Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga Standar Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan Perubahan ini dapat diselesaikan.
Standar Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan norma atau persyaratan yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.
Perubahan standar ini dilakukan karena adanya perubahan Standar Pelayanan dari masing-masing unit teknis karena adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pendelegasian Kewenangan Penerbitan Perizinan Berusaha Sektor Kelautan dan Perikanan kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Standar Pelayanan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan teratur.
Lembar Pengesahan No Nama Jabatan Para
f
1 Kabag TU dan PT
2 Kasubbag LPT
Jakarta, 30 Desember 2020 Kepala Pusat Data, Statistik, dan Informasi
Budi Sulistiyo
KATA
Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Sasaran ... 2
II. RUANG LINGKUP... 3
2.1 Komponen Standar Pelayanan ... 3
A. Service Delivery ... 3
B. Manufacturing ... 4
2.2 Dasar Hukum ... 4
2.3 Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu KKP ... 6
A. Maklumat, Visi, Misi, Motto dan Slogan Pelayanan ... 6
B. Prinsip Pelayanan Terpadu Satu Pintu KKP ... 7
C. Jam Operasional Layanan ... 7
D. Jenis Pelayanan Perizinan ... 8
E. Prosedur Pelayanan kepada Pengguna Jasa di PTSP KKP ... 11
III. KOMPONEN SERVICE DELIVERY ... 13
3.1 Penerbitan Izin Lokasi ... 13
3.2 Penerbitan Izin Lokasi di Laut ... 15
3.3 Penerbitan Persetujuan Surat Izin Pemanfaatan Jenis Ikan (SIPJI) yang Dilindungi dan/atau Termasuk Appendiks CITES ... 16
3.4 Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Tangkap ... 18
3.5 Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) ... 20
3.6 Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) ... 22
3.7 Pendaftaran Kapal Perikanan ... 25
3.8 Pendaftaran Kapal Perikanan ke RFMOs ... 27
3.9 Penerbitan Surat RPIPM ... 30
3.10 Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan ... 33
3.11 Penerbitan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) Hasil Budidaya ... 38
3.12 Sertifikat Pendaftaran Pakan Ikan ... 42
DAFTAR ISI
3.13 Penerbitan SKT Pakan dan/atau Bahan Baku Pakan Ikan ... 44
3.14 Penerbitan Sertifikat Pendaftaran Obat Ikan ... 46
3.15 Penerbitan Surat Keterangan Pemasukan Bahan Baku Obat Ikan, Obat Ikan, ... 48
3.16 Penerbitan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Bidang Pengolahan Ikan ... 50
3.17 Penerbitan Sertifikat Kelayakan Pengolahan ... 52
3.18 Penerbitan RPHP Selain sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri ... 54
3.19 Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (SPKP) ... 57
3.20 Sertifikat Instalasi Karantina Ikan (SIKI) ... 59
3.21 Sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)... 62
3.22 Ijin Ekspor (Nomor Registrasi) Produk Perikanan ke Negara Mitra ... 64
3.23 Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan ... 66
IV. KOMPONEN MANUFACTURING ... 69
4.1 Dasar Hukum ... 69
4.2 Sarana, Prasaran dan/atau Fasilitas ... 70
4.3 Kompetensi Pelaksana ... 70
4.4 Pengawasan Internal ... 71
4.5 Jumlah Pelaksana ... 71
4.6 Jaminan Pelayanan... 72
4.7 Jaminan Keamanan dan Keselamatan ... 73
4.8 Evaluasi Kinerja Pelayanan ... 73
V. PENUTUP ... 74
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di Bidang Perizinan Kelautan dan Perikanan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 32/PERMEN-KP/2014 tentang Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 32/PERMEN-KP/2014 tentang Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.23/MEN/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka dibentuklah Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah koordinasi Biro Umum dan PBJ, Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selanjutnya, sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka mulai tanggal 16 April 2018 Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan (Subbagian Layanan Perizinan Terpadu) berubah nomenklatur dari Biro Umum dan PBJ ke Pusat Data, Statistik dan Informasi.
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (One Stop Service) adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan yang proses pengelolaannya di mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilayani melalui satu pintu dan dilakukan dalam satu tempat. Tujuan dari penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu adalah meningkatkan kualitas layanan publik, memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik. Sedangkan sasaran dari penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu adalah terwujudnya pelayanan publik yang cepat, efektif, efisien, transparan dan pasti.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan kegiatan penyelenggaraan pelayanan publik di bidang perizinan kelautan dan perikanan yang dilaksanakan dalam satu tempat atau satu ruangan, yang terdiri dari beberapa pelayanan dan/atau beberapa unit kerja yang dikoordinir oleh Pusat Data, Statistik, dan Informasi, Sekretariat Jenderal, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Untuk dapat melaksanakan pelayanan publik dengan baik dan sesuai dengan harapan stakeholder maka setiap jenis pelayanan publik memerlukan adanya standar pelayanan. Standar Pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan teratur.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan penyusunan Standar Pelayanan berdasarkan Standar Pelayanan masing-masing unit teknis yang memiliki layanan di Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang kemudian Standar Pelayanan tersebut dikompilasi menjadi satu pada Standar Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan. Standar Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2019
perlu diperbaharui dikarenakan adanya perubahan Standar Pelayanan dari masing-masing unit teknis karena adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pendelegasian Kewenangan Penerbitan Perizinan Berusaha Sektor Kelautan dan Perikanan kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
1.2 Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan Pedoman Standar Pelayanan ini adalah untuk memberikan kepastian, meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan selaras dengan kemampuan penyelenggara sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat; dan
2. Sasaran Pedoman Standar Pelayanan adalah agar setiap penyelenggara mampu menyusun, menetapkan, dan menerapkan Standar Pelayanan Publik dengan baik dan konsisten.
2.1 Komponen Standar Pelayanan
Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Komponen Standar Pelayanan yang terkait dengan proses penyampaian pelayanan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
A. Service Delivery
Merupakan komponen yang terkait dengan proses penyampaian pelayanan. Bagian ini menjadi fokus perhatian dalam penyusunan dikarenakan pada komponen ini pihak
penyelenggara pelayanan berhubungan dengan pengguna pelayanan. Terdiri dari 6 (enam) komponen, meliputi :
1) Persyaratan
Syarat (dokumen atau barang/hal lain) yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif;
2) Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
Tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan;
3) Jangka Waktu Pelayanan
Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayan
4) Biaya/Tarif
Ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara;
5) Produk Pelayanan
Hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
6) Penanganan Pengaduan, Saran, dan Masukan
Tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.
