5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam Kampung Super
Ayam Jawa Super atau Ayam Silangan merupakan ayam yang dihasilkan dari kawin silang antar Ayam Kampung dengan Ayam Layer Petelur. Munculnya Ayam Jawa Super dilatar belakangi oleh tingginya permintaan konsumen untuk menyediakan menu ayam kampung dan minimnya ketersediaan di pasaran. Maka terciptalah inovasi kawin silang bernaman Ayam Jawa Super yang performanya sangat mirip dengan ayam kampung. Ayam Jawa Super sangat bagus, selain banyak memiliki peminat, peternak ayam super juga masih sedikit dibanding ternak ayam yang lainya. Prospek ayam kampung ini sangat cerah, hanya proses budidaya dua bula, bisa mencapai bobot 1 kg. Peraingan relatif tidak ada, untuk saat ini, selain pelakunya sedikit pasarnya juga masih terus tumbuh (Milosevic, 2009).
Ayam hasil persilangan memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung pada pemeliharaan semi intensif. Ayam kampung super memiliki keunggulan antara lain pertumbuhannya yang cepat, angka kematian yang rendah (sekitar lima persen), mudah beradaptasi dengan lingkungan serta pada uji karkas dan uji rasa menunjukkan bahwa tampilan karkasnya mirip dengan ayam kampung pada umur 8 minggu sampai 10 minggu sudah mecapai bobot potong yang banyak diminati konsumen (Pramono, 2006).
Kelebihan ayam kampung super jika dibandingkan dengan ayam kampung adalah bobot badan yang lebih besar, nilai konversi pakan lebih rendah serta nilai
6 mortalitas yang lebih rendah. Karakteristik dari ayam kampung super adalah dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan bobot seragam, laju pertumbuhan lebih cepat dari pada ayam kampung, memiliki tingkat kematian yang rendah, mudah beradaptasi dengan lingkungan serta memiliki citaras yang berbeda dengan ayam kampung. Umur panen ayam kampung super yaitu kurang lebuh dua bulan (Munandar dan Pramono, 2014).
Komposisi kimia daging secara umum dapat diestimasi, yaitu air sekitar 75 persen, protein 19 persen, lemak 2,5 persen, karbohidrat 1,2 persen, subtansi non protein lemak yang larut 2,3 persen termasuk subtansi nitro genus 1,65 persen dan subtansi organik 0,65 persen, serta vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan air relatif sangat sedikit (Soeparno, 2011).
2.2. Temu Putih
Temu putih (Curcuma zedoaria) termasuk dalam salah satu rempah tumbuhan atau empon-empon. Adapun klasifikasi menurut Rukmana, (1994) adalah sebagai berikut: Devisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledone Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma
7 Menurut Wijayakusuma (2002), temu putih merupakan semak yang berumur tahunan, tingginya mencapai 2 m. Temu putih tidak tumbuh merumpun, hanya memiliki beberapa pokok batang yang tumbuh jarang. Batang tamu putih merupakan batang semu yang tersusun dari gabungan kelopak-kelopak daun, daun penyusun batang biasanya sedikit yakni sekitar 4-6 lembar. Daunya berbentuk bundar dengan ujung meruncing, panjang daun didominasi warna hiaju, [ada bgian pertengahan sampai pangkal berwarna ungu. Perbungahan terpisah dari batang yang berdaun, keluar dari tanah melalui rimpang samping yang menjulang membentuk bonggol bunga yang besar dengan panjang 20-25 cm. Bunga memiliki daun pelindung berbentuk tumpul seperti pelepah yang menutupinya, berwarna merah tua keunguan, panjang daun pelindung sekitar 5 cm.
Dari hasil maserasi yang telah dilakukan oleh Rita (2010) menunjukkan bahwa temu putih mengandung triterpenoid sebagai anti bakteri, bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pada hasil ekstrak metanol (Nurhayati 2010) pada temu putih, memiliki aktivitas antibakteri terhadap Klebsielle pneumoniae, salah satu penyebab penyakit pneumonia. Senyawa yang dikandung temu putih juga mengadung senyawa fenolik yang telah diketahui berpotensi sebagai antibakteri.
