PENGARUH BUDAYA MEMAKAN SIRIH BAGI PEREMPUAN SUKU KARO TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DENGAN SUAMI DALAM KELUARGA DI KABANJAHE KABUPATEN KARO
Oleh :
Rinawati Sembiring S.ST, M.Kes SetiaMenda Ginting, S.Pd, M.Si
ABSTRAK
Kebiasaan makan sirih merupakan tradisi yang dilakukan turun-temurun pada sebagian besar penduduk dipedesaan yang mulanya berkaitan erat dengan adat kebiasaan masyarakat setempat. Begitu juga dengan suku Karo yang memiliki adat kebiasaan tersebut pada tradisi mereka. Kebiasaan ini dijumpai tersebar luas dikalangan penduduk wanita suku Karo. Bukan hanya bagi yang tinggal di desa bahkan di kota pun budaya makan sirih dianggap seperti makan selingan sebagai penghilang rasa jenuh dan dimakan waktu santai. Bagi suami kebiasaan istri makan sirih banyak yang tidak setuju karena dari aspek estetika tentu berpengaruh pada penampilan istri dan juga kebersihan mulut dan gigi istri membuat suami kurang nyaman. Akan tetapi tidak semua suami berani berterus terang mengungkapkan isi hatinya dan tidak dikomunikasikan kepada istri bagaimana sebenarnya yang diinginkan suami, karena takut istri tersinggung dan sakit hati. Komunikasi interpersonal dengan suami didalam sebuah keluarga sangatlah diperlukan suatu keterbukaan demi keutuhan rumah tangga dan anak-anak, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh budaya memakan sirih bagi perempuan suku Karo terhadap Komunikasi interpersonal dengan suami didalam keluarga.. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
1. Pendahuluan
Makan sirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia. Kebiasaan makan sirih ini merupakan tradisi yang dilakukan turun-temurun pada sebagian besar penduduk dipedesaan yang mulanya berkaitan erat dengan adat kebiasaan masyarakat setempat. Adat kebiasaan ini biasanya dilakukan pada saat acara yang sifatnya ritual. Begitu juga dengan suku Karo yang
memiliki adat kebiasaan tersebut pada tradisi mereka. Kebiasaan ini dijumpai tersebar luas dikalangan penduduk wanita suku Karo (Dentika, 2004).
Sirih ditempatkan atau disajikan dalam sebuah wadah yang disebut namanya kampil. Menyajikan sirih bagi tamu atau orang yang di hormati didalam adat menjadi suatu keharusan. Karena bila tidak disajikan maka komunikasi belum dapat dilakukan dan apapun yang
2 mau disampaikan oleh pihak yang
ingin menyampaikan suatu rencana misalnya meminang seorang gadis belum dapat disampaikan. Ada juga kebiasaan di suku karo, bila ada acara kumpul keluarga misalnya pada sore atau malam hari, bahkan siang hari pun, sirih selalu menjadi sajian istimewa yang dimakan sambil ngobrol-ngobrol sesama sanak saudara, Bila keluarga dari kota yang datang ke kampung yang akan dikunjungi keluarga yang suka memakan sirih, jangan lupa oleh-oleh dibawa sirih dan segala pendampingnya, karena mereka lebih suka disuguhi sirih tersebut daripada roti yang enak sekalipun.
Bagi suami kebiasaan istri makan sirih tidak semua setuju karena dari aspek estetika tentu berpengaruh dan membuat suami kurang nyaman, tetapi suami tidak berani berterus terang mengungkapkan isi hatinya dan tidak dikomunikasikan kepada istri karena takut istri tersinggung dan sakit hati.
Komunikasi interpersonal dengan suami didalam sebuah keluarga sangatlah diperlukan demi keutuhan rumah tangga dan
anak-anak, karena bila komunikasi mengalami gangguan artinya suami dan istri jarang duduk bersama, makan bersama, bahkan suami banyak diam yang menandakan ada sesuatu yang dia tidak senangi yang dilakukan istri dan bisa mengakibatkan munculnya masalah didalam keluarga.
Secara umum suami pasti menginginkan istri mempunyai mulut dan gigi yang bersih, tidak hitam dan di mulutnya tidak terus menempel suntil tembakau yang mengakibatkan mulutnya menjadi mencong terganjal suntil yang besarnya sebesar bola pimpong , cairan bekas makan sirih tersebut juga dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman bagi orang lain karena tidak selalu tersedia wadah penampung ludah. Ludah kadang ditampung di plastik atau di botol bekas aqua dan kadang di ember plastik kecil tetapi terbuka.
