• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Alat Peraga dengan Metode Demonstrasi Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penggunaan Alat Peraga dengan Metode Demonstrasi Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JIPM, Volume 2, Nomor 1, Oktober 2020, Hlm 1-11

Penggunaan Alat Peraga dengan Metode Demonstrasi

Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Lilis Kartika

1

, Dessy Rizki Suryani

2

, Khumaeroh Dwi Nur’aini

3 1Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Musamus

kartika1922lilis@gmail.com

2Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Musamus suryani_fkip@unmus.ac.id

3Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Musamus khumaeroh_fkip@unmus.ac.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh penggunaan alat peraga dengan metode demonstrasi terhadap pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan one grup pretest-posttest design. Sampel penelitian adalah kelas VII A yang berjumlah 30 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan angket. Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep matematis dan angket digunakan untuk mengetahui respon siswa dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa n-gain score berada pada kategori sedang yaitu 0,6206, sedangkan hasil uji hipotesis diperoleh

451 , 28  hitung

t lebih dari ttabel 2,08 yang berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa lebih baik setelah diterapkan alat peraga dengan metode demonstrasi. Hasil penelitian juga manunjukkan bahwa respon siswa terhadap alat peraga dengan metode demonstrasi menyatakan respon positif sebesar 77,65%. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan alat peraga dengan metode demonstrasi terhadap pemahaman konsep matematis siswa materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di kelas VII SMP Negeri 3 Merauke. Kata Kunci: alat peraga, metode demonstrasi, pemahaman konsep matematis.

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine whether or not there is an effect of using props with demonstration methods on students' understanding of the concepts of linear equations and inequalities of one variable. This research is an experimental research with one group pretest-posttest design. The research sample was class VII A, totaling 30 students. Data collection was carried out using tests and questionnaires. The test is used to determine understanding of mathematical concepts and a questionnaire is used to determine student responses in the learning process. The results showed that the n-gain score was in the moderate category, namely 0.6206, while the results of the hypothesis test were obtained more than, which meant that it was rejected and accepted, which indicated that students' understanding of mathematical concepts was better after the use of props with demonstration methods. The results of students' responses to teaching aids using the demonstration method stated a positive response of 77.65%. Then it can be concluded that there is an influence of the use of teaching aids with demonstration methods on the students' mathematical understanding of the material in equation and linear inequality of one variable in class VII of SMP Negeri 3 Merauke.

Keywords: teaching aids, demonstration methods, conceptual understanding

(2)

1. PENDAHULUAN

Perkembangan zaman yang begitu pesat sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan sehingga Pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang serius sebagai salah satu tolak ukur kemajuan bangsa. Berbagai upaya terus dilakukan, salah satunya dengan perkembangan kurikulum yang diharapkan dapat mempermudah peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi, terdapat salah satu mata pelajaran yang selalu dianggap sulit yaitu mata pelajaran matematika. rata-rata nilai kompetensi matematika siswa Indonesia menurut hasil survei yang dilakukan oleh PISA di tahun 2015 masih tergolong dalam kategori tingkat rendah yaitu memperoleh 386 dari 600 poin (OECD, 2018). Berdasarkan nilai rata-rata kompetensi matematika tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan pemahaman konsep menjadi masalah utama yang sering dihadapi dalam dunia pendidikan matematika. Pemahaman konsep dimaknai sebagai tujuan dalam belajar matematika, yang mengandung arti bahwa melalui pemahaman siswa yang baik membuktikan bahwa materi atau konsep pelajaran telah berhasil dilaksanakan. Menurut NCTM (Suraji et al., 2018) menyatakan bahwa komponen dasar serta aspek yang sangat penting dalam matematika terdapat pada pemahaman konsepnya, sebab dalam memahami konsep baru dibutuhkan syarat pemahaman sebelumnya.

Berdasarkan tes awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII A SMP Negeri 3

Merauke diperoleh data pemahaman konsep matematis siswa yaitu 20% siswa mampu mengartikan konsep, membuat konsep dalam bentuk matematika serta penyelesaiannya dalam operasi hitung campuran, 36,67% siswa hanya mampu mengartikan dan membuat konsep dalam bentuk matematika serta 43% siswa belum mampu memahami konsep. Berdasarkan data tersebut sangat disayangkan ketika proses belajar yang memerlukan waktu cukup lama, tetapi belum dapat menghasilkan pemahaman konsep yang maksimal.

