247
(Studi Kasus Pada UKM. Pengerajin Batik Tulis
Di Desa Jetis, Kecamatan Sidoarjo)
I Dewa Made Hari Shandi, (Politeknik SAKTI Surabaya) e-mail: [email protected]
Lisa Yusita
(Politeknik SAKTI Surabaya)
ABSTRACT
Batik is a cultural heritage of Indonesia and this has been recognized by the Organization of Education, Science and Culture of the United Nations (UNESCO), in which UNESCO recognized batik as a world cultural heritage from Indonesia. In Sidoarjo which is supporting the city of Surabaya, turned out to have the highest number of SMEs. Various Small and Medium Enterprises, crafts and culinary thousands spread over 18 districts in Sidoarjo. One of the crafts that are typical of that Batik Sidoarjo Sidoarjo. In Sidoarjo, there is a village of SMEs. batik craftsmen called Kampoeng Batik Jetis. The purpose of this study was to determine what strategy do UKM.Pengerajin Batik in Kampung Jetis Sidoarjo batik Jetis in marketing and also to know what the most effective strategies that do UKM.Pengerajin batik Write in the village Jetis Sidoarjo in marketing Jetis batik. The type of research is explanatory research (explanatory research) that explain the causal relationship between the variables through hypothesis testing. While the expected outcomes of this research is to contribute to science and the development of marketing concepts and materials expected to be used as a reference for further research or faculty beginners, especially those interested in doing research on the strategy of SMEs (small and medium enterprises).
Keywords:
Marketing Strategy Batik SMEs ABSTRAK
Batik merupakan warisan budaya bangsa Indonesia dan ini telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya Persatuan Bangsa-
Bangsa (UNESCO), di mana UNESCO mengakui batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia. Di Sidoarjo yang merupakan kota pendukung Surabaya, ternyata mempunyai jumlah UKM terbanyak. Berbagai Usaha Kecil Menengah, kerajinan dan kuliner ribuan tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo ini. Salah satu kerajinan yang khas dari Sidoarjo yaitu Batik Tulis Sidoarjo. Di Sidoarjo, ada sebuah kampung UKM. pengrajin batik yang bernama Kampoeng Batik Jetis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan UKM.Pengerajin Batik Tulis yang ada di Kampung Jetis Sidoarjo dalam memasarkan batik tulis Jetis serta untuk mengetahui strategi apa yang paling efektif yang dilakukan UKM.Pengerajin batik Tulis yang ada di kampung Jetis Sidoarjo dalam memasarkan batik tulis Jetis. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory research) yakni menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa. Sedangkan luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan pengembangan konsep pemasaran dan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi peneliti selanjutnya atau dosen pemula, khususnya yang berminat melakukan penelitian tentang strategi UKM (usaha kecil menengah).
Keywords:
Strategi Pemasaran Batik Tulis UKM
PENDAHULUAN
1.1. Penelitian Terdahulu1.1.1. Bachtiar Rifai (2012) Meneliti tentang “ANALISIS STRATEGI PEMASARAN USAHA KECIL MENENGAHPADA USAHAMEBEL(Studi Kasus pada UKM UD. Agung Mebel Desa Ciwalen Kabupaten Cianjur). Dimana tujuan dari penelitian ini adalah Mengidentifikasi kondisi UD. Agung Mebel selama menjalankan usahanya, Mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan internal dan eksternalUD. Agung Mebel, Merumuskan strategi pengembangan usaha UD. Agung Mebel. Temuan dari penelitian ini meliputi kurangnya konsistensi karyawan dalam pembagian tugas. Hal tersebut merupakan kelemahan utama yang harus segera diatasi oleh perusahaan. Masalah eksternal yang dihadapi oleh perusahaan adalah semakin banyaknya produk sejenis dari pesaingHal tersebut pula yang menjadi ancaman utama bagi perusahaan. Sumber: http://repository.gunadarma.ac.id/bitstre am/123456789/6738/1/10208229%20Jurnal%20Skripsi.pdf
1.1.2. Maya Sulistyowati (2010) Meneliti tentang Penerapan Strategi Pemasaran Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Keripik Buah So Kressh CV. Kajeye Food Malang. Penelitian ini dilatar belakangi oleh pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang semakin banyak di kota Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan strategi pemasaran yang telah dikembangkan dan yang akan diterapkan di masa mendatang, melakukan analisa SWOT dan mengetahui keunggulan bersaing Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Keripik Buah So Kressh
CV. Kajeye Food Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pemasaran perusahaan kurang maksimal dan keunggulan bersaing mengarah pada strategi produk.
1.2. Latar Belakang Penelitian
Batik merupakan warisan budaya bangsa Indonesia dan ini telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya Persatuan Bangsa-Bangsa (UNESCO), dimana UNESCO mengakui batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia. Di Sidoarjo yang merupakan kota pendukung Surabaya, ternyata mempunyai jumlah UKM terbanyak. Di Sidoarjo, ada sebuah kampung UKM. pengrajin batik yang bernama Kampoeng Batik Jetis. Dimana para pengerajin batik tulis yang ada di kampung jetis Sidoarjo ini, mengembangkan usaha dan pemasaran kerajinan batik tulis dengan metode turun menurun/konvensional. Selain itu para UKM. pengerajin Batik Tulis dari kampung Jetis ini telah meyakini bahwa batik jetis merupakan warisan leluhur di Sidoarjo. Menurut sejarah, batik tulis tradisional di Sidoarjo ini berpusat di Jetis sejak tahun 1675. Batik ini mula-mula diajarkan oleh Mbah Mulyadi yang konon merupakan keturunan raja Kediri yang lari ke Sidoarjo. Bersama para pengawalnya, Mbah Mulyadi mengawali berdagang di PASAR KAGET yang kini dikenal dengan nama PASAR JETIS.Seiring dengan perkembangan penduduk, serta kian ramainya perdagangan di Pasar Jetis, kawasan ini banyak didatangi para pedagang dari luar daerah, terutama pedagang asal MADURA. Para pedagang Madura ini sangat menyukai batik tulis buatan warga Jetis. Namun sayang, perkembangan Batik Jetis pada waktu itu tidak ada generasi yang mau melanjutkan perkembangan usaha ini.Pada tahun 1950-an usaha batik Jetis didirikan lagi oleh seorang wanita yang bernama Widiarsih (Bu Wida) dan banyak warga kampung Jetis waktu itu masih menjadi pekerjanya. Usaha batik tulis Widiarsih pada waktu itu telah menjadi perusahaan terbesar di kampung Jetis, sekaligus banyak yang mengakui kalau bisnisnya menjadi bisnis batik tertua di kampung Jetis.Pada tahun 1970-an, para mantan pekerja Widiarsih akhirnya memberanikan diri untuk membuat serta membuka bisnis batik tulis sendiri dirumahnya, yang akhirnya menjadi usaha masyarakat rumahan batik Jetis tulis ini. Dari sinilah usaha batik mulai menjadi usaha rumahan masyarakat Jetis. Usaha tersebut kemudian juga menjadi mata pencaharian utama mereka selama bertahun-tahun hingga sekarang. Pada tanggal 16 April 2008 kaum muda yang ada di kampung Jetis Sidoarjo membentuk paguyuban Batik Sidoarjo (PBS).Akhirnya pada tanggal 3 Mei 2008 Bupati sidoarjo meresmikan Pasar Jetis sebagai daerah industri batik dan diberi nama “Kampoeng Batik Jetis”.Peresmian tersebut ditandai dengan adanya gapura Kampoeng Batik Jetis dilengkapi dengan kombinasi beberapa gambar batik tulis Jetis.
