• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN NGAGLIK, SLEMAN, DIY MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN NGAGLIK, SLEMAN, DIY MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN NGAGLIK, SLEMAN, DIY

MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Cicilia Yunilitaayu Sumarno NIM : 088114131

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv HALAMAN PERSEMBAHAN

Dalam setiap perjuangan,

tidak ada peluh yang tertumpah sia-

sia…

Dengan semangat membara,

kita akan menjadi JUARA!!!

Yogyakarta, 8 November 2011

(5)
(6)

vi PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

“PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN

NGAGLIK, SLEMAN, DIY MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA

TAHUN 2011”, sesuai waktunya.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut serta membantu penulis menyelesaikan karya ini.

1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, Apt., M. Kes., Ph. D., selaku dosen pembimbing, untuk saran, kritik, dan koreksi demi selesainya skripsi ini.

2. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., dan Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen penguji.

3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Ign. Y. Kristio, M. Si., Apt., atas konsultasi mengenai statistik dan pemeriksaan mendalam tentang data dalam skripsi ini.

(7)

vii

6. Para lelaki, abang dan adek penulis, Alexander Arie Sanata Dharma S., S.Farm., Apt., untuk bantuan selama proses penyusunan skripsi ini, untuk ilmu, pengalaman sebagai sesama FKK, pembelajaran yang diberikan, dan pemahaman bahwa lulus 4 tahun bukanlah aib. Benydictus S. M. S., S.Pd, untuk semangat yang tak pernah habis. Daniel Dimays S., untuk doa dan hiburan di kala bosan setiap minggu ke-dua di suatu seminari di Magelang.

7. Mbah Putri E. Tumiyem, yang bersedia diganggu tidur siangnya oleh penulis sebelum mengambil data, untuk doa dan nasihat, mengingatkan perjuangan orang tua penulis di tanah seberang.

8. Ompung Boru, Ompung Doli, dan Mbah Kakung di surga, yang mengantarkan doa, harapan, dan air mata penulis kepada Dia.

9. Jajaran aparat pemerintahan mulai dari BAPPEDA, Kecamatan, khususnya Kecamatan Ngaglik, Kelurahan, Dukuh, RW, dan RT, PKK, Dasa Wisma, SMA N 1 Kayunan, atas izin yang diberikan untuk penelitian selama pembuatan skripsi ini.

10.Seluruh responden yang bersedia meluangkan waktunya untuk pengisian kuisioner, dan paham betul arti penting jawaban tersebut bagi penulis.

11.Keluarga CERIA, Mbak Siwi, Kak Mika, Oktin, Lia, Tere, Renata, Adel, Lulik, Meri, Okvi, Putri, Esti, dan Tyas.

(8)

viii

diusik, dicela, untuk photo session, untuk jalan-jalan berkesan, dan untuk candaan yang sungguh menguatkan penulis untuk segera menyelesaikan karya ini.

13.Michael Dani G., untuk senyum, tawa, cinta, dan semangat, terjemahan abstrak (tentu saja), juga untuk saling menegur bila ada salah satu yang nyaris melupakan tugas utama, bahwa kita di sini untuk masa depan.

14.Tongkol Mania: Engkong Jono, Ivon, Carol, Vivi Fat, Koko Lius, Aben, Adek Acik, Aga, Arum, Dini. Keluarga Djuminten, teman-teman Farmasi C 2008 dan FKK B 2008, untuk perjuangan bersama dan gelar supporter terbaik yang memang layak untuk kita.

15.Teman-teman seperjuangan skripsi: Aben, Dini, Evi, dan Kiki.

16.Mas Narto dan Mas Dwi yang tidak bosan ditodong surat oleh penulis dan tim skripsi demi kelancaran penelitian.

(9)

ix

18.Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang turut andil membantu penulis dalam menyelesaikan karya ini, menyemangati penulis untuk segera menuntaskan tanggung jawab akademis ini.

Penulis menyadari bahwa karya penulis masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini memberi sumbangsih bagi dunia pendidikan, terutama dunia kefarmasian. Terimakasih.

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

INTISARI ... xxii

ABSTRACT ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan Masalah ... 3

2. Keaslian Penelitian ... 4

3. Manfaat Penelitian ... 6

(12)

xii

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 8

A. Pengetahuan ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Tingkatan Pengetahuan ... 9

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10

4. Perkembangan Pengetahun Kognitif ... 12

5. Pengetahuan dan Sumber Informasi... 13

B. Sikap... 14

1. Pengertian ... 14

2. Fungsi Sikap ... 15

3. Hal-hal yang Mempengaruhi Sikap ... 16

C. Kista Endometrium ... 18

1. Pengertian ... 18

2. Epidemiologi dan Etiologi ... 19

3. Patofisiologi ... 21

4. Faktor Risiko ... 22

5. Gejala... 23

6. Tata Laksana ... 24

(13)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 27

1. Variabel ... 27

2. Definisi Operasional ... 28

C. Subyek Penelitian ... 29

D. Sampling... 30

E. Instrumen Penelitian ... 31

F. Waktu Penelitian ... 32

G. Tata Cara Penelitian ... 32

1. Penentuan Lokasi ... 32

2. Pengurusan Izin Penelitian ... 34

3. Pembuatan Instrumen penelitian ... 34

4. Sampling ... 37

5. Pengambilan Data ... 38

6. Pengolahan Data ... 39

H.Analisis Hasil Penelitian ... 39

I. Kelemahan ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Katakteristik Demografi Responden ... 42

(14)

xiv

C. Sikap Responden Terhadap Kista Endometrium ... 57

D. Jenis Informasi yang Dibutuhkan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Desa yang ada di Kecamatan Ngaglik ... 33

Tabel II. Pernyataan favourable dan unfavourable untuk bagian pengetahuan dan bagian sikap ... 35

Tabel III. Jumlah dan distribusi sampel di tiap desa ... 38

Tabel IV. Jumlah dan persentase (%) responden berdasarkan usia ... 43

Tabel V. Perbandingan pengetahuan responden sesuai kelompok usia ... 50

Tabel VI. Perbandingan pengetahuan responden sesuai status pernikahan . 51 Tabel VII. Perbandingan pengetahuan responden sesuai status pekerjaan ... 51

Tabel VIII. Perbandingan pengetahuan responden sesuai status tingkat pendidikan... 52

Tabel IX. Perbandingan pengetahuan responden sesuai pengalaman mendapat informasi ... 54

Tabel X. Tingkat pengetahuan responden dengan riwayat penyakit kista dan penyakit sejenis ... 54

Tabel XI. Perbandingan pengetahuan responden sesuai status riwayat penyakit ... 55

Tabel XII. Perbandingan pengetahuan responden sesuai asal desa ... 57

(16)

xvi

Tabel XIV. Perbandingan sikap responden sesuai kelompok usia ... 59 Tabel XV. Perbandingan sikap responden sesuai status pernikahan ... 60 Tabel XVI. Perbandingan sikap responden sesuai status pekerjaan ... 61 Tabel XVII. Perbandingan sikap responden sesuai status tingkat pendidikan 62 Tabel XVIII. Perbandingan sikap responden sesuai status pengalaman

mendapatkan informasi ... 63 Tabel XIX. Perbandingan sikap responden sesuai status riwayat

