• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA NYIUR INDAH DI DESA PETANDAKAN KABUPATEN BULELENG BERBASIS METODE FULL COSTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA NYIUR INDAH DI DESA PETANDAKAN KABUPATEN BULELENG BERBASIS METODE FULL COSTING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA NYIUR INDAH DI

DESA PETANDAKAN KABUPATEN BULELENG BERBASIS METODE

FULL COSTING

1

I Gusti Ayu Widi Purnama Sari,

1

Ni Luh Gede Erni Sulindawati,

2

I Putu Eka Dianita

Marvilianti Dewi

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

{

1

ayuwidip@yahoo.com,

1

esulind@gmail.com

2

ekadyanita@gmail.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang (1) harga pokok senyatanya pada usaha kerajinan tangan “Nyiur Indah”, (2) harga pokok seharusnya sesuai dengan metode Full Costing, (3) selisih laba harga pokok produksi senyatanya dengan harga pokok produksi seharusnya, (4) selisih laba yang didapatkan perusahaan dengan laba yang seharusnya sesuai dengan metode Full Costing. Penelitian ini mengadopsi metode penelitian kualitatif. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa dalam penentuan harga pokok produksi yang ditentukan oleh perusahaan berbeda dengan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing. Selisih harga pokok produksi senyatanya dengan harga pokok produksi seharusnya untuk satu buah dulang yaitu sebesar Rp. 7.022.84, untuk satu buah bokor sebesar Rp. 7.022.84, dan untuk satu buah nare sebesar Rp. 7.022.84 pada kerajinan tangan “Nyiur Indah” selama tahun 2016, dan terjadi selisih laba senyatanya dan seharusnya dimana untuk dulang terjadi selisih laba sebesar Rp. 7.023 per buahnya, bokor sebesar Rp. 7.023 dan nare sebesar Rp. 7.023. Selisih ini terjadi karena perusahaan tidak membebankan seluruh biaya overhead pabrik ke dalam harga pokok produksinya.

Kata kunci: Harga Pokok Senyatanya, Harga Pokok Seharusnya,Metode Full Costing.

Abstract

This study aimed at giving knowledge about (1) the actual cost of goods manufactured by Nyiur Indah handicraft company, (2) the cost of goods as the result of the Full Costing method, (3) the difference between the profit obtained from the actual cost of goods determined by the company and the cost of goods as the results of the Full Costing method. This study adopted qualitative research method. The data used was qualitative data, collected from interviews, observation and documentation. The data analysis technnique used was descriptive analysis with steps of data reduction, data presentation and conclusion drawing.

The results of the analysis showed that the actual cost of goods determined by the company was different to the cost of goods determined using the full costing method. The difference between the actual cost determined by the company and the cost as the result of the full costing method for one dulang was Rp. 7.022.84, for one

(2)

bokor was Rp. 7.022.84, for one nare was Rp. 7.023. There were differences because the company did not add the whole company overhead costs into calculation of the cost of good.

Key words: The actual cost of goods, the cost of goods as the result of the Full Costing

method, Full Costing method

PENDAHULUAN

Dewasa ini banyak bermunculan perusahaan di Indonesia baik yberskala kecil atau berskala besar akan membawa dampak positif terhadap kehidupan masyarakat. Dengan adanya perusahaan-perusahaan baru akan menciptakan lapangan pekerjaan baru yang sedikit tidaknya bisa mengurangi tingkat pengangguran, peningkatan kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat. Perusahaan diharapkan dapat menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi masyarakat. Hal ini juga termasuk dalam usaha mikro kecil menengah (UMKM). Perkembangan sektor UMKM menyiratkan bahwa terdapat potensi yang cukup besar bila dikelola dan dikembangkan dengan baik. Oleh karena

itu,

diperlukan adanya keterpaduan antara pihak swasta dan pemerintah untuk ikut berperan aktif dalam menunjang pembangunan, sehingga banyak bermunculan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, dagang dan industri. Akan tetapi, tidak semua perusahaan yang didirikan dapat berkembang sesuai yang diinginkan. Salah satu penyebabnya adalah semakin ketatnya persaingan dan bervariasinya kemampuan pimpinan perusahaan dalam mengatur aktivitas perusahaan dan fungsi manajeman. Berdirinya suatu perusahaan tentunya mempunyai tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan jangka pendek perusahaan adalah untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang layak, sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup, perkembangan, dan kemajuan perusahaan di masa yang akan datang.