Sumber:http://www.ariefew.com/umum/kampoeng-batik-jetis-kampung-pengrajin-batik-tulis-sidoarjo/
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran pada latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:
Strategi apa yang dilakukan UKM.Pengerajin Batik Tulis yang ada dikampung Jetis Sidoarjo dalam memasarkan dan mempromosikan Batik Tulis Jetis?
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan UKM.Pengerajin Batik Tulis yang ada di Kampung Jetis Sidoarjo dalam memasarkan dan mempromosikan batik tulis Jetis.
1.5. Target Luaran Penelitian 1.5.1. Kalangan akademis
a. Memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan pengembangan konsep pemasaran dan promosi.
b. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi peneliti selanjutnya atau dosen pemula, khususnya yang berminat melakukan penelitian tentang strategi UKM (usaha kecil menengah).
c. Sebagai publikasi ilmiah baik dalam jurnal lokal yang sudah mempunyai ISSN maupun jurnal nasional yang sudah terakreditasi.
d. Prosiding pada seminar ilmiah baik yang bersekala lokal maupun regional serta sebagai pengayaan bahan ajar.
1.5.2. Kalangan Praktisi (UKM)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kalangan UKM khusunya pengerajin Batik Tulis dalam merumuskan strategi dalam memasarkan dan mempromosikan Batik Tulis atau hasil produksinya.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory research) yakni menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.
2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan disentra pengerajin Batik Tulis yang ada di Desa Jetis, Kecamatan Siodarjo.
2.3. Perubahan yang Diamati atau Diukur 2.3.1. Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh UKM.Pengerajin Batik Tulis yang berada di Desa Jetis, Kecamatan Sidoarjo.
2.3.2. Sample Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan sample adalah seluruh UKM.Pengerajin Batik Tulis yang ada di Desa Jetis, Kecamatan Sidoarjo.
2.4. Model Konsep Penelitian
IJCCS ISSN: 1978-1520
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author) 5
2. METODE PENELITIAN 2.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory research) yakni menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.
2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan disentra pengerajin Batik Tulis yang ada di Desa Jetis, Kecamatan Siodarjo.
2.3. Perubahan yang Diamati atau Diukur 2.3.1. Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh UKM.Pengerajin Batik Tulis yang berada di Desa Jetis, Kecamatan Sidoarjo.
2.3.2. Sample Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan sample adalah seluruh UKM.Pengerajin Batik Tulis yang ada di Desa Jetis, Kecamatan Sidoarjo.
2.4. Model Konsep Penelitian
Gambar 1. Model Konsep 2.4.1. Model Hipotesis
Model hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Model Hipotesis
Strategi UKM.Pengerajin
Batik Tulis Pemasaran dan Promosi Batik Tulis Jetis
Produk (X 1) Harga (X2) Distribusi (X3)
Pemasaran dan Promosi Batik Tulis Jetis
I Dewa Made Hari Shandi & Lisa Yusita, Strategi UKM. Pengerajin Batik Tulis.. 251
2.4.1. Model Hipotesis
Model hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
2. METODE PENELITIAN 2.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory
research) yakni menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesa.
2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan disentra pengerajin Batik Tulis yang ada di Desa Jetis, Kecamatan Siodarjo.
2.3. Perubahan yang Diamati atau Diukur 2.3.1. Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh UKM.Pengerajin Batik Tulis yang berada di Desa Jetis, Kecamatan Sidoarjo.
2.3.2. Sample Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan sample adalah seluruh UKM.Pengerajin Batik Tulis yang ada di Desa Jetis, Kecamatan Sidoarjo.
2.4. Model Konsep Penelitian
Gambar 1. Model Konsep 2.4.1. Model Hipotesis
Model hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Model Hipotesis
Strategi UKM.Pengerajin
Batik Tulis Pemasaran dan Promosi Batik Tulis Jetis
Produk (X 1) Harga (X2) Distribusi (X3)
Pemasaran dan Promosi Batik Tulis Jetis
Gambar 2. Model Hipotesis 2.4.2. Hipotesis
Produk (X1), Harga (X2), Distribusi (X3), merupakan strategi yang dapat digunakan UKM.Pengerajin Batik Tulis dalam memasarkan dan mempromosikan Batik Tulis Jetis.
2.5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian 2.5.1. Sumber Data
a. Data Primer dalam penelitian ini UKM.Pengerajin Batik Tulis di Kota Sidoarjo, di mana data diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner.
b. Data sekunder ini merupakan data pendukung yang sangat diperlukan dalam penelitian ini.
2.5.2. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain metode kuesioner atau angket dan metode wawancara.
2.5.3. Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert karena mempunyai beberapa pertimbangan sebagai berikut :
a. Mempunyai banyak kemudahan, seperti kemudahan dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan, member skor, serta skor yang lebih tinggi tarafnya mudah dibandingkan dengan skor yang lebih rendah.
b. Mempunyai relibilitas tinggi dalam mengurutkan berdasarkan intensitas sikap tertentu.
c. Luwes dan lebih fleksibel yaitu Daftar pertanyaan yang disusun oleh model skala Likert, penentuan skornya sebagai berikut :Jika item positif, maka skor terbesar ada pada tanggapan yang mendukung topic, misalnya, sangat setuju skor 5, setuju skor 4, cukup setuju skor 3, tidak setuju skor 2, dan sangat tidak setuju skor 1. Sebelum pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut digunakan sebagai alat untuk pengambilan data di lapangan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan relibilitas instrument penelitian.
2.5.4. Uji Validitas Instrumen dan Relibilitas Instrumen Penelitian
Untuk lebih akuratnya instrument penelitian yang digunakan, maka perlu di uji tingkat validitas dan reliabilitasnya.
a. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product moment (Arikunto, 1998) sebagai berikut :
Keterangan :
N = Banyaknya Sampel X = Skor Item X
Y = Skor Item Y
Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka dapat dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak valid.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Untuk menguji reliabilitas item-item dalam penelitian ini juga digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
Keterangan : ∞ = alpha cronbach r = koefisien korelasi K = jumlah item
2.6. Analisa Data
Dalam penelitian ini metode analisa yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan melakukan uji validitas dan realibilitasnya yang akan dianalisis secara deskriptif dan inferensial.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum RespondenResponden dalam peneltian ini adalah pengerajin batik tulis yang berada di desa Jetis Sidoarjo. Responden dalam penelitian ini dapat diketahui pengerajin batik yang paling lama yaitu selama lebih kurang 5 tahun, sedangkan yang baru menekuni bidang ini selama lebih kurang 1 tahun.
3.2. Karakteristik Responden
Karakteristik pengerajin batik tulis dapat dilihat bahwa responden yang memiliki karakteristik batik tulisnya berwarna cerah pada umunya lebih banyak yaitu 41 pengerajin (51,89%), sedangkan pengerajin batik tulis yang memiliki karakteristik warna batik tulisnya yang kurang cerah sebanyak 38 pengerajin (48,10%).
Tabel 3. Karakteristik Responden berdasarkan warna batiknya
Warna batik Jumlah Responden (Orang) Prosentase
Warna batik Jumlah Responden (Orang) Prosentase
Kurang Cerah 38 48,10%
TOTAL 79 100%
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
3.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini sebelum dilakukan penyebaran kuesioner secara luar, terlebih dahulu dilakukan uji Validitas dan Reliabilitas atas intrumen penelitian yang akan digunakan. Sampel dalam penelitian ini secara random dipilih 79 pengerajin batik untuk melakukan uji instrument.