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi umum terbentuknya lesi endometriosis ... 18 Gambar 2. Kista coklat ... 19 Gambar 3. Distribusi sampel tiap desa ... 38 Gambar 4. Perbandingan jumlah responden berdasarkan status pernikahan

di Kecamatan Ngaglik tahun 2011 ... 43 Gambar 5. Perbandingan jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan

di Kecamatan Ngaglik tahun 2011 ... 44 Gambar 6. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan

di Kecamatan Ngaglik tahun 2011 ... 45 Gambar 7. Perbandingan jumlah responden berdasarkan pengalaman

mendapat informasi di Kecamatan Ngaglik tahun 2011 ... 45 Gambar 8. Perbandingan jumlah responden berdasarkan sumber informasi

yang diperoleh di Kecamatan Ngaglik tahun 2011... 47 Gambar 9. Perbandingan jumlah responden berdasarkan riwayat penyakit

di Kecamatan Ngaglik tahun 2011 ... 48 Gambar 10. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan

mengenai kista endometrium

(18)

xviii

Gambar 12. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat sikap terhadap kista endometrium

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data rawat inap pasien endometriosis tahun 2005-2011

dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY ... 73

Lampiran 2. Rekapitulasi hasil pendataan keluarga Kecamatan Ngaglik ... 77

Lampiran 3. Surat izin BAPPEDA ... 78

Lampiran 4. Surat izin melakukan penelitian di Kecamatan Ngaglik ... 79

Lampiran 5. Surat izin melakukan penelitian di Desa Donoharjo ... 80

Lampiran 6. Surat izin melakukan penelitian di Desa Minomartani ... 81

Lampiran 7. Surat izin melakukan penelitian di Desa Sardonoharjo ... 82

Lampiran 8. Surat izin melakukan penelitian di Desa Sariharjo ... 83

Lampiran 9. Surat izin melakukan penelitian di Desa Sinduharjo ... 84

Lampiran 10. Surat izin konsultasi kuisioner... 85

Lampiran 11. Kuisioner penelitian ... 86

Lampiran 12. Uji reliabilitas ... 90

Lampiran 13. Data skor pengetahuan responden ... 92

Lampiran 14. Uji normalitas skor pengetahuan ... 94

Lampiran 15. Hasil uji Kruskal-Wallis usia responden dengan tingkat pengetahuan ... 96

(20)

xx

Lampiran 17. Hasil uji Mann-Whitney pekerjaan responden dengan

tingkat pengetahuan ... 98 Lampiran 18. Hasil uji Kruskal Wallis tingkat pendidikan responden

dengan tingkat pengetahuan ... 99 Lampiran 19. Hasil uji Mann-Whitney pengalaman responden mendapatkan

informasi dengan tingkat pengetahuan ... 100 Lampiran 20. Hasil uji Mann-Whitney riwayat penyakit responden dengan

tingkat pengetahuan ... 101 Lampiran 21. Hasil uji Kruskal Wallis asal desa responden dengan

tingkat pengetahuan ... 102 Lampiran 22. Data skor sikap responden... 103 Lampiran 23. Uji normalitas skor sikap ... 105 Lampiran 24. Hasil uji Kruskal Wallis usia responden dengan tingkat sikap .. 107 Lampiran 25. Hasil uji Mann-Whitney status pernikahan responden dengan

tingkat sikap ... 108 Lampiran 26. Hasil uji Mann-Whitney pekerjaan responden

dengan tingkat sikap ... 109 Lampiran 27. Hasil uji Kruskal Wallis tingkat pendidikan responden dengan

tingkat sikap ... 110 Lampiran 28. Hasil uji Mann-Whitney pengalaman responden mendapatkan

(21)

xxi

Lampiran 29. Hasil uji Mann-Whitney riwayat penyakit responden dengan

tingkat sikap ... 112 Lampiran 30. Hasil uji Kruskal Wallis asal desa responden

(22)

xxii INTISARI

Kesehatan organ reproduktif wanita merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Salah satu hal yang bisa mengganggu produktifitas wanita adalah penyakit kista endometrium. Untuk dapat mencegah terjadinya kista endometrium, diperlukan pengetahuan dan sikap yang cukup baik mengenai penyakit tersebut sehingga wanita usia produktif dapat melakukan tindakan preventif yang tepat. Pengetahuan seseorang dipengaruhi antara lain, sosial ekonomi, kultur, pendidikan, dan pengalaman, sementara sikap berkaitan dengan opini dan nilai. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengetahuan dan sikap wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta terhadap kista endometrium.

Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan menggunakan kuisioner kepada 100 responden yang dipilih secara purposive di seluruh Kecamatan Ngaglik. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan 45% responden sudah pernah mendapatkan informasi dan 55 % responden belum pernah mendapatkan informasi, dengan tingkat pengetahuan 1% tinggi, 39% sedang, dan 60% rendah, dan tingkat sikap 82% baik dan 18% sedang. Jenis informasi yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap terkait kista endometrium adalah pengetahuan dan informasi mengenai pengertian, etiologi, faktor risiko, dampak, upaya pencegahan, dan upaya pengatasan kista endometrium.

(23)

xxiii ABSTRACT

Health of women’s reproductive is very important to be maintained in order to improve the quality of life. One thing that could interfere with the women’s productivity is endometrium cyst. To prevent the occurrence of endometrium cyst, required knowledge and good attitude about the disease so that premenopausal women might take appropriate preventive measures. Knowledge is influenced such as socio-economic, cultural, education, and experience, while the attitudes are related to opinions and values. This study was conducted to measure knowledge and attitude of premenopausal women in Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta on endometrium cyst.

This study is an observational study with a descriptive research design. The study was conducted by using questionnaires to 100 respondents purposively selected throughout Kecamatan Ngaglik. Data analysis was performed by using descriptive statistics.

Results of the study was showed that 45 % of respondents had ever received information and 55 % of respondents had not received information, with the level of knowledge, 1 % high, 39% moderate, and 60% low, and the level of attitude, 82 % good and 18 % moderate. The type of information needed to improve knowledge and attitude related to endometrium cyst is knowledge and information about understanding, etiology, risk factors, impacts, prevention, and efforts to overcome the endometrium cyst.

Conclusion of this study is the need for increased knowledge and attitude of premenopausal women in Kecamatan Ngaglik on endometrium cyst.

(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam aspek kesehatan organ reproduksi, wanita mempunyai keunikan dan kodrat alamiah yang harus dirawat baik-baik. Pemahaman terhadap kesehatan organ reproduksi wanita menyangkut masalah pemberdayaan perempuan dan pemahaman tentang kesetaraan gender. Wanita harus peka dan peduli terhadap keluhan organ reproduksinya. Apabila ditemukan adanya tanda-tanda gangguan, maka harus diperiksa dan dipastikan sesegera mungkin (Sudayasa, 2010).

Kesehatan organ reproduktif wanita merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga. Apabila organ reproduktif wanita dijaga dengan baik, maka kesehatan dan kualitas hidup akan tetap terjaga pula. Dengan kesehatan dan kualitas hidup yang terjaga dapat meningkatkan produktifitas wanita. Ada beberapa hal yang bisa mengganggu produktifitas wanita, di antaranya adalah penyakit kista endometrium. Hal ini dikarenakan gejala kista endometrium seperti nyeri di area pelvis yang mengganggu saat tengah beraktivitas. Selain itu, kista endometrium yang pecah dapat menimbulkan nyeri yang hebat sehingga mengganggu aktivitas. Kista berukuran besar (>4cm) dapat menyebabkan munculnya penyakit lain seperti gangguan saluran kemih dan gangguan pada kolon (Usodo, Dasuki, dan Anwar 2002; Alford, Taylor, dan DeCherney, 2010).

(25)

tahun 2009 terdapat 4.400 kasus penyakit kista endometrium dengan 720 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini di Kanada. Kebanyakan wanita usia produktif (72%) mempunyai kista endometrium stage 1 saat didiagnosa (Leyland, Wolfman, Heywood, Singh, Rittenberg, Soucy, et.al., 2010).