Suatu perusahaan termasuk UMKM agar dapat mencapai tujuan usahanya tentunya harus melakukan kegiatan produksi, pemasaran dan personalia. Salah satu kegiatan yang sangat penting untuk mendapat perhatian dari perusahaan adalah kegiatan produksi, karena pada

kegiatan produksi akan dilakukan suatu proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi. Kegiatan produksi tentunya membutuhkan pengorbanan sumber daya ekonomi berupa berbagai jenis biaya dalam upaya untuk mendapatkan pendapatan. Biaya-biaya ini akan menjadi dasar dalam penentuan harga pokok produksi (HPP). Elemen-elemen yang membentuk harga pokok produksi (HPP) dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan besar yakni bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (BOP). Ketiga biaya tersebuut harus dicatat dan dikalsifikasikan secara cermat sesuai dengan jenis dan sifat biaya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perusahaan mengetahui berapa besarnya biaya sebenarnya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk yang disebut dengan harga pokok produksi. Harga pokok produksi dalam industri merupakan bagian terbesar dari biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Jika informasi biaya untuk pekerjaan atau proses tersedia dengan cepat, maka manajeman mempunyai dasar yang kuat untuk merencanakan kegiatannya. Perusahaan harus cermat dan rinci dalam membuat laporan keuangan terutama yang berkaitan dengan biaya produksi agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan serta pemborosan biaya dalam produksi. Informasi harga pokok produksi dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan harga jual yang tepat kepada konsumen dalam arti yang menguntungkan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan (Pradana, 2014).

Perusahaan harus cermat dan rinci dalam membuat laporan keuangan terutama yang berkaitan dengan biaya produksi agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan serta pemborosan biaya dalam kegiatan produksi. Informasi harga pokok produksi dapat dijadikan suatu titik tolak dalam penentuan harga jual yang tepat kepada konsumen dalam arti yang

(3)

menguntungkan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan (Pradana, 2014). Harga pokok produksi ini sangat berpengaruh dalam perhitungan laba rugi perusahaan. Apabila perusahaan kurang teliti dalam penentuan Harga Pokok Produksi, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam penentuan laba rugi yang diperoleh perusahaan (Rozi, 2010).

Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full

costing dan variabel costing. Full costing

merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang trediri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik baik yang berprilaku variabel maupun tetap, sedangkan variabel costing merupakan metode penentuan

harga pokok produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel (Mulyadi, 2010).

Salah satu UMKM yang melakukan aktivitas produksi adalah “Nyiur Indah”. Nyiur Indah merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kerajinan tangan yakni mengubah bahan baku (kayu mangga) menjadi barang jadi yang siap dipakai seperti Bokor, Dulang, dan Nare. Bahan baku dan bahan penolong yang dipergunakan untuk membuat kerajinan tangan dulang, bokor, nare yaitu kayu mangga, lem, impra dan obat anti rayap. Berikut ini disajikan jumlah produksi dan jumlah penjualan yang dilakukan oleh Nyiur Indah pada tahun 2016 dapat dilihat melalui tabel 1 dan tabel 2 berikut:

Tabel 1. Jumlah Produksi Kerajinan Tangan Nyiur IndahTahun 2016

Bulan Jumlah Produksi ( buah )

Produk Jumlah Produk Jumlah Produk Jumlah Januari Dulang 250 Bokor 125 Nare 125 Februari Dulang 280 Bokor 140 Nare 140 Maret Dulang 345 Bokor 115 Nare 115 April Dulang 405 Bokor 216 Nare 108 Mei Dulang 290 Bokor 290 Nare 145 Juni Dulang 300 Bokor 300 Nare 150 Juli Dulang 300 Bokor 300 Nare 150 Agustus Dulang 405 Bokor 270 Nare 108 September Dulang 300 Bokor 300 Nare 120 Oktober Dulang 375 Bokor 250 Nare 125 November Dulang 280 Bokor 140 Nare 140 Desember Dulang 203 Bokor 290 Nare 116 Jumlah 3.733 2.736 1.542 Sumber: Nyiur Indah Desa Petandakan Tahun 2016.

Berdasarkan data pada tabel 1 dapat dilihat bahwa dalam satu bulan rata-rata perusahaan dapat memproduksi dulang sebanyak 311 buah, bokor 228 buah, nare sebanyak 128 buah yang dikerjakan oleh 13 orang tenaga kerja yang

terdiri dari pemotong bahan baku sebayak 1 orang, tukang bubut dan oven sebanyak 2 orang, perakit sebanyak 2 orang, tukang amplas sebanyak 2 orang dan finishing sebanyak 6 orang.