3.3.1. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi/internal yaitu dengan menghitung korelasi antara skor tiap-tiap item (analisis item), yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah skor butir. Dalam hal ini pernyataan dikatakan valid apabila r hitung > r table. Korelasi yang diukur adalah korelasi antara skor indikator/atribut terhadap skor total penyusunan variabel penelitian. Variabel yang tidak berkorelasi signitifikan dengan skor total variabel berarti tidak memenuhi uji validitas dan harus dikeluarkan dari pembahasan.
Perumusan hipotesisnya adalah :
Ho : atribut tidak mengukur aspek yang sama Ha : atribut mengukur aspek yang sama
Adapun hasil yang diperoleh dari uji validitas kuesioner yang dilakukan terhadap 79 orang responden dengan bantuan paket program SPSS Release11.5 diperoleh hasil pengujian validitas data sebagai berikut :
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Karakteristik Variabel r hasil tiap item Keputusan X1 X1.1 0.8332 Valid X1.2 0.9098 Valid X2 X2.1 0.4683 Valid X3 X3.1 0.6496 Valid X3.2 0.6496 Valid X3.3 0.4888 Valid X3.4 0.2907 Valid
Dengan membandingkan antara r hasil untuk tiap item dengan r table, di mana dalam penelitian ini dipakai df = 79 – 2 = 77 dan tingkat kesalahan 5% maka dengan bantuan paket program SPSS Release 11.5 diperoleh nilai r(0,05:77) sebesar 0,146. Karena semua nilai r hasil tiap item > r(0,05:77) maka disimpulkan karakteristik variabel tersebut valid dan dapat digunakan untuk pengukuran selanjutnya.
3.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji ketepatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien reliabilitas diketahui dari besarnya koefisien alpha (α). Dengan bantuan software SPSS Release 11.5 dapat diketahui koefisien reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini. Apabila nilai koefisien alpha lebih besar dari nilai r table maka dapat dikatan reliable.
Table 5. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel r Alpha Kesimpulan
X1 0.9637 Reliabel
X2 0.8653 Reliabel
X3 0.9288 Reliabel
Sumber : Data Primer Diolah, 2014 (lampiran)
Hasil pengujian reliabilitas untuk variabel X1, X2, dan X3 ditunjukkan pada table di atas dan dapat diketahui bahwa semua nilai r Alpha > r (0,05:77) = 0,146 sehingga dapat disimpulkan variabel dalam penelitian ini reliable dan dapat dilanjutkan analisis berikutnya.
3.4. Metode Analisa Data 3.4.1. Analisis Statistik Deskriptif
Penggunaan analisa deskriptif ini dimaksudkan untuk mengetahui strategi pengerajin UKM Batik Tulis dalam memasarkan batik tulis, serta Strategi yang paling efektif dalam memasarkan dan mempromosikan batik tulis. Selain itu analisa deskriptif ini disajikan untuk mendukung analisa kuantitatif dan ketidaksesuaian gambaran mengenai variabel-variabel yang ada yaitu variabel-variabel produk (X1), Harga (X2) dan Distribusi (X3).
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci dari analisa ini akan disajikan analisa dari masing-masing faktor.
1. Variabel Produk
Tabel 6. Distribusi Item-item dalam Variabel Produk
No Indikator TotalF
Skor
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F % 1 Perbedaan produk batik warna
cerah yang tidak sama 79 0 0 8 10 5 6 48 61 18 23
2 Perbedaan produk batik yang
warna kurang cerah tidak sama 79 0 0 3 4 7 9 53 67 16 20
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Dari item produk batik yang warnanya cerah dapat diketahui bahwa dari 79 orang responden, sebagain besar responden yaitu 48 orang responden (91%) menyatakan setuju kalau produk batik yang warnanya cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi batik
tulis. 18 orang responden (23%) menyatakan sangat setuju kalau produk batik yang warnanya cerah merupakan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi batik tulis. Sedangkan 5 orang responden (6%) menyatakan cukup setuju kalau produk batik yang warnanya cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi batik tulis. Dari 79 orang responden yang tidak setuju kalau produk batik yang warnanya cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi batik tulis hanya 8 orang responden (10%), ini karena responden tersebut tidak mempermasalahkan warna batik tulis. Untuk item produk batik tulis yang warnanya kurang cerah dapat diketahui bahwa dari 79 orang responden, sebagai besar responden yaitu 53 orang responden (67%) menyatakan setuju kalau warna batik yang kurang cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi batik tulis. 16 orang responden menyatakan sangat setuju warna batik tulis yang kurang cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi, sedangkan 7 orang responden (9%) menyatakan cukup setuju kalau warna batik yang kurang cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. Dari 79 orang responden yang tidak setuju kalau warna batik yang kurang cerah mempengaruhi strategi dan promosi hanya 3 orang responden (4%), ini karena responden tersebut tidak mempermasalahkan warna batik tulis yang kurang cerah.
2. Variabel Harga (X2)
Tabel 7. Distribusi item-item dalam Variabel Harga
No Indikator TotalF
Skor
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F % 1 Perbedaan harga jual batik tulis 79 0 0 7 9 6 7 59 75 7 9
Sumber : Data Primer Diolah, 2014 (lampiran).
Dari item perbedaan harga dapat diketahui bahwa dari 79 orang responden, sebagian besar responden yaitu 59 orang responden (75%) menyatakan setuju kalau perbedaan harga jual batik tulis mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. 7 orang responden (9%) menyatakan sangat setuju kalau perbedaan harga jual batik tulis mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi, sedangkan 6 orang responden (7%) menyatakan cukup setuju kalau perbedaan harga jual batik tulis mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. Dari 79 orang repsonden, yang tidak setuju kalau perbedaan harga jual batik tulis mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi haya 7 orang responden (9%) ini karena responden tersebut tidak mempermasalahkan perbedaan harga jual batik tulis sidoarjo.
3. Variabel Distribusi (X3)
Tabel 8. Dsitribusi item-item dalam Variabel Distribusi
No Indikator TotalF
Skor
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F %
No Indikator TotalF
Skor
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F %
2 Tempat pengerajin bathik tidak di pinggir jalan 79 0 0 17 21 2 2 56 71 4 5
3 Jarak pengerajin batik tulis yang berdekatan 79 0 0 18 23 2 2 52 66 7 9
4 Jarak pengerajin batik tulis berjauhan 79 2 2 42 53 3 4 32 40 0 0
Sumber : Data Primer Diolah, 2014 (lampiran).