Perempuan yang umurnya masih muda tetapi sudah kelihatan lebih tua, karena giginya sudah merah dan kehitaman yang membuat penampilannya kurang menarik. Hal ini dapat berpengaruh pada hubungan
3 suami istri dalam hal bermesraan,
suami menjadi dingin dan kurang minat terhadap istri bila dibandingkan kalau istri tidak memakan sirih. Dari paparan tersebut diatas ditemukan adanya gangguan komunikasi didalam keluarga terutama antara suami dan istri, karena apa yang dilakukan istri tentang kebiasaan memakan sirih membuat komunikasi suami dengan istri kurang terbuka yang mengakibatkan masing- masing dengan kesenangannya, suami asyik merokok, istri asyik memakan sirih, tapi hati masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Padahal yang diharapkan adalah komunikasi didalam keluarga yang efektif agar keluarga tersebut menjadi harmonis.
Komunikasi interpersonal sangatlah diperlukan didalam sebuah rumah tangga, karena bila tidak ada komunikasi tentunya rumah tangga menjadi kurang harmonis. Seandainya suami tidak setuju istri memakan sirih, karena menganggu penampilan dan dalam berhubungan suami istri, maka sangatlah diperlukan komunikasi yang baik
agar tidak ada kesalahpahaman kedua belah pihak.
Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia. Interaksi manusia baik antara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Dalam interaksi keluarga, baik antar pribadi anggota keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai perorangan, kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri . Komunikasi yang terjadi dalam keluarga melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda beda. (Liliweri, Alo1997).
1.1 Permasalahan
Masih terdapatnya anggapan ditengah masyarakat khususnya suku karo tentang budaya makan sirih dapat membuat nafas tidak berbau, gigi menjadi kuat,alat organ intim semakin rapat, dapat membuat bibir merah, dan ada juga dukungan suami . Anggapan tersebut tidak semuanya benar karena kebiasaan tersebut dapat menganggu komunikasi karena dengan tembakau di bibir dapat
4 mengurangi penampilan dalam
berkomunikasi, cairan ludah bekas memakan sirih dapat memercik kepada orang lain, tumpah di sembarang tempat membuat jijik, dan mengganggu kesehatan . Suami sering mendiamkan saja kebiasaan istri memakan sirih, walaupun didalam hatinya sangat tidak menyetujui.
1.2 Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris), berasal dari perkataan Latin ”Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai ”segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam” (Widagdho; dkk, 2008)
Budaya adalah dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut (Widagdho; dkk, 2008).
Makan sirih merupakan salah satu bentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat yang secara
turun temurun dilakukan. Sirih adalah jenis tumbuhan yang mirip dengan tanaman lada dengan nama ilmiahnya adalah : Piper Betle. L dan ada beberapa daerah di Indonesia memberikan nama lain terhadap sirih yaitu Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda), Ranup (Aceh), Belo (Batak Karo), Cambai (Lampung), Uwit (Dayak) Base (Bali), Nahi (Bima), Gapura (Bugis), Meta (Flores) dan Afo (Sentani) sedangkan nama asing sirih adalah Ju jiang (Cina) (Muhlisah, 2006 )
1.3 Efek Samping Makan Sirih Budaya mengonsumsi sirih ternyata dapat mengakibatkan panyakit periodontal jika ditinjau dari sisi kedokteran gigi. Penyebab terbentuknya penyakit periodontal adalah kalkulus atau karang gigi akibat stagnasi saliva pengunyah sirih karena adanya kapur Ca(OH)2. Gabungan kapur dengan pinang mengakibatkan respon primer terhadap formasi oksigen reaktif dan mungkin mengakibatkan kerusakan oksidatif pada DNA di bukal mukosa penyirih.
Kepercayaan bahwa
5 penyakit mulut seperti mengobati
gigi yang sakit dan nafas yang tak sedap kemungkinan telah mendarah daging diantara para penggunanya. Padahal efek negatif menyirih dapat mengakibatkan penyakit periodontal atau gusi dengan adanya lesi-lesi pada mukosa mulut seperti sub mucous fibrosis, oral premalignant dan bahkan dapat mengakibatkan kanker mulut. Kanker pada mukosa pipi dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau. (Avinanisia,wordpress.com 2007)
2. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000)
2.1 Tujuan Komunikasi Interpersonal
interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 (enam) tujuan, antara lain (Muhammad, 2004) a. Menemukan Diri Sendiri, b. Menemukan Dunia Luar, C. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti, d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku, e. Untuk Bermain Dan Kesenangan, f. Untuk Membantu.
a. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima
kualitas umum yang
dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan (equality) .( Devito, 1997, ).
