• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENANAMAN KEBIASAAN BERIBADAH SISWA KELAS IV DI SD INPRES PAKKINGKINGAN KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENANAMAN KEBIASAAN BERIBADAH SISWA KELAS IV DI SD INPRES PAKKINGKINGAN KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEBIASAAN BERIBADAH SISWA KELAS IV DI SD INPRES PAKKINGKINGAN KECAMATAN BAJENG

KABUPATEN GOWA

PROPOSAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh MARDIKAWATI

105191101616

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

vi Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Mardikawati

NIM : 105191101616

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Agama Islam

Kelas : A

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi

Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran

Makassar, 12 Muharram 1442 H 31 Agustus 2020 M Yang Membuat Pernyataan

Mardikawati NIM:105191101616

(6)

vii ABSTRAK

Mardikawati. Nim 105191101616. 2016 Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres Pakkingkinga Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. (Di bimbing oleh Amirah Mawardi dan Mahlani Sabae).

Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui: 1) Peran Guru PAI dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan, 2) Penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan, 3) faktor pendukung dan penghambat Guru PAI dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian adalah guru dan siswa instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, dokumentasi. Tekhnik analisis data yang digunakan yaitu tekhnik reduksi data, penyajian data, verifikasi data.

Hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut: 1) Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa yakni memberikan teladan atau contoh, memberikan nasehat, membiasakan beribadah shalat duhur secara berjamaah, menegakkan kedisiplinan, dan memberikan motivasi terhadap siswa. Kemudian menanamkan ibadah shalat lima waktu kepada siswa. 2) penanaman kebiasaan beribadah siswa seperti: shalat duhur secara berjamaah, shalat jum’at, shalat dhuha, membaca Al-qur’an, kultum, menghafal surat-surat pendek, membaca doa, dan membiasakan hidup bersih pada saat melaksanakan shalat. 3) Faktor Pendukung dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa yaitu: sarana dan prasarana, pemberian motivasi, adanya kerjasama yang baik antara kepala sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam, dalam hal ini kepala sekolah memberikan keleluasaan pada kami (Guru PAI) untuk menjalankan kebiasaan beribadah shalat yang baik di sekolah. Sedangkan faktor penghambat yaitu: faktor lingkungan, kurangnya kerja sama antara orang tua dan Guru Pendidikan Agama Islam dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa, dan media massa dalam hal ini sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses penanaman kebiasaan beribadah siswa.

Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Penanaman Kebiasaan Beribadah

(7)

viii ِنيِحهسلٱ ِي َٰ و ۡحهسلٱ ِ هللَّٱ ِن ۡسِب

Alhamdulillah, itulah kata yang sepantasnya penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt atas inayah, taufik dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Banyak kendala dan hambatan yang dilalui oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi dengan segala usaha yang penulis lakukan sehingga semuanya itu dapat teratasi shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi pembawa risalah, petunjuk dan menjadi suri tauladan di permukaan bumi ini.

Keberadaan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu peneliti. Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. Kedua orangtua Bapak Abd. Rahim dan Ibu Maemuna, serta saudara-saudaraku tercinta, yang dengan kelembutan dan kesabaran hati telah memberikan perhatian, kasih sayang dan motivasi baik spiritual maupun material yang senangtiasa mengiringi langkahku.

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof. Dr. H. Ambo Asse, M,Ag. dan para wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

ix

4. Dr.Amirah Mawardi,S.Ag., M.Si selaku ketua prodi Pendidikan Agama Islam di fakultas Agama Islam universitas muhammadiyah makassar

5. Dr.Amirah Mawardi,S.Ag., M.Si dan Mahlani Sabae, S.Thi., M.A. yang telah membimbing penulis dengan mencurahkan segala waktu dan fikirannya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Para Dosen serta Pegawai dalam lingkup Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan 7. Ibu Syamsiar, S. Pd selaku kepala sekolah SD Inpes Pakkingkingan, yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian 8. Bapak/Ibu guru SD Inpres Pakkingkingan

9. Peserta didik SD Inpres Pakkingkingan

10. Teman-teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dan masih banyak lagi yang tidak disebut satu persatu, akhirnya kepada Allah peneliti serahkan segalanya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca,terutama bagi diri pribadi penulis, Amin.

Makassar, 14 Dzulqaidah 1441 H 04 Agustus 2020 M

Mardikawati 105191101616

(9)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITAS ... 9

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 9

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 9

2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 11

3. Tujuan pendidikan Agama Islam ... 14

(10)

xi

B. Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa ... 15

1. Pengertian Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa ... 15

2. Mendidik Anak Agar Mau Berbakti Kepada Orang tua Melalui Ajaran Agama ... 16

3. Macam-Macam Ibadah ... 23

4. Shalat sebagai salah satu bentuk ibadah ... 23

5. Faktor pendukung Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa ... 25

6. Faktor penghambat Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa ... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 30

C. Fokus Penelitian dan Deksripsi Penelitian ... 30

D. Sumber Data ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 36

B. Pembahasan ... 41

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ... 41

2. Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ... 45

(11)

xii

3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Guru PAI dalam Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres

Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ... 48

BAB V PENUTUP ... 55 A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

xiii

Tabel 2 Data Guru... ... 39 Tabel 3 Data Siswa... ... 40

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara eksistesi setiap bangsa di dunia sepanjang zaman. Pendidikan sangat menentukan bagi terciptanya peradaban masyarakat yang lebih baik. Untuk itulah perwujudan masyarakat yang berkualitas tersebut mejadi tanggug jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan berdaya saing dengan bangsa-bangsa didunia.

Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menurut Bab 1 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta katerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Pengertian pendidikan di atas menunjukkan bahwa tugas seorang pendidik adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, serta ikut berperan serta di dalam meningkatkan Keimanan dan kataqwaan serta membentuk kepribadian baik secara lahir maupun batin.

1

Hasbullah, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) h. 304

(14)

Hal lain dikemukakan oleh fungsi dan tujuan pendidikan nasional Bab 1 dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mendidik watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mecerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Pengertian pendidikan dan fungsi serta tujuan pendidikan di atas, maka akan tampak jelas target dari pendidikan itu sendiri yaitu diharapkan akan terwujudnya manusia-manusia indonesia yang mempunyai potensi dan kepribadian seutuhnya, yang mampu bertanggung jawab untuk dirinya maupun orang-orang yang berada disekitarnya. Tujuan utama pendidikan ialah mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara simultan dan seimbang, sehingga terjadi suatu hubungan baik antara masing-masing kecakapan yang menjadi tujuan dari pendidikan tersebut. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, namun di sisi lain mengesampingkan pengembangan sikap atau nilai dan perilaku dalam pembelajarannya.3

Salah satu perintah yang ada dalam Agama Islam yaitu ibadah. Ibadah merupakan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT, yang terdiri dari rukun Islam dan ibadah lainnya.4

Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu fitrah manusia.5 Salah satu ciri fitrah ini adalah manusia menerima Allah sebagai Tuhan.