Dari item tempat pengerajin batik tulis yang berada dipinggir jalan dapat diketehui bahwa dari 79 orang responden, sebagian besar responden yaitu 55 orang responden (70%) menyatakan setuju kalau tempat dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. 4 orang responden (5%) menyatakan sangat setuju kalau tempat pengerajin batik tulis dipinggir jalan mempengaruhi strategi dan promosi, sedangkan 2 orang responden (2%) menyatakan cukup setuju kalau tempat pengerajin batik tulis dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. Dari 79 orang responden, yang tidak setuju kalau tempat pengerajin batik tulis dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosir hannya 18 orang responden (23%), hal ini karena responden tersebut tidak mempermasalahkan tempat dipinggir jalan. Dari item tempat pengerajin yang tidak berada dipinggir jalan dapat diketehui bahwa dari 79 orang responden, sebagian besar responden yaitu 56 orang responden (71%) menyatakan setuju kalau tempat yang tidak dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. 4 orang responden (5%) menyatakan sangat setuju kalau tempat yang tidak berada dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi, sedangkan 2 orang responden (2%) menyatakan cukup setuju kalau tempat yang tidak berada di pinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. Dari 79 orang responden, yang tidak setuju kalau tempat yang barada dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi hanya 17 orang responden (21%), hal ini karena responden tersebut tidak mempermasalahkan tempat tidak berada dipinggir jalan. Dari item jarak pengerajin batik yang berdekatan dapat diketahui bahwa dari 79 orang responden, sebagian besar responden yaitu 52 orang responden (66%) menyatakansetuju kalau jarak pengerajin batik yang berdekatan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. 7 orang responden (9%) menyatakan sangat setuju kalau jarak yang berdekatan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. Dari 79 orang responden yang tidak setuju kalau jarak yang berdekatan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi hanya 18 orang responden (23%) hal ini karena pengerajin tidak mempermasalahkannya. Dari item jarak yang berjauhan dapat diketahui bahwa dari 79 orang responden, sebagian besar responden yaitu 42 orang responden (53%) menyatakan setuju kalau jarak yang berjauhan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. 2 orang responden (2%) menyatakan sangat setuju kalau jarak yang berjauhan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis di atas maka dapat disajikan kesimpulannya sebagai berikut, dari variabel produk batik yang warnanya cerah dapat diketahui bahwa dari 79 orang responden, sebagain besar responden (91%) menyatakan setuju kalau produk batik yang warnanya cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi batik tulis. (23%) menyatakan sangat setuju kalau produk batik yang warnanya cerah merupakan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi batik tulis, (6%) menyatakan cukup setuju kalau produk batik yang warnanya cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi batik tulis, dan yang tidak setuju kalau produk batik yang warnanya cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi batik tulis hanya (10%), ini karena responden tersebut tidak mempermasalahkan warna batik tulis.Untuk item produk batik tulis yang warnanya kurang cerah dapat diketahui bahwa dari 79 orang responden, sebagai besar responden yaitu (67%) menyatakan setuju kalau warna batik yang kurang cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi batik tulis, (20%) menyatakan sangat setuju warna batik tulis yang kurang cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi, sedangkan (9%) menyatakan cukup setuju kalau warna batik yang kurang cerah mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi, sedangkan yang tidak setuju kalau warna batik yang kurang cerah mempengaruhi strategi dan promosi hanya (4%), ini karena responden tersebut tidak mempermasalahkan warna batik tulis yang kurang cerah.
Dari variabel harga dapat diketahui bahwa dari 79 orang responden, sebagian besar responden yaitu (75%) menyatakan setuju kalau perbedaan harga jual batik tulis mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. (9%) menyatakan sangat setuju kalau perbedaan harga jual batik tulis mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi, sedangkan (7%) menyatakan cukup setuju kalau perbedaan harga jual batik tulis mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. Dari 79 orang repsonden, yang tidak setuju kalau perbedaan harga jual batik tulis mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi hanya (9%) ini karena responden tersebut tidak mempermasalahkan perbedaan harga jual batik tulis sidoarjo.
Dari Distribusi pengerajin batik tulis yang berada dipinggir jalan dapat diketehui bahwa dari 79 orang responden, sebagian besar responden yaitu (70%) menyatakan setuju kalau tempat dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. (5%) menyatakan sangat setuju kalau tempat pengerajin batik tulis dipinggir jalan mempengaruhi strategi dan promosi, sedangkan (2%) menyatakan cukup setuju kalau tempat pengerajin batik tulis dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. Dari 79 orang responden, yang tidak setuju kalau tempat pengerajin batik tulis dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosir hannya (23%), hal ini karena responden tersebut tidak mempermasalahkan tempat dipinggir jalan.Dari item tempat pengerajin yang tidak berada dipinggir jalan dapat diketehui bahwa dari 79 orang responden, sebagian besar responden yaitu (71%) menyatakan setuju kalau tempat yang tidak dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. (5%) menyatakan sangat setuju kalau tempat yang tidak berada dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi, (2%) menyatakan cukup setuju kalau tempat yang tidak berada di pinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. Dari 79 orang responden, yang tidak setuju kalau tempat yang barada dipinggir jalan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi hanya (21%), hal ini
karena responden tersebut tidak mempermasalahkan tempat tidak berada dipinggir jalan.Dari item jarak pengerajin batik yang berdekatan dapat diketahui bahwa dari 79 orang responden, sebagian besar responden yaitu (66%) menyatakan setuju kalau jarak pengerajin batik yang berdekatan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. (9%) menyatakan sangat setuju kalau jarak yang berdekatan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. Dari 79 orang responden yang tidak setuju kalau jarak yang berdekatan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi hanya (23%) hal ini karena pengerajin tidak mempermasalahkannya. Dari item jarak yang berjauhan dapat diketahui bahwa dari 79 orang responden, sebagian besar responden yaitu (53%) menyatakan setuju kalau jarak yang berjauhan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi. (2%) menyatakan sangat setuju kalau jarak yang berjauhan mempengaruhi strategi pemasaran dan promosi.
5. SARAN
Bertolak dari wacana konsep, wacana teritis dan empiris tersebut dan temuan-temuan dalam penelitian ini serta keterbatasan dalam penelitian ini maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut yaitu perlu adanya peran aktif pemerintah kabupaten Sidoarjo dalam memberikan pelatihan terhadap pengerajin batik tulis guna memberikan keterampilan dalam mewarnai batik tulis sehingga terlihat cerah warna batiknya, serta membantu dalam mengatur lokasi pengerajin batik tulis baik yang ada dipinggir jalan maupun yang tidak berada dipinggir jalan sehingga pengerajin dapat mempromosikan batik tulis nya.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus, dan Solusi, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta.
_______. 2000. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
_______. 2001b. Strategi Pemasaran dan Program Pemasaran, Yogyakarta: Andi. Craven, 1994, Market Targeting. Englewcod Cliffs. N.J prentice Hall International
Kotler, P. (1994), Marketing management: Analysis, Planning, Implementation, and Control, 8th ed. Engelwood Cliffs, N.J: Prencite Hall International, Inc.
http://www.ariefew.com/umum/kampoeng-batik-jetis-kampung-pengrajin-batik-tulis-sidoarjo/ diapload tanggal 10 Desember 2013
https://www.google.com/#q=pengertian+ukm+ukm+filetype:doc10 Desember 2013. http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6738/1/10208229%20Jurnal%20
Skripsi.pdf 11 desember 2013
http://rubrikbahasa.wordpress.com/2011/06/15/pengrajin-atau-perajin/11 Desember 2013 http://matakristal.com/pengertian-batik/ 11 Desember 2013
259
(SQ) TERHADAP KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Hari Nugroho Akimas
(Program Studi Magister Manajemen Universitas Lambung Mangkurat) Email : [email protected]
Ahmad Alim Bachri (Universitas Lambung Mangkurat)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan Spiritual (SQ) Terhadap Kinerja Pegawai Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 81 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik analisa data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Uji yang dilakukan adalah uji model (F), uji t dan uji asumsi klasik. Uji signifikansi menggunakan p-value. Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) Kecerdasan intelektual (IQ) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja; (2) Kecerdasan emosional (EQ) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja; (3) Kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap laba. Hal ini menunjukkan penelitian pengaruh kecerdasan pegawai terhadap kinerja perlu diteliti lebih lanjut, kemungkinan besar, faktor lain seperti attitude, serta standar operasi dan teknologi menjadi moderating variabel
Kata Kunci:
Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan Spiritual (SQ), Kinerja
ABSTRACT
This Research is to analyze the effect of Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), and Spiritual Quotient (SQ) to the employee performance of Inspectorate South Kalimantan Province. All of The employee are involved as the samples, 81. Data are the perception of the employee regarding the variables. Technique of analysis is using multiple linear regression. Tests involved are Model Test (F), t Test, and classic Assumption test. Significant Test is connected
to pvalue. The results show that (1) Intellectual Quotient (IQ) is influencing insignificantly to the employee performance; (2) Emotional Quotient (EQ) is influencing insignificantly to the employee performance; (3) Spiritual Quotie nt (SQ) is influencing significantly to the employee performance. The results also indicate that such effects need further research. Variables should be considered are attitude, operating standar and Technology.