Melalui proses belajar, siswa dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis yang dimiliki. Belajar pada tingkatan sekolah menengah pertama merupakan peralihan dari berpikir konkret ke berpikir abstrak yang ditunjukkan dari tahap perkembangan anak menurut Jean Piaget (Suyono & Hariyanto, 2015). Pelajaran matematika juga merupakan pelajaran dengan objek kajian yang bersifat abstrak, sehingga tidak sedikit siswa berpendapat bahwa matematika ialah mata pelajaran yang sukar. Oleh sebab itu matematika memerlukan suatu pembelajaran yang dapat mengubah hal yang bersifat abstrak menjadi konkret, sederhana serta mudah dimengerti.

Salah satu proses pembelajaran yang diharapkan dapat mempermudah siswa dalam belajar matematika adalah menggunakan alat peraga dengan metode demonstrasi untuk mengkonkretkan sesuatu yang bersifat abstrak. Hal inipun diperlukan kreativitas guru misalnya alat peraga berupa media pembelajaran yang

(3)

JIPM, Volume 2, Nomor 1, Oktober 2020, Hlm 1-11 sesuai dengan materi atau bisa memanfaatkan

alat-alat yang ada di kelas. Melalui alat peraga dengan metode demonstrasi siswa dapat terlibat aktif mempresentasikan dan mampu menghubungkan teori ke dalam benda nyata maupun dalam kehidupan sehari-hari terhadap alat peraga.

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan mempresentasikan benda, aturan, kejadian serta urutan melakukan suatu kegiatan secara langsung ataupun memakai media relevan dengan pokok bahasan (Fathurrohman & Sutikno, 2010). Menurut Sanjaya (Rodiawati, 2016) metode demonstrasi ialah sebuah penyajian pembelajaran dengan memperagakan kepada siswa terhadap suatu proses. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dijelaskan maka metode demonstrasi yaitu metode mengajar menggunakan peragaan yang mengkondisikan siswa terlibat langsung selama proses pembelajaran, pemakaian peragaan dapat berupa benda nyata maupun tiruan.

Gintings (Werang B. R., 2012) berpendapat bahwa antara metode demonstrasi dan alat peraga memiliki nilai kepraktisan yang saling berkesinambungan untuk membuat suatu pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa, misalnya siswa dapat mengalami belajarnya sendiri, memperjelas pengetahuan konsep, memperlihatkan cara melakukan proses terjadinya sesuatu, dapat menyajikan pelajaran lebih konkret, lebih mudah dan terstruktur dalam membantu siswa untuk memahami keterampilan tertentu serta memberikan pengalaman belajar yang lebih sempurna.

Berdasarkan paparan di atas, maka kolaborasi antara alat peraga dengan metode demonstrasi diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman konsep matematis siswa terkhusus pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Materi ini dipilih peneliti karena pemahaman konsep dalam persamaan linear dan pertidaksamaan linear sangat dibutuhkan mengingat dalam materi ini terdapat perubahan soal cerita kedalam bentuk matematika yang harus benar-benar dipahami konsepnya oleh siswa. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh penggunaan alat peraga dengan metode demonstrasi terhadap pemahaman konsep matematis siswa materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di kelas VII SMP Negeri 3 Merauke.

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah papan persamaan dan pertidaksamaan. Papan persamaan dan pertidaksamaan merupakan alat peraga inti yang digunakan dalam penelitian. Papan persamaan dan pertidaksamaan terdiri dari empat bagian utama yaitu:

a. Papan

Gambar 1. Papan

(4)

Gambar 2. Kartu Persamaan dan Pertidaksamaan

c. Kartu variabel dan konstanta

Gambar 3. Kartu Variabel dan Konstanta d. Kartu pertanyaan.

Gambar 4. Kartu Pertanyaan Cara penggunaan papan persamaan dan pertidaksamaan yaitu.