Kista endometrium termasuk penyakit progresif yang menyerang 5%-10% wanita usia reproduksi dan lebih dari 30% pada wanita yang mengalami infertilitas. Insiden pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometrium sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas primer ditemukan endometrium sebanyak 25%. Diperkirakan, prevalensi endometrium ini akan meningkat setiap tahunnya (Rambulagi, 2002; Andriana, 2006).

(26)

Data statistik dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2005 menunjukkan angka kejadian kista endometrium di Kabupaten Sleman yang cukup tinggi (324 kejadian), terutama pada usia produktif (15-59 tahun). Angka ini mengalami perubahan yang signifikan, yaitu adanya penurunan dan kenaikan angka kejadian untuk kelompok usia tertentu tiap tahunnya dan tetap ditemukan adanya kasus baru kista endometrium yang memerlukan rawat inap di rumah sakit (Dinkes, 2011).

Mengetahui adanya berbagai dampak baik klinis terkait produktifitas wanita maupun dampak ekonomi terkait biaya yang diperlukan untuk proses penyembuhan dan perawatan yang dapat ditimbulkan oleh kista endometrium, maka kesadaran masyarakat akan bahaya dari penyakit ini harus ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai apabila tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terutama wanita usia produktif terhadap penyakit ini dapat diketahui. Harapannya, hal ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan tindakan preventif untuk menurunkan risiko terjadinya kista endometrium.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diangkat adalah:

(27)

b. Seperti apakah tingkat pengetahuan wanita usia produktif tentang kista endometrium di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta?

c. Seperti apakah sikap wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik terhadap kista endometrium?

d. Jenis informasi apa sajakah yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik mengenai kista endometrium?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, penulis menemukan beberapa penelitian yang terkait dengan tingkat pemahaman terhadap kista endometrium:

(28)

b. Genetic Epidemiology of Endometrium oleh Rambulagi (2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran faktor genetik dalam menimbulkan penyakit endometrium. Hal ini untuk memperkuat adanya faktor keturunan dalam penyakit kista endometrium. Hasil penelitian ini adalah faktor genetik berperan dalam timbulnya kista endometrium. Hal ini terbukti dengan ditemukannya kejadian kista endometrium pada wanita generasi pertama. Perbedaannya adalah populasi penelitian ini adalah wanita yang memiliki hubungan saudara, baik kakak beradik maupun kembar monozigot dan dizigot, sementara populasi dari penelitian yang akan dilakukan adalah seluruh wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik, Sleman, DIY, baik yang bersaudara maupun tidak.

(29)

d. Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif di Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, DIY Mengenai Kista Endometrium pada Tahun 2011 oleh Kristanti (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan cara mengukur secara statistik mengenai pengetahuan dan sikap wanita usia produktif di Kecamatan Berbah mengenai kista endometrium. Data pada penelitian ini diperoleh dengan pendekatan kuantitatif menggunakan kuisioner dan diolah secara statistik. Hasil pada penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan mayoritas adalah rendah sementara sikap mayoritas adalah baik. Perbedaannya adalah lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Berbah, sementara penelitian yang akan dilakukan berlokasi di Kecamatan Ngaglik.

3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan metode pengukuran pengetahuan, sikap, serta identifikasi informasi yang dibutuhkan peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa.

(30)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan identifikasi jenis informasi yang diperlukan wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik terhadap penyakit kista endometrium.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan gambaran profil karakteristik demografi wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik.

b. Mengukur tingkat pengetahuan wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik mengenai kista endometrium.

c. Mengukur sikap wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik terhadap kista endometrium.

(31)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian

Secara terminologi, pengetahuan atau epistemologi berarti perkataan, pikiran, dan percakapan mengenai hal-hal terkait keilmuan. Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui dan disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui manusia melalui pengamatan inderawi. Hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan melalui panca inderanya terhadap suatu objek tertentu. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah hasil usaha atau hasil tahu, yang bersumber dari kehendak/ kemauan kodrati manusia yang menimbulkan dorongan dan rasa ingin tahu untuk memahami suatu objek (Widi, 2009; Suhartono, 2008; Surajiyo, 2007).

Umumnya, pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan

(32)

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk suatu persepsi seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin baik menafsirkan sesuatu (Fitriani, 2011).

Pengetahuan dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Fitriani, 2011).

Tingkatan awal dari pengetahuan adalah tahu di mana seseorang dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkatan tahu mencakup mengingat kembali (recall) dari sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari sebelumnya. Selanjutnya adalah memahami yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang dikatakan paham apabila mampu menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya mengenai objek yang dipelajari (Fitriani, 2011).

(33)

dikatakan mampu melakukan analisis dilihat dari kemampuannya dalam menggunakan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya (Fitriani, 2011).

Tingkatan selanjutnya adalah sintesis yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dapat dikatakan sintesis adalah kemampuan seseorang untuk menyusun formula yang baru berdasarkan formula-formula yang ada. Kegiatan yang termasuk dalam tingkatan sintesis adalah menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada. Tingkatan terakhir adalah evaluasi yaitu kemampuan seseorang dalam melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pada tingkatan inilah pengukuran pengetahuan dilakukan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang diukur dari objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur (Fitriani, 2011).

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, media massa/ informasi, sosial ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia (Erfandi, 2009).

(34)

memiliki pengetahuan yang rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak dari pendidikan formal saja, tapi juga dari pendidikan non formal. Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat menghasilkan perubahan ataupun peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi menyebabkan berkembangnya sarana komunikasi dan berbagai bentuk media massa sehingga memberi pengaruh terhadap terbentuknya opini dan kepercayaan seseorang (Erfandi, 2009).

Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini terkait tingkat pendidikan yang mampu dicapai dan jaminan ketersediaan fasilitas dalam memperoleh informasi. Kondisi ini dapat didukung dengan situasi lingkungan yang baik pula. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang tinggal dalam lingkungan tersebut. Proses interaksi timbal balik ataupun yang tidak, akan direspon sebagai pengetahuan (Erfandi, 2009).

(35)

4. Perkembangan Pengetahuan Kognitif

Pengetahuan merupakan hasil pemikiran seseorang yang berkembang sesuai bertambahnya usia. Pada fase usia remaja mulai terbentuk proses pemikiran operasional yang sifatnya lebih abstrak daripada pemikiran seorang anak. Pemikiran abstrak cenderung idealis dan disertai cara berpikir yang lebih logis. Pemikiran operasional formal akan didominasi oleh proses asimilasi, yaitu penggabungan informasi yang baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Pada akhirnya, remaja mencapai keseimbangan intelektual di mana individu tersebut mengakomodasikan (menyesuaikan diri dengan informasi baru) suatu pergolakan kognitif (Santrock, 2002).

Setelah melewati fase remaja, seseorang akan memasuki fase dewasa awal atau dalam bahasa awam disebut masa muda, yaitu periode transisi antara masa remaja dengan masa dewasa yang merupakan perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi yang sementara. Pada fase ini seseorang akan mulai berpikir tentang berbagai alternatif dan kemungkinan yang ada mengenai suatu hal. Kemampuan kognitif berkembang dengan baik pada masa dewasa awal. Terdapat fase mencapai prestasi yaitu fase di masa dewasa awal yang melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan (Santrock, 2002).

(36)

yang pernah didapatkan. Hal ini terjadi karena informasi tersebut tidak sering digunakan (Santrock, 2002).

5. Pengetahuan dan Sumber Informasi

Ilmu pengetahuan membutuhkan informasi, tetapi juga sekaligus menghasilkan informasi baru. Sebagai bentuk konsekuensi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, maka informasi pun berkembang dengan cepat pula. Dapat dikatakan bahwa adanya ledakan pengetahuan menimbulkan ledakan informasi (Yusup dan Subekti, 2010).

