• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembimbing : Ir. Hari Supriyanto, MSIE. Co-Pembimbing : Ir. Mokh. Suef, MSc (Eng) Disusun Oleh : Mochammad Basjir NRP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembimbing : Ir. Hari Supriyanto, MSIE. Co-Pembimbing : Ir. Mokh. Suef, MSc (Eng) Disusun Oleh : Mochammad Basjir NRP"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN PRIORITAS

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN PRIORITAS

DAN REKOMENDASI PERBAIKAN TERHADAP MODE

DAN REKOMENDASI PERBAIKAN TERHADAP MODE

KEGAGALAN KOMPONEN DENGAN METODOLOGI

KEGAGALAN KOMPONEN DENGAN METODOLOGI

FMEA, FUZZY DAN TOPSIS YANG TERINTEGRASI

FMEA, FUZZY DAN TOPSIS YANG TERINTEGRASI

Pembimbing

:

Ir. Hari Supriyanto, MSIE.

Co-Pembimbing : Ir. Mokh. Suef, MSc (Eng)

Disusun Oleh : Mochammad Basjir

NRP 2507201002

(2)

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

FMEA

Mengidentifikasi sistem dan

subsistem

Memprioritaskan mode

kegagalan potensial

Menentukan tindakan

Mencegah atau mengurangi

kegagalan

(Shekari, A., 2009).

Kelemahan

1.

Penilaian faktor Severity (S),

Occurance (O) dan Detection (D)

dinyatakan dalam natural language

atau bilangan klasik (crisp) akan

menghasilkan informasi yang tidak

tepat (ambigue) dan bersifat samar

(vague)

2.

Penilaian ketiga parameter (S), (O),

dan (D) diasumsikan memiliki

tingkat kepentingan yang sama

secara

relatif

berbeda

ketika

mengimplementasikan dalam dunia

nyata.

3.

Untuk nilai yang sama dari RPN

mungkin menimbulkan representasi

risiko yang berbeda

4.

Keragaman dan kemampuan para

anggota tim FMEA

sangat

penting untuk dipertimbangkan

(3)

FMEA

Penilaian

faktor

Severity(S),Occurance

(O)

dan

Detection (D) dinyatakan dalam

bilangan

klasik

(crisp)

akan

menghasilkan informasi yang tidak

tepat (ambigue) dan bersifat samar

(vague ) (Yeh et all., 2007)

(Wang

et all, 2009).

Penilaian faktor Severity

(S), Occurance (O) dan

Detection (D) dalam logika

klasik (crisp number)

Fuzzy set theory

Fuzzy digunakan untuk menghilangkan

subyektifitas penilaian (O,S,D)

(

Wang et all, 2009)

- Faktor Severity(S),Occurance (O) dan

Detection (D) dievaluasi dalam bentuk

linguistik dan fuzzy rating

- Pembobotan untuk masing-masing

faktor berdasarkan personel yang

terlibat dalam analisa

- Memperhitungkan bobot kepentingan

para anggota tim penilai FMEA

Melakukan

prioritas

dan

rekomendasi

perbaikan

terhadap ragam kegagalan

berdasarkan kriteria-kriteria

(Tingkat

risiko,

economic

safety,

economic

cost,

kemudahan spare part dan

maintenance personal ability

TOPSIS

alternatif terpilih yang

terbaik tidak hanya

memiliki jarak terpendek

dari solusi ideal positif, tapi

juga memiliki jarak

terpanjang dari solusi ideal

negatif

( Sachdeva et all., 2009)

Kemampuan dalam proses

penalaran secara bahasa sehingga

dalam perancangannya tidak

memerlukan persamaan matematis

dari objek yang akan dikendalikan

(Zadeh, 1965

)

Alasan Penggunaan FMEA, Fuzzy dan TOPSIS

(4)

“Bagaimana pengembangan pendekatan

FMEA dengan mengintegrasikan metode

Fuzzy dan TOPSIS dapat meningkatkan

kinerja FMEA dalam penentuan prioritas dan

rekomendasi perbaikan terhadap mode

kegagalan yang terjadi secara tepat dan

efisien ? ”

Failure

FMEA

Fuzzy

TOPSIS

RUMUSAN MASALAH

(5)

1. Mengembangkan model penentuan prioritas

terhadap mode kegagalan potensial dengan

pendekatan FMEA yang terintegrasi dengan

metode Fuzzy dan TOPSIS.