Menurut Makhmud dan Fahruddin (2002), bahwa masayarakat sulawesi selatan temu putih ini digunakan sebagai obat luar pada memar dan keseleo, karminatif, diuretic, tumor, TBC, limpa bengkak, wasir, menghilangkan bau mulut dan antirematik. Manfaat utama tanaman ini yaitu sebagai obat tradisional, bahan baku
8 industri jamu dan kosmetik, peternakan dan lain-lain. Disampng itu rimpang tanaman temu putih ini juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, dan anti mikroba.
2.3. Bahan Kering Daging
Bahan pakan mengandung zat nutrisi yng terdiri dari air,bahan kering, bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Bahan kering merupakan total zat-zat pakan selain air dalam suatu bahan pakan, kebutuhan bahan kering dapat dipenuhi dari hijauan dan konsentrat (Afandhie, 2000).
Bahan kering ialah suatu bahan pakan yang dipanaskan didalam oven dengan temperatur 1050C dengan pemanasan yang terus menerus sampai berat bahan pakan tersebut konstan. Kualitas dan kuantitas bahan kering tersebut harus diketahui untuk meningkatkan kecernaan bahan pakan tersebut. Kecernaan bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah kandungan zat makanan yang diserap tubuh yang dilakukan melalui analisis dari jumlah bahan kering, baik dalam ransum maupun feses (Pujianingsih, 2005).
Menurut Hartadi dkk. (2000) Bahan kering terdiri dari bahan organik yaitu mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah cukup untuk pembentukan tulang dan berfungsi sebagai bagian dari enzim dan hormon. Berdasarkan hal tersebut bahan mengetauhi kandungan bahan kering dalam suatu pakan sangat diperlukan guna mengetahui zat-zat yang terkandung dalam suatu bahan pakan.
Menurut Faharuddin (2014), bahan pakan mengandung zat nutrisi yang terdiri dari air, bahan kering, bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak dan
9 vitamin. Bahan kering terdiri dari bahan organik yaitu mineral yang dibutuhkan dalam jumlah cukup untuk pembentukan tulang dan berfungsi sebagai bagian dari enzin dan hormon.
Menurut Prawirokusumo (2008), bahan kering dibedakan menjadi dua yaitu bahan kering udara (Air dry matter) dan bahan kering ( Dry matter). Bahan bahan kering udara adalah bahan pakan yang dikeringkan, sehingga kandungan airnya tinggal 10 sampai 15 persen dengan tujuan agar bahan tersebut apabila disimpan tidak mengalami kerusakan. Sedangkan bahan kering adalah pakan yang semua kandungan airnya diuapkan dalam oven sehingga kadar air bahan pakan menguap.
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 1050C sampai dengan 1100C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100 persen dengan konsentrasi kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukuranya tetap (Anggorodi, 2005).
Anggorodi (2004) menjelaskan faktor yang berpengaruh terhadap bahan kering yaitu daya cerna diantaranya bentuk fisik pakan, komposisi ransum dan pengaruh terhadap perbandingan nutrient lainnya.
2.4. Lemak kasar Daging
Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid)
10 dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa (Sudarmadji dkk, 2010).
Lemak merupakan komponen daging yang bervariasi sehingga kualitas daging banyak ditentukan oleh kadar lemaknya (Winarso, 2003). Lemak juga berfungsi sebagai cadangan energi, dimana kelebihan makanan dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak yang bisa dimanfaatkan sebagai cadangan energi jika diperlukan (Nastiti, 2012).
Lemak merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicerikan oleh sifat kelarutannya.Terutama lipid tidak bisa larut dalam air, tetapi larut dalam larutan non polar seperti eter. Lemak/minyak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam.Minyakmerupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Dalam berbagai makanan, komponen lemak memegang peranan penting yang menentukan karakteristik fisik keseluruhan, seperti aroma, tekstur, rasa dan penampilan (Hart, 2003).
Lemak yang terdapat dalam makanan akan diurai menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Lemak tidak larut dalam air, berarti lemak juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan berkaitan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolpid) dengan protein ini disebut lipoprotein. Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya,
11 lipoprotein dibedakan menjadi kilomikron, very low density lipoprotein (HDL), low densitylipoprotein (LDL), dan hight density lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan 15 cara yang sedikit berbeda. Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara yaitu melalui jalur eksogen dan jalur endogen (Adam, 2009).
2.5. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Diduga pemberian temu putih ke dalam pakan berpengaruh terhadap kandungan bahan kering pada daging ayam kampung super.
2. Diduga pemberian temu putih ke dalam pakan berpengaruh terhadap kandungan lemak kasar pada daging ayam kampung super.