• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PEDESAAN DALAM PENGEMBANGAN BUDIDAYA AYAM KAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PEDESAAN DALAM PENGEMBANGAN BUDIDAYA AYAM KAMPUNG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PEDESAAN DALAM

PENGEMBANGAN BUDIDAYA AYAM KAMPUNG

(Village Woman Empowerment in Management and

Development of Kampung Chicken)

SRI NASTITI JARMANI

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 srinastitijarmani@yahoo.com

ABSTRACT

Kampung chicken in Brebes villages is reared traditionally the productivity is low, (difficult to fulfill the market demand) and perhaps will endanger the existing population. The empowerment of women in Bentar village through the group of women farmers “Srikandi” is used in the management of kampung chicken, especially by guiding the application of technology, using KUB (Kampung Chicken Balitnak) and local kampung chicken to improv the farmer’s skill and knowledge in keeping the chicken from day old chick to laying stage, changed the management from extensified to intensified. The farmer’s group driven to be the first winner of Kampung chicken farmers group competition in Central Java in 2011.

Key Words: Kampong Chicken, Guidance, Women Group of Farmers

ABSTRAK

Pemeliharaan ayam Kampung di wilayah Kabupaten Brebes masih tradisional dan produktivitasnya rendah sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar secara berkesinambungan dalam jumlah banyak dikhawatirkan akan menguras populasi sehingga perlu dilakukan perbaikan dalam membudidayakannya. Pemberdayaan kaum perempuan pedesaan yang tergabung dalam kelompok wanita tani ternak Srikandi di desa Bentar Kecamatan Salem Kabupaten Brebes dilakukan dengan cara pendampingan teknologi inovasi budidaya menggunakan ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak) dan ayam Kampung lokal sehingg dapat meningkatkan pengedan keterampilan peternak pengetahuan dan mengubah cara membudidayakan dari ekstensif ke semi intensif dan intensif dan menghantarkannya menjadi juara pertama dalam kontes kelompok wanita tani ternak ayam Kampung di tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011.

Kata Kunci: Ayam Kampung, Pendampingan, Kelompok Wanita Tani

PENDAHULUAN

Ayam Kampung merupakan ayam asli Indonesia yang banyak dipelihara masyarakat di perkotaan maupun di pedesaan sebagai tabungan untuk menambah pendapatan keluarga dan sumber protein hewani keluarga. Daging ayam Kampung mempunyai rasa yang khas terutama untuk masakan asli Indonesia. Populasinya saat ini mencapai 261,17 juta ekor dan 15,49% nya (40,46 juta ekor) terdapat di Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (DITJEN PKH,2010).

Kabupaten Brebes adalah salah satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki populasi ayam Kampung terbanyak

yaitu 2,96 juta ekor atau 10% dari total populasi di Jawa Tengah (DINAS PKH JATENG, 2008). Seperti halnya dengan daerah lain di nusantara ini, sebagian besar ayam Kampung masih dibudidayakan secara ekstensif sehingga kematian banyak terjadi terutama pada perubahan musim kemarau ke musim hujan dan sebaliknya dan produktivitasnya rendah. Angka kematian dapat mencapai 100% dengan cara budidaya umbaran (ekstensif) namun dengan budidaya semi intensif angka kematian dapat ditekan hingga menjadi sekitar 50% (NATAAMIJAYA dan JARMANI, 1992) sehingga kerugian ekonomi dapat ditekan. Informasi dari petugas Dinas Peternakan setempat menyebutkan bahwa jaringan pemasaran ayam

(2)

Kampung dari Kabupaten Brebes cukup luas hingga mencapai Provinsi Jawa Barat, khususnya Kecamatan Lembang dimana terdapat usaha boga “Ayam Goreng Brebes”. Selain itu, diinformasikan pula bahwa ayam yang dipasarkan di luar maupun di dalam wilayah Kabupaten Brebes adalah jantan dan betina dengan kisaran umur bervariasi 3 – 4 bulan sehingga dikhawatirkan akan terjadi pengurasan populasi. Untuk menjaga terjadinya pengurasan populasi dan meningkatkan produktivitasnya perlu dilakukan “perubahan” cara membudidayakannya dengan menerapkan inovasi teknologi sederhana dan mudah dilakukan peternak. JARMANI et al.