B. Manufacturing
Komponen Standar Pelayanan yang terkait dengan proses pengelolaan pelayanan di internal organisasi. Komponen ini menjadi bagian yang perlu diinformasikan pada
saat proses pembahasan dengan masyarakat, meliputi : 1) Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan pelayanan; 2) Sarana Prasarana/Fasilitas
Sarana, prasarana, dan fasilitas adalah peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan;
3) Kompetensi Pelaksana
Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan pengalaman;
4) Pengawasan Internal
Sistem pengendalian intern dan pengawasan langsung yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan langsung pelaksana;
5) Jumlah Pelaksana
Informasi mengenai komposisi atau jumlah petugas yang melaksanakan tugas sesuai pembagian dan uraian tugasnya;
6) Jaminan Pelayanan
Memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan. Jaminan pelayanan menunjukkan kesanggupan instansi/Unit Pelayanan Publik (UPP) sesuai kapasitasan manajemen yang ada untuk memberikan kepastian bahwa kualitas penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan; 7) Jaminan Keamanan dan Keselamatan Pelayanan
Dalam bentuk komitmen untuk memberikan kepastian rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan;
8) Evaluasi Kinerja Pelayanan
Penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanan.
2.2 Dasar Hukum
Dasar hukum Standar Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Standar Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan;
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 4) Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
5) Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik;
6) Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
7) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 49 Tahun 2014 tentang Usaha Pembudidayaan Ikan;
8) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan;
9) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaran Pelayanan Publik;
10) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; 11) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 62 Tahun 2018 tentang Sistem Pengaduan Pelayanan Publik Nasional; 12) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
13) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 55 Tahun 2018 tentang Pakan Ikan;
14) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56 Tahun 2018 tentang Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan, dan/atau Inti Mutiara; 15) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Obat
Ikan;
16) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pendelegasian Kewenangan Penerbitan Perizinan Berusaha Sektor Kelautan dan Perikanan Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal;
17) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Kapal Pengangkut Ikan Hidup;
18) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2020 tentang Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan, dan/atau Inti Mutiara; 19) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56 Tahun 2020 tentang
Penanganan Pengaduan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; 20) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58 Tahun 2020 tentang Usaha
Perikanan Tangkap;
21) Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 8/KEP-DJPB/2018 tentang Standar Pelayanan Publik Lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;
22) Keputusan Direktur Jenderal Pengutan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Nomor 57/KEP-DJPDSPKP/2019 tentang Standar Pelayanan Lingkup Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan;
23) Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Nomor 82/KEP-BKIPM/2019 tentang Standar Pelayanan Publik Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan;
24) Keputusan Direktur Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Nomor 31497/DJPSDKP/XI/2020 tentang Penetapan Standar Pelayanan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (SPKP);
25) Keputusan Direktur Perencanaan Ruang Laut Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 40/DJPRL.2/XII/2020 tentang Penerbitan Izin Lokasi dan Izin Lokasi di Laut; dan
26) Keputusan Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 2605/DJPRL.5/XII/2020 tentang Standar Pelayanan Penerbitan Persetujuan Surat Izin Pemanfaaatan Jenis Ikan (SIPJI) yang Dilindungi dan/atau Termasuk Appendiks Cites.
2.3 Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan A. Maklumat, Visi, Misi, Motto dan Slogan Pelayanan
1) Maklumat
“Dengan ini, kami menyatakan sanggup menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan Standar Pelayanan, memberikan pelayanan sesuai dengan kewajiban dan melakukan perbaikan secara terus menerus, serta bersedia menerima sanksi dan/atau memberikan kompensasi apabila pelayanan yang diberikan
tidak sesuai standar”
“We are commits to provide the service based on Standardized Service, to provide service based in obligation and make continue improvements, when we do not
keep this commitment we are willing to accept punishment and providing compensation based on the established regulation”
2) Visi
“Mewujudkan pelayanan secara cepat, efektif, efisien, transparan dan pasti”
3) Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan kepada masyarakat secara transparan untuk mewujudkan pemerintah yang berkualitas; dan
b. Melakukan peningkatan peluang investasi secara keberlanjutan guna mewujudkan kerja sama dengan pemangku kepentingan sektor kelautan dan perikanan, serta menumbuhkan peluang usaha bagi masyarakat.
4) Motto Pelayanan
“Memberikan Pelayanan Prima”
5) Slogan Pelayanan
“Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan
Cerdas Berintegritas (Cermat dan Semangat Berintegritas)”
B. Prinsip Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan
1) Keterpaduan
Pengintegrasian proses penyelesaian berbagai jenis pelayanan dalam satu sistem; 2) Ekonomis
Tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi bagi masyarakat; 3) Koordinasi
Jenis-jenis pelayanan yang dipadukan tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan dalam 1 (satu) tim kerja yang benar-benar terpadu dan terkoordinasi dengan misi yang sama untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat;
4) Pendelegasian atau Pelimpahan Wewenang
Penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu dilaksanakan berdasarkan pendelegasian atau pelimpahan wewenang atau penugasan dari instansi induk sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Akuntabilitas
Pelayanan yang diberikan melalui sistem pelayanan terpadu harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan perundang-undangan;
6) Aksesibilitas
Masyarakat memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan pelayanan.