(4)

Tabel 2. Jumlah Penjualan Kerajinan Tangan Nyiur IndahTahun 2016

Bulan Jumlah Penjualan ( buah )

Produk Jumlah Produk Jumlah Produk Jumlah Januari Dulang 250 Bokor 120 Nare 115 Februari Dulang 250 Bokor 137 Nare 133 Maret Dulang 345 Bokor 115 Nare 105 April Dulang 400 Bokor 216 Nare 100 Mei Dulang 270 Bokor 287 Nare 128 Juni Dulang 285 Bokor 296 Nare 138 Juli Dulang 292 Bokor 300 Nare 150 Agustus Dulang 405 Bokor 270 Nare 102 September Dulang 300 Bokor 273 Nare 115 Oktober Dulang 375 Bokor 250 Nare 125 November Dulang 269 Bokor 128 Nare 118 Desember Dulang 200 Bokor 277 Nare 106 Jumlah 3.641 2.669 1.435 Sumber : Nyiur Indah Desa Petandakan Tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel 1 dan tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi penjualan dari bulan ke bulan serta terlihat bahwa jumlah produksi lebih besar dari jumlah penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berproduksi tidak

berdasarkan pesanan, melainkan berdasarkan proses, yaitu pemenuhan pangsa pasar. Untuk lebih jelasnya biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha Kerajinan Tangan Nyiur Indah dalam Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Biaya Produksi Untuk Semua Produk Kerajinan Tangan Nyiur Indah Tahun 2016

Jenis Biaya Jumlah Biaya dalam Satu Tahun Bahan Baku 117.440.000

Tenaga Kerja 119.075.000 Biaya Overhead Pabrik 42.000.000 Jumlah 266.771.000

Sumber: Nyiur Indah Desa Petandakan Tahun 2016 Berdasarkan data pada tabel 3

dapat dilihat bahwa perusahaan dalam hal ini hanya menghitung biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik (lem, impra, dan obat anti rayap), tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja pemilik, biaya penyusutan peralatan, biaya penyusutan bangunan, biaya pemeliharaan bangunan, biaya pemeliharaan peralatan, biaya listrik dan air sebagai biaya produksi. Selama ini, Nyiur Indah belum menerapkan analisis metode full costing. Perusahaan ini biasanya dalam melakukan perhitungan harga pokok produksinya dilakukan dengan metode yang relatif sederhana dan belum menerapkan perhitungan harga pokok

produksinya sesuai dengan kaidah akuntansi biaya. Harga pokok produksi yang ditentukan oleh Nyiur Indah merupakan harga pokok produksi senyatanya. Harga pokok produksi senyatanya ini meliputi biaya-biaya dalam proses produksi yakni biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (lem, impra dan obat anti rayap). Karena dalam hal ini Nyiur Indah belum memasukkan secara terperinci dan belum sepenuhnya memperhatikan biaya-biaya overhead pabrik maka untuk memperkecil kesalahan yang terjadi dalam perhitungan harga pokok produksinya diperlukan suatu metode yang baik. Metode

(5)

yang tepat digunakan dalam Nyiur Indah untuk menghitung harga pokok produksi adalah metode full costing. Dengan menerapkan metode ini diharapkan akan membantu perusahaan khususnya dalam penentuan harga pokok produksi dapat berfungsi lebih optimal, efektif dan efisien.

Penelitian ini menggunakan teori yang berkaitan dengan metode Full Costing. Mulyadi (2012) menyatakan bahwa

metode full costing adalah metode harga pokok pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Pada metode full costing, biaya

overhead pabrik (BOP) baik yang

berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau dasar BOP sesungguhnya. Oleh karena itu, BOP tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk tersebut sudah terjual. Karena BOP dibebankan kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka dalam 1 (satu) periode BOP yang sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead lebih (overapplied

factory overhead) atau pembebanan BOP

kurang (underapplied factory overhead) tersebut belum laku dijual maka pembebanan BOP lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dlam proses maupun produk jadi). Namun, bila dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka BOP tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba rugi sebelum produknya laku dijual.

Tujuan dari penelitian ini adalah memberi pengetahuan terkait beberapa hal, diantaranya: (1) harga pokok senyatanya pada usaha kerajinan tangan “Nyiur Indah”, (2) harga pokok seharusnya sesuai dengan metode Full Costing, (3) selisih laba harga pokok produksi senyatanya dengan harga

pokok produksi seharusnya, (4) selisih laba yang didapatkan perusahaan dengan laba yang seharusnya sesuai dengan metode

Full Costing. METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif, dimana peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan dan mengumpulkan data-data yang akan dianalisis berdasarkan pengamatan dan pengetahuan peneliti. Menurut Sarwono (2007) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang diguanakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.

