• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Bandung, 16 Desember 2008 Prodi Perbandingan Agama, Ketua, Drs. Wawan Hernawan, M.Ag NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Bandung, 16 Desember 2008 Prodi Perbandingan Agama, Ketua, Drs. Wawan Hernawan, M.Ag NIP"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puja-puji kami panjatkan ke hadlirat

Allah SWT., yang telah memberikan kemampuan kepada kami untuk menyelesaikan Kurikulum Berbasis “Wahyu Memandu Ilmu” Program Studi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada nabi akhiriz-Zaman, Muhammad SAW.

Kurikulum Berbasis “Wahyu Memandu Ilmu” Program Studi Perbandingan Agama ini merupakan panduan sekaligus arah pengembangan dan pembinaan pada Program Studi Perbandingan Agama yang diproyeksikan selama satu dasa warsa ke depan (2008-2018). Dengan adanya Kurikulum Berbasis “Wahyu Memandu Ilmu” ini diharapkan agenda pengembangan Prodi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung ke depan dapat dilakukan secara bertahap dan kontinue sehingga dapat diwujudkan Prodi Perbandingan Agama sebagai Prodi yang unggul.

Untuk itu, rasa terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Kurikulum ini, semoga Allah membalas segala kebaikan dan ketulusan bhaktinya.

Terakhir, saran dan kritik konstruktif tetap diharapkan demi perbaikan kurikulum ini di masa yang akan datang.

Bandung, 16 Desember 2008 Prodi Perbandingan Agama, Ketua,

Drs. Wawan Hernawan, M.Ag NIP. 150 275 936

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Sejarah Program Studi Perbandingan Agama 1. Kelahiran Ilmu Perbandingan Agama

Dibanding disiplin ilmu-ilmu lainnya, Ilmu Perbandingan Agama merupakan cabang ilmu yang umurnya relatif muda. Ilmu Perbandingan Agama diakui sebagai disiplin yang berdiri sendiri baru pada paruh kedua abad ke-19. Dunia Barat biasanya mengaitkan kelahiran kelahiran ilmu ini dengan munculnya beberapa karya seorang sarjana kelahiran Jerman, Friedrich Max Miiller, antara lain:

 Comparative Mythology (1856);

 Introduction to The Science of Religion (1870);

 Origin and Growth of Religions as Illustrated by The Religion of

India (1878);

 The Sacred Books of The East (t.t.);

 Chips from a German Workshop (1867-1875);

 Selected Essays on Language, Mythology, and Religion (1881);  Natural Religion (1889);

 Physical Religion (1891);  Anthropological Religion (1892);

 Theosophy or Psychological Religion (1893);

 Contribution to The Science of Mythology (1897); dan  The Six System of Indian Phylosophy (1889).

Ilmu Perbandingan Agama di dalam pembahasannya memiliki ciri-ciri yang khas –yang membedakannya—dari disiplin-disiplin ilmu lain yang obyek pembahasannya sama (agama-agama). Pembahas-an pada disiplin Ilmu PerbPembahas-andingPembahas-an Agama bersifat deskriptif, berdasar pada kenyataan-kenyataan, dan fakta-fakta yang ada dalam agama-agama dan atau tradisi suatu masyarakat. Ciri ini membedakannya dari disiplin Theology. Pembahasan Theology, sebagai diketahui, bertolak dari ajaran-ajaran agama yang diyakini kebenarannya. Ajaran-ajaran agama itu dijadikannya sebagai tolok ukur untuk member penilaian terhadap ajaran atau keyakinan dalam agama-agama lain. Dapat dikatakan, pembahasan theology cenderung bersifat subyektif dan normatif.

Theology mengkaji agama-agama lain dalam kaitan menunjukkan dan sekaligus membuktikan kebenaran agamanya sendiri. Bahkan, dalam hal-hal tertentu ia berusaha menunjukkan ketidakbenaran dan kesalahan-kesalahan agama lain. Sementara dalam kajian Ilmu

(4)

Perbandingan Agama, persoalan kebenaran dan ketidakbenaran suatu ajaran agama, sesuai dengan sifat objektif dan deskriptifnya, berada di luar lingkup pembahasannya. Pembahasan disiplin Ilmu Perbandingan Agama juga tidak dimaksudkan untuk meneliti dan mencari hakikat (essensi) agama. Karena, pembahasan tentang hakikat (essensi) agama serta ajaran-ajarannya adalah cakupan pembahasan disiplin Filsafat Agama. Persoalan yang dibahas dalam disiplin Ilmu Perbandingan Agama tidak sampai sejauh itu. Ilmu ini membatasi diri pada pengkajian agama secara sistematis, memperbandingkan dengan agama-agama lain, baik secara utuh atau hanya memilih aspek-aspek tertentu dari fenomena-fenomena keagamaannya, dengan tujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan, membuat suatu generalisasi atau mengelompokannya ke dalam typology-typologi tertentu berdasarkan kesamaan cirri yang dimiliki oleh agama yang diperbandingkannya. Bahkan, ada pula sebagian sarjana yang menekankan pembahasannya hanya untuk mencari asal-usul agama/kepercayaan. Dengan memperbandingkan agama-agama yang dianut oleh bermacam-macam bangsa, baik bangsa-bangsa yang sudah memiliki kebudayaan yang kompleks maupun bangsa-bangsa yang kebudayaannya masih sederhana, para peminat Perbandingan Agama berusaha berusaha menelusuri dan menemukan bentuk awal dari sebuah agama/tradisi masyarakat. Perbedaan lainnya, sekalipun kegiatannya sama-sama bersifat deskriptif dan berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan, Ilmu Perbandingan Agama berbeda dengan Sosiologi Agama. Disiplin ilmu Sosiologi Agama lebih menekankan pembahasannya pada realitas masyarakat, kelas masyarakat, struktur masyarakat, dan tingkatan masyarakat dalam hubungannya dengan agama yang menjadi kepenganutannya. Selain itu, Sosiologi Agama, sebagaimana disiplin ilmu sosial pada umumnya, tunduk dan terikat pada metode sosiologi. Sedangkan Ilmu Perbandingan Agama, mengkaji agama-agama secara utuh atau memilih aspek-aspek tertentu dari fenomena-fenomena agama itu, kemudian membandingkannya dengan agama-agama yang lain.

Ciri “perbandingan” inilah, agaknya, yang dianggap dan merupakan ciri teristimewa dari sekian banyak kekhasan yang dimiliki disiplin ilmu ini. Oleh karena itu, ia dikenal dalam “pohon” ilmu pengetahuan dengan sebutan Ilmu Perbandingan Agama. Penyebutan tersebut berdasar literatur-literatur yang ditulis dalam bahasa Inggris dengan sebutan The Comparative Study of Religions atau Comparative Religion. Sedangkan literatur-literatur berbahasa

(5)

Arab kerap menyebutnya Muqaranat al-Adyan. Selain itu, di dunia Barat, studi Perbandingan Agama terkadang mendapat sebutan yang lain. Di antara mereka ada yang menyebut History of Religions, atau Phenomenology of Religions.

Di samping terdapat sejumlah sarjana yang menganggap nama-nama sebagai disebutkan di atas merupakan sebutan lain bagi disiplin Ilmu Perbandingan Agama, terdapat sejumlah sarjana pula yang berpendapat bahwa Religionswisenschaft, yang dalam bahasa Inggris The Science of Religions merupakan induk (The Mother) atau “pohon” dari tiga “dahan” (disiplin): History of Religions, Comparative

Study of Religions, dan Phenomenology of Religions.

Masing-masing dari ketiga disiplin ini telah berdiri sendiri dan memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya satu sama lain dengan metode yang berbeda pula.

2. Sejarah Prodi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Program Studi Perbandingan Agama yang kemudian disingkat Prodi PA Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung adalah salah satu Prodi yang terbilang tua. Prodi PA dulu bernama Jurusan PA berdiri bersama dengan diresmikannya Fakultas Ushuluddin dan Syari’ah di Bandung, serta Fakultas Tarbiyah di Garut dan IAIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tanggal jurusan tersebut di dirikan pada tanggal 5 April 1968 dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 57 Tahun 1968.

Sebagai Prodi yang terbilang tua, Prodi PA didirikan dengan berdasar pada realitas masyarakat yang terdiri dari pelbagai agama dan keyakinan yang dalam sejarah perkembangannya belum sanggup menciptakan hubungan harmonis antar pemeluk agama. Fenomena tersebut, secara ilmiah bersumber dari rendahnya pemahaman agama dalam tataran social dan kekedapan ajaran agama terhadap ajaran agama lain. Truth claim dari suatu agama terhadap agama lain menjadi ciri dari cara beragama tersebut. Dan, pada titik inilah kerap menjadi pemicu konplik di Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan religiusitas (penghayatan) dari setiap warga Negara terhadap ajaran agamanya masing-masing dengan kesadaran kebersamaan dalam perbedaan (agree in disagreement). Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia memiliki tanggung jawab untuk memberikan penyadaran akan keberagamaan dan kemestian menciptakan rahmatan lil ‘alamin bagi agama-agama lain. Dengan demikian, dibutuhkan wadah kajian yang mengkhususkan diri

(6)

mengkaji agama dan keberagamaan secara ilmiah akademik dalam wujud sebuah Program Studi.

