• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PENUTUP. memaksimalkan potensi wisata. Tahap-tahap partisipasi yang dilakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII PENUTUP. memaksimalkan potensi wisata. Tahap-tahap partisipasi yang dilakukan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

134 BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Hasil penelitian ini berupa pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat dan strategi masyarakat untuk memaksimalkan potensi wisata yang ada didaerahnya. Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat merupakan sebuah wujud dari partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, sedangkan pengorganisasian masyarakat merupakan bagian dari partisipasi sebagai strategi masyarakat untuk memaksimalkan potensi wisata. Tahap-tahap partisipasi yang dilakukan masyarakat Kalibiru sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Suhendra (2003:32) yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, tahap ini merupakan langkah awal yang melibatkan seluruh masyarakat Kalibiru dalam proses pembangunan. Pengambilan keputusan dilakukan guna menyamakan tujuan bersama, sehingga dalam pelaksanannya tidak terdapat anggota yang memiliki kepentingan yang berbeda. Keterlibatan langsung seluruh masyarakat penting pada tahap ini, karena tanpa adanya partisipasi dari masyarakat proses dan pelaksanaan pembangunan tidak akan berjalan dengan baik.

2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting karena merupakan inti dari pembangunan. Partisipasi masyarakat Kalibiru dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga, pertama adalah partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran

(2)

135 dimana masyarakat bebas mengemukakan pendapatnya. Sumbangan pemikiran berkaitan dengan pengelolaan apa yang akan dilakukan nantinya dalam memanfaatkan hutan. Kedua adalah sumbangan materi yang dapat digunakan dalam proses pembangunan wisata alam Kalibiru, sumbangan tersebut dapat berupa bahan bangunan. Ketiga adalah partisipasi dalam bentuk tindakan sebagai anggota program, masyarakat Kalibiru bergotong-royong dalam membersihkan hutan yang akan dibuka menjadi sebuah kawasan wisata. Selain itu masyarakat bekerja sama dalam membangun kawasan wisata meskipun tanpa mendapat imbalan yang pasti.

3. Tahap menikmati hasil, tahap ini dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan yang telah dilakukan. Keberhasilan masyarakat Kalibiru dalam melakukan pengelolaan wisata berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat. Hal tersebut dapat diketahui dari kontribusi wisata alam terhadap masyarakat sekitar, yaitu dengan memberikan dana senilai Rp. 300.000,00 untuk setiap KK di dusun Kalibiru. Selain itu, pihak HKm juga memberikan sejumlah dana sosial dan aktif dalam kegiatan sosial yang ada di masyarakat.

4. Tahap evaluasi, pengelola wisata alam Kalibiru selalu melakukan evaluasi setiap bulan yang bertujuan untuk memperbaiki maupun meningkatkan kualitas pengelolaan. Hal tersebut dianggap penting karena berkaitan dengan keberlanjutan wisata alam Kalibiru.

(3)

136 Keberhasilan masyarakat Kalibiru dalam mengelola dan memaksimalkan potensi yang ada di daerahnya adalah karena adanya partisipasi penuh dari masyarakat melalui beberapa tahap yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan temuan penulis yang didapatkan dilapangan terdapat beberapa strategi pengelolaan wisata yang terdapat dalam tahapan partisipasi masyarakat. Pertama adalah mengumpulkan seluruh anggota masyarakat dan menampung keinginan masyarakat untuk melakukan sebuah pembangunan. Pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat Kalibiru adalah bentuk kesadaran terhadap rusaknya hutan sekitar yang diakibatkan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga hutan menjadi gundul dan rusak. Masyarakat harus mempunyai keinginan dan tujuan yang sama agar dapat melakukan perubahan, selain itu pembangunan yang dilakukan harus memberikan dampak positif bagi masyarakat baik dari segi ekonomi maupun dari segi sosial.

Kedua adanya pendampingan yang dilakukan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat terkait guna mempermudah masyarakat dalam melakukan pembangunan dan menghindari resiko-resiko yang berkaitan dengan proses hukum. Hal tersebut membantu masyarakat Kalibiru dalam mengurus Ijin Usaha Pemanfaatan Pengelolaan HKm (IUPHKm), karena hutan yang terdapat di sekitar wilayah Kalibiru merupakan hutan milik pemerintah. Adanya pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat harus sesuai dengan peraturan pemerintah terkait pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm), masyarakat juga diharuskan untuk membuat Rencana Operasional (RO) setiap satu bulan sekali. Pembangunan yang

(4)

137 dilakukan oleh masyarakat harus disepakati oleh pemerintah dan tidka boleh dilakukan secara sembarangan. Hal ini merupakan salah satu cara masyarakat Kalibiru agar terhindar dari masalah hukum yang akan mengancam keberlangsungan pembangunan nantinya, dengan bantuan LSM tersebut masyarakat mendapatkan ijin pengelolaan hutan sementara selama 35 tahun dihitung dari tahun 2008.