2

Ibid., h. 307 1997) h. 7

4

Abu ahmadi dan Noor Salim, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 239

(15)

Dengan kata lain manusia mempunyai kecenderungan beragama, sebab Agama itu melekat dalam fitrahnya, sehingga pengakuan terhadap Allah sebagai Tuhan sudah tertanam kuat dalam jiwa manusia semenjak azali. Dengan demikian anak yang baru lahir sudah memiliki potensi untuk menjadi manusia yang percaya terhadap keberadaan Allah. Akan tetapi potensi dasar ini perlu dikembangkan agar manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjalankan ajaran Agamanya dengan baik dan benar.

Ibadah mengandung nilai-nilai yang agung, membawa efek baik kepada setiap orang lain. Ia merupakan manifestasi rohaniyyah, pengagungan terhadap zat yang maha kuasa, ibadah juga merupakan realisasi pernyataan terimakasih hamba kepada tuhannya, yang telah menganugrahkan hidup dan kehidupan serta berbagai nikmat dan rahmat yang ada didalamnya, maka manusia yang melakukan ibadah akan menjadi manusia yang mempunyai “shibgah” (ciri-ciri karakteristik muslim).

Manusia yang telah menyatakan dirinya sebagai muslim dituntut untuk senantiasa melaksanakan ibadah sebagai pertanda keikhlasan mengabdi diri kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan beribadah, berarti pengakuannya sebagai seorang muslim diragukan dan dipertanyakan. Jika ada kesengajaan memahami antara pengakuan dan amal ibadah, berarti ia belum memahami sepenuhnya konsepsi syariat tentang kewajiban pengabdian kepada Allah SWT.6

Melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh akan membawa manfaat bagi pelaku ibadah tersebut. Ibadah yang didasarkan kepada kecintaan dan

5

Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia Dan Makna Ibadah, (Jakarta: Zaman, 2011), h. 20

6

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam, (Jakarta: PRENADA MEDIA, 2003), h. 141

(16)

keikhlasan kepada Allah SWT, akan membawa dampak positif bagi kehidupan. Hal ini karena pembawaan manusia yang bersifat dualistis yaitu terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Dengan beribadah, kedua unsur tersebut akan seimbang.7

Dalam Islam ibadah sangatlah penting bagi kehidupan karena dapat mendidik jiwa seorang muslim menjadi seseorang yang ikhlas dan taat, melalui kegiatan yang ditujukan semata-mata hanya karena Allah. Ibadah yang dilakukan secara terus-menerus akan melahirkan seseorang yang memiliki sikap disiplin. Lebih dari itu, ibadah dalam pandangan islam merupakan refleksi bentuk syukur pada Allah SWT atas segala nikmat yang timbul dari dalam lubuk hati yang dalam. Pada gilirannya, ibadah tidak lagi dipandang semata-mata sebagai kewajiban yang memberatkan, melainkan suatu kebutuhan yang sangat diinginkan8

Jika suatu ibadah dilakukan dengan dasar dan cara yang benar, maka ibadah tersebut akan menjauhkan pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar, sebaliknya jika kita mendapati seseorang yang melaksanakan ibadah, akan tetapi ia masih berbuat yang keji dan mungkar, bisa dikatakan ibadah yang selama ini ia lakukan kemungkinan belum benar.

Allah SWT menciptakan manusia beserta segala kebutuhan hidupnya di dunia tentu bukan tanpa tujuan, bahkan hal tersebut sudah diberitakan kepada manusia pada saat ia masih berada dalam kandungan. Allah berfirman dalam surah Al-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:

7

Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), H. 32

8

Budiman Mustofa dan Nur Silaturrohmah, Buku Pintar Ibadah Muslimah, (Surakarta: Ziyad Visi Media, 2011), H, 44

(17)

ِىوُدُب ۡع يِل هلَِّإ سًِ ۡلۡٱ و هيِجۡلٱ ُتۡق ل خ ا ه و Terjemahnya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.9

Ayat tersebut menjadi landasan kuat atas kejelasan tujuan diciptakannya manusia di hamparan bumi ini, yang mana tiada lain kecuali untuk beribadah kepada Allah SWT. Ibadah itulah yang kemudian menjadi bukti pengejewantahan atas ketaqwaan dan keimanan yang dimilikinya.

Tertanamnya iman pada diri seseorang tercermin pada kesediannya untuk menjalankan ibadah. Ketika seseorang rajin beribadah berarti kesadaran beragama telah tertanam pada dirinya. Sebaliknya apabila seseorang enggan beribadah maka asumsinya ia belum memiliki iman yang kuat, karena yang disebut iman adalah mengucapkan dengan lisan atas apa yang diyakini, lalu membenarkannya dalam hati, dan mengamalkan dengan anggota badan. Untuk itu benar jika dikatakan bahwa aktifitas peribadahan merupakan cerminan atas adanya kesdaran beragama atau keimanan pada diri seseorang. Yang dimana keimanan itu akan timbul menyertai penghayatan ketuhanan, sedangkan peribadahan adalah suatu sikap dan tingkah laku keagamaan yang merupakan efek dari adanya penghayatan ketuhanan dan keimanan.

Masa anak-anak adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, rasa dalam peralihan atau diatas jembatan goyang yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dengan masa dewasa yang matang dan

9

Departemen Agama RI Al-Qur’an dan tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi 2010), jilid IX, H. 485

(18)

berdiri sendiri.10 Kondisi anak-anak seperti itu ternyata membias kepada perseolan rohani yang mengalami perkembangan pesat, tetapi disamping itu juga mengalami perkembangan dan kegoncangan.11

Menurut Zakiyah Darajat bahwa:

“kepercayaan anak-anak kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang menjadi ragu dan berkurang, yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang rajin dan malas.

Banyaknya para pelajar saat ini yang tergelimang oleh arus media dan teknologi sehingga membuat mereka enggan atau lalai menjalankan shalat. Hal ini juga kemungkinan disebabkan oleh kesadaran anak yang masih kurang, sekaligus kontrol dan pengawasan dari orang tua dan guru di sekolah. Oleh karena itu pentingnya orang tua dan guru menjadi patner bagi pengawasan dan kontrol sekaligus memberikan penanaman ibadah bagi para pelajar.

Dalam kenyataanya, ternyata pelaksanaan program penanaman ibadah di sekolah tidak terlaksana dengan baik, lantaran perilaku siswa yang tidak mendukung. Sebagai contoh dalam pelaksanaan jamaah sholat dhuha, ketika jadwal waktu sholat dhuha tiba banyak siswa tidak datang melaksanakan shalat dhuha di mesjid untuk mengambil air wudhu dan menunaikan sholat, sebagian besar dari mereka justru mengerjakan aktivitas lain yang mungkin kurang ada manfaatnya, misalnya berlarian, pergi kekantin, atau membuat gaduh. Tentu dalam situasi tersebut para guru terdesak untuk bekerja lebih ekstra dalam mengarahkan dan menggerakkan siswa pada setiap menjalankan jamaah sholat dhuha.

10

Zakiah Daradjat, Ilmu jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 85.

11

Nur Uhbiyati, long life education: pendidikan anak sejak dalam kandungan sampai

(19)

Hal inilah yang menarik peneliti untuk menulis dan menelaah lebih lanjut tentang hal-hal yang terkait dengan Pendidikan Agama Islam khususnya terhadap Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Peran guru PAI dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan?