(2007) melaporkan bahwa teknologi pemisahan anak ayam dari induknya segera setelah menetas dapat meningkatkan frekuensi bertelur menjadi 6 kali dari 3 kali selama 1 tahun produksi sedangkan JARMANI (1994) sebelumnya telah melaporkan bahwa pemberdayaan kaum perempuan dalam kelompok tani yang dibekali dengan inovasi teknologi sederhana dapat menambah pendapatan keluarga.

Perempuan di dalam keluarga adalah guru bagi anak-anaknya dan guru bagi masyarakat di sekitarnya. Kaum perempuan di wilayah Kabupaten Brebes sebagian besar tinggal di pedesaan sehingga merupakan sumberdaya manumur yang sangat potensial untuk diberdayakan meskipun tingkat pendidikannya relatif rendah. Keterikatan budaya merupakan salah satu penyebabnya namun peran dan tanggung jawabnya agar dapat mencapai keberhasilan dalam melakukan usahataninya terutama di bidang peternakan cukup besar. WAHYUNI et al. (1993) melaporkan bahwa peran terbesar kaum perempuan di bidang usahatani ternak adalah pada budidaya unggas yaitu dari proses produksi hingga pemasaran. Sementara itu, SAYOGYA (1983) menyatakan bahwa waktu yang tercurah untuk budidaya ayam Kampung kaum perempuan adalah lebih banyak dibandingkan kaum laki-laki, meskipun kaum perempuan tidak mendapat akses untuk mengikuti kegiatan pelatihan, selain itu, perannya untuk budidaya ayam Kampung lebih besar daripada budidaya ternak yang lain sehingga untuk itu peran kaum perempuan perlu diperhitungkan dalam kegiatan pelatihan atau kegiatan lain yang bersifat pendidikan untuk menambah pengetahuan.

Keterlibatan kaum perempuan pedesaan dalam kegiatan pengembangan budidaya ayam Kampung diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ayam Kampung, menambah populasi ayam Kampung, meningkatkan produktivitas kaum perempuan dan menambah pendapatan keluarga.

MATERI DAN METODE

Kegiatan ini merupakan kegiatan pengawalan dan alih teknologi dilaksanakan di Desa Bentar Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes pada tahun 2011 dengan melibatkan 20 orang kaum perempuan pedesaan yang tergadung dalam kelompok wanita tani ternak Srikandi, Desa Bentar, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes. Materi yang digunakan adalah ayam Kampung unggul Balitnak dan ayam Kampung setempat. Kepada setiap anggota kelompok diberikan ayam 50 ekor dari umur sehari hingga empat minggu unsexed.

Ayam dikelompokkan sesuai dengan umurnya dan dipelihara di dalam kandang litter dalam satu kawasan yang berpagar keliling yang dipersiapkan untuk pemeliharaan semi intensif. Pengenalan teknologi budidaya dilakukan sebelum ayam didistribusikan kepada kelompok. Pembinaan dilakukan setiap 2 bulan melalui metode “belajar sambil mengerjakan” atau dikenal dengan learning by

doing. Inovasi teknologi yang diajarkan

meliputi pemeliharaan anak ayam umur sehari hingga dewasa, perkandangan, pakan yang meliputi jenis dan bahan pakan, jumlah pemberian dan cara penyajian, serta penetasan telur dan pencatatan (recording) yang berkaitan dengan ayam maupun aktivitas masing-masing peternak anggota kelompok. Penimbangan dilakukan sebulan sekali sampai dengan umur 3 bulan untuk mengajarkan peternak melihat pertumbuhan ayam. Pakan yang diberikan adalah pakan komersiil fase

starter untuk ayam pedaging dan selanjutnya

pada umur dewasa menggunakan bahan pakan yang tersedia di lokasi. Air minum tersedia setiap saat yang terbuat dari larutan kunyit, lempuyang dengan gula merah. Penggunaan kunyit sebagai upaya untuk menjaga ketahanan tubuh dan menambah nafsu makan karena kunyit dapat bersifat sebagai anti biotik (BINTANG dan JARMANI, 2006), sedangkan

