• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. internasional, Moskow pada awal keruntuhan Uni Soviet mengalami kesulitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. internasional, Moskow pada awal keruntuhan Uni Soviet mengalami kesulitan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rusia merupakan sebuah negara adidaya yang cukup memainkan peran besar dalam percaturan politik internasional. Meski pada pergantian abad ke-21 Rusia hampir ditiadakan dari kekuatan global, namun satu setengah dekade kemudian Rusia kembali muncul sebagai salah satu pemain geopolitik dan militer terbesar yang paling aktif.1 Sebelum bangkit dalam posisi penting di internasional, Moskow pada awal keruntuhan Uni Soviet mengalami kesulitan internal maupun ektsternal. Pemerintah dituntut untuk menentukan dasar dari arah kebijakan luar negerinya. Di awal pembangunan, Rusia mengarahkan kebijakan luar negeri maupun reformasi ekonominya lebih ke Barat.2

Pada 1993 ketika partai nasionalis radikal yang dipimpin Vladimir Zhirinovsky mendapatkan kemenangan kemudian menetapkan identitas Rusia yang harus dipisahkan dari Barat. Tahun 1996 Rusia mulai mengarahkan kebijakan luar negerinya ke arah timur setelah berada dibawah kepemimpinan Yevgeny Primakov. Kemudian Rusia sejak dipimpin oleh Vladimir Putin pada 2000 memiliki kebijakan luar negeri mengarah kepada dua hal, yakni

1 Dmitry Trenin, 2019, 20 Years of Vladimir Putin: How Russian Foreign Policy has Changed,

The Moscow Times, diakses: https://www.themoscowtimes.com/2019/08/27/20-years-of-vladimir-putin-how-russian-foreign-policy-has-changed-a67043, (7/01/2021, 00:03 WIB).

2 Le Tian, 2018, Analysis: What Interests SCO Serves for Russia?, China Global Television

Network (CGTN), diakses:

https://news.cgtn.com/news/3d3d514e3159544f77457a6333566d54/share_p.html, (20/07/2021, 21:49 WIB).

(2)

2

melestarikan persatuan Rusia dan memulihkan statusnya sebagai kekuatan global.3

Putin dalam mempercepat porosnya ke Timur kemudian membuat Rusia lebih banyak terlibat dalam penciptaan ruang ekonomi bersama, baik bilateral maupun multilateral. Rusia resmi merubah haluan dari Eropa Raya ke Eurasia Raya serta mengambil poros ke Timur bersama China dan India. Kebijakan Rusia tersebut terlihat dari keterlibatannya pada hubungan bilateral dan format multilateral khususnya sebagai bagian dari SCO (Shanghai Cooperation

Organization), BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) dan RIC

(Russia, India, China).4 Dari kerjasama yang terjalin tersebut SCO menjadi platform Rusia dalam penekanan pengaruhnya ke Eurasia dan pendekatannya ke Asia.

Shanghai Cooperation Organization (SCO) merupakan organisasi yang

didirikan sebagai hasil perundingan antara Rusia, China, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan yang pada awalnya bernama Shanghai

Five. Perundingan tersebut membahas mengenai demarkasi perbatasan di Asia

Tengah setelah pecahnya Uni Soviet pada tahun 1991.5 Selain pembahasan permasalahan perbatasan fokus lain SCO kemudian meluas pada pentingnya menjaga keamanan regional dan stabilitas negara dalam memerangi three evil

3 Ibid.

4 Dmitry Trenin, 2019, Loc.Cit. 5

Ekaterina Koldunova dan Nivedita Das Kundu, Desember 2014, Russia’s Role in the SCO and Central Asia: Challenges and Opportunities, Valdai Discussion Club Grantees Report: Moscow, diakses:

http://valdaiclub.com/publications/reports/russia_s_role_in_the_sco_and_central_asia_challenges_ and_opportunities/, (18/02/2020, 01:09 WIB), hal. 12.

(3)

3

yakni terorisme, ekstrimisme dan separatisme serta memberikan dorongan pembangunan sosial ekonomi, budaya dan kerjasama.6

Kawasan Asia Tengah merupakan kawasan yang terdiri dari lima negara sebagai hasil pecahnya Uni Soviet. Negara-negara tersebut yakni Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan dan Turkmenistan. SCO yang memiliki empat anggota dari negara Asia Tengah selain Turkmenistan yang merupakan kendaraan Rusia untuk mengamankan kepentingannya di Asia Tengah. Kawasan tersebut memiliki potensi produk geografi, sejarah, ekonomi dan budaya yang erat dengan Rusia. Hal tersebut merupakan alasan kuat Rusia dalam memberikan pengawasan di area tersebut.7

Sejak resmi melembagakan diri pada tahun 2001 SCO tidak tertarik untuk menambah jumlah keanggotaannya. Namun SCO secara resmi menambahkan India sebagai anggota pada 9 Juni 2017.8 Keputusan bergabungnya India kedalam SCO menjadi sebuah langkah yang mengejutkan banyak pihak. Hal tersebut dikarenakan perkembangan dari SCO tidak cukup banyak mendapat perhatian dunia. Disisi lain keanggotaan SCO terdiri dari negara-negara yang memiliki sedikit pengaruh dari Barat dan Amerika Serikat.9 Ini akan sangat meningkatkan prestise SCO dan menjadikan keputusan penerimaan India dinilai oleh banyak pengamat sebagai perubahan arah geostrategis bersejarah

6 Global Times, 2010, SCO Exercises Show Resolve to Fight Three Evil Forces: Official, diakses:

https://www.globaltimes.cn/content/572150.shtml, (16/6/2021, 23:36 WIB).

7 Eugne B. Rumer, 2006, China, Russia and the Balance of Power in Central Asia, Institute for

National Strategic Studies National Defense University, diakses: http://www.ndu.edu/inss, (22/07/2021, 08:25 WIB).

8

Rick Rowden, „The Rise and Rise of The Shanghai Cooperation Organization’, Global Political Economi Breef, Vol. 11, 2018, diakses: http://speri.dept.shef.ac.uk/wp-

content/uploads/2018/04/SPERI-GPE-Brief-No.-11-The-rise-and-rise-of-the-Shanghai-Cooperation-Organisation.pdf, (06/08/2019, 06.05 WIB).

9

(4)

4

yang membuat SCO sebagai organisasi yang cukup penting di panggung internasional.