2. Menguji cobakan model yang dikembangkan

pada kondisi nyata di lapangan.

3. Mengetahui

apakah

model

yang

dikembangkan reliable ketika diujikan pada

kondisi nyata di lapangan

Tujuan

Penelitian

TUJUAN PENELITIAN

(6)

analisa dan penilaian terhadap faktor-faktor

risiko dengan metode FMEA yang diintegrasikan

dengan metode fuzzy dan TOPSIS dalam

penentuan prioritas dan rekomendasi perbaikan

terhadap kegagalan yang terjadi memberikan

informasi

yang

tepat

dan

memberikan

keunggulan

dibandingkan

dengan

metode

FMEA.

Manfaat

Penelitian

MANFAAT PENELITIAN

(7)

1. Melakukan

pengembangan

model

penentuan

prioritas

terhadap

mode

kegagalan dengan metode FMEA yang

diintegrasikan dengan metode fuzzy dan

TOPSIS.

2. Obyek penelitian dalam penerapan model

yang

dikembangkan

dilakukan

pada

proses produksi di PT. Gatra Mapan

Batasan

masalah

BATASAN MASALAH

(8)

POSISI PENELITIAN

POSISI PENELITIAN

No Peneliti (Tahun) Judul

Metode

Kriteria

FMEA Fuzzy GT DEA TOPSIS

1. A. Pillay , J. Wang (2003)

Modified failure mode and effect analysis using

approximate reasoning

v

v

v

-

-2. P.A.A Garcia, R. Schirru, P.F Frutuoso, E. Melo (2005)

A fuzzy data envelopment

analysis approach for FMEA

v

-

-

v

-

-3. R.H. Yeh, M.H. Hsieh (2007)

Fuzzy assessment of FMEA

for sewage plant

v

v

-

-

-

-4.

Anish S, Dinesh K,Pradeep K

(2009)

Multi_factor failure mode critically analysis (FMEA)

using TOPSIS

v

-

-

-

v

Maintainability, occurance (O), detection (D), economic cost, economic safety,

spare part

5.

Y.M. Wang, K.S. Chin, G.K.K. Poon,

J.Y. Yang (2009)

Risk evaluation in failure mode and effect analysis using fuzzy weight geometric mean

v

v

-

-

-

-6. Penelitian ini

Pengembangan Model Penentuan Prioritas dan Rekomendasi Perbaikan Terhadap Kegagalan Komponen Dengan Metodologi FMEA, Fuzzy dan TOPSIS Yang Terintegrasi

v

v

-

-

v

Tingkat risiko, economic safety, economic cost,kemudahan spare

part, maintenance personal ability

(9)

Tahapan penelitian

Studi pendahuluan

Identifikasi dan

perumusan masalah

Penetapan tujuan

Tahap 1

Pendahuluan

Model FMEA

Model Fuzzy

Model TOPSIS

Tahap 2

Pembentukan

model

Aplikasi model

Analisa dan interpretasi data

Solusi ideal berdasarkan RPI

Prioritas perbaikan merevisi analisa FMEA

Penentuan

prioritas dengan

FMEA

Tahap 3

Aplikasi model

Penentuan prioritas

dengan fuzzy -FMEA

dan TOPSIS

!

!

Kesimpulan dan saran

Tahap 4

Analisa hasil

Tahap 5

Kesimpulan

dan saran

Metodologi

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

(10)

Menentukan fungsi keanggotaan fuzzy Severity Probabilitas occurance (O) Detection (D) Penilaian berdasarkan knowledge para ahli

Aturan fuzzy weighted geometric mean (FWGM) untuk prioritas mode kegagalan

Mengumpulkan informasi terhadap fungsi dari proses dan komponen

Menentukan mode-mode kegagalan potensial

Menentukan efek setiap kegagalan

Menentukan penyebab setiap kegagalan

Membuat daftar terhadap proses yang dikontrol

Menetapkan bentuk linguistik untuk detection (D) Menetapkan bentuk linguistik untuk occurance (O) Menetapkan bentuk linguistik untuk severity (S) Rangking risiko Koreksi ? No Tindakan koreksi FMEA Report Yes Modifikasi Modifikasi data

Proses

FMEA

PEMBENTUKAN MODEL (1)

PEMBENTUKAN MODEL (1)

Dihitung dengan

metode fuzzy

weighted geometric

mean (FWGM) yang

dikembangkan oleh

Wang et all (2009).

