• Tidak ada hasil yang ditemukan

MESJID BERSEJARAH ACEH DALAM PERSPEKTIF KENYAMANAN SPASIAL ARSITEKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MESJID BERSEJARAH ACEH DALAM PERSPEKTIF KENYAMANAN SPASIAL ARSITEKTUR"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

MESJID BERSEJARAH ACEH

DALAM PERSPEKTIF

KENYAMANAN SPASIAL

ARSITEKTUR

Laina Hilma Sari Izziah Erna Meutia

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS 2018

(4)

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagian atau seluruh isi buku ini, serta memperjual belikannya tanpa mendapat izin tertulis dari penerbit.

Diterbitkan oleh Syiah Kuala University Press Darussalam –Banda Aceh, 23111

Judul Buku :Mesjid Bersejarah Aceh Dalam Perspektif Kenyamanan Spasial Arsitektur

Penulis : Laina Hilma Sari, Izziah dan Erna Meutia Penerbit : Syiah Kuala University Press

Tel : (0651) 801222

Email : [email protected] Cetakan : Pertama, 2018

ISBN :

(5)

iii

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur kepada Allah SWT serta salawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Hanya dengan kehendak Allah SWT lah buku dengan judul ‘Masjid Bersejarah Aceh Dalam

Perspektif Kenyamanan Spasial Arsitektur’ini dapat penulis

selesaikan.

Buku ini ditulis dengan maksud untuk melestarikan masjid tua yang syarat dengan bukti sejarah, melalui evaluasi beberapa masjid tua dan modifikasinya di Aceh. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi kenyamanan spasial dari perspektif sains Arsitektur. Kenyamanan spasial secara sains arsitektur melingkupi kenyamanan termal, kenyamanan pencahayaan alami dan kenyamanan akustik ruang yang dibutuhkan untuk menghadirkan suasana khusyuk dalam beribadah. Kenyamanan spasial yang lebih harmonis dengan iklim lokal juga merupakan isu besar dalam karakter bangunan berkelanjutan. Pada buku ini, evaluasi kenyamanan spasial hanya dilakukan pada tiga (3) masjid yang sudah sangat tua yang masih memiliki bentuk asli walau sudah dimodifikasi dan masih difungsikan. Masjid yang akan diukur adalah masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh; Masjid Indrapuri Aceh Besar; dan Masjid Teungku Dipucok Krueng, Beuracan, Pidie Jaya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam pengumpulan referensi, pengetikan serta pencetakan buku. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan untuk semua kontribusi tersebut.

Buku ini juga tidak lepas dari banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknik penulisannya. Karena itu, penulis berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan. Kritik merupakan

(6)

iv

perhatian agar dapat menuju kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap agar buku ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.

Banda Aceh, Desember 2018 Laina Hilma Sari

(7)

v

DAFTAR ISI

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL ... xii

1. SEJARAH ISLAM DAN MASJID DI ACEH... 1

Islam dan Perkembangan Peradaban di Aceh ... 3

Arsitektur Masjid Zaman Prakolonial ... 5

2. MASJID-MASJID TUA DI ACEH ... 10

3. MASJID VS KENYAMANAN SPASIAL ... 20

Kenyamanan Spasial Akustik pada Masjid ... 21

Kenyamanan Spasial Termal pada Masjid ... 22

Kenyamanan Spasial Pencahayaan pada Masjid ... 23

4. MASJID RAYA BAITURRAHMAN ... 26

Sejarah Masjid Raya Baiturrahman ... 26

Perkembangan Masjid Raya Baiturrahman ... 28

Kenyamanan Spasial Masjid Raya Baiturrahman ... 32

a. Kenyamanan termal ruang luar ... 33

b. Kenyamanan termal ruang dalam ... 39

c. Kenyamanan visual ruang luar ... 40

d. Kondisi akustik ruang dalam ... 43

5. MASJID INDRAPURI, ACEH BESAR ... 49

Sejarah Masjid Indrapuri ... 49

Perkembangan Masjid Indrapuri ... 52

(8)

