkai. Bunga jantan terpisah dengan bunga betina, bunga jantan dan bunga betina dapat dibedakan berdasarkan bentuknya (Tim Bina Karya Tani, 2009).
2.2.5. Buah (Fructus)
Buah kelapa sawit adalah buah yang sessile (sessile drup), menempel dan menggerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan dapat mencapai 6 1600 buah, berbentuk lonjong membulat. Panjang buah 2 – 3 cm, beratnya 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (cangkang) dan inti (kernel), sedangkan inti tersebut terdiri dari endosperm dan embrio (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
2.2.6. Biji (Seed)
Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering disebut noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman. Biji kelapa sawit terdiri dari atas cangkang, embrio dan inti atau endosperm. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1,2 mm berbentuk silindris seperti peluru dan memiliki dua bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain agak bewarna kuning. Endosperm merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embrio. Pada perkecambahan embrio berkembang dan akan keluar melalui lubang cangkang. Bagian pertama yang muncul adalah radikula (akar) dan menyusul plumula (batang) (Sastrosayono, 2008).
2.3. Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponennya yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru.
9
Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat dalam biji misalnya radikula dan plumula. Hasil dari perkecambahan ini adalah muncul tumbuh kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar (Dwidjoseputro, 2004). Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permiabel terhadap air dengan tekanan esmosi tertentu. Serapan air dan berbagai proses biokimia yang berlangsung pada benih pada ahirnya akan tercermin pada pertumbuhan dan perkembangan kecambah menjadi tanaman muda (bibit), kecuali jika benih tersebut dalam keadaan dorman (Lakitan, 1996). DxP Langkat merupakan varietas pertama yang dirakit PPKS dari hasil rekombinasi tetua-tetua terbaik beberapa populasi pisifera. Tetua pisifera hasil rekombinasi antara pisifera SP540, Yangambi, dan Marihat yang disilangkan dengan Dura Deli terbaik menghasilkan varietas dengan karakter unggul rachis yang relatif pendek (compact palm). Selain cocok ditanam di areal bergelombang dan berbukit, varietas ini juga dapat mulai berbuah pada umur 22 bulan setelah tanam. DxP Langkat Potensi produksi TBS 31ton/ha/tahun. Produksi TBS rata 27,5ton/ha/tahun. Potensi Hasil (CPO) 8,3ton/ha/tahun. Produksi CPO rata-rata 7,23ton/ha/tahun. Rendemen minyak 26,3%. Kerapatan tanaman 143 pohon/ ha. Pertumbuhan Meninggi 0,6-0,7m/tahun (Lubis, 2008).
2.4. Zat Pengatur Tumbuh (Auksin dan Giberelin)
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan hormon sintetis dari luar tubuh tanaman. Zat pengatur tumbuh memiliki fungsi untuk merangsang perkecambahan, pertumbuhan akar, dan tunas. Zat pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu auksin, sitokinin, giberelin, dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh golongan auksin adalah Indol Asam Asetat (IAA), Indol Asam Butirat (IBA), Naftalen Asam Asetat (NAA), dan 2,4 D Dikhlorofenoksiasetat (2,4 D). Zat pengatur tumbuh yang termasuk golongan sitokinin adalah Kinetin, Zeatin, Ribosil, Benzil Aminopurin (BAP) atau Benziladenin (BA). Zat pengatur tumbuh
10
golongan giberelin yaitu GA 1, GA 2, GA 3, GA 4, sedangkan ZPT yang termasuk golongan inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono dan Wijayani, 2012).
Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman adalah senyawa – senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi rendah mempengaruhi proses- proses fisiologis. Proses – proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi, aktif dalam jumlah kecil yang di sentesiskan pada bagian tertentu tanaman pada umumnya diangkut ke bagian lain tanaman dimana zat tersebut 13 menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.
Salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman adalah auksin. Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui. Pengaruh auksin telah dipelajari pada abad ke – 19 oleh ahli biologi, Charles Darwin. Dia melihat bahwa ketika benih rumput- rumputan bertambah panjang, benih itu membelok kearah datangnya cahaya. Dengan menggunakan penutup yang tak tembus sinar. Darwin berhasil menunjukan bahwa tempat yang peka terhadap cahaya adalah ujung apical dari benih bukan bagian bawah tempat pembengkokan terjadi.