Kajian secara ilmiah akademik dalam Prodi PA tidak dimaksudkan untuk membedah dan memprofankan yang sakral, akan tetapi lebih pada core meneliti, memahami, dan menjelaskan implikasi serta dampak dari keberpihakan pemikiran teologis secara individu (pilihan keyakinan) serta realitas keberagamaan manusia secara positif. Penyajian materi perkuliahan di Prodi Perbandingan Agama didekati secara holistik, kritis, dan terbuka terhadap pelbagai aspek dalam agama. Melalui kajian itu, agama diharapkan tidak lagi menjadi pemicu konflik, tetapi sebagai sumber integrasi, positif, dan dinamis. Selain itu, diharapkan ditemukannya kebenaran yang paling

kaffah dalam memahami keberagamaan dan keragaman beragama.

3. Tokoh-Tokoh yang pernah memimpin Jurusan Perbandingan Agama

Sepanjang sejarah berdirinya Prodi Perbandingan Agama pernah mengalami masa-masa subur, yang di situ menghasilkan banyak lulusan yang cukup berpengaruh. Waktu pun bergulir, pergantian kepemimpinan di Prodi Perbandingan Agama berganti. Di antara tokoh yang pernah memimpin Prodi Perbandingan Agama adalah sebagai berikut:

1. Drs. H.A. Farichin Chumaidy, MA (1968 – 1972) 2. Drs. H. Moh. Cholil (1972 – 1976)

3. Drs. H.A. Farichin Chumaidy, MA (1976 – 1980) 4. Drs. H. Moh. Cholil (1980 – 1984)

5. Drs. H. Dadang Kahmad (1984 -1989)

6. Drs. H. Moh. Cholil dibantu Sekretaris Jurusan Drs. H. Thoriq A. Hinduan (1989 – 1994)

7. Drs. H. Undang Ahmad kamaludin dibantu Sekretaris Jurusan Drs. Abdul Syukur, MA (1994 – 1999)

8. Dra. Yeni Huriani, M.Hum dibantu Sekretaris Jurusan Drs. Yusuf Wibisono, M.Ag (1999 – 2003)

9. Drs. Rifki Rasyad, MA dibantu Sekretaris Jurusan Drs. Casram (2003 – 2007),

10. Drs. Wawan Hernawan, M.Ag dibantu Sekretaris Jurusan Deni Miharja, M.Ag. (2007 – 2011).

(7)

B. Visi, Misi, Tujuan, Agenda Pengembangan Prodi, dan Bidang Garapan

1. Visi Program Studi

Visi (vision) merupakan cita-cita atau keinginan yang hendak diwujudkan pada waktu tertentu. Visi Prodi PA Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung ditetapkan dalam kurun waktu 10 tahun ke depan (2008 s.d. 2018) adalah:

“Mempertinggi Keimanan, Memahami Perbedaan, dan Mahir

Meneliti”.

2. Misi Program Studi

Pada prinsipnya misi Prodi PA Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung sejalan dengan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, melaksanakan penelitian, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka ikut membentuk masyarakat muslim yang bermoral Islami dan berkepribadian Indonesia. Berangkat dari prinsip tersebut, misi Prodi PA adalah:

 Memberikan wawasan holistis mengenai agama dan cara manusia beragama,

 Membangun sikap toleran terhadap perbedaan jalan (cara) yang ditempuh manusia dalam beragama,

 Mengupayakan terciptanya budaya critical thingking dalam proses ilmiah akademis,

 Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan keilmuan dan masyarakat, dan

 Membantu civitas akademika Prodi pA dalam menempuh keimanan yang shaleh secara kritis.

3. Tujuan Program Studi

Prodi PA Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung sebagai bagian dari lembaga akademik perguruan tinggi secara spesifik bertujuan mencetak lulusan yang:

 Profesional dalam bidang penelitian dan pengembangan studi agama-agama,

 Bersikap terbuka dan toleran dalam menghadapi pluralitas agama,

 Mampu mengelola lembaga-lembaga keagamaan,

 Mampu memberikan pelayandalam bidang keagamaan, social, budaya, dan lain-lain,

(8)

4. Agenda Pengembangan Pengembangan Strategis

Agenda Pengembangan Strategis yang dipandang mendesak bagi Prodi PA Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah:

 Melakukan rekonstruksi epistemologis terhadap ilmu ke-Perbandingan Agama-an sesuai dengan visi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, “Wahyu Memandu Ilmu”,

 Menata ulang kurikulum muatan local (mulok) Prodi Perbandingan Agama yang mengarah pada tercapainya visi, misi, dan tujuan Prodi,

 Membangun komitmen bersama antar civitas akademika Prodi PA untuk menciptakan iklim akademik yang kondusif, dan

 Menciptakan hubungan segi tiga simultasn antara Prodi – Dosen – Mahasiswa yang equal dengan penghargaan yang proporsional terhadap peran dan posisi masing-masing.

Pengembangan Praktis

Agenda Pengembangan Praktis Prodi PA Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, meliputi:

 Restrukturisasi struktur bangunan ilmu ke-Perbandingan Agama-an guna merumuskAgama-an rumpun mata kuliah yAgama-ang relevAgama-an,

 Melakukan sosialisasi visi, misi, dan tujuan Prodi kepada seluruh civitas akademika dan calon mahasiswa,

 Menyusun struktur kurikulum dan mata kuliah yang secara sistematis dapat membentuk calon sarjana Perbandingan Agama yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan Prodi,

 Menyaring calon dosen sesuai dengan kebutuhan Prodi,

 Mendorong dan mengupayakan untuk lahirnya riset-riset yang mendukung kepada pengembangan ilmu-ilmu dan isiplin Prodi,  Prodi memberikan pelayanan kepada dosen dan mahasiswa

dalam rangka membantu terwujudnya visi, misi, tujuan serta pengembangan strategis Prodi,

 Menjalin kerjasama dengan lembaga lain untuk mengembangkan dan sosialisa Prodi.

(9)

C. Identitas Program Studi

1. Nama PT : Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung

2. Fakultas : Ushuluddin

3. Program Studi : Perbandingan Agama

4. Alamat : Jl. AH. Nasution No. 105 Cibiru Tlp. 022 7802275 Fax. 022-7803936 web: www.uin-sgd. Net Bandung 40614 5. Tahun Berdiri : 1968

6. Status : SK Menteri Agama RI 7. Tanggal SK : 8 April 1968

8. Lokasi Kampus : Jl. AH. Nasution No. 105 Cibiru-Bandung Tlp. 022 7802275

D. Bidang Garapan

Mencermati pembidangan Ilmu Agama Islam dan lahirnya Ilmu Perbandingan Agama di atas, minimal terdapat empat dahan (cabang) ilmu yang dapat dijadikan fokus penelitian pada prodi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung: (1) Sejarah Agama-Agama, baik pada agama-agama primitive, agama/kepercayaan lokal masyarakat tertentu, tradisi masyarakat tertentu, dan sejenisnya; (2). Perbandingan intern, antar, dan antara agama, seperti: membandingkan konsep tertentu menurut Agama A dan B, atau pemahaman tentang sesuatu menurut A dan B, dan seterusnya; (3) Fenomena agama dan keberagamaan masyarakat, seperti: pemahaman masyarakat di suatu daerah tentang A, B, C dan seterusnya, pengalaman beragama pada individu, kelompok masyarakat, atau lembaga tertentu, bahkan pengalaman seseorang mengenai konversi agama; (4) Mengkaji agama dan keberagamaan masyarakat berdasar pendekatan Anthropologi Agama, seperti: keberadaan A bagi masyarakat A, B, C, dan seterusnya. Adapun teknis pengumpulan datanya, dapat melalui literatur (studi kepustakaan, library research) , studi lapangan (grounded research atau firstehen research) atau penelitian campuran (kepustakaan dan lapangan) tergantung dan disesuaikan dengan objek penelitiannya.

(10)

BAB II KONDISI OBYEKTIF

A. KURIKULUM PROGRAM STUDI

Kurikulum Prodi Perbandingan Agama merupakan bagian yang sangat serius diperhatikan dan direformasi pada lima tahun terakhir (tahun 2004-2008). Berawal dari penelitian terhadap efektivitas kurikulum PA 1998, kurikulum dibenahi sesuai dengan harapan mahasiswa, stakeholders, regulasi dan dinamika kekinian. Setelah ditata ulang scope dan sequence-nya berdasarkan kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh para lulusan Prodi Perbandingan Agama, maka ditetapkan kurikulum sebagai berikut:

1. Kompetensi Yang Diperlukan Untuk Keberhasilan Dalam Menjalankan Profesi Tersebut:

a. Kompetensi Utama

KOMPETENSI KOMPONEN

PENGETAHUAN SIKAP KETERAMPILAN 1. Menguasai substansi, dasar ilmiah dan pendekatan dalam bidang keahlian Perbanding-an Agama Memahami secara komprehensif aspek-aspek ilmu Perbandingan Agama Menjadi ahli yang memiliki sikap, kritis, obyektif, demokratis dan toleran. Memiliki kemampuan menerapkan wawasan Perbandingan Agama dalam berbagai bidang pekerjaan. 2. Mampu menerapkan keahliannya dalam kegiatan produktif. Memahami aspek-aspek pokok agama-agama. Menjadi ahli yang responsif dan peka terhadap problem sosial keagamaan, serta berupaya memberikan solusi inovatif. Memiliki kemampuan dan keterampilan penelitian bidang sosial keagamaan.