Keywords:
Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), and Spiritual Quotient (SQ), Employee Performance
PENDAHULUAN
Latar BelakangKinerja organisasi membutuhkan kecerdasan dari sumber daya manusia di dalamnya. Kecerdasan akan menjawab masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang penting untuk perkembangan hidup dan perusahaan. Masalah dan pertanyaan yang muncul merupakan tantangan untuk pencapaian tujuan perusahaan. Tentunya pencapaian akan didahului dengan peningkatan kinerja individu cerdas dalam organisasi. Artinya kecerdasan akan meningkatkan kinerja individu dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan, atau kinerja organisasi tercapai.
Inspektorat secara umum berfungsi untuk memastikan tercapainya tujuan kinerja BPKP. Dua badan ini mempunyai fungsi saling mendukung untuk pencapaian tujuan negara (BPKP, 2014). BPKP secara langsung menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Sisi lain, inspektorat fokus lebih detil terhadap pemerintah
daerah. Sehingga kinerja BPKP adalah cerminan tidak langsung kinerja Inspektorat. Pembinaan auditor pada inspektorat juga dilakukan BPKP. Dua badan namun satu kesatuan fungsi ini memiliki perwakilan di setiap provinsi di Indonesia demi terwujudnya tujuan tata kelola di seluruh Indonesia.
BPKP provinsi Kalimantan Selatan telah mengalami beberapa kinerja yang baik. Kinerja yang baik sejak lama. Empat tahun berturut turut hingga 2010 BPKP mendapat predikat terbaik dan tercepat (Narti, 2010). Berdasar surat edaran sekretaris utama BPKP nomor: SE-1812/SU/2014, 23 Oktober 2014 (BPKP, 2014), kinerja BPKP Kalimantan Selatan dapat terlihat pada sembilan (9) hal. Kinerja yang berhubungan langsung dengan inspektorat adalah pencapaian opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) serta Peningkatan opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Kinerja lainnya juga bermakna bahwa prinsip dan standar mampu dijaga juga oleh inspektorat.
Pengukuran kinerja sangat penting dilakukan dengan melihat kontribusi karyawan. Menurut Mathis dan Jackson (2002:78) kinerja pada dasarnya adalah apa dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh karyawan atau kompetensi. Pengukuran akan mengetahui
kontribusi karyawan dalam pencapaian tujuan. Beberapa hal yang tidak berkaitan kinerja akan dapat dihilangkan. Sehingga dalam jangka berkelanjutan perusahaan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Kecerdasan merupakan kompetensi penting dalam pekerjaan. Menurut Matthews, et al. (2002:59) kecerdasan adalah kapasitas keseluruhan seseorang untuk adaptasi melalui kognisi efektif dan proses informasi. Secara spesifik hal ini berkaitan dengan kompetensi dari pikiran (keahlian mental) atau kecakapan urutan lebih tinggi seperti memahami, pemecahan masalah, pemikiran dan berpikir pada hal pokok yang kompleks dan terstruktur. Gottfredson dalam Lynn dan Vanhanen (2002:20) kecerdasan merupakan kapasitas mental, selain definisi diatas juga memasukkan kecepatan belajar, belajar dari pengalaman, berpikir abstrak dan membuat rencana. Anastasi (1997:220) mengatakan bahwa inteligensi bukanlah kemampuan tunggal dan seragam tetapi merupakan komposit dari berbagai fungsi. Artinya kecerdasan memiliki beberapa spesifikasi detil.
Kinerja BPKP dan Inspektorat menunjukkan kinerja yang baik dari individu di dalam badan tersebut. Terkait dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dari dua instansi tersebut nampak adanya individu pegawai yang cerdas. Hal yang dihadapi meliputi Cerdas dalam hal audit, koordinasi, teliti dan kuat secara mental. Audit membutuhkan kecerdasan secara intelektual karena berkaitan dengan telaah laporan keuangan dan proyek pemerintah. Kecerdasan emosional juga diperlukan karena pekerjaan membutuhkan kendali emosi diri dan orang lain agar tercipta sinergi untuk pemerintah daerah. Kecerdasan spiritual mempengaruhi pekerjaan karena kecerdasan spiritual akan menjamin keterbukaan dan kejujuran dalam sharing makna dan tujuan tata kelola pemerintah daerah yang bersih dan baik.
Amram (2005) menghasilkan bahwa kecerdasan spiritual dan emosional berkontribusi terhadap kinerja pemimpin. Namun secara spesifik kecerdasan emosional tidak signifikan berkontribusi terhadap kinerja pemimpin dari sudut persepsi diri sendiri. Kemudian Paisal dan Anggraini (2010) menemukan bahwa kecerdasan spiritual dan emosional berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Spesifiknya kecerdasan spiritual memberikan kontribusi yang dominan.
Berkaitan dengan perbedaan penelitian, beberapa penelitan menjelaskannya. Ardana, et al. (2013) Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual gagal untuk memprediksi Prestasi Akademik mahasiswa akuntansi. Gondal & Husain (2013) menemukan bahwa IQ tidak signifikan mempengaruhi kinerja. Anggraeni (2012) menemukan bahwa IQ dan EQ tidak berpengaruh terhadap kinerja para atlit silat PON.
Sehubungan dengan pemasalahan dan gap yang dipaparkan maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang “pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spritual terhadap kinerja pegawai pada Kantor Inspektorat Kalimantan Selatan”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang ada diatas maka peneliti merumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut:
1. Apakah kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ), kecerdasan Spiritual (SQ) berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja?
2. Apakah kecerdasan intelektual (IQ) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja pegawai?
3. Apakah kecerdasan Emosional (EQ) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja pegawai ?
4. Apakah kecerdasan Spiritual (SQ) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja pegawai?
Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ), kecerdasan Spiritual (SQ) secara simultan terhadap Kinerja
2. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) secara parsial terhadap kinerja pegawai.
3. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional (EQ) secara parsial terhadap kinerja pegawai.
4. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan Spiriual (SQ) secara parsial terhadap kinerja pegawai.
Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis, yaitu sebagai tambahan referensi dan wahana kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang manajemen sumber daya manusia.
2. Manfaat praktis, yaitu memberikan informasi kepada pimpinan lembaga akan pengaruh IQ , EQ dan SQ terhadap kinerja pegawai.
TINJAUAN PUSTAKA
KinerjaBeberapa ahli mengurai tentang pengukuran kinerja pegawai di dalam organisasi. Daft (Daft, 2008) mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah Multi-dimensional karena pekerjaan memiliki dimensi yang luas, sesuai karakter dan standar pekerjaan. Phillips (1999:174-175) menyampaikan bahwa pengukuran yang baik lebih pada efektivitas yaitu dengan melihat pada kombinasi dimensi dari biaya, waktu, kuantitas, kualitas dan indeks perilaku.
Kecerdasan Intelektual
Lynn dan Vanhanen (2002:21) menegaskan bahwa pengujian dan pengukuran kecerdasan intelektual meliputi test verbal reasoning, non reasoning verbal, aritmatika mental, pemahaman verbal, kosa kata, spasial dan kemampuan mengingat. Rivai (2003:227) membutiri dimensi yang membentuk kemampuan intelektual yaitu meliputi kecerdasan numerik, pemahaman verbal, kecepatan konseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan yang baik.