C. Jam Operasional Layanan
Jam operasional Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan dilaksanakan setiap hari kerja dengan ketentuan, sebagai berikut :
Senin s.d. Kamis : Pukul 08.00 s.d. 15.00 WIB Jumat : Pukul 08.00 s.d. 15.30 WIB Istirahat : Pelayanan tanpa jam istirahat
Dikarenakan adanya wabah virus Covid-19 dan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan mengenai kebijakan Work from Home (WFH), mulai bulan Juni tahun 2020 pelayanan perizinan di PTSP KKP dilaksanakan secara tatap muka dengan mengikuti Surat Edaran Kepala Pusat Data, Statistik, dan Informasi Nomor 2055/SJ.7/TU.210/VIII/2020 tentang Perubahan Atas Surat Edaran Kepala Pusat Data, Statistik, dan Informasi Nomor 1807/SJ.7/TU.210/VI/2020 tentang Penyesuaian Sistem Layanan di Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam Tatanan Normal Baru, yang dilaksanakan setiap hari Senin s.d Rabu mulai pukul 08.00 s.d 12.00 WIB, dengan sistem buka loket secara
bergantian sebagai berikut:
Hari Unit Kerja Layanan
Senin
DJPRL Layanan Pengelolaan Ruang Laut
DJPT
SIUP/SIPI/SIKPI
Pendaftaran Buku Kapal Perikanan dan Cek Fisik
Layanan RFMOs
DJPB Usaha Perikanan Budidaya, Pakan Ikan, dan Obat Ikan
BKIPM Layanan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu
Selasa
DJPRL Layanan Pengelolaan Ruang Laut
DJPT
SIUP/SIPI/SIKPI
Pendaftaran Buku Kapal Perikanan dan Cek Fisik
Layanan RFMOs
DJPSDKP Sistem Pemantauan Kapal Perikanan DJPDSPKP SKP, RPHP, SIUP Bidang Pengolahan
Rabu
DJPB Usaha Perikanan Budidaya, Pakan Ikan, dan Obat Ikan
BKIPM Layanan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu DJPSDKP Sistem Pemantauan Kapal Perikanan
DJPDSPKP SKP, RPHP, SIUP Bidang Pengolahan
D. Jenis Pelayanan Perizinan
Jenis pelayanan perizinan yang diselenggarakan di Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Kelautan dan Perikanan sebanyak 22 (dua puluh dua) nama pelayanan perizinan, yaitu sebagai berikut :
Nama Loket No Nama Pelayanan Penanggung
Jawab Jenis Pelayanan
Layanan Pengelolaan Ruang Laut 1 Penerbitan Izin Lokasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut - Konsultasi Perizinan - Permohonan Perizinan - Pengambilan Dokumen Perizinan 2 Penerbitan Izin Lokasi di Laut 3 Penerbitan Persetujuan Surat Izin Pemanfaatan Jenis Ikan (SIPJI) yang
Dilindungi dan/atau Termasuk Appendiks CITES Pelayanan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)
4 Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Direktorat Perizinan dan Kenelayanan, DJPT - Konsultasi Perizinan Pelayanan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)/Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) 5 Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
6 Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) Pendaftaran Kapal Perikanan 7 Pendaftaran Kapal Perikanan Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan, DJPT - Konsultasi Perizinan - Pengambilan Dokumen Perizinan Pelayanan Pendaftaran Kapal Perikanan ke Regional Fisheries Management Organizations 8 Pendaftaran Kapal Perikanan ke Regional Fisheries Management Organizations (RFMOs) Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan DJPT - Konsultasi Perizinan - Permohonan Perizinan Pelayanan Usaha Perikanan Budidaya 9 Penerbitan Surat Rekomendasi Pembudidayaan Ikan Penanaman Modal (RPIPM) Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya, DJPB - Konsultasi Perizinan - Permohonan Perizinan - Pengambilan Dokumen Perizinan 10 Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan dan/atau Inti Mutiara
11 Penerbitan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) Hasil Budidaya Pelayanan Pakan Ikan 12 Sertifikat Pendaftaran Pakan Ikan Direktorat Pakan dan Obat Ikan, DJPB - Konsultasi Perizinan - Permohonan Perizinan - Pengambilan Dokumen Perizinan 13 Penerbitan Surat Keterangan Teknis (SKT) Impor Bahan Baku Pakan Ikan dan/atau Pakan Ikan
Pelayanan Obat Ikan 14 Penerbitan Sertifikat Pendaftaran Obat Ikan Direktorat Pakan dan Obat Ikan, DJPB - Konsultasi Perizinan - Permohonan Perizinan - Pengambilan Dokumen Perizinan 15 Penerbitan Surat Keterangan Pemasukan Bahan Baku Obat Ikan, Obat Ikan, dan/atau Sampel Obat Ikan Pelayanan SIUP
Bidang
Pengolahan Ikan
16 Penerbitan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Bidang Pengolahan Ikan Direktorat Usaha dan Investasi, DJPDSPKP - Konsultasi Perizinan Pelayanan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) 17 Penerbitan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu, Ditjen PDSPKP - Konsultasi Perizinan Pelayanan Rekomendasi Pemasukan Hasil Perikanan (RPHP) 18 Penerbitan Rekomendasi Pemasukan Hasil Perikanan (RPHP) Selain sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri Direktorat Logistik, DJPDSPKP - Konsultasi Perizinan Pelayanan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (SPKP) 19 Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (SPKP) Direktorat Pemantauan dan Infastruktur, Ditjen PDSPKP - Konsultasi Perizinan - Permohonan Perizinan - Pengambilan Dokumen Perizinan Pelayanan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (KIPM) 20 Sertifikat Instalasi
Karantina Ikan (SIKI) Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan - Konsultasi Perizinan 21 Sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) 22 Ijin Ekspor (Approval Number/Nomor Registrasi) Produk Perikanan ke Negara Mitra
E. Prosedur Pelayanan kepada Pengguna Jasa di PTSP KKP
1) Prosedur Konsultasi Perizinan
Prosedur konsultasi perizinan, sebagai berikut:
a. Pengguna jasa mengambil nomor antrian secara Online melalui aplikasi INTRA D-LAN PTSP KKP (Integrasi dan Transparansi Data Layanan di PTSP KKP).
Pengguna jasa dapat mengambil nomor antrian secara self service melalui ponsel atau laptop masing-masing. Pengguna jasa juga dapat mengambil nomor antrian menggunakan fasilitas PC di PTSP KKP;
b. Menunggu panggilan di ruang tunggu;
c. Pengguna jasa menuju loket konsultasi untuk melakukan konsultasi; dan
d. Konsultasi selesai, pengguna jasa meninggalkan loket konsultasi dan memberikan feedback berupa penilaian kepada petugas pelayanan PTSP KKP melalui aplikasi INTRA D-LAN.
2) Prosedur Permohonan Perizinan
Prosedur permohonan perizinan, sebagai berikut:
a. Pengguna jasa mengambil nomor antrian secara Online melalui aplikasi INTRA D-LAN PTSP KKP (Integrasi dan Transparansi Data Layanan di PTSP KKP).
Pengguna jasa dapat mengambil nomor antrian secara self service melalui ponsel atau laptop masing-masing. Pengguna jasa juga dapat mengambil nomor antrian menggunakan fasilitas PC di PTSP KKP;
b. Pengguna jasa menuju loket pengajuan perizinan untuk dilakukan pemeriksaan dokumen permohonan perizinan; dan
c. Pengguna jasa meninggalkan loket layanan setelah pemeriksaan dokumen selesai dan memberikan feedback berupa penilaian kepada petugas pelayanan PTSP KKP melalui aplikasi INTRA D-LAN.
3) Prosedur Pengambilan Dokumen Perizinan
Prosedur pengambilan dokumen perizinan sebagai berikut :
a. Pengguna jasa mengambil nomor antrian secara Online melalui aplikasi INTRA D-LAN PTSP KKP (Integrasi dan Transparansi Data Layanan di PTSP KKP).