Penelitian ini dilakukan pada usaha Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” yang terletak di Desa Petandakan Kabupaten Buleleng

.

Pada penelitian ini data akan diperoleh dengan menggunakan teknik-teknik pengumpulan data kualitatif seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses pengolahan data dalam penelitian ini megadopsi teknik analisis deskriptif dengan melalui tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan yang dimaksud untuk menganalisis data dengan teknik analisis deskriptif adalah reduksi data, penyajian data, lalu menarik kesimpulan. Penelitian ini juga melewati tahapan pengecekan keabsahan data melalui beberapa uji untuk menguji keabsahan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Harga Pokok Senyatanya Pada Usaha Kerajinan Tangan

Perusahaan kerajinan tangan “Nyiur Indah” Desa Petandakan yang memproduksi dulang, nare, dan bokor dalam perhitungan harga pokok produksinya membebankan secara langsung kepada produk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sedangkan untuk biaya overhead pabrik hanya diperhitungkan biaya bahan penolong saja. Berikut ini akan disajikan harga pokok produksi yang dihitung senyatanya yang terdiri dari tiga elemen biaya yaitu :

(6)

a. Biaya bahan baku

Biaya bahan baku adalah harga pokok yang diolah dalam proses produksi, sedangkan bahan baku adalah bahan yang menjadi bagian integral dari pada barang jadi. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan narasumber yakni Bapak Gede Merta Sariadi di usaha kerajinan tangan “Nyiur Indah” sebagai berikut:

“untuk proses pembuatan dulang, nare, bokor bahan utama yang digunakan nike kayu mangga. Bahan-bahan nike selain kayu mangga ada batok kelapa, dari kayu manis juga ada menurut pesanan manten.”

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang langsung mengolah bahan baku sehingga menjadi produk jadi. Untuk membuat dulang, bokor, nare dari awal sampai selesai dengan melalui beberapa tahapan proses dimana setiap tahapan proses ditangani oleh tenaga kerja langsung yang berbeda. Pernyataan tersebut diperkuat dengan kutipan wawancara peneliti dengan narasumber Bapak Gede Merta Sariadi di usaha kerajinan tangan “Nyiur Indah” sebagai berikut:

“upah tenaga kerja nike harian ada borongan juga ada. Borongan

nike biasanya untuk tukang bubut

soalne harus kejar target. Tenaga

tiang ajak 13 orang be ade bagian-bagiane. Pokokne tukang

bubut gen borongan ane len

harian be. Tukang bubut dan oven

2 orang, perakit 2 orang, tukang amplas 2 orang, finishing 6 orang, pemotong bahan baku 1 orang.

Ongkosne beda-beda be tiap

tenaga to.”

c. Biaya Overhead Pabrik

Di dalam perhitungan biaya produksinya, perusahaan belum membebankan biaya overhead pabrik secara keseluruhan. Biaya overhead pabrik yang sudah dibebankan hanya berupa bahan penolong saja. Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara peneliti dengan narasumber yakni Bapak Gede Merta Sariadi sebegai berikut:

“penyusutan mesin atau perbaikan mesin nike tiang ambil global manten tidak ada perhitungan yang khusus. Sedangkan untuk bahan

finishingne nike cuma lem,

impra dan obat anti rayap,dll.” Berikut ini disajikan perhitungan harga pokok produksi senyatanya baik harga pokok produksi total maupun harga pokok produksi per buahnya dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan kerajinan tangan “Nyiur Indah” pada tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 4. HPP Dulang Senyatanya Perusahaan Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016 Biaya Produksi Jumlah HPP per Produk Biaya Bahan Baku Rp 74,660,000 Rp 20,000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 63,461,000 Rp 17,000 BOP Rp 19,571,339 Rp 5,243 Total Rp 157,692,339 Rp 42,243 Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 4 dapat dilihat bahwa harga pokok produksi total sebesar Rp 157.692.339 dan HPP per

produk dulang yang senyatanya pada perusahaan kerajinan tangan “ Nyiur Indah” Tahun 2016” adalah sebesar Rp. 42.243.