Proses keanggotaan India di SCO tidak lepas dari kontribusi Rusia. Rusia sebagai salah satu pembuat keputusan kunci begitu gencar menginginkan India masuk kedalam SCO. Pada 2017, India dan Pakistan secara resmi menjadi anggota tetap SCO dan menghapuskan perjanjian 2008 yang berisi mengenai penghentian pertimbangan penambahan anggota baru.10 Sejak 2008, Rusia mulai lebih memperhatikan isu ekspansi keanggotaan, khususnya menargetkan India sebagai anggota sehingga pada KTT SCO di Dushanbe pada tahun 2008 dan memprakarsai pembentukan kelompok ahli khusus, yang kemudian menyusun dokumen penerimaan ekspansi SCO.11

Pada 2006 India kemudian tertarik untuk menjadi anggota SCO dan Rusia secara resmi mendukung niat India tersebut. Meski Rusia secara terbuka mendukung keanggotaan India, hal tersebut tidak dengan kekuatan dominan lainnya didalam SCO yakni China. China enggan menyetujui proposal yang diberikan Rusia. China memang memiliki permasalahan sengketa perbatasan yang belum terselesesaikan dengan India sejak adanya perang 1962 di Tibet yang menjadi perbatasan dari kedua negara. Terlebih lagi dengan adanya dukungan China ke Pakistan yang juga merupakan negara dengan masalah

10 Yuan Jiang, 23 Februari 2020, Russian Strategy in Central Asia inviting India to Balance China,

The Diplomat, diakes: https://thediplomat.com/2020/01/russias-strategy-in-central-asia-inviting-india-to-balance-china/, (18/02/2020, 11:39 WIB).

11Alexander Lukin, 22 Juni 2011, “Should the Shanghai Cooperation Organization Be Enlarged?

Russia and Stability in Central Asia.” Russia in Global Affairs, diakses: https://eng.globalaffairs.ru/articles/should-the-shanghai-cooperation-organization-be-enlarged/, (21/07/2021, 12:00 WIB).

(5)

5

demarkasi perbatasan dengan India.12 Permasalahan tersebut dikhawatirkan akan menganggu stabilitas organisasi yang masih dalam tahap perkembangan. SCO harus terlebih dahulu memperkuat komposisinya saat ini, mengatur mekanismenya dan mendapatkan pengalaman.

Meski demikian Rusia tetap memberikan dukungan kuatnya terhadap pencalonan India, yang dinyatakan dalam “Deklarasi Bersama Rusia-India” tentang Deepening the Strategic Partnership, yang ditandatangani oleh para pemimpin kedua negara saat kunjungan resmi Perdana Menteri India Manmohan Singh ke Rusia pada Desember 2009.13 Selanjutnya Dewan Kepala Negara (CHS) SCO pada pertemuan Juni 2010 di Tashkent menyetujui Peraturan tentang Penerimaan Anggota Baru ke SCO dan India resmi melamar keangotaannya di tahun tersebut. China kemudian memberikan restunya meski dengan syarat Pakistan sebagai sekutunya juga harus di undang ke SCO.14

Dukungan yang terus menerus diberikan Rusia terhadap India dilakukan karena adanya hubungan istimewa antara keduanya yang sudah terjalin lama sejak 1995-an. Kedua negara tersebut melakukan pertukaran kunjungan yang cukup intensif. Moskow tidak meninggalkan India meski 1962 terjadi pertikaian perbatasan antara India dan China dengan Uni Soviet

12 Salvatore Babones, 2017, Why is Democratic India Joining Rusia and China’s Anti-Western

Club, The SCO ? , Forbes, diakses :

https://www.forbes.com/sites/salvatorebabones/2017/11/29/why-is-democratic-india-joining-russia-and-chinas-anti-western-club-the-sco/, (21/07/2021, 12:10 WIB).

13 Ministry of External Affairs Government of India, 2009, Joint Declaration between the Republic

of India and the Russian Federation on Deepening the Strategic Partnership to Meet Global Challenges, diakses: https://mea.gov.in/bilateral-documents.htm?dtl/5046/Joint+Declaration+between+the+Republic+of+India+and+the+Russian+ Federation+on+Deepening+the+Strategic+Partnership+to+meet+Global+Challenges, (21/07/2021, 12:07 WIB).

14

(6)

6

bersikap netral. India juga menjadi negara yang mengimpor 60% persenjataan dari Rusia.15 Hubungan kerjasama yang erat menjadi pertimbangan untuk memiliki aliansi yang berhubungan cukup dekat dalam sebuah organisasi internasional. Keuntungan pada kerjasama dan perjanjian akan lebih mudah diperoleh melalui SCO.

India sendiri merupakan salah satu negara pengamat SCO dengan ekonomi, politik dan perubahan infrastruktur yang bergerak maju. Selain itu India memiliki energi nuklir yang terus dikembangkan serta memiliki permasalahan keamanan terkait keamanan dari three evil yang selama ini menjadi fokus permasalahan yang ingin diselesaikan SCO. Hal ini dijadikan Rusia sebagai alasan bahwa India dinilai dapat membantu mewujudkan isi dari SCO charter.

Shanghai Cooperation Organization’s charter yang berisi bahwa SCO dibuat

untuk meningkatkan rasa saling percaya, meningkatkan kerjasama di berbagai bidang baik dibidang keamanan, perdamaian, stabilitas regional dan meningkatkan kekuatan baru dibidang ekonomi, politik, serta saling menghormati kedaulatan anggota tanpa mencampuri urusan kedaulatan negera lain.16 Permasalahan keamanan yang dihadapi SCO memiliki persamaan dengan India yakni adanya ancaman terorisme dan sengketa perbatasan. Kedua isu tersebut dapat mengganggu keamanan regional masing-masing negara.

15 Priya Esselborn, 2012, Rusia Ingin Pertahankan Hubungan Dengan India, DW, diakses:

http://www.dw.com/id/rusia-ingin-pertahankan-hubungan-dengan-india/a-16472122, 11/11/2018, 23:52 WIB).

16Erma Yunita Mustafa, 2017, Kepentingan Turki Untuk Bergabung dengan Shanghai

Cooperation Organisation (SCO), e-Jurnal Ilmu Hubungan Internasional: 803-816, vol.5, No. 03, diakses: http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id, (11/11/2018, 23:53 WIB).

(7)

7

India telah lama berperang melawan persoalan tersebut, sehingga tujuan dari negara-negara yang sama akan menguatkan visi dan misi SCO.

Motivasi India untuk bergabung kedalam SCO karena kepentingan stabilitas keamanannya tidak serta-merta dipandang hanya alasan itu saja. Terdapat spekulasi yang melihat bahwa bergabungnya India sebagai upaya Rusia mencapai kepentingan ekonominya dengan tetap berfokus pada kepentingan keamanan serta adanya kebutuhan untuk mengimbangi pengaruh China yang cukup besar di Asia Tengah. Kebijakan luar negeri Rusia untuk tetap memakmurkan pengaruhnya di Eurasia sangat terlihat dari adanya kerjasama Collective Security Treaty Organization (CSTO), Eurasian

Economic Union (EAEU) dan Shanghai Cooperation Organization (SCO).