Diagram alir pengembangan fuzzy pada proses FMEA

Fuzzy

Pengembangan Fuzzy pada FMEA

Bobot faktor S,O

dan D

diperhitungkan

• Bobot faktor

anggota tim penilai

diperhitungkan

(11)

PEMBENTUKAN MODEL (2)

PEMBENTUKAN MODEL (2)

FMEA

( Menggunakan istilah linguistik fuzzy untuk menggambarkan S,O dan D)

Fuzzy Risk Priority Number (FRPN)

Rangking berdasarkan FRPN

Normalisasi matriks nilai masing-masing kriteria (rij)

Perhitungan bobot setiap kriteria ( wj)

menghitung nilai entropi setiap kriteria

(ej)

Penetapan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif nilai masing-masing kriteria

( v+, v- )

Perhitungan jarak setiap kriteria antara solusi ideal positif dan solusi ideal negatif

( d+, d-)

RPI (Risk Priority Indeks)

Menghasilkan peringkat sesuai urutan yang diinginkan Menentukan kriteria-kriteria berdasarkan prioritas risiko

(tingkat risiko (FRPN), economic cost, economic safety, kemudahan spare part, maintenance staff )

Membangun matrik nilai masing-masing kriteria (X=xij)

rekomendasi untuk menentukan kriteria-kriteria yang akan

dianalisis berdasarkan TOPSIS

Root Cause Analysis (RCA)

Pengembangan TOPSIS pada FMEA

Fuzzy FMEA

Rangking

(RCA)

REKOMENDASI

TOPSIS

Diagram alir pengembangan TOPSIS pada FMEA

Kriteria dalam

melakukan

rekomendasi

RANGKING

(Berdasarkan

kriteria-kriteria sesuai kondisi

(12)

PENERAPAN MODEL (1)

PENERAPAN MODEL (1)

O - 1 O - 2 O - 3 O - 4 O - 5 O - 6

Potong I (panel saw)

Potong II (panel saw)

Potong lebar (table saw)

Blade Sander Edging O - 7 Potong edging I - 1 Inspeksi O - 8 Packing Drilling Persiapan Partikel board Vinyl sheet

Produk dan proses yang diamati

Proses produksi produk

furniture tipe MPC – 4S

PT. Gatra Mapan

(13)

No. Permesinan Failure Mode Failure Effect

1 Panel saw

Cutter : Cutter tumpul dan oleng Pecahnya material

Slider: Slider oleng Ukuran meterial tidak sesuai dengan spesifikasi Motor listrik: Motor listrik terbakar Proses terhenti

2 Tabel saw

Cutter: Cutter tumpul dan oleng Material pecah

Stopper: Stopper bergerak Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi (toleransi ± 2-5 mm)

V – belt: v – belt putus atau kendor Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi (toleransi ± 2-5 mm)

Bearing: Bearing rusak Mesin berhenti bekerja

Roller: Roller macet Material tidak dapat diproses

3 Blade Sander

Motor listrik: Motor listrik terbakar Proses terhenti karena motor listrik rusak

Bearing: Bearing aus dan rusak Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti Roller: Roller macet Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti Landasan sander : Landasan sander halus Permukaan material kasar

4 Edging

Heater: Suhu heater kurang 65 - 700C Lepasnya bahan laminasi

Cutter: Cutter tumpul Vinyl sheet sobek

Roller : Roller macet Material tidak dapat diproses

Belt: Belt kendor atau putus Kerusakan pada material dan proses berhenti

5 Drilling

Mata bor : Mata bor aus Ukuran lubang tidak sesuai spesifikasi yang diinginkan

Valve : Valve bocor Tekanan angin tidak stabil sehingga kedalaman lubang tidak sesuai yang diharapkan

Software : Software error Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut

Bearing : Bearing rusak Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut

Chain dan gear : Chain dan gear aus Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut

Potential Failure Mode

PT. GATRA MAPAN

fail

ure

mo

de

PENERAPAN MODEL (2)

PENERAPAN MODEL (2)

(14)

No.