(3)

gula merah sebagai penambah energi. Data disajikan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penampilan budidaya ayam Kampung sebelum berkelompok

Peternak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah 20 orang kaum perempuan yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Ternak Ayam Kampung “Srikandi’. Sebagian besar (60%) anggota adalah ibu rumah tangga dan sisanya ibu rumah tangga yang mempunyai usaha. Seluruh anggota tergolong dalam umur produktif (umur 21 – 40 tahun), tingkat pendidikan 9 tahun atau setara SMP (65%), sedikit lebih rendah dari tingkat pendidikan suami, yang bersekolah selama 12 tahun atau setara SLA. Rendahnya tingkat pendidikan karena adanya anggapan umum dari masyarakat pedesan bahwa kaum perempuan tidak perlu menuntut pendidikan terlalu tinggi, namun sesuai dengan perkembangan budaya

dan teknologi anggapan tersebut semakin luntur sehingga sekolah adalah lebih penting dari kegiatan lainnya baik untuk laki-laki maupun perempuan seperti yang tertulis pada Tabel 1.

Sebelum bergabung dengan kelompok para anggota tersebut telah berpengalaman memelihara ayam Kampung selama 6 – 38 tahun, diawali dengan membeli ayam yang sudah siap bertelur yang tujuannya untuk “pembibitan” dan “pembesaran” secara tradisional yaitu ayam diumbar dan dikandangkan saat malam hari. Peletakan kandang di samping rumah atau di dalam rumah (dapur). Skala pemeliharaan per peternak kelompok sebelum bergabung dengan kelompok bervariasi dari 15 hingga 20 ekor jantan dan betina yang terdiri atas berbagai umur. Namun demikian ada sebagian peternak yang membatasi umbarannya dengan dipagar. Pakan yang diberikan adalah sisa dari makanan rumah tangga, dedak, nasi aking, jagung pipil, menir dicampur dengan pakan komersil sesuai dengan kemampuan keuangan. Sementara itu.

Tabel 1. Karakteristik peternak

Parameter Peternak Suami Anak

Pendidikan (tahun) 0/TK (belum sekolah) 0 0 6 1 – 6 7 5 16 7 – 9 6 4 5 10 – 12 6 9 16 > 12 1 2 6 Umur (tahun) 10 0 0 14 11 – 20 0 0 27 21 – 30 2 0 2 31 – 40 10 7 0 41 – 50 5 10 0 51 – 60 3 3 0 Pekerjaan (orang)

Ibu rumah tangga 16 0 0

Dagang/wira usaha 4 3 0

Tani 0 4 0

Buruh/karyawan 0 4 0

(4)

jumlah yang diberikan juga bervariasi sekitar 0,5 – 1 kg/hari diberikan 2 kali pagi dan sore dengan cara disajikan di tempat pakan (tampah, lembaran seng atau piring bekas).

Memelihara ayam Kampung adalah merupakan pilihan anggota kelompok. Karena pemeliharaan relatif mudah dan merupakan usaha yang produktif. Meskipun dilakukan secara sambilan dan konvensional namun dapat menambah pendapatan dan tabungan keluarga sehingga para anggota menginginkan untuk mengembangkan usahanya menjadi usaha budidaya ayam Kampung yang spesifik dan dikelola secara lebih profesional seperti tertulis pada Tabel 2. Telur yang dihasilkan pada umumnya ditetaskan dengan harapan pemilikan ayam akan cepat bertambah. Pengeraman dengan menggunakan induk, rata-rata 1 ekor induk mengerami 10 – 13 butir telur dan 1 – 3 butir gagal menetas.