Sedangkan China saat ini tengah membangun proyek ambisiusnya yakni Belt

Road Initiative (BRI) yang digadang-gadang menjadi mega proyek

konektivitas yang akan menjangkau Asia sampai ke Eropa.

Hal tersebut yang kemudian dinilai sebagai upaya Rusia untuk terus mendorong perluasan keanggotaan SCO dengan India. Melihat kebijakan Rusia untuk mendukung India ke SCO, kemudian menarik perhatian penulis untuk meneliti lebih dalam mengenai dijadikannya India sebagai anggota SCO dengan mengambil judul penelitian “Analisa Kebijakan Rusia dalam

Memperluas Jaringan Kerjasama Shanghai Cooperation Organization (SCO) dengan India”.

(8)

8

1.2 Rumusan Masalah

Melihat dari latarbelakang yang diajukan penulis, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mengenai, “Mengapa Rusia memperluas

jaringan kerjasama SCO dengan India?”

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong Rusia untuk memasukkan India sebagai anggota resmi pada kerjasama

Shanghai Cooperation Organization.

2. Untuk mengetahui alasan Rusia dengan memasukkan India sebagai anggota resmi pada kerjasama Shanghai Cooperation Organization.

3. Mengaplikasikan teori realisme neoklasik dalam menganalisis penelitian ini.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat yang ingin dicapai peneliti adalah:

1. Secara akademis peneliti ingin memberikan sumbangsih dalam memperkaya ilmu dibidang ilmu politik khususnya kajian seputar Politik Luar Negeri dan Hubungan Internasional.

2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini menggambarkan prespektif Rusia sebagai sebuah aktor negara dalam ruang lingkup politik

(9)

9

internasional. Sehingga dapat diketahui kepentingan apa saja yang membuat Rusia memperluas kerangka kerja sama SCO dengan India. Hal tersebut memperlihatkan suatu fenomena dimana satu negara harus berinteraksi dengan negara lain dan menimbulkan apa yang kita kenal sebagai Hubungan Internasional.

1.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu atau Literature Review adalah aspek yang penting dalam melakukan penelitian, penelitian terdahulu juga merupakan acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dari penelitian yang sebelumnya sudah ada.

Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan penulis sebagai referensi dalam penelitian ini antara lain: “Kepentingan Turki untuk Bergabung

dengan Shanghai Cooperation Organisation (SCO)” oleh Erma Yunita

Mustafa.17 Penelitian ini menggunakan konsep keamanan regional dan kepentingan nasional. Erma menjelaskan bahwa kepentingan nasional Turki untuk bergabung kedalam SCO terkait dengan kepentingan keamanan. Turki ingin bekerjasama penuh dalam penanganan masalah perdagangan narkoba dan terorisme mengingat Turki sebagai jalur penghubung yang sangat penting dalam lintas kejahatan narkoba dan terorisme. Selain itu kepentingan ekonomi

17

(10)

10

juga menjadi alasan Turki. Melalui SCO Turki dapat meningkatkan GDP negara dengan peningkatan distribusi barang ke kawasan Asia Tengah.

Dalam penelitian ini, keanggotaan Turki sebagai mitra dialog SCO tidak memberikan ruang yang cukup besar dalam keikutsertaaan Turki merumuskan kebijakan SCO terkait masalaah narkoba, terorisme dan ekonomi. Apabila Turki dapat benar-benar bergabung maka Turki dapat mempromosikan kepentingan-kepentinganya dalam peroses pengambilan keputusan di level Kepala Dewan Negara dan Kepala Dewan Pemerintah. Turki berharap dapat mejadi anggota Energy Club di SCO untuk memenuhi kebutuhan energi Turki.

Penelitian berikutnya oleh Leonard F. Hutabarat dengan judul “Eurasianisme dan Kebijakan Luar Negeri Rusia”.18

Penelitian ini membahas mengenai kebijakan luar negeri Rusia dalam mewujudkan terciptanya Eurasian Integration Project. Dalam Integrasi Eurasian Economic

Union dominasi Rusia begitu besar yang didapatkan dari warisan sejarah,

budaya dan kepentingan geopolitik sehingga Rusia disebut “natural center”. Untuk mewujudkan integrasi ekonomi negara-negara Eurasian Economic

Union dan kepentingan Rusia, harus dilakukan reformasi struktural dan

institusional. Rusia perlu lebih atraktif pada percepatan pembangunan, kerjasama internasional, kesejahteraan sosial, migrasi perluasan Eurasian

Economic Union serta memperbesar kerjasama multilateral dengan bermitra

pada entitas regional dikawasan seperti ASEAN. Aliansi Barat juga mendorong Rusia beralih ke China, Jepang atau Asia Timur.

18 Leonard F. Hutabarat, 2017, Eurasianisme dan Kebijakan Luar Negeri Rusia, Kementrian Luar

Negeri Republik Indonesia, diakses: https://media.neliti.com/media/publications/98429-ID-eurasianisme-dan-kebijakan-luar-negeri-r.pdf , (11/11/2018, 18:00 WIB).

(11)

11

Selanjutnya Jurnal Trisiska Apriani Siburian berjudul “Kepentingan Rusia

dalam Kerjasama Antar Negara-Negara Laut Kaspia”.19 Konsep kepentingan

nasional menjadi landasan dari tulisan Trisiska dalam meneliti. Tulisan ini menjelaskan adanya kepentingan ekonomi, politik dan keamanan Rusia terkait Laut Kaspia yang berbatasan dengan 5 negara yakni Rusia, Iran, Azerbaijan, Turkmenistan dan Kazakhstan.

Laut Kaspia memiliki beberapa keunggulan yang membuat Rusia menargetkannya dalam salah satu kepentingan vital yang harus dicapai, yakni minyak dan gas yang melimpah, jalur transit dan perdagangan barang yang strategis dari Eropa-Asia. Untuk itu Rusia melakukan berbagai pelopor dibentuknya kerjasama Laut Kaspia (Caspian State Cooperation), mengadakan berbagai pertemuan dan perjanjian membahas pembagian Wilayah Laut Kaspia dengan damai, penempatan personil militer untuk menjaga ketertiban di sekitar Laut Kaspia. Upaya-upaya tersebut tentu saja merupakan langkah Rusia dalam memperbaiki dan memberikan pemasukan lebih dalam pembagian yang jelas dari Laut Kaspia untuk perekonomian Rusia dan menambah pengaruhnya pada ke-5 negara yang berbatasan dengan Laut Kaspia dan Wilayah Eurasia.