vi

a. Kinerja akustik ... 55

b. Performa termal ... 58

c. Kinerja cahaya alami... ... 60

6. MASJID TENGKU DIPUCOK KRUENG, BEURACAN, PIDIE JAYA . 62 Sejarah Masjid Beuracan ... 62

Perkembangan Masjid Beuracan ... 66

Kenyamanan Spasial Masjid Beuracan ... 68

a. Kenyamanan termal ... 68

b. Kualitas pencahayaan alami ... 74

c. Kondisi akustik ruang ... 74

7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

Kesimpulan ... 79

a. Masjid Raya Baiturrahman ... 79

b. Masjid Indrapuri ... 81

c. Masjid Teungku Dipucok Krueng ... 82

Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

GLOSARIUM ... 90

(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Batu Nisan Sultan Malik Al-Salih, tertanggal 1297 ... 1

Gambar 1.2 Pengaruh Islam di Samudra Pasai ... 3

Gambar 1.3 Masjid Raya Baiturrahman yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada abad ke 17 ... 8

Gambar 2.1 Sebaran masjid-masjid tua di Aceh ... 11

Gambar 2.2 Data konstruksi bangunan masjid tua di Aceh ... 18

Gambar 2.3 Data konstruksi atap masjid tua di Aceh ... 19

Gambar 3.1 Grafik Bioclimatik ... 23

Gambar 4.1 Masjid Raya Baiturrahman saat ini... 26

Gambar 4.2 Masjid Raya Baiturrahman Tahun 1881 M ... 29

Gambar 4.3 Eksterior Masjid Raya Baiturrahman dengan Lima Kubah dan Dua Menara yang Ditambahkan dalam tahun 1958 - 1965 ... 30

Gambar 4.4 Pelataran ruang luar Masjid Raya dengan Material granit ... 31

Gambar 4.5 Penempatan titik pengukuran pada ruang luar Masjid Raya Baiturrahman ... 33

Gambar 4.6 Payung elektrik Masjid Raya Baiturrahman ... 35

Gambar 4.7 Temperatur udara dan Globe di ruang terbuka Masjid Raya Baiturrahman pada tanggal 28 februari 2018 ... 36

Gambar 4.8 Suhu permukaan pada beberapa area pengukuran di ruang terbuka Masjid Raya Baiturrahman ... 38

Gambar 4.9 Sensasi termal dalam kondisi duduk ... 39

Gambar 4.10 Sensasi termal dalam kondisi berjalan santai ... 39

Gambar 4.11 Kondisi termal ruang dalam Masjid Raya Baiturrahman ... 40

(10)

viii

Gambar 4.12 Tingkat silau yang dihitung dengan menggunakan

rumus De Boer ... 43

Gambar 4.13 Posisi penempatan titik ukur background noise ... 44

Gambar 4.14 Kurva NC bising latar belakang pukul 10:40 Masjid Raya Baiturrahman ... 44

Gambar 4.15 Kurva NC bising latar belakang pukul 11:50 Masjid Raya Baiturrahman ... 45

Gambar 4.16 Kurva NC bising latar belakang pukul 12:50 Masjid Raya Baiturrahman ... 45

Gambar 4.17 Kurva NC bising latar belakang pukul 13:50 Masjid Raya Baiturrahman ... 46

Gambar 4.18 Kurva NC bising latar belakang pukul 14:50 Masjid Raya Baiturrahman ... 48

Gambar 4.19 Kurva NC bising latar belakang pukul 15:50 Masjid Raya Baiturrahman ... 47

Gambar 5.1 Masjid Indrapuri saat ini ... 49

Gambar 5.2 Masjid Indrapuri tahun 1880 ... 51

Gambar 5.3 Interior Masjid Indrapuri saat ini ... 53

Gambar 5.4 Titik Pengukuran ... 55

Gambar 5.5 Distribusi tingkat tekanan suara di dalam masjid Indrapuri ... 56

Gambar 5.6 (a) Kurva Waktu dengung dari Masjid Indrapuri (b) Kurva RC yang menunjukkan bising latar belakang pada Masjid Indrapuri ... 57