Telur yang gagal menetas dapat dikonsumsi peternak bila peternak sudah mengenal

candling (peneropongan telur pada hari

kelima) pada tahapan penetasan. Angka kematian anak dalam pengasuhan induk 1 – 3 ekor bahkan ada yang lebih. Kematian tertinggi pada musim hujan dan peralihan musim. NATAAMIJAYA dan JARMANI (1992) melaporkan bahwa angka kematian anak ayam selama dalam pengasuhan induk dalam sistem ekstensif dapat mencapai lebih dari 50%. Kesehatan ayam dijaga melalui pemberian air minum yang dibuat dari larutan kunyit, lempuyang dan gula merah yang diberikan secara ad libitum. Penggunaan kunyit dan lempuyang dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena kunyit berfungsi seperti antibiotik (BINTANG dan JARMANI, 2006) selain itu, dapat

membuat warna kulit ayam menjadi lebih bersih dan kuning telur berwarna lebih merah (JARMANI dan NATAAMIJAYA, 2001.)

Tabel 2. Budidaya ayam Kampung sebelum berkelompok

Parameter Keterangan

Pengalaman memelihara ternak (tahun) 6 – 38 tahun (rata-rata 7,4 tahun) Sumber ayam dari

Pasar 14 peternak

Peternak lain (tetangga) 6 peternak

Alasan memelihara

Menambah pendapatan 5 peternak

Sambilan/pengisi waktu 5 peternak

Tabungan 7 peternak

Menambah pendapatan dan tabungan 3 peternak

Tujuan Pembibitan dan pembesaran

Pemeliharaan Ekstensif (umbaran)

Jumlah pemilikan total (ekor)

Induk 49

Jantan 35

Anak jantan dan betina muda/dara 249

Anak (1 – 20 hari) 152

Produksi telur per induk 10 – 13 butir per periode bertelur

Frekuensi bertelur per tahun 3 – 4 kali

Pemanfaatan telur a. Ditetaskan (18 peternak)

b. Ditetaskan dan dikonsumsi (2 peternak)

Jumlah telur dierami per induk 8 – 12 butir

(5)

Penampilan budidaya ayam Kampung setelah berkelompok

Semua anggota kelompok belum berpengalaman memelihara ayam dari umur 1 hari sehingga tampak canggung dalam memasukkan ayam ke dalam kandang inkubator karena ayam terlalu kecil mereka belum pernah “memegang” ayam dalam jumlah banyak sehingga takut jika ayam sampai tercekik. Ayam berumur 1 hari dimasukkan kedalam kandang inkubator yang dilengkapi dengan lampu dan dialas dengan kertas koran yang diganti setiap hari. Penerapan inovasi teknologi budidaya ayam umur 1 hari yang diintroduksikan terlihat sudah sangat bagus karena kandang dan perlengkapannya sudah disiapkan. Sedangkan ayam yang berumur 2 – 4 minggu dikandangkan terpisah di kandang lantai ”litter” beralaskan sekam dengan ukuran 1 × 2 × 0,6 meter untuk sekitar 50 ekor dan akan dikurangi jumlahnya seiring dengan pertambahan bobot badan dan umurnya. Kandang-kandang tersebut terhimpun dalam satu kawasan (Gambar 1 dan 2). Setelah dimasukkan ke dalam kandang ayam diberi minum larutan kunyit dan gula aren secara berlebih untuk menghilangkan stres.

Pakan yang diberikan adalah pakan konsentrat untuk ayam broiler dan diberikan secara ad libitum dan disajikan secara kering dalam tempat pakan yang tersedia.

“Kanibalisme” terjadi yang kemungkinan karena jumlah tempat pakan yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah ayam, penempatan tempat pakan yang kurang sesuai di dalam kandang atau terlalu banyak ayam jantan yang ada di dalam kandang karena ayam yang baru didistribusikan belum dipisahkan antara ayam jantan dan betina (unsexed). Hal ini merupakan pengalaman baru dan pelajaran yang berharga bagi anggota karena biasanya ayam mencari pakan sendiri atau diberi pakan di tempat pakan yang terbuka. Untuk menghindari ayam yang terluka menjadi semakin parah, maka ayam yang terluka ditempatkan terpisah dari yang lain dan setelah anak ayam berumur 2 minggu mulai dilakukan sexing dan diulang lagi pada 2 minggu kemudian. Hal ini dilakukan 2 kali karena anggota kelompok belum berpengalaman dalam melakukan sexing sehingga masih terjadi kesalahan dalam

mendeteksinya. Sexing dilakukan dengan melihat kloaka dan pertumbuhan “jengger” di kepalanya. Hasilnya anak ayam jantan lebih banyak jumlahnya daripada yang betina yaitu sekitar 60% lebih dari total 350 ekor anak ayam umur sehari.

