• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Animasi

Animasi merupakan salah satu media bercerita menggunakan sebuah kumpulan foto atau gambar yang disusun menjadi satu sequence untuk menciptakan sebuah ilusi. Dalam buku “Animation” karya Selby (2012), animasi adalah bentuk ekspresi audio visual yang sangat efektif dalam menggabungkan kedua elemen gambar bergerak dan suara atau musik menjadi satu, sebagai metode untuk menceritakan sebuah kisah dan menjelaskan suatu ide. Media tersebut memberikan kesempatan kepada animator dan juga film makers, untuk mengeksplorasi teori juga menginformasikan para penonton, media tersebut sangat fleksibel sebagai salah satu sarana artifisial. Menjadikan media ini sesuai untuk diaplikasikan ke berbagai metode komunikasi. Dikuatkan dengan teori pada buku “Secrets of digital animation” karya withrow (2009), menjelaskan bawah animasi adalah seni “Breathing life” yang dapat diterapkan dalam sebuah gambar still pictures. Dalam arti lain adalah, merupakan tampilan cepat dari beberapa urutan gambar untuk menciptakan ilusi optic gerakan. Animasi ada dan berkembang dalam berbagai bentuk selama menjalani proses waktu dan perkembangan teknologi.

Pada masa kini, animasi merupakan seni yang berkembang cukup pesat, dan dapat diterapkan dalam berbagai media mulai dari flip book sederhana hingga film gambar bergerak dan game komputer. Animasi dapat berupa full atau limited,

(2)

5 yaitu dengan suara atau tidak bersuara, music vidio, dan interaktif, juga terdapat beragam jenis teknik seperti:

1. 2D tradisional atau cel

2. Cutout and collage

3. Motion graphic

4. Stop motion

5. 2D digital bitmap

6. 2D digital vector

7. 3D digital

Menurut Wells dan Moore (2016), visualisasi film animasi adalah kunci komponen dalam pemikiran mengenai bagaimana sebuah cerita dapat diceritakan, secara visual dapat dibangun, bagaimana teknik dapat diterapkan, dan bagaimana animasi dapat bekerja sebagai sebuah film yang dapat dinikmati para penonton. Dalam teknik menggambar, setiap karya yang diciptakan menawarkan sebuah persepsi dunia, dan model yang digunakan untuk mengkomunikasikan pikiran atau perasaan sebagai pengalaman indrawi. Tidak semua animasi terpaku dengan unsur konsep realistis, tetapi dapat membangun sebuah dunia dengan logika yang tidak logis dan memberikan kenyataan yang dapat dipercaya.

(3)

6 2.2. Plot Structure

Dalam sebuah kisah terutama pada film animasi memiliki alur atau jalan cerita nya masing masing. Dimana seorang tokoh berusaha untuk meraih pencapaian atau target, namun mengalami beberapa halangan tertentu yang menjadi rintangan bagi sang tokoh, dan rintangan tersebut dapat menjadikan pelajaran juga pengalaman yang akan mengubah pola pandang maupun sifat sang tokoh.

Mckee (1997), menjelaskan bahwa suatu kisah pola dasar merupakan hasil dari pengalaman hidup manusia, yang digambarkan dalam wujud ekspresif yang unik. Tidak ditekankan seberapa sederhana, luar biasa, historis, realistis maupun fantasi dunia tersebut. Sebuah cerita dapat menarik penonton kedalam dunia baru yang menurut pandangan orang pada umum nya sangatlah berbeda, namun dapat memberikan rasa keterkaitan baik secara emosi, pikiran maupun pengalaman kedalam tokoh dan konflik yang sedang terjadi di dunia tersebut.

Menurut Hauge (2017) dalam bukunya yang berjudul “Storytelling Made Easy” mengatakan bahwa, dalam setiap kisah yang diceritakan, ditulis, atau yang ditampilkan dari panggung dan dari layar digital, terbuat dari tiga aspek elemen penting yaitu character, desire, dan conflict. Hauge (2017) menyatakan metode utama dalam perancangan cerita yang kuat dan persuasif, adalah dengan mengikuti basic structure yang juga disebut sebagai plot structure. Struktur dalam bercerita atau plot structure, menentukan urutan peristiwa dalam bercerita. Tujuan utama dalam bercerita adalah mengoptimalkan pengalaman emosional yang dapat memberikan perasaan terkait pembaca atau penonton.

(4)

7 Terdapat enam tahapan sederhana yang dapat diterapkan kedalam perancangan alur kisah.

1.2.1. Step one: The Setup

Memulai suatu cerita dengan menunjukan kegiatan keseharian sang tokoh sebelum tokoh tersebut mendengar atau memulai suatu aktivitas lain, diluar dari kegiatan normal nya. Gambaran sebelum ini akan mencimpatakn perasaan empati kepada tokoh, sehingga penonton dapat merasakan kehidupan sang tokoh.