Gambar 5.7 Data temperatur dan Kelembaban Udara pada Masjid Indrapuri ... 58

Gambar 5.8 Kinerja termal yang di tunjukkan pada grafik Olgyay’s Bioclimatic chart ... 59

Gambar 5.9 Bukaan atap disegel dengan plastik dan kipas dipasang dan ditempelkan pada balok kayu ... 59

(11)

ix

Gambar 5.11 Illuminance (lux) cahaya alami yang diterima di dalam masjid Indrapuri ... 61 Gambar 5.12 Dinding lubang dipartisi dengan lemari dan papan tulis ... 61 Gambar 6.1 Masjid Beuracan saat ini ... 63 Gambar 6.2 Guci Keramat di Masjid Beuracan ... 64 Gambar 6.3 Interior Masjid Beuracan setelah dua kali direnovasi

... 67 Gambar 6.4 Posisi bagian barat Masjid Beuracan ... 68 Gambar 6.5 Posisi peletakan alat ukur kecepatan angin (Air speed meter) dan lux meter ... 69 Gambar 6.6 Data kecepatan Angin Masjid Beuracan, Pidie Jaya...69 Gambar 6.7 Bukaan pada Masjid Tengku Di Pucok Krueng,

Beuracan ... 70 Gambar 6.8 Penempatan alat ukur Heat Stress Meter ... 70 Gambar 6.9 Data termal ruang dalam ... 71 Gambar 6.10 Sensasi termal yang di prediksikan di dalam grafik Bioklimatik ... 71 Gambar 6.11 Bukaan pada dinding dan atap Masjid Tengku Di Pucok

Krueng, Beuracan ... 72 Gambar 6.12 Area permukaan yang diukur dengan mengggunakan

kamera infra red ... 72 Gambar 6.13 Hasil ukur area permukaan kulit bangunan Masjid

Tengku Di Pucok Krueng, Beuracan... 73 Gambar 6.14 Hasil pengukuran illuminance di dalam Masjid Tengku

Dipucok Krueng, Beuracan ... 74 Gambar 6.15 Lokasi Masjid Tengku Dipucok Krueng, Beuracan yang tepat di sebelah Jalan raya Banda Aceh- Medan ... 75 Gambar 6.16 NC Masjid Tengku Di Pucok Krueng, Mereudu, Pidie Jaya ... 76

(12)

x

Gambar 7.1 Payung masjid raya Baiturrahman yang robek diterpa angin kencang ... 80 Gambar 7.2 Usulan penanaman pohon berdaun lebat disekitar pelataran marmer untuk menghadirkan teduhan…. 80 Gambar 7.3 Taman di atap bangunan parkiran Punggol Breeze

Garage – Sky Park, Singapura. ... 80 Gambar 7.4 Permukaan material yang kasar mampu menghadirkan

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Standar nilai illuminansi ruang ... 24 Tabel 3.2 Klasifikasi Silau ... 25 Tabel 4.1 Parameter pengukuran dan alat ukur yang digunakan ... 33 Tabel 4.2 Kategori pengelompokan zona pengukuran ... 34 Tabel 4.3 Spesifikasi Ukuran Payung Elektrik pada Masjid

Raya Baiturrahman ... 34 Table 4.4 Data klimatologi Blang Bintang (BMKG, 2018) ... 35 Table 4.5 Data pengukuran termal untuk tiga (3) hari

pengukuran(28/02/2018; 01/03/2018 dan 02/08/2018)..37 Tabel 4.6 Daftar nilai absorpsi dan refleksi material ... 38 Tabel 4.7 Kondisi termal ruang dalam Masjid Raya Baiturrahman... 40 Tabel 4.8 Diffuse illuminance (ES) ... 41

Table 4.9 Illuminace (EL) dan Luminance dari sumber (LL) ... 41

Tabel 6.1 Kualitas Akustik Ruang pada masjid tengku Dipucok

Krueng, Beuracan ... 75 Tabel 6.2 NC Masjid Tengku Di Pucok Krueng,Mereudu,Pidie Jaya..76 Tabel 6.3 Reverberation Time (Waktu dengung) ... 77

