• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi, transaksi perdagangan lintas negara semakin mudah seiring kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan transportasi. Kemajuan teknologi informasi membuat perubahan besar dalam transaksi bisnis menjadi lebih efisien, praktis, dan tentunya menguntungkan melalui teknologi jaringan internet. Pergeseran pasar dari dunia nyata ke dunia virtual menimbulkan akibat yang positif maupun negatif dalam dunia perdagangan, transaksi dalam pasar ruang virtual ini sering disebut E-Commerce. Transaksi E-Commerce ini dimulai sejak tahun 1998 - 2000 di Amerika Serikat dan Eropa di mana dalam kurun waktu dua tahun tersebut banyak sekali Star Up (perusahaan baru) yang menawarkan produk barang dan jasa melalui internet seiring pengembangan situs web perdagangan (Candra Ahmadi dan Dadang Hermawan. 2013: 21).

Perusahaan yang bergerak dalam transaksi E-Commerce tersebut seiring waktu melakukan ekspansi termasuk ke kawasan Asia dengan mendirikan Perusahaan Multinasional (Multinational Enterprise). Juajir Sumardi mendefinisikan Perusahaan Multinasional sebagai perusahaan yang dalam kegiatan operasionalnya melintasi batas-batas kedaulatan suatu negara dimana perusahaan tersebut pertama didirikan untuk membentuk anak

(2)

perusahaan di negara lain yang dalam operasionalnya dikendalikan oleh perusahaan induknya (Juajir Sumardi. 2012: 12).

Terlepas dari segala hal yang berkaitan dengan ketentuan transaksi E-Commerce, terdapat hal yang menarik dikaji yaitu penghindaran Pajak Penghasilan dari keuntungan yang diperoleh Perusahaan Multinasional yang melakukan usaha dan mendapatkan keuntungan dari usahanya di Indonesia, dalam hal ini bisa dicontohkan dari kasus penghindaran pajak (tax avoidance) penghasilan yang dilakukan PT. Google Indonesia.

Seperti yang dikutip dari Koran-sindo.com, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa Google wajib membayar pajak apabila menjalankan bisnisnya di Indonesia. Google bisa saja memberikan argumen berbeda, tetapi pemerintah memiliki ketentuan hukum mengenai pajak. Sri Mulyani menegaskan Direktorat Jenderal Pajak akan menggunakan pasal yang ada.

Google diketahui telah menolak pemeriksaan perpajakan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Perusahaan multinasional itu juga menolak mendirikan Badan Usaha Tetap (BUT) yang menjadi dasar pengenaan pajak di Indonesia. Google belum memberikan respons detail atas hal ini. Namun PT Google Indonesia mengklaim telah mengikuti semua aturan yang ditetapkan pemerintah (Rahmat Fiansyah. 2016).

Bahkan apabila PT Google Indonesia mempunyai Badan Usaha Tetap , masih ada celah lain yang dapat dimanfaatkan untuk mangkir pajak. Dikutip

(3)

dari CNN.id, Muhammad Haniv, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus mengungkapkan, Google, Facebook, dan Twitter sudah berstatus Badan Usaha Tetap (BUT). Namun, karena keberadaan perusahaan terletak di Singapura, tidak memungkinkan apabila perusahaan-perusahaan media sosial tersebut dipungut pajak dengan optimal. Perjanjian pajak (tax treaty) antara Indonesia dan Singapura tidak menyepakati soal force of attraction rule, di mana penghasilan yang diterima kantor pusat, dalam hal ini perusahaan di Singapura, yang berasal dari kegiatan usahanya di Indonesia dianggap sebagai penghasilan BUT-nya di Indonesia (Safyra Primadhyta. 2016).

Perbedaan penerapan pemungutan pajak atas keuntungan perusahaan asing yang mengambil keuntungan dari usahanya baik di Singapore maupun Indonesia dengan memanfaatkan perbedaan penerapan Pajak Penghasilan dari kedua negara, dapat dilihat pada tabel 1 berkut:

(4)

Tabel 1

Data Perbandingan Presentase Pengenaan Pajak Penghasilan Perusahaan Asing antara Indonesia dan Singapore

INDONESIA CORPORATE TAXRATE****SINGAPORE CORPORATE TAXRATE

Sumber : IECONOMICS INC. 2017. Keterangan :