Pengguna jasa dapat mengambil nomor antrian secara self service melalui ponsel atau laptop masing-masing. Pengguna jasa juga dapat mengambil nomor antrian menggunakan fasilitas PC di PTSP KKP;
b. Pengguna jasa mengambil nomor antrian dan menunggu panggilan di ruang tunggu;
c. Pengguna jasa menuju loket pengambilan dokumen perizinan dan menyerahkan bukti untuk pengambilan dokumen perizinan kepada petugas; dan
d. Pengambilan dokumen selesai, pengguna jasa meninggalkan loket pengambilan dokumen dan memberikan feedback berupa penilaian kepada petugas pelayanan PTSP KKP melalui aplikasi INTRA D-LAN.
3.1 Penerbitan Izin Lokasi
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : 1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Kelautan dan Perikanan;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Laut;
6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
7) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 8/PERMEN-KP/2020 tentang
Pendelegasian Kewenangan Penerbitan Perizinan Berusaha Sektor Kelautan dan Perikanan kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; dan
8) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 54/PERMEN-KP/2020 tentang Izin Lokasi, Izin Pengelolaan, dan Izin Lokasi Di Laut.
KOMPONEN
BAB
3
2 Persyaratan Pelayanan : 1) Surat permohonan Izin Lokasi kepada Menteri Kelautan dan Perikanan;
2) Fotocopy Nomor Induk Berusaha (NIB); 3) Dokumen Izin Lokasi Perairan dari OSS; 4) Proposal yang memuat:
a. latar belakang; b. maksud dan tujuan;
c. lokasi administrasi dan posisi geografis; d. luasan dan koordinat geografis lokasi
dengan sistem koordinat lintang (latitude) dan bujur (longitude) pada lembar peta;
e. peta lokasi dan denah/sketsa yang menggambarkan rencana tapak/site plan yang dimohonkan;
f. kedalaman yang akan dimanfaatkan; g. data kondisi terkini lokasi dan sekitarnya
yang mendeskripsikan: 1) kondisi ekosistem pesisir;
2) hidro-oseanografi berupa batimetri, arus, pasang surut, dan gelombang; 3) pemanfaatan ruang; dan
4) sosial ekonomi Masyarakat. h. pakta integritas.
3 Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
: 1) Mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) melalui OSS;
2) Menyampaikan permohonan Izin Lokasi kepada Menteri Kelautan dan Perikanan beserta persyaratan melalui website http://sihandal.kkp.go.id secara Online; 3) Proses Verifikasi Administrasi dan Teknis; 4) Pemohon menerima Surat Perintah Bayar
PNBP, membayar PNBP, dan menyerahkan bukti pembayaran PNBP jika Izin disetujui; 5) OSS menerima Surat Persetujuan Izin Lokasi;
dan
6) Pemohon menerima Surat Izin Lokasi.
4 Jangan Waktu Penyelesaian
: Jangka waktu yang diperlukan dalam proses pelayanan Penerbitan Izin Lokasi adalah 10 hari kerja
5 Biaya/Tarif : Tarif Izin Lokasi Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Kelautan dan Perikanan
6 Produk Pelayanan : Surat Persetujuan Izin Lokasi
3.2 Penerbitan Izin Lokasi di Laut
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : 1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Kelautan Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Kelautan dan Perikanan;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Laut;
6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan
7) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 54/PERMEN-KP/2020 tentang Izin Lokasi, Izin Pengelolaan, dan Izin Lokasi Di Laut.
2 Persyaratan Pelayanan : 1) Surat permohonan Izin Lokasi dI Laut kepada Menteri Kelautan dan Perikanan;
2) Fotocopy Nomor Induk Berusaha (NIB); 3) Dokumen Izin Lokasi Perairan dari OSS; 4) Proposal yang memuat:
a. latar belakang; b. maksud dan tujuan;
lokasi dengan sistem koordinat lintang (longitude) dan bujur (latitude) pada lembar peta;
d. peta lokasi dan denah/sketsa yang menggambarkan rancana tapak (site plan) lokasi yang dimohonkan;
e. data kondisi terkini lokasi dan sekitarnya yang mendeskripsikan:
1) kondisi ekosistem;
2) hidro-oseanografi, berupa batimetri, arus, dan gelombang; dan
3) pemanfaatan ruang laut yang telah ada. f. pakta integritas
3 Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
: 1) Mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) melalui OSS;
2) Menyampaikan permohonan Izin Lokasi di Laut kepada Menteri Kelautan dan Perikanan beserta persyaratan melalui website http://sihandal.kkp.go.id secara Online;
3) Proses Verifikasi Administrasi dan Teknis; 4) Pemohon menerima Surat Perintah Bayar
PNBP, membayar PNBP, dan menyerahkan bukti pembayaran PNBP jika Izin disetujui; dan 5) Pemohon menerima Surat Izin Lokasi di Laut. 4 Jangan Waktu
Penyelesaian
: Jangka waktu yang diperlukan dalam proses pelayanan Penerbitan Izin Lokasi di Laut adalah 10 hari kerja
5 Biaya/Tarif : Tarif Izin Lokasi di Laut Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Kelautan dan Perikanan
6 Produk Pelayanan : Surat Izin Lokasi di Laut
3.3 Penerbitan Persetujuan Surat Izin Pemanfaatan Jenis Ikan (SIPJI) yang Dilindungi dan/atau Termasuk Appendiks CITES
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : 1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
sebaagimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2OO7 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik;
4) Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978 tentang Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES);
5) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 61/PERMEN-KP/2018 tentang Pemanfaatan Jenis Ikan Yang Dilindungi dan/atau Jenis Ikan Yang Tercantum Dalam Appendiks Convention on International Trade Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES);
7) Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 20/PER-DJPRL/2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut;
8) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8 Tahun 2020 Tentang Pendelegasian Kewenangan Penerbitan Perizinan Berusaha Sektor Kelautan dan Perikanan Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
9) Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 13/PER-DJPRL/2018 tentang Tata Cara Penerbitan Rekomendasi Perdagangan Jenis Hiu dan Pari.
2 Persyaratan Pelayanan : 1) Nomor Induk Berusaha (NIB);
2) Surat permohonan Izin Pemanfaatan Jenis Ikan untuk kegiatan Penelitian dan Pengembangan;
3) Persyaratan dan tata cara memperoleh Izin Litbang Perikanan dengan objek yang memiliki karakteristik unik dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan.
3 Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
: 1) Mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB);
2) Menyampaikan permohonan Izin
Pemanfaatan Jenis Ikan untuk Kegiatan Penelitian dan Pengembangan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan.