1) Persamaan Linear Satu Variabel

Langkah-langkah penyelesaian persamaan linear satu variabel yaitu sebagai berikut: a) Ambil kartu persamaan yaitu kartu dengan

tanda sama dengan (=) dan letakkan di bagian tengah.

b) Ambilah satu kartu pertanyaan secara acak yang telah disediakan.

c) Pasangkan kartu pada papan sesuai dengan pertanyaan yang diambil.

d) Hasil dari langkah 3 yaitu bagian sebelah kiri berisi banyaknya variabel dan konstanta sesuai dengan pertanyaan, begitu pula untuk bagian sebelah kanan.

e) Buatlah ruas kiri menjadi kelompok variabel dan ruas kanan menjadi kelompok konstanta.

f) Jika variabel yang tersisa adalah satu (bertanda positif) maka banyaknya konstanta adalah penyelesaian dari persamaan linear satu variabel tersebut. g) Jika variabel yang tersisa lebih dari satu

(bertanda positif) maka bagilah konstanta

menjadi sebanyak variabel yang tersisa, sehingga masing-masing variabel mendapatkan nilai konstanta yang sama. h) Jika variabel yang tersisa adalah satu

(bertanda negatif) maka kalikan kedua ruas dengan -1.

i) Jika variabel yang tersisa lebih dari satu (bertanda negatif) maka lakukan langkah 7 kemudian langkah 8.

2) Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Langkah-langkah penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel sama dengan langkah persamaan linear satu variabel hanya saja pada langkah (8) diikuti dengan membalikkan tanda pertidaksamaan. Hal ini berdasarkan konsep:

bc

ac

maka

o

c

dan

b

a

Jika

dan

c

b

b

a

maka

o

c

dan

b

a

Jika

,

,

(As’ari et al., 2017).

Pemahaman konsep matematis menurut Skemp (Ferdianto & Ghanny, 2014) merupakan suatu kemampuan yang menghubungkan notasi serta simbol matematika yang relevan dan dipadukan dalam rangkaian penalaran logis. Menurut Kurniawan (Ferdianto & Ghanny, 2014) pemahaman matematika didefinisikan sebagai proses serta tujuan dari pembelajaran matematika. Sehingga dengan kemampuan pemahaman konsep siswa tidak hanya dapat mengingat apa yang telah dipelajari, tapi siswa mampu menggeneralisasi dan menuangkan kembali kedalam bentuk lain yang sederhana serta mudah dipahami, kemudian mengaplikasikannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

(5)

JIPM, Volume 2, Nomor 1, Oktober 2020, Hlm 1-11 Indikator kemampuan pemahaman

konsep matematis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

Tabel 1. Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

No Indikator

1. Menyatakan kembali konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. 2. Mengelompokkan objek menurut sifat-sivat

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

3. Memberikan contoh dan bukan contoh persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

4. Membuat konsep persamaan dan

pertidaksamaan linear satu variabel dalam bentuk representasi matematika.

5. Mengembangkan syarat cukup konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

6. Menguraikan penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. 7. Menerapkan konsep persamaan dan

pertidaksamaan linear satu variabel ke dalam kehidupan sehari-hari.

Adaptasi dari Departemen Pendidikan Nasional (Sari, 2017).

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan peneltian eksperimen, dengan bentuk desain penelitian pre-experimental design yaitu one group pretest-posttest (Sugiyono, 2017). Penelitian dilakukan di kelas SMP Negeri 3 Merauke pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 dimulai dari tanggal 06 November 2019 sampai tanggal 28 November 2019.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 3 Merauke yang berjumlah 120 siswa. sampel yang digunakan yaitu kelas VII A berjumlah 22 siswa dengan teknik pengambilan sampel yakni cluster random sampling. Variabel yang digunakan terdiri atas dua variabel yaitu alat peraga dengan metode demonstrasi sebagai independet variable (variabel bebas) yang berpengaruh pada pemahaman konsep matematis yang bertindak sebagai dependent variable (variabel terikat).

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data ialah instrumen tes dengan tujuan memeroleh data tentang kemampuan pemahaman konsep matematis siswa sebelum dan sesudah diterapkannya alat peraga dengan metode demonstrasi dan instrumen non tes dengan tujuan mengetahui respon siswa setelah penerapan alat peraga dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran mtematika. Instrumen tes ini berupa soal uraian yang dibuat sesuai dengan 7 indikator kemampuan pemahaman konsep mastematis siswa.