(7)

Tabel 5. HPP Bokor Senyatanya Perusahaan Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016 Biaya Produksi Jumlah HPP per Produk Biaya Bahan Baku Rp 27,360,000 Rp 10,000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 35,568,000 Rp 13,000 BOP Rp 14,344,278 Rp 5,243 Total Rp 77,272,278 Rp 28,243 Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 5 dapat dilihat bahwa harga pokok produksi total sebesar Rp 77.272.278 dan HPP per

produk bokor yang senyatanya pada perusahaan kerajinan tangan “ Nyiur Indah” Tahun 2016” adalah sebesar Rp. 28.243. Tabel 6. HPP Nare Senyatanya Perusahaan Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016

Biaya Produksi Jumlah HPP per Produk Biaya Bahan Baku Rp 15,420,000 Rp 10,000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 20,046,000 Rp 13,000 BOP Rp 8,084,385 Rp 5,243 Total Rp 43,550,385 Rp 28,243 Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 6 dapat dilihat bahwa harga pokok produksi total sebesar Rp 43.550.385 dan HPP per produk nare yang senyatanya pada perusahaan kerajinan tangan “ Nyiur Indah” Tahun 2016” adalah sebesar Rp. 28.243.

Harga Pokok Produksi Seharusnya dengan Metode Full Costing

Perhitungan harga pokok produksi seharusnya dalam perusahaan “Nyiur

Indah” harga pokok produksi berdasarkan proses dihitung setelah produk yang selesai dikerjakan. Dalam perhitungan tersebut, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dibebankan atas dasar biaya seharusnya terjadi pada produk. Maka dari itu peneliti menghitung biaya overhead pabrik yang dikeluarkan seharusnya pada tahun 2016 seperti pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Biaya Overhead Pabrik Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016 No Jenis Biaya Overhead Pabrik Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Biaya Bahan Penolong - Lem

- Impra

- Obat anti rayap Biaya Penyusutan Bangunan Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Pemeliharaan Bangunan Biaya Pemeliharaan Peralatan Biaya Listrik

Biaya Air

Biaya Gaji Pengawas Biaya Telepon Biaya administrasi 12.000.000 12.000.000 18.000.000 10.000.000 5.000.000 3.000.000 2.500.000 6.000.000 360.000 24.000.000 2.400.000 3.000.000 Jumlah 98.260.000 Sumber: Nyiur Indah Desa Petandakan Kabupaten Buleleng Tahun 2016

(8)

Berdasarkan data pada tabel 7 diperoleh biaya overhead pabrik seharusnya untuk memproduksi seluruh produk kerajinan tangan pada “Nyiur Indah” Desa Petandakan tahun 2016 sebesar Rp 98.260.000. Sedangkan untuk biaya overhead pabrik seharusnya yang dibebankan kepada masing-masing

produk yaitu dulang sebanyak 3.733 buah sebesar Rp. 45.787.614,53, bokor sebanyak 2.736 buah sebesar Rp. 33.558.776,68, dan nare sebanyak 1.5.42 buah sebesar Rp 18.913.608,79, dapat dilihat lebih rinci biaya overhead pabrik setiap bulannya pada tahun 2016 pada tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Seharusnya Pada Masing-Masing Jenis Produk Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016

No Bulan Dulang Bokor Nare

1 Jan Rp 3,066,408.70 Rp 1,533,204.34 Rp 1,533,204.34 2 Feb Rp 3,434,377.74 Rp 1,717,188.87 Rp 1,717,188.87 3 Mar Rp 4,231,644.00 Rp 1,410,548.00 Rp 1,410,548.00 4 Apr Rp 4,967,582.09 Rp 2,649,377.11 Rp 1,324,688.55 5 Mei Rp 3,557,034.09 Rp 3,557,034.08 Rp 1,778,517.04 6 Juni Rp 3,679,690.44 Rp 3,679,690.43 Rp 1,839,845.21 7 Juli Rp 3,679,690.44 Rp 3,679,690.43 Rp 1,839,845.21 8 Agst Rp 4,967,582.09 Rp 3,311,721.38 Rp 1,324,688.55 9 Sept Rp 3,679,690.44 Rp 3,679,690.43 Rp 1,471,876.17 10 Okt Rp 4,599,613.05 Rp 3,066,408.69 Rp 1,533,204.34 11 Nov Rp 3,434,377.74 Rp 1,717,188.87 Rp 1,717,188.87 12 Des Rp 2,489,923.86 Rp 3,557,034.08 Rp 1,422,813.63 Jumlah Rp 45,787,614.69 Rp 33,558,776.68 Rp18,913,608.79 Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik seharusnya diatas, maka dapat disajikan perhitungan harga pokok produksi yang dihitung seharusnya baik harga pokok produksi total maupun

harga pokok produksi per buahnya. Berikut disajikan tabel perhitungan harga pokok produksi total dan per buahnya yang seharusnya pada usaha kerajinan tangan “Nyiur Indah” tahun 2016.