Proses Permes

inan

Failure Mode Failure Effect

S

O

D

RPN

Prioritas

1 Panel saw

Cutter (F1) : Cutter tumpul dan oleng Pecahnya material

6

7

6

252

3

Slider (F2): Slider oleng Ukuran meterial tidak sesuai dengan spesifikasi

7

3

7

147

13 - 15

Motor listrik (F3) : Motor listrik terbakar Proses terhenti

8

7

4

224

4 - 5

2 Tabel saw

Cutter (F4) : Cutter tumpul dan oleng Material pecah

7

4

3

84

18 - 20

Stopper (F5) : Stopper bergerak Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi

(toleransi ± 2-5 mm)

6

4

9

216

6

V – belt (F6) : v – belt putus atau kendor Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi

(toleransi ± 2-5 mm)

6

4

8

192

10

Bearing (F7) : Bearing rusak Mesin berhenti bekerja

5

4

3

60

21

Roller (F8) :Roller macet Material tidak dapat diproses

5

7

6

210

7 - 8

3 Blade Sander

Motor listrik (F9) : Motor listrik terbakar Proses terhenti karena motor listrik rusak

7

3

7

147

13 - 15

Bearing (F10): Bearing aus dan rusak Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti

8

7

4

224

4 - 5

Roller (F11) : Roller macet Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti

7

4

3

84

18 - 20

Landasan sander (F12) : Landasan sander halus Permukaan material kasar

6

7

9

378

2

4 Edging

Heater (F13) : Suhu heater kurang 65 - 700C Lepasnya bahan laminasi

5

4

8

160

12

Cutter (F14) : Cutter tumpul Vinyl sheet sobek

5

7

3

105

16

Roller (F15) : Roller macet Material tidak dapat diproses

5

7

6

210

7 - 8

Belt (F16) : Belt kendor atau putus Kerusakan pada material dan proses berhenti

7

3

7

147

13 - 15

5 Drilling

Mata bor (F17): Mata bor aus Ukuran lubang tidak sesuai spesifikasi yang

diinginkan

7

7

4

196

9

Valve (F18) : Valve bocor Tekanan angin tidak stabil sehingga kedalaman

lubang tidak sesuai yang diharapkan

3

7

4

84

18 - 20

Software (F19) : Software error Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut

7

7

9

441

1

Bearing (F20) : Bearing rusak Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut

6

7

9

168

11

Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut

Perhitungan FMEA

penilaian

Hasil

PENERAPAN MODEL (3)

(15)

        ∑ ∑ ∑ ∑ = = = = m j m j O ijU j m j O ijM j m j O ijM j O ijL jR hR hR hR h 1 1 1 1 , , , , 1 2 Failure Mode

Severity Occurrence Detection

F1 (4,15; 5,15; 6,15) (3,35; 4,35; 5,65; 6,65) (5,75; 6,75; 7,75) F2 (4,75; 5,75; 6,75) (2,3; 3,3; 4,95; 5,95) (6,55; 7,55; 8,55) F3 (6,15; 7,15; 8,15) (4,5; 5,5; 7; 8) (5,75; 6,75; 7,75) F4 (5,85; 6,85; 7,85) (4,95; 5,95; 7,3; 8,3) (3,85; 4,85; 5,85) F5 (5,7; 6,7; 7,7) (5,25; 6,25; 7,6; 8,45) (5,65; 6,65; 7,65) F6 (3,9; 4,9; 5,9) (1,7; 2,55; 3,9; 4,45) (5,7; 6,7; 7,7) F7 (3,5; 4,5; 5,5) (3,9; 4,9; 6,6; 7,6) (4,1; 5,1; 6,1) F8 (3,8; 4,8; 5,8) (3,75; 4,75; 6,25; 7,25) (5,45; 6,45; 7,45) F 9 (4,55; 5,55; 6,55) (1,7; 2,7; 4,04; 5,05) (6,7; 7,7; 8,7) F 10 (6,45; 7,45; 8,45) (4,95; 5,95; 7,3; 8,3) (5,6; 6,6; 7,6) F 11 (5,65; 6,65; 7,65) (4,2; 5,2;6,55; 7,55) (3,7; 4,7; 5,7) F 12 (5,85; 6,85; 7,85) (6,3; 7,3; 8,3; 9,15) (5,95; 6,95; 7,95) F 13 (3,55; 4,55; 5,55) (1,7; 2,7; 4,05; 5,05) (6; 7; 8)