2.2 Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara,
6 berdialog, bertukar pikiran akan
hilang. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga sukar dihindari.
3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui Pengaruh memakan sirih bagi perempuan suku Karo terhadap Komunikasi Interpersonal dengan suami di Kota Kabanjahe Kabupaten Karo.
b. Tujuan Khusus
Adapun sebagai tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui komunikasi interpersonal istri yang memakan sirih dengan suami di kota kabanjahe kab. Karo, ( 2) Untuk mengetahui pengaruh istri memakan sirih dengan komunikasi interpersonal dengan suami di kota kabanjahe Kabupaten karo tahun 2014. Dari penelitian ini nantinya dapat diketahui apakah selama ini dengan kebiasaan istri memakan sirih dengan frekuensi yang terus menerus tanpa memperhatikan kebersihan mulut , penampilan diri, dan tempat penampungan cairan makan sirih.
Dan juga Komunikasi interpersonal dengan suami akan dapat diketahui apakah berpengaruh dengan kebiasaan istri tersebut.
c. Manfaat Penelitian
Penelitian ini juga akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain
A. Bagi suami
Meningkatkan dan menjalin komunikasi interpersonal yang lebih baik dengan istri dan meningkatkan interaksi dan keterbukaan diri.
B. Bagi Istri
Memberikan motivasi bagi istri walaupun memakan sirih, tidak harus lupa menata diri atau kebersihan diri khususnya kebersihan mulut dan lingkungan dan juga bila memakan sirih dikurangi akan bermanfaat bagi kesehatan.
C. Bagi Pemerintah
Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dimana masyarakat yang makan sirih
7 tidak lagi membuang sisa-sisa
sirihnya disembarangan tempat.
C. Bagi Sosio ekonomi
Mengurangi memakan sirih dapat menekan pengeluaran dana dalam keluarga sehingga bisa dimanfaatkan kepada hal-hal yang lebih bermanfaat didalam kebutuhan keluarga.
4. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Budaya Memakan sirih bagi Perempuan Karo terhadap Komunikasi Interpersonal dengan Suami di Kabanjahe Kabupaten Karo.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini suami yang istrinya memakan sirih sebanyak 88 orang dikelurahan Gung Leto dan kelurahan Kampung Dalam kota Kabanjahe.
5. Hasil Penelitian
Dari hasil uji statistik Analisis Bivariat dapat dilihat pengaruh budaya makan sirih perempuan suku
Karo di Kelurahan Kampung Dalam dan Kelurahan Gung Leto Kabanjahe tahun 2014, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Budaya Makan Sirih Perempuansuku Karo di Kelurahan Kampung Dalam dan Kelurahan Gung Leto Kabanjahe Tahun 2014 Budaya makan sirih F Percent Valid Percent Cumulative Percent Kuat 23 26.1 26.1 26.1 Sedang 61 69.3 69.3 95.5 Ringan 4 4.5 4.5 100.0 Total 88 100.0 100.0
Dari tabel 1 dapat dilihatbahwa mayoritas budaya makan sirih sedang yaitu sebanyak 61 orang ( 69,3%)
Tabel 2
Hasil Uji Statistik Komunikasi Interpersonal
Dengan Suami di Kelurahan Kampung
Dalam dan Kelurahan Gung Leto Kabanjahe
Tahun 2014 F Perce nt Valid Perce nt Cumulati ve Percent Vali d Kuat 2 3 26.1 26.1 26.1 Sedan g 6 3 71.6 71.6 97.7
8 Ringa n 2 2.3 2.3 100.0 Total 8 8 100.0 100.0
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa mayoritas komunikasi interpersonal dengan suami sedang yaitu sebanyak 63 orang (71,6 %)
Tabel 3
Tabulasi Silang Pengaruh Budaya Makan Sirih Perempuan Suku Karo Terhadap Suami Dalam
Keluarga di Kelurahan Kampung Dalam Dan Kelurahan Gung Leto Kabanjahe tahun 2014 KOMUNIKA SI INTERPERS ONAL Total Kua t Seda ng Ring an BUDA YA MAK AN SIRIH Kuat Cou nt 20 3 0 23 % of Tot al 22.7 % 3.4 % .0% 26.1 % Seda ng Cou nt 3 56 2 61 % of Tot al 3.4 % 63.6 % 2.3 % 69.3 % Ring an Cou nt 0 4 0 4 % of Tot al .0% 4.5 % .0% 4.5% Total Cou nt 23 63 2 88 % of Tot al 26.1 % 71.6 % 2.3 % 100. 0% Chi-Square Tests Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 59.935a 4 .000 Likelihood Ratio 59.836 4 .000 Linear-by-Linear Association 45.467 1 .000 N of Valid Cases 88
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa budaya makan sirih mayoritas dengan kategori sedang sebanyak 61 orang (69,3%) dengan komunikasi interpersonal sedang sebanyak 3 orang (3,4%), kategori sedang 56
9 orang (63,6%), kategori ringan
sebanyak 2 orang (2,3%). budaya makan sirih dengan kategori kuat sebanyak 23 orang (26,1%) dengan komunikasi interpersonal sedang sebanyak 20 orang (22,7%), kategori sedang 3 orang (3,4%). budaya makan sirih dengan kategori ringan sebanyak 4 orang (4,5%) dengan komunikasi interpersonal sedang sebanyak 4 orang (4,5%).
Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai P = 0,000 dimana nilai P< 0,05 ( level of signifikant α 5% maka berarti ada pengaruh budaya makan sirih perempuan suku karo terhadap komunikasi interpersonal dengan suami di kelurahan Kampung Dalam dan Kelurahan Gung Leto Kabanjahe dengan kategori sedang.
6. Kesimpulan Dan Saran 6.1 Kesimpulan
Ada pengaruh Budaya makan sirih bagi perempuan suku karo terhadap komunikasi interpersonal dengan suami dalam keluarga di Kabanjahe Kab.Karo ( p = 0,000; p < 0,05
6.2 Saran
1. Bagi perempuan / istri
Apabila mengkonsumsi sirih dan menggunakan tembakau sebaiknya dijaga kebersihan mulut dan gigi, jangan sampai gigi sempat menghitam dan jari –jari juga ikut berwarna hitam, dan ketika membuang sisa cairan makan sirih sebaiknya sediakan tempat khusus dan bertutup, dan harus sering dibersihkan agar tidak berbau, dan harus mengatur frekuensi makan sirih ketika senggang saja atau ketika disodorkan pada acara adat saja. 2.Bagi suami
Suami harus berani berterus terang, jangan menyimpan perasaan ,karena hal tersebut dapat menganggu hubungan dalam keluarga.Sebaiknya selalu mengungkapkan kepada istri bahwa penampilan itu sangat diinginkan oleh setiap suami.
3. Bagi masyarakat
Harus dapat menjaga kebersihan lingkungan, jangan membuang sampah sembarangan , khususnya sisa pembuangan sirih di tempat pertemuan adat, karo membuat tumpah di tikar tempat
10 duduk, dan menimbulkan perasaan
jijik dan tidk higienis, dapat mengotori pakaian orang lain.
DAFTAR PUSTAKA Alo Liliweri , ( 1991 ) Komunikasi Antar Pribadi : Penerbit ; PT Citra Aditya Bakti : Bandung
Anonim,http//www.Indonesia.com/In tisari/2001
Asah, s p, htm, (2006), Sirih Pinang, http// www, pnm, my/ Sirih Pinang Asdar , Jul Putra ,Samura ( 2009) Hasil Penelitian Tentang Pengaruh Budaya Makan sirih terhadap status kesehatan periodontal pada
masyarakat suku karo di desa Biru biru Kab.Deliserdang.
Dentika Dental,( 2004), Journal Volume 9, No 2, Medan Dentika Dental ( 2003), Journal Volume 8, No 2 Medan
Herijulianti, dkk, (2002), Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta Jalaluddin Rakhmat, ( 1986 ) Teori- Teori Komunikasi dan Filsafat Komunikasi, Bandung : Remaja Karya.
Mulyana, Deddy. (2003), Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Rosdakarya , Bandung
Marheni Fajar, ( 2009 ) , Ilmu Komunikasi Teori & Praktek, Yogjakarta : Graha Ilmu , Edisi pertama.
Nursalam & S.Pariani ( 2001 ), Metodologi Penelitian , Jakarta : Sagung Seto
Onong Uchjana Effendy, ( 2003 ) , Ilmu ,Teori dan Filsafat
Komunikasi : penerbit PT .Citra Aditya Bakti : Bandung.
Rachmat Kriyanto, ( 2006 ), Teknik Praktis Riset Komunikasi Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Ihromi,( 1996), Antropologi Budaya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Widaghdo, dkk, (2009), Ilmu
Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta Wahlroos,Sven,Phd, ( 2011),
Komunikasi Keluarga, Toko Buku Online.
www.analisadaily.com/panwaslu_ka banjahe.2013 diakses pada tanggal 4 Desember 2013
https//www.gogle.com( 2007 ) avinanisia.wordpress.com/sirihpinan g.budaya diakses pada tanggal 4 Desember 2013