(11)

3. Terampil melakukan penelitian sosial keagamaan. Memiliki wawasan yang luas tentang berbagai pendekatan dan metodologi penelitian sosial. Menjadi ahli yang memiliki curiosity terhadap perkembangan keilmuan dan selalu terbuka terhadap informasi baru. Memiliki keterampilan dalam penanganan konflik sosial keagamaan. KOMPETENSI KOMPONEN

PENGETAHUAN SIKAP KETERAMPILAN 4. Mampu mengikuti perkemba ngan ilmu bidang studi agama-agama. Memiliki wawasan luas mengenai penanganan konflik sosial keagamaan - - b. Kompetensi Lulusan KOMPETENSI KOMPONEN

PENGETAHUAN SIKAP KETERAMPILAN Lulusan Jurusan Perbandingan Agama memiliki: 1. Wawasan yang holistik mengenai agama dan cara manusia beragama. Menguasai aspek-aspek ilmu Perbandingan Agama: Sejarah, teori, metodologi, tokoh dan pemikiran-nya. Memiliki sikap toleran dalam menyikapi keragaman agama secara inklusif. Mampu memformulasikan dan menerapkan wawasan Perbandingan Agama bagi pengembangan Ilmu Perbandingan Agama. 2. Sikap kritis sekaligus toleran terhadap perbedaan dalam cara beragama. Memahami berbagai pendekatan dalam kajian agama-agama dalam perspektif perbandingan. Bersikap terbuka dan dialogis dalam menanggapi persoalan-persoalan kehidupan beragama. Mampu mengembangkan wawasan Perbandingan Agama bagi penciptaan perdamaian dan kerukunan hidup

(12)

beragama. 3. Terampil melakukan penelitian serta terlibat aktif dalam rangka pengemba ngan studi agama-agama. Memiliki wawasan mengenai masalah keragaman agama dalam konteks akademis menyangkut kelahiran dan perkembangan, dan prinsip-prinsip ajarannya. Disipilin, efisien dan efektif dalam menekuni profesinya. Mampu melakukan penelitian keagamaan dalam perspektif perbandingan. KOMPETENSI KOMPONEN

PENGETAHUAN SIKAP KETERAMPILAN 4. Mampu memberika n pelayanan bidang keagamaa n, sosial dan budaya, serta mampu membina kerukunan hidup antar umat beragama. 1. Memahami berbagai persamaan dan perbedaan agama-agama. 1. Peduli terhadap perkemba ngan isu-isu dan gejala-gejala keagama-an. 1. Mampu menerapkan berbagai pendekatan dan metodologi dalam penelitian di bidang keragaman agama dan masyarakat. 2. Menguasai dasar-dasar teoritis dan metodologis dalam rangka penelitian sosial keagamaan. 2. Tanggap terhadap kemungkin an munculnya konflik-konflik yang bernuansa agama. 2. Mampu merumuskan rancangan kebijakan strategis dalam rangka resolusi konflik antar umat beragama.

(13)

3. Menguasai dasar-dasar teoritis dan metodologis dalam rangka perumusan kebijakan penanganan konflik antar umat beragama. 3. Berupaya menemuk an pendekata n baru dalam kajian Perbandin gan Agama sesuai tuntutan perubahan masyara-kat. 3. Mampu mengemban gkan wawasan Perbanding-an Agama bagi penciptaan perdamaian dan kerukunan hidup beragama.

c. Kompetensi Yang Dibelajarkan

KOMPETENSI KOMPONEN

PENGETAHUAN SIKAP KETERAMPILAN Lulusan Jurusan Perbandingan Agama memiliki: 1. Wawasan yang holistik mengenai agama dan cara manusia beragama. Mampu menjelaskan aspek-aspek Ilmu Perbandingan Agama: Sejarah, teori, metodologi, tokoh dan pemikirannya. Bersikap toleran dan menyikapi keragaman agama secara inklusif. Mampu memformulasikan dan menerapkan wawasan Perbandingan Agama bagi pengembangan Ilmu Perbandingan Agama. 2. Sikap kritis sekaligus toleran terhadap perbedaan dalam cara beragama. Mampu menjelaskan berbagai pendekatan dalam kajian agama-agama dalam perspektif perbandingan. Bersikap terbuka dan dialogis dalam menanggapi persoalan-persoalan kehidupan beragama. Mampu mengembangkan wawasan Perbandingan Agama bagi penciptaan perdamaian dan kerukunan hidup beragama.

(14)

3. Terampil melakukan penelitian serta terlibat aktif dalam rangka pengemban gan studi agama-agama. Mampu menjelaskan masalah keragaman agama dalam konteks akademis menyangkut sejarah kelahiran dan perkembangan, dan prinsip-prinsip ajarannya. Disiplin, efisien dan efektif dalam menekuni profesinya. Mampu melakukan penelitian keagamaan dalam perspektif perbandingan. KOMPETENSI KOMPONEN

PENGETAHUAN SIKAP KETERAMPILAN 4. Mampu memberik an pelayanan bidang keagama-an, sosial dan budaya, serta mampu membina kerukunan hidup antar umat beragama. Mampu menjelaskan berbagai persamaan dan perbedaan agama-agama. 1. Peduli terhadap perkemban gan isu-isu dan gejala-gejala keagama-an. 1. Mampu menerapkan berbagai pendekatan dan metodologi dalam penelitian di bidang keragaman agama dan masyarakat. 2. Tanggap terhadap kemungkin an munculnya konflik-konflik yang bernuansa agama. 2. Mampu merumuskan rancangan kebijakan strategis dalam rangka resolusi konflik antar umat beragama.

(15)

3. Berupaya menemu-kan pendekat-an baru dalam kajian Perbandin gan Agama sesuai tuntutan perubahan masyara-kat. 3. Mampu mengemban gkan wawasan Perbanding-an Agama bagi penciptaan perdamaian dan kerukunan hidup beragama.

d. Indikator dan Standar Penguasaan Kompetensi KOMPETENSI/

KOMPONEN INDIKATOR/STANDAR

PENGETAHUAN a. Mampu menjelaskan aspek-aspek Ilmu

Perbandingan Agama: Sejarah, teori, metodologi, tokoh dan pemikirannya.

b. Mampu menjelaskan berbagai pendekatan dalam kajian agama-agama dalam perspektif

perbandingan.

c. Mampu menjelaskan masalah keragaman agama dalam konteks akademis menyangkut sejarah kelahiran dan perkembangan, dan prinsip-prinsip ajarannya.

d. Mampu menjelaskan berbagai persamaan dan perbedaan agama-agama.

SIKAP a. Bersikap toleran dalam menyikapi keragaman agama secara inklusif.

b. Bersikap terbuka dan dialogis dalam menanggapi persoalan-persoalan kehidupan beragama. c. Disiplin, efisien dan efektif dalam menekuni

profesinya.

d. Peduli terhadap perkembangan isu-isu dan gejala-gejala keagamaan.

e. Tanggap terhadap kemungkinan munculnya konflik-konflik yang bernuansa agama.

f. Berupaya menemukan pendekatan baru dalam kajian Perbandingan Agama sesuai tuntutan perubahan masyarakat.

(16)

KETERAMPILAN a. Mampu memformulasikan dan menerapkan wawasan Perbandingan Agama bagi pengembangan Ilmu Perbandingan Agama. b. Mampu mengembangkan wawasan

Perbandingan Agama bagi penciptaan perdamaian dan kerukunan hidup beragama. c. Mampu melakukan penelitian keagamaan dalam

perspektif perbandingan.

d. Mampu menerapkan berbagai pendekatan dan metodologi dalam penelitian di bidang keragaman agama dan masyarakat.

e. Mampu merumuskan rancangan kebijakan strategis dalam rangka resolusi konflik antar umat beragama.

f. Mampu mengembangkan wawasan perbandingan agama bagi penciptaan perdamaian dan

kerukunan hidup beragama. KOMPETENSI

SEBAGAI PERPADUAN KOMPONEN

a. Memahami dan menguasai materi (substansi) agama-agama dan teori-teori berkaitan dengan studi agama-agama.

b. Terampil dalam melakukan penelitian keagamaan, serta terlibat aktif dalam upaya menyelesaikan problem masyarakat berkaitan dengan hubungan antar umat beragama.

e. Pendekatan Strategi Pembelajaran

KOMPETENSI/KOMPONEN STRATEGI PENGETAHUAN:

a. Menguasai dasar-dasar Ilmu Perbandingan Agama: Sejarah, teori, tokoh dan pemikirannya, serta berbagai pendekatan dalam kajian agama-agama.

b. Memahami masalah keragaman agama dalam konteks akademis terkait sejarah kelahiran dan perkembangan, dan prinsip-prinsip ajarannya.

c. Mampu menjelaskan berbagai persamaan dan perbedaan agama-agama.

Komponen pengetahuan disajikan melalui strategi:

1. Perkuliahan reguler dengan metode: a. Ceramah b. Tanya jawab c. Diskusi d. Penugasan e. Debat 2. Stadium general 3. Symposium, loka karya,

seminar, sarasehan, dan lain-lain.

SIKAP:

a. Bersikap toleran dan

menyikapi keragaman agama

Komponen sikap disajikan melalui perkuliahan mata kuliah-mata kuliah

(17)

secara inklusif.

b. Bersikap terbuka dan dialogis dalam menanggapi

persoalan-persoalan kehidupan beragama. c. Disiplin, efisien, dan efektif

dalam menekuni profesinya. d. Peduli terhadap

perkembangan isu-isu dan gejala-gejala keagamaan. e. Tanggap terhadap

kemungkinan munculnya konflik-konflik yang bernuansa agama.

f. Berupaya menemukan pendekatan baru dalam kajian Perbandingan Agama sesuai tuntutan perubahan

masyarakat.

yang memiliki muatan sikap (afektif):

1. Perkuliahan reguler dengan metode:

a. Bermain peran (role playing)

b. Kunjungan (field study) ke lembaga agama lain. c. Tanya jawab dengan menghadirkan tokoh agama lain d. Diskusi e. Penugasan f. Debat g. Stadium general h. Symposium, lokakarya, seminar, sarasehan, dll. i. Menonton film-film

documenter yang berkaitan dengan cara beragama penganut berbagai agama.