1.2.2. Step two: The Crisis

Setelah memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari sang tokoh, akan terjadi suatu peristiwa yang memaksa tokoh untuk menyelesaikan masalah tersebut. Saat di mana segala sesuatu menjadi begitu rumit dan dipenuhi rasa putus asa, atau membuat perubahan suasana menjadi sangat menarik, sampai pada titik membuat tokoh tersebut merasa tertarik untuk melakukan sesuatu. Tetapi sebelum semua petualangan baru itu terjadi, tokoh harus memikirkan tindakan atau tujuan nya, yang kemudian mencari tahu bagaimana sang tokoh dapat memecahkan masalahnya dan mecapai titik penyelesaian target tersebut. Pada posisi ini, gambaran umum akan menunjukan bagaimana cara tokoh menganalisa lingkungan sekitar nya dan merasakan keraguan juga mempertanyakan banyak hal. Akan ada disaat dimana tokoh mendapatkan pilihan alternatif lain, yang kemudian menjadikan tokoh tersebut memilih suatu tindakan dalam proses meraih pencapaian nya.

(5)

8 1.2.3. Step three: Pursuit

Disini menunjukan aksi tahapan sesungguhnya pada sang tokoh untuk meraih kesuksesan atau pencapaian nya. Hal ini dapat memberikan potensi kepada penonton untuk melihat gambaran situasi yang lebih jernih.

1.2.4. Step four: Conflict

Seiring dengan kemajuan peran tokoh, ada saat dimana penulis cerita harus mengungkapkan hambatan eksternal dan internal yang tokoh alami, pada saat sang tokoh mengikuti jalur rintangan yang ia pilih. Konflik kuat dalam cerita itulah yang menimbulkan perasaan terkaitan emosi pada penonton. Memberikan rintangan yang awalnya berjalan dengan baik namun dijatuhkan oleh suatu adegan yang dihadapi oleh sang tokoh, dan berhasil diatasi, akan memberikan pengalaman emosional dalam memecahkan masalah yang sudah terantisipasi kepada para penonton.

1.2.5. Step five: The Climax

Tahapan ini menjadi momen puncak dari alur cerita, dimana sang tokoh sudah meraih kesuksesan nya dan mendapatkan target pencapaian nya. Dimana sang tokoh sudah melewati masa – masa sulit.

1.2.6. Step six: The Aftermath

Sederhana nya tahapan ini adalah gambaran akhir dari cerita peran tokoh, dimana sang tokoh memiliki kehidupan baru atau perkembangan secara karakteristik baik internal maupun eksternal, yang dihasilkan dari jerih payah tokoh melewati

(6)

9 rintangan dan meraih pencapaiannya. Hal tersebut dapat memberikan pelajaran kepada penonton, bahwa masa depan yang ada pada gambaran akhir inilah yang dapat di raih apabila mengikuti alur jejak sang tokoh.

2.3. Environment

Dalam animasi, pendorong suatu cerita film tidaklah terpaku hanya dengan interaksi antar tokoh, namun tokoh juga dapat berinteraksi dengan dunia atau environment tempat mereka berada. Semua benda baik hidup maupun mati, memiliki cerita, komposisi dan pandangan perspektif yang unik, dimana tokoh tersebut dapat melewati, menyentuh, dan terhadang oleh suatu rintangan yang dapat menghalangi tokoh. Interaksi itulah yang dapat mendorong maju sebuah cerita. (Ghertner, 2010). Di kuatkan dengan teori Bensen (2008) dalam buku nya yang berjudul “Animation Unleashed”, mengatakan bahwa bersamaan dengan beberapa elemen animasi seperti pergerakan dan juga dialog, latar belakang atau background memiliki caranya sendiri dalam menceritakan suatu adegan. Background dapat menjadi media komunikasi visual, tanpa diperlukan bantuan dialog sedikit pun. Dalam arti kata lain, background itu sendiri dapat menunjukan sebuah cerita maupun sejarah dibalik semua kejadian di lingkungan tersebut, hal itu bisa dikarenakan kegiatan manusia atau perubahan yang terjadi pada kekuatan alam.

(7)

10 Gambar 1.1. Paris Street Disney’s “The Hunchback of Notre Dame”

(Layout and Composition for Animation, Ghertner, 2010)

Ghertner (2010) menyatakan bahwa langkah pertama dalam proses merancang suatu environment adalah penempatan komposisi dan juga perspektif. Untuk memahami elemen-elemen spesifik yang akan digunakan sebagai referensi perancangan environment dalam memberikan akurasi penggambaran di dalam dunia film. Yang bermaksud untuk mempermudah penonton menerima konsep

(8)

11 dari dunia yang dirancang, meskipun dunia tersebut berupa fantasi. Dikuatkan dengan teori Bensen (2008), yang mengatakan bahwa detail pada latar seperti lingkungan juga properti dapat menjadi sebuah platform atau rintangan, yang akan memicu suatu adegan dalam skenario. Platform atau rintangan tersebut ditempatkan untuk membuat pengalihan, sebagai pendorong yang dapat memaksa tokoh untuk membuat suatu keputusan.