Langkah yang ketiga adalah membuat perencanaan pembangunan yang telah disepakati bersama. Perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat Kalibiru adalah terkait dengan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam rangka memanfaatkan Hutan Kemasyarakatan. LSM melakukan pengarahan terkait dengan pemanfaatan hutan agar masyarakat yang dulunya awam mempunyai gambaran yang akan dilakukan. Yayasan Damar merupakan sebuah lembaga yang peduli terhadap kelestarian hutan, oleh karena itu Yayasan ini membantu masyarakat dalam melakukan perencanaan pengelolaan hutan. Perencanaan ini dilakukan secara partisipatif yang artinya melibatkan seluruh anggota masyarakat dalam proses pembangunan.

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan membentuk sebuah organisasi sebagai sarana untuk mewujudkan pembangunan. Setelah melakukan perencanaan partisipatif, masyarakat kalibiru membentuk sebuah organisasi yang anggotanya adalah seluruh masyarakat Kalibiru. Organisasi tersebut bernama HKm Mandiri, pemanfaatan pengelolaan hutan oleh organisasi ini terdiri dari koperasi, peternakan, pertanian, dan wisata yang berarti bahwa

(5)

138 organisasi pengelolaan wisata alam Kalibiru merupakan sub unit HKm Mandiri. Organisasi pengelola wisata alam Kalibiru mempunyai peran yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena banyak menyerap tenaga kerja.

Langkah yang kelima adalah pelaksanaan pembangunan oleh organisasi tersebut. Dari yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa rganisasi pengelola wisata alam Kalibiru merupakan organisasi sosial yang fungsional,dimana pimpinan mempunyai hak untuk melimpahkan wewenangnya kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, selanjutnya pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya. Dengan kata lain, organisasi pengelola wisata mempunyai struktur dan pembagian kerja yang jelas. Pembagian kerja dilakukan oleh pihak HKm dan pengelola sebagai pelaksananya, yang dibagi dalam beberapa divisi yaitu divisi pengembangan wisata, divisi IPTEK, divisi perdagangan, divisi retribusi, divisi transportasi, divisi keamanan, divisi jasa outbound, serta divisi bantuan komunikasi. Setiap divisi mempunyai koordinator yang bertugas mengontrol anggota, koordinator tersebut biasanya lebih tua dibandingkan anggotanya. Hal tersebut dimaksudkan agar anggota lebih patuh terhadap koordinator, namun koordinator juga tetap berdasarkan kemampuan dan kepribadiannya. Pengurangan atau penambahan anggota setiap divisi didasarkan pada kebutuhan pengelola.

(6)

139 Langkah terakhir adalah adanya sistem kontrol organisasi yang bertujuan untuk mencegah disfungsi dan melakukan pengelolaan resiko, selain itu juga terdapat strategi stabilisasi dan peningkatan traffic pengunjung. Pencegahan disfungsi yang dilakukan oleh pengelola wisata terkait dengan anggotanya adalah dengan memastikan bahwa setiap anggota mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya, hal tersebut akan dijelaskan sebelum masyarakat masuk dalam pengelolaan. Selain itu ketegasan ketua dalam mengontrol anggotanya juga sangat diperlukan agar anggota tidak menganggap sepele tugas yang telah diberikan. Adanya koordinator dalam setiap divisi juga dimaksudkan agar dapat meminimalisir konflik sejak dini, artinya pengelola akan lebih cepat mengetahui permasalahan yang terjadi dalam setiap divisi. Peraturan yang tegas juga diterapkan oleh pengelola wisata, setiap anggota harus memenuhi jam kerja dengan melakukan finger print setiap harinya. Pengelolaan resiko yang berasal dari luar adalah dengan mencegah kecelakaan lalu lintas dengan cara memberlakukan sistem buka tutup jalan. Selain itu untuk mencegah terjadinya longsor, pengelola juga melakukan penanaman dengan teknik terassering. Sedangkan peningkatan traffic pengunjung yang dilakukan oleh pengelola wisata adalah dengan melakukan inovasi setiap tahunnya.

7.2.Saran

Pada penelitian ini, penulis memiliki beberapa pemikiran yang diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengkaji pengelolaan wisata alam Kalibiru maupun hal lain yang masih terkait dengan wisata tersebut. Saran ini didasarkan pada analisis penulis mengenai data yang diperoleh dan fakta yang ada

(7)