Tabel 9. HPP Dulang Seharusnya Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016 Biaya Produksi Jumlah HPP per Produk Biaya Bahan Baku Rp 74,660,000 Rp 20,000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 63,461,000 Rp 17,000 BOP Rp 45,787,615 Rp 12,266 Total Rp 183,908,615 Rp 49,266 Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 9 dapat dilihat bahwa harga pokok produksi total sebesar Rp 183.908.615 dan harga

pokok produksi per produk dulang yang seharusnya pada kerajinan tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016 adalah Rp 49.266.

(9)

Tabel 10. HPP Bokor Seharusnya Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016 Biaya Produksi Jumlah HPP per Produk Biaya Bahan Baku Rp 27,360,000 Rp 10,000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 35,568,000 Rp 13,000 BOP Rp 33,558,777 Rp 12,266 Total Rp 96,486,777 Rp 35,266 Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 10 dapat dilihat bahwa harga pokok produksi total sebesar Rp 96.486.777 dan harga

pokok produksi per produk bokor yang seharusnya pada kerajinan tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016 adalah Rp 35.266. Tabel 11. HPP Nare Seharusnya Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016

Biaya Produksi Jumlah HPP per Produk Biaya Bahan Baku Rp 15,420,000 Rp 10,000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 20,046,000 Rp 13,000 BOP Rp 18,913,609 Rp 12,266 Total Rp 54,379,609 Rp 35,266 Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 11 dapat dilihat bahwa harga pokok produksi total sebesar Rp 54.379.609 dan harga pokok produksi per produk nare yang seharusnya pada kerajinan tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016 adalah Rp 35.266.

Selisih Harga Pokok Senyatanya dengan Harga Pokok Seharusnya

Hasil perhitungan harga pokok produksi yang dihitung seharusnya lebih

besar dari harga pokok produksi senyatanya. Perbandingan harga pokok produksi senyatanya dengan harga pokok produksi seharusnya dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan kerajinan tangan “Nyiur Indah” Desa Petandakan tahun 2016 pada tabel di bawah ini:

Tabel 12. Perbandingan HPP Dulang Senyatanya dengan HPP Dulang Seharusnya Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016

Biaya

Senyatanya Seharusnya

Selisih Jumlah Biaya HPP Per

Produk

Jumlah Biaya HPP Per Produk

BBB Rp. 74.660.000 Rp.20.000 Rp. 74.660.000 Rp. 20.000 Rp. - BTKL Rp. 63.461.000 Rp.17.000 Rp. 63.461.000 Rp. 17.000 Rp. -

BOP Rp. 19.571.375 Rp. 5.243 Rp. 45.787.615 Rp. 12.266 Rp. 7.023 Total Rp. 157.692.339 Rp.42.243 Rp. 183.908.615 Rp. 49.266 Rp. 7.023 Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 12 dapat dilihat bahwa terdapat selisih antara

HPP dulang senyatanya dengan HPP dulang seharusnya pada kerajinan tangan

(10)

“Nyiur Indah” pada tahun 2016 sebesar Rp 7.023.Ini didapat dari pengurangan harga pokok prodksi per produk seharusnya dikurangkan dengan harga pokok produksi

senyatnya karena harga pokok produksi dulang senyatanya sebesar Rp. 42.243 sedangkan harga pokok produksi dulang seharusnya sebesar Rp. 49.266. Tabel 13. Perbandingan HPP Bokor Senyatanya dengan HPP Bokor Seharusnya

Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016

Biaya

Senyatanya Seharusnya

Selisih Jumlah Biaya HPP Per

Produk

Jumlah Biaya HPP Per Produk

BBB Rp. 27.360.000 Rp. 10.000 Rp. 27.360.000 Rp. 10.000 Rp. - BTKL Rp. 35.568.000 Rp. 13.000 Rp. 35.568.000 Rp. 13.000 Rp. -

BOP Rp. 14.344.278 Rp. 5.243 Rp. 33.558.777 Rp. 12.266 Rp. 7.023 Total Rp. 77.272.278 Rp. 28.243 Rp. 96.486.777 Rp. 35.266 Rp. 7.023 Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 13 dapat dilihat bahwa terdapat selisih antara harga pokok produksi bokor senyatanya dengan harga pokok produksi bokor seharusnya pada kerajinan tangan “Nyiur Indah” pada tahun 2016 sebesar Rp 7.023. Dapat dilihat bahwa harga pokok produksi per produk senyatnya sebesar Rp. 28.243

sedangkan harga pokok produksi per produk seharusnya dengan metode full costing sebesar Rp. 35.266. selisih ini terjadi karena BOP Yang diperhitungkan oleh perusahaan belum semua di perhitungkan dalam penentuan harga pokok produksinya.