(14)
(15)

1

1. SEJARAH ISLAM DAN MASJID

DI ACEH

Aceh terletak di ujung utara Pulau Sumatra, di lokasi Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan antara Laut Cina dan Lautan India. Pada abad awal posisi ini membawa kentungan bagi Aceh dimana Aceh memegang peranan penting dalam jaringan perdagangan internasional. Sejumlah sumber menerangkan bahwa masyarakat Aceh sebahagian besar termasuk pedagang kosmopolitan yang berasal dari Arab, India, negara negara dari Asia Tenggara dan Cina.

Gambar 1.1. Batu nisan Sultan Malik Al-Salih, tertanggal 1297

Sumber: Leigh (1989)

Para pedagang itu, ketika melakukan perdagangan mereka, mereka juga memperkenalkan agama mereka, seperti Hindu, Budha dan Islam kepada penduduk setempat. Oleh karenanya, sejak abad permulaan, penduduk Aceh telah berbaur dengan bangsa lain dari belahan dunia dengan beragam agama. Pedagang Muslim datang ke Aceh sejak abad ke-8, Namun, nisan milik Sultan Malik Al-Salih

(16)

10

2. MASJID-MASJID TUA

DI ACEH

Merujuk dari beberapa referensi, Daerah provinsi Aceh memiliki banyak peninggalan masjid bersejarah yang masih aktif digunakan untuk beribadah. Masjid-masjid tua dalam Gambar 2.1 dan Tabel 2.1 tercatat sebagai masjid yang masih berdiri dan difungsikan (Kanwil Depag Prov. Aceh, 2009). Sebaran masjid-masjid tua di di Aceh menunjukkan ujung atas Aceh yaitu Banda Aceh sampai ke ujung bawah yaitu Gayo Lues memiliki masjid yang sudah sangat tua. Bahkan Masjid Asal Penampaan Gayo Lues dibangun sekitar tahun 1412 M. Masjid–masjid ini menurut sejarah diawal sekali dibangun dengan konstruksi kayu. Beberapa masjid telah direhab diganti dengan material beton dan atap seng. Di Banda Aceh, Masjid yang sudah dimodifikasi diantaranya Masjid Raya Baiturrahman, Masjid Baiturrahim, dan Masjid Teungku Dianjong.

Gambar 2.2 dan 2.3 menunjukkan struktur konstruksi bangunan dan atap masjid tua di beberapa daerah di Aceh. Mayoritas masjid tua di Aceh masih berdiri dengan konstruksi kayu. Hanya beberapa yang sudah di rekonstruksi dengan material beton. Bentuk atap 50% masih bertahan dengan model atap limas, sedangkan masjid lainnya sudah beradaptasi dengan gaya kubah dari Masjid Raya Baiturrahman di bagian puncaknya.

(17)

20

3. MASJID VS KENYAMANAN

SPASIAL

Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang fungsinya tidak hanya untuk shalat tetapi juga untuk beberapa ibadah lainnya dan tempat pelayanan sosial. Masjid juga menjadi simbol dan identitas hidup umat Islam (Imam, 2000). Desain masjid telah mengalami transisi dari masjid pertama di Madinah. Masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW memiliki beberapa karakteristik penting yaitu sederhana, tidak memiliki ornamen atau elemen yang tidak berguna. Masjid lebih difokuskan perannya dalam memfasilitasi pelaksanaan ibadah, dan pelayanan umat. Masjid masa dulu juga lebih difokuskan pada fungsi untuk pusat semua aspirasi pribadi dan sosial. Fitur atau elemen yang ada yaitu orientasi terhadap kiblat yang diarahkan ke Masjidil Haram, ruang shalat, mimbar khatib, mihrab, menara (minaret), desain atap, tempat wudhu, teras dan pintu masuk (Hassan, 2011).