Literatur Selanjutnya dengan judul “Kepentingan China dalam

Pembentukan Shanghai Cooperation Organization” yang ditulis oleh Rolly

Jean Marten.20 Dari Tulisannya, diketahui bahwa ekonomi merupakan motivasi

19 Trisiska Apriani Siburian, 2016, Kepentingan Rusia Dalam Kerjasama Antar Negara-Negara

Laut Kaspia, Riau: Universitas Riau, JOM FISIP, Vol. 03, No. 02, diakses: https://media.neliti.com/media/publications/206349-kepentingan-rusia-dalam-kerjasama-antar.pdf, (11/11/2018, 18:10 WIB).

20 Rolly Jean Marten, 2015, Kepentingan China dalam Pembentukan Shanghai Coopration

(12)

12

terbesar China dalam merumuskan terbentuknya kerjasama Shanghai

Cooperation Organization. Pertumbuhan tingakat ekonomi China yang

berkembang pesat mengakibatkan kebutuhan cadangan energi yang juga begitu besar. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, China beralih dari negara pengekspor minyak dan gas menjadi negara pengimpor yang datang dari negara-negara anggota SCO.

Pendekataan diplomasi dilakukan China secara intensif terhadap negara-negara anggota SCO yang ketika dilihat dari geopolitik memiliki keunggulan alam yang luar biasa. Kandungan gas, minyak, tambang, uranium, perak dan emas menjadi fokus utama perhatian China dalam kerjasama ekonomi ini. Beberapa upaya yang telah dilakukan yakni 1) memberikan bantuan pinjaman dan pembangunan insfrastruktur 2) menjadi partner perdagangan kedua setelah Rusia 3) membuka kembali jalur sutra. Upaya tersebut bertujuan agar jalur penghubung komunikasi China-Eropa, menjadi jalur pemasok energi paling aman bagi China dan menjadi pasar strategis produk-produk China.

Penelitian selanjutnya berjudul Kepentingan Rusia Dibalik Dukungannya

Terhadap Program Nuklir Iran yang ditulis oleh Zuher Efendi Akbar.21 Kerangka dasar yang digunakan oleh Zuher dalam penelitiannya yaitu teori realisme dengan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Dari tulisan Zuher diketahui bahwa sebelumnya Iran dalam pengembangan proyek nuklirnya memiliki dukungan dari Jerman. Namun di tahun 1991 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=337033&val=6444&title=KEPENTINGAN% 20CHINA%20DALAM%20PEMBENTUKAN%20SHANGHAI%20COOPERATION%20ORGA NIZATION, (11/11/2018, 18:15 WIB).

21 Zuher Efendi Akbar, 2015, Kepentingan Rusia Dibalik Dukungannya Terhadap Program Nuklir

(13)

13

Jerman menghentikan dukungannya akibat adanya perang Iran-Iraq. Pembangunan nuklir Iran pun berhenti sampai 1992 ketika Rusia bersedia membantu Iran menyelesaikan pembangunan dua pembangkit nuklir di Busher Iran. Di tahun 1995 Rusia menyumbang 800 milyar dollar. Namun pengembangan nuklir Iran mendapat banyak tekanan dari Amerika Serikat maupun luar negeri karena dianggap berpotensi menjadi senjata. Namun hal itu tidak melemahkan dukungan Rusia. Hal tersebut karena Rusia memiliki kepentingan ekonomi, politik maupun keamanan terhadap Iran.

Selanjutnya penulis melihat hasil tulisan dari Risa Aprilia Agnesalamah dengan judul Kepentingan Nasional India dalam Shanghai Cooperation

Organization (SCO).22 Tulisan Risa menggunakan pendekatan kepentingan nasional, kebijakan luar negeri, organisasi internasional, regionalisme dengan metode penelitian kualitatif.

Penelitian Risa menemukan bahwa status India sebagai negara observer di SCO membatasi perannya untuk telibat lebih aktif dan memiliki peluang kerjasama yang lebih besar. Untuk itu India begitu menginginkan aksesi keanggotaan penuh. Faktor utama yang mempengaruhi keterlibatan India yakni kepentingan ekonomi, meningkatkan kekuatan melawan terorisme dan pemenuhan energi India melalui Energy Club Shanghai Cooperation Organization. Lembaga-lembaga dalam SCO seperti Dewan Bisnis SCO, Struktur Anti-Teroris Regional (RATS) dan Klub Energi akan sangat membantu India dalam mencapai

22 Risa Aprilia Agnesalamah, 2017, Kepentingan Nasional India Dalam Shanghai Cooperation

Organization (SCO), Global Political Studies Jurnal, Vol. 1 No.2, diakses: https://www.researchgate.net/publication/337392563_KEPENTINGAN_NASIONAL_INDIA_DA LAM_SHANGHAI_COOPERATION_ORGANIZATION_SCO, ((11/11/2018, 18:15 WIB).

(14)

14

kepentingannya. Meski demikian terdapat kendala yang dihadapi India. Seperti dominasi kuat Rusia dan China yang akan menjadikannya hanya sebatas aktor sekunder. Selain itu Belt Road Initiative China belum mendukung inisiatif Koridor Ekonomi China-Pakistan.

Literatur terakhir yang ditulis oleh Radityo Dharmaputra dengan judul “,

Diskurs Indentitas dalam Politik Luar Negeri: Presepsi Rusia dan Cina

terhadap Perkembangan Kerjasama Shanghai Cooperation Organization”.23

Radityo dalam penelitiannya menggunakan konsep identitas dan kultur masyarakat di kedua negara yakni China dan Rusia.

Kemudian diketahui bahwa pemikiran identitas Rusia dan China dikategorikan sebagai Pragmatic Nationalist dengan perbedaan presepsi. Rusia memiliki presepsi budaya Rusia bukan budaya Barat dan Timur sehingga Rusia hanya menjadi jembatan budaya dan menjadikan SCO sebagai wadah meraih kepentingan utamanya yakni blok militer. China berasumsi bahwa sejarah dipermalukannya China oleh Barat tidak boleh terulang, untuk itu China menggunakan SCO sebagai alat memperkuat Ekonominya. Kemudian terdapat nilai kultural masyarakat Rusia akan ketakutan invansi China juga yang pada akhirnya mempengaruhi kebijakan diambil Rusia, dan meskipun terdapat nilai konfusian dalam masyarakat China, namun nilai tersebut juga diterapkan pada politik otoritarian dengan mengedepankan citra negara yang bersahabat dan berfokus pada kerjasama ekonomi.

23 Radityo Dharmaputra, Diskurs Indentitas dalam Politik Luar Negeri Presepsi Rusia dan China

terhadap Pengembangan Kerjasama Shanghai Cooperation Organization, Surabaya: Universitas Airlangga, diakses: http://journal.unair.ac.id, (11/11/2018, 23:57 WIB).

