• Tidak ada hasil yang ditemukan

(The effect of cassava meal and lactic acid bacteria isolated from rumen liquid of PO cattle on napier grass silage quality)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(The effect of cassava meal and lactic acid bacteria isolated from rumen liquid of PO cattle on napier grass silage quality)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Agripet Vol 15, No. 1, April 2015

52

Pengaruh Penambahan Tepung Gaplek dan Isolat Bakteri Asam Laktat

dari Cairan Rumen Sapi PO Terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah

(Pennisetum purpureum)

(The effect of cassava meal and lactic acid bacteria isolated from rumen liquid of PO cattle on napier grass silage quality)

Ismail Jasin1 1

Fakultas Peternakan Universitas Darul Ulum Islamic Centre Sudirman GUPPI (UNDARIS)

ABSTRACT The objective of this study was to

evaluate the effect of cassava meal as carbohydrate source and inoculums of lactic acid bacteria incubated from PO cattle’s rumen liquid on the quality of Napier grass (pennisetum purpureum) silages. The research was conducted at Ujung-ujung village Pabelan District Semarang Regency. Feed analysis was carried out in of Biochemical Nutrition, Animal Feed Science, Animal Science Faculty, Gadjah Mada University. This study was assigned into Completely Randomized Design with 4 treatments and 3 replicated. The treatments were

addition of cassava meal and inoculums of lactic acid bacteria level into the Napier grass; 0, 1, 3 and 5% (w/w) and incubated for 30 days. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and the significant effect was tested by Duncans Multiple Range Test. The results showed that the addition of 1 – 5% cassava meal significantly affected (P<0,05) lactic acid content, pH, and NH3 concentration. Should be revised However, among the treatment groups of 1, 3 and 5 % of cassava meal was not significantly (P<0,05) different on the lactic acid content, pH and NH3 concentration.

Keywords : Lactic acid bacteria, cassava meal , napier grass, rumen, silages

2015 Agripet : Vol (15) No. 1 : 52-56

PENDAHULUAN1

Kekurangan hijauan segar sebagai pakan ternak sudah lama dirasakan oleh para peternak. Sering kali peternak menanggulanginya dengan cara memberikan pakan seadanya yang diperoleh dengan mudah dari lingkungan sekitarnya. Pemberian pakan seadanya sangat mempengaruhi produktivitas ternak, terlihat terlambatnya pertumbuhan dan rendahnya penambahan bobot badan bahkan mengalami sakit. Pengawetan hijauan segar yang disebut silase diharapkan dapat mengatasi permasalahan kekurangan hijauan segar terutama pada musim kemarau yang selanjutnya dapat memperbaiki produktivitas ternak. Produktivitas ternak merupakan fungsi dari ketersediaan pakan dan kualitasnya (Leng,1991). Pembuatan silase merupakan salah satu cara yang sangat bermanfaat untuk tetap menggunakan bahan tanaman dengan kualitas nutrisi yang tinggi sebagai pakan ternak disepanjang waktu, tidak hanya untuk

Corresponding author :ismail_jasin@ymail.com

waktu musim kemarau (Ohmono et al., 2002). Ketersediaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya suhu harian, iklim, dan ketersediaan air tanah. Faktor tersebut sangat mempengaruhi ketersediaan hijauan pakan ternak yang diharapkan kontinyu sepanjang tahun (Ridwan dan Widyastuti,2003)

Teknologi pembuatan silase sudah lama dikenal dan berkembang dengan pesat di negara yang mengalami musim dingin. Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan yang dilakukan oleh bakteri asam laktat secara anaerob. Bakteri asam laktat akan menggunakan karbohidrat yang terlarut dalam air dan menghasilkan asam laktat. Asam ini akan berperan dalam penurunan pH silase (Ennahar, et al., 2003). Selama proses fermentasi asam laktat yang dihasilkan akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghindarkan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Bakteri asam laktat dapat diharapkan secara otomatis tumbuh dan berkembang pada saat dilakukan fermentasi secara alami, tetapi untuk menghindari kegagalan fermentasi dianjurkan untuk