Masjid-masjid saat ini walau tetap mempertahankan elemen utama masjid, namun telah berevolusi dengan lebih memperhatikan kemegahan, keindahan yang menunjukkan kebanggaan pribadi dan kontekstual lingkungan. Masjid terus berevolusi karena mempertimbangkan hakikat masjid yang tidak mempermasalahkan elemen keindahan selagi tidak mengganggu kehusyukan dalam beribadah dan tidak memakai ragam ukir dan perhiasan berupa wujud manusia dan hewan.

Evolusi masjid awal berkembang mengikuti konteks lokal sehingga wujud masjid sebagai simbol Islam juga menjadi simbol khas arsitektur lokal. Masjid tua di Aceh berbentuk atap limas segi empat

(18)

26

4. MASJID RAYA

BAITURRAHMAN

Sejarah Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman merupakan masjid kebanggaan rakyat Aceh yang menyimpan banyak nilai historis dan memiliki pesona arsitektur yang megah. Masjid ini terletak di pusat kota Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh. Sejarawan berbeda pendapat dalam mengisahkan sejarah dibangunnya masjid ini. Beberapa sejarawan menyebutkan bahwa masjid ini di bangun pada masa kesultanan Iskandar Muda (1607-1636). Namun beberapa yang lainnya menyebutkan bahwa masjid ini sudah dibangun jauh sebelum masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Sultan Iskandar Muda hanya melakukan beberapa perbaikan saja (Zein, Abdul Baqir, dalam Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, 1999).

(19)

49

5.MASJID INDRAPURI, ACEH

BESAR

Sejarah Masjid Indrapuri

Masjid Indrapuri berada di 25 km arah Timur dari Banda Aceh, tepatnya di bantaran Krueng (sungai) Aceh di Keude Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar.

Gambar 5.1. Masjid Indrapuri saat ini

Berdasarkan sejarah, Masjid Indrapuri dulunya (abad ke 10 M) adalah sebuah candi yang dikhususkan bagi kaum wanita pada masa Kerajaan Lamori, yaitu Kerajaan Hindu yang berkuasa pada masa itu. Konon, pembangunan masjid ini menghabiskan lima ribu butir ayam sebagai bahan perekat (pengganti semen) (Zein, Abdul Baqir, dalam Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, 1999).

(20)

62

6. MASJID TEUNGKU DIPUCOK

KRUENG, BEURACAN, PIDIE

JAYA

Sejarah Masjid Beuracan

Masjid Beuracan atau yang juga dikenal dengan Masjid Teungku di Pucok Krueng Beuracan terletak di Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya. Masjid ini adalah salah satu masjid paling bersejarah di Aceh. Nama Teungku Chik Di Pucok Krueng di adopsi dari nama pendiri masjid ini. Teungku Chik Di Pucok Krueng juga dikenal dengan nama Teungku Abdussalam (sebagian lain menyebutkan Teungku Abdussalim). Teungku Chik Di Pucok Krueng merupakan seorang ulama yang datang dari Madinah bersama Teuku Japakeh dan Malem Dagang dalam rangka pengembangan Islam.

Dikutip dari Aceh, Tribunnews (2013) menyebutkan bahwa keterangan dari Alm. Tgk M Usman yang merupakan ketua panitia pembangunan masjid, bahwa Masjid Teungku Chik Di Pucok Krueng ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607 M-1636 M.Tepatmya, tahun 1622 Masjid Beuracan ini didirikan atas kesepakatan seluruh masyarakat yang pada saat itu sudah menganut agama Islam. Teungku Chik Dipucok Krueng memimpin pembangunan masjid yang berada tepat di sebelah sungai dengan pertimbangan agar memudahkan dalam mengambil wudhu. Masjid yang terletak di pinggiran Sungai Krueng Beuracan ini disebutkan tidak pernah terkena genangan air banjir meskipun sungai tersebut selalu meluap pada setiap musim hujan.