Informasi dan sumbernya dibedakan menjadi tiga; primer, sekunder, dan tersier. Informasi primer merupakan informasi yang diterbitkan pertama kali oleh suatu penerbit atau sumbernya secara lengkap, asli. Informasi jenis ini biasanya digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan, teknologi, dan penelitian-penelitian ilmiah. Sumber informasi primer adalah majalah, surat kabar, laporan penelitian, kertas kerja, monografi, laporan seminar, buku teks, buku pedoman, tesis, dan disertasi (Yusup dan Subekti, 2010).

(37)

sekunder yang merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari sumber informasi primer (Yusup dan Subekti, 2010).

Informasi tersier sering disamakan dengan informasi sekunder. Dapat dikatakan bahwa sumber informasi jenis ini merupakan keterangan atau tulisan dari sumber tertentu yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menelusuri sumber-sumber informasi sekunder. Contoh sumber informasi tersier adalah katalog bahan-bahan referensi dan katalog indeks suatu bidang ilmu tertentu (Yusup dan Subekti, 2010).

B. Sikap 1. Pengertian

Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavourable) pada objek tersebut (Azwar, 1995).

Sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, suatu penilaian dan reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, situasi, dan mungkin aspek-aspek lainnya, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial (King, 2010).

(38)

merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 2007).

Sikap sangat berkaitan dengan opini dan nilai, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Opini merupakan pernyataan sikap yang sangat spesifik atau sikap dalam arti yang lebih sempit yang bersifat situasional. Nilai bersifat sangat mendasar sebagai bagian dari ciri kepribadian, sedangkan sikap bersifat evaluatif, dan berakar pada nilai yang dianut dan terbentuk dalam kaitannya dengan suatu objek (Azwar, 2003).

2. Fungsi Sikap

Sikap memiliki sejumlah fungsi psikologis yang berbeda. Fungsi sikap bagi seseorang juga mempengaruhi bagaimana tingkat konsistensi orang tersebut memegang sikapnya dan bagaimana tingkat kemudahan mengubah sikap.

a. Fungsi instrumental: sikap yang dipegang oleh seseorang untuk alasan praktis atau manfaat.

b. Fungsi pengetahuan: sikap yang membantu seseorang dalam memahami dunia, yang membawa keteraturan bagi berbagai informasi yang harus diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Fungsi nilai-ekspresif: sikap yang mengekspresikan nilai-nilai seseorang atau mencerminkan konsep diri seseorang.

(39)

e. Fungsi penyesuaian sosial: sikap yang membantu seseorang untuk dapat bergabung dalam suatu komunitas (King, 2010).

3. Hal-hal yang Mempengaruhi Sikap

Sikap seseorang terhadap kesehatan diri dipengaruhi oleh beberapa hal: a. Usia

Sikap tanggap kesehatan ditunjukkan oleh orang-orang sejak memasuki fase dewasa. Hal ini karena individu dewasa mempunyai banyak pilihan dalam kehidupan mereka sehari-hari yang berkaitan dengan keputusan penting dalam hidup. Keputusan penting yang diambil mendorong terciptanya kesempatan yang lebih tinggi untuk melakukan kontrol terhadap hidup mereka. Hal ini dapat terjadi bila didukung oleh suasana dan lingkungan yang baik (King, 2010).

b. Keluarga

Dalam bersikap, baik individu yang menikah maupun yang tidak dan/ belum menikah akan mempertimbangkan keluarga yang dimilikinya. Individu yang memiliki keluarga, secara sadar ataupun tidak memiliki kecenderungan untuk berperan dalam menjaga dan memperbaiki,─baik itu hubungan, pendidikan, kesehatan, dll─,

(40)

c. Relasi Sosial

Individu yang membangun relasi yang baik dengan individu yang lain akan mendapatkan sejumlah manfaat. Manfaat tersebut berkaitan dengan pembelajaran terhadap pengalaman hidup yang dialami oleh individu tersebut (Davidson, Neale, dan King, 2006). d. Pendidikan

Seseorang yang belajar melalui sebuah proses yaitu proses berpikir. Belajar dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Prinsipnya yaitu, dengan mengubah pola sikap dan perilaku seseorang yang adaptif (berdasarkan hal yang dipelajari). Teori ini juga mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan (formal) seseorang, semakin lama waktu yang digunakannya untuk belajar, sehingga sikap dan perilakunya semakin termodifikasi menjadi hal yang lebih baik (Nevid, Rathus, dan Greene, 2005).

e. Pengalaman

Pengalaman seseorang akan membentuk cara berpikirnya. Pengalaman seseorang tersebut termasuk pengalamannya sendiri terhadap suatu hal, ─dalam hal ini penyakit dan kesehatan─,

(41)

C. Kista Endometrium 1. Pengertian

Endometriosis merupakan penyakit di mana kelenjar endometrial dan stroma tumbuh di luar area uterus. Tempat-tempat di mana pertumbuhan kelenjar ini ditemukan antara lain daerah peritoneal (termasuk rahim, kuldesak, uterosakral, ligamen, tuba falopi, kolon, dan apendiks), namun lesi endometriosis dapat ditemukan di tempat-tempat lainnya seperti otot, ginjal, bladder, hati, bahkan dapat juga ditemukan pada pria (Alford, Taylor, dan DeCherney, 2010).

Lesi yang terbentuk sering disebut sebagai kista endometrium. Kista endometrium termasuk kista abnormal, yang berarti kista yang tidak biasanya muncul atau tumbuh. Kista endometrium terbentuk dari pertumbuhan jaringan endometrium, menempel di ovarium, dan berkembang menjadi kista. Kista jenis ini disebut kista coklat karena kista berisi darah berwarna merah-coklat (Caroline, 2010).

(42)

Endometrium merupakan salah satu masalah penting di bidang Ginekologi, berkenaan dengan timbulnya dampak dan progresifitasnya yang berjalan terus sepanjang kehidupan seorang wanita. Endometriosis adalah susunan mirip endometrium yang menampilkan perubahan klinis seperti endometrium normal kavum uteri yang dapat tumbuh di hampir semua organ tubuh (Simatupang, 2003).

Terdapat tiga tipe lesi endometriosis: 1) superficial peritoneal dan implan ovarian, 2) endometriomas (kista ovari yang mirip mukosa endomtrioid), dan 3) deep infiltrating endometriosis (berupa nodus kompleks yang terdiri dari jaringan

endemetrium, jaringan adipose, dan jaringan fibromuskular). Lokasi anatomi dan penyebab radang dari lesi tersebut dipercaya sebagi penyebab gejala-gejala dan tanda adanya suatu penyakit berkenaan dengan endometrium (Alford, Taylor, dan DeCherney, 2010).

Gambar 2. Kista coklat (Natur, 2009) 2. Epidemiologi dan Etiologi

(43)

dan durasi aliran; lancar atau tidak lancar). Kemungkinan saudara perempuan dan anak perempuan dapat terkena dampak endometrium sebesar 6-9 kali lebih besar, selain itu biaya yang diperlukan untuk melakukan pengobatan dan perawatan baik langsung ataupun tidak langsung, cukup besar (Rambulagi, 2002).

Patogenesis endometrium tidak ada yang pasti. Teori yang ada mencakup menstruasi retrograde, metaplasia selomik, dan penyebaran hematogen atau limfatik. Endometrium biasanya ditemukan sebelum menarke dan mengalami regresi secara khas setelah menopause (Norwitz dan Schorge, 2008).

Sejumlah hipotesis telah dimunculkan untuk menjelaskan etiologi endometrium dan sampai saat ini hipotesis yang paling mendominasi adalah teori menstruasi retrograde, yaitu adanya bagian dari sel-sel endometrium yang hidup di sepanjang saluran tuba ke dalam panggul pada saat sedang menstruasi (Gao, Outley, Botteman, Spalding, Simon, dan Pashos, 2006).