(15)

15

Tabel 1.4

Posisi Penelitian

NO Judul dan Nama Penelitian

Jenis Penelitian dan

Pendekatan Hasil Penelitian 1 Kepentingan Turki Untuk Bergabung dengan Shanghai Cooperation Organization (SCO) Oleh: Erma Yunita Mustafa Pendekatan - Keamanan Regional - Kepentingan Nasional - Kepentingan Keamanan Turki menjadi jalur utama distribusi kejahatan narkoba dan terorisme. Kedua hal tersebut menjadi agenda penting dalam SCO - Kepentingan Ekonomi, melalui SCO Turki akan

lebih mudah

mendistribusikan barang ke wilayah Asia Tengah dan meningkatkan GDP negara 2 Eurasianisme dan Kebijakan Luar Negeri Rusia Oleh: Leonard F. Hutabarat Deskriptif eksplanatif Pendekatan: - Eurasianism Upaya mewujudkan

integrasi Eurasia yang terintegrasi secara ekonomi dan politik, maka kemungkinan kebijakan yang diambil Rusia:

- Percepatan

pembangunan kawasan timur Rusia

- Membangun hubungan ekonomi stabil dengan wilayah sekitar Rusia termasuk Jepang dan China

- Mempertahankan dan memperluas komunikasi terhadap pusat kekuatan yang ada seperti

European Union 3 Kepentingan Rusia dalam Kerjasama Antar Negara-Negara Laut Kaspia Oleh: Trisiska Pendekatan: -Kepentingan Nasional

Rusia dalam meraih kepentingannya atas sumber daya alam Laut Kaspia yang melimpah:

- Pelopor dibentuknya kerjasama Laut Kaspia

(16)

16

Apriani Siburian Cooperation )

- Mengadakan berbagai pertemuan dan perjanjian membahas pembagian Wilayah Laut Kaspia dengan damai

- Penempatan personil militer untuk menjaga ketertiban di sekitar Laut Kaspia 4 Kepentingan China dalam Pembentukan Shanghai Cooperation Organization

Oleh: Rolly Jean Marten

Pendekatan: - Geopolitik - Geostrategis

Beberapa upaya yang telah dilakukan yakni China melihat peluang keuntungan ekonomi di SCO: 1) Memberikan bantuan pinjaman dan pembangunan insfrastruktur. 2) Menjadi partner perdagangan kedua setelah Rusia. 3) Membuka kembali jalur sutra dan menjadi pasar strategis produk-produk China 5 Kepentingan Rusia Dibalik Dukungannya terhadap Program Nuklir Iran Oleh: Zuher Efendi Akbar Pendekatan: - Realisme (Offensive Realism)

Dukungan Rusia terhadap pengembangan nuklir Iran didasari atas kepentingan ekonomi, politik dan keamanan.

1. Ekonomi: Iran merupakan pangsa terbesar Rusia dalam perdagangan senjata. Iran juga berpotensi menjadi pangsa pasar minyak di Timur Tengah 2. Politik: Iran menjadi

negara nuklir sekutu Rusia di Timur Tengah

3. Kemanan:

Kerjasama militer Iran – Rusia yang berbasis di Rusia dibawah komando CSTO

(17)

17 Nasional India dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO)

Oleh: Risa Aprilia Agnesalamah - Kepentingan Nasional - Kebijakan Luar Negeri - Organisasi Internasional - Regionalisme

yang ingin dicapai melalui SCO adalah: 1. Meningkatkan peluang kerjasama di kawasan Eurasia. 2. Meningkatkan kekuatan untuk melawan terorisme dan radikalisme. 3. Pemenuhan energi

India melalui Energy

Club Shanghai Cooperation Organization 7 Diskurs Indentitas dalam Politik Luar Negeri: Presepsi Rusia dan Cina terhadap Perkembangan Kerjasama Shanghai Cooperation Organization Oleh: Radityo Dharmaputra Pendekatan: - Kebijakan Luar Negeri

-Identitas dan Kultur Masyarakat

- Nilai masyarakat Rusia yang menganggap China dapat mengintervensi Rusia menyebabkan kecurigaan Rusia terhadap China. - Dengan identitas Pragmatis fundamentalis Rusia beranggapan China hanya sebagai jembatan antara Barat dan Timur. Sehingga kebijakan Vladimir Putin terhadap SCO lebih mengarah pada anti-non barat dan mengedepankan blok militer.

- Disisi lain nilai konfusian masyarakat China yang dipakai oleh pemerintahan otoriter membuat kebijakan China lebih mengedepankan citra negara yang bersahabat.

- Dengan identitas Pragmatis fundamentalis China, kebijakan Ekonomi yang kuat tidak akan

membuat China

dipermalukan lagi oleh Barat.

(18)

18

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Teori Realisme Neoklasik

Teori realisme neoklasik atau “postclassical realism” menjadi salah satu varian dari teori realisme. Liu Feng dan Zhang Ruizhang dalam tulisannya mengenai “Tipologi Realisme” mengklasifikasikan realisme neoklasik sebagai cabang teori realisme dengan unit analisa state-sentris dengan fenomena yang ingin dijelaskan ialah kebijakan luar negeri suatu negara.24 Apabila realisme membicarakan konsep klasik tentang esensialis “sifat manusia” dan “realisme struktural‟‟ sebagai teori politik internasional yang berfokus pada struktur internasional sebagai satu-satunya variabel independen,25 maka realisme neoklasik merangkum bahwa kebijakan luar negeri adalah hasil dari struktur internasional, faktor-faktor domestik, dan interaksi kompleks diantara keduanya.26 Teori realisme neoklasik kemudian melihat bahwa produk kebijakan luar negeri dimediasi oleh faktor-faktor domestik yang dipengaruhi oleh tekanan struktur internasional.

Gideon Rose yang menciptakan penyebutan “Neoclassical Realism” dalam artikel jurnalnya yang berjudul “Neoclassical Realism and Theories of

Foreign Policy”, mengungkakan bahwa perspektif realisme neoklasik dalam

kebijakan luar negeri menggabungkan komponen domestik dan level individu dengan faktor sistem dalam menganalisis politik luar negeri. Ia mendukung

24 Liu Feng & Zhang Ruizhang, 2006, The Typologies of Realism, Chinese Journal of International

Politics, Vol. 1, hal. 133.

25 Liu Feng & Zhang Ruizhang, “Tipologi Realisme‟, dalam Asrudin & M.J. Suryana, Refleksi

Teori Hubungan Internasional dari Tradisional ke Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal. 29

26

(19)

19

pernyataan bahwa ruang lingkup dan ambisi dari kebijakan luar negeri suatu negara digerakkan oleh tujuan rasional.27 Dalam hal ini kebijakan luar negeri suatu negara dilakukan dengan cara yang rasional dengan menentukan tempat, waktu, biaya dan resiko, lawan ataupun tempat yang lebih rendah dari negara tersebut dan adanya kekuatan negara yang meningkat.