(21)

79

7. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

a. Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman memiliki ruang luar berupa plaza yang dilengkapi dengan 12 buah payung listrik raksasa. Penempatan payung ini mengikuti model teduhan yang dihadirkan pada Masjid Nabawi, Madinah. Di masjid Nabawi, payung- payung elektrik dipasang secara masif dan rutin dibuka. Ketersediaan tenaga listrik yang besar siap untuk menjalankan dan memelihara payung untuk memberikan teduhan di daerah padang pasir kering di mana pohon dan tanaman hijau tidak tumbuh semudah di daerah tropis. Sementara di daerah tropis, tumbuhan hijau dengan daun lebat tumbuh dengan mudah, maka pilihan untuk menanam pohon yang lebih lebat dan rimbun bisa menjadi alternatif. Namun, plaza di luar masjid raya telah dijadikan basement untuk area wudhu dan parkir pada bagian bawah. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk menanam pohon tinggi yang berdaun lebat. Karena pohon besar membutuhkan tanah pendukung yang baik. Pemeliharaan juga merupakan tantangan untuk menanam pohon karena angin dapat meniup daun di permukaan marmer. Namun penghijauan tetap menjadi alternatif yang harus dipertimbangkan di daerah tropis. Karena pohon dapat memberikan teduhan yang alami tanpa membutuhkan tenaga listrik seperti payung elektrik.

(22)

84

DAFTAR PUSTAKA

Al-Homoud,M.S., Adel A. A., Ismail M. B., (2009) Assessment of

monitored energy use and thermal comfort conditions in mosques in hot-humid climates, Journal Energy and Buildings

41, pg 607-614

Arab, Y.; Hassan, A.S. (2012), Daylighting Analysis of Pedentive

Dome’s Mosque Design during Summer Solstice with Case Studies in Istanbul, Turkey, International Transaction Journal

of Engineering, Management, & Applied Sciences & Technologies. Volume 3 No.2 ISSN 2228-9860 eISSN 1906-9642. Online Available at http://TuEngr.com/V03/167-183.pdf.

ASHRAE Standards, (1992) Thermal environmental conditions for

human occupancy. ASHRAE 55-92, Atlanta, USA.

Axter (2008), Extensive and Intensive Green Roof Technology,

https://www.axter.co.uk/brochures/GreenRoofsOct08.pdf

BMKG (Meteorology, Climatology, and Geophysics – weather station of Blang Bintang, Aceh) 2018

Bullough, J.D; Hickcox, K.S and Narendran, N, “A Method for

Estimating Discomfort Glare from Exterior Lighting Systems,”

ASSIST recommends, vol. 9, no. 1, Apr. 2011

CIBSE A. (2009) Environmental Design, The Chartered Institution of Building Services Engineers London, January 2006 (7th edition)

(23)

85

Designing Buildings (2016), Globe temperature,

Wikihttps://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Globe_tempe rature, 23 Nov 2016

Disbudpar (2015), Mesjid Kuno Indrapuri,

http://disbudpar.acehprov.go.id/mesjid-kuno-indrapuri/

Eldien, H.H.; Al Qahtani, H. (2012), The acoustical performance of

mosques, main prayer hall geometry in the eastern province, Saudi arabia. Société Française d’Acoustique. Acoustics 2012,

Apr 2012, Nantes, France. 2012. <hal-00810652> Falkerson, K. and Cole, K. L (2015), The Living Architecture of

Parking,Part 1,

http://www.greenroofs.com/content/articles/141-Park-Here-Part1.htm#.W3ydMugzbIU

Fatimi, S. Q. (1963), Islam Comes to Malaysia. Edited by Shirle Gordon. Singapore: Malaysian Sociological Research institue Ltd.

Farrag, E, (2017), Architecture of mosques and Islamic centers in

Non-Muslim context, Alexandria Engineering Journal (2017) 56, 613–620

Graaf, H. J. De. “The Origin of Javanese Mosque.’ Journal Southeast Asian History, March, no. 4 (1962)

Hassan, A.S., (2011), Concept of Prostration in Traditional Malay

Mosque Design to the Surrounding Environment with Case Study of Tranquerah Mosque in Malacca, Malaysia. Journal of

Techno-Social, 2011. 2(2).