F 14

(3,65; 4,65; 5,65)

(4,95; 5,95; 7,3; 8,3)

(3,8; 4,8; 5,8)

F 15

(3,8; 4,8; 5,8)

(3,65; 4,65; 6,1; 7,1)

(5,95; 6,95; 7,95)

F 16

(4,9; 5,9; 6,9)

(1,9; 2,9; 4,35; 5,35)

(6,7; 7,7; 8,7)

F 17

(5,8; 6,8; 7,8)

(5,1; 6,1; 7,4; 8,4)

(6,05; 7,05; 8,05)

F 18

(5,7; 6,7; 7,7)

(4,5; 5,5; 7; 8)

(4; 5; 6)

F 19

(6,05; 7,05; 8,05)

(6,3; 7,3; 8,3; 9,15)

(5,8; 6,8; 7,8)

F 20

(4,05; 5,05; 6,05)

(2; 3; 4,5; 5,5)

(5,35; 6,35; 7,35)

F 21

(3,2; 4,2; 5,2)

(3; 4; 6; 7)

(4,8; 5,8; 6,8)

Pengembangan teori fuzzy pada FMEA

       

= = = m j m j S ijU j m j S ijM j S ijL jR hR hR h 1 1 1 , , ,        ∑ ∑ ∑ ∑ = = = = m j m j O ijU j m j O ijM j m j O ijM j O ijL jR hR hR hR h 1 1 1 1 , , , , 1 2        

= = = m j m j D ijU j m j D ijM j D ijL jR hR hR h 1 1 1 , , , Manager Produksi Supevisor Maintenance Supervisor

Quality Control Supervisor

Engineering

Mengacu pada (Wang et all., 2009)

untuk melakukan penilaian

faktor-faktor failure mode pada FMEA

dalam bentuk fuzzy

Perhitungan Agregasi

Penilaian Peringkat Fuzzy

terhadap Faktor S,O,D

1

PENERAPAN MODEL (4)

(16)

Perhitungan agregasi bobot

kepentingan fuzzy untuk

faktor S,O,D

Pengembangan teori fuzzy pada FMEA

2

Severity

Occurance

Detection

(0,6125 ; 0,8625 ; 1)

(0,475 ; 0,725 ; 0,8875)

(0,0875 ; 0,3375 ; 0,5875)

Perhitungan rata-rata

peringkat fuzzy dan

bobot kepentingan

faktor S,O,D

3

PENERAPAN MODEL (5)

(17)

Perhitungan Fuzzy Risk Priority

Number (FRPN)

Pengembangan teori fuzzy pada FMEA

No. Proses

Permesinan Failure Mode Failure Effect

FRPN

Priorita

s

1 Panel saw

Cutter (F1) : Cutter tumpul dan oleng Pecahnya material 5,22407 14

Slider (F2): Slider oleng Ukuran meterial tidak sesuai dengan spesifikasi 4,877039 15 Motor listrik (F3) : Motor listrik terbakar Proses terhenti 6,555858 6

2 Tabel saw

Cutter (F4) : Cutter tumpul dan oleng Material pecah 6,450729 7

Stopper (F5) : Stopper bergerak Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi (toleransi ± 2-5 mm) 6,806305 4

V – belt (F6) : v – belt putus atau kendor Ukuran material tidak sesuai dengan spesifikasi (toleransi ± 2-5 mm) 3,909507 21

Bearing (F7) : Bearing rusak Mesin berhenti bekerja 5,283204 13

Roller (F8) :Roller macet Material tidak dapat diproses 5,388834 11

3 Blade Sander

Motor listrik (F9) : Motor listrik terbakar Proses terhenti karena motor listrik rusak 4,295345 19