Tabel 14. Perbandingan HPP Nare Senyatanya dengan HPP Nare Seharusnya Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016

Biaya

Senyatanya Seharusnya

Selisih Jumlah Biaya HPP Per

Produk

Jumlah Biaya HPP Per Produk

BBB Rp. 15.420.000 Rp.10.000 Rp. 15.420.000 Rp. 10.000 Rp. - BTKL Rp. 20.046.000 Rp. 13.000 Rp. 20.046.000 Rp. 13.000 Rp. -

BOP Rp. 8.084.385 Rp. 5.243 Rp. 18.913.609 Rp. 12.266 Rp. 7.023 Total Rp. 43.550.385 Rp. 28.243 Rp. 54.379.609 Rp. 35.266 Rp. 7.023 Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 14 dapat dilihat bahwa terdapat selisih antara HPP nare senyatanya dengan HPP nare seharusnya pada kerajinan tangan “Nyiur Indah” pada tahun 2016 sebesar Rp 7.023.

Selisih harga pokok produksi yang senyatanya dengan perhitungan seharusnya terjadi karena perhitungan harga pokok produksi yang dihitung senyatanya lebih kecil yakni sebesar Rp. 28.243 dari perhitungan harga pokok

produksi seharusnya sebesar Rp. 35.266. Terjadi selisih disebabkan karena pemilik usaha kerajinan tangan “Nyiur Indah” tidak membebankan biaya tenaga kerja tak langsung, biaya penyusutan peralatan, biaya penyusutan bangunan, biaya pemeliharaan bangunan dan peralatan biaya listrik dan air, biaya administrasi ke dalam biaya overhead pabrik.

(11)

Selisih Laba Senyatanya dengan Seharusnya

Berdasarkan hasil perhitungan harga pokok produksi senyatanya dan seharusnya, maka dapat dihitung selisih laba secara tepat untuk masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan kerajinan tangan “Nyiur Indah” tahun 2016.

Dimana diketahui harga jual dari masing-masing produk yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu harga jual dulang sebesar Rp. 140.000, bokor sebesar Rp. 120.000, nare sebesar Rp. 120.000. Adapun selisih laba senyatanya dan seharusnya dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini:

Tabel 15. Perbandingan Selisih Laba Senyatanya dengan Seharusnya Kerajinan Tangan “Nyiur Indah” Tahun 2016

Produk Senyatanya (Rp) Seharusnya (Rp) Selisih Harga Jual Per Produk HPP Per Produk

Jumlah Harga Jual Per Produk HPP Per Produk Jumlah Dulang 140.000 42.423 97.757 140.000 49.266 90.734 7.023 Bokor 120.000 28.243 91.757 120.000 35.266 84.734 7.023 Nare 120.000 28.243 91.757 120.000 35.266 84.734 7.023 Jumlah 380.000 98.728 281.272 380.000 119.797 260.203 21.069 Sumber: Data Diolah, 2017

Selisih laba yang terjadi karena perhitungan harga pokok produksi per buahnya yang dihitung senyatanya lebih kecil dibandingkan dengan yang seharusnya. Hal tersebut terjadi karena pada saat penentuan harga pokok produksi senyatanya perusahaan hanya membebankan biaya overhead pabrik berupa biaya bahan penolong saja (lem, impra, dan obat anti rayap) sedangkan harga pokok produksi seharusnya pada biaya overhead pabrik dibebankan seluruhnya yakni meliputi biaya penyusutan bangunan, biaya penyusutan peralatan, biaya pemeliharaan bangunan, biaya pemeliharaan peralatan, biaya tenaga kerja tak langsung, biaya listrik dan air, biaya administrasi, sehinga menyebabkan terjadi selisih laba dimana laba senyatanya lebih besar dari pada seharusnya. Jadi, selisih laba senyatanya dulang, bokor, nare sebesar Rp. 7.023 per produk.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) biaya produksi senyatanya untuk dulang sebanyak 3.733 buah sebesar Rp. 157.692.339 dengan harga pokok