(2)

Pengaruh Penambahan Tepung Gaplek dan Isolat Bakteri Asam Laktat dari Cairan Rumen Sapi PO Terhadap… (Dr. Ir. Ismail Jasin, MS)

53 melakukan penambahan inokulum bakteri

asam laktat yang homofermentatif, agar terjamin berlangsungnya fermentasi asam laktat. Inokulum bakteri asam laktat merupakan aditif yang paling populer dibandingkan asam, enzim, dan sumber karbohidrat lainnya (Bolsen et al., 1995). Bahkan inokulum silase dapat juga sebagai probiotik karena sifatnya masih dapat hidup sampai bagian lambung utama dari ruminansia yaitu rumen (Weimberg et al., 2004)

Keberhasilan pembuatan silase dipengaruhi oleh kadar air hijauan yang digunakan, kadar gula terlarut (karbohidrat siap pakai), jumlah bakteri penghasil asam laktat, dan kadar oksigen. Kurangnya kadar gula terlarut dalam proses ensilase menyebabkan bakteri asam laktat kekurangan asupan energi untuk melakukan aktivitasnya, sehingga bakteri asam laktat akan menggunakan zat-zat lain yang terkandung dalam hijauan yang memungkinkan digunakan sebagai sumber energi yang menyebabkan berkuranngnya nilai nutrisi hijauan tersebut. Untuk menjamin ketersediaan gula terlarut yang menjamin keberhasilan proses ensilase perlu dilakukan penambahan bahan aditif.

Gaplek merupakan salah satu bahan aditif ditambahkan dalam bahan pakan yang akan disilase dapat mempercepat penurunan pH karena gaplek menyediakan karbohidrat yang tinggi yang digunakan oleh bakteri asam laktat sebagai energi dalam pembentukan asam laktat (Susetyo et al.(1969). Berdasarkan hal tersebut di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung gaplek dan isolat bakteri asam laktat dari cairan rumen sapi PO terhadap kualitas silase rumput gajah.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini telah dilakukan di Desa Ujung-ujung Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah selama 6 bulan. Analisa kandungan zat makanan dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: rumput gajah yang ditanam di kebun kelompok tani ternak Sumber Urip Desa Ujung-ujung Kabupaten Semarang

Provinsi Jawa Tengah, tepung gaplek yang digunakan berasal dari Desa Pondong Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, inokulum bakteri asam lakat diperoleh dari hasil isolasi, identifikasi bakteri asam laktat dari cairan rumen sapi PO (Jasin et al., 2012). Penelitian ini menggunakan alat-alat terdiri dari : 2 buah sabit sebagai alat pencacah rumput, 1 buah timbangan kapasitas 5 kg. kantong plastik sebagai silo

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 macam perlakuan yaitu:

T0: Silase rumput gajah tanpa penambahan tepung gaplek 0% dan inokulum bakteri asam laktat 10 cfu/g hijauan s(kontrol) T2: Silase rumput gajah dengan penambahan

tepung gaplek 1%, dan inokulum bakteri asam laktat 106cfu/g hijauan

T 3: Silase rumput gajah dengan penambahan tepung gaplek 3%, dan inokulum bakteri asam laktat 106cfu/g hijauan

T4: Silase rumput gajah dengan perlakuan tepung gaplek 5%, dan inokulum bakteri asam laktat 106cfu/g hijauan

Pengolahan data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian (ANOVA), bila terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncans Multiple Range Test) dengan derajat kepercayaan 95% (Kusriningrum, 2010)