Validitas instrumen yang digunakan yaitu validitas muka. Validitas ini dilakukan oleh validator yakni dosen pembimbing dan guru mata pelajaran di sekolah bertujuan untuk menilai instrumen yang akan digunakan sudah valid atau belum. Adapun yang divalidasi yakni Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan lembar soal (pretest dan posttest) serta angket respon siswa. Uji reliabilitas menggunakan uji reliabilitas inter-reter dengan mengukur Indeks Kappa (Napitupulu, 2015). Berdasarkan analisis indeks

(6)

kappa diperoleh hasilnya yaitu 1 yang menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen pretest dan posttest siswa berada pada kategori sangat baik.

Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif yang digunakan yaitu nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata, median, range, simpangan baku, varian, dan uji n-gain. Untuk mengetahui signifikan peningkatan nilai pretest dan posttest dihitung dengan uji n-gain.

Menurut Sudarman (Sudarman, 2012) rumus n-gain sebagai berikut.

) 1 ( ... ... ) ( ) ( ) ( ) ( pre maks pre post S S S S g    Keterangan: g = n-gain pre

S

= Skor pretest post

S

= Skor posttest

Statistik inferensial digunakan untuk menganalisis hipotesis penelitian. Uji t digunakan dalam membuktikan apakah penerapan alat peraga dengan metode demonstrasi berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis yang dilihat dari skor hasil pretest dan posttest. Uji prasyarat (uji normalitas) terlebih dahulu dilakukan sebelum menghitung Uji t.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan guna mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Adapun hipotesis pengujiannya yaitu.

data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Dengan berpedoman apabila nilai

maka diterima atau data berdistribusi normal dan sebaliknya.

b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan setelah uji normalitas dengan menggunakan Uji t untuk membandingkan nilai pretest dan posttest. Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut.

0 ) 2 ...( ... 0 0     D a D H H

Dengan : 2 1

D

Keterangan:

H0 = Pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa setelah diterapkan alat peraga dengan metode demonstrasi tidak lebih baik atau sama dengan sebelum diterapkannya alat peraga dengan metode demonstrasi.

Ha = Pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa setelah diterapkannya alat peraga dengan metode demonstrasi lebih baik sebelum diterapkannya alat peraga dengan metode demonstrasi.

1

= Nilai rata-rata posttest

2

(7)

JIPM, Volume 2, Nomor 1, Oktober 2020, Hlm 1-11 Rumus Uji t yang digunakan yaitu:

) 3 ( ... ... 0 d d n s D d t  Dengan:

t

= Nilai

t

hitung

d

= Rata-rata (Mean) data berpasangan

d

n

= Jumlah pasangan data sampel

d

s

= Simpangan baku sampel

0

D

= 0 (konstanta Nol) Dengan taraf signifikansi: = 5%

Kriteria pengujiannya yaitu terima jika

dan tolak jika .

c. Angket Respon Siswa

Angket respon siswa terhadap penggunaan alat peraga dengan metode demonstrasi terdiri dari 10 item yang dianalisis menggunakan rumus berikut (Yahya & Bakri, 2017).

)

4

...(

...

%

100

A

F

P

Dengan :

P = Persentase respon siswa

F = Jumlah banyak siswa yang menjawab (Ya, Tidak)

A = Jumlah siswa

Tabel 2. Kategori Angket Respon Siswa

Persentase Kategori

%

100

%

75 

Sangat Tinggi % 99 , 74 % 50  Tinggi % 99 , 49 % 25  Sedang % 99 , 24 % 0  Rendah

Bagian ini meliputi ringkasan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen pengumpulan data,

dan teknik analisis data. Untuk penelitian kuantitatif, hindari penulisan rumus-rumus statistik secara berlebihan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 5 kali pertemuan yang terdiri dari 3 tahap yaitu pertama pemberian pretest, kedua pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan alat peraga dengan metode demonstrasi dan yang ketiga pemberian posttest. Materi pembelajaran yang diajarkan ialah Persamaan dan Petidaksamaan Linear Satu Variabel (PPtLSV).