Menstruasi retrograde dapat menyerang semua wanita usia produktif. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya fungsi yang menyimpang dari pertumbuhan sel endometrium di dalam rongga peritoneal. Maka, sistem patofisiologi (kekebalan, klirens, dan angiogenesis) mempunyai peran dalam proses implantasi sel endometrium ini (Somigliana, Vigano, Parazzini, Stoppelli, Giambattista, dan Vercellini, 2006).

(44)

3. Patofisiologi

Endometrium dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometrium memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut (Scott, 2002; Sperof, 2005).

Kista endometrium yang sudah terbentuk akan berkembang seiring pertumbuhan lapisan jaringan endometrium. Hal ini yang menyebabkan sensasi nyeri pada perut bagian bawah. Sensasi nyeri yang timbul ini merupakan respons dari tingginya konsentrasi dari hormon yang mengeluarkan darah selama terjadinya siklus menstruasi (Caroline, 2010).

Selain teori menstruasi retrograde, terdapat beberapa teori lain yang menjelaskan bagaimana endometrium itu dapat terjadi, antara lain: teori transplantasi dan regurgitasi, teori metaplasia, teori induksi, teori hormonal, teori lingkungan (racun), teori genetik, dan teori imunologi (Simatupang, 2003).

Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometrium ini akan tumbuh seiring peningkatan kadar estrogen dan progesteron di dalam tubuh (Scott, 2002; Sperof, 2005).

(45)

falopi menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya endometrium (Scott, 2002; Sperof, 2005).

Penegakan diagnosa endometrium tidak mudah. Hal ini disebabkan karena gold standar-nya adalah laparoskopi, yaitu sebuah tindakan yang masih cukup

mahal untuk kebanyakan orang Indonesia. Umumnya ditemukan secara tidak sengaja pada laparatomi (Andriana, 2006).

USG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kista endometrium. Alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Kemudian, gambaran yang ditunjukkan oleh alat tersebut akan dicetak untuk dianalisis lebih lanjut guna memastikan adanya kista, mengenali lokasi, dan untuk menentukan apakah kista berisi cairan atau material padat (Natur, 2009).

4. Faktor Risiko

(46)

Faktor lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan respon imun menurun. Hal ini akan meningkatkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal seiring dengan meningkatnya perkembangbiakan sel abnormal (Scott, 2002; Sperof, 2005).

Kista endometrium bisa juga terjadi akibat proses kiret yang tidak bersih. Kiret atau kuret (kuretase) merupakan serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri, sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan secara sistemik. Prosedur ini akan dilakukan dengan pertimbangan tertentu, yang apabila suatu kehamilan dilanjutkan akan membahayakan keselamatan ibu. Komplikasi kuretase antara lain perdarahan, perforasi, infeksi, dan robekan pada uterus (Sarwono, cit. Setyorini, 2010).

5. Gejala

Gejala-gejala yang menandai endometrium adalah sebagai berikut:

a. nyeri panggul dan infertilitas; gejala inilah yang paling sering terjadi, namun banyak pasien yang asimtomatik,

b. nyeri dengan pola siklik; merupakan tanda utama endometrium termasuk dismenorea sekunder (dimulai saat menstruasi dan memuncak pada saat aliran menstruasi maksimal), dispareunia dalam (rasa nyeri saat berhubungan seksual), dan nyeri punggung di bagian sacrum saat menstruasi. Gejala juga dapat terjadi akibat keterlibatan

(47)

c. keparahan gejala tidak harus berkorelasi dengan derajat penyakit panggul. Banyak wanita dengan endometrium minimal mengalami keluhan nyeri panggul yang parah,

d. infertilitas mungkin akibat distorsi anatomis arsitektur panggul akibat endometrium yang luas dan lengket (Norwitz dan Schorge, 2008).

6. Tata Laksana

Tata laksana kista endometrium ada beberapa jenis, yaitu dengan medikamentosa maupun pembedahan (pembedahan konservatif dan pembedahan definitif) (Norwitz dan Schorge, 2008).

a. Tata Laksana Medikamentosa

Terapi ini dilakukan berdasarkan pengalaman empiris dengan kontrasepsi oral. Pelaksanaan terapi ini direkomendasikan untuk pasien yang simtomatik. Pereda simtomatik untuk dismenorea, dispareunia, dan/ atau nyeri panggul biasanya berhasil dengan menggunakan obat-obatan, meskipun peredaan ini biasanya hanya bertahan dalam waktu singkat (Norwitz dan Schorge, 2008).

(48)

b. Pembedahan Konservatif

Dilakukan apabila perlengketan panggul dan endometrioma berukuran besar (>2cm), dan lebih dilakukan dengan proses pembedahan. Tujuan pembedahan ini adalah untuk mengangkat atau menghancurkan endometrium sebanyak mungkin dan pada saat bersamaan mengembalikan anatomi normal serta menyisakan sebanyak mungkin jaringan ovarium normal (Norwitz dan Schorge, 2008).

c. Pembedahan Definitif

Pada pembedahan ini cara yang efektif adalah histerektomi dengan salpigo-ooforektomi bilateral. Dengan melakukan pembedahan ini salah satu atau kedua ovarium dapat dipertahankan dengan 20% risiko akan menjalani operasi lain untuk meredakan nyeri yang berkepanjangan (Norwitz dan Schorge, 2008).

Tata laksana untuk mengatasi kasus infertilitas yang terjadi akibat kista endometrium adalah dengan inseminasi. Untuk kista endometrium stage 1 dan stage 2 dapat didahului dengan laparoskopi, kemudian dilanjutkan pemberian

stimulasi ovari dengan inseminasi intrauteri, kemudian dilakukan fertilisasi in vitro. Untuk kista endometrium stage 3 dan stage 4 langsung dilakukan stimulasi

ovari dengan inseminasi intrauteri, dilanjutkan dengan fertilisasi in vitro (Alford, Taylor, dan DeCherney, 2010).

(49)

meredakan nyeri, dan mengurangi terjadinya radang. Terapi yang cukup sering dilakukan antara lain akupuntur, konsumsi vitamin B1, refleksiologi, dan pengobatan herbal. Walaupun bukti keberhasilan terapi ini masih minimal, namun terapi jenis ini dianjurkan karena risiko minimal. Terapi lain yang dapat digunakan adalah terapi psikologis yaitu kemauan pasien sendiri untuk sembuh dan adanya dukungan dari orang-orang di sekitar pasien (Alford, Taylor, dan DeCherney, 2010).

D. Keterangan Empiris

(50)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai pengetahuan dan sikap wanita usia produktif terhadap kista endometrium ini merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif karena tidak ada intervensi yang diberikan kepada responden. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif. Pengambilan data menggunakan kuisioner.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel

a. Variabel utama:

1) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah data demografi responden meliputi umur, masih menstruasi atau tidak, status pernikahan, tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, riwayat penyakit, dan asal riwayat penyakit.

2) Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai kista endometrium dan sikap terhadap kista endometrium .

b. Variabel pengacau:

(51)

2) Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah sumber informasi baik cetak maupun elektronik (media massa).

2. Definisi Operasional

a. Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui oleh responden mengenai kista endometrium. Tingkat pengetahuan diukur menggunakan sistem skoring dengan skala menurut Arikunto (2006) yaitu:

1) Tinggi, bila skor atau nilai 76─100%. 2) Sedang, bila skor atau nilai 56─75%. 3) Rendah , bila skor atau nilai < 56%.