4 Jangan Waktu Penyelesaian
: Jangka waktu yang diperlukan dalam proses pelayanan Penerbitan Surat Izin Pemanfaatan Jenis Ikan (SIPJI) untuk Penelitian dan Pengembangan adalah 10 hari kerja
5 Biaya/Tarif : Tidak ada biaya/tarif
6 Produk Pelayanan : Surat Izin Pemanfaatan Jenis Ikan untuk Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
3.4 Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Tangkap
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : 1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan;
3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/PERMEN-KP/2020 tentang Usaha Perikanan Tangkap.
2 Persyaratan : 1) Surat permohonan kepada Direktur Jenderal dengan mencantumkan NIB dan NPWP 2) Rencana Usaha, yang meliputi rencana
investasi, rencana Kapal Perikanan, dan rencana operasional;
3) Surat pernyataan mengenai Pemilik Manfaat, untuk Korporasi;
4) Pakta integritas dari orang perseorangan atau penanggung jawab Korporasi;
5) Foto orang perseorangan atau penanggung jawab Korporasi terbaru berwarna berukuran
4 x 6 cm berlatar belakang merah;
6) Spesimen tanda tangan orang perseorangan atau penanggung jawab Korporasi; dan 7) Surat pernyataan bermeterai cukup atas
kebenaran data dan informasi yang disampaikan dari orang perseorangan atau penanggung jawab Korporasi.
3 Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
: Permohonan dan penerbitan izin Usaha Perikanan Tangkap dilakukan secara elektronik pada laman http://perizinan.kkp.go.id/
4 Jangan Waktu Penyelesaian
: 1) Direktur Jenderal melakukan verifikasi terhadap kesesuaian dokumen persyaratan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam sejak diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya berupa diterima atau tidak diterima;
2) Apabila permohonan diterima, Direktur Jenderal melakukan verifikasi teknis dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam, yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan; 3) Apabila hasil verifikasi teknis disetujui,
Direktur Jenderal menerbitkan SPP PPP dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam; 4) Pemohon berdasarkan SPP PPP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus membayar PPP dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak SPP PPP diterbitkan;
5) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak SPP PPP diterbitkan, pemohon tidak membayar PPP, permohonan SIUP dinyatakan batal demi hukum;
6) Direktur Jenderal menerbitkan SIUP dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam sejak diterimanya pemberitahuan pelunasan pembayaran PPP;
7) Apabila permohonan tidak diterima atau hasil verifikasi teknis ditolak, Direktur Jenderal menyampaikan penolakan kepada pemohon dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam disertai alasan.
5 Biaya/Tarif : Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis
dan Tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan, sebagai berikut :
6 Produk Pelayanan : Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Tangkap
3.5 Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : 1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan;
3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/PERMEN-KP/2020 tentang Usaha Perikanan Tangkap.
2 Persyaratan : Surat permohonan kepada Direktur Jenderal dengan persyaratan:
1) Mencantumkan Nomor Register Kapal Perikanan, nomor SIUP, dan Pelabuhan Pangkalan;
2) Melampirkan surat pernyataan bermeterai cukup dari orang perseorangan atau penanggung jawab Korporasi yang menyatakan:
a. Kapal Penangkap Ikan yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan Penangkapan Ikan secara tidak sah, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (illegal, unreported, and unregulated fishing); dan
b. kebenaran data dan informasi yang disampaikan.
Permohonan SIPI bagi Kapal Penangkap Ikan yang akan beroperasi di Laut Lepas selain persyaratan di atas, ditambah dengan
1) Mencantumkan identitas nakhoda dan pelabuhan negara tujuan yang menjadi negara anggota RFMO pada wilayah RFMO yang sama dan melaksanakan ketentuan port state measure agreement, apabila akan mendaratkan hasil tangkapan di negara lain; dan
2) Melampirkan daftar perwira kapal dan sertifikat ahli nautika Kapal Penangkap Ikan dan ahli teknika Kapal Penangkap Ikan yang dimiliki perwira kapal.
3 Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
: Permohonan dan penerbitan izin Usaha Perikanan Tangkap dilakukan secara elektronik pada laman http://perizinan.kkp.go.id/
4 Jangan Waktu Penyelesaian
: 1) Direktur Jenderal melakukan verifikasi terhadap kesesuaian dokumen persyaratan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam sejak diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya berupa diterima atau tidak diterima;
2) Apabila dokumen persyaratan diterima, Direktur Jenderal melakukan evaluasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam, yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan; 3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan cara memeriksa data dan informasi yang tercantum dalam SIUP, BKP, dan pakta integritas;
Jenderal menerbitkan SPP PHP dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam;
5) Pemohon berdasarkan SPP PHP harus membayar PHP dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak SPP PHP diterbitkan;
6) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak SPP PHP diterbitkan, pemohon tidak membayar PHP, permohonan SIPI dinyatakan batal demi hukum;
7) Direktur Jenderal menerbitkan SIPI dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam sejak diterimanya pemberitahuan pelunasan pembayaran PHP; dan
8) Apabila permohonan tidak diterima atau hasil evaluasi, Direktur Jenderal menyampaikan penolakan kepada pemohon dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam disertai alasan. 5 Biaya/Tarif : Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan, sebagai berikut :
6 Produk Pelayanan : Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
3.6 Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI)
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : 1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan;
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/PERMEN-KP/2020 tentang Usaha Perikanan Tangkap.
2 Persyaratan : Surat permohonan kepada Direktur Jenderal dengan persyaratan:
1) Mencantumkan Nomor Register Kapal Perikanan, nomor SIUP, dan Pelabuhan Pangkalan;
2) Melampirkan
a. surat pernyataan bermeterai cukup dari orang perseorangan atau penanggung jawab Korporasi yang menyatakan:
1. Kapal Penangkap Ikan yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan Penangkapan Ikan secara tidak sah, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (illegal, unreported, and unregulated fishing); dan
2. kebenaran data dan informasi yang disampaikan.
b. Perjanjian kerja sama antara pemilik Kapal Pengangkut Ikan dengan pemilik Kapal Penangkap Ikan yang tidak dalam satu kesatuan Usaha Perikanan Tangkap, untuk Pengangkutan Ikan dari Kapal Penangkap Ikan di daerah Penangkapan Ikan di WPPNRI ke Pelabuhan Pangkalan.