140 di lapangan, dengan harapan dapat memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan agar semakin baik:

a. Pengelolaan yang dilakukan sudah baik, namun harga setiap spot foto menurut salah satu pengunjung yang berwisata di Kalibiru cukup mahal. Apalagi itu belum termasuk biaya foto yang harus ada batas minimalnya perorang. Alangkah lebih baik batas minimal tersebut ditiadakan, sehingga pengunjung yang mempunyai uang seadanya pun tetap bisa berfoto. Menurut pengalaman penulis pada saat ingin berfoto, pengelola memperbolehkan untuk mengambil foto menggunakan kamera sendiri namun pengelola tidak bisa jika dimintai pertolongan untuk mengambilkan foto. Alangkah lebih baiknya jika kepuasan pengunjung tetap diutamakan, agar tidak terlihat terlalu mengutamakan keuntungan. Meskipun jasa foto tidak termasuk dalam manajemen pengelolaan, tetapi lebih baik lagi jika tetap membawa nama baik pengelola wisata Kalibiru. b. Pengelolaan wisata yang dilakukan oleh masyarakat menghasilkan dampak

positif bagi kesejahteraan warganya, oleh karena itu harus lebih terbuka dengan masyarakat. Apalagi yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan pembagian hasil, bendahara harus mampu mencatat semua bentuk pengeluaran dan total pendapatan dengan detail agar tidak terjadi kesalahpahaman. Selain itu hal tersebut juga bersifat transparan yang artinya terbuka dan bisa dilihat oleh masyarakat. Pengelola yang ditugaskan dalam hal keuangan harus diseleksi dan tidak sembarang orang, karena dapat mempengaruhi sirkulasi keuangan.

(8)

141 c. Pengelolaan wisata Kalibiru yang dinilai berhasil dalam meningkatkan wisatawan pada kenyataannya masih terdapat beberapa aspek yang berada diluar manajemen, seperti jasa foto dan parkir. Meskipun begitu hal tersebut tidak menimbulkan konflik, namun alangkah baiknya apabila semua aspek yang berada dalam kawasan wisata ini dapat terintegrasi. Agar ke depannya dapat berjalan lancar dan dapat menghindari konflik antar individu didalam pengelolaan.

d. Relasi atau hubungan sosial yang ada antar individu harus dijaga dengan baik, yaitu dengan cara mengadakan acara khusus untuk pengelola dan karyawan dalam bentuk outbound dengan tujuan membentuk pribadi yang lebih baik. Hal tersebut merupakan bentuk tindakan yang perlu dilakukan oleh para pengelola agar dapat memperbaiki generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan para pengelola dimasa yang akan datang.

e. Disamping pengelolaan, alangkah baiknya apabila di kawasan wisata ini dilengkapi dengan toko oleh-oleh khas Kalibiru. Pengelola bisa memasukkan masyarakat asli Kalibiru maupun masyarakat dari dusun penyangga untuk bekerja sama dalam menjajakan oleh-oleh.

f. Pengelola wisata alam bisa juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk mengasah kreatifitasnya, misalnya dengan mengelola sampah. Banyaknya pengunjung tentu juga akan berpengaruh pada banyaknya sampah, tentunya hal ini akan menjadi masalah baru apabila tidak dapat dikelola dengan baik. Oleh karena itu alangkah baiknya jika sampah tersebut diolah, wisata ini dapat menjadi sarana pemasaran dari hasil pengolahan sampah tersebut.

(9)

142 g. Pengelola beserta masyarakat dapat mengembangkan area wisata dengan sisi yang berbeda, misalnya dengan mengembangan tanaman hias maupun sayuran yang dapat memberikan kesan segar dan penghijauan di sekitar area wisata. Tanaman bunga dapat memperindah area wisata meskipun di wilayah ini cenderung bertanah kering namun terdapat banyak cara untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menanam beberapa tanaman yang cocok dengan lahan kering atau bisa juga teknik menanam dengan menggunakan pipa pralon. h. Pengelola tidak boleh merasa puas dengan hasil yang telah didapatkan, namun

Referensi

Dokumen terkait

Kata kunci dan tema atau objek penelitian dalam penelitian ini adalah tentang Pengaruh Motivasi kerja pegawai terhadap Kinerja pegawai dengan Lingkungan kerja

• Pengembangan koordinasi yang harmonis dengan masyarakat dan pengelola daya tarik wisata utama maupun pendukung dari tahap awal pengembangan jalur wisata Sumber :

Dalam rangka kegiatan Sertifikasi Guru dalam Jabatan untuk guru-guru di lingkungan Departemen Agama (Depag), Panitia Sertifikasi Guru Rayon 15 telah melaksanakan Pendidikan dan

Kusmawati, W., 1999, Analisis Kadar Asam Asetat Vinegar dalam Media Limbah Fermentasi Biji Kakao Akibat Pengaruh Konsentrasi Acetobacter aceti dan Waktu Inkubasi,

(2) Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pegawai Negeri Sipil wanita yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang

Berikut hasil wawancara pada tahap pengecekan kembali penyelesaian. Berdasarkan hasil wawancara di atas, Subjek mampu melaksanakan tahap pengecekan kembali pada penyelesaian

TYPE OF REIMBURSABLE EXPENSES UNIT BREAKDOWN OF QUANTITY QUANTITY TOTAL UNIT COST (IDR) AMOUNT (IDR) UNIT COST (IDR) AMOUNT (IDR) Remarks. ORIGINAL CONTRACT

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengelolaan program dana desa dalam perkembangan