Fareed Zakaria sebagai salah satu ilmuan yang menulis mengenai teori

state-centered realism yang temasuk dalam realisme neoklasik mengungkapkan,“a good account of nation’s foreign policy should include

systemic, domestic, and other influences, specifying what aspect of a policy can be explained by what factors.”28

Kekuatan nasional dan posisi negara dalam struktur internasional adalah faktor yang menentukan dalam pilihan kebijakan luar negeri negara, namun peran variabel dalam negeri tidak bisa dilepaskan. Kekuatan negara menjadi variabel vital dimana kekuasaan negara adalah bagian dari kekuasaan nasional yang diambil dari pemerintah untuk tujuan-tujuannya dan mencerminkan kemudahan para pembuat keputusan mencapai tujuannya. Untuk itu realisme neoklasik ini disebut realisme yang berpusat pada negara dengan logika kapabilitas membentuk niat dengan mengakui struktur negara membatasi kekuatan nasional. Dengan kata lain bahwa realis neoklasik dapat menjelaskan kemungkinan dari respon militer, ekonomi ataupun diplomatik dari suatu

27 G. Rose, 1998, “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy‟, Cambridge University

Press: World Politics 146-147, vol. 51, no. 1, diakses: http://www.jstor.org/stable/25054068, (11/11/2018, 08:20 WIB).

28 Fareed Zakaria, 1998, From Wealth to Power: The Unusual Origins of America World Role,

dalam Umran Ucbas, Neoclassical Realism Analysing Management: The Cace of Turkish Foreign Policy Crises, hal. 2.

(20)

20

negara tertentu terhadap sistem, tetapi tidak mampu menjelaskan konsekuensi sistemik dari adanya respon-respon tersebut.29

Zakaria kemudian menyimpulkan bahwa pembentukan kebijakan luar negeri memang dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni struktur internasional dan distribusi kekuatan. Kemudian, faktor internal berupa struktur domestik sebuah negara yang dapat menentukan tingkah laku negara, juga tidak kalah penting.30 Atas dasar ini, realisme neoklasik mencoba untuk memecahkan masalah dalam penelitian hubungan internasional dengan membangun jembatan antara sistem internasional dan kebijakan luar negeri dengan adanya pengaruh ke faktor domestik.

Premis dasar dari realisme neoklasik diungkapkan Gideon Rose;

“Neoclassical Realism argues that the scope and ambition of country’s relative material power. Yet it contends that the impact of power capabilities on forein policy is indirect and complex, because systemic pressure must be translated through intervening unit level variables such as decision makers’s perceptions and state structure.”31

Dari pernyataan Gideon Rose tersebut kemudian dapat dilihat bahwa pendekatan dengan realisme neoklasik terdiri dari tiga tahapan dalam menganalisis: the independent variable ( kekuatan relativ negara dalam sistem

29 Fareed Zakaria, 1998, From Wealth to Power: The Unusual Origins of America World Role,

Princeton University Press.

30 F. Zakaria, “Realism and domestic Politics: A Review Essay‟, International Security, no. 17,

1992, hal. 177-198.

31 G. Rose, 1998, “Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy‟, Cambridge University

Press: World Politics 146-147, vol. 51, no. 1, dalam Mohamad Rosyidin, 2010, „Integrasi Struktur dan Unit: Teori Politik Luar Negeri dalam Perspektif Realisme Neoklasik’, Global, Vol.10, No.2, pp. 150-163, hal. 155.

(21)

21

internasional), the intervening variable (level domestik “transmission belt”, melalui tekanan sistem mana yang mempengaruhi) dan the dependent variable dari hasil kebijakan luar negeri.32

Teori kebijakan luar negeri ini mengulas mengenai pengambilan kebijakan luar negeri suatu negara yang didorong oleh posisinya dalam struktur internasional dan juga kekuatan relatif yang dimiliki. Adanya pengaruh dari sistem internasional atau independent variable kepada perilaku negara menjadi pertanyaan pertama dalam menganalisa politik luar negeri.33 Selanjutnya dalam menciptakan sebuah kerangka kebijakan luar negeri, tekanan sistemis harus dipandang melalui adanya intervensi pada tingkat unit atau negara. Sehingga variabel domestik yang merupakan intervening variable menjadi bagian yang tidak boleh terlupakan dari mata rantai perspektif ini.

Secara sederhana hubungan antara faktor eksternal, faktor internal kebijakan luar negeri dapat dapat digambarkan sebagai berikut:

Variable-veriabel yang menjadi kategori dari Independent variable yakni sebagai berikut: karekteristik dasar dari internasional sistem (sistem unipolar, bipolar, atau multipolar selama masa perubahan, kebijakan Ekonomi China, Embargo Ekonomi), struktur regional, isu dalam agenda internasional,

32 Ibid. 33

G. Rose, 1998, Op.Cit., hal. 164.

Independent Variable Intervening Variable Output

Politik Luar Negeri Struktur Internasional Politik Domestik

(22)

22

aktor utama (negara, organisasi internasional dan regional, organisasi non-pemerintah) dalam sistem politik internasional.34

Selain independent variable realisme neoklasik dalam menjelaskan kebijakan luar negeri suatu negara memberikan tempat yang istimewa pada

intervening variable yakni domestik dan faktor individu dalam analisisnya.

Faktor domestik inilah yang kemudian mengubah pandangan negara dalam memandang lingkungan eksternalnya serta menjelaskan dan memprediksi tindakan politik luar negeri dari negara tersebut. Setiap kebijakan luar negeri memiliki intervening variable yang berbeda-beda. Beberapa variabel sebagai berikut: pemimpin negara dan presepsinya akan sistem internasional, struktur domestik, prespektif ideologi, keuangan, kapasitas politik dan militer, struktur dan ciri sosial, identitas budaya dan dasar ideologi, jenis pemerintahan, struktur administratif dan hukum.35 Realisme neoklasik menjadikan tekanan sistem dan variabel intervening seperti struktur domestik dan pemimpin politik adalah faktor penentu dari kebijakan luar negeri dan akan sangat membantu dalam melihat kebijakan luar negeri yang diambil negara di arena internasional.

Pimpinan politik dan faktor domestik sebagai analisis level mikro pada realisme neoklasik sangat membantu dalam menangani krisis negara. Penelitian ini akan menganalisis kepentingan Rusia dalam memasukkan India ke dalam organisasi SCO dengan memasukkan unsur domestik dan faktor sistem selama kebijakan tersebut dibuat.