Gambar 1. Kawasan kandang ayam

Gambar2. Bagian dalam kawasan kandang

Perkembangan dan pertumbuhan ayam secara semi intensif di lokasi kandang kelompok kawasan di sini cukup bagus meskipun sedikit lebih rendah daripada penampilan ayam KUB di laboratorium (Tabel 3) namun lebih tinggi dari ayam Kampung yang diumbar. Konsumsi dan kualitas pakan kemungkinan yang menjadi penyebabnya. Pakan yang diberikan di kandang kawasan tersebut merupakan pakan campuran antara pakan starter untuk ayam pedaging dicampur dengan dedak halus sedangkan di laboratorium adalah konsentrat ayam petelur sesuai dengan fase umur ayam. Total konsumsi ayam KUB di laboratorium

(6)

Tabel 3. Penampilan ayam KUB umur 4 – 8 minggu

Lokasi kandang Bobot badan (g) Total konsumsi pakan per ekor

(g)

4 minggu 8 minggu

Kawasan kelompok 156 440 760

Laboratorium 140 470 1300

dari umur 4 – 8 minggu sebanyak 1300 gram sedangkan di kawasan kandang kelompok 760 g sehingga pakan di kelompok lebih efisien dibandingkan dengan di laboratorium dalam menambah bobot badan. Oleh karena itu, kepada kelompok disarankan agar komposisi pakannya di rubah agar tidak mengganggu proses perkembangan organ reproduksi yang dikhawatirkan akan mengganggu periode awal bertelur karena ayam KUB adalah ayam yang dibentuk untuk tipe petelur sehingga tubuhnya ramping.

Untuk menjaga agar penampilan ayam tidak kusam dan kelihatan lincah ayam yang di kandang kawasan dibiarkan untuk berexercise di dalam lingkungan kandang kawasan (Gambar 3).

Gambar 3. Kawasan exercise ayam

Sangkar untuk induk yang akan bertelur sudah dipersiapkan karena beberapa induk mulai menunjukkan gejala akan bertelur (Gambar 4) dan pada umur 5 bulan ayam KUB di kandang kawasan sudah ada yang mulai bertelur (Gambar 5 dan 6). Berat telur ayam KUB di kandang kawasan rata-rata 35,2 g masih dalam kisaran normal mendekati berat telur ayam KUB di laboratorium yang kisaran beratnya 35 – 42 g (HIDAYAT et al., 2011) dan bentuk serta warna cangkangnya normal seperti pada ayam Kampung.

Gambar 4. Tempat bertelur

Gambar 5. Telur dalam sangkar

(7)

Kendala dan pemecahannya dalam mengembangkan ayam KUB

Prosentase ayam jantan yang lebih tinggi dari ayam betina hasil sexing menjadikan anggota kelompok kurang optimis karena dengan memiliki ayam betina dapat mempercepat jumlah kepemilikan ayam. Namun hal ini dapat diatasi dengan menerapkan inovasi teknologi pemisahan anak segera setelah ditetaskan dan dilanjutkan dengan pemeliharaan yang lebih intensif. Selain itu kenaikan harga pakan (dedak halus) dapat dilakukan dengan menjadwalkan penggilingan padi dan menyimpan dedaknya di tempat yang kering dan tidak lembab untuk menjaga dedak tidak berbau, berkutu dan berjamur. Sementara itu, tingginya angka kematian diatasi dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang dan di dalam kandang, memberikan pakan yang cukup dan larutan jamu sebagai air minum tetap dilanjutkan serta mengganti tempat pakan atau minum dengan yang bersih.