Maka, penilaian terhadap tingkat pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring tersebut adalah sebagai berikut:

1) Skor 16─20: tinggi. 2) Skor 12─15: sedang. 3) Skor 0─11: rendah.

b. Sikap merupakan respon yang diberikan oleh responden terhadap kejadian kista endometrium yang dinilai dengan menggunakan kuisioner. Sikap diukur menggunakan sistem skoring dengan skala menurut Arikunto (2006) yaitu:

(52)

Maka, penilaian terhadap sikap responden berdasarkan sistem skoring tersebut adalah sebagai berikut:

1) Skor 61─80: baik. 2) Skor 45─60: sedang. 3) Skor 20─44: buruk.

c. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang telah diselesaikan responden dan dinyatakan lulus. Informasi ini diperoleh dengan melihat data diri yang diisi oleh responden sendiri pada bagian awal pada kuisioner.

d. Wanita usia produktif adalah wanita yang sudah dan masih mengalami siklus menstruasi yang tinggal di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

e. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan dan terhadapnya diberikan gaji atau upah.

f. Riwayat penyakit adalah penyakit berat di mana responden membutuhkan rawat inap di Rumah Sakit atau penyakit kambuhan.

g. Kista endometrium adalah penyakit yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat sebagai kista atau kista coklat.

C. Subyek Penelitian

(53)

Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wanita usia produktif.

2. Tinggal di Kecamatan Ngaglik. 3. Bisa membaca dan menulis.

4. Tidak mempunyai latar pendidikan formal maupun non formal terkait kista endometrium dalam dua tahun terakhir.

5. Bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wanita usia produktif sesuai persyaratan kriteria inklusi namun tidak bersedia menjadi responden.

2. Responden yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap. 3. Responden yang tidak mengisi sendiri kuisionernya.

D. Sampling

Jenis sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode purposive sampling. Perhitungan sampel minimal dilakukan berdasarkan rumus Notoatmodjo (cit, Nawawi, 2007):

Keterangan:

d: derajat ketepatan yang diinginkan

z: standar deviasi normal (1,96 untuk derajat kemaknaan 95%) p: proporsi populasi

q: 1,0-p

(54)

Berdasarkan rumus tersebut dan setelah dilakukan perhitungan sesuai dengan jumlah wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik, diperoleh hasil bahwa jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 96 orang:

Penelitian ini dilakukan dengan menyebar 200 kuisioner, kuisioner yang kembali sejumlah 136, sesuai kriteria sejumlah 100, untuk kemudian dianalisis.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner yang terdiri dari 3 bagian:

(55)

Bagian terakhir merupakan kolom tanda tangan yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan setuju menjadi responden.

2. Bagian kedua tipe pilihan bentuk force choice untuk meneliti pengetahuan tentang kista endometrium. Bagian ini berisi 20 pernyataan. Alternatif jawaban yang tersedia adalah “ya” bila responden setuju dengan pernyataan tersebut, dan “tidak” bila responden tidak setuju.

3. Bagian ketiga adalah kuisioner tipe pilihan skala likert yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS), untuk meneliti sikap sehubungan dengan hal-hal berkaitan dengan kista endometrium terdiri dari 20 pernyataan. Pernyataan juga termasuk keinginan responden untuk memahami lebih lanjut mengenai kista endometrium, antisipasi dampak, serta upaya pencegahan kista endometrium.

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2011.

G. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan Lokasi

(56)

penelitian untuk tiap peneliti dilakukan secara acak. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ngaglik.

Kecamatan Ngaglik terletak di bagian Utara Kabupaten Sleman dan memiliki enam Desa; Donoharjo, Minomartani, Sardonoharjo, Sariharjo, Sinduharjo, dan Sukoharjo. Jumlah penduduk di Kecamatan Ngaglik adalah 72.964 orang dan jumlah wanita usia produktif adalah 21.255 orang. Jumlah penduduk dan wanita usia produktif pada tiap desa disajikan pada tabel I.

Tabel I. Desa yang ada di Kecamatan Ngaglik

Nomor Desa Jumlah Penduduk Jumlah Wanita Usia Produktif

(57)

2. Pengurusan Izin Penelitian

Pengurusan izin penelitian dilakukan di BAPPEDA Sleman untuk mendapatkan izin selama tujuh bulan. Izin dilanjutkan ke Kecamatan Ngaglik dengan surat dari BAPPEDA dan surat keterangan dari fakultas sebagai pengantar, kemudian diteruskan ke seluruh kelurahan yang ada. Untuk perizinan ke tingkat pedukuhan dilakukan bila diperlukan (bila dukuh meminta surat pengantar yang ada). Izin dari pedukuhan selanjutnya digunakan untuk mendapatkan izin dari ketua PKK atau Dasa Wisma.

3. Pembuatan Instrumen Penelitian a. Penyusunan kuisioner

Langkah pertama adalah menyusun item-item pertanyaan untuk tipe isian sehubungan dengan data demografi terkait variabel penelitian, skala pengenalan responden mengenai kista endometrium dan juga kolom untuk tanda tangan responden.

Langkah selanjutnya adalah menyusun pernyataan mengenai pengetahuan tentang kista endometrium meliputi pengertian/ sinonim, etiologi, faktor risiko, dampak, upaya pencegahan, dan upaya pengatasan, dengan alternatif jawaban ya dan tidak.

(58)

Selama pembuatan kuisioner dilakukan konsultasi dengan pihak-pihak yang memahami tata cara pembuatan kuisioner penelitian. Pernyataan pada bagian pengetahuan dan sikap mencakup jawaban favourable dan unfavourable.

Tabel II. Pernyataan favourable dan unfavourable untuk bagian pengetahuan dan bagian sikap

Bagian Bahasan Favourable Unfavourable

Pengetahuan a.Pengertian/ sinonim 1 dan 2

b.Etiologi 3, 5, dan 6 4

c.Faktor risiko 9 dan 10 7 dan 8

d.Dampak 11, 12, dan 13 14

e.Upaya pencegahan 15 dan 16 17

f.Upaya pengatasan 18 19 dan 20

Sikap a.Keinginan untuk memahami lebih lanjut

b. Uji validitas dan pemahaman bahasa

Setelah penyusunan kuisioner, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah uji validitas dengan validitas konstruk menggunakan professional judgement (pendapat ahli). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan

(59)

Selanjutnya dilakukan uji pemahaman bahasa kepada seratus wanita usia produktif yang tidak termasuk sampel. Tiap peneliti dalam tim penelitian diharuskan mendapatkan wanita usia produktif sebagai sampel sebanyak 20 orang, sehingga dalam penelitian ini uji pemahaman bahasa dilakukan kepada 20 wanita usia produktif. Uji ini untuk memastikan bahwa bahasa yang digunakan mudah dipahami dan tidak menimbulkan persepsi ganda.

c. Uji reliabilitas.

Menggunakan Alpha Cronbach dengan taraf kepercayaan 95%. Karena uji validitas dilakukan dengan professional judgement maka kuisioner dikatakan reliabel bila α > 0,75.

(60)

Terdapat perbedaan jumlah responden pada uji reliabilitas pertama dengan jumlah responden pada uji reliabilitas kedua. Hal ini disebabkan karena dari kedua uji reliabilitas, terdapat 113 kuisioner yang di-dropped out karena tidak memenuhi salah satu kriteria inklusi yang telah ditetapkan, yaitu tidak mengisi kuisionernya dengan lengkap.

4. Sampling

Jumlah sampel minimal yang diperoleh berdasarkan rumus adalah 96. Sampel ini didistribusikan secara proporsional ke tiap kelurahan sebagai berikut:

- Jumlah responden di Desa Donoharjo adalah 2211 dibagi 21.255 dikali 96 sehingga diperoleh jumlah 10 responden.

- Jumlah responden di Desa Minomartani adalah 3345 dibagi 21.255 dikali 96 sehingga diperoleh jumlah 15 responden.