Pembuatan Silase

Rumput gajah dipotong=potong menjadi ukuran 3-5 cm, dan kemudian yang dilayukan selama 4 jam (Ridwan dan Widyastuti, 2003). Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini dengan beberapa penambahan level tepung gaplek (0%,1%, 3%, dan 5%). Rumput gajah yang telah dicampur rata dengan tepung gaplek kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik sebagai silo sambil ditambahkan inokulum bakteri asam laktat 106cfu/g hijauan (Weimberg et al., 2003). Selanjutnya silase rumput gajah tersebut diinkubasi selama 30 hari pada suhu ruangan. Masing-masing perlakuan mempunyai tiga kali

(3)

Agripet Vol 15, No. 1, April 2015

54 ulangan. Parameter yang diamati dalam

penelitian ini adalah: Kandungan asam laktat diukur dengan menggunakan metode Cappucino dan Natalie (1991), derajat keasaman (pH) diukur dengan menggunakan metode Dairy One (2007), kandungan NH3 diukur dengan menggunakan metode Mikrodifusi Conway (AOAC ,1990)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Asam Laktat

Nilai rata-rata kandungan asam laktat masing-masing perlakuan penambahan tepung gaplek pada proses ensilase rumput gajah disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata kandungan asam laktat silase rumput gajah pada semua perlakuan berada pada kisaran yang baik sesuai standar analisis untuk silase rumput gajah (Evans, 2004) bahwa silase yang baik mengandung asam laktat 2-20% dari bahan kering. Dengan demikian, jika dilihat dari nilai kandungan asam laktat, perlakuan (T3) dengan penambahan 5% tepung gaplek menghasilkan kandungan asam laktat yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan T0 (0% tepung gaplek). Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan karbohidrat terlarut yang tinggi merangsang terjadinya fermentasi yang menghasilkan asam laktat.

Gambar 1. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan asam laktat silase rumput gajah

Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tambahan tepung gaplek terhadap kandungan asam laktat silase rumput gajah, dengan uji Duncan terlihat bahwa kandungan asam laktat pada perlakuan T3 nyata lebih tinggi daripada perlakuan T0,

T1, dan T2.Hal ini berarti penambahan tepung gaplek 5% mampu memberikan sumbangan karbohidrat terlarut dan nutrisi yang cukup bagi perkembangan bakteri asam laktat untuk memproduksi asam laktat.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan NH3

Nilai rata-rata kandungan NH3 masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 2 Gambar 2. tersebut memperlihatkan bahwa nilai rata-rata NH3 silase rumput gajah dengan penambahan tepung gaplek berkisar antara 4,01 nM/g BK (T3) sampai dengan 7,15 nM/g BK (T0). Berdasarkan analisa ragam terdapat pengaruh penambahan tepung gaplek terhadap kandungan NH3 (P<0,05)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan T0 memiliki kandungan NH3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan T1, T2, dan T3. Hal ini diduga karena kandungan asam laktat yang dihasilkan pada perlakuan T0 cukup rendah dan pH cukup tinggi sehingga suasana asam tidak tercapai dan menyebabkan terjadinya proses diaminasi protein oleh bakteri yang bersifat proteolitik sehingga akan menguraikan asam organik menjadi ammonia. Hal ini sejalan dengan pendapat McDonald et al., (2002) yang menyatakan bahwa pemecahan asam amino dan pembentukan amonia sebagian besar dilakukan oleh bakteri Clostridium. Pada fermentasi ini asam laktat dipecah menjadi asam butirat, selain itu juga terjadi diaminasi dan dekarboksilasi asam amino membentuk ammonia (NH3) Tetapi antara perlakuan tidak terdapat perbedaan kandungan NH3.