2. Bagaimana Penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian diantaranya:

1. Untuk mengetahui Peran Guru PAI Dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan

2. Untuk mengetahui Penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan

(20)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penelitian adalah: 1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi ilmu pendidikan terutama mengenai peran guru PAI dalam penanaman kebiasaan beribadah siswa kelas IV di SD Inpres pakkingkingan.

2. Praktis

a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah apabila nanti berkecimpung dalam dunia pendidikan sesungguhnya.

b. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan tentang peran guru PAI dalam penanaman kebiasaan beribadah

c. Bagi lembaga, dapat dijadikan rujukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan pembelajaran agama islam terlebih dalam penanaman pelaksanaan kebiasaan beribadah siswa

d. Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru dalam penanaman ibadah pada siswa.

(21)

9

TINJAUAN TEORITIS

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam 1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya peran guru pendidikan Agama Islam dan guru umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas didalam masyarakat dimana sang guru berada, sebab seorang guru pada hakikatnya merupakan pribadi dan komponen strategis yang memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa, sehingga ia harus bisa bersinergi dengan siapapun selama bertujuan memberikan kebaikan dan kemanfaatan kepada orang lain12. Diantara peran guru adalah sebagai berikut:

a) Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

b) Guru sebagai Orang tua kedua

Guru adalah orang tua kedua setelah orang tua kandung kita. Oleh karena itu guru harus memperhatikan kesehatan, keselamatan, intelektualitas, emosionalitas dan spiritualitas peserta didik.

12

(22)

c) Guru sebagai motivator

Motivasi juga merupakan hal yang prinsipil. Tanpa adanya motivasi dalam diri siswa, semua kegiatan di sekolah berkenaan dengan siswa akan kurang terlaksana dengan baik. Maka dari itu agar siswa tergugah semangatnya, hendaknya guru bisa memberikan motivasi.

d) Guru sebagai teladan

Guru adalah sosok panutan bagi siswa, sehingga apabila guru hendak menumbuhkan kesadaran beragama atau pengalaman siswa terhadap ajaran agama maka guru hendaknya memberikan contoh atau tauladan dengan pengalaman ajaran-ajaran agama atau peribadahan.

e) Guru sebagai inovator

Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut untuk menjembatani kesenjagan ini. Guru harus bertindak sebagai pembaharu yang dapat memperkecil perbedaan antara pelaksanaan pendidikan dan kemajuan masyarakat. Untuk itu guru harus selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya agar dapat menciptakan hal-hal baru guna peningkatan mutu pendidikan sehingga sejalan dengan perkembangan masyarakat13.

f) Guru sebagai pengemong/pembimbing

Seorang pendidik berperan sebagai pembimbing dan predikat ini sangat berkaitan erat dengan praktek keseharian. Untuk dapat menjadi seorang pembimbing seorang pendidik harus mampu memperlakukan para siswa dengan menghormati dan menyayangi (mencintai).

13

Asef Umar fahruddin, menjadi guru favorit, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), cet. 1, h. 73-78

(23)

g) Guru sebagai penasehat (Mentor)

Dengan adanya hubungan batin atau emosional antara siswa dengan gurunya, maka guru mempunyai peran sebagai penasehat (Mentor). Pada dasarnya guru tidak hanya menyampaikan materi dikelas, kemudian terserah siswa apakah paham terhadap apa yang diberikan atau tidak. Lebih dari itu guru harus sanggup menjadi penasehat pribadi bagi siswa-siswa, erat sekali kaitannya dengan guru sebagai pembimbing, guru harus sanggup memberikan nasehat ketika siswa membutuhkan14.

h) Peran guru sebagai pengajar

Tugas utama seorang guru adalah mengajar, memberikan berbagai materi yang belum dipahami siswa, dan sebagainya. Kegiatan belajar siswa akan berjalan baik, apabila faktor motivasi, kematangan, hubungan siswa dengan guru, kemampuan verbal, rasa aman, dan keterampilan guru berkomunikasi berjalan dengan baik15.

2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru Pendidikan Agama Islam adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaniyah agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifa dibumi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.16

14

Moh. User Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), H. 15

15

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung, Remaja Rosdakarya: 2006), H, 36

16

Moh. Haitami Salim & Samsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 137

(24)

Meurut E Mulyasa dan AgusNuryatno menyatakan bahwa:

Guru merupakan pendidik profesional diidealkan maupun menjadi agen pembelajaran yang edukatif, yaitu dapat menjadi fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa, dan inspirator pembelajaran.17 Sedangkan menurut M. AgusNuryatno, guru merupakan tenaga pendidik profesioal yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pebimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat18

Hal lain dikemukakan oleh UU RI tentang guru dan dosen :

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mebimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan megevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah19.

Dengan demikian dapat diartikan guru adalah seseorang profesional dibidang pendidikan yang mengabdikan dirinya untuk mentransfer ilmu kepada peserta didik, sehingga membuat peserta didik menjadi seseorang yang dapat menjalankan kodratnya sebagai kholifa dibumi.

Guru merupakan pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa dan peradaban manusia. Di tangannya, seorang anak yang awalnya tidak tahu apa-apa menjadi pribadi yang jenius. Melalui sepuhannyalah lahir generasi-generasi unggul. Dia turun untuk memberantas kebodohan umat manusia, sekaligus menghunjamkan kearifan sehingga manusia bisa paham tentang makna kedirian dan makna kehidupan.20

Dan pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam menyakini, memahami, menghayati Agama Islam melalui

17

Agus Nuryatno, Mazhab Pendidikan Kritis, (Yogyakarta: Resist Book, 2011), h. 84.

18

Agus Nuryatno, Mazhab pendidikan Kritis, (Yoyakarta: Resist Book, 2011), h. 83.

19

UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 1

20

Asef Umar fahruddin, Menjadi Guru favorit, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), cet. 1, h. 8

(25)

kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama islam dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional21

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang memberikan materi pengetahuan Agama Islam dan memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, dan juga mendidik murid-muridnya agar mereka kelak menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT. Disamping itu Guru Pendidikan Agama Islam juga berfungsi sebagai pebimbing agar para murid mulai dari sekarang dapat bertindak dengan prinsip-prinsip islam dan dapat mempraktikkan syariat Islam.

Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam haruslah taat kepada tuhan, menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala laranganya. Bagaimana ia akan mengajarkan dan mendidik anak untuk berbakti kepada tuhan kalau ia sendriri tidak mengamalkanya. Jadi sebagai Guru Pendidikan Agama Islam haruslah berpegang teguh kepada agamanya, memberikan teladan yang baik dan menjauhi yang buruk.

Dengan demikian seorang Guru Pendidikan Agama Islam merupakan figur seorang pemimpin yang mana setiap perbuatannya akan menjadi panutan bagi anak didik, maka disamping sebagai profesi seorang Guru Pendidikan Agama Islam hendaklah menjaga kewibawaan agar jangan sampai seorang Guru

21

Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Teras, 2009), h.. 263

(26)

Pendidikan Agama Islam melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan yang telah diberikan masyarakat.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Kalau dilihat kembali pengertian Guru Pendidikan Agama Islam, maka terdapat sesuatu yang diharapkan dapat terwujud ketika seseorang telah mengalami sebuah proses pendidikan Islam. Tujuan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menjadi target penyampaian pengetahuan. Tujuan merupakan acuan dan panduan untuk seluruh sistem pendidikan.