- Jumlah responden di Desa Sardonoharjo adalah 4546 dibagi 21.255 dikali 96 sehingga diperoleh jumlah 21 responden.

- Jumlah responden di Desa Sariharjo adalah 4237 dibagi 21.255 dikali 96 sehingga diperoleh jumlah 19 responden.

- Jumlah responden di Desa Sinduharjo adalah 3706 dibagi 21.255 dikali 96 sehingga diperoleh jumlah 17 responden.

(61)

Distribusi jumlah sampel di tiap kelurahan adalah sebagai berikut: Tabel III. Jumlah dan distribusi sampel di tiap desa

Desa Jumlah Responden Jumlah Sampel

Donoharjo 2211 10

Minomartani 3345 15

Sardonoharjo 4546 21

Sariharjo 4237 19

Sinduharjo 3706 17

Sukoharjo 3210 14

Total 96

Selama proses pengambilan data, diperoleh jumlah sampel total seratus orang. Jumlah tersebut masih sesuai dengan distribusi sampel untuk tiap kelurahan berdasarkan tabel III, dan disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Distribusi sampel tiap desa

5. Pengambilan Data

Proses pengambilan data dilakukan dengan menyebar kuisioner pada saat pertemuan ibu-ibu PKK, pertemuan dasa wisma, door to door, di sekolah, dan Karang Taruna untuk tiap sampel dusun di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pengisian kuisioner dilakukan sendiri oleh responden saat

(62)

itu juga di tempat penelitian. Selama proses pengisian, responden didampingi oleh peneliti.

6. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk keperluan analisis dengan cara melakukan perhitungan jawaban kuisioner yang telah diisi oleh para responden. Pengelompokan tingkat pengetahuan berdasarkan skor yang diperoleh yaitu:

tinggi bila skor 16─20, sedang bila skor 12─15, dan rendah bila skor < 12. Untuk bagian sikap pengelompokan juga dilakukan sesuai skor yang diperoleh yaitu:

baik bila skor 61─80, sedang bila skor 45─60, dan buruk bila skor < 45. Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan jawaban tersebut berdasarkan variabel penelitian dan membuat persentase jawaban.

Untuk kategori sikap, jawaban terbagi menjadi jawaban positif dan jawaban negatif. Jawaban dikatakan positif sikap bila skor yang diperoleh adalah 3 dan 4, sementara dikatakan negatif sikap bila skor yang diperoleh adalah 1 dan 2. Selanjutnya melakukan interpretasi data dengan melihat presentase jawaban responden, dan menarik kesimpulan.

H. Analisis Hasil Penelitian

(63)

Pengelompokan pengetahuan dilakukan sesuai kategori. Pengelompokan ini dilakukan dengan menghitung skor yang diperoleh responden berdasarkan jawaban yang diberikan. Jawaban benar akan mendapat skor 1 dan 0 bila jawaban salah. Responden dikelompokkan berdasarkan kategori, sesuai skor, kemudian dihitung persentase jawab benar dan salah. Bila > 75% responden dapat menjawab dengan benar pada tiap kategori, berarti tingkat pengetahuan responden tinggi, bila > 55% responden menjawab benar pada tiap kategori, berarti tingkat pengetahuan responden sedang, dan bila < 55% responden yang dapat menjawab benar pada tiap kategori, berarti tingkat pengetahuan responden rendah.

Analisis data sikap dilakukan juga sesuai kategori yang ada. Cara yang dilakukan kurang lebih sama dengan cara perhitungan pada bagian pengetahuan. Pernyataan pada bagian sikap sesuai skala likert yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pada pernyataan favourable, bila responden menjawab Sangat Setuju (SS) maka diberi skor 4, bila

responden menjawab Setuju (S) maka diberi skor 3, bila responden menjawab Tidak Setuju (TS) maka diberi skor 2, dan bila responden menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) maka diberi skor 1. Pada pernyataan unfavourable, sistem pemberian skor berlaku sebaliknya, sehingga bagian sikap memiliki rentang skor

20─80.

(64)

bila < 55% responden yang dapat menjawab benar pada tiap kategori, berarti tingkat sikap responden buruk.

I. Kelemahan

(65)

42 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituliskan pada bab I, dalam bab ini akan dipaparkan mengenai karakteristik demografi wanita usia produktif, tingkat pengetahuan, sikap wanita usia produktif mengenai kista endometrium, serta jenis informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik terhadap kista endometrium.

A. Karakteristik Demografi Responden 1. Usia Responden

Pengelompokan usia dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan tingkatan fase; remaja (12-20 tahun), dewasa awal (21-40 tahun), dan dewasa tengah (41-65 tahun) (Kozier, Erb, Berman, dan Snyder, 2004). Usia responden termuda dalam penelitian ini adalah 14 tahun dan yang tertua adalah 58 tahun.

(66)

Tabel IV. Jumlah dan persentase (%) responden berdasarkan usia Usia Jumlah (%)

12-20 tahun 42 21-40 tahun 30 41-65 tahun 28

Total 100

2. Status Pernikahan

Dalam penelitian ini, dari 100 orang responden terdapat 57 responden (57%) yang sudah menikah dan 43 (43%) responden yang belum menikah. Status pernikahan responden menjadi penting karena berkaitan dengan pengalaman dan informasi yang didapatkan mengenai kista endometrium. Responden yang sudah menikah bisa mendapatkan informasi dari sumber yang lebih bervariasi dibandingkan dengan responden yang belum menikah, misalnya pertemuan PKK, penyuluhan kesehatan di Puskesmas atau Posyandu, terkait dengan pekerjaan (terutama dalam bidang kesehatan), dan informasi dari bidan saat konsultasi kehamilan.

Gambar 4. Perbandingan jumlah responden berdasarkan status pernikahan di Kecamatan Ngaglik tahun 2011

57%

43% Menikah

(67)

3. Pekerjaan

Sesuai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, maka responden dibagi menjadi 2 kelompok, bekerja (29%) dan tidak bekerja (71%). Persentase responden bekerja terbesar adalah karyawan (41%). Selanjutnya adalah wiraswasta (35%), petani (10%), guru (7%), dan perawat (7%).

Gambar 5. Perbandingan jumlah responden

berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan Ngaglik tahun 2011

4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Erfandi, 2009). Data mengenai tingkat pendidikan merupakan data penting dalam penelitian ini. Tingkat pendidikan akan berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif mengenai kista endometrium.

Pada penelitian ini persentase terbesar pendidikan terakhir responden adalah SMP dan sederajat (45%), pendidikan terakhir SMA dan sederajat (30%),

(68)

perguruan tinggi yang meliputi D2 sampai dengan S3 (18%), kemudian SD dan sederajat (7%).

Gambar 6. Perbandingan jumlah responden

berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Ngaglik tahun 2011

5. Pengalaman Mendapat Informasi

Pada penelitian ini 45% dari 100 orang responden sudah pernah mendapatkan informasi mengenai kista endometrium. Sedangkan 55% selebihnya mengaku belum pernah mendapatkan informasi mengenai kista endometrium.

Gambar 7. Perbandingan jumlah responden berdasarkan pengalaman mendapat informasi di Kecamatan Ngaglik tahun 2011

7%

45% 30%

18%

SD dan sederajat SMP dan sederajat SMA dan sederajat Perguruan tinggi D2-S3

45% 55%

(69)

Sumber informasi yang disebutkan oleh responden mengenai kista endometrium antara lain 38% (17 responden) mendapatkan informasi dari media massa dan tenaga kesehatan, sebesar 20% (9 responden) mendapatkan informasi dari pelajaran saat sekolah, dan sebesar 4% (2 responden) mendapatkan informasi dari pengalaman teman, saudara, ataupun diri sendiri yang mengalami kista endometrium.