Menurut Suwasono (1996) hormon digunakan sebagai pengatur tumbuh. Fungsi kontrol hormon dan mineral dalam tumbuhan biasanya dipelajari dengan memperhatikan pengaruh hormon atau mineral yang berlebihan atau kekurangan terhadap tumbuhan. Auksin didefinisikan sebagai zat pengatur tumbuh yang mendorong gelongasi jaringan koleoptil pada percobaan – percobaan bio-assay dengan Avena atau tanaman lainnya. Indole Asetic Acid (IAA) adalah auksin
11
endogen atau auksin yang terdapat pada tanaman Beberapa fungsi auksin pada tumbuhan adalah sebagai berikut :
a) Merangsang pemanjangan sel, dan juga akan berakibat pada pemanjangan koleoptil dan batang.
b) Merangsang pembelahan sel dalam daerah kambium untuk pembentukan xilem dan floem.
c) Absisi (penguguran daun).
d) Pembentukan akar yang akan menyebabkan proses penyerapan air dan mineral dapat berjalan secara optimum.
Faktor – faktor yang mempengaruhi aktivitas dari auksin sintetik adalah :
a) Kesanggupan senyawa tersebut untuk dapat menembus lapisan kutikula atau epidermis yang berlilin 15.
b) Sifat translokasi di dalam tanaman.
c) Pengubahan auksin menjadi senyawa yang tidak aktif di dalam tanaman. d) Berinteraksi dengan hormon tumbuhan lainnya.
e) Spesies tanaman. f) Fase pertumbuhan.
g) Lingkungan (suhu, radiasi dan kelembaban).
Menurut Yasmin dkk, (2014) menyatakan bahwa giberelin dapat mempercepat perkecambahan biji, pertumbuhan tunas, pemanjangan batang, pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan, dan deferensiasi akar.
Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan merangsang perpanjangan ruas batang, terlibat dalam inisiasi pertumbuhan buah setelah penyerbukan (terlebih jika auksin tidak berperan optimal), giberelin juga meningkatkan besaran daun beberapa jenis tumbuhan. Respons terhadap giberelin meliputi peningkatan
12
pembelahan sel dan pembesaran sel. Pemberian giberelin sebanyak 250 ppm memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman gandum kultivar dewata karena menunjukan bobot biji per malai dan bobot biji per tanaman tertinggi (Ariani dkk, 2014).
Fungsi penting giberelin yang lain adalah dalam hal mematahkan dormansi atau mempercepat perkecambahan serta dapat menyebabkan kulit lebih permeabel terhadap air dan udara. GA3 dapat memecakan dormansi karena menstimulasi terbentuknya α-amilase dan enzim hidrolitik. Prosesnya adalah GA3 di transfer ke aleuron, disana menstimulir terbentuknya α-amilase dan enzim hidrolitik. Enzim itu disekresikan ke endosperm mendorong hidrolisis cadangan makanan (pati menjadi gula). Dengan demikian GA3 mendorong pertumbuhan biji dengan meningkatkan plastisitas dinding sel diikuti hidrolisis pati menjadi gula. Proses- 17 proses tersebut menyebabkan potensial air sel turun, air masuk ke sel dan akhirnya sel memanjang (Wiraatmaja, 2017).
2.5. Pembibitan
Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan adalah suatu proses menumbuhkan dan mengembangkan benih menjadi bibit yang siap ditanam. Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan. Dari pembibitan ini akan didapat bibit unggul yang merupakan modal dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi (Pardamean, 2012). Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, Namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan dua tahap (double stage) adalah pembibitan dilakukan pada polibag kecil atau tahap pre nursery (pembibitan awal) terlebih dahulu hingga bibit berumur 3 bulan. Setelah bibit berumur 3 bulan kemudian bibit dipindah ke polibeg besar atau tahap main nursery (pembibitan utama) hingga bibit siap ditanam (12 bulan). Sementara yang dimaksud
13
pembibitan satu tahap (single stage) adalah benih berupa kecambah kelapa sawit langsung ditanam pada polibeg besar dan dipelihara hingga siap tanam (Darmosarkoro dkk, 2008).
Kebutuhan bahan tanam untuk suatu luas areal tertentu ditentukan oleh kerapatan tanaman yang akan ditanam dan mutu kecambah yang ada. Kebutuhan kecambah untuk program tanam seluas satu hektar yaitu sekitar 200 butir. Kecambah yang ditanam hanya kecambah yang telah berdiferensiasi sempurna yaitu bakal daun (plumula) dan bakal akar (radikula) dapat dibedakan dengan jelas. Penanaman kecambah harus dilakukan dalam lubang tepat di tengah babybag dan tidak terbalik antara plumula dan radikula. Penanaman kecambah harus dilakukan menurut nomor kelompoknya. Etiket yang berisi nomor kelompok, jumlah, dan tanggal semai harus terpancang di bedengan (Pahan, 2007).
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Setiap bibit memerlukan 0,1 - 0,2 liter air pada setiap kali penyiraman. Gulma yang tumbuh di babybag perlu disiang secara manual dengan rotasi 1 minggu sekali. Pelaksanaan penyiangan biasanya diiringi dengan penambahan tanah pada babybag (Wijayanti, 2015).