Menurut Muhaimin, bahwa:

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam. Jadi adapun tujuan pendidikan Agama Islam adalah selaras dengan tujuan pendidikan Islam yaitu agar siswa memahami, menghayati, menyakini dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia22. Sedangkan menurut Abdul Majid dan Dian Andayani tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaanya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi23.

4. Sumber-sumber Pendidikan Agama Islam a. Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai sumber utama dan pertama dalam Islam, kitab suci al-qur’an ini diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat jibril untuk dijadikan pedoman bagi manusia. Juga menceritakan peristiwa yang

22

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Rosadakarya, 2005), h. 6-7

23

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi, (Bandung: PT Rosadakarya, 2004), h. 135

(27)

benar terjadi pada manusia terdahulu dan merupakan sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya.24

b. Sunnah (hadis) merupakan jalan atau acuan yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. c. Ijtihad, sebagai sumber pendidikan Agama Islam pada dasarnya merupakan proses penggalian dan menetapkan hukum syariat yang dilakukan oleh para mujtahid dengan salah satunya menggunakan pendekatan nalar. Hal ini dilakukan untuk memberi jawaban atas berbagai persoalan umat yang ketentuan hukumnya tidak terdapat dalam al-qur’an dan al-hadis.

Pendidikan Agama Islam bersumber utama yaitu al-qur’an dan al-hadis yang menjadi rujukan dan pedoman manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Sedangkan ijtihad merupakan pendapat para mujtahid yang tidak lepas dari rujukan yang bersumber dari al-qur’a dan al-hadis.

B. Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa

1. Pengertian penanaman kebiasaan beribadah siswa

Penanaman kebiasaan beribadah siswa harus dimulai di rumah dan menjadi tanggung jawab pada siswa sejak pada usia dini dan membiasakannya melaksanakan kewajiban setelah dewasa kelak.

Dalam kaitan ini Zakiah Daradjat mengakatakan bahwa:

“orang tua hendaknya dapat menjadi contoh yang baik dalam aspek kehidupan bagi anak”. Ajaran agama akan lebih muda ditanamkan pada diri siswa apabila orang tuanya selalu hidup dalam suasana kekeluargaan dan berdimensi agama”.25

24

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 41

25

(28)

Anak mendapat pendidikan sejak ia berupa janin, setelah itu ia lahir dan mendapatkan pendidikan lebih lanjut yang berpengaruh pada kepribadiannya. Pendidikan Agama Islam yang berhasil insya Allah akan menghasilkan anak- anak yang berbakti kepada orang tuanya dan selalu menanamkan ibadah shalat dalam dirinya.26

Arahan Nabi SAW untuk mendidik anak sejak usia dini yaitu menyuruh anak melaksanakan ibadah shalat pada saat usia 7 tahun dan pada saat usia 10 tahun mulai berkelakuan hukuman, yakni memukul yang tanpa mencederai dan hukuman ruangan yakni tidak membolehkannya tidur berdua antara anak laki-laki dan perempuan pada tempat tidur yang sama.

2. Mendidik anak agar mau berbakti kepada orang tua melalui ajaran agama dapat diajarkan melalui cara-cara sebagai berikut:

a. Memperkenalkan agama kepada anak

1) Memperkenalkan Tuhan yang maha esa (Allah) melalui ciptaanya, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, langit dan bumi

2) Harus selalu bersyukur dengan yang dimiliki seperti memiliki anggota tubuh yang lengkap

3) Memperkenalkan sifat-sifat Tuhan, misalnya maha pengasih, penyayang, pemurah, dan lain- lain

b. Memperkenalkan dan menanamkan ibadah kepada anak 1) Melakukan pembinaan dan pembiasaan shalat 2) Melakukan pembinaan dan pembiasaan puasa

26

Muhammad Arifuddin, Mendidik Anak Agar Tidak Durhaka, (Sidoarjo, Buana Pustaka, 2009), cet. 1, h. 88.

(29)

3) Mengajarkan anak berzakat dan infaq 4) Mengajak ibadah haji dan umrah 5) Membiasakan membaca Al-Qur’an 6) Mengajak anak untuk gemar bersedekah 7) Sosial

8) Mengajak berdo’a bersama-sama c. Mengajak anak ketempat ibadah

1) Mengajak anak shalat ke mesjid agar terbiasa 2) Mengajak anak tadarus di mesjid saat bulan puasa

3) Mengajak anak menghadiri maulid Nabi Muhammad SAW27

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak adalah amanah dari Allah dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya yang dimana penanaman nilai-nilai agama diterapkan dalam kehidupan anak-anak dengan mengajak atau mengajarkan sesuatu yang berhubungan dengan ibadah sehingga dasar-dasar keimanan, akhlak, kepribadiannya serta ketaqwaannya kepada Allah SWT tertanam dalam diri anak tersebut.

Pengertian kebiasaan adalah dapat diartikan sebagai sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Kebiasaan dinilai efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman”

27

Said Agil Husin Al-Munawwar, aktualisasi Nilai- Nilai Qur’an Dalam Sistem

(30)

ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari28.

Kebiasaan selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan postif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural29.

Hakikat kebiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Kebiasaan adalah sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu, uraian tentang kebiasaan selalu menjadi satu rangkaian tentang perlunya melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan disetiap harinya. Inti dari kebiasaan adalah pengulangan dalam pembinaan sikap, kebiasaan merupakan penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, agar cara-cara yang tepat dapat disukai oleh anak. Kebiasaan pada hakikatnya mempunyai implikasi yang lebih mendalam dari pada penanaman cara-cara berbuat atau mengucapkan.30

Kebiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Kebiasaan agama akan memasukkan unsur-unsur politik pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang

28

Ibid., h. 110

29

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 123

30

Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia

(31)

didapat anak melalui kebiasaan, maka semakin mudahlah ia memahami ajaran agama.31

Jika kebiasaan sudah ditanamkan, maka anak tidak akan merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan menjadi bingkai amal atau sumber kenikmatan dalam hidupnya karena bisa berkomunikasi langsung dengan Allah dan sesama manusia. Agar anak dapat melaksanakan shalat secara benar dan rutin mereka perlu dibiasakan shalat sejak masih kecil, dari waktu- kewaktu.32

Guru sebagai pendidik dan orang tua di sekolah sangat memiliki peran penting. Karena dalam pelaksanaan penanaman kebiasaan ini pastilah memerlukan dukungan dari siswa. Apabila siswa tidak memiliki minat dan

motivasi dalam mengikuti pelaksanaan penanaman kebiasaan. Motivasi

sangatlah dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan ini agar jiwa keagamaan dan kesadaran peserta didik dapat muncul. Sehingga mereka menjadi generasi muda umat muslim yang selalu menjaga ibadah.