Presentase Penerapan Pajak Penghasilan Perusahaan Asing antara Indonesia dan Singapore yaitu sebagai berikut:

1. Indonesia : Per Desember 2016 sebesar 25%. 2. Singapore: Per Desember 2016 sebesar 17%.

Indonesia dengan menerapkan pajak 25% dari keuntungan Perusahaan Asing, berbanding dengan Singapore yang menentukan persentase 17% bagi Perusahaan Asing, serta ketentuan tertentu dalam Tax Treaty kedua negara yang menguntungkan salah satu pihak adalah dimanfaatkan oleh Perusahaan Multinasional, sebagai contoh adalah yang dilakukan Google Asia Pacific Pte. Ltd. mendirikan perusahaan pusat di Singapore dengan pajak lebih rendah.

(5)

Tabel 2

Data Negara dengan Presentase Pengenaan Pajak Penghasilan Perusahaan Asing Terendah di dunia.

Sumber : IECONOMICS INC. 2017.

Keterangan : Contoh Perbedaan Persentase Penerapan Pajak Penghasilan Perusahaan Asing Terendah di Dunia per Desember 2016.

Pada tabel di atas, terdapat perbedaan penerapan Pajak Penghasilan Perusahaan Multinasional terjadi di berbagai negara, beberapa negara melakukan pemungutan Pajak Penghasilan sebersar 0% dari Perusahaan Multinasional, yaitu Negara Vanuatu, Maldives, Isle of Man, Cayman Island, Bermuda, Bahrain, dan Bahamas. Sementara Indonesia adalah 25%, sangat

Country Last/des 2016 Previous Highest Lowest

Indonesia 25.00 % 25 % 30% 25 % Qatar 10.00 % 10 % 35 % 10 % Uzbekistan 7.50 % 8 % 8 % 7.5 % Bahamas 0.00 % 0 % 0 % 0 % Bahrain 0.00 % 0 % 0 % 0 % Bermuda 0.00 % 0 % 0 % 0 % Cayman Islands 0.00 % 0 % 0 % 0 % Isle of Man 0.00 % 0 % 0 % 0 % Maldives 0.00 % 0 % 0 % 0 % Vanuatu 0.00 % 0 % 0 % 0 %

(6)

berbeda dengan negara negara Tax Heaven Country (Negara tanpa Pajak) tersebut.

Menurut Nanang Zainal Arifin, Kepala sub Bidang Sektor Keuangan Kantor Kementrian Keuangan perbedaan tarif pajak yang dianut negara-negara di dunia seperti pada data tabel di atas, mendorong kesempatan melakukan tax arbitrage yang pada umumnya dimanfaatkan oleh perusahaan multinasional dalam perencanaan pajaknya. Oleh karenanya banyak negara berpotensi kehilangan pendapatan pajak yang substansial dikarenakan tergerusnya basis penerimaan pajak atau karena perpindahan keuntungan (profit shifting) ke negara lain yang menerapkan tarif pajak lebih rendah. Dalam jangka panjang, praktik ini dapat menganggu kesinambungan fiskal suatu negara dalam rangka membiayai pembangunan ekonomi negaranya (Nanang Zainal Arifin. 2014: 1).

Isu penggerusan basis pajak dan pemindahan keuntungan atau Base Erosion and profit shifting (BEPS) merupakan istilah yang digunakan oleh negara- negara anggota Forum G-20 dan OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) untuk menjelaskan praktik usaha yang dilakukan oleh banyak Perusahaan Multinasional (MNCs) untuk memindahkan keuntungan usahanya melalui skema Transfer Pricing ke negara yang menerapkan tarif pajak rendah/nol. Secara umum, selain melalui Transfer Pricing, praktik BEPS juga dapat terjadi karena adanya praktik hybrid mismatches yaitu pemberlakuan transaksi yang berbeda oleh setiap negara untuk menghindari pajak dan pemberian special purpose entities

(7)

(SPE) yang telah memberi keleluasaan kepada Perusahaan Multinasional untuk mengalihkan keuntungan usahanya ke negara lain (Wells dan Lowell. 2013: 3).