Tahap pertama (pemberian pretest) dilakukan pada tanggal 06 November 2019, peneliti memberikan tes kepada 22 siswa dengan jumlah empat soal uraian berdasarkan tujuh indikator pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

Tahap kedua yaitu pelaksanaan pembelajaran yang terdiri atas 3 kali pertemuan pada tanggal 09 November 2019, 16 November 2019 dan 23 November 2019, ketiga pertemuan berlangsung selama 3 jam pelajaran. Selama 3 kali pertemuan proses pembelajaran yang dilakukan mengalami perkembangan, dilihat dari adaptasi siswa selama pembelajaran menggunakan alat peraga dengan metode demonstrasi. Pada awal pembelajaran sebagian besar siswa merasa bingung dengan alat peraga yang digunakan dan siswa malu untuk bertanya terkait hal-hal yang belum dipahami selama demonstrasi. Pertemuan berikutnya siswa mulai beradaptasi terhadap alat peraga yang digunakan, sehinga siswa mulai mengikuti

(8)

demonstrasi yang dilakukan peneliti dengan panduan LKS. Hal tersebut dilihat dari semangat belajar siswa dengan mulai berperan dalam kelas, dimana siswa dapat mengikuti demonstrasi dengan baik serta mulai berani untuk bertanya. Pertemuan ketiga siswa mulai terbiasa dan merasa nyaman dengan pembelajaran menggunakan alat peraga, terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa sudah aktif bertanya ketika ada bagian dari materi yang kurang dimengerti, berani mengungkapkan ide yang dimiliki ketika diberikan pertanyaan serta mendemonstrasikan LKS di depan kelas.

Tahap ketiga (pemberian posttest) dilakukan pada tanggal 28 November 2019, peneliti memberikan tes kembali kepada 22 siswa untuk mendapatkan nilai dari hasil selama pembelajaran menggunakan alat peraga dengan metode demonstrasi. Setelah ketiga tahap selesai dilakukan, hasil dari pretest dan posttest dianalisis untuk melihat adanya pengaruh alat peraga dengan metode demonstrasi terhadap pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa. Hasil pretest dan posttest perwakilan siswa yang memperoleh nilai terendah dan tertinggi berdasarkan indikator pemahaman konsep PPtLSV yaitu sebagai berikut.

Tabel 3. Data Pemahaman Konsep PPtLSV per Indikator

Indikator

Pretest Posttest

Skor Siswa Skor Siswa Rendah Tinggi Rendah Tinggi

Menyatakan kembali konsep PPtLSV

4 6 5 6

Indikator

Pretest Posttest

Skor Siswa Skor Siswa Rendah Tinggi Rendah Tinggi

Mengelompokkan objek berdasarkan sifat-sifat PPtLSV

3 5 6 6

memberikan contoh dan bukan contoh

PPtLSV 6 9 6 7 Menyajikan PPtLSV dalam bentuk representasi matematika 0 0 1 4 Mengembangkan konsep PPtLSV 0 0 3 3 Menentukan penyelesaiaan PPtLSV 0 9 20 20 Menerapkan konsep PPtLSV dalam kehidupan sehari-hari 0 0 2 21

Jumlah skor siswa 13 29 43 67 Nilai siswa 18 39 59 92

Berdasarkan data di atas, kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa pada saat pretest dengan nilai rata-rata 24, 6364 berada pada kategori sangat rendah. Sedangkan, kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa pada posttest dengan nilai rata-rata 71, 0455 berada pada kategori baik.

Hasil yang diperoleh dari rata-rata n-gain score adalah sebesar 0,62062 hasil tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis pada siswa berada di kategori sedang. Dengan rincian sebanyak 15 siswa atau 68,18% berada pada kategori sedang serta 7 siswa berada pada kategori tinggi atau 31,82%. Dengan demikian,

(9)

JIPM, Volume 2, Nomor 1, Oktober 2020, Hlm 1-11 disimpulkan adanya perbedaan yang signifikan

terhadap pemahaman konsep matematis pada siswa saat pretest dan posttest.

Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Jenis Data Banyak Siswa Kolmogorov-Smirnov Test Df Asyim. Sig Pretest 22 21 0,625 Posttest 22 21 0,554

Hasil uji normalitas pretest dan posttest diperoleh bahwa nilai Asyim.Sig0,05, maka

H

0 diterima. Untuk itu disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah diketahui data berdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan uji t. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung 28,451 dan

08 , 2 

tabel

t dengan taraf signifikan 5% dan df = 21. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan

hitung

t >

t

tabel (28,451 > 2,08), yang berarti hipotesis

H

0 ditolak dan

H

a diterima. Sedangkan hasil respon siswa terhadap alat peraga dengan metode demonstrasi menyatakan respon positif sebesar 77,65%. Dengan demikian disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dengan metode demonstrasi memiliki pengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Merauke.

Dari hasil analisis data tersebut disimpulkan bahwa pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa lebih baik daripada sebelum diterapkan penggunaan alat peraga dengan metode demonstrasi. Artinya pembelajaran menggunakan alat peraga dengan metode demonstrasi memiliki pengaruh terhadap pemahaman konsep PPtLSV siswa. Hal tersebut disebabkan karena melalui demonstrasi siswa dapat melakukan langsung proses belajarnya sendiri menggunakan benda nyata (alat peraga), sehingga suasana pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat memperluas pola pikir siswa terhadap pemahaman konsep akan suatu materi. Jadi, bukan hanya peneliti yang mendemonstrasikan materi pelajaran, tetapi siswa juga dituntut untuk mendemonstrasikan materi terhadap teman sekelasnya menggunakan alat peraga tersebut.

Alat peraga dan metode demonstrasi ini memberikan kesempatan siswa untuk membandingkan antara teori dan kenyataan dengan cara mengamati, memerankan dan melakukan langsung, sehingga siswa yakin terhadap kebenaran konsep materi pelajaran. Selain itu alat peraga juga dapat memperjelas materi pelajaran yang dapat memudahkan pemahaman konsep siswa terhadap materi tersebut. Alat peraga juga dapat mempermudah siswa memahami materi dengan cara mengkonkretkan sesuatu yang sifatnya abstrak. Hal ini sependapat dengan Wahyuningsih (Wahyuningsih, 2019) yakni metode

(10)

demonstrasi dengan kegiatan diskusi atau kelompok menggunakan bantuan papan puzzel sudut dapat mengembangkan pemahaman konsep garis dan sudut siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Adanya kegiatan-kegiatan tersebut menuntun siswa memiliki kesempatan memperoleh pemahaman secara langsung dari hasil pemikiran dan hasil demonstrasi yang sudah dilakukan.

Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran melalui penerapan alat peraga dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa antusias berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran dan cepat tanggap terhadap persoalan yang diberikan saat menggunakan alat peraga, dilihat dari respon positif yang diberikan siswa terhadap pembelajaran menggunakan alat peraga dengan metode demonstrasi yang berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rodiawati (Rodiawati, 2016) bahwa kelas yang menerapkan metode demonstrasi berbantuan software geogebra lebih berpengaruh pada peningkatan pemahaman matematika siswa pada materi transformasi geometri serta respon siswa terhadap metode demonstrasi berbantuan geogebra adalah respon positif. Dengan demikian, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan alat peraga dengan metode demonstrasi terhadap pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa kelas VII SMP Negeri 3 Merauke.

4. KESIMPULAN

Dari hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa alat peraga dengan metode demonstrasi memiliki pengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Merauke. Pengaruh tersebut dilihat melalui perolehan nilai rata-rata posttest lebih dari nilai rata-rata pretest, dengan peningkatan pemahaman konsep PPtLSV siswa berada pada kategori sedang yaitu 0,62062. Untuk Perubahan peningkatan setiap indikator memberikan peubahan positif. Hasil uji t diperoleh

t

hitung >

tabel

t

(28,451 > 2,08) serta 77,65% respon positif siswa terhadap penggunaan alat peraga dengan metode demonstrasi.

5. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, dengan demikian peneliti mengharapkan untuk penelitian selanjutnya mengkaji lebih lanjut tentang peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada ruang lingkup yang lebih luas baik dalam materi, waktu, kelas, sekolah maupun sampel penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses peningkatan pemahaman konsep matematis siswa serta mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan tersebut. Penelitian selanjutnya juga diharapkan mampu membuat alat peraga yang lebih bervariasi.

6. REFERENSI

As’ari, A. R., Tohir, M., Valentino, E., Imron, Z., & Taufiq, I. (2017).