34 Fareed Zakaria, 1998, Op. Cit., hal.6 35

(23)

23

Dalam penelitian ini penulis memilih teori realisme neoklasik karena melihat adanya faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pengambilan kebijakan Rusia memasukkan India kedalam SCO. Realisme neoklasik menyatakan bahwa terdapat pengaruh dari independent variable seperti adanya kondisi sistem internasional yang dalam penelitian ini terlihat dari persaingan konektivitas antara China dan Rusia di wilayah Eurasia. Rusia bersama Iran dan India tengah membangun proyek International North-South Transport

Corridor (INSTC) dan China dengan proyek Belt Road Initiative (BRI).

Selain pengaruh independent variable, realisme neoklasik mengungkapkan intervening variable juga turut membentuk kebijakan negara. Salah satu kategori intervening variable yakni keuangan serta pemimpin negara dan presepsinya akan sistem internasional. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa Rusia yang sebelumnya berfokus pada keamanan mulai melihat pentingnya adanya peningkatan di sektor ekonomi. Sehingga pandangan Vladimir Putin selaku pemimpin Rusia dalam mengejar kepentingan pengaruhnya di Eurasia dan mendorong pembangunan INSTC menjadikan situasi internasioal sebagai alasan lain pentingnya India masuk ke dalam

Shanghai Cooperation Organization (SCO).

Selanjutnya teori realisme neoklasik akan digunakan penulis untuk melihat fenomena yang terjadi secara sitemik. Teori tersebut juga akan mengarahkan penulis terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai alasan Rusia menjadikan India sebagai anggota SCO sehingga dapat ditemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.

(24)

24

Bagan 1.5 Kerangka Pemikiran

Shanghai Cooperation Organization

(SCO) terbentuk pada 2001 oleh dua negara berkekuatan besar yakni China dan Rusia. Perkembangan SCO didominasi oleh ambisi politik keamanan Rusia dan ambisi ekonomi China.

Independent Variable

Adanya persaingan pembangunan proyek konektivitas di kawasan Asia Tengah (SCO). China dengan proyek

Belt Road Initiative (BRI), Rusia

dengan proyek International

North-South Transport Corridor (INSTC).

Intervening Variable

Pandangan Vladimir Putin selaku presiden Rusia dalam mengurangi hegemoni China di Asia Tengah serta memajukan proyek INSTC.

Dependent Variable

Dukungan Rusia terhadap India sebagai anggota tetap SCO diungkapkan Presiden Putin pada 2015. Kemudian India resmi bergabung pada 9 Juni 2017.

Neoclassical Realist

Dalam realisme neoklasik pembentukan kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh:

• Faktor eksternal (independent variable), yakni struktur internasional dan distribusi kekuatan.

• Faktor internal (intervening variable), berupa struktur domestik sebuah negara dan pimpinan politik

(25)

25

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Variabel Penelitian dan Level Analisa

Untuk mempermudah pemahaman dan arah fokus kajian maka penting adanya gambaran umum dari penelitian ini. Adapun variabel independent yakni alasan Rusia memperluas jaringan kerjasama SCO dengan India dikarenakan adanya faktor eksternal menguatnya hegemoni China di SCO serta persaingan pembangunan proyek konektivitas di kawasan Asia Tengah (SCO). China dengan proyek Belt Road Initiative (BRI), Rusia dengan proyek

International North-South Transport Corridor (INSTC)

Variabel Intervening dari penelitian ini adalah kepentingan dalam negeri Rusia untuk mengimbangi hegemoni China di SCO serta memajukan proyek INSTC. Selanjutnya variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kebijakan Rusia memperluas jaringan kerjasama SCO dengan India dengan menjadikan India anggota resmi SCO pada tahun 2017.

Terdapat tiga tingkat analisis yang umum digunakan dalam studi hubungan internasional, yaitu: individu dan kelompok, negara-bangsa, dan sistem regional dan global.36

Untuk menetapkan jenis hubungan tingkat analisis harus dilihat dari hubungan antara unit analisis dengan unit eksplanasi, ada 3 unit yang bisa dilihat:

a) Analisa reduksionis, yaitu unit eksplanasi pada tingkat yang lebih rendah. b) Unit korelasionis, yakni unit eksplanasi dan unit analisisnya pada tingkat

yang sama.

36 Mohtar mas‟oed, 1989, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisa dan Teorisasi,

(26)

26

c) Analisa induksionis, yang unit analisanya pada tingkatan yang lebih tinggi. Untuk jenis penulisan, penelitian ini menggunakan level analisis induksionis terkait kebijakan luar negeri yang diambil Rusia. Level induksionis terlihat dari unit analisanya yakni SCO sebagai sebuah sistem dengan unit eksplanasinya kebijakan yang diambil Rusia dengan memasukkan India kedalam SCO yang dijelaskan melalui prilaku negara.

1.6.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatif dengan berusaha menjelaskan suatu fenomena dengan cara menghubungkan beberapa variabel. Rusidi dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian explanatory atau explanatif merupakan penelitian yang menyoroti hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka pemikiran terlebih dahulu, kemudian dirumuskan kedalam bentuk hipotesis.37 Dari penelitian ini mencoba untuk menjelaskan alasan kebijakan Rusia dalam memperluas jaringan kerjasama SCO dengan India.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis analisa data kualitatif, yaitu tanpa menggunakan alat bantu rumus statistik. Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik,

37

(27)

27

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.38

Penelitian kualitatif tidak berusaha untuk menguji hipotesis, dan penelitian ini bersifat alamiah (natural setting), artinya peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi situs (setting) penelitian ataupun melakukan intervensi terhadap aktivitas subjek penelitian dengan memberikan perlakuan tertentu, namun peneliti berusaha untuk memahami fenomena yang dirasakan subjek sebagaimana adanya.39 Hal ini bertujuan untuk mengetahui apa sebenarnya alasan Rusia melakukan perluasan kerjasama SCO dengan India.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Sumber referensi didapatkan dengan mengumpulkan dokumen berupa teks-teks tertulis dalam bentuk artikel, buku, berita koran, jurnal, e-jurnal yang memiliki keterkaitan dengan topik yang peneliti angkat. Data informasi yang diperoleh kemudian dibaca dan dianalisis untuk mendapatkan ide pokok yang memiliki keterkaitan dengan topik bahasan yang peneliti angkat. Setelah dikumpulkan kemudian disusun dan dirangkai sesuai dengan kejadian demi kejadian, peristiwa demi peristiwa sehingga membentuk hasil kesimpulan yang dapat menjawab pertanyaan dari penelitian.

38 Moleong, J. Lexi, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Karya. 39

(28)

28

1.6.5 Ruang Lingkup

1.6.5.1 Batasan Materi

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah lebih kepada pemahaman mengenai alasan yang dilakukan Rusia dengan menjadikan India sebagai anggota dari SCO dalam memenuhi kepentingannya. Sehingga dikeluarkannya keputusan untuk menjadikan India sebagai anggota dari SCO pada Juni 2017.