Pengembangan ayam KUB di kelompok Kelompok Wanita Tani Ternak Ayam Kampung “Srikandi” dalam upaya mengembangkan ayam KUB dan ayam Kampung dimulai dari belajar memelihara ayam umur sehari dengan segala kendala yang dihadapi hingga berproduksi merupakan kemajuan, peningkatan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga hingga berbuah kemenangan sebagai juara pertama antar kelompok peternak ayam Kampung di Provinsi Jawa Tengah. Untuk pengembangan lebih lanjut kelompok telah membagi anggota dengan kegiatan spesialisasi untuk pembesaran, pembibitan, penetasan dan anggota pemelihara ayam umur sehari sehingga diharapkan perkembangan populasi ayam KUB maupun ayam Kampung lokal dapat lebih cepat. Selain itu penambahan pengetahuan anggota terus dilakukan seperti cara melaksanakan inseminasi buatan sebab ketrampilan dalam menginseminasi dapat mengurangi pemeliharaan ayam jantan. Selain itu juga

diajarkan tentang penyusunan pakan dari bahan baku yang tersedia di lokasi, penetasan dengan menggunakan mesin tetas sehingga populasinya dapat bertambah dengan cepat dengan fase umur yang sama, serta pengolahan produk dari ayam Kampung (abon, sosis, bakso, nugget) dan pengolahan kotoran kandang menjadi pupuk organik. Kelompok juga telah menambah lokasi baru untuk pengembangan kandang kawasan sehingga pengawasan lebih terkendali. Dengan uraian tersebut di atas terlihat kelompok wanita tani ternak ayam Kampung “Srikandi” siap maju untuk mengikuti lomba kelompok tani ternak ayam Kampung tingkat nasional dan ayam KUB maupun ayam Kampung dapat berkembang dengan baik sehingga meningkatkan produktivitas kaum perempuan di Desa Bentar dan dapat menambah pendapatan keluarga.

KESIMPULAN

1. Terjadi peningkatan pengetahuan teknis tentang membudidayakan ayam Kampung dari umur 1 hari hingga umur bertelur. 2. Peningkatan pengetahuan teknologi

budidaya ayam Kampung dari tradisional ke semi intensif dan intensif sudah membuahkan hasil. Hal ini terbukti kelompok “Srikandi” dapat menjadi juara pertama lomba kelompok tani ternak ayam Kampung tingkat Provinsi Jawa Tengah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih diucapkan kepada Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Brebes beserta staf, kelompok wanita tani ternak ayam Kampung Srikandi dan aparat desa Bentar beserta staf yang telah bersedia mengadopsi dan mengembangkan ayam KUB di wilayah Kabupaten Brebes khususnya di desa Bentar Kecamatan Salem. Selain itu, ucapan serupa ditujukan kepada Ir. I.A.K. Bintang MS, Ir. Tiurma Pasaribu MS dan M. Ujiyanto yang telah membantu keberhasilan kegiatan bimbingan teknologi tersebut.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

BINTANG,I.A.K. dan S.N. JARMANI. 2006. The use of turmeric (Curcuma domestica val) and zingiber (Zingiber aromaticum val) meal in broiler ration. Proc. of the 4th ISTAP. The Faculty of Animal Husbandry Gadjah Mada University, Yogyakarta.

DITJEN PKH. 2010. Statistik Peternakan Indonesia 2010. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Jakarta.

DINAS PKH JATENG. 2008. Laporan Tahunan Dinas

Peternakan dan Kesehatan Hewan. Ungaran. HIDAYAT,C.,S.ISKANDAR dan T. SARTIKA. 2011.

Respon Kinerja Peneluran Ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak) terhadap perlakuan protein ransum pada masa pertumbuhan. JITV 16(2): 83 – 89.

JARMANI, S.N. dan A.G. NATAAMIJAYA. 2001. Penampilan ayam ras pedaging dengan menambahkan tepung lempuyang (Zingiber aromaticum val) di dalam ransum dan kemungkinan pengembangannya. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17 – 18 September 2001. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 605 – 608. JARMANI, S.N. 1994. Usaha pengembangan

budidaya ayam Kampung melalui kelompok wanita tani ternak di lahan kering. Pros. Pertemuan Ilmiah Hasil Penelitian Peternakan Lahan Kering. Malang, 26 – 27 Oktober 1994. Sub Balai Penelitian Ternak Grati. hlm. 424 – 429.