(11)

JIPM, Volume 2, Nomor 1, Oktober 2020, Hlm 1-11 BukuSiswaMatematikaSMPkelasVIISeme

ster1. In Sereal Untuk (Vol. 51, Issue 1). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Fathurrohman & Sutikno. (2010). Strategi

Belajar Mengajar. Refika Aditama. Ferdianto, F., & Ghanny, G. (2014).

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Melalui Problem Posing.

Euclid, 1(1), 47–54.

https://doi.org/10.33603/e.v1i1.343 Napitupulu, D. B. (2015). Studi Validitas Dan

Realibilitas Faktor Sukses Implementasi E-Government Berdasarkan Pendekatan Kappa. Jurnal Sistem Informasi, 10(2), 71. https://doi.org/10.21609/jsi.v10i2.388 OECD. (2018). PISA 2015 PISA Results in

Focus. PISA 2015 Results in Focus. Rodiawati, L. (2016). Pengaruh Metode

Pembelajaran Demonstrasi Berbantuan Software Geogebra Terhadap Pemahaman Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Transformasi Geometri. JES-MAT (Jurnal Edukasi Dan Sains Matematika), 2(2), 67– 80. https://doi.org/10.25134/jes-mat.v2i2.347

Sari, P. (2017). Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Materi Besar Sudut Melalui Pendekatan PMRI. Jurnal

Gantang, 2(1), 41–50.

https://doi.org/10.31629/jg.v2i1.60

Sudarman, I. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Dan Kinerja Ilmiah Siswa Smp. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran IPA Indonesia, 2(1).

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RND. Alfabeta.

Suraji, Maimunah, & Saragih, S. (2018). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Suska Journal of Mathematics Education, 4(1), 9–16.

https://doi.org/10.24014/sjme.v3i2.3897 Suyono & Hariyanto. (2015). Belajar dan

Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Remaja Rosdakarya.

Wahyuningsih, Y. (2019). Pengaruh Penggunaan Metode Demonstrasi Berbantuan Alat Peraga Papan Puzzle Sudut Terhadap Pemahaman Konsep Materi Garis dan Sudut Kelas VII MTs Matholi’ul Huda Troso Jepara. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri Walisongo. Werang B. R. (2012). Belajar dan

Pembelajaran. Elang Emas.

Yahya, A., & Bakri, N. W. (2017). Penerapan Model Kooperatif Student Teams Achievement Divisions untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Saintifik, 3(2), 171–181. https://doi.org/10.31605/saintifik.v3i2.157

Gambar

Tabel 1. Indikator Kemampuan           Pemahaman Konsep Matematis
Tabel 2. Kategori Angket Respon Siswa  Persentase  Kategori  %100%75  Sangat Tinggi  %99,74%50  Tinggi  %99,49%25  Sedang  %99,24%0  Rendah
Tabel 3. Data Pemahaman Konsep PPtLSV per  Indikator

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat nyata terhadap perlakuan kombinasi media tanam organik tanah, arang sekam padi, arang sabut

Profil asam lemak VCO dengan penambahan ekstrak etanol kunyit putih antara lain asam kaproat, asam kaprilat, asam kaprat, asam laurat, asam miristat, asam stearat, dan

Pasal 1 angka 31 UU LLAJ menentukan bahwa “Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan

Perawalan khusus dengan memberikan kenyamanan semaksimal mungkin dan juga perawatan psikologis dan juga agama pada pasien yang mengalami kegagalan organ ganda beberapa jam

Jika dibandingkan jumlah kelas dengan jumlah mahasiswanya, bisa diketahui bahwa jumlah mahasiswa dalam satu kelas di universitas yang mengkomodasikan kelas

Hal ini menandakan bahwa minyak masih mengandung pengotor (tembaga). Untuk menghilangkan pengotor tersebut dilakukan penambahan heksan dan larutan Na-EDTA yang

Terkait industri material terhadap kebutuhan material untuk mendukung industri hankam, dari sisi pasar makakemandirian bangsa dalam memproduksi alat utama sistem

Penelitian ini telah dilaksanakan dengan tujuan untuk membuat taksiran jumlah individu dan tingkat kepadatan tapir di SM Bukit Rimbang Bukit Baling serta