• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN KASUS. secara autoanamnesa dan alloanamnesa di RSUP dr. Karyadi Semarang. kering, cemas karena penyakitnya tak kunjung sembuh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TINJAUAN KASUS. secara autoanamnesa dan alloanamnesa di RSUP dr. Karyadi Semarang. kering, cemas karena penyakitnya tak kunjung sembuh."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Maret 2010 jam 08.00 WIB secara autoanamnesa dan alloanamnesa di RSUP dr. Karyadi Semarang terhadap klien Ny. S, 45 tahun, pekerjaan pedagang, tinggal di Pati, dengan penanggung jawab suami klien Tn .S, 49 tahun, pekerjaan petani. Klien masuk rumah sakit tanggal 21 Maret 2010 dengan diagnosa medis Cytadonema ovary serosum papiler stadium IIc, nomer register C197755. Keluhan utama yang disampaikan klien adalah klien merasa malu karena rambut rontok, kulit kering, cemas karena penyakitnya tak kunjung sembuh.

Riwayat penyakit sekarang 3 tahun yang lalu tahun 2007 klien didiagnosis tumor jinak ovarii dan dilakukan operasi, hasil operasi atau PA dikirim ke RSDK hasil menunjukkan keganasan. Pada pertengahan tahun 2007 klien dikirim ke RSDK untuk direncanakan therapy atau operasi pengangkatan ovarium kanan dan kiri. Setelah itu dilakukan kemoterapi 3 kali dengan paket obat Doxorubilin Lyspastin. Setelah 3 kali obat masuk klien merasa tidak ada keluhan dan merasa sembuh dan tidak ada keluhan dan merasa sembuh dan tidak melanjutkan pengobatan lagi. Pada akhir tahun 2009 klien sering batuk dan sesak nafas terutama bila dalam keadaan tidur, dan berjalan selama 3 bulan. Kemudaian pada awal tahun 2010 perut klien membesar lingkar perut 90 cm, hasil pemeriksaan di RS Pati menyatakan

(2)

asites. Dilakukan pungsi asites 2,5 liter. Setelah dilakukan pungsi asites keadaan klien sudah agak membaik tidak merasa sesak nafas dan batuk. Lalu klien dirujuk lagi ke RSDK untuk melanjutkan pengobatan kemoterapi rencana 6 kali.

Riwayat penyakit dahulu sebelum didiagnosa ca ovarii yang sering dikeluhkan Ny. E adalah sering batuk kering, hilang timbul bertahap selama 3 minggu. Hilang dengan pengobatan ke petugas kesehatan, apabila klien kecapekan batuknya kambuh lagi. Riwayat penyakit keluarga dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit tumor ovarium, kanker payudara, ataupun kanker serviks.

Pola nutrisi klien terbiasa makan 3 kali sehari porsi cukup, tidak ada makanan pantangan, tidak alergi terhadap makanan tertentu, pasien minum 5-6 gelas sehari, namun dalam masa perawatan hanya makan kurang lebih ½ porsi, diet sudah ditentukan oleh rumah sakit. Klien terbiasa BAB 1 kali dalam 1-2 hari, BAK 4-5 kali sehari, dengan karakteristik dalam batas normal, namun pada saat perawatan klien BAK 6-7 kali sehari. Klien tidak terbiasa tidur siang karena harus bekerja, dan selama sakit kebutuhan tidurnya kurang karena merasa kembung, klien baru bisa tidur setelah pukul 10.00-12.00 WIB malam dan bangun jam 5.00 WIB pagi. Kebutuhan bernafas, klien tidak mengalami gangguan hanya saja pada waktu menguap klien merasakan nyeri berdenyut di perut dan bertambah bila ditekan. Selama sakit klien tidak melakukan hubungan seksual dengan suaminya. Klien kurang mengetahui tentang penyakitnya.

(3)

Klien menarche pada umur 13 tahun, siklus 28 hari lamanya 6-7 hari, banyaknya hari pertama sedikit, hari 2 dan 3 agak banyak dan hari ke-4, 5, 6 sedikit, dismenorhea kadang-kadang ada, tidak ada perdarahan di luar siklus. Klien menikah satu kali pada umur 16 tahun dengan anak pertama dan kedua hamil aterm dan lahir spontan semuanya. Klien menjadi akseptor KB sejak 10 tahun yang lalu jenisnya Spiral.