Hasan, I.(2010), Architecture and the Politics of Identity in Indonesia,

A Study of the Central History of Aceh, PhD Thesis, the

(24)

86

Hasjmy, A; Badruzzaman, I; Mahyuddin, H; Adnan, A; Thamrin, H.M; Soufyan, H; Athailah, Abu Lam U; Talsya, T.A; Syamsuddin, T; Kaoy, I; dan Kasim, J (1995), 50 tahun Aceh membangun.

“Banda Aceh: Majlis ulama indonesia daerah istimewa Aceh

dan Pemerintah Daerah istimewa Aceh

Humphrey, M.A., (1992) Thermal comfort requirements, climate and

energy. Proceedings 2nd WREC Conference. Reading,

Pergamon Press. Pp 1725-1734

Iskandar, T (1959), De Hikayat Atjeh. Nederland: N. V. De Nederlandshe Boek-en Steendrukkerij V. H. H. L Smits, 1959 Kanwil depag prov. Aceh (2009), Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh

Jilid I

Karyono, T.H (2015), Predicting Comfort Temperature in Indonesia, an

Initial Step to Reduce Cooling Energy Consumption, Buildings

2015, 5, 802-813; doi:10.3390/buildings5030802

Kazkaz, M and Pavelek, M (2013), Operative Temperature and Globe

Temperature, Engineering Mechanics, Vol. 20, 2013, No. 3/4,

P. 319–325

Koga, Y; Nakamura, H; Ramli Rahim, M, Goto, K (1993), Daylight

Measurement In Indonesia Part 2. Summary of The Data,

In Journal Of The Illuminating Engineering Institute of Japan. January 1993

Kumparan (2017), Menanti Payung Terkembang Di Masjid

Baiturrahman

https://kumparan.com/nurul-hidayati/menanti-payung-terkembang-di-masjid- baiturrahman

(25)

87

Leigh (1989), Hands of time: The Craft of Aceh. Jakarta: Djambatan, 1989

Long, Marshall. (2006). Architectural Acoustics. Elsevier Academic Press Inc.

Melayuonline, (2016), Masjid Raya Baiturrahman

http://melayuonline.com/ind/history/dig/290/masjid-raya-bai turrahman

Mardhatillah, F (2017), Masjid Raya Baiturrahman Tak Teduh Lagi,

http://www.pikiranmerdeka.co/2017/04/07/masjid-raya-baiturrahman-tak-teduh/

Mariani dan Rauf, N., 2008, Deskripsi Kondisi Akustik Ruang Masjid Al

Markaz Al Islami Makasar, Jurnal SMARTek, Vol. 6 (4),

246-260.

Meuko, N, E (2015), Masjid Indrapuri Aceh, Didirikan di Bekas Kuil

Hindu, https://www.dream.co.id/jejak/masjid-indrapuri-aceh-didirikan-di-bekas-kuil-hindu-150604z.html

Olgyay, V (1963), Design with Climate: Bioclimatic Approach to

Architectural Regionalism, Princeton University Press

Setyadi, A (2016), Masjid Berusia 300 Tahun di Aceh yang Tak Hancur

Dihantam Gempa,

https://travel.detik.com/domestic- destination/d-3373446/masjid-berusia-300-tahun-diaceh-yang-tak-hancur-dihantam-gempa (detiktravel, 2016).

Habil Razali, 2018, Menengok Masjid Indrapuri, masjid bekas candi di

Aceh,

https://www.rappler.com/indonesia/berita/204794-profil-masjid-indrapuri-bekas-candi-aceh

Sangkertadi, S; and Syafriny, R (2014), New Equation for Estimating

(26)

88

European Journal of Sustainable Development (2014), 3, 4, 43-52, ISSN: 2239-5938

Szokolay S. V., (1990) Design and research issues: passive control in

the tropics. Porc. First World Renewable Energy Congress. p

2337-2344, Reading U.K.

Said, M, (1981) Aceh Sepanjang Abad. Jakarta, P.T. Percetakan dan Penerbitan Waspada; Medan; 1981.