Tenaga kesehatan yang dimaksud oleh responden antara lain dokter, perawat, bidan, mantri, dan penyuluh kesehatan yang datang ke lokasi tempat tinggal mereka atau yang pernah melakukan seminar kesehatan di Puskesmas atau Posyandu yang ada di sekitar tempat tinggal. Sedangkan sumber informasi dari media massa mencakup internet, poster atau selebaran, papan iklan di rumah sakit, dan majalah.

(70)

Gambar 8. Perbandingan jumlah responden berdasarkan sumber informasi yang diperoleh di Kecamatan Ngaglik tahun 2011

6. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit tidak terbatas pada kista endometrium saja, melainkan penyakit berat apapun yang pernah diderita oleh responden. Riwayat penyakit ini berkaitan dengan sikap responden terhadap suatu penyakit, termasuk kista endometrium.

Dari 100 orang responden, lebih dari separuhnya (78%) tidak memiliki riwayat penyakit berat. Selebihnya 22% memiliki riwayat penyakit yang beragam dan berasal dari diri sendiri. Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh responden antara lain; maag, sinusitis, mioma, kista coklat, hipertensi, asma, stroma, diabetes, gangguan saluran cerna, lemah jantung, tifus, demam berdarah, amandel, dan vertigo.

Adanya responden yang memiliki riwayat penyakit diharapkan dapat menunjukkan profil pengetahuan dan sikap yang baik. Hal ini dikarenakan pengalaman yang dimiliki terkait penyakit berat akan membentuk cara berpikir

38%

20% 38%

4%

(71)

seseorang sehingga mampu mengenali gejala penyakit dan menghindari hal-hal yang kurang menyenangkan tersebut,─dalam penelitian ini, kista endometrium─

(King, 2010).

Gambar 9. Perbandingan jumlah responden

berdasarkan riwayat penyakit di Kecamatan Ngaglik tahun 2011

B. Pengetahuan Responden Mengenai Kista Endometrium

Tingkat pengetahuan wanita usia produktif di Kecamatan Ngaglik, Sleman mengenai kista endometrium mayoritas adalah rendah (60%), sedang (39%), dan tinggi (1%). Secara umum, tingkat pengetahuan responden di Kecamatan Ngaglik dipengaruhi oleh kondisi sosial dan pengalaman. Dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan akan dibahas menurut usia, status pernikahan, pekerjaan, tingkat pendidikan, pengalaman mendapat informasi, riwayat penyakit, dan desa asal responden. Rangkuman hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan responden disajikan pada gambar 10 di bawah ini.

22%

78%

(72)

Gambar 10. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai kista endometrium di Kecamatan Ngaglik tahun 2011

1. Pengetahuan Berdasarkan Usia

Tingkat pengetahuan tinggi diperoleh oleh satu responden dari kelompok usia dewasa awal. Dari 30 responden, 40,00% di antaranya merupakan responden dengan tingkat pengetahuan sedang, sedangkan 56,67% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Uji statistik dilakukan untuk membandingkan usia responden dengan tingkat pengetahuan menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna (Kruskal Wallis test, p=0,507) yang berarti usia tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan responden. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya usia berapapun seseorang dapat menerima informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuannya, terutama pada usia dewasa awal di mana kemampuan kognitif seseorang sedang berkembang dengan sangat baik (Santrock, 2002). Rangkuman tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok usia disajikan pada tabel V.

1%

39%

60%

(73)

Tabel V. Perbandingan pengetahuan responden sesuai kelompok usia Tingkat Pengetahuan (N=100)

Tinggi Sedang Rendah Jumlah

N % N % N % N

2. Pengetahuan Berdasarkan Status Pernikahan

Pada kelompok responden yang sudah menikah, 1,75% dari 57 responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi, sebesar 43,86% sedang, sementara 54,39% rendah. Hasil pada kelompok responden yang belum menikah menunjukkan dari 43 responden, sebesar 32,56% memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 67,44% memiliki tingkat pengetahuan rendah.

(74)

Tabel VI. Perbandingan pengetahuan responden sesuai status pernikahan Tingkat Pengetahuan (N=100)

Tinggi Sedang Rendah Jumlah

N % N % N % N

3. Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan

Responden pada penelitian ini terbagi menjadi responden yang bekerja dan responden yang tidak bekerja. Pada kelompok responden yang bekerja, dari 29 responden, didapatkan 3,45% memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 55,17% memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 41,38% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa seseorang yang bekerja memiliki latar belakang pendidikan dan proses interaksi yang cukup baik yang diharapkan dapat mempengaruhi pola pikir (Kristina, Prabandari, dan Sudjaswadi, 2008). Pada kelompok responden yang tidak bekerja, secara teoritis lebih memanfaatkan pengalaman dan relasi dalam membentuk pola pikir terhadap suatu hal (Davidson, Neale, dan King, 2006). Tetapi, secara statistik yang dilakukan untuk membandingkan status pekerjaan responden dengan tingkat pengetahuan, menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna (Mann-Whitney test, p=0,100) yang berarti status bekerja tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan responden. Rangkuman tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan disajikan pada tabel VII.

Tabel VII. Perbandingan pengetahuan responden sesuai status pekerjaan Tingkat Pengetahuan (N=100)

Tinggi Sedang Rendah Jumlah

(75)

4. Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan terakhir SD dan sederajat sebanyak 7 responden (7%), SMP dan sederajat 45 responden (45%), SMA dan sederajat 30 responden (30%), dan Perguruan Tinggi (D2-S3) 18 responden (18%).

Pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan SMA, dari 30 responden, 30% memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 70% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hal ini tidak sesuai dengan pernyatan Erfandi (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima hal-hal yang baru, dan menyesuaikan diri dengan hal baru tersebut, sehingga perlu dilakukan peningkatan pengetahuan terkait kista endometrium tidak hanya pada tingkat pendidikan SMA dan sederajat saja, tetapi juga pada seluruh tingkat pendidikan.

Uji statistik dilakukan untuk membandingkan status tingkat pendidikan responden dengan tingkat pengetahuan menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna (Kruskal Wallis test, p=0,092) yang berarti tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan. Rangkuman tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada tabel VIII.

Tabel VIII. Perbandingan pengetahuan responden sesuai status tingkat pendidikan

Tingkat Pengetahuan (N=100)

Tinggi Sedang Rendah Jumlah

Gambar

Tabel XIV.
Gambar 12.
Gambar 1.  Lokasi umum terbentuknya lesi endometriosis
Gambar 2. Kista coklat
+7

Referensi

Dokumen terkait

tentang suatu obyek apakah disukai atau tidak, dan sikap konsumen juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari obyek

Boiler adalah suatu kombinasi antara sistem- sistem dan peralatan yang dipakai untuk perubahan energi kimia dari bahan bakar fossil menjadi energi termal dan pemindahan

(1) Kepala Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 633 huruf a, mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di

Selain itu, meski para kepala sekolah melaporkan bahwa guru pengganti kebanyakan adalah guru yang pada saat itu tidak dijadwalkan untuk mengajar di kelas yang lain, peneliti

Hasil pengamatan tersebut dapat digunakan untuk menentukan datum vertikal tertentu yang sesuai dengan keperluan-keperluan tertentu pula.Pengamatan pasut dilakukan dengan

Dalam proses peletakan atau pengambilan mobil, terdapat 3 gerakan utama yaitu proses naik turun lift menuju antai yang diinginkan, proses pemutaran lift untuk mengarahkan mobil

Bank syariah menerima tabungan baik pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan dana ini berdasarkan wadiah, yaitu titipan-titipan yang tidak menanggung

Justeru, dapat disimpulkan bahawa hasil kajian ini menunjukkan bahawa usahawan wanita di Kelantan mampu menjana pendapatan keluarga dan berupaya keluar daripada