Anak dalam melakukan proses belajar tidak terlepas dari kebiasaan diri yang muncul karena adanya faktor dari luar, bila lingkungan tempat tinggal mendukung dengan segala kebaikan maka sudah barang tentu anak akan tumbuh dan berkembang secara positif. Tetapi sebaliknya bila lingkungan di dominasi oleh hal-hal yang kurang baik maka anak akan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan perilaku negatif yang pasti mempengaruhi diri anak sehingga anak cenderung melakukan perbuatan negatif. Oleh karena itu lembaga pendidikan dan

31

Zakiah Darajad, Ilmu Jiwa agama, (Jakarta: Bulan Bintang,1993), h. 64

32

Muchtar dan Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 18

(32)

keluarga harus menciptakan lingkungan yang dapat mendukung proses pembelajaran tersebut.

Kebiasaan ibadah siswa merupakan perbuatan yang diulang-ulang terus-menerus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang, seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berpidato, mengajar dan lain sebagainya. Siswa akan terbiasa melaksanakan ibadah jika ada kebiasaan pada dirinya.

Dalam kebiasaan beribadah dapat dilakukan oleh orang tua apabila anak berada di rumah, dan dapat dilakukan oleh guru atau pendidik serta siswa berada di sekolah. Menurut Jamaludin dalam bukunya Psikologi anak dan Remaja Muslim, menegaskan bahwa islam menekankan kepada kaum muslimin untuk memerintahkan anak-anak mereka menjalankan ibadah ketika mereka berumur tujuh tahun. Hal itu dimaksud agar mereka senang melakukannya dan sudah terbiasa semenjak kecil33.

Ibadah yang diterapkan sejak anak masih kecil akan melahirkan pengalaman-pengalaman yang baik terhadap anak, hal itu berpengaruh positif, sedangkan pengalaman yang buruk akan memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan agama anak ketika berusia dewasa. Ibadah-ibadah yang akan bahas dalam hal ini adalah ibadah sholat, wudhu, puasa, do’a, dan hafalan surat-surat pendek34.

33

Jamaluddin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Muslim, 2001), cet. 1, h. 128

34

M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 255

(33)

a. Shalat

Shalat merupakan ibadah yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim. Sebagai salah satu dari rukun islam, shalat menjadi dasar yang harus ditegakkan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan. Dalam pendidik wajib memerintahkan atau pun mengajari anak shalat. Dalam surah Luqman ayat 17 disebutkan:

ِزىُهُ ۡلۡٱ ِم ۡز ع ۡيِه كِل َٰ ذ هىِإ َۖ ك با ص أ ٓا ه َٰى ل ع ۡسِب ۡصٱ و ِس كٌُوۡلٱ ِي ع هًۡٱ و ِفوُس ۡع وۡلٱِب ۡسُهۡأ و ة َٰى لهصلٱ ِنِق أ هي ٌُبَٰ ي Terjemahnya :

”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.35

Shalat mempunyai kedudukan yang istimewa dalam agama islam, keistimewaan itu antara lain:

1). Shalat diperintahkan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW 2). Shalat adalah tiang agama, barang siapa yang meninggalkannya maka ia

menghancurkan agama.

3). Berbeda dengan ibadah lainnya, shalat dikerjakan lima waktu dalam sehari36 Praktek kebiasaan shalat dibagi menjadi 2 macam, yaitu praktek kebiasaan shalat fardhu lima waktu dilaksanakan pada shalat duhur dan praktek shalat dhuha dimulai pas munculnya matahari dan sebelum tiba shalat duhur.

b. Wudhu

Sebelum menjalankan shalat wajib maupun shalat sunnah maka diwajibkan bagi setiap muslim untuk mengambil air wudhu terlebih dahulu yang

35

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 605

36

(34)

berfungsi untuk menghilangkan kotoran yang dapat menghalangi sahnya shalat.37

c. Do’a

Do’a sebaiknya diajarkan pada peserta didik sejak usia dini, hal ini sangat perlu dilakukan agar anak dapat mengawali aktivitasmya dengan awalan yang baik. Dalam surah Al-Ghafir ayat 60:

ييِسِخا د نهٌ ه ج ىىُلُخ ۡد ي س يِت دا بِع ۡي ع ىوُسِب ۡك ت ۡس ي ييِرهلٱ هىِإ ۡۚۡنُك ل ۡبِج ت ۡس أ ٓيًِىُع ۡدٱ ُنُكُّب ز لا ق و

Terjemahnya:

Dan Tuhanmu berkata: “Berdoalah kepadaku, niscaya akan aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembahku akan masuk ke nerakan jahanam dalam keadaan hina dina". 38 d. Menghafal surat pendek

Kebiasaan menghapal surat-surat pendek bertujuan agar siswa selalu ingat dengan surat-surat yang telah dipelajari dan dihafalkan tersebut. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang sehingga anak didik hafal dengan bacaan surat tersebut.39

e. Hikmah ibadah shalat

Shalat mengandung makna pembinaan pribadi, yaitu dapat menghindari dari perbuatan dosa dan kemungkaran. Orang yang melakukan shalat hidupnya akan terkontrol dengan baik, sebab setiap waktu shalat, ia menghadapkan dirinya kehadapan Allah, meminta ampunan dan petunjuknya melalui bacaan shalat yang diucapkannya, sehingga setelah usai shalat ia dapat kembali kedalam kegiatan rutinnya dengan jiwa yang sudah bersih, semangat baru dan harapan yang segar.

37

M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 225

38

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 159

39

(35)

3. Macam-macam ibadah

a. Ibadah Madhah (ibadah Khusus)

Ibadah madhah atau ibadah yang ketentuannya pasti, yakni ibadah yang ketentuan atau pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari ibadah kepada Allah SWT seperti Shalat wajib, puasa, zakat, dan haji.

b. Ibadah Ghairu Madhah (ibadah ammah)

Ibadah Ghairu Madhah adalah ibadah yakni semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT seperti minum, makan, dan bekerja mencari nafkah. Hal ini berarti niat merupakan kriteria sahnya ibadah ghairu madhah dengan kata lain, semua bentuk amal kebaikan dapat dikatakan ibadah ammah bila dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah SWT.40

4. Shalat sebagai salah satu bentuk ibadah a. Pengertian Shalat

Shalat adalah ibadah utama dalam Islam sekaligus bentuk aktual dari penghambaan total yang pertama kali wajib hukumnya untuk dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, baligh, dan sehat secara jasmani dan rohani. Jika seorang manusia tidak menjalankan shalat dan tidak menjadikan shalat sebagai jiwa dalam hidupnya, maka ia belum dapat dikatakan menjalankan ibadah kepada Allah SWT, atau dapat dengan kata lain manusia itu bukan seorang muslim.