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh BEPS (Base erosion and Profit Shifting) tersebut menjadi semakin jelas dengan ditemukannya bukti bahwa banyak Perusahaan Multinasional yang dengan sengaja menghindari kewajiban pajaknya dengan cara mengalihkan keuntungan perusahaan ke negara lain yang menerapkan tarif pajak lebih rendah atau tarif pajaknya nol. Praktik seperti ini telah menimbulkan persepsi bahwa BEPS telah mengakibatkan pemerintah kehilangan banyak penghasilannya yang bersumber dari penerimaan pajak perusahaan (Nanang Zainal Arifin. 2014:1). Praktik Transfer Pricing yang dilakukan Perusahaan Multinasional adalah permasalahan yang bersifat global karena letak dan status Perusahaan Multinasional tersebut mencangkup ruang tempat dan sistem hukum pajak lebih dari satu negara. Hal tersebut tercermin dalam ketentuan pajak dalam P3B (Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda) antara Indonesia dan Singapore, dalam contoh kasus penghindaran pajak oleh Google Asia Pacific Pte. Ltd tersebut merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak lainya.

Dalam penulisan tugas akhir ini, ada beberapa hal yang menarik untuk dikaji dari ketentuan Pajak Penghasilan Perusahaan Multinasional, baik dalam lingkup domestik maupun internasional. Penulis memfokuskan penelitian pada praktik Transfer Pricing yang dilakukan Perusahaan Multinasional di

(8)

Indonesia. Atas dasar latar belakang di atas penulis menyusun tugas akhir dengan judul : “KAJIAN HUKUM TRANSFER PRICING (PENENTUAN

HARGA TRANSFER) PAJAK PENGHASILAN PERUSAHAAN

MULTINASIONAL DI INDONESIA”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan Transfer Pricing atas Pajak Penghasilan Perusahaan Multinasional di Indonesia?

2. Bagaimana upaya-upaya yang dapat dilakukan Indonesia untuk mengatasi praktik Transfer Pricing guna memaksimalkan pendapatan Pajak Penghasilan Perusahaan Multinasional di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan penelitian mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tersebut memberikan arah yang jelas sesuai maksud dari penelitian itu sendiri. Penelitian ini mempunyai tujuan tertentu, yaitu :

1. Mengetahui dan menganalisis peraturan yang berlaku di Indonesia mengenai ketentuan praktik Transfer Pricing.

2. Mengetahui dan menganalisis solusi yang dapat diupayakan dalam memaksimalkan pendapatan Pajak Penghasilan yang diperoleh Perusahaan Multinasional atas keuntungan melakukan usahanya di Indonesia.

(9)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

a. Memberikan informasi dan deskripsi kepada pembaca mengenai peraturan ketentuan praktik Transfer Pricing baik dalam lingkup peraturan nasional maupun global.

b. Dapat dipergunakan bagi pembaca yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang ada di dalamnya.

c. Penelitian ini dapat dijadikan reference acuan penelitian yang sejenis dengan permaslahan yang berbeda.

2. Secara Praktis

a. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang praktik Transfer Pricing sebagai hambatan pemungutan pajak, serta bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

b. Memberikan masukan kepada pemerintah untuk perbaikan sistem perpajakan di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

(2005: 990–994) tutkimuksen mukaan naisten, jotka olivat saa- neet epänormaalin papa-koetuloksen, huolta syöpäriskistä olisi voitu vähentää infor- moimalla siitä, että heillä

Berdasarkan hasil wawancara dengan in- forman adanya sistem rujuk balik tenaga medis merasa cukup terbantu, dokter yang merujuk dapat mengetahui perawatan yang diterima oleh pasien

Karya foto berwarna imajinasi visual fotografi yang berjudul Rumah Malioboro ini mengimajinasikan ruang publik Malioboro yang semrawut dan sudah tidak nyaman, yang

Pada suatu batuan reservoir bisa didapatkan 2 jenis  permeabelitas oleh karena retakan yaitu permeabelitas dan  porositas rendah di dalam bongkahan di antara

Uji menggunakan kultur sel limfosit manusia yang diberi perlakuan ekstrak metanol, n-heksan, air, dan minyak atsiri buah merah dengan konsentrasi 8.3; 33.3; dan 66.7 µg/mL..

Interaksi perlakuan jarak tanam dan pemberian dosis limbah cair tahu menunjukkan pengaruh tidak nyata pada Hasil uji beda rataan pengaruh perlakuan jarak tanam

Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, dimana perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya

Persetujuan penyerahan kekuasaan Islam dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, sebenarnya disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya: Muawiyah sangat