Sari, L.H; Yuzni, S.Z; Haiqal, M, Evalina, Z. (2018) A review of spatial

comfort in shophouse in humid tropics, IOP Conference Series:

Materials Science and Engineering 352 (1), 012066

Saeed,S.A.R, (1996), Thermal comfort requirements in hot dry regions

with special reference to Riyadh, Part 2: for Friday prayer,

International Journal of Ambient Energy 17 (1) (1996) 17-21. Szokolay S. V., (1990) Design and Research Issues : Passive Control In

The Tropics. Porc. First World Renewable Enrgy Congress. p

2337-2344, Reading U.K.

Setyadi, A (2016), Masjid Berusia 300 Tahun di Aceh yang Tak Hancur Dihantam Gempa,

https://travel.detik.com/domestic- destination/d-3373446/masjid-berusia-300-tahun-di-aceh-yang-tak-hancur-dihantam-gempa

Soegijanto, 2001, Penelitian Kinerja Akustik Mesjid di Indonesia, Laporan Hasil Penelitian Tahun I Hibah Bersaing Perguruan Tinggi IX, Fakultas Teknologi ITB.

Tribunnews (2019), Masjid Beuracan,

http://aceh.tribunnews.com/2013/07/19/masjid-beuracan.

Temple, Sir Richard Carnac, ed. (1903), A Geographical Account of

Countries Round the Bay of Bengal, 1669-1979 by Thomas

(27)

89

Utami, S.S. 2014. Kualitas Akusti Ruang pada Mesjid Berkarakter

Opening Wall Design (Studi Kasus: Masjid Al Qomar Purwosari Surakarta), Simposium Nasional RAPI XIII - 2014 FT UMS. ISSN

1412-9612

Wicaksono, B. A (2016), Total Ada 64 Masjid Rusak Diguncang Gempa

Pidie Jaya"31 rusak

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/858101-total-ada-64-masjid-rusak-diguncang-gempa-pidie-jaya

(28)

Gambar

Gambar 1.1. Batu nisan Sultan Malik Al-Salih, tertanggal 1297  Sumber: Leigh (1989)
Gambar 4.1. Masjid Raya Baiturrahman saat ini
Gambar 5.1. Masjid Indrapuri saat ini

Referensi

Dokumen terkait

Banyak lokasi wisata yang terdapat di kota ini, meliputi Pantai Cermin Ulee Lheue, pantai Alue Naga, Mesjid Raya Baiturrahman, Gunongan, Kherkoff, Museum Aceh, Pendopo Gubernur,

Perencanaan Pembangunan RKB SMPN 6 Bertingkat Banda Aceh (Rp. 20.440.000)  5 20.440.000,00 Kabupaten Pidie. Jaya Sesuai perencanaan pembangunan gedung paud

Pidie Aceh Utara Aceh Timur Aceh Selatan Aceh Barat Aceh Tengah Aceh Tenggara Aceh Besar Kota Sabang Aceh Singkil Bireuen Simeuleu ta Lhokseumawe Aceh Barat Daya Nagan Raya Aceh

DAERAH PEMILIHAN ACEH BESAR V ( KRUENG BARONA JAYA, KUTA BARO, DARUSSALAM, BAITUSSALAM, MESJID RAYA )..

Peneliti tertarik untuk meneliti ornamen di Masjid Raya Baiturrahman karena ingin menambah pengetahuan masyarakat Aceh khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya tentang

Masjid Raya Baiturrahman dianggap salah satu tempat pernikahan yang menjadi pilihan bagi calon pasangan yang ingin melangsungkan pernikahan, oleh sebagian masyarakat Aceh khususnya

Rasa penasaran yang dimiliki oleh wisatawan terhadap kota Banda beberapa objek wisata yang Aceh seperti keindahan mesjid raya Baiturrahman serta ingin mngetahui peristiwa tsunami

Peruntukan Kawasan Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh dengan tata guna lahan sebagai tempat ibadah dan landmark kota yang juga di- kunjungi oleh masyarakat pada hari