(18)

KETERAMPILAN:

a. Mampu memformulasikan dan menerapkan wawasan Perbandingan Agama bagi pengembangan Ilmu Perbandingan Agama. b. Mampu mengembangkan

wawasan Perbandingan Agama bagi penciptaan perdamaian dan kerukunan hidup beragama.

c. Mampu melakukan penelitian keagamaan dalam perspektif perbandingan.

d. Mampu menerapkan berbagai pendekatan dan metodologi dalam penelitian di bidang keragaman agama dan masyarakat.

e. Mampu merumuskan

rancangan kebijakan strategis dalam rangka resolusi konflik antar umat beragama. f. Mampu mengembangkan

wawasan Perbandingan Agama bagi penciptaan perdamaian dan kerukunan hidup beragama.

Komponen keterampilan disajikan melalui mata kuliah yang memiliki muatan keterampilan (praktek), dengan strategi:

1. Perkuliahan reguler dengan metode:

a. Simulasi

b. Bermain peran (role playing)

c. Praktek penelitian (dalam mata kuliah Metode Penelitian dan Metode Penelitian Agama) d. Kunjungan (field study) ke

komunitas masyarakat dengan kerukunan agama yang harmonis.

e. Kunjungan (field study) ke berbagai lembaga pemerintah/swasta yang bergerak dalam kajian hubungan antar umat beragama.

2. Praktek Profesi Mahasiswa (PPM), dalam bentuk penelitian mini mahasiswa.

3. KKN

4. Penelitian untuk penulisan skripsi

f. Mata Kuliah Yang Disajikan Untuk Membelajarkan Kompetensi

a) Kompetensi Dasar

Untuk mencapai tujuan di atas, dirumuskan struktur kurikulum Jurusan Perbandingan Agama berbasis “Wahyu Memandu Ilmu”, sebagai berikut:

No. Mata Kuliah Komponen yang Dibelajarkan SK

S

1 Ulumul Quran Pengetahuan & sikap 3

2 Ulumul Hadits Pengetahuan & sikap 3

3 Fiqh/Ushul Fiqh Perbandingan

Pengetahuan & sikap 2

(19)

5 Akhlaq/Tasawuf Pengetahuan & sikap 2

6 Filsafat Islam Pengetahuan & sikap 2

7 Sej. Peradaban Islam Pengetahuan & sikap 4

8 IAD/ISD/IBD Pengetahuan & sikap 2

9 PPKN Pengetahuan & sikap 2

10 B. Indonesia Pengetahuan, sikap, & keterampilan

2

11 B. Inggris Pengetahuan, sikap, & keterampilan

6

12 B. Arab Pengetahuan, sikap, &

keterampilan 6 Jumlah SKS 38 a. Kompetensi Utama: N o Mata Kuliah Komponen yang Dibelajarkan SKS 1 Tafsir (Agama-agama) Pengetahuan & sikap 4

2 Hadits (Agama-agama) Pengetahuan & sikap 4

3 Filsafat Agama Pengetahuan & sikap 4

4 Hub. Antar Agama Pengetahuan & sikap 4

5 Yudhaisme Pengetahuan & Sikap 3

6 Kristologi Pengetahuan & Sikap 3

7 Hinduisme Pengetahuan & Sikap 2

8 Budhisme Pengetahuan & sikap 2

9 Kong-Hu-Chu Pengetahuan & sikap 2

10 Agama Lokal Pengetahuan & sikap 4

11 Perk. Pemikiran Islam Modern

Pengetahuan & sikap 2

12 Perk. Pemikiran Kristen Modern

Pengetahuan & sikap 2

13 Sejarah Agama Pengetahuan, sikap, & keterampilan

2

14 Sosiologi Agama Pengetahuan, sikap, & keterampilan

4

15 Antropologi Agama Pengetahuan, sikap, & keterampilan

4

16 Psikologi Agama Pengetahuan, sikap, & keterampilan

4

17 Fenomenologi Agama Pengetahuan, sikap, & keterampilan

2

18 Metode Penelitian Pengetahuan, sikap, & keterampilan

2

19 Metodologi Penelitian Agama

Pengetahuan & keterampilan 4

(20)

(MSI)

21 Praktek Profesi Mahasiswa (PPM)

Pengetahuan, sikap, & keterampilan

2

22 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengetahuan, sikap, & keterampilan

2

23 Ilmu Perbandingan Agama Pengetahuan, sikap, & keterampilan

4

24 Studi Budaya Lokal Pengetahuan & sikap 6

25 Orientalisme & Oksidentalisme

Pengetahuan & sikap 3

26 Missiologi Pengetahuan & sikap 2

27 Teknik Penulisan Skripsi Pengetahuan & keterampilan 2

28 Kapita Selekta Studi Agama-Agama

Pengetahuan & keterampilan 2

29 Filsafat Ilmu Pengetahuan & sikap 2

30 Skripsi (Munaqasah, Komprehensif)

Pengetahuan, sikap, & keterampilan

6

JUMLAH SKS 91

b. Kompetensi Penunjang:

No Mata Kuliah Komponen yang

Dibelajarkan SKS

1 Filsafat Umum Pengetahuan & sikap 2

2 Demografi Agama Pengetahuan 2

3 Sosiologi Pengetahuan 2

4 Antropologi Pengetahuan 2

5 Psikologi Pengetahuan 2

6 Filsafat Islam Kontemporer Pengetahuan 2

JUMLAH SKS 12

c. Kompetensi Penunjang Lainnya:

No Mata Kuliah Komponen yang

Dibelajarkan SKS

1 Manajemen Lembaga Keagamaan

Pengetahuan & sikap 2

2 Manajemen Konflik Pengetahuan, sikap & keterampilan

2

JUMLAH SKS 4

(21)

Lampiran I

Distribusi Mata Kuliah Persemester: SEMESTER I NO MATA KULIAH SKS 1 ULUMUL QUR’AN 3 2 ULUMUL HADITS 3 3 IAD/ISD/IBD 2 4 PPKN 2 5 BAHASA INDONESIA 2 6 BAHASA INGGRIS I 2 7 BAHASA ARAB I 2

8 METODE STUDI ISLAM (MSI) 2

JUMLAH SKS 18

SEMESTER II

NO MATA KULIAH SKS

1 AKHLAK/TASAWUF 2

2 SEJARAH PERADABAN ISLAM I 2

3 BAHASA INGGRIS II 2 4 BAHASA ARAB II 2 5 TAFSIR I (AGAMA-AGAMA) 2 6 HADITS I (AGAMA-AGAMA) 2 7 SOSIOLOGI 2 8 ANTROPOLOGI 2 9 PSIKOLOGI 2 10 FILSAFAT UMUM 2 JUMLAH SKS 20 SEMESTER III NO MATA KULIAH SKS

1 FIQH/USHUL FIQH PERBANDINGAN 2

2 ILMU KALAM I 2

3 SEJARAH PERADABAN ISLAM II 2

4 SOSIOLOGI AGAMA I 2

5 ANTROPOLOGI AGAMA I 2

6 PSIKOLOGI AGAMA I 2

(22)

8 HADITS II (AGAMA-AGAMA) 2

9 BAHASA ARAB III 2

10 BAHASA INGGRIS III 2

JUMLAH SKS 20 SEMESTER IV NO MATA KULIAH SKS 1 FILSAFAT Islam 2 2 FILSAFAT AGAMA I 2 3 ILMU KALAM II 2 4 HINDUISME 2 5 BUDHISME 2 6 KONG HU CU 2 7 SOSIOLOGI AGAMA II 2 8 ANTROPOLOGI AGAMA II 2 9 PSIKOLOGI AGAMA II 2 10 FILSAFAT ILMU 2 11 AGAMA LOKAL I 2 JUMLAH 22 SEMESTER V NO MATA KULIAH SKS 1 KRISTOLOGI 3 2 JUDHAISME 3 3 AGAMA LOKAL II 2 4 FENOMENOLOGI AGAMA 2 5 METODE PENELITIAN 2

6 PRAKTEK PROFESI MAHASISWA (PPM) 2

7 PERBANDINGAN AGAMA I 2 8 FILSAFAT AGAMA II 2 9 DEMOGRAFI 2 JUMLAH SKS 20 SEMESTER VI NO MATA KULIAH SKS

1 HUBUNGAN ANTAR AGAMA I 2

2 PERK. PEMIKIRAN ISLAM MODERN 2 3 PERK. PEMIKIRAN KRISTEN MODERN 2

(23)

5 METODOLOGI PENELITIAN AGAMA I 2

6 PERBANDINGAN AGAMA II 2

7 STUDI BUDAYA LOKAL I 2

8 ORIENTALISME/OKSIDENTALISME 3

9 FILSAFAT ISLAM KONTEMPORER 2

10 STATISTIKA SOSIAL 2

JUMLAH SKS 21

SEMESTER VII

NO MATA KULIAH SKS

1 METODOLOGI PENELITIAN AGAMA II 2

2 HUBUNGAN ANTAR AGAMA II 2

3 STUDI BUDAYA LOKAL II 3

4 ADABUL IHKTILAF 2

5 MISSIOLOGI 2

6 TEKNIK PENULISAN SKRIPSI 2

7 KAPITA SELEKTA STUDI AGAMA-AGAMA 2

8 KULIAH KERJA NYATA (KKN) 2

JUMLAH SKS 17 MESTER VIII NO MATA KULIAH SKS 1 KOMPREHENSIF 2 2 MUNAQASAH 4 JUMLAH SKS 6

Jumlah matakuliah yang ditawarkan sebanyak 50 matakuliah dengan rincian sebagai berikut: Matakuliah Kompetensi Dasar 12 matakuliah dengan jumlah bobot 38 SKS; Matakuliah Kompetensi Utama 29 matakuliah dengan bobot 89 SKS; Matakuliah Kompetensi Penunjang 7 matakuliah dengan bobot 14 SKS; Matakuliah Kompetensi penunjang lainnya 2 matakuliah dengan bobot 4 SKS. Untuk menyelesaikan program sarjana sesuai kurikulum kurikulum berbasis wahyu memandu ilmu, beban perkuliahan yang harus ditempuh mahasiswa adalah 145 SKS.