3) Permohonan SIKPI bagi Kapal Pengangkut Ikan yang akan beroperasi dari Pelabuhan Pangkalan dan/atau Pelabuhan Muat ke Pelabuhan Pangkalan selain persyaratan di atas, ditambah dengan mencantumkan Pelabuhan Muat sebagaimana tercantum dalam SIUP;
4) Permohonan SIKPI bagi Kapal Pengangkut Ikan yang akan beroperasi dari Pelabuhan Pangkalan ke pelabuhan negara tujuan selain persyaratan di atas, ditambah dengan mencantumkan pelabuhan negara tujuan dan identitas nakhoda;
5) Permohonan SIKPI bagi Kapal Pengangkut Ikan yang akan melakukan Pengangkutan Ikan dari
daerah Penangkapan Ikan di Laut Lepas selain persyaratan di atas, ditambah dengan:
a. Mencantumkan identitas nakhoda dan pelabuhan negara tujuan yang menjadi negara anggota RFMO pada wilayah RFMO yang sama dan melaksanakan ketentuan port state measure agreement, apabila akan mendaratkan hasil tangkapan di pelabuhan negara tujuan; dan
b. Melampirkan:
1. Daftar perwira kapal dan sertifikat ahli nautika Kapal Penangkap Ikan dan ahli teknika Kapal Penangkap Ikan yang dimiliki perwira kapal; dan
2. Perjanjian kerja sama antara pemilik Kapal Pengangkut Ikan dengan pemilik Kapal Penangkap Ikan yang tidak dalam satu kesatuan Usaha Perikanan Tangkap, untuk Pengangkutan Ikan dari Kapal Penangkap Ikan di daerah Penangkapan Ikan di Laut Lepas ke Pelabuhan Pangkalan atau pelabuhan negara tujuan.
3 Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
: Permohonan dan penerbitan izin Usaha Perikanan Tangkap dilakukan secara elektronik pada laman http://perizinan.kkp.go.id/
4 Jangan Waktu Penyelesaian
: 1) Direktur Jenderal melakukan verifikasi terhadap kesesuaian dokumen persyaratan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam sejak diterimanya permohonan secara lengkap yang hasilnya berupa diterima atau tidak diterima.;
2) Apabila dokumen persyaratan diterima, Direktur Jenderal melakukan evaluasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam, yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan; 3) Evaluasi dilakukan dengan cara memeriksa
data dan informasi yang tercantum dalam SIUP, BKP, dan pakta integritas;
4) Apabila hasil evaluasi disetujui, Direktur Jenderal menerbitkan SPP PPP dalam Direktur Jenderal melakukan verifikasi terhadap kesesuaian dokumen persyaratan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam sejak
hasil evaluasi disetujui;
5) Pemohon berdasarkan SPP PPP harus membayar PPP dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak SPP PPP diterbitkan;
6) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak SPP PPP diterbitkan pemohon tidak membayar PPP, permohonan SIKPI dinyatakan batal demi hukum;
7) Direktur Jenderal menerbitkan SIKPI dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam sejak diterimanya pemberitahuan pelunasan pembayaran PPP; dan
8) Apabila permohonan tidak diterima atau hasil evaluasi ditolak, Direktur Jenderal menyampaikan penolakan kepada pemohon dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) jam disertai alasan.
5 Biaya/Tarif : Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan, sebagai berikut :
6 Produk Pelayanan : Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI)
3.7 Pendaftaran Kapal Perikanan
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : 1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009;
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan;
3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/PERMEN-KP/2020 tentang Usaha Perikanan Tangkap.
2 Persyaratan : Surat permohonan kepada Direktur Jenderal dengan persyaratan:
1) Mencantumkan nomor SIUP; dan 2) Melampirkan:
a. Surat tanda bukti lapor kedatangan kapal atau surat keterangan keberadaan kapal dari Kepala Pelabuhan Pangkalan;
b. Bukti kepemilikan kapal, berupa Grosse
Akta dari kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pelayaran;
c. Surat ukur dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pelayaran;
d. Foto berwarna kapal tampak haluan, tampak samping secara keseluruhan kanan dan kiri, tampak buritan, tampak tanda selar, tampak palka ikan yang sudah diberi nomor, tampak mesin utama yang menunjukkan merek dan nomor mesin, serta tampak Alat Penangkapan Ikan di atas kapal berukuran 10 x 5 cm; dan e. Surat pernyataan bermeterai cukup atas
kebenaran data dan informasi yang disampaikan dari orang perseorangan atau penanggung jawab Korporasi.
3) Pencantuman nomor SIUP dikecualikan untuk Kapal Perikanan milik instansi pemerintah
kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian, instansi pemerintah daerah, atau perguruan tinggi untuk kepentingan pelatihan dan penelitian/ekplorasi perikanan. 3 Sistem, Mekanisme, dan
Prosedur
: Permohonan dan penerbitan izin Usaha Perikanan Tangkap dilakukan secara elektronik melalui https://kapal.kkp.go.id/sipalkaOnline
4 Jangan Waktu Penyelesaian
: 1) Direktur Jenderal melakukan verifikasi terhadap kesesuaian dokumen persyaratan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya berupa diterima atau tidak diterima;
2) Apabila permohonan tidak diterima, Direktur Jenderal menyampaikan penolakan kepada pemohon dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari kerja disertai alasan;
3) Apabila permohonan diterima, Petugas Pemeriksa Fisik Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan melakukan pemeriksaan fisik Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja;
4) Hasil Pemeriksaan Fisik Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan dilaporkan kepada Direktur Jenderal dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja;
5) Direktur Jenderal berdasarkan laporan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya laporan:
a. menerbitkan BKP, dalam hal hasil pemeriksaan fisik Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan sesuai; atau b. menyampaikan penolakan kepada
pemohon disertai alasan, dalam hal hasil pemeriksaan fisik Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan tidak sesuai.
5 Biaya/Tarif : -
6 Produk Pelayanan : Buku Kapal Perikanan
3.8 Pendaftaran Kapal Perikanan ke Regional Fisheries Management Organizations (RFMOs)
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : Ketentuan Regional :
1) Resolution 19/04 Concerning the IOTC Record of Vessels Authorised to Operate in the IOTC Area of Competence;
Authorised to Fish for Southern Bluefin Tuna (revised at the Twenty-Second Annual Meeting: 17 October 2019);
3) WCPFC – Conservation and Management Measures 2018/06 on WCPFC Record of Fishing Vessels and Authorization to Fish; 4) Resolution IATTC C-18-06 Resolution
(Amended) on a Regional Vessel Register. Ketentuan Non-Regional :
1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan;
3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58/PERMEN-KP/2020 tentang Usaha Perikanan Tangkap.