Rataan kandungan NH3 silase rumput gajah berkisar antara 3,10 nM/g BK sampai 6,65 Nm/g BK. Semakin tinggi level penambahan tepung gaplek maka semakin rendah pula kandungan NH3. Hal ini dikarenakan asam laktat yang dihasilkan pada penambahan level tepung gaplek semakin meningkat sedangkan pH yang dihasilkan semakin rendah. Artinya kandungan karbohidrat terlarut yang terkandung dalam tepung gaplek mampu menstimulir pertumbuhan bakteri asam laktat untuk mencapai kondisi asam. Hal ini sejalan dengan pendapat Heat et al., (1973), menyatakan

(4)

Pengaruh Penambahan Tepung Gaplek dan Isolat Bakteri Asam Laktat dari Cairan Rumen Sapi PO Terhadap… (Dr. Ir. Ismail Jasin, MS)

55 bahwa lebih banyak sumber karbohidrat

terlarut yang tersedia akan mempermudah proses fermentasi, menambah keasaman dan cenderung mengurangi kerusakan protein.

Gambar 2. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan NH3 silase rumput gajah

Pengaruh Perlakuan Terhadap Derajat Keasaman (pH )

Nilai rata-rata derajat keasaman masing-masing perlakuan tepung gaplek pada proses ensilase rumput gajah disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. tersebut memperlihatkan bahwa nilai rata-rata derajat keasaman rumput gajah dengan penambahan tepung gaplek, berkisar antara 3,81 (T1) sampai dengan 4,95 (T0). Rendahnya nilai derajat keasaman silase yang dihasilkan menunjukkan bahwa asam laktat dan asam organik lainya yang dihasilkan cukup banyak, sehingga mampu menurunkan derajat keasaman silase

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung gaplek memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pH silase rumput gajah. pH silase yang tidak mendapat tambahan tepung gaplek (perlakuan T0) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan yang mendapat tambahan tepung gaplek sedangkan antara T1,T2, dan T3 tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Semakin tinggi penambahan tepung gaplek maka semakin rendah rata-rata pH silase rumput gajah. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung gaplek pada proses ensilase rumput gajah mampu memberikan kondisi yang layak bagi perkembangan bakteri pembentuk asam laktat sehingga pH menjadi cepat turun. Hal ini sejalan dengan pendapat Perry et al., (2003), menyatakan bahwa penambahan bahan kaya akan karbohidrat

dapat mempercepat penurunan pH silase karena karbohidrat merupakan energi bagi bakteri pembentuk asam laktat.

Rata-rata derajat keasaman (pH) silase rumput gajah berkisar antara 3,61 sampai 4,85.menghasilkan silase yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Skerman dan Riveros (1990), menyatakan bahwa silase yang baik mempunyai nilai derajat keasaman <4,2. Rendahnya nilai derajat keasaman (pH) silase rumput gajah yang dihasilkan menunjukkan bahwa asam laktat dan asam organik lain yang dihasilkan cukup banyak, sehingga mampu menurunkan derajat keasaman silase.

Gambar 3. Pengaruh perlakuan terhadap derajat keasaman (pH) silase rumput gajah.

KESIMPULAN

Penggunaan aditif tepung gaplek pada pembuatan silase rumput gajah dengan berbagai level tepung gaplek dengan penambahan isolate bakteri asam laktat dari cairan rumen sapi PO memberikan pengaruh terhadap beberapa parameter kualitas silase. Level tepung gaplek memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap penurunan pH, kandungan NH3 dan peningkatan kandungan asam laktat (tepung gaplek 5%)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang telah mendanai penelitian ini melalui proyek Kegiatan Program Penerapan dan Pengembangan Desa Vokasi Tahun 2012

(5)

Agripet Vol 15, No. 1, April 2015

56 DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1990. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemists,15th ed. Washington, DC., USA.

Bolsen, K.K., M Ashbell, G., dan Wilkinnson, M., 1995. Silage Aditifs in Biotechnology in Animal Feeding. R.J. Wallace & A. Chesson (Eds). VCH, Weinheim.

Cappucino, J.G and Natalie. S, 1991. Microbiology; A Laboratory Manual. Rockland Community College State University of New York.

Dairy One. 2007. Dairy One Forage Lab

Analytical Procedures

http://www.Dairyone.com/Forage/Proc edures/default.html).[ Agustus 2013] Ennahar. S., Cai, Y. and Fujita. Y., 2003.