1. Strategi Pencapaian Kompetensi

Perkuliahan tersebut harus dirancang dengan menggunakan berbagai pendekatan (seperti, Inquiry, Discovery, Problem Solving,

Active Learning, dll.), sesuai dengan karakter kompetensi yang ingin

dicapai. Paradigma humanisme akan melandasi cara pandang terhadap mahasiswra secara konprehensif. Dalam implementasinya,

(24)

pengembangan materi standar perkuliahan diharapkan mengguna-kan pendekatan contextual teaching learning (CTL) dan mempertimbangkan life skill. Di samping itu, perkuliahan akan diimplementasikan dengan mempertimbangkan berbagai pendekat-an sebagai berikut:

a. Pendekatan rasa (kalbu), yaitu pendekatan untuk menggugah

perasaan mahasiswa dalam meyakini kebenaran ajaran agama yang menjadi kepenganutannya (Islam) yang terkandung dalam Al-Quran dan al-Hadits, serta memberi motivasi agar mahasiswa ikhlas mengamalkan ajaran Islam. Hal ini dapat disebut sebagai pendekatan penanaman nilai (incukation approach). Melalui pendekatan ini para mahasiswa mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka sendiri, melalui tahapan menilai, menentukan, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,

b. Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan

rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran Islam,

c. Pendekatan fungsional, yaitu usaha untuk menyajikan ajaran Islam dengan menekankan segi kemanfaatannya bagi mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.

d. Pendekatan Pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan ajaran Islam.

e. Pendekatan keteladanan, yaitu menampilkan keteladanan, baik yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antar personal warga kampus, perilaku para pendidik dan tenaga kependidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung, seperti suguhan ilustrasi kisah-kisah teladan.

f. Pendekatan emosional, yaitu tumbuhnya kesadaran untuk menegakkan, memperjuangkan dan bersedia membelanya kapan serta dimana saja.

g. Pendekatan Klarifikasi Nilai (values clarification approach). Pendekatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dan kemampuan mahasiswa untuh mengidentifikasi nilai-nilai diri sendiri dan orang lain.

Selanjutnya, untuk menjamin keaktifan mahasiswa dalam proses perkuliahan, maka dalam pelaksanaan kegiatan perkuliahan, dosen harus menggunakan berbagai strategi perkuliahan yang inovatif dan kreatif sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar yang

(25)

diharap-kan. Untuk mengaktifkan perkuliahan misalnya, dosen dapat memilih salah satu strategi perkuliahan, seperti: Give Question and answer (Tanya jawab), discussion (diskusi), The power of Two, Reading

Guide, game, pemberian tugas (project), dan lain-lain. Berbagai

strategi tersebut -dalam implementasinya- dapat digabungkan/dikombinasikan sesuai dengan karakter kompetensi dan materi standar. Yang pertu diperhatikan adalah bahwa pendekatan dan strategi yang dipilih harus disesuaikan dengan kompetensi standar/dasar, indikator, materi standar, sarana yang ada, dan waktu yang tersedia.

J. Fasilitas Utama

Fasilitas utama yang menjadi unsur terpenting dalam pencapaian kompetensi mahasiswa pada Prodi Perbandingan Agama, antara lain: perpustakaan jurusan yang memiliki referensi buku mengenai agama-agama dunia dari klasik hingga modern, buku-buku gerakan keagamaan, data base persebaran agama-agama dunia, yang kemudian didukung oleh laboratorium fakultas.

K. Sistem Evaluasi

Sistem penilaian yang digunakan senantiasa mengikuti perkembangan system penilaian yang berlaku. Pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK), digunakan Penilaian Berbasis Kelas (PBK). PBK tersebut merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar mahasiswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksa-naan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar mahasiswa dan pelaporan.

Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, sehingga ia disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan penumpulan kinerja mahasiswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja

(performance), dan tes tertulis (paper and pencil test). Dosen menilai

kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan level pencapaian prestasi mahasiswa.

Adapun keberhasilan perkuliahan dalam pembelajaran sistem KBK ini terlihat dari indikator penilaian yang ada. Indikator Penilaian dimaksud adalah unsur-unsur pokok yang dapat menjelaskan

(26)

kemampuan peserta didik setelah menyelesaikan satu satuan pendidikan tertentu. Banyak sekali indikator yang dapat dipilih, akan tetapi yang dipandang paling sensitif adalah hasil ulangan atau hasil

test (formatif, ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester

(UAS), penyelesaian tugas-tugas terstruktur, catatan perilaku harian dan laporan aktivitas di luar kampus yang menunjang kegiatan perkuliahan. Dari indikator-indikator tersebut penilai (pengampu mata kuliah, dosen) dapat membuat kesimpulan, mengenai sejauh mana mahasiswa telah belajar dan berapa nilai yang adil untuknya.

Acuan yang digunakan dalam penilaian hasil perkuliahan melalui dua kriteria, yaitu: kriteria mutlak atau penilaian acuan patokan (PAP) dan kriteria relatif atau penilaian acuan norma (PAN).

Penilaian acuan patokan sangat bermanfaat dalam upaya

meningkatkan kualitas hasil belajar, sebab mahasiswa diusahakan untuk mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar mahasiswa dapat diketahui derajat pencapaiannya. Pada penilaian

acuan norma, keberhasilan mahasiswa ditentukan oleh

kelompoknya. Dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK), prestasi mahasiswa ditentukan oleh perbandingan antara pencapaian sebelum dan sesudah perkuliahan/pembelajaran, dan kriteria penguasaan kompetensi yang ditentukan. Oleh karena itu, dalam PBK lebih tepat apabila digunakan penilaian acuan patokan (PAP).

Di samping itu, penilaian otentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari mahasiswa melalui kegiatan perkuliahan. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah yangperlu dinilai meliputi: ranah kognitif, afektif dan psikomotor ditambah ranah logic, kalbu, dan aplikatif.

a. Ranah Kognitif

Kompetensi ranah kognitif meliputi tingkatan menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensitesis dan mengevaluasi.

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan ranah afektif; ada dua hal yang perlu dinilai, yaitu pertama kompetensi afektif, dan kedua sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respon, apresiasi, penilaian dan internalisasi. Penilaian perlu pula dilakukaa terhadap daya tarik, minat, motivasi, ketekunan belajar dan sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu beserta proses pcmbelajarannya.

(27)

Berkenaan dengan ranah psikomotor, kompetensi yang dicapai meliputi tingkatan gerakan awal, semi rutin, gerakan rutin.

d. Ranah Logic

Berkenaan dengan kemampuan nalar yang sanggup membeda-kan hal dan bathil, yang pada gilirannya amembeda-kan berimbas pada moral.

e. Ranah Kalbu

Berkenaan dengan penguasaan keyakinan bahwa yang baik itu baik dan yang buruk itu buruk, Yang baik akan mendapat pahala baik, dan yang buruk akan mendapat keburukan. f. Ranah Aplikatif

Berkenaan dengan kesadaran logika dan kalbu yang berimbas pada perilaku dan pola budaya.