2 Persyaratan : 1) Surat permohonan kepada Direktur Jenderal u.p. Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan, dengan melampirkan:
a. Fotocopy Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) bagi kapal penangkap ikan atau Surat Izin Pengangkutan Ikan (SIKPI) bagi kapal pengangkut ikan, yang masih berlaku;
b. Fotocopy Surat Ukur; c. Fotocopy Gross Akta;
d. Fotokopi Pas Tahunan/Pas Besar;
e. Identitas Vessel Monitoring System (ID-VMS), bagi setiap kapal dengan Panjang Seluruhnya (LOA) 15 meter keatas;
f. Surat Keterangan call sign dari Ditjen. Perhubungan Laut – Kementerian Perhubungan;
g. Foto kapal terbaru (foto kapal tunggal) dengan ketentuan:
Foto berwarna dengan ukuran 4R. Foto tampak samping kanan dan kiri
(kelihatan seluruh badan kapal, nama kapal)
Foto tampak belakang dan tampak depan (kelihatan tanda selar)
Mencantumkan informasi tanggal dan waktu pemotretan
h. Khusus untuk kapal penangkap ikan, Surat Keterangan Kepatuhan Kapal dalam Pelaksanaan log book penangkapan ikan yang diterbitkan oleh Kepala Pelabuhan Pangkalan;
i. Khusus untuk kapal pengangkut ikan, pemohon wajib menyampaikan surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan tujuan pencantuman kapal pengangkut di RFMO dalam rangka pelaksanaan alih muatan/transhipment; j. Data lengkap kapal penangkap ikan atau
kapal pengangkut ikan sesuai dengan ketentuan masing-masing RFMOs.
2) Surat Permohonan sebagaimana dimaksud pada butir (1) harus ditandatangani oleh pemilik kapal atau penanggungjawab perusahaan yang tercantum dalam SIPI atau SIKPI.
3) Surat Permohonan beserta persyaratan pada butir (1) disampaikan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), khusus untuk persayaratan butir 1 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f selain hardcopy wajib disampaikan dalam bentuk scan dokumen (softfile).
3 Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
:
4 Jangan Waktu Penyelesaian
: Direktur Jenderal mendaftarkan Kapal Penangkap Ikan yang telah memiliki SIPI kepada RFMO dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari kerja sejak SIPI diterbitkan.
5 Biaya/Tarif : -
6 Produk Pelayanan : Surat Permohonan Pendaftaran / Update Kapal ke RFMOs
3.9 Penerbitan Surat Rekomendasi Pembudidayaan Ikan Penanaman Modal (RPIPM)
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : 1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan;
3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 49/PERMENKP/2014 tentang Usaha Pembudidayaan Ikan; dan
4) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha di Bidang Pembudidayaan Ikan Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala Badan Koodinasi Penanaman Modal.
2 Persyaratan : Administrasi:
1) Surat permohonan
2) Rencana usaha, yang meliputi: 1) rencana kegiatan usaha; 2) rencana tahapan kegiatan;
3) rencana teknologi yang digunakan; 4) sarana usaha yang dimiliki;
5) rencana pengadaan sarana usaha; 6) rencana volume produksi setiap tahapan
kegiatan; dan
7) rencana pembiayaan
3) Fotokopi KTP penanggung jawab korporasi, dengan menunjukkan aslinya;
4) Fotokopi NPWP korporasi, dengan menunjukkan aslinya;
5) Surat keterangan domisili usaha;
6) Fotokopi akta pendirian korporasi, dengan menunjukkan aslinya;
7) Fotokopi izin lokasi, dengan mencantumkan luasan dan titik koordinat;
8) Fotokopi izin lingkungan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang;
9) Pas foto ukuran 4x6 dan specimen tanda tangan; dan
10) Surat pernyataan bermaterai cukup dari penanggung jawab korporasi yang menyatakan kebenaran data dan informasi yang disampaikan.
Teknis:
1) Perusahaan di bidang pembudidayaan ikan dengan fasilitas penanaman modal yangtelah mempunyai izin usaha dan akan melakukan penambahan, pengalihan/pemindahan lokasi dan/atau perluasan usaha, wajib mengajukan
pengalihan/pemindahan lokasi dan/atau perluasan usaha kepada instansi yang berwenang di bidang penanaman modal; 2) Pemohon telah memenuhi persyaratan; 3) Pemohon telah membayar PNBP sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dibuktikan dengan tanda bukti setor; dan
4) Identifikasi kelayakan usaha perikanan budidaya.
3 Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
: Prosedur:
1) Pemohon mengajukan surat permohonan
Rekomendasi Pembudidayaan Ikan
Penanaman Modal (RPIPM) dan kelengkapan dokumennya kepada Direktur Jenderal; dan 2) Direktur Jenderal melakukan penilaian
terhadap kelayakan rencana usaha dan kelengkapan persyaratan lainnya paling lama 3 (tiga) hari kerja, yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan;
3) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud disetujui, dilakukan pemeriksaan lapangan paling lama 2 (dua) hari kerja oleh petugas pemeriksa lapangan;
4) Pemeriksaan lapangan dilakukan guna memverifikasi kebenaran dokumen yang diajukan, yang meliputi:
a. lokasi; dan
b. sarana usaha yang dimiliki.
5) Apabila hasil pemeriksaan lapangan telah sesuai, petugas pemeriksa lapangan paling lama 3 (tiga) hari kerja menerbitkan rekomendasi kepada Direktur Jenderal bahwa hasil pemeriksaan lapangan sudah sesuai;
6) Apabila hasil pemeriksaan lapangan tidak sesuai, petugas pemeriksa lapangan paling lama 3 (tiga) hari kerja menerbitkan rekomendasi kepada Direktur Jenderal bahwa hasil pemeriksaan lapangan tidak sesuai;
7) Direktur Jenderal menerbitkan SPP-PPP dengan dilampiri blanko SSBP paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya rekomendasi;
8) Pemohon harus membayar PPP dan menyampaikan tanda bukti pembayaran (SSBP) kepada Direktur Jenderal paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak SPP-PPP diterbitkan; 9) Apabila dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari
kerja sejak SPP-PPP diterbitkan, pemohon tidak membayar PPP, permohonan RPIPM dinyatakan batal demi hukum;
10) Direktur Jenderal menerbitkan RPIPM paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanda bukti pembayaran (SSBP) diterima.
4 Jangan Waktu Penyelesaian
: 3 (tiga) hari kerja, sejak tanda bukti pembayaran (SSBP) diterima
5 Biaya/Tarif : Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 6 Produk Pelayanan : Rekomendasi Pembudidayaan Ikan Penanaman
Modal (RPIPM). Berlaku sampai dengan instansi yang berwenang di bidang penanaman modal menerbitkan persetujuan penanaman modal/izin usaha di bidang pembudidayaan ikan.
3.10 Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan dan/atau Inti Mutiara
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : 1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pembudidayaan Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 166;
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik;
4) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
5) Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan;
6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan
7) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56/PERMEN-KP/2018 tentang Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan dan/atau Inti Mutiara.