40

Ahmad Thib Raya dan Siti Musda Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam, (Jakarta: PRENADA MEDIA, 2003), h. 142

(36)

b. Tata cara shalat 1. Wudhu 2. Niat

3. Berdiri sambil mengangkat tangan kemudian bertakbir 4. Membaca do’a iftitah

5. Membaca surah Al-fatihah 6. Ruku’

7. Sujud

8. Duduk diantara dua sujud 9. Tasyahud akhir

10. Salam41

c. Hukum meninggalkan shalat

Selain memerintahkan kita untuk selalu mendirikan shalat, Allah dan rasulnya juga menegaskan hukuman bagi mereka yang meninggalkan shalat. shalat merupakan amalan yang akan pertama kali dihisab oleh Allah dihari akhir nanti. Siapa saja diantara seorang muslim meninggalkan shalat dengan sengaja karena mengingkari wajibnya shalat hukumnya adalah kafir, murtad, dan keluar dari islam berdasarkan al-qur’an dan as-sunnah serta kesepakatan para ulama, karena berarti ia telah mendustakan Allah dan rasulnya.

d. Hukum orang yang meninggalkan shalat

1) Meninggalkan shalat karena mengingkari kewajiban 2) Meninggalkan shalat karena uzur

41

Abu Sayyit Alit Ibrahim, Buku Pintar Mendirikan Shalat Sesuai Tuntunan Rasulullah, (Jakarta: Tangga Pustaka, 2019) , h.37-93

(37)

3) Meninggalkan shalat karena malas42

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai ummat muslim yang taat beragama hendaknya kita menjaga shalat-shalat dan tak lupa tentunya menambahnya dengan shalat-shalat lain yang disunnahkan oleh nabi muhammad SAW yang dimana seorang ummat muslim yang meninggalkan shalat adalah suatu kezaliman yang sangat besar, sebuah perbuatan yang sangat fatal bagi ummat muslim. Sebagaimana hukum orang yang meninggalkan shalat ialah bahwa mereka telah dianggap kafir atau keluar dari Agama Islam.

Ibadah shalat adalah sebagai salah satu perintah dalam Agama Islam dimana ibadah shalat ada peraturan- peraturan yang mengatur hubungan Allah SWT dengan hambanya. Ibadah shalat juga dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang melakukannya dengan sempurna, tidak ada nikmat yang lebih besar selain merasakan diri dan hati dalam kekhusyu’an ketika beribadah kepada Allah SWT.

5. Faktor pendukung penanaman kebiasaan beribadah siswa a) Faktor lingkungan keluarga

Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua diberi beban tanggung jawab.43

42

Asep Maulana dan Ust. Abdullah Jinaan, Panduan Lengkap Shalat Fardhu dan Shalat

Sunnah, (Jakarta: PT Grasindo 2017), h. 7-8

43

Jalaluddin, Said Usman, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan

(38)

Ada semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang tua, yaitu mengazangkan telinga bayi yang baru lahir, mengakikah, memberi nama yang baik, mengajarkan membaca Al-Qur’an, menanamkan kebiasaan ibadah shalat serta bimbingan lainnya yang sejalan dengan perintah agama. Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan.44

Dari penjelasan diatas, dapat menyimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh sekali dalam kebiasaan beribadah siswa atau anak, dalam arti apabila lingkungan keluarga mendukung pasti kebiasaan beribadah anak akan berhasil, yang mana hal tersebut merupakan alat penunjang dalam penanaman kebiasaan ibadah siswa.

b) Faktor lingkungan sekolah

Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Yang dimana pengaruh itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: kurikulum dan anak, hubungan guru dan murid, dan hubungan antar anak.

Dilihat dari kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan, tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh. Sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa keagamaan tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan dalam membentuk kepribadian yang luhur.

Melalui kurikulum, yang berisi materi pengajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan

44

(39)

dalam menanamkan kebiasaan yang baik. Kebiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.45

c) Lingkungan masyarakat (pergaulan)

Lingkungan masyarakat merupakan Lingkungan yang sebenarnya, dalam membentuk kepribadian yang religius. Dilingkungan inilah seorang anak akan melangsungkan kehidupan yang sesungguhnya, dengan berbagai macam karakter manusia yang hidup ditengah-tengah siswa atau anak, pasti akan besar pengaruhnya terhadap kepribadiannya.

Lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belakang, tapi norma dan tata nilai yang ada terkadang lebih mengikat sifatnya. Bahkan terkadang pengaruhnya lebih besar dan perkembangan jiwa keagamaan baik dalam bentuk positif maupun negatif. Misalnya lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keagamaan anak, akan tetapi lingkungan masyarakat yang tradisi keagamaannya kurang maka akan membawa pengaruh yang negatif terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak.

6. Faktor penghambat penanaman kebiasaan beribadah siswa a) Terbatasnya pengawasan pihak sekolah

Pihak sekolah khususnya guru tidak bisa selalu memantau atau mengawasi pelaksanaan ibadah siswa diluar sekolah. Selain itu guru diluar tidak

45

(40)

mengetahui baik buruk lingkungan tempat tinggal siswa terutama sekali orang tua atau keluarga yang sangat memegang peranan penting dalam menanamkan kebiasaan beribadah siswa.

Lembaga sekolah mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan pengawasan bagi siswa, ini dikarenakan lembaga sekolah pada umumnya tidak memberlakukan sistem full day. Ini semua bisa teratasi kalau semua komponen dalam lingkungan pendidikan selalu bekerja sama untuk saling mengawasi. Dengan demikian pastinya Guru Pendidikan Agama Islam tidak bisa maksimal dalam mengawal siswa untuk melaksanakan kebiasaan beribadah siswa.

b) Kesadaran para siswa

Siswa kurang sadar akan pentingnya menanamkan kebiasaan diri untuk beribadah yang dilakukan oleh sekolah, padahal kegiatan tersebut berkaitan sekali dengan kebutuhan siswa untuk menentukan kepribadian yang bersifat relegius.

c) Kurangnya sarana dan prasarana

Guru menunjang strategi dalam menanamkan kebiasaan beribadah siswa maka juga harus ada kegiatan-kegiatan yang bisa mendukungnya. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa berjalan lancar apabila sarana dan prasarananya dapat terpenuhi, namun apabila sarana dan prasarananya kurang maka hal tersebut menjadi kendala bagi pelaksanaan kegiatan.

d) Pengaruh media elektronik

Media elektronik diakui atau tidak merupakan sebuah penghambat dalam terlaksananya kebiasaan beribadah siswa, karena dalam diri anak tidak terlepas

(41)

dari kebutuhan terhadap media elektronik. Siswa tidak menutup kemungkinan juga akan selalu merasa penasaran dalam menggunakan media elektronik tersebut.

Seperti tontonan televisi yang kurang mendidik merupakan pengaruh yang tidak baik bagi anak-anak, karena secara tidak langsung memberikan rasa suka, dan tertanam terhadap siswa tayangan tersebut sayang untuk ditinggalkan, padahal biasanya anak tersebut sudah melaksanakan ibadah shalat sebelumnya.46

46

(42)

30 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berusaha menangkap gejala secara holistik konsektual melalui pengumpulan data dari subjek yang diteliti sebagai sumber langsung dengan instrumen kunci peneliti sendiri, yaitu peneliti merupakan perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya.

Penelitian kualitatif yang ingin mengetahui tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, peneliti senantiasa mengamati, mencatat, berkonsultasi, dan melakukan dialog untuk menemukan konsep tentang judul penelitian tersebut.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Yang menjadi objek penelitian ini adalah peran guru Pendidikan Agama Islam.