L. Kualifikasi Dosen

Dosen yang dapat memberi kuliah pada Prodi PA diutamakan mereka yang berijazah; S2, dan S3, kompeten (profesional), dan sesuai dengan mata kuliah yang disajikan pada semester berjalan, serta memiliki kepedulian dalam masalah keislaman dan ke-ushuluddin-an.

g. SUASANA AKADEMIK

Sebagai sebuah pra-syarat dari keberhasilan pekuliahan, suasana akademik sangat penting diperhatikan. Prodi Perbandingan Agama, sudah mencoba berbagai usaha untuk menciptakan suasana akademik yang kondusif. Berbagai usaha tersebut, antara lain:

1. Membangun hubungan simultan antara Prodi-dosen - mahasiswa Disadari, bahwa pendidikan di perguruan tinggi merupakan pendidikan bagi orang dewasa (andragogy), maka pola hubungan antara Prodi, dosen, dan mahasiswa harus diletakkan dalam konteks mitra studi. Dosen bukanlah satu-satunya manusia super yang merasa tahu segala hal, sedang mahasiswa dianggap sebagai obyek semata. Dalam konteks mitra studi, dosen menempatkan dirinya sebagai fasilitator saja. Ini berarti maha-siswalah yang memiliki kelas dalam arti sebenarnya. Sebagai fasilitator dosen menghindari sikap menggurui terhadap maha-siswa, apalagi bertindak otoriter. Peran sebagai fasilitator tersebut mengharuskan dosen memahami karakteristik mahasiswanya untuk selanjutnya dibimbing guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

(28)

Pengembangan suasana kemitraan ini, hingga saat ini memang belum sepenuhnya maksimal. Terbukti dengan masih adanya keluhan mahasiswa kepada pihak Prodi tentang sikap beberapa dosen yang dianggapnya "masih otoriter". Beberapa dosen yang belum dapat berhubungan harmonis dengan mahasiswa ini telah dicoba untuk diberi masukan melalui dialog informal dan formal agar mereka dapat menunjukkan suasana belajar yang lebih akrab, sopan, dan menyenangkan. Prodi PA mencoba sadarkan, bahwa perkuliahan yang dilakukan dalam suasana tertekan hanya akan menghasilkan ketaatan semu dan partisipasi pasif. Dalam suasana semacam ini tujuan perkualiahan yang sudah ditetapkan akan sangat sulit tercapai. Dari pengamatan Prodi PA terlihat, bahwa kecenderungan negatif pada out put dan out come-nya. Jika langkah persuasif informal dan formal tidak dapat mengubah suasana perkuliahan seperti yang diharapkan, maka Prodi akan membawa kasus ini ke tingkat rapat pimpinan dan akan memperoleh konsekwensi. Cara semacam ini seharusnya efektif untuk menciptakan suasana perkuliahan yang kondusif. Dari sudut mahasiswa, mereka diwajibkan berprilaku dan berbusana secara sopan. Mahasiswa Prodi Perbandingan Agama adalah mahasiswa yang diarahkan untuk menjadi inteketual murni. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk mendalami disiplin spesialisasi yang mengarah. Beberapa mahasiswa yang mencoba mendobrak aturan yang ada segera ditangani secara berlapis. Pertama-tama mahasiswa akan diperingatkan oleh setiap dosen yang mengetahui bahwa mahasiswa tersebut berbusana atau berprilaku menyalahi kode etik atau menyimpang dari tata tertib mahasiswa. Jika mahasiswa tersebut terbukti membandel, Prodi akan turun tangan untuk menyelesaikan. Jika Prodi tidak juga bisa mengatasi, maka akan dilimpahkan kepada pimpinan di atasnya (Dekanat). Pada kenyataanya hampir semua kasus dapat diselesaikan ditingkat Prodi, dan hanya satu-dua kasus yang sampai ketingkat Dekanat.

Secara keseluruhan dapat dikatakan, bahwa hubungan antara dosen dan mahasiswa di Prodi PA sudah harmonis. Hanya saja hal itu masih perlu didorong sehingga menjadi sebuah kedekatan yang lebih bermakna.

(29)

Iklim harmonis juga sangat dibutuhkan di dalam kelas. Kelas merupakan pusat kegiatan yang akan menentukan proses pendidikan secara keseluruhan. Suasana kelas yang menyenangkan sedikitnya meliputi dua aspek, yakni: aspek fisik dan psikologis.

Kondisi prasarana yang disediakan sudah memadai, sekalipun belum maksimal. Ruang kelas yang tersedia sudah dapat menampung mahasiswa Prodi PA seluruh angkatan. Kondisi bangunan dan perlengkapan kelas merupakan hal lain yang sangat mendukung minat belajar mahasiswa. Hanya saja, penampilan fisik kelas (gedung secara keseluruhan) belum didukung oleh media/sumber belajar yang memadai. Hal ini masih sangat perlu dilengkapi dengan media terbaru, bahkan ketersediaan IT untuk menunjang Prodi PA berkualitas ke depan. Suasana psikologis mahasiswa dan dosen dalam kelas merupakan bagian yang lebih urgen. Inilah sesungguhnya suasana orang paling harus dikontrol untuk tetap harmonis. Sepandai apapun dosen jika tidak mampu mengembangkan suasana belajar yang akrab, yang muncul adalah ketegangan psikologis mahasiswa. Dalam kondisi seperti ini tingkat keberhasilan proses pembelajaran akan sangat minimal untuk tidak dikatakan tidak berhasil. Bahkan sebagaimana terjadi di lapangan, ketengangan hubungan dosen dan mahasiswa ini tidak jarang memunculkan penolakan serius dari mahasiswa. Penolakan kolektif itu merupakan reaksi atas tekanan yang tidak lagi mampu ditahan di dalam kelas.

Guna menghindari ketidakharmonisan hubungan dosen dan mahasiswa, pihak Prodi Perbandingan Agama selalu mengontrol secara periodik (tiap bulan sekali) melalui pertemuan rutin dengan seluruh ketua kelas dan HMJ-PEA. Forum ini menjadi wadah bagi penampungan aspirasi mahasiswa tentang berbagai hal, terutama mengenai jalannya perkuliahan yang ada. Pada forum tersebut setiap ketua kelas akan menjelaskan kondisi perkuliahan yang dia ikuti. Dari informasi ini kemudian Prodi menentukan langkah-langkah strategis apa yang harus diambil. Forum ini juga dimanfaatkan untuk memotivasi semangat belajar dan kedisiplinan mahasiswa.

3. Menciptakan iklim ilmiah

Guna menciptakan kondisi ilmiah di kalangan mahasiswa pihak Prodi melakukan hal-hal sebagai berikut:

(30)

a. Mendorong untuk meningkatkan kualitas forum-forum diskusi kecil (small group discussion) yang sudah ada,

b. Mendorong untuk memperbanyak jumlah forum diskusi kecil ilmiah sehingga dapat melibatkan mahasiswa dalam jumlah yang lebih banyak,

c. Memotivasi mahasiswa untuk memanfaatkan forum diskusi kecil tersebut sebagai latihan bahasa Arab dan Inggris,

d. Memberi penghargaan terhadap mahasiswa yang berprestasi, e. Membimbing mahasiswa untuk melakukan magang penelitian

kepada dosen yang sedang melakukan penelitian,

f. Mendorong mahasiswa untuk mencoba melakukan penelitian individual berawal dari kasus-kasus sederhana,

g. Membimbing mahasiswa untuk berlatih menulis ilmiah dan non ilmiah (sastra) melalui berbagai bentuk pelatihan karya tulis ilmiah.

h. Mendorong mahasiswa untuk mengelola secara profesional berbagai wadah ekspresi ilmiah mahasiswa yang ada seperti: Buletin HMJ-PEA, majalah dinding, dan lain-lain.

i. Mendorong mahasiswa untuk aktif terlibat dalam berbagai forum ilmiah di dalam maupun luar kampus.

h. PROSES PERKULIAHAN

Dari berbagai sudut proses pembelajaran yang dianalisis, diketahui, bahwa secara keseluruhan proses perkuliahan di Prodi Perbandingan Agama belum sepenuhnya menggembirakan. Proses perkuliahan masih terkesan konvensional. Hal yang paling terasa adalah adanya problem over lapping materi pembahasan antar mata kuliah sebagai akibat belum tuntasnya reformasi kurikulum yang ada. Sebenarnya kurikulum yang sekarang berlaku sudah didesign berdasarkan pertimbangan ideal dan harapan stake-holders. Oleh karena itu, dalam hal jenis mata kuliah yang disajikan dan deskripsi yang dibuat sudah sangat bagus. Hanya saja, sebagian hurikulum tersebut belum dikembangkan lebih lanjut sampai pada penjabaran pokok bahasannya pada wujud Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Sehingga masih didapati over lapping antara mata kuliah tertentu.

Over lapping ini secara bertahap sedang dibenahi oleh Prodi PA

dengan dikoordinir oleh fakultas. Sebagai contohnya mata kuliah Agama-Agama Ibrahim, saat ini telah direstrukturisasi sedemikian rupa sehingga seluruh tema yang dikaji menjadi berkelanjutan. Over lapping ini akan diselesaikan dalam konsorsium bidang ilmu. Dalam konsorsium tersebut setiap dosen akan mencermati jabaran tema

(31)

dari masing-masing mata kuliah berdasar keahliannya. Dari pembicaraan ini diharapkan terwujud penjabaran tema-tema mata kuliah yang lebih fungsional dan essensial serta terhindar dari over

lapping yang tidak perlu tersebut.

Sebagai implementasi dari kurikulum dokumenter, proses perkuliahan yang ada di Prodi PA dapat dijelaskan melalui tiga tahapan proses belajar-mengajaryang meliputi: persiapan, pelaksa-naan dan tindak lanjut (follow up):

1. Persiapan Perkuliahan

Jika dilihat dari persiapan perkuliahan yang ada di Prodi PA, tampaknya cukup kondusif. Hal ini terlihat dari adanya kesiapan untuk belajar, baik di kalangan mahasiswa maupun dosennya. Dari pengamatan Prodi diketahui, bahwa secara keseluruhan kesiapan mahasiswa Prodi Perbandingan Agama untuk menerima perkuliahan cukup bagus, namun kesiapan ini lagi-lagi masih terkendala oleh ketersediaan sumber belajar yang masih terbatas.

Para mahasiswa senantiasa mengadakan persiapan sebelum memasuki ruang perkuliahan. Persiapan tersebut seperti membaca buku dan diskusi tentang tema yang akan dikaji terlebih dahulu dengan teman-temannya. Sementara itu, dari pihak dosen diketahui, para dosen Perbandingan Agama selalu mengadakan persiapan mengajar. Setiap dosen harus membuat Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Diktat, Resume, atau konsep tentang mata kuliah yang akan diajarkan.