Bearing (F10): Bearing aus dan rusak Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti 6,852612 3 Roller (F11) : Roller macet Mesin tidak berfungsi dan proses terhenti 5,933421 9 Landasan sander (F12) : Landasan sander halus Permukaan material kasar 7,389841 2

4 Edging

Heater (F13) : Suhu heater kurang 65 - 700C Lepasnya bahan laminasi 3,997252 20

Cutter (F14) : Cutter tumpul Vinyl sheet sobek 5,763174 10

Roller (F15) : Roller macet Material tidak dapat diproses 5,359653 12

Belt (F16) : Belt kendor atau putus Kerusakan pada material dan proses berhenti 4,561045 17

5 Drilling

Mata bor (F17): Mata bor aus Ukuran lubang tidak sesuai spesifikasi yang diinginkan 6,799071 5

Valve (F18) : Valve bocor Tekanan angin tidak stabil sehingga kedalaman lubang tidak sesuai

yang diharapkan 6,210983 8

Software (F19) : Software error Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut 7,432184 1

Bearing (F20) : Bearing rusak Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut 4,346719 18

Chain dan gear (F21) : Chain dan gear aus Mesin berhenti dan proses tidak bisa berlanjut 4,839128 16

4

PENERAPAN MODEL (6)

(18)

Cutter (F1) :

Cutter tumpul

dan oleng

Mengecek cutter secara periodik

Mengganti cutter yang sudah aus secara cepat

Membuat jadwal pergantian cutter

Melakukan maintenance secara

teratur

Membuat instruksi penggunaan

mesin

Melakukan training pada operator

Pengembangan teori fuzzy pada FMEA

Rangking dari

nilai FRPN

Recomendation Action

Prioritas perbaikan

Input

Contoh kasus (F1)

Manajemen Perusahaan

Analisis RCA

Action

PENERAPAN MODEL (7)

PENERAPAN MODEL (7)

(19)

Pengembangan teori fuzzy pada FMEA

Tindakan Rekomendasi

Dari FRPN RCA

PENERAPAN MODEL (8)

(20)

Pengembangan teori fuzzy pada FMEA

Tindakan Rekomendasi (Lanjutan)

PENERAPAN MODEL (9)

(21)

Kriteria prioritas

perbaikan

adalah……

Tingkat

risiko

(FRPN)

Economic

Safety (ES)

Economic

Cost (EC)

Kemudahan

Spare Part

(SP)

Maintenance

Personal

Ability (MA)

Prioritas perbaikan teridentifikasi Berdasarkan root cause analysis (RCA) dan kondisi dari perusahaan

Kriteria kualitatif dalam prioritas perbaikan terhadap mode kegagalan

TOPSIS

PENERAPAN MODEL (10)

(22)

Pembuatan matriks nilai

masing-masing

kriteria

Normalisasi matrik nilai

masing-masing

kriteria

Perhitungan bobot setiap

kriteria

Penetapan solusi ideal

positif (v+) dan solusi

ideal negatif (v-) untuk

masing-masing

kriteria

Perhitungan jarak pada

setiap kriteria antara

solusi ideal positif dan

solusi ideal negatif.

Perhitungan dengan TOPSIS

TOPSIS

Solusi ideal

masing-masing kriteria

PENERAPAN MODEL (11)

(23)

Perhitungan Risk Priority Indeks (RPI) dari solusi ideal

TOP

SIS

Rangking berdasarkan

perhitungan topsis

PENERAPAN MODEL (12)

PENERAPAN MODEL (12)

(24)

Analisa RPN FMEA dan RPN fuzzy FMEA

Ada

empat(4)

kelompok yang

terdiri dari

sepuluh(10) mode

kegagalan yang

memiliki

nilai RPN

dan peringkat

prioritas yang

sama.

Menimbulkan

representasi risiko

yang berbeda

sehingga dengan

adanya nilai RPN

yang sama tersebut

akan

membuat

kesulitan para pelaku

dalam menentukan

peringkat prioritas

risiko

terhadap mode

kegagalan yang

terjadi.