produksi per buahnya Rp. 42.243, biaya produksi senyatanya untuk bokor sebanyak 2.736 buah sebesar Rp. 77.272.278 dengan harga pokok produksi per buahnya Rp. 28.243, biaya produksi senyatanya untuk nare sebanyak 1.542 buah sebesar Rp. 43. 550.385 dengan harga pokok produksi per buahnya Rp. 28.243 pada usaha kerajinan tangan “Nyiur Indah” selama tahun 2016, (2) biaya produksi seharusnya untuk dulang sebanyak 3.733 buah sebesar Rp. 183.908.615 dengan harga pokok produksi per buahnya sebesar Rp. 49.266, biaya produksi seharusnya untuk bokor sebanyak 2.736 buah sebesar Rp. 96.486.777 dengan harga pokok produksi per buahnya Rp. 35.266, biaya produksi seharusnya nare sebanyak 1.542 buah sebesar Rp. 54.379.609 dengan harga pokok produksi per buahnya Rp. 35.266 pada usaha kerajinan tangan “Nyiur Indah” pada tahun 2016, (3) selisih harga pokok produksi senyatanya dengan harga pokok produksi seharusnya untuk satu buah dulang yaitu sebesar Rp. 7.022.84, untuk satu buah bokor sebesar Rp. 7.022.84, dan untuk satu buah nare sebesar Rp. 7.022.84 pada kerajinan tangan “Nyiur Indah” selama tahun 2016, dan (4) terjadi selisih laba senyatanya dan

(12)

seharusnya dimana untuk dulang terjadi selisih laba sebesar Rp. 7.023 per buahnya, bokor sebesar Rp. 7.023 dan nare sebesar Rp. 7.023. Selisih ini terjadi karena perusahaan tidak membebankan seluruh biaya overhead pabrik ke dalam harga pokok produksinya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, adapun saran yang dapat diberikan, yaitu: bagi usaha kerajinan tangan “Nyiur Indah” Desa Petandakan dalam menentukan harga pokok produksi khususnya biaya overhead pabrik hendaknya membebankan seluruh biaya overhead pabrik yaitu biaya tenaga kerja tak langsung, biaya penyusutan bangunan, biaya penyusutan peralatan, biaya pemeliharaan bangunan, biaya pemeliharaan peralatan, biaya listrik dan air, biaya telepon, dan biaya administrasi.

Selain itu, harga pokok produksi harus sesuai dengan yang seharusnya agar perhitungan harga jual yang dihasilkan menjadi tepat sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Dengan pembebanan biaya overhead pabrik yang benar maka dalam perhitungan harga pokok produksi akan menjadi efektif untuk menentukan harga jual yang diinginkan sehingga laba

yang diperoleh mencerminkan yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya, Penentuan

Harga Pokok dan Pengendalian Biaya. Yogyakarta: BPFE

.

2012. Akuntansi Biaya,

Penentuan Harga Pokok dan

Pengendalian Biaya. Yogyakarta:

BPFE

Pradana, David Setiadi. 2014. Perhitungan

Harga Pokok Produksi Dalam Pennetuan Harga Jual Pada CV.

Minahasa Mantap Perkasa.

[Online], tersedia di https://ejournal. unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/vi ew/4186, [diakses pada tanggal 22 September 2017].

Rozi, Ahmad. 2010. Penentuan Harga

Pokok Produksi Lele Pada Petani Lele Di Desa Tuntang. Skripsi.

Universitas Diponegoro.

Sarwono, Jonathan. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Referensi

Dokumen terkait

Data umum daerah pelayanan sampah yang wajib disediakan dan dilengkapi oleh setiap daerah dalam perhitungan kalkulator retribusi yaitu 1) jumlah penduduk, 2)

Hasil validasi dari ahli media diperoleh bahwa media pembelajaran berbasis web perlu direvisi pada bagian gambar dengan menggunakan gambar yang lebih menarik dari

Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik

Sulit bagi perusahaan untuk bersembunyi dari mata pemerintah, aktivis, masyarakat dan media massa yang merupakan stakeholders yang memiliki kepentingan terhadap

Demikian upaya untuk menyeimbangkan antara memenuhi kepentingan pemilik dan kepentingan masyarakat memberikan tantangan tersendiri kepada pihak manajemen media

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan

Pemodelan pasang surut laut tersebut disimulasikan selama 1 bulan yang menghasilkan komponen harmonik pasang surut laut dengan mencuplik pada lokasi 6 titik