JARMANI, S.N., B. HARYANTO, W. PUASTUTI., HASTONO.,S.ASMARASARI dan D. PRAMONO. 2007. Perbaikan Manajemen Budidaya Ternak Berwawasan Lingkungan melalui Penerapan Teknologi Bioproses Limbah Pertanian dan Pemanfaatan Tanaman Berkhasiat Obat. Balitnak. Puslitbang Peternakan (Laporan Proyek P4MI Badan Litbang Pertanian). NATAAMIJAYA, A.G. dan S.N. JARMANI. 1992.

Pelaksanaan intensifikasi ayam Kampung di Jawa Barat. Pros. Lokakarya Penelitian Komoditas dan Studi Kasus. Vol. 1. Proyek Pembangunan Penelitian Terpadu Badan Litbang Pertanian, Ditjen Dikti.

SAYOGYA, P. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. CV Rajawali, Jakarta.

WAHYUNI,S.,S.RACHMAWATI dan A. SUPARYANTO. 1993. Kelumintuan usahatani ternak di daerah Istimewa Yogyakarta. Suatu Analisis dengan kerangka analisis gender. Dalam: Kumpulan Makalah Peranan Wanita dalam Sistem Usahatani Ternak di Jawa dan Bali. Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan P4N Badan Litbang Pertanian.

DISKUSI Pertanyaan:

Apa tindakan yang pertama kali dilakukan untuk dapat mengajak atau memberdayakan kaum perempuan disini sehingga mau untuk membudidayakan dan mengembangkan ayam Kampung?

Jawab:

Yang dilakukan adalah:

 Menjelaskan apa itu ayam Kampung dan manfaat dari memelihara ayam Kampung, kemudian

ditanyakan kesediaan kaum perempuan di sini untuk memelihara ayam Kampung secara baik dan benar

 Setelah bersedia, kepada kaum perempuan diminta untuk menceritakan pengalaman dalam

memelihara ayam Kampung selama ini.

 Metode diskusi dan “belajar sambil mengerjakan” (learning by doing), diajarkan secara

bertahap, persiapan pemeliharaan ayam dari umur 1 hari hingga 4 minggu yang meliputi cara memegang ayam, perkandangan, pakan dan pencatatan (recording) kedaaan ayam dan

(9)

dinamika populasi, kebersihan kandang dan lingkungannya. Penimbangan ayam dilakukan sekali setiap bulan selama 3 bulan dimaksudkan untuk mengajarkan kepada anggota melihat efisiensi penggunaan pakan melaui pertambahan bobot badan.

 Kepada para anggota dibagikan “buku petunjuk praktis” memelihara ayam Kampung

 Pembinaan dilakukan setiap 1 – 2 bulan sekali dengan metode diskusi dan “belajar sambil

mengerjakan” (learning by doing) di dalam kandang kawasan. Penambahan ilmu dan teknologi disesuaikan dengan fase fisiologis ayam.

 Dengan keberhasilan menjadi juara I se-Provinsi Jawa Tengah pembinaan dipersiapkan untuk

maju ke tingkat nasional dengan tambahan teknologi inseminasi, penetasan, pengolahan hasil (pascapanen) produk seperti nugget, sosis, bakso, abon, keripik ceker. Selain itu sanitasi lingkungan kandang (bio sekuriti) dan pembuatan bahan pakan dari onggok menjadi cassapro, penataan kandang kawasan baru serta show room atau ruang pamer produk kelompok.

Gambar

Gambar 1. Kawasan kandang ayam
Tabel 3. Penampilan ayam KUB umur 4 – 8 minggu

Referensi

Dokumen terkait

di kawasan ini. Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 41 Tahun 2002 merupakan kebijakan yang diharapkan oleh PT PJB-BPWC, sehingga BPWC sebagai pengelola

Jika dicermati tentang tata cara pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Bulukumba seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 2 Tahun

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Pada penelitian ini penulis memilih faktor individual yaitu pengetahuan yang berupa literasi ekonomi sebagai variabel yang mempengaruhi perilaku konsumen.dan faktor

Untuk mengetahui sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat yang meliputi pengaturan tata ruang, cara penyimpanan obat,

Dar i hasil Negosiasi Har ga yang dilakukan, telah disepakati/ disetujui bersama ter jadi. penur unan total harga sehingga har ga pengadaan menjadi sebesar