Keadaan umum klien baik, klien dapat beraktivitas dengan lancar kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x / menit , suhu 36,8oC / axilla, respirasi 20x / menit. Tinggi badan 150 cm, berat badan sebelum sakit 57 Kg, setelah sakit 55 Kg, status gizi cukup, pada kulit tidak ada jaringan parut, turgor baik. Kepala, leher, mata, telinga, hidung dalam batas normal. Inspeksi paru tidak ada retraksi dinding dada saat bernafas, palpasi tactil fremitus teraba kanan=kiri, resonan seluruh lapang paru pada perkusi dan pada auskultasi suara dasar vesikuler, tidak ada wheezing. Pada inspeksi jantung ictus cordis tak tampak, tak teraba ictus cordis pada palpasinya. Perkusi jantung pekak dan pada auskultasi bunyi jantung S1- S2murni, tidak ada suara gallop. Perut klien datar, tampak melebar kesamping konsistensi lembek, teraba massa, ada nyeri tekan, skala nyeri 6 (skala nyeri: 0-1 nyeri ringan, 2-5 merintih pusing, 6 berdenyut, 7 nyeri tetap seperti terbakar, 8 seperti tertekan, 9 nyeri hebat dan menghambat aktivitas, skala 10 nyeri tidak terkontrol), suara auskultasi abdomen hipertimpani. Tidak ada udema pada ekstremitas superior maupun inferior, tidak ada lesi, reflek patella baik.

(4)

Data penunjang tanggal 27 Maret 2010 jam 10.00 wib hasil laborat hematologi, hemoglobin 11, 40 gr, hematrokrit 31,9 %, eritrosit 4,09 jt/mmk, MCH 27,90 p.g, MCV 78,00 FL, MCHC 35,70 g/dl, lekosit 7,11 rb/mmk, trombosit 513,0 rb/mnk. Diit yang diberikan nasi, air putih, teh. Therapy yang di berikan infuse Ns 0,9 % 20 tetes per menit, inj Dexa 2 cc, ranitidine 1 cc, Doxorubin 84 mg, cp 98 mg. Adapun pengelompokan data subjektif pasien mengatakan nyeri tekan di daerah perut bagian bawah ,tidak nafsu makan, baru bisa tidur setelah pukul 10-12 WIB malam karena kembung, dan kurang mengetahui tentang penyakitnya secara detail.Data objektif yang ada wajah pasien tampak tegang dan meringis menahan sakit, sering memegangi perutnya saat nyeri timbul dan teraba massa, skala nyeri 6, porsi makan habis ½ porsi,mata agak merah, sering menguap, dan sering bertanya pada perawat. B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

1. nyeri berhubungan dengan desakan massa di daerah sekitar kista

Diagnosa ini didukung oleh data-data klien mengatakan nyeri tekan di daerah perut bagian bawah, skala nyeri 6, tampak meringis menahan sakit, tampak memegangi perutnya.Tujuan yang hendak dicapai selama 2 hari nyeri berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil skala nyeri 0-1, pasien tampak rileks, tanda-tanda vital normal.Adapun tindakan perawatan yang telah dilakukan adalah mengkaji ulang skala nyeri dengan menanyakan kepada klien nyeri yang dirasakan seperti apa,mengkaji reaksi verbal dan nonverbal dengan melihat ekspresi wajah klien, memonitor tanda- tanda vital, meminimalkan faktor yang dapat menambah

(5)

ketidaknyamanan dengan menganjurkan klien supaya tidak tidur miring, melakukan distraksi dengan mengajak klien bercerita, memposisikan klien senyaman mungkin dengan semi fowler, mengajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam ditahan sebentar kemudian dihembuskan secara perlahan-lahan melalui mulut.

Pada evaluasi akhir didapatkan hasil klien menyatakan bahwa nyeri perutnya sudah tidak dirasakan lagi, skala nyeri 0-1, perut tidak nyeri tekan, wajah klien tampak rileks, klien tidak memegangi perutnya, dengan demikian masalah telah teratasi sesuai tujuan yang hendak dicapai.

2. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan distensi abdomen

Data-data yang mendukung diagnosa ini pasien menyatakan baru bisa tidur setelah jam 10-12 malam, sering menguap, mata agak merah.Tujuan kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi dengan kriteria hasil mata tak merah, tidak sering menguap dan klien mengatakan bisa tidur nyenyak.Adapun tindakan yang telah dilakukan yaitu mengkaji ulang tingkat kebutuhan klien dengan menanyakan seberapa banyak kebiasaan tidur klien perhari, menciptakan lingkungan yang nyaman dengan membersihkan dan merapikan tempat tidur klien, menyarankan klien tidur bila nyeri dan kembung tidak timbul, menjelaskan pentingnya istirahat tidur terhadap kondisinya, melibatkan keluarga untuk memberikan support pada klien dengan menganjurkan keluarga klien mendampingi klien.

Pada evaluasi akhir klien mengatakan dapat istirahat dengan tenang karena nyeri dan kembung berkurang, klien tidak sering menguap, mata

(6)

tidak merah, pasien tampak segar.Dengan demikian masalah teratasi semuanya sesuai kriteria yang diharapkan.

3. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.

Data – data yang mendukung diagnosa ini adalah klien mengatakan klien merasa malu karena rambut rontok, kulit kering, cemas karena penyakitnya tak kunjung sembuh.

Tindakan yang telah dilakukan adalah memberikan dukungan kepada klien agar lebih sabar dalam menghadapi kondisi yang sedang dialami dan pengobatan yang sedang dijalani, memberikan pengertian kepada anggota keluarga agar dapat menemani klien sehingga klien lebih merasa nyaman dan aman dalam menghadapi penyakit yang diderita klien.

Pada evaluasi akhir klien lebih sabar dan tenang dalam menjalani rangkaian pengobatan atau terapi, klien mengatakan keluarganya sangat menyayangi klien dengan selalu menemani klien dalam menjalani pengobatan di rumah sakit.

4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Data –data yang mendukung diagnosa ini klien mengatakan tidak nafsu makan, porsi makan habis ½ porsi,BB turun 2 kg.Tujuan yang hendak dicapai kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil BB tetap atau naik, intake makanan adekuat, nafsu makan dipertahankan atau bertambah, porsi makan habis.

(7)

Tindakan yang telah dilakukan adalah mengkaji makanan yang disukai atau tidak disukai klien (klien menyukai semua makanan), mengobservasi makanan, menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, menganjurkan klien mengkonsumsi makanan tambahan (roti dan jeruk), menjelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh, melakukan kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.

Pada evaluasi akhir klien mengatakan nafsu makannya bertambah, porsi makan habis, BB 55 kg.Dengan demikian masalah telah teratasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

5. Kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya (pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengelolaan) berhubungan dengan kurangnya informasi.

Diagnosa ini didukung oleh data-data klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya, sering bertanya pada perawat.Tujuannya diharapkan pengetahuan klien bertambah dengan kriteria hasil klien dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala, dan pengelolaan kista ovarium.

Tindakan yang telah dilakukan mengkaji pengetahuan klien dengan menanyakan pada klien tahukah klien mengenai gambaran penyakitnya, memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya, memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang pengertian ,penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan, komplikasi bila tidak dilakukan operasi dan setelah dilakukan operasi.

(8)

Pada evaluasi akhir klien mengatakan paham dan mengerti tentang penyakitnya, pengetahuan klien bertambah dan klien dapat menyebutkan item-item yang dijelaskan.Dengan demikian masalah telah teratasi sesuai tujuan yang ditetapkan.

6. Kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan di rumah berhubungan dengan kurangnya informasi.

Data- data yang mendukung diagnosa ini klien mengatakan kurang mengetahui hal-hal apa saja yang harus dikerjakan oleh klien dirumah setelah pulang dari rumah sakit, klien bertanya pada perawat.Tujuan perencanaan pengetahuan klien bertambah dengan kriteria hasil klien mengerti dan dapat menjelaskan tentang hal apa saja yang harus dikerjakan dirumah.

Tindakan yang dilakukan adalah mengkaji pengetahuan klien dengan menanyakan apakah klien sudah mengetahui tentang penatalaksanaan di rumah, memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya, memberikan pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan di rumah meliputi nutrisi, aktivitas, personal hygene, istirahat tidur dan pengobatan.

Pada evaluasi akhir klien mengatakan sudah mengetahui tentang kebutuhan persiapan pulang, pengetahuan klien bertambah, klien dapat menyebutkan item yang dijelaskan .Dengan demikian masalah teratasi sesuai tujuan yang ditetapkan.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam Corporate Social Responsibility

Dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa, bahan makanan tersebut diuraikan menjadi senyawa yang dapat diserap untuk pertumbuhan (Parmijo dan Andoko, 2008). Hanya beberapa

Service aggregation process model: According to the user’s requirements of the aggregated service and type of SG, it can aggregate a variety of GIS web services to meet the needs of

Perbedaan dari penelitian ini yaitu terletak pada lokasi penelitian,dan hasil penelitian, sedangkan persamaan pada penelitian ini yaitu pada analisis perhitungan

Hasil senada juga menunjukkan bahwa Berdasarkan kategori jawaban partisipan sistem poltitik Indonesia cenderung dinilai ada empat alasan utama kenapa mahasiswa negatif

Hasilnya microspheres yang menggunakan konsentrasi kitosan sebanyak 2250 mg dan lama pengadukan selama 2 jam menghasilkan EE sebesar 81,191 % dengan nilai drug loading dan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui upaya mediasi di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

DESA / KELURAHAN DUSUN / LINGKUNGAN KEGIATAN VOLUME JLH BANTUAN KET... DESA / KELURAHAN DUSUN / LINGKUNGAN KEGIATAN VOLUME JLH