Phylogenetic diversity of lactic acid bacteria associated with paddy rice silage as determined by 16S ribosomal DNA analysis. Journal of Applied and Enviromental Microbiology 69 (1): 444-451.

Heath, M.E., Metcalf, D.S. and R.F. Barnes. 1973. Forages. The Science of Grassland Agriculture, 3rd Ed. The Iowa State University Press. USA.p. 5-12,556-566.

Jasin. I., Sugiyono., Sriwahyuni. 2012. Isolation And Identification Of Acid Lactic Bacteria From PO Cattles Gastric Fluid As Apotential Candidate Biopreservative Preeseding International seminar 4th-6th September 2013. Faculty of Veterinary Medical Airlangga University Surabaya.

Kusriningrum, R.S, 2010. Perancangan Percobaan Cetakan kedua. Airlangga University Press. Surabaya

Leng, R.A., 1991. Application Of Biotechnology To Nutrition Of Animals In Developing Countries. FAO Animal Production and Health Paper No 90, Rome Italy

McDonald, P., Edwards, R.A., Greenhalgh, J.F.D. and Morgan, C.A., 2002. Animal Nutrition, 6th Ed. Prentice Hall, London.

Ohmono, S., Tanaka, O., Kitamoto, H.K. and Cai, Y., 2002. Silage and microbial performance, old story but new problems. JARQ 36: 59 – 71.

Ridwan, R. dan Widyastuti, Y., 2003. Manual Pengawetan HMT (Hijauan Makanan Ternak) Dengan Inokulum Bakteri Asam Laktat. Puslit Bioteknologi-LIPI. Cibinong, Bogor

Susetyo, Kismono dan Soewardi, B., 1969. Hijauan Makanan Ternak, Direktorat Peternakan Rakyat Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.

Skerman, P.J., Riveros. F., 1990. Tropical Grasses. FAO Plant Production Series (23). Food and Agriculture Of The United Nation, Roma.

Weinberg, Z.G., Muck, R.E., Weimer, P.J., Chen, Y. dan Gamburg, M., 2003. Lactic Acid Bacteria Used In Inaculants For Silage As Probiotics For Ruminants. Journal of Applied Biochemistry Biotechnology. 118:1-10

Gambar

Gambar  1.  Pengaruh perlakuan terhadap  kandungan  asam  laktat   silase rumput gajah
Gambar  3.  Pengaruh  perlakuan  terhadap  derajat  keasaman  (pH)     silase rumput gajah

Referensi

Dokumen terkait

40 sudah menikah pernah tenaga kesehatan tidak SD Wiraswasta 58 dewasa tengah Sukoharjo 12 sedang 41 belum menikah belum pernah vertigo diri sendiri SMP Pelajar 16 remaja Donoharjo

ascender huruf Kagana adalah keunikan yang dimunculkan mengambil bentuk dari ascender aksara Sunda, sedangkan pemilihan lebar glyph yang sama mer- upakan representasi

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang Shaleh, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka

Manajer yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran diharapkan mempunyai komitmen yang lebih baik terhadap organisasi yaitu merasa sebagai bagian penting dari organisasi,

Perbaikan komunikasi internal oleh management representative , perbaikan dokumen tanggung jawab dan wewenang oleh manajer HRD, melakukan tinjauan manajemen dilakukan

Idea VIF ini berlaku sekiranya R 2 daripada regresi bantuan adalah tinggi, maka varian pekali kecerunan juga akan tinggi di mana akan wujud multi-k yang serius sekiranya

Kebudayaan Melayu Riau yang dibahas dalam penelitian ini tidak terlepas dari pandangan hidup, kesenian, sastra, kuliner, upacara adat, peralatan (teknologi),

Karakter berikutnya yang diuji adalah ikatan senyawa dengan protein plasma, hal ini dilakukan untuk sediaan yang akan diberikan secara intra-vena untuk mengetahui