2.4. Tebing

1.4.1. Tipe Rock Climbing

Dalam buku “Rock Climbing Fundamentals” karya DiAngelis (2016), mengatakan bahwa “rock climbing” memiliki tiga tipe utama yaitu:

1. Bouldering

Bouldering merupakan salah satu bentuk sederhana dalam rintangan memanjat tebing. Bouldering bisa digambarkan dengan memanjat diatas batu besar yang cenderung memiliki ketinggian 6 meter. Seorang pendaki harus memanjat “masalah” yang singkat namun memiliki tantangan yang sulit.

Dikarenakan diameter ketinggian nya yang tidak terlalu besar, perlengkapan yang digunakan oleh seorang pendaki cukup minim seperti sepatu, tas kapur dan alas atau bantalan tabrakan untuk melindungi pemanjat ketika terjatuh. Bouldering berfokus pada teknik gerakan yang sangat sulit, namun tidak berfokus pada ketahanan yang berkelanjutan.

(9)

12 Gambar 1.2. Jamie Finlayson bouldering in Squamish, BC.

(Rock Climbing Fundamentals, DiAngelis, 2016)

2. Sport Climbing

Sport climbing memiliki alur rintangan yang berbeda, jalur tebing tersebut sudah dibor dengan alat pengaman (bolt hanger) untuk menjati titik jangkar sewaktu mendaki permukaan tebing. Dikutip dari hasil wawancara penulis “arena sport climbing sudah dipasang pengaman di sisi tebing, pengaman tersebut disebut climb hanger, yang dipasang per dua meter” Dirgantara (2020).

Tidak seperti bouldering, sport climbing memiliki jarak rintangan yang jauh lebih tinggi. Apabila dibandingkan melalui penggambaran visual rintangan lomba balap lari, bouldering akan

(10)

13 terlihat seperti berlari dengan kecepatan penuh diarena berjarak 100 meter, sedangkan sport climbing akan terlihat seperti berlari dengan putaran 400 meter mengitari trek standar. Memerlukan tenaga juga stamina yang kuat agar dapat menahan tekanan tubuh pada permukaan.

Dikutip kembali dari hasil wawancara penulis “saat memanjat ada dua orang yang yang berada di lapangan yaitu lead climber dan belayer. Belayer adalah orang yang akan mengamankan para pendaki atau pemanjat ketika mereka hendak terjatuh, posisi belayer selalu ada di bawah si pemanjat, memegang tali pengaman yang di pasangkan pada gear si pemanjat. Sedangkan lead climber adalah orang yang memanjat tebing itu sendiri, pengaman buat manjat disebut quickdraw, dan orang yang memasang arena atau set pengaman itu disebut rute setter”.

3. Trad Climbing

Kalimat “Trad” adalah hasil singkatan dari kata “tradisional”. Pendaki trad atau yang disebut sebagai trad climbing membutuhkan alat bantu seperti cam dan mur (atau yang bisa di sebut sebagai pelindung) yang ditempatkan pada celah-celah pebatuan tebing untuk melindungi pendaki tebing apabila terjatuh. Melainkan memasang alat pengaman pada bolt hanger atau ke pengaman baut yang sudah di bor pada dataran tebing, pendaki

(11)

14 menggunakan pengaman sementara yang dapat dipasang dan dilepas seiring perjalanan memanjat tebing, dan menjadi tanggung jawab sang pendaki tersebut atas pemasangan peralatan dengan benar pada batu yang ia jepitkan dan juga keamanan sang pendaki.

1.4.2. Rute Pemanjatan Sport Climbing dan Trad Climbing

Untuk tipe pemanjatan sport climbing dan trad climbing memiliki dua jenis rute yang disebut single-pitch dan multi-pitch (DiAnglelis, 2016).

1. Single-pitch

Single-pitch adalah rute yang dapat diselesaikan dalam satu tali atau alur. Tali yang digunakan pada single-pitch cenderung memiliki ukuran panjang 60 meter, sehingga satu rute single-pitch memiliki jarak panjat yang kurang dari 30 meter, sehingga tidak membutuhkan banyak tali untuk kembali turun kepermukaan tanah.

2. Multi-pitch

Multi-pitch adalah rute yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan satu tali atau alur. Multi-pitch mengharuskan pendaki untuk mengaitkan satu tali ke sebuah jangkar atau anchor (tempat beristirahat sebentar di pertengahan rute). Ketika lead climber sudah mencampai titik anchor, belayer akan menyusul sang pendaki sampai titik anchor yang sama berdampingan agar dapat mengatur alur tali panjatan selanjutnya. Proses tersebut kemudian diulangi sampai mereka mencapai puncak akhir tebing.