1.6.5.2 Batasan Waktu

Pemakaian dan pencarian data akan difokuskan pada awal berdirinya

Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang bernama Shanghai Five pada

1996 dengan keanggotaannya hanya Rusia, China, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan menjadi SCO dengan menambahkan Uzbekistan sebagai anggota sampai India resmi bergabung dengan SCO dan berjalannya proyek INSTC serta proyek BRI.

1.7 Hipotesa

Rusia melihat bahwa adanya hegemoni China dalam kerjasama

Shanghai Cooperation Organization bisa mengurangi pengaruhnya di wilayah

Eurasia. Kepentingan China atas negara-negara Asia Tengah menjadikan misi ambisius China semakin besar untuk menjadikan Belt Road Initiative (BRI) segera terwujud. Disamping itu negara-negara Asia Tengah lebih tertarik untuk pembangunan ekonomi daripada keamanan militer yang menjadi fokus kepentingan Rusia. Rusia dan China merupakan dua negara yang sangat dominan dalam kerjasama SCO. Meski Rusia memiliki kemampuan militer

(29)

29

yang juga tidak diragukan, namun keberhasilan BRI nantinya akan membuat pasar China tidak hanya menyentuh kawasan Asia Tengah tetapi sampai ke wilayah Eropa dan Asia Selatan. Hal ini akan semakin mengurangi pengaruh Rusia di kawasan Eurasia. SCO yang awal terbentuknya digunakan sebagai wadah penyelesaian isu-isu kemanan di perbatasan, semakin terlihat kearah ambisi ekonomi China.

Sementara proyek BRI yang sangat cepat mendapatkan dukungan dari berbagai pihak khususnya negara-negara SCO berbanding terbalik dengan proyek konektivitas INSTC oleh Rusia, Iran dan India. INSTC yang perkembangannya bergerak sangat lambat membuat proyek tersebut hampir menjadi proyek yang gagal. Padahal Rusia dalam kebijakan luar negerinya sangat menekankan perluasan pengaruhnya di ranah regional maupun global. Hegemoni China di kawasan Eurasia maupun SCO menjadikan Vladimir Putin selaku pemimpin Rusia perlu untuk melakukan insiatif dengan memasukkan India kedalam SCO. Putin memiliki kendali yang cukup besar dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan Rusia. Selain itu Rusia dimasa lalu merupakan negara besar yang cukup kuat untuk menyaingi AS maupun Barat. Kedua hal tersebut menjadi unsur politik domestik Rusia dalam mengekstrak sumberdaya domestik dan merealisasikannya menjadi sebuah kebijakan.

Oleh sebab itu penulis mengajukan hipotesis bahwa kebijakan Rusia untuk mendukung masuknya India kedalam SCO dipengaruhi oleh situasi internasional yakni adanya hegemoni China di kawasan Eurasia dengan proyek BRI dan mandeknya proyek konektivitas INSTC. India sebagai salah satu

(30)

30

negara berpengaruh cukup besar dinilai Rusia akan mampu mengimbangi China di SCO. Selain itu terdapat kepentingan Rusia untuk memperkuat pengaruhnya di Eurasia dan mempercepat dorongan proyek INSTC melalui kebijakan dukungan konektivitas yang ada di SCO. Percepatan proyek tersebut diharapkan akan mampu memberikan dampak yang baik bagi kondisi ekonomi Rusia.

(31)

31

1.8 Sistematika Penulisan

BAB BAGIAN SUB BAB

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Teori Realisme Neoklasik 1.5.2 Gambar Kerangka Teori 1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Variabel Penelitian dan Level Analisa

1.6.2 Jenis Penelitian 1.6.3 Teknik Analisis Data 1.6.4 Teknik Pengumpulan Data 1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.5.1 Batasan Waktu 1.6.5.2 Batasan Materi 1.7 Hipotesa 1.8 Sistematika Penulisan BAB II Perkembangan SCO dan Dukungan Rusia Agar India Menjadi Anggota SCO 2.1 Perkembangan Shanghai Cooperation Organization (SCO)

2.1.1 Profil Shanghai Cooperation Organization

(SCO)

2.2 Dukungan Rusia dalam Memperluas Jaringan Kerjasama SCO dengan India

2.2.1 Kemitraan Strategis India dan Rusia Sejak Uni Soviet 2.2.2 Proses Masuknya India Sebagai Anggota SCO

2.2.3 Dukungan Rusia atas Masuknya India ke SCO

BAB III Persaingan Proyek

Konektivitas di Asia Tengah Antara Rusia dan China Serta Upaya Rusia Mengimbangi Hegemoni China

3.1 Proyek International North-South

Corridor (INSTC) Rusia VS Belt Road Initiative China (BRI)

3.1.1 Proyek International North-South Corridor (INSTC)

Rusia

3.1.2 Hegemoni Ekonomi China di Asia Tengah dengan Proyek

Belt Road Initiative (BRI)

3.1.3 Pandangan Pemerintah Rusia Terhadap Proyek BRI

(32)

32

Serta Upaya Rusia Mendorong Kemajuan INSTC

BAB IV Upaya Rusia Mengimbangi Hegemoni China dan Memajukan INSTC

4.1 Kebijakan Luar Negeri Vladimir Putin Memasukkan India ke SCO

4.1.1 Pandangan Pemerintah Rusia Terhadap SCO

4.1.2 Arti Penting Keberadaan India di SCO bagi Pemerintah Rusia

BAB V 5.1 Kesimpulan

5.2 Saran Daftar Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Klasiber Log dan Keaktif an Post dan Reply Forum C, D, E 15 Mahasiswa memahami konsep dan aplikasi paradigma pemrograman deklaratif Fungsi dan Ekspresi,Fun gsi-fungsi

Subjek dalam penelitian ini memilih agama dengan cara yang berbeda-beda, di antaranya mempelajari kitab suci agama lain, melalui pendidikan agama di sekolah, dan

ISWM adalah proses yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dan / atau sarana lain untuk mewujudkan sistem yang terkoordinasi secara efektif dan

Didalam mencapai visi dan misinya, PT.Petrokimia Gresik sangat membutuhkan budaya organisasi yang kuat, yang akan mendorong organisasi untuk mencapa kinerja yang ekselen,

Segmentasi pasar wisata pada Bukit Mas Cottage & Resto adalah wisatawan domestik yang tinggal di sekitar Kota Bandar Lampung, dengan tujuan untuk refreshing dan liburan menikmati

IV TOTAL Tw. 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit.. *

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Koefisien regresi variabel Disiplin Kerja benilai positif sebesar 0.974, artinya bahwa setiap penambahan 1 poin Disiplin Kerja

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan dan hikmat yang luar biasa sehingga tesis yang berjudul