Kecerdasan Emosional
Dimensi dari kecerdasan emosional menurut Yeung (2009:3-4) ada tiga hal yaitu Kesadaran diri sendiri, arah diri sendiri, kecerdasan interpersonal. Kesadaran diri sendiri berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi suasana hati dan perasaan diri sendiri dan mempengaruhi orang lain.
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah (Bowell, 2004:17-18) kecerdasan yang berfokus pada pertanyaan “WHY” Hal ini membangun kesadaran pada diri dan bukan pada ide, pandangan atau pendapat atau pengalaman. Ujungnya akan tercipta rasa terpesona dan antusias, bahagia dalam menjalani hidup. Nggermanto (2002:123) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki SQ tinggi adalah orang yang memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu memaknai setiap sisi kehidupan serta mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan kesakitan.
Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Kinerja
Kemampuan kognitif dalam hal ini kecerdasan intelektual merupakan alat peramal yang paling baik untuk melihat kinerja seseorang dimasa yang akan datang (Hunter, 1996:450). Penelitian Moustafa dan Miller pada tahun 2003, juga menunjukkan hasil yang sama pula. Mereka meneliti tentang validitas tes skor kemampuan kognitif pada proses seleksi karyawan. Tes inteligensi merupakan alat yang tepat dalam melakukan seleksi terhadap karyawan, sehingga tes tersebut dapat memberikan keputusan bagi manajer untuk mendapatkan orang yang tepat dalam pemilihan karyawan yang dibutuhkan.
Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja
Kinerja karyawan akhir-akhir ini tidak hanya dilihat oleh faktor intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh faktor emosinya. Seseorang yang dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan kinerja yang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer (2004) bahwa kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan kombinasi kemampuan teknis dan analisis untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Salah satu aspek dalam kecerdasan emosi adalah motivasi.
Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja
Mereka yang dapat memberi makna pada hidup mereka dan membawa spiritualitas kedalam lingkungan kerja mereka akan membuat mereka menjadi orang yang lebih baik, sehingga kinerja yang dihasilkan juga lebih baik dibanding mereka yang bekerja tanpa memiliki kecerdasan spiritual (Hoffman, 2002:133).
Penelitian Terdahulu
Kinerja dalam dunia akademik tidak berhubungan dengan kecerdasan emosional kecuali satu unsurnya saja. Shipley, et al. (2010) menemukan dalam dunia akademik tentang hal tersebut. Secara umum kecerdasan emosional tidak berhubungan dengan kinerja akademik. Namun salah satu unsur kecerdasan emosional yaitu well being berhubungan dengan kinerja akademik. Sisi lain kecerdasan emosional berhubungan dengan pengalaman kerja dan tidak berhubungan dengan umur.
Kecerdasan emosional dan spiritual juga berhubungan dengan kepemimpinan bisnis kecuali penilaian diri sendiri. Amram (2005) menghasilkan penelitian bahwa dua kecerdasan memiliki kontribusi dalam kepemimpinan. Penjawab kuesioner adalah diri sendiri dan karyawan. Hasilnya penilaian dua kecerdasan yang dilakukan oleh karyawan, dua kecerdasan berhubungan dengan kepemimpinan. Penilaian dua kecerdasan yang dilakukan diri sendiri menghasilkan berbeda. Hanya kecerdasan emosional tidak berhubungan dengan kepemimpinan.
Kinerja karyawan juga dipengaruhi oleh kecerdasan spiritual dan emosional. Paisal dan Anggraini (2010) meneliti pada LBPP-LIA. Hasilnya adalah kecerdasan spiritual dan emosional mempengaruhi kinerja karyawan. Kecerdasan spiritual berkontribusi paling besar terhadap kinerja karyawan.
Beberapa penelitan menjelaskannya. Ardana, et al. (2013) Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual gagal untuk memprediksi Prestasi Akademik mahasiswa akuntansi. Gondal & Husain (2013) menemukan bahwa IQ tidak signifikan mempengaruhi kinerja. Anggraeni (2012) menemukan bahwa IQ dan EQ tidak berpengaruh terhadap kinerja para atlit silat PON.
Kerangka Pemikiran Teoritis
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatori. Penelitian eksplanatori adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabelvariabel yang mempengaruhi dalam hipotesis (Zikmund, et al., 2010). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal yang terjadi antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan melakukan pengujian hipotesis.
Unit of Analysis
Uni of analysis penelitian ini adalah karyawan inspektorat provinsi Kalimantan Selatan. Perspepsi tentang kinerja diri dan tingkat penggunaan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).
Populasi dan Ukuran Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai Kantor Inspektorat Kalimantan Selatan yang berjumlah 81.Teknik pengambilan sampelnya adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah keseluruhan populasi diambil menjadi sampel. Kuesioner yang dikembalikan adalah 56 dan layak di uji hipotesis 49.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan intelektual (x1) kecerdasan emosional (x2) dan kecerdasan spiritual (x3), sedangkan variabel terikat adalah kinerja pegawai (y). Kecerdasan intelektual (Lynn & Vanhanen, 2002:21) yaitu verbal reasoning, non-reasoning
Kecerdasan intelektual H11 Kecerdasan emosional Kinerja Karyawan H211 H311 H411 Kecerdasan Spiritual
Kerangka Pemikiran Teoritis
METODE PENELITIAN
Jenis PenelitianJenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatori. Penelitian eksplanatori adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabelvariabel yang mempengaruhi dalam hipotesis (Zikmund, et al., 2010). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal yang terjadi antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan melakukan pengujian hipotesis.
Unit of Analysis
Uni of analysis penelitian ini adalah karyawan inspektorat provinsi Kalimantan Selatan. Perspepsi tentang kinerja diri dan tingkat penggunaan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).
Populasi dan Ukuran Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai Kantor Inspektorat Kalimantan Selatan yang berjumlah 81.Teknik pengambilan sampelnya adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah keseluruhan populasi diambil menjadi sampel. Kuesioner yang dikembalikan adalah 56 dan layak di uji hipotesis 49.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan intelektual (x1) kecerdasan emosional (x2) dan kecerdasan spiritual (x3), sedangkan variabel terikat adalah kinerja pegawai (y). Kecerdasan intelektual (Lynn & Vanhanen, 2002:21) yaitu verbal reasoning, non-reasoning verbal dan aritmetika mental. Kecerdasan emosional (Yeung 2009:3) yaitu identifikasi emosi diri dan orang lain, memahami emosi diri dan orang lain, mengelola emosi diri dan orang lain . Kecerdasan spiritual (Nggermanto,2002:123) yaitu prinsip, visi, makna kerja dan hidup, mengelola kesulitan dan kesakitan, bertahan dalam kesulitan dan kesakitan
Pengumpulan Data
Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan angket langsung dan tertutup, artinya angket tersebut langsung diberikan kepada responden dan responden diharuskan memilih jawaban yang telah tersedia (Sugiyono, 2010).
Teknik Analisa: Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda bertujuan untuk membuat model yang memprediksi nilai variabel dependen (Berenson, Levine, & Krehbiel, 2012:522). Model regresi linear berganda adalah sebagai berikut (Berenson, Levine, & Krehbiel, 2012:579):
Yi = β0 + β1 X1 + β 2X2 + β3X3 εi
Yi = Variabel Dependen responden i (Kinerja) β0 = Intercept untuk Populasi
β1 = Slope Y dengan Variabel X1, X2,...Xk Konstan X1….X3 = Variabel Independen.