Tidak ada nilai

FRPN yang sama

untuk

masing-masing mode

kegagalan yang

teridentifikasi,

sehingga

masing-masing kegagalan

mempunyai

peringkat prioritas

risiko

masing-masing

.

Memperhitungkan

bobot kepentingan

anggota tim penilai

FMEA dan bobot

masing-masing faktor

(S, O dan D) pada

masing-masing mode

kegagalan yang terjadi

PENERAPAN MODEL (13)

(25)

Prioritas perbaikan berdasarkan RPN, FRPN dan TOPSIS

Lintasan kritis

improvement yang dihasilkan

oleh metode TOPSIS bersifat

independen

PENERAPAN MODEL (14)

(26)

Recommendation Action berdasarkan prioritas TOPSIS

PENERAPAN MODEL (15)

(27)

Recommendation Action berdasarkan prioritas TOPSIS (lanjutan)

PENERAPAN MODEL (16)

(28)

KESIMPULAN DAN SARAN (1)

1.

Pengembangan model penilaian risiko terhadap mode kegagalan komponen dapat

dilakukan dengan pendekatan metode fuzzy dan TOPSIS pada FMEA.

2.

Penentuan prioritas perbaikan pada kegagalan komponen dengan metode fuzzy-FMEA

mampu memperbaiki penentuan prioritas perbaikan dari metode

FMEA. Sebagai

bukti, dalam fuzzy-FMEA tidak ada mode kegagalan yang memiliki nilai RPN sama.

3.

Dalam menentukan prioritas dan rekomendasi perbaikan dengan metode TOPSIS

mempertimbangkan kriteria-kriteria sesuai kondisi perusahaan. Kriteria-kriteria yang

digunakan adalah tingkat risiko, economic safety, economic cost, kemudahan spare part

dan maintenance personal ability.

4.

Penentuan prioritas dan rekomendasi perbaikan terhadap mode kegagalan komponen

dengan metode TOPSIS mampu memperbaiki hasil prioritas

metode

FMEA

dan

metode fuzzy-FMEA. Sebagai bukti bahwa hasil prioritas perbaikan dengan metode

FMEA dan metode fuzzy-FMEA ditempatkan dalam peringkat yang lebih rendah dalam

urutan prioritas perbaikan dari metode TOPSIS.

5.

Prioritas perbaikan yang dihasilkan dengan metode TOPSIS bersifat independen, dalam

artian bahwa perbaikan terhadap kegagalan komponen dalam suatu sistem untuk

meningkatkan kinerja dari sistem tidak mengganggu kinerja dari sistem lain.

6. Dari model yang dikembangkan pada penelitian ini, dihasilkan prioritas dan rekomendasi

perbaikan yang reliable dan sesuai dengan kondisi riil dari perusahaan.

FME

A

Fuz

zy

TOP

SIS

Kesimpulan

(29)

KESIMPULAN DAN SARAN (2)

1. Penelitian

penentuan

prioritas

dan

rekomendasi

perbaikan

ini

bisa

dikembangkan dengan metode fuzzy –

FMEA dan fuzzy –TOPSIS.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan

untuk mengkaji

lebih mendalam

besarnya cost yang dikeluarkan dalam

melaksanakan

rekomendasi

yang

diberikan.

Saran

(30)

DAFTAR PUSTAKA (1)

Garcia, P. A. A., Schiru, R., Frutuoso, P. F., Melo, E. (2005), “A Fuzzy Data Envelopment

Analysis Approach for FMEA”, Progress in Nuclear Energy 46, 359-373.

Jenab, K., Dhillon, B. S. (2005), “Group-Based Failure Effect Analysis. International

Journal of Reliability”, Quality and Safety Engineering 12(4), 291-307.

Kristanto, D. (2006), Evaluasi Timbulnya Kerusakan pada Mesin CASA TPE 331 dengan

pendekatan FMEA, Tugas Akhir, ITS, Surabaya.

Kusumadewi, S., Purnomo. (2004), Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan,

Graha

Ilmu, Yogyakarta.

Manggala, D.(2010), “Mengenal Six Sigma Secara Sederhana”.

http://www.beranda.net

.

diakses 12 Januari 2010.