2 Persyaratan : Rekomendasi Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan
1) Surat permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, yang paling sedikit memuat:
a. nama jenis (species) dan nama dagang Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan; b. jumlah dan ukuran;
c. nomor SIUP bidang Pembudidayaan Ikan; d. negara asal;
e. tempat pemasukan; dan f. rencana pemanfaatan
2) Permohonan di atas dengan melampirkan persyaratan:
a. NIB;
b. surat hasil analisis risiko berupa persetujuan pemasukan untuk Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan:
1. untuk pemasukan pertama kali bagi negara anggota The World Organization for Animal Health (OIE); atau
2. setiap kali pemasukan bagi negara
bukan anggota The World
Organization for Animal Health (OIE). c. Surat Keterangan Asal atau Certificate of Origin (CoO) dari instansi yang berwenang di negara asal;
d. laporan surveilan dan monitoring pengendalian penyakit Ikan yang dilakukan 2 (dua) tahun terakhir oleh unit usaha dan instansi yang berwenang di negara asal, untuk pemasukan Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan yang termasuk jenis Ikan baru, dari negara asal yang pertama kali memasukkan Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan, dan/atau dari negara yang terindikasi wabah penyakit Ikan; dan
e. hasil uji DNA Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan hasil pemuliaan dari instansi yang berwenang di negara asal untuk jenis Ikan baru dan/atau negara asal yang pertama kali memasukkan Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan
Rekomendasi Pemasukan Inti Mutiara
1) Surat permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, yang paling sedikit memuat:
a. jenis Inti Mutiara; b. jumlah dan ukuran;
c. nomor SIUP bidang Pembudidayaan Ikan;
d. kode HS; e. negara asal;
f. tempat pemasukan; dan g. rencana pemanfaatan;
3 Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
: Rekomendasi Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan
1) Permohonan Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan, dan/atau Inti Mutiara sebagaimana dilakukan melalui laman akubisa.kkp.go.id. Dalam hal permohonan Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan, dan/atau Inti Mutiara tidak dapat disampaikan melalui laman tersebut, permohonan dapat disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jenderal;
2) Berdasarkan permohonan, Direktur Jenderal melakukan penilaian atas kelengkapan, keabsahan, dan kebenaran persyaratan sejak diterimanya permohonan secara lengkap yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan;
3) Direktur Jenderal dalam melakukan penilaian teknis dapat dibantu oleh tenaga ahli;
4) Penilaian teknis dilakukan terhadap seluruh persyaratan;
5) Hasil penilaian teknis dituangkan dalam berita acara penilaian teknis yang hasilnya sesuai atau tidak sesuai;
6) Apabila hasil penilaian teknis sesuai, Direktur Jenderal menerbitkan Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan;
7) Apabila permohonan ditolak dan/atau hasil penilaian teknis tidak sesuai, Direktur Jenderal menerbitkan surat penolakan disertai alasan penolakan dan berkas permohonan dikembalikan.
Rekomendasi Pemasukan Inti Mutiara
1) Permohonan Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan, dan/atau Inti Mutiara sebagaimana dilakukan melalui laman akubisa.kkp.go.id. Dalam hal permohonan Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan, dan/atau Inti
Mutiara tidak dapat disampaikan melalui laman tersebut, permohonan dapat disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jenderal;
2) Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan permohonan dan penilaian teknis yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan; 3) Apabila disetujui disetujui, Direktur Jenderal
menerbitkan Rekomendasi Pemasukan Inti Mutiara; dan
4) Apabila ditolak, Direktur Jenderal menerbitkan surat penolakan disertai alasan penolakan dan berkas permohonan dikembalikan.
4 Jangan Waktu Penyelesaian
: Rekomendasi Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan
Proses penerimaan permohonan sampai dengan penerbitan atau penolakan Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari
Rekomendasi Pemasukan Inti Mutiara
Proses penerimaan permohonan sampai dengan penerbitan atau penolakan Rekomendasi Pemasukan Inti Mutiara dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari
5 Biaya/Tarif : Dikenakan biaya berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan
6 Produk Pelayanan : Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, dan/atau Benih Ikan ke Dalam Wilayah Republik Indonesia yang berlaku selama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan dan Rekomendasi Pemasukan Inti Mutiara ke Dalam Wilayah Republik Indonesia yang berlaku selama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
3.11 Penerbitan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) Hasil Budidaya
NO KOMPONEN URAIAN
1 Dasar Hukum : 1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara;
3) Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan;
4) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan 5) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 15/PERMEN-KP/2020 tentang Kapal Pengangkut Ikan Hidup.
2 Persyaratan : Bagi Kapal Pengangkut Ikan Hidup berbendera Indonesia meliputi:
1) fotokopi SIUP bidang pengangkutan ikan hidup;
2) surat perjanjian kerja sama pengangkutan antara pengelola dan/atau pemilik Kapal Pengangkut Ikan Hidup dengan pembudidaya ikan, kecuali Kapal Pengangkut Ikan Hidup untuk mengangkut ikan hasil Pembudidayaan Ikan milik sendiri;
3) surat pernyataan bermeterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab Korporasi yang menyatakan:
a. kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan pengangkutan ikan secara tidak sah, tidak dilaporkan, dan tidak diatur;
b. tidak mengangkut ikan yang tidak tercantum dalam SIKPI;
c. kebenaran data dan informasi yang disampaikan sesuai dengan aslinya;
d. kesanggupan memasang dan
mengaktifkan transmiter sistem pemantauan kapal perikanan dan televisi sirkuit tertutup sebelum dan selama kapal melakukan pengangkutan ikan hidup; dan
e. kesanggupan mengizinkan pengawas perikanan untuk mengakses televisi sirkuit tertutup.
4) hasil pemeriksaan fisik Kapal Pengangkut Ikan Hidup; dan
5) rencana kerja tahunan, yang memuat:
a. daftar Pelabuhan Muat dan/atau Pelabuhan Pengeluaran untuk tujuan ekspor;
b. Pelabuhan Tujuan;
c. jenis dan volume ikan yang akan diangkut setiap kali pengangkutan;
d. nama nakhoda; dan e. jumlah anak buah kapal.
Bagi Kapal Pengangkut Ikan Hidup berbendera asing meliputi:
1) fotokopi SIUP bidang pengangkutan ikan hidup;
2) surat perjanjian kerja sama pengangkutan antara pengelola dan/atau pemilik Kapal Pengangkut Ikan Hidup dengan pembudidaya ikan, kecuali Kapal Pengangkut Ikan Hidup untuk mengangkut ikan hasil Pembudidayaan