X1= Kecerdasan Intelektual X2= Kecerdasan Emosional X3= Kecerdasan Spiritual
εi = Error acak pada Y untuk observasi i
Regresi membutuhkan beberapa pengujian yang penting untuk menilai kebaikan model (Uji F), signifikansi variabel (uji t) dan kemampuan prediksinya (uji asumsi klasik). Alat bantu menghitung adalah SPSS versi 22.
Uji Hipotesis I: Uji F, Uji t (Hipotesis 2-4)
Uji F digunakan untuk menguji apakah model yaitu variabel X bersesuaian dengan variabel Y (Berenson, et al., 2012). Tingkat kepercayaan yang di gunakan adalah sebesar 95% atau taraf nyata (α) sebesar 0,05 (5%), dengan derajat kebebasan (df) = (k-1) (n-k).
Hipotesis 2-4 menggunakan uji t. Penelitian ini mengunakan pendekatan p-value (observed level of signifikan) karena SPSS menghasilkannya secara otomatisKriterianya adalah jika P-value lebih dari atau sama dengan alfa atau 0,05 maka Ho tidak dapat ditolak, sebaliknya P-value kurang dari alfa atau 0,05 maka Ho tidak dapat diterima. Selain itu, untuk mengetahui besarnya kemampuan menjelaskan, dihitung koefisien determinasi multiplenya (R2). Jika R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan mendekati 1 (satu), maka semakin kuat model tersebut dapat menerangkan variabel tergantungnya (Berenson, et al., 2012).
HASIL PENELITIAN
Kuesioner telah lolos uji validitas dan reliabilitas. Sehingga dapat dilanjutkan untuk uji hipotesis. Selain itu uji asumsi klasik juga dilakukan. Untuk melihat signifikansi variabel dan kemampuan prediksi model penelitian.
Pengujian Hipotesis
Hasil Perhitungan Regresi
Variabel Koefisien t Sig
Konstanta 4.618 .856 .397 Kecerdasan Intelektual -.068 -.347 .730 Kecerdasan Emosional .336 1.696 .097 Kecerdasan Spiritual .465 3.275 .002 R Square .541 Adjusted R Square .510 F 17.647 sig .000
‘Sumber: Olah data SPSS versi 22, Lampiran IV
Hipotesis 1, Uji F, memberikan gambaran bahwa model penelitian signifikan dan baik. Menurut Berenson (2012), Ghozali (2009) dan IBM-SPSS (2015) hal ini didapat dari nilai Signifikan karena p-value (Sig. 2-tailed) di bawah 0,05 (Berenson, 2012). Tabel 5.72 menunjukkan bahwa nilai F 17,647 dan nilai signifikan di bawah 0,05. Artinya model signifikan sesuai menjelaskan perubahan variabel kinerja.
Melihat kemampuan menjelaskan model adalah dari R Square (Berenson, 2012) yaitu 0,541. Artinya model mampu menjelaskan kinerja sebesar 54,1%. Sisanya dijelaskan variabel lain 45,9%. Ketika model akan dibandingkan dengan model lain maka nilai kemampuan menjelaskan 51%. Berenson (2012) menjelaskan bahwa bila ada penelitian terbaik adalah yang lebih tinggi adjusted R Square. Adjusted R Square menyesuaikan jumlah variabel dan jumlah sampel.
H2 : hipotesis pertama tidak dapat diterima. Nilai sig yang dihasilkan adalah 0,730. Koefisien regresi menunjukkan nilai -0,068. Ini berarti bahwa pengaruh kecerdasan intelektual tidak signifikan terhadap kinerja pegawai dan negatif arahnya.
H3 : Hipotesis kedua tidak dapat diterima. Nilai sig yang dihasilkan adalah 0,097. Koefisien regresi menunjukkan nilai 0,336. Ini berarti bahwa pengaruh kecerdasan emosional tidak signifikan terhadap kinerja pegawai namun positif.
H4 : hipotesis ketiga tidak dapat ditolak. Nilai sig yang dihasilkan adalah 0,002. Koefisien regresi menunjukkan nilai 0,465 Ini berarti bahwa pengaruh kecerdasan spiritual signifikan terhadap kinerja pegawai, serta positif.
Yi = 4,618 − 0,068IQ + 0,336EQ + 0,465SQ
Model ini memberikan gambaran tentang konstanta dan nilai Y setelah terjadi perubahan X (IQ, EQ dan SQ).
Pada Koefisien IQ nilainya adalah -0,0681. Negatif menunjukkan arah perubahan berlawanan. Jika ditingkatkan penggunaan IQ maka nilai kinerja akan menurun -0,0681. Koefisien EQ nilanya 0,336. Jika ditingkatkan penggunaan EQ maka nilai kinerja akan naik 0,366. Koefisien SQ adalah 0,465. Jika ditingkatkan penggunaan EQ maka akan meningkatkan kinerja 0,465. Namun yang signifikan adalah SQ.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja
Hipotesis pertama tidak dapat dibuktikan. Ini berarti bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian ini tidak mendukung pendapat dengan Spearman dalam Lynn dan Vanhanen (2002:20), Amram (2005), serta Paisal dan Anggraini (2010). Sisi lain Penelitan ini mendukung Gondal & Husain (2013) dan Anggraine (2012) bahwa IQ tidak signifikan mempengaruhi kinerja. Anggraeni (2012) terkait kinerja para atlit silat PON.
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap kinerja
Hipotesis kedua tidak dapat dibuktikan. Ini berarti bahwa kecerdasan emosional berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitia ini tidak mendukung pendapat MTD Training (2010), Amram (2005), serta Paisa dan Anggraini (2010). Sisi lain, penelitian ini mendukung penelitian Ardana, et al. (2013) kecerdasan emosional gagal untuk memprediksi Prestasi Akademik mahasiswa akuntansi. Anggraeni (2012) bahwa EQ tidak berpengaruh terhadap kinerja para atlit silat PON.
Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja
Hipotesis ketiga dapat dibuktikan. Ini berarti bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Amram (2005), serta Paisal dan Anggraini (2010). Namun penelitian ini tidak mendukung Ardana, et al. (2013) kecerdasan spiritual gagal untuk memprediksi Prestasi Akademik mahasiswa akuntansi.
Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi teoritis menemukan beberapa hal. Pertama Kecerdasan spiritual menjadi hal yang penting ketika teknologi dan sistem kerja serta standar kerja yang tinggi dan terpadu (online). Kedua kecerdasan intelektual memang penting namun relatif dapat digantikan dengan teknologi. Ketiga Kecerdasan emosional juga penting namun relatif
tidak digunakan dan dirasakan karena sistem kerja serta standar kerja yang tinggi yang terpadu (Online). Secara manajerial kecerdasan spiritual harus sangat dikuatkan. Namun yang perlu diperhatikan adalah sistem kerja dan standar kerja serta sistem terpadu. Dua kecerdasan lain akan relatif dapat terbantu dan cenderung lebih terbantu.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian lebih luas lagi agar semakin memperjelas pengaruh kecerdasan terhadap kinerja. Catatannya tipe organisasi relatif harus sama. Dapat juga penelitian lintas jenis organisasi agar diketahui secara umum pola pengaruh kecerdasan. Perlu diteliti variabel lain yang berpengaruh terhadap kinerja. Variabel lain adalah setara yaitu level individu: motivasi, attitude dan yang semisal. Penelitian moderasi juga penting. Hal ini dapat dipahami bahwa kecerdasan berpengaruh terhadap kinerja. Namun sistem organisasi dan standar operasi yang tinggi da terpadu (Online) diduga berpengaruh.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan1. Kecerdasan intelektual (IQ), Kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi kinerja karyawan.