C. Fokus penelitian dan Deksripsi penelitian 1. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian adalah:

1) Peran Guru Pendidikan Agama Islam 2) Penanaman kebiasaan beribadah siswa

(43)

2. Deksripsi Fokus Penelitian

Untuk menghindari dari berbagai argumentasi dan penafsiran-penafsiran yang berbeda-beda akan timbul setelah membaca tulisan ini serta untuk mencegah kesimpangsiuran penjelasan dan pokok permasalahan yang terdapat didalam judul adalah sebagai berikut:

a. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan guru umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu pegetahuan yang lebih luas lagi. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas didalam masyarakat dimana sang guru berada, sebab seorang guru pada hakikatnya merupakan pribadi dan komponen strategis memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa, sehingga ia harus bisa besinergi dengan siapapun selama bertujuan memberikan kebaikan dan kemanfaatan kepada orang lain.

b. Penanaman kebiasaan ibadah shalat

Kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang terus-menerus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang, seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berpidato, mengajar dan lain sebagainya. Peserta didik akan terbiasa melaksanakan ibadah jika ada pembiasaan pada dirinya.

Dalam pelaksanaan pembiasaan beribadah dapat dilakukan oleh orang tua apabila anak berada di rumah, dan dapat dilakukan oleh guru atau pendidik serta peserta didik berada di sekolah.

(44)

D. Sumber Data

Suharsimi Arikunto mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data yaitu :

1. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Adapun sumber data yang menjadi sumber data primer dalam penelitian adalah siswa kelas IV di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

2. Data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh tidak secara lanngsung dari objek penelitian atau data diperoleh dari pihak ketiga.47

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sebagai alat bantu untuk mengumpulkan dan memverifikasi data yang diperlukan, untuk menjawab rumusan masalah penelitian diperoleh melalui instrumen. Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa: pedoman wawancara (interview) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data melalui proses tanya jawab berupa pertanyaan dari pihak yang diwawancarai dan jawaban yang diberikan oleh yang diwawancarai.

47

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitaf (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 14, h. 225

(45)

F. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah bahan mentah yang dikumpulkan peneliti dari lapangan penelitian. Data merupakan bahan spesifik dalam melakukan analisis penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data:

1. Interview (Wawancara)

Penelitian ini, interview digunakan Untuk memperoleh data yang diinginkan, peneliti menggunakan pedoman interview dengan informan sebagai berikut: waka kurikulum, waka sarana prasarana, guru pembimbing Pendidikan Agama Islam dan siswa di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

2. Observasi

Hal ini peneliti mengobservasi yang dapat digunakan dalam penelitian untuk mengamati peran guru pendidikan agama islam dalam penanaman Kebiasaan Beribadah di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengetahui hasil ujian responden, juga data-data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini pada hakekatnya berwujud penelitian deskriptif kualitatif. Maka teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa

(46)

deskriptif. Penerapan teknik analisa deskriptif dilakukan melalui 3 alur kegiatan, yaitu:

1. Data Reduction (reduksi data)

Reduksi data diartikan sebagai proses penelitian, pemusatan pada penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang memajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu untuk menghasilkan data yang potensial untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabdian, transformasi, data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama pengumpulan data berlangsung.

2. Data Display ( Penyajian Data)

Penyajian data display yaitu mendeskripsikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentu teks naratif. Penyajian juga berbentuk matrik, diagram tabel dan bagan. Semua dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.

Sehubungan dengan data yang diperoleh terdiri dari kata-kata, kalimat-kalimat, paragraph, maka penyajian data yang paling sering digunakan adalah berbentuk uraian naratif yang panjang dan terpencar-pencar bagian demi bagian,

(47)

tersusun kurang baik, maka dari itu informasi yang bersifat kompleks, disusun ke dalam suatu kesatuan bentuk yang lebih sederhana dan selektif, sehingga mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing/ verification

Penarikan kesimpulan atau verification merupakan bagian akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yang menemukan makna data yang telah disajikan. Cara yang digunakan bervariasi, dapat menggunakan perbandingan kontras, menemukan pola dan tema, pengelompokkan, dan menghubung-hubungkan satu sama lain. Makna yang ditemukan peneliti harus diuji kebenarannya, kecocokan, dan kekokohannya.

Verifikasi merupakan rangkaian analisis data puncak. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dimaksudkan untuk mengahsilkan kesimpulan yang valid.

(48)

36 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Identitas sekolah

Nama sekolah : SD Inpres Pakkingkingan Nomor Statistik Sekolah : 1011190305045

NPSN : 40300974 Status Sekolah : Negeri Alamat Sekolah : Tamacinna Kode Pos : 92153 RT/RW : 003/001 Desa/Kelurahan : Maradekaya Kecamatan : Bajeng Kabupaten : Gowa

Provinsi : Sulawesi Selatan Status Gedung : Pemda

NPWP : 004578043807000 Status Akreditasi : B

Luas Tanah : 1800 m2

2. Visi dan Misi a. Visi

(49)

b. Misi

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif 2) Menyiapkan generasi unggul dan berkarakter

3) Menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya daerah 4) Mengembangkan dan membina kegiatan ekstrakurikuler 5) Melaksanakan kedisiplinan secara menyeluruh

6) Menyiapkan lulusan yang berprestasi, berakhlak mulia, dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa

3. Tujuan Sekolah

“Sedikit bicara banyak berbuat” 4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat menunjang proses belajar mengajar, disamping kemampuan siswa menerima pelajaran dan cara guru menyajikan materi pelajaran yang disampaikan yang sesuai dengan keadaan dan situasi siswa, akan tetapi sangat berpengaruh juga dengan fasilitas atau sarana dan prasarana yang dapat menunjang keefektiifan belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung di sekolah SD Inpres Pakkingkingan memiliki fasilitas yang dapat dikategorikan memadai dan mendukung berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif, fasilitas tersebut meliputi.48

48

(50)

Tabel 1. Sarana dan Prasarana SD Inpres Pakkingkingan

No Fasilitas Jumlah Ket.

1 Ruang Kelas 6 Buah

2 Kantor 1 Buah

3 Ruang TU 1 Buah

4 Ruang guru 1 Buah

5 Perpustakaan 1 Buah

6 Tempat Ibadah/Musholla 1 Buah

7 Kantin 1 Buah

8 Toilet 2 Buah

9 Lapangan Sekolah 1 Buah

10 Rumah guru 1 Buah

11 Rumah penjaga sekolah 1 Buah

5. Keadaan Guru

Mengenai keberadaan guru di sekolah SD Inpres Pakkingkingan, peneliti memberi gambaran sebagaimana tercamtum dalam tabel berikut ini:49

49

(51)

Tabel 2. Data Guru SD Inpres Pakkingkingan

No Nama Jabatan Status Guru

1 SYAMSIAR, S.Pd Kepala Sekolah PNS

2 HJ.ST. KAMARIAH, S.Pd Guru Wali Kelas II PNS

3 HJ.ST. JOHORAH, S.Pd Guru Wali Kelas 3 PNS

4 JUMA ALI, S.Pd Guru Wali Kelas VI PNS

5 NURBIA, S.Pd Guru Wali Kelas I PNS

6 RAHMI ISTIFAWATI RAJAB, S.Pd Operator HONOR

7 NURBAITI, S.Pd.,I Guru Agama HONOR

8 RAFIUDDIN, S.Pd Guru PJOK HONOR

9 SYAMSIAH, S.Pd Guru Wali Kelas V HONOR

10 ANDI RASNAWATI, S.Pd Guru Mulok HONOR

11 NININ ANGGRAENI, S.Pd Guru Seni budaya HONOR

12 NUR ANNISA, S.Pd Guru Wali Kelas IV HONOR

13 ANNISA AULIA, S.Pd Guru Bhs. Indonesia HONOR

(52)

6. Keadaan Siswa

Siswa bagian dari komponen yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah karena siswa merupakan objek pendidikan dan tujuan untuk diberi pengajaran. Pendidik tidak mungkin terlaksana tanpa adanya siswa sebagai objek yang menerima pendidikan.