Mitra, Amitava. (1988), Introduction to Quality Control, Prentice Hall, New Jersey.

Novina, L. (2008), Analisa Kegagalan Pada Proses Produksi Susu Cair Indomilk (SCI)

dengan Root Cause Analysis (RCA) dan Grey FMEA, Tugas Akhir, ITS, Surabaya.

Pillay, A., Wang, J. (2003), “Modified Failure Mode and Effects Analysis Using

Approximate

Reasoning”, Reliability Engineering & System Safety 139, 379-394.

Pyzdek (2002), The Six Sigma HandBook, PT. Salemba Patria, Jakarta.

Sachdeva, A., Kumar, D., Kumar, P. (2009), “Multi-Factor Mode Critically

Analysis Using TOPSIS”, International Journal of Industrial Enineering , Vol. 5,

No. 8

pp 1-9.

Sharma, R. K., Kumar, D., Kumar, P. (2005), “Systematic failure mode effect analysis

(FMEA) using fuzzy linguistic modelling”, International Journal of Quality &

(31)

DAFTAR PUSTAKA (2)

Sharma, R. K., Kumar, D., Kumar, P. (2007), “Fuzzy Decision Support System for Conducting

FMEA”, Reliability Engineering and System Safety 88, 39-43.

Shekari, A., Fallahian, S. (2007), “Improvement of Lean methodology with FMEA”, POMS

18th Annual Conference, Texas.

Susilo, F. (2003), Pengantar Himpunan & Logika Kabur serta Aplikasinya, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Tay, K. M., Lim, C. P. (2006), “Fuzzy FMEA with Guided Rule Reduction System for

Prioritization of Failures”, International Journal of Quality and Reliability

Management 23, 1047-1066.

Teng, S. H., Yo, S. H. (1996), “Faliure Mode and Effect Analysis : An Integrated

Approach

for Product Design and Process Control”, International Journal of

Quality and Reliability

Management 13, 8-26.

Wang, T. C., Chang, T. H. (2006), “Application of TOPSIS in Evaluating Initial Training

Aircraft Under A Fuzzy Environment”, Experts System with Application 33,

870-880.

Wang, Y. M., Chin, K. S., Poon, G. K. K., Yang, J. B. (2009), “Risk Evaluation in Failure

Mode and Effects Analysis Using Fuzzy Weighted Geometric Mean”, Journal

Expert Systems with Application, Vol. 36, pp. 1195-1207.

Yamit, Z. (2004), Manajemen Kuantitatif untuk Bisnis. BPFE ,Yogyakarta.

Yan, J., M. Ryan and J. Power. (1994), Using Fuzzy Logic Towards Intelligent Systems,

Prentice Hall International, London.

Yeh, R. H., Hsieh, M. H. (2007), “Fuzzy Assesment of FMEA for Sewage Plant”, Journal

of

the Cinese Institute of Industrial Engineers 24, 505-512.

(32)

Gambar

Diagram alir pengembangan fuzzy pada proses FMEA
Diagram alir pengembangan TOPSIS pada FMEA

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian merancang dan membuat prototype sistem monitoring pengendalian level fluida pada tangki mixing menggunakan LabVIEW, sehingga kita dapat memonitoring

bahwa Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) dan Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (International Bank for Reconstruction

Judul : Penilaian Model Jaringan Jalan untuk Pengangkutan Kopal dan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat.. Nama : Heryana NRP :

Hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai p = 0,0001 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan pada karakteristik shovel shape gigi insisivus

Hasil uji T ini menjawab hipotesa penelitian yakni: H (0): Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan siswa keals VII dalam membaca teks prosedur

Setelah dilakukan penelitian diketahui total waktu set up atau change over serta dilakukan perbaikan pada tiga titik yakni memindakan enam aktivitas internal menjadi aktivitas

a. Dalam sudut pandang sosiologi yang dimana kita tahu bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai kehidupan dalam masyarakat atau lebih dikenal

Metode penelitian dilakukan secara bertahap, pertama dipilih kriteria utama bangunan gedung berdasarkan jawaban responden sesuai dengan standar kriteria GBCI dengan metode