2. Kecerdasan intelektual (IQ) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pegawai Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan.
3. Kecerdasan Emosional (EQ) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan pegawai Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan.
4. Kecerdasan spiritual (SQ) berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pegawai Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan.
Saran
1. Kecerdasan spiritual perlu untuk dikontrol. Artinya dimensi kecerdasan spiritual perlu ditingkatkan dengan pelatihan dan berbagai program. Fokusnya merata pada hampir semua dimensinya yaitu prinsip, visi, makna kerja dan hidup, mengelola kesakitan dan kesulitan, serta bertahan dalam kesulitan dan kesakitan.
2. Sistem kerja, standar prosedur yang tinggi dan terpadu perlu dijaga. Hal ini akan membantu pegawai dalam pekerjaan.
3. Kecerdasan emosional yang masing sering dipakai pegawai perlu dijaga. Fokusnya adalah hampir semua dimensi kecerdasan emosional. Namun dimensi yang lebih sering adalah identifikasi dan memahami emosi. Sehingga pegawai dapat menghubungkan pengelolaannya dengan standar dan sistem kerja.
4. Kecerdasan intelektual juga masih perlu dijaga pada level pegawai. Secara umum sama pada semua dimensi terutama verbal reasoning dan non verbal reasoning. Sehingga pegawai dapat menghubungkan aplikasi dan pekerjaan yang dihadapi. 5. Faktor-faktor yang melingkupi lingkungan dalam organisasi perlu dijaga. Standar,
aplikasi teknologi dan pola hubungan yang menjadi dasar pengaruh variabel dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A. G., 2001. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual, ESQ (Emotional Spiritual Quotient): berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada.
Amram, J. Y., 2005. Intelligence Beyond IQ: The Contribution of Emotional and Spiritual Intelligences to Effective Business Leadership, s.l.: Institute of Transpersonal Psychology.
Anggraeni, Y., 2012. Kontribusi IQ (intelligent quotient) dan EQ (emotional quotient) terhadap prestasi atlet pelatda pencak silat pada pon ke-XVIII tahun 2012, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Ardana, I. C., Aritonang, L. R. & Dermawan, E. S., 2013. Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kesehatan Fisik Untuk Memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Akuntansi, XVII(03), pp. 444-458.
Berenson, M. L., Levine, D. M. & Krehbiel, T. C., 2012. Basic Business Statistics:Concept and Application. 12 ed. Sydney: Prentice Hall.
Bowell, R. A., 2004. The Seven Steps of Spiritual Intelligence: The Practial of Pursuit of Purpose, Success and Happines. 1st ed. London: Nicholas Brealey Pulishing . BPKP, 2014. Situs Resmi BPKP. [Online] Available at: www.bpkp.go.id [Accessed Desember 2014].
Brdicka, B., 1999. The influence of technology on the human mind. [Online] Available at: http://it.pedf.cuni.cz/~bobr/hmind/ [Accessed 04 January 2015]. Carter, P., 2008. Advanced IQ Test: The Toughest Practice Questions to Test Your Lateral Thinking, Problem Solving and Reasoning Skills. London: Kogan Page.
Carter, P., 2008. IQ: Grow Your Mind. London: Acturus Publishing Limited and Foulsham. Daft, R. L., 2008. Management. 8th ed. Sydney: Thomson South-Western.
Drakulevski, L. & Veshoska, A. T., 2014. The Influence of Spiritual Intelligence on Ethical Behavior in Macedonian Organizations. Rome, Universitas Mercatorum, pp. 1-15. Fitriastuti, T., 2013. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Komitmen Organisasional Dan
Organizational Citizenship Behavior Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Dinamika Manajemen, 4(2), pp. 103-114.
Ghozali, I., 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Goleman, D., 2000. Emotional Intelligence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gondal, U. H. & Husain, T., 2013. A Comparative Study of Intelligence Quotient and Emotional Intelligence: Effect on Employees’ Performance. Asian Journal of Business Management, 5(1), pp. 153-162. IBM-SPSS 23, 2015. Help Menu SPSS 23, USA: IBM (International Business Machine Corp).
Ishak, N. M., Mustapha, R., Ariffin, S. R. & Hassan, S. N. S., 2003. Kecerdasan Emosi Dan Hubungannya Dengan Nilai Kerja. Jurnal Teknologi, pp. 77-84.
Ivancevich, J. M., Gibson, J. L., James H. Donnelly, J. & Konopaske, R., 2012. Organizations: Behavior, Structure, Processes. 14th ed. Texas: McGrawHill-Irwin.
Jaya, M. K., Mulyadi, D. & Sulaeman, E., 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kerawang. Jurnal Manajemen, 10(1), pp. 1038-1046. Kasim, 1993. Kinerja Pegawai. Jakarta : Bumi Aksara.
Kuswadi, 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Lynn, R. & Vanhanen, T., 2002. IQ and The Wealth of Nations. 1st ed. Westport: Praeger Publisher. MAPPI, 2011. Penilai Semarang. [Online] Available at: http:// forumpenilaipublik.blogspot.com/2013/02/pengertianreal-estate-real property.html Mathis, R. L. & Jackson, J. H., 2011. Human Resource Management. 13th ed. Australia:
Cengage South-Western.
Matthews, G., Zeidner, M. & Roberts, R. D., 2002. Emotional Intelligence (Science and Myth). London: A Bradford Book The MIT Press. MTD Training, 2010. Emotional Intelligence. London: MTD Training & Ventus Publishing ApS.
Narti, 2010. Silaturrahmi Jawa Kalimantan. [Online]
Available at: https://sijaka.wordpress.com/2010/08/27/inspektorat-kalselperoleh-predikat-terdepan-di-indonesia/ [Accessed december 2014].
Nggermanto, A., 2002. Quantum Quotient Kecerdasan Quantum: cara praktis melejitkan IQ, EQ, dan SQ yang harmonis. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Paisal & Anggraini, S., 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan pada LBPP-LIA Palembang. Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis, Volume IV, pp. 100-112.
Phillips, J. J., 1999. Accountability In Human Resources Management. Massachusets: Butterworth-Heinemann.
Robbins, S. P. & Coulter, M., 2012. Management. 11th ed. Sydney: Prentice Hall.
Shipley, N. L., Jackson, M. J. & Segrest, S. L., 2010. The Effect of Emotional Intelligence, Age, Work Experience and Academic Performance. Higher Education Journal, Volume 9, pp. 1-18.
Sugiyono, 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Sumediyani, M., 2011. Kecerdasan Spiritual dan Problema Bangsa Ini. [Online] Available at: www.google.com [Accessed 12 June 2013].
Vaughan, F., 2003. What is Spiritual Intelligence?. Journal of Humanistic Psychology, 42(2), pp. 16-33.
Wall, B., 2007. Coaching For Emotional Intelligence: The Secret to Developing The Start Potential in Your Employees. Tokyo: American Management Association AMACOM).
Winardi, 1992. Manajemen Perilaku Organisai. Bandung: Citra Aditya Bakti. Yeung, R., 2009. Emotional Intelligence : The New Rules. London: Marshall Cavendish Business.
Zikmund, W. G., Carr, J. C., Babin, B. J. & Griffin, M., 2010. Business Research Methods. 8th ed. Sydney: South-Western.
Zohar, D. & Marshall, I., 2001. Spiritual intelligence: The Ultimate Intelligence. London: Bloomsbury Publishing.