Dengan demikian sehingga menjadi sarana pokok dalam proses belajar mengajar adalah siswa sehingga tujuan dari pendidikan dan pengajaran adalah merubah pola tingkah laku anak didik kearah kematangan kepribadiannya. Untuk mengetahui keadaan siswa sekolah SD Inpres Pakkingkingan.50

Tabel 3. Data siswa SD Inpres pakkingkingan

NO KELAS JUMLAH TOTAL L P 1 I 15 15 30 2 II 16 18 34 3 III 15 8 23 4 IV 18 19 37 5 V 8 14 22 6 VI 8 14 22 TOTAL JUMLAH 80 88 168 50

(53)

B. Pembahasan

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Kebiasaan Beribadah Siswa Kelas IV Di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain sejak lahir bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya siswa ketika orang tua mendaftarkan anaknya kesekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal

a. Memberikan contoh atau teladan yang baik

Guru tidak hanya berperan sebagai mengembangkan wawasan pemahaman siswa tentang beribadah, menanamkan untuk beribadah, dan menggerakkan siswa untuk beribadah secara berjamaah, tetapi juga memberikan tauladan terhadap siswa dengan aktif juga melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan dalam hal beribadah seperti kultum, menghapal surat-surat pendek, tadarus, serta melaksanakan shalat duhur secara berjamaah, shalat dhuha secara berjamaah dengan siswa di lingkungan sekolah. Tentunya hal ini dilakukan tidak hanya semata-mata memberikan contoh yang baik kepada siswa dengan menanamkan kebiasaan beribadah yang baik, namun lebih dari itu yakni didorong oleh pemahaman, penghayatan, dan pengalaman terhadap ajaran agama islam untuk mencari ridho Allah SWT.

(54)

b. Memberikan nasehat

Guru pendidikan Agama Islam selalu memberikan nasehat terhadap siswa di sela-sela jam pelajaran berlangsung atau ketika setelah melaksanakan beribadah shalat duhur secara berjamaah, pada saat itu Guru Pendidikan Agama Islam memberikan kultum yang biasanya digunakan oleh Guru Pendidikan Agama Islam untuk memberikan nasehat tentang apa saja, tentang pentingnya beribadah yakni shalat 5 waktu dan ibadah lainnya apalagi dilaksanakan secara berjamaah.

c. Membiasakan ibadah shalat duhur secara berjamaah

Guru Pendidikan Agama Islam selalu membiasakan siswanya untuk menjalankan ibadah shalat duhur secara berjamaah, hal yang terpenting dari semua itu adalah konsisten, Guru Pendidikan Agama Islam dalam membiasakan beribadah terhadap siswa tidak akan berhasil jika apabila tidak ada konsisten dari Guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri sehingga tujuan membiasakan ini bisa tercapai dan siswa bisa menjalankan beribadah yakni shalat duhur secara berjamaah tanpa kucing-kucingan terlebih dahulu dengan para guru.

d. Menegakkan kedisiplinan

Guru Pendidikan Agama Islam dan guru-guru lain selalu menerapkan kedisiplinan bagi semua siswa tanpa terkecuali, yaitu dengan cara setiap siswa tidak mengikuti shalat duhur dan shalat dhuha secara berjamaah akan diberikan hukuman terhadap siswa yaitu seperti teguran, membersihkan kelas, dan menghafal surat-surat pendek atau menghafal bacaan shalat.

(55)

e. Memberikan motivasi

Dengan adanya motivasi sangat dibutuhkan oleh siswa, dimana siswa akan termotivasi jika Guru Pendidikan Agama Islam memperhatikan dan memberikan contoh-contoh kepada siswa yang akan membangkitkan semangat belajar, terutama dalam hal beribadah seperti menunjukkan video hafiz qur’an dan serta murotal anak hafiz qur’an pada saat melaksanakan shalat sehingga siswa akan termotivasi dan mengikuti atau meniru apa yang perlihatkan oleh gurunya dalam hal beribadah siswa tersebut.

Uraian di atas dikuatkan dengan hasil wawancara ibu Nur Annisa, S.Pd. selaku Guru Wali Kelas IV mengatakan bahwa:

“Setiap pertemuan dalam mata pelajaran PAI, Guru selalu mengajak siswa membaca doa sebelum dan sesudah pembelajaran kemudian tepat waktu dalam shalat serta Guru PAI senantiasa memberikan contoh yang baik seperti mengarahkan siswa untuk bertadarus, bershalawat, dan menghapal bacaan shalat serta senantiasa membiasakan shalat lima waktu dan shalat sunnah.”51

Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa siswa harus ditanamkan bagaimana melaksanakan ibadah shalat dengan tepat waktu seperti shalat wajib dilakukan dengan tepat waktu (waktu yang ditentukan) dan sebelum mata pelajaran pendidikan agama islam atau mata pelajaran umum dilaksanakan harus membaca doa sesudah atau sebelum mata pelajaran tersebut dimulai.

Wawancara dengan ibu Nurbaiti, S.Pd.I selaku Guru Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:

51

Gambar

Tabel 2  Data Guru............................................................................
Tabel 1. Sarana dan Prasarana SD Inpres Pakkingkingan
Tabel 2. Data Guru SD Inpres Pakkingkingan
Tabel 3. Data siswa SD Inpres pakkingkingan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel pendidikan, upah, insentif,

Sumber data yang didapat dalam penelitian ini, dapat dibedakan menjadi sumber data primer dan sumber data sekunder.Sumber data sekunder primer adalah sumber data

Pada penelitian ini, metode fuzzy AHP digunakan untuk menghitung bobot dari masing-masing kriteria dalam menentukan peningkatan besaran bandwidth internet di setiap

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan usulan estimasi waktu, sumber daya, dan biaya dari proyek Sistem Penggajian pada PT EINS TREND, yang diharapkan dapat

Menurut Sugiyono (2011: 192-293), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Managaisaki.. Hubungan Pemberian

Dengan ini saya menyatakan skripsi ini yang berjudul “Dampak Prostitusi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Terminal Betungan” Study Kasus di Terminal Betungan

Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya pembatas yang kurang berarti dan tidak mempengaruhi secara nyata