Sebelum perkuliahan dimulai, hampir semua dosen telah medahuluinya dengan mengadakan kontrak belajar. Hal ini dimaksudkan sebagai pengambilan kesepakatan tentang jalannya perkuliahan ke depan yang harus disepakati antara mahasiswa dan dosen, berikut reward dan punishment-nya. Kontrak belajar sangat penting untuk pengelolaan kelas yang demokratis dan profesional.

Dalam proses perkuliahan para dosen telah mengawali dengan

apersepsi. Ini menunjukkan, bahwa proses awal perkuliahan

telah berjalan dengan benar. Para dosen biasanya mengawali perkuliahan dengan motivasi berupa apersepsi untuk meng-antarkan pemahaman mahasiswa kepada materi yang akan dikaji. Sebagian dosen bahkan ada yang mengawalinva dengan

pre-test untuk mengetahui sejauh mana tingkat wacana yang

dimiliki mahasiswa sebelum mengikuti pelajaran yang akan diajarkan.

(32)

Hal lain yang perlu dijelaskan adalah sejauh mana relevansi antara pokok bahasan/tema perkuliahan dengan materi yang dipresentasikan dosen dalam perkuliahan. Hampir semua penjelasan yang diberikan oleh dosen, baik dosen pengampu mata kuliah kurikulum nasional (kurnas) maupun muatan local (mulok), sudah sesuai dengan topik bahasan dan Basic Course

Outline (BCO) yang ada.

Di samping itu, para dosen tersebut senantiasa menjelaskan berbagai literatur yang dijadikan rujukan pembahasan. Hanya saja ketersediaan literatur tersebut dirasa masih kurang. Jika dilihat dari penguasaan dosen terhadap materi ajar yang diemban dapat disebut bagus. Hal tersebut dikarenakan kualitas akademik dosen yang sudah bagus. Hampir semua dosen telah menempuh pendidikan S-2 sesuai keahliannya, bahkan cukup banyak yang telah melanjutkan studinya di S-3. Jika ada dosen yang masih S-1 jenjang pendidikannya, dia biasanya tergolong dosen senior yang cukup berpengalaman di bidangnya. Data selengkapnya adalah sebagai berikut:

 Professor : 4 Orang  S-3 (Doktor) : 2 Orang  S-2 (Master) : 18 Orang  S-1 (Sarjana) : 1 Orang 2. Pelaksanaan Perkuliahan

Secara keseluruhan perjalanan perkuliahan pada Prodi Perbandingan Agama cukup memuaskan, meskipun tidak menafikan adanya berbagai kendala di sana sini. Kendala-kendala itu masih dalam kategori wajar dan bisa diatasi dengan baik.

Dilihat dari kehadiran, dosen-dosen PA termasuk dosen yang cukup rajin. Hal ini terlihat dari rata-rata presensi kehadiran setiap semester yang mencapai antara dua belas sampai enam belas kali pertemuan. Jika ada dosen yang belum mencapai target minimal dua belas kali tatap muka dalam satu semester, biasanya mereka diharuskan melengkapi jumlah kekurangan tatap muka tersebut di dengan pemadatan.

Sedangkan untuk mahasiswa diambil kesepakatan, sebagaimana dalam tata tertib mahasiswa, bahwa batas minimal presensi kehadiran mereka adalah 75 %. Jika kurang dari batas yang ditetapkan, maka yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) dan harus mengulang di semester berikutnya.

(33)

Dalam pelaksanaan proses perkuliahan yang tampak perlu adanya inovasi adalah pada aspek strategi/metode pem-belajarannya. Kelihatannya para dosen, baik dosen kurnas maupun mulok masih terlalu monoton dalam penggunaan strategi perkuliahan. Hal ini terlihat dari masih dominannya metode metode diskusi dan ceramah yang konvensional. Format diskusi dan ceramah konvensional ini terlihat dari setting bangku belajar yang masih berbentuk berbanjar, walaupun sudah ada dosen yang menggunakan pola lain seperti bentuk tapal kuda, setengah lingkaran, melingkar, dan lain-lain, tetapi hal itu masih sangat sedikit. Merebaknva metode diskusi konvensional ini seringkali kurang dipikirkan secara mendalam apakah tema yang sedang dikaji benar-benar layak dan sesuai dengan tingkat psikologis mahasiswa untuk menggunakan metode tersebut. Hal yang juga sangat perlu diperhatikan dalam pelakasanaan metode diskusi ini adalah minimnya peran dosen, jika tidak dikatakan tidak berperan sama sekali. Tentu saja ini tidak bisa dibiarkan, Setiap dosen selayaknya menguasai benar tentang tema yang dikaji dan benar-benar terlihat dalam setiap tahap pembahasan sehingga setiap perkembangan pemikiran mahasiswa dapat dikontrol dengan baik.

Kelemahan lain dalam pelakasanaan proses perkuliahan pada Prodi PA adalah terbatasnya media pembelajaran. Media pembelajaran yang ada hampir semuanya konvensional. Begitu susahnya jika seorang dosen ilmu hadis, misalnya ingin mengajarkan takhrij dengan sistem komputerisasi mengingat belum ada Laptop., dan satu LCD untuk fakultas sebesar Fakultas Ushuluddin. Namun demikian kita masih beruntung, karena telah ada perangkat laboratorium pustaka meski masih sederhana dan belum lengkap perpustakaan Prodi yang beberapa bulan lalu mendapatkan buku 389 Exp. dari USAID. Kemudian ketegasan tentang konsekuensi atas penlanggaran proses belajar mengajar, seperti dosen yang melaksanakan tatap muka dibawah dua belas kali, konsekuensinya belum jelas dan mengikat. Dari sinilah kita berharap berbagai kelemahan media yang modern nantinya dapat diatasi. Keterbatasan media ini diperparah dengan jarangnya para dosen menggunakan media pembelajaran yang ada pada saat perkuliahan berlangsung. Dominasi perkuliahan yang tidak didukung oleh media yang memadai ini pada gilirannya akan berdampak verbalisme dan membosankan.

(34)

Dari berbagai data yang tersaji tentang proses pembelajaran di Prodi PA terlihat bahwa kegiatan praktikum (Ibadah, Tilawah, dan Praktek Profesi Mahasiswa) cukup memprihatinkan. Pada pelaksanaannya, kendati telah disiasati, ternyata masih kurang optimal. Keterbatasan waktu yang ada membuat mereka belum dapat berpraktik sepenuhnya. Sebagai solusinya, akan diadakan waktu khusus pada saat liburan semester dengan tempat dan waktu praktek dengan juklak dan juknis tersendiri.

Jika proses perkuliahan itu dilihat dari aspek evaluasinya, diperoleh kesimpulan, bahwa rata-rata para dosen mengadakan ujian sebanyak dua kali per-semester. Meskipun ada yang mengadakan tiga kali atau lebih, namun masih ada saja dosen yang hanya menyelenggarakan ujian sekali yakni saat UAS saja. Belum lagi jika dilihat dari ranah yang dituju dalam evaluasi tersebut. Mayoritas masih menekankan evaluasi pada ranah kognitif semata. Sangat sedikit dosen yang mengevaluasi sampai pada wilayah psikomorik, apalagi ranah logic, kalbu, dan aplikatif. Kesadaran tentang evaluasi yang berbasis pada kelas tampaknya belum menyatu dengan implementasi perkuliahan yang ada. Oleh karena itu, hal ini sangat perlu untuk diperhatikan.

3. Follow up Perkuliahan

Hal yang positif tampak terlihat dari follow up perkuliahan yang senantiasa ditindak lanjuti dengan tugas-tugas pendalaman. Tugas yang paling sering diberikan oleh para dosen Prodi PA adalah pembuatan makalah kelompok dan tugas mandiri. Tugas lain juga diberikan seperti kegiatan observasi, telaah wacana, responsi, analisis media, dan lain-lain.

Dari keseluruhan pemaparan data tentang proses perkuliahan di Prodi PA menunjukkan, bahwa dari aspek persiapan tampak

sudah baik. Akan tetapi dari aspek implementasi perkuliahan (PBM)-nya ada tiga hal yang tampak belum menggembirakan, yaitu: Pertama, strategi pembelajaran/perkuliahan, kedua, evaluasi serta ketiga, konsekuensi. Hal yang paling krusial yang sangat mendesak untuk dibenahi adalah pelaksanaan praktik

ibadah dan tilawah yang sekilas tampak belum terkelola dengan

baik.

Berdasarkan apresiasi para mahasiswa PA, sebagaimana terlihat diberbagai dialog rutin ketua mahasiswa dan HMJ-PEA dengan jurusan, terlihat bahwa mereka merasa perkuliahan di Prodi PA cukup menyenangkan. Tentu saja hal ini harus dipahami, bahwa

(35)

masih banyak hal yang masih mungkin dan harus dikerjakan oleh Prodi PA guna memaksimalkan proses pembelajaran sehingga menjadi lebih bermakna.

(36)

BAB III PENUTUP

Melihat perkembangan ilmu pengetahuan Barat yang sedang mengalami krisis, baik aspek ontologi, epistemologi, maupun aksiologi, dan jauh dari nilai-nilai Ilahiyah, maka sudah saatnya paradigma ilmu pengetahuan barat itu harus diubah agar tidak mengalami kerusakan planet bumi dan peradaban manusia yang lebih parah. Hal itu sebenarnya sudah menjadi wacana beberapa pemikir sebelumnya, antara lain Richard Tarnas, Al-Faruqi, dan Herman Soewardi.