(12)

15 1.4.3. Teknik Memanjat

Di luar dari tiga metode yang diuraikan diatas, ada beberapa teknik memanjat lainnya seperti:

1. Aid Climbing

Aid Climbing adalah metode yang menggunakan alat bantu untuk mendaki, seperti peralatan lengkap dan pengaman yang benar.

2. Free Solo

Free Solo merupakan teknik rock climbing yang jarak panjat nya lebih tinggi daripada bouldering, namun tidak menggunakan pengaman atau tali apapun.

3. Ice Climbing

Ice Climbing merupakan teknik panjat tebing diatas permukaan es dengan peralatan yang lebih spesifik, dituju untuk mendaki permukaan es seperti kapak es atau ice axes dan crampons.

4. Alpine Climbing

Alpine Climbing merupakan rock climbing yang dilakukan didataran alpine atau yang disebut juga sebagai dataran pegunungan tinggi.

5. Dry Tooling

Dry Tooling menggunakan perlengkapan kapan es atau ice axes, namun tidak dipakai di permukaan es melainkan hanya permukaan batu tebing biasa.

(13)

16 1.4.4. Jenis Tingkatan Bentuk Tebing

Menurut hasil wawancara penulis dengan Dirgantara (2020), menjelaskan bahwa kesulitan pada lintasan rock climbing dari tingkat kemiringannya. Kemudian beliau mengatakan ada tiga jenis tingkatan pada bentuk tebing, yaitu:

1. Hang

Hang merupakan bentuk dataran tebing yang apabila kita panjat, dataran tebing tersebut mengarah kearah pendaki, seperti mengikuti bentuk cekung atau merosot kearah climber. Sehingga membuatnya sedikit melawan gravitasi dan memberikan tekanan yang kuat.

2. Scrambling

Scrambling merupakan bentuk dataran tebing yang mudah untuk dipanjat, karena dataran tebing ini mengarah kearah depan pendaki, sehingga posisi pendaki lebih nyaman untuk memanjat dataran tersebut. Posisi pendaki merangkak kedepan.

3. Roof

Posisi dataran tebing roof merupakan posisi dimana dataran tersebut berdiri persis berada di atas kepala si pendaki. Posisi tersebut bisa digambarkan seperti memanjat di atas langit langit ruangan, sehingga posisi pemanjat harus telentang, dan melawan gravitasi total sehingga tekanan yang dihasilkan jauh lebih berat daripada hang.

(14)

17 1.4.5. Teknik Pegangan dalam Memanjat Tebing

Menurut DiAngelis (2016), dalam memanjat permukaan tebing terdapat beberapa tipe atau teknik pegangan pada batuan tebing, yang kemudian dapat menjadi salah satu faktor kesulitan tiap rintangan suatu jalur. Didukung oleh wawancara penulis dengan Dirgantara (2020), menyatakan bahwa teknik pegangan tersebut seringkali diterapkan pada Climbing Gym, atau tebing buatan yang dirancang sedemikian mungkin merupai bentuk dataran pebatuan tebing oleh para climber untuk melatih diri sebelum mengarah ke rock climbing yang sesungguh nya.

Teknik pegangan tersebut terdiri dari:

1. Jug 2. Pocket 3. Pinch 4. Sloper 5. Down Pull 6. Side Pull 7. Gaston 8. Under Cling 9. Cri

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan yang melakukan transaksi dalam mata uang asing mungkin mengalami selisih kurs yang bersal dari translasi transaksi tersebut, sedangkan perusahaan yang berusaha

Analisis kebutuhan ini adalah tahap konseptualisasi, yaitu suatu tahap yang mengharuskan analis dan perancang sistem untuk berusaha tahu secara pasti mengenai hal yang menjadi

Analisis kebutuhan ini adalah tahap konseptualisasi, yaitu suatu tahap yang mengharuskan analis dan perancang sistem untuk berusaha tahu secara pasti mengenai hal yang menjadi

Perencanaan terkait dengan upaya pencapaian target ini memiliki beberapa unsur dalam mendukung perencanaan yang baik yakni, sumber daya manusia yang merupakan

Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan

Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian bagi organisasi, sebab keadaan fisik dan mental karyawan mempunyai hubungan yang

Orfano (2010) menambahkan, hubungan antara tokoh dengan objek atau suasana tertentu dapat menjadi simbolik dari sebuah makna yang kemudian dapat dimengerti oleh penonton

a) Manipulasi penjualan, bertujuan meningkatkan penjualan pada periode tertentu sehingga memberikan kesan bahwa pencapaian target penjualan dan laba terpenuhi. Pada