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati sebagai perguruan Tinggi Negeri Islam telah merespon fenomena itu dengan menerapkan seluruh proses pelaksanaan pembelajarannya dengan mengacu pada paradigma baru, yaitu wahyu memandu ilmu. Paradigma wahyu memandu ilmu diterapkan mulai dari merumuskan visi, misi, kurikulum, silabus, sampai dengan pembuatan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dan Hand Out bahan perkuliahan.

Proses penerapan paradigma wahyu memandu ilmu di jurusan Perbandingan Agama ini harus dilaksanakan oleh seluruh civitas akademika, baik dosen, mahasiswa, staff, dan penyelenggara jurusan secara berkesinambungan. Beberapa strategi telah dijalankan, tetapi yang terpenting adalah disamping memandu teori-teori ilmu pengetahuan dengan wahyu tetapi juga harus memandu perilaku-perilaku civitas akademika dengan wahyu baik dalam kampus maupun luar kampus. Kedua-duanya juga harus dilaksanakan secara simultan dan kerkesinambungan dalam rangka mewujudkan visi dan misinya. Insya Allah Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati ke depan akan menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan yang akan diperhitungkan baik tingkat lokal maupun global, khususnya di bidang kajian studi-studi agama.

(37)

LAMPIRAN 2 SILABUS MATA KULIAH

SEMESTER I

PANCASILA/KEWARGANEGARAAN Deskripsi mata kuliah

Mata kuliah ini menjelaskan kondisi masyarakat pra dan pasca kemerdekaan, proses lahirnya Pancasila, ORLA, ORBA, REFORMASI, hubungan Pancasila dengan UUD’45, amandemen dan pelaksanaan P4.

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa memahami ideologi negara dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan Instruksional Khusus

1. Agar mahasiswa memahami sejarah terbentuknya bangsa 2. Agar mahasiwa memahami ideologi negara dan peraturan

perundang-undanagn lainnya.

3. Agar mahasiswa memahami masyarakat ideal dan dapat mengaplikasikannya

Materi Pembelajaran

1. Gambaran politik Indonesia yang mempengaruhi perubahan kurikulum.

2. Pengertian mengenai identitas individu.

3. Pengertian secara etimologis, perkembangan sejarah negara. 4. Unsur-unsur penentu kewarganegaraan.

5. Pengertian ideologi.

6. Hakikat sejarah dan kadungan konstitusi.

7. Mengetahui konsep pemerintahan dan hubungan sipil militer. 8. Memahami hubungan agama dan negara.

9. Pengertian masyarakat madani. 10. Hakikat demokrasi.

11. Pengertian Ham 12. Arti penting OTDA

Sumber Pembelajaran

(38)

STUDI ULUM AL QUR’AN

Deskripsi mata kuliah

Mata kuliah ini menjelaskan penegertian wahyu dan al-Qur’an, sejarah al-Qur’an, sistem penulisan al-Qur’an, dan tafsir al-Qur’an

Tujuan Instruksional Umum

Agar mahasiswa memahami seluk beluk al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi seorang muslim

Tujuan Instruksional Khusus

1. Memahami sejarah turunnya al-Qur’an dan sistem penulis-an 2. Memahami munasabah al-Qur’an dan mukjizat al-Qur’an

3. Memaplikasikan isi kandungan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari

Materi Pembelajaran

1. Pengantar Kuliah Ulum Al-Qur’an. 2. Definisi Ulum Al-Qur’an.

3. Sejarah Ulum Al-Qur’an.

4. Al-Quran, Hadits dan Hadits Qudsi. 5. Al-Qur’an dan wahyu.

6. Sejarah Al-Qur’an.

7. Sistem penulisan Al-Qur’an. 8. Ashab Nuzul.

9. Munasabah Al-Qur’an. 10. Ilmu Makki Madani. 11. Muhkam mutasyabih 12. Qiraat

13. Mukjijat Al-Qur’an.

14. Tafsir dan Ta’wil Al-Qur’an.

Sumber Pembelajaran 1. Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an.

2. Al-suyuthi Al-Burhan fi Ulum Al-Quran. 3. Al-Zarkasyi Manahil al-Irfan.

4. Al Zarqani Umum al-Qur’an. 5. Ulum al-Qur'an, Rosihon Anwar

(39)

ULUMUL HADIS Deskripsi Mata Kuliah

Ilmu Hadis merupakan mata kuliah kompetensi dasar yang harus dipelajari oleh seluruh mahasiswa UIN pada semua fakultas dan jurusan, termasuk jurusan Tasawuf-Psikoterapi. Mata kuliah ini memiliki bobot kredit sebesar 2 sks dan disajikan pada semester awal. Tujuan utama mata kuliah ini adalah memberikan pengetahuan dan wawasan pengantar tentang dasar-dasar dan kerangka teoritis untuk studi hadis Nabi saw. Dalam hal ini, mahasiswa nantinya akan memiliki gambaran umum tentang hadis, yang hal ini sangat diperlukan dalam rangka mengkaji Islam secara keseluruhan selama kuliah di UIN ini, pada khususnya. Dalam rangka implementasi paradigma ‘wahyu memandu ilmu,’ maka dalam tataran metodologi pembelajaran mata kuliah ini akan dilakukan pendekatan-pendekatan keilmuan modern yang relevan, seperti ilmu sejarah dan metode riset.

Standar Kompetensi

Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa pokok bahasan mendasar yang merupakan wawasan pengantar dalam studi hadis, yang meliputi: ilmu hadis, makna hadis, posisi hadis dalam Islam, sejarah perkembangan hadis, periwayatan dan pembukuan hadis, struktur hadis, kaedah kesahihan hadis, klasifikasi hadis dan penelitian hadis.

POKOK BAHASAN

ILMU HADIS DAN RUANG LINGKUPNYA 1. Pengertian llmu Hadis

2. Aspek Kajian Ilmu Hadis 3. Urgensi Ilmu Hadis

4. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadis 5. Cabang-Cabang Ilmu Hadis

MAKNA, KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIS

1. Pengertian Hadis dan Istilah Sinonimnya (sunnah, khabar, atsar) 2. Hadis sebagai materi sejarah

3. Bentuk Hadits: Qauli, Fi‘li, Taqriri dan contohnya. 4. Perbedaan Hadis Nabawi, Hadis Qudsi, dan al-Qur`ân MAKNA, KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIS (lanjutan) 1. Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam

(40)

3. Fungsi Hadits terhadap al-Qur`ân SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS

1. Hadis pada periode I / Abad I H. (masa periwayatan hadis secara lisan)

2. Hadis pada periode II / Abad II H. (masa kodifikasi hadis secara resmi).

SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS (lanjutan)

3. Hadis pada periode III / Abad III H. (masa kodifikasi hadis dengan kualifikasi dan seleksi)

4. Hadis pada periode IV / Abad IV s.d. sekarang (masa pengkajian hadis dan penyempurnaan penyusunan kitab-kitab hadis)

PERIWAYATAN DAN PEMBUKUAN HADIS 1. Pengertian Riwayat

2. Masa Periwayatan (‘ashr al-riwâyat) 3. Tata Cara Periwayatan Hadis 4. Proses Pembukuan Hadis 5. Macam-Macam Kitab Hadis STRUKTUR HADIS

1. Sanad:  Rawi  Mukharrij

 Shighât al-Isnâd / Shighât al-Adâ` Matan

KAEDAH KESAHIHAN HADIS 1. Hadis Sahih Sebagai Acuan 2. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis

 Kaidah kebersambungan sanad  Kaidah keadilan rawi

 Kaidah kedlabithan rawi

 Kaidah keterhindaran dari syadz  Kaidah keterhindaran dari illat 3. Kaedah Kesahihan Matan Hadis

 Kaidah keterhindaran dari syadz dan illat pada teks matan (mabna al-matn)

 Kaidah keterhindaran dari syadz dan illat pada kandungan matan (ma‘na al-matn)

KLASIFIKASI HADIS

(Macam Hadits dari Segi Kuantitas Sanad) 1. Latar Belakang Pembagian Hadits

2. Hadits Mutawatir: Pengertian, Syarat, Kedudukan, Pemba-gian, Kehujjahan, Contoh.

Referensi

Dokumen terkait

KEGIATAN : PEMBANGUNAN DERMAGA SUNGAI DI DESA-DESA SASARAN PM2L DI DESA PANDAWEI LOKASI : DESA PANDAWEI,KAB.PULANG PISAU. TAHUN ANGGARAN :

Tujuan dari rancang bangun Mesin Pendingin Tenaga Surya ini adalah membuat modelnya yang dilakukan dengan cara mendesain dengan cara melakukan perancangan alat-alat utamanya yaitu

Tanya jawab disini akan dilakukan secara terbuka, yang dimaksudkan agar penelitian ini dapat memperoleh data yang efektif dan mendalam serta sesuai dengan

1) Triagulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

for Windows sebagai alat bantu untuk melakukan pengolahan data kuisioner dengan skala Likert, uji validitas, uji reliabilitas dan menggunakan perhitungan manual

PELNI (Persero), praktikan ditempatkan pada Divisi Pemasaran Angkutan Penumpang.Fokus kerja bagian tersebut adalah mengadakan kegiatan bauran pemasaran, mengelola penghasilan

(4) Wajib Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan