• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENTING PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING (Studi Kasus Pada Gedung-Gedung Kampus UWKS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENTING PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING (Studi Kasus Pada Gedung-Gedung Kampus UWKS)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENTING PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING

(Studi Kasus Pada Gedung-Gedung Kampus UWKS)

,

1

Miftahul Huda,

2

Titien Setiyo Rini,

3

Johan Paing.

1,

Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang

2

Mahasiswa Program Doktor Universitas Brawijaya Malang

1,2,3,

Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS)

email; huda.uwks@gmail.com. email; asfindateknika@yahoo.com

ABSTRAK

Konsep Green Building merupakan salah satu upaya penghematan energi yang dapat diterapkan pada suatu gedung. Konsep ini akan lebih hemat energi karena dirancang, dibangun dan dioperasikan untuk meminimalkan dampak lingkungan total. Konsep Eco-campus, salah satunya mencakup penerapan green building pun sudah mulai dikembangkan di beberapa perguruan tinggi sejak beberapa tahun belakangan ini. Penelitian ini merupakan studi kasus tentang penerapan penilaian kriteria green building pada gedung-gedung di lingkungan kampus UWKS. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kriteria rating dan penerapan kriteria green building pada gedung-gedung di lingkungan kampus UWKS berdasarkan standar nasional Green Building Council Indonesia (GBCI).

Metode penelitian dilakukan secara bertahap, pertama dipilih kriteria utama bangunan gedung berdasarkan jawaban responden sesuai dengan standar kriteria GBCI dengan metode wawancara atau kuisioner skala Likert (1-5). Kedua, berdasarkan kriteria utama terpilih, kemudian dilakukan pengukuran langsung di beberapa gedung yang dipilih secara purpose sampling.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kriteria utama yang perlu dimiliki gedung UWKS agar berkinerja sebagai green building berdasarkan GBCI meliputi ; 1) kondisi suhu dan kelembaban udara 2). tingkat pencahayaan ruangan, 3) efisiensi penggunaan air bersih 4). pemanfaatan sumber daya air alternatif, 5). efisiensi pemakaian energy dan 6). pencahayaan alami. Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa gedung-gedung kampus UWKS pada saat ini mempunyai nilai rating 65,22 % (gold) menurut GBCI. Untuk meningkatkan rating menuju green campus (eco campus) dimasa yang akan datang, disarankan kepada pengelola gedung kampus agar melakukan upaya-upaya nyata dalam meningkatkan prasarana dan sarana kampus sesuai standar GBCI.

Kata kunci ; eco-campus, green building, GBCI, UWKS.

PENDAHULUAN

Tingkat kesadaran global tentang ling-kungan hidup dan perubahan iklim pada be-berapa tahun belakangan ini meningkat de-ngan tajam. Berbagai gerakan hijau pun dila-kukan untuk melindungi bumi dengan meng-implementasikan berbagai upaya efisiensi penggunaan energi dan peminimalisiran keru-sakan lingkungan (Barbour, 2004; Ding, 2007). Upaya antisipasi pemanasan global tersebut pun dilakukan oleh sektor konstruksi, mengingat pada kenyataan bahwa industri konstruksi me-rupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di bumi ini. Seluruh emisi CO2 yang ada didunia, 30%-40% dihasilkan oleh limbah konstruksi, sehingga setiap pengurangan emisi pada bangunan akan berdaya ungkit besar terhadap upaya antisipasi pemanasan global tersebut (Firsani & Utomo, 2012).

Pemerintah Indonesia saat ini pun telah mengumumkan untuk memulai gerakan nasio-nal penghematan energi, baik dalam peng-hematan penggunaan bahan dan penghematan penggunaan listrik dan air di kantor-kantor pemerintah, BUMN, BUMD, dan penerangan jalan. Salah satu upaya nyata yang dapat dilakukan adalah dengan

menerapkan Konsep Green Building (Aristia Putri A, dkk., 2012). Konsep Green Building merupakan salah satu upaya penghematan energi yang dapat diterapkan pada suatu gedung, karena bangunan ini akan lebih hemat energi, dirancang, diba-ngun dan dioperasikan untuk meminimalkan dampak lingkungan total. Bangunan hijau adalah bangunan dimana sejak mulai dari proses perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu, baik pada bangunan maupun mutu dari kualitas udara di dalam ruangan dan memperhatikan kesehatan peng-huninya yang semua harus berpegang kepada kaidah kesinambungan (GBCI, 2010).

Konsep Eco-campus, yang salah satunya mencakup penerapan konsep green building atau kampus berekelanjutan mulai dikembang-kan di beberapa pergurun tinggi swasta maupun negeri sejak beberapa tahun belakangan ini. Eco-Campus bertujuan mengajak para indi-vidu dalam kampus serta tamu kampus un-tuk menjaga ketahanan sumber daya energi, air dan sumber daya alam serta melindungi ling-kungan melalui pengelolaan sampah, peng-hematan energi dan merubah perilaku lebih bersahabat lingkungan

(2)

berkelanjutan adalah kampus yang menerapkan visi kawas-an ekologis dengan teknologi, karakter, komu-nitas, program, yang menciptakan dan membentuk gaya hidup ramah lingkungan pada orang-orang yang menjadi bagian dari kampus tersebut. Telah banyak Negara dan cara untuk melakukan assessment terhadap bangunan atau gedung yang akan maupun telah dibangun baik untuk bangunan gedung komersial, perkantoran maupun bangunan gedung kampus (Prayogo & Utomo, 2011). Sehingga saat ini dipandang perlu untuk mendapatkan cara/model bagi pengukuran kinerja gedung-gedung yang telah ada di lingkungan kampus UWKS.

Penelitian ini merupakan studi kasus tentang penerapan penilaian kriteria green building pada gedung-gedung di lingkungan kampus UWKS yang mengacu pada standard nasional (GBCI, 2010). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kriteria rating (ser-tifikasi) dan penerapan kriteria

green building pada gedung-gedung di lingkungan

kampus UWKS berdasarkan standar nasional Green

Building Council Indonesia (GBCI, 2010). Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan langkah program Eco-campus di masa yang akan datang.

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian assess-ment untuk mengukur dan menganlisis kinerja green

building pada gedung-gedung kampus UWKS

berdasarkan kriteria standar nasional Green

Building Council Indonesia (GBCI). Kriteria yang

diukur sejumlah 31 kriteria dari total 41 kriteria, karena 10 kriteria tidak bisa diukur setelah bangunan berdiri (Aristia Putri A., dkk., 2012). Metode penelitian dilakukan secara bertahap, pertama dipilih kriteria utama bangunan gedung berdasarkan jawaban res-ponden sesuai dengan standar kriteria GBCI dengan metode wawancara atau kuisioner menggunakan skala Likert (1-5). Kedua, ber-dasarkan kriteria utama terpilih, kemudian dilakukan pengukuran langsung di beberapa gedung yang dipilih secara purpose

sampling.

Tahap pertama dilakukan penyebaran kuisio-ner kepada para responden dengan metode random

sampling. Jumlah responden ditentukan sebanyak

100 responden yang terdiri dari ; pengurus yayasan, pimpinan Universitas/ Fakul-tas, staf akdemik, para dosen, mahasiswa, dan karyawan. Para responden diminta untuk menilai tingkat pencapaian yang akan menun-jukkan kriteria mana yang paling penting. Setelah pengumpulan data pada survey penda-huluan selesai, kemudian dilakukan analisa data untuk mengidentifikasi kriteria apa saja yang menentukan di dalam pelaksanaan Green Building,

dengan menggunakan statistika mean dan standar deviasi.

Mean :

Standar deviasi :

Berdasarkan nilai mean dan SD masing-masing kriteria kemudian dilakukan pengelompokan untuk menentukan kriteria yang paling penting.

Tahap kedua dilakukan pengukuran lang-sung pada beberapa gedung yang dipilih secara purpose

sampling berdasarkan kriteria terpilih pada tahap

pertama. Dalam penelitian ini variabel yang diamati pada pengukuran kinerja kriteria Green Building pada gedung-gedung kampus UWKS mengacu pada lembaga sertifikasi nasional

(Greenship-GBCI), yaitu :

1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site

De-velopment /ASD)

2. Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy

Efficiency & Refrigerant/EER)

3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC) 4. Sumber & Siklus Material (Material Re-sources

& Cycle/MRC)

5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor

Air Health & Comfort/IHC)

6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Buil-ding &

Enviroment Management)

Pada tahap kedua ini dilakukan penga-matan secara kuantitatif dan kualitatif. Penga-matan kuantitatif dilakukan dengan cara pengukuran langsung pada obyek penelitian yaitu gedung-gedung di kampus UWKS untuk mengukur penilaian tingkat green building dengan media alat bantu yang umum dipakai. Sedangkan pengamatan kualitatif dilakukan dengan cara wawancara verifikasi yaitu dengan memanfaatkan potensi sumber informasi dan pendapat dari sumber daya yang sudah dijelas-kan sebelumnya yaitu; pengurus yayasan, pimpinan universitas/fakultas, dosen, karyawan ataupun mahasiswa yang mengetahui Konsep Green Building secara umum dan sehari-hari mengamati / menempati gedung-gedung di kam-pus UWKS untuk mendapatkan informasi.

Data dan informasi yang telah terkumpul dari pengamatan langsung baik dengan analisa kualitatif ataupun kuantitatif yang menghasilkan penilaian pengukuran kinerja kriteria green building pada gedung-gedung UWKS dengan bobot

penilaian sesuai pengamatan peneliti yang mengacu pada kriteria Greenship. Setelah pe-ngukuran yang dilakukan oleh peneliti melalui pengamatan dan wawancara verifikasi dilaku-kan maka hasil penilaian yang terkumpul akan dianalisa hasil

rating yang didapatkan sesuai standar pemeringkatan Greenship.

(3)

HASIL DAN ANALISIS Karakteristik Responden

Target jumlah responden yang diharapkan dari penelitian ini adalah 100 responden. Tetapi hasil penelitian responden yang menjawab dan mengembalikan kuisioner sebanyak 86 respon-den. Secara rinci karakteristik responden hasil penelitian ini dijelaskan pada Tabel 1 di bawah ini ;

Tabel 1, Karakteristik Responden Karakteristik Responden F (%) Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan 40 46 46,5 53,5 Jumlah 86 100 Kelompok Responden: Pegurus Yayasan Pimpinan Universitas Pimpinan Fakultas Dosen Staf Akademik Mahasiswa Karyawan Alumni 2 2 17 24 15 15 6 5 2,3 2,3 19,8 27,9 17,4 17,4 7,1 5,8 Jumlah 86 100 Pendidikan Terakhir SLTA Diploma Strata-1 (S1) Strata-2 (S2) Strata-3 (S3) 23 2 8 51 2 26,8 2,3 9,3 59,3 2,3 Jumlah 86 100

Sumber: Hasil survei Survey Awal

Survey awal dilakukan dengan menyebar kuisioner yang berisi tentang

31 kriteria green

building menurut Greenship

(Aristia, dkk., 2012). Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui penilaian responden tentang kriteria utama

dalam menerapkam kriteria green

building. Hasil penilaian responden dapat

dilihat pada Tabel 2.

Uji Mean dan Standar Deviasi

Berdasarkan hasil survey awal kemudian dilakukan perhitungan rata-rata (mean) dan standar deviasi (SD) untuk setiap kriteria green building berdasarkan jawaban 86 responden tersebut di atas. Hasil perhitungan mean dan SD untuk setiap kriteria dan reratanya dapat dilihat pada Tabel 2 .

Berdasarkan nilai mean dan SD masing-masing kriteria green building, kemudian dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu : 1) Kwadran I ; mean ≥ 3,673 dan SD < 0,801 2) Kwadran II ; mean ≥ 3,673 dan SD ≥ 0,801 3) Kwadran III ; mean < 3,673 dan SD ≥ 0,801 4) Kwadran IV ; mean < 3,673 dan SD < 0,801

Hasil pengelompokan kriteria green building secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah. Kelompok utama dan paling penting (kwadran I) menurut jawaban responden terdiri dari :

1) Thermal Comfort. 2) Natural Lighting. 3) Water Use Reduction 4) Alternative Water Resource. 5) Energy Efficiency Measure 6) Visual Comfort

Tabel 2, Kriteria Green Building dan Hasil Perhitungan

No Kriteria Green Building Mean SD Kel

1 Site Selection 3.100 0.759 IV 2 Water Fixtures 3.450 0.507 IV 3 Thermal Comfort 4.000 0.615 I 4 Rainwater Harvesting 3.575 0.626 IV 5 Site Landscaping 4.075 0.907 II 6 CO2 Monitoring 2.925 0.803 III 7 Storm Water Management 3.825 0.847 II 8 Environmentally Friendly

Proccesed Product 2.850 0.819 III 9 Natural Lighting 4.200 0.664 I 10 Ventilation 4.325 1.093 II 11 Regional Material 3.175 0.791 IV 12 Advance Waste Management 3.500 0.629 IV 13 Water Use Reduction 4.300 0.702 I 14 Micro Climate 3.850 0.834 II 15 Non ODS Usage 4.275 0.877 II 16 Alternative Water Resource 4.175 0.551 I 17 Energy Efficiency Measure 4.000 0.765 I 18 Water Efficiency landscaping 3.600 0.724 IV 19 Community Accessibility 3.100 0.868 III 20 Chemical Pollutants 4.175 0.961 II 21 On Site Renewable Energy 3.950 0.850 II 22 Certified Wood 2.825 1.177 III 23 Water Recycling 4.075 0.860 II 24 Pollution of construction

Activity 3.625 0.490 IV

25 Building and Material 3.625 1.184 III 26 Public Transportation 3.125 0.730 IV 27 Visual Comfort 4.150 0.747 I 28 Climate Change Impact 3.150 0.973 III 29 Acoustic Level 3.225 0.898 III

30 Bicycle 3.475 0.571 IV

31 Environmental Tobacco

Smoke Control 4.175 0.997 II Rerata 3.673 0.801 Sumber : Hasil analisis

I

I

II

III

(4)

Sumber : Hasil analisis

Analisis Kriteria Paling Penting 1) Thermal Comfort

Merupakan salah satu kriteria green building yang menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 25o C dan kelembaban relatif (Relative Humudity = RH) udara 60%. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban ruangan beberapa gedung dije-laskan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4, Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban No Fungsi Gedung Rerata Hasil Pengukuran Masing-2 Gedung (o C) RH ( %) 1 Rektorat 25.3 48% 2 Pasca Sarjana 24.6 47% 3 Perpustakaan 27.8 49% 4 Gedung Serbaguna 27.5 52% 5 Fakultas Kedokteran 24.7 47% 6 Fakultas Ekonomi 26.4 48% 7 Fakultas Teknik 27.1 51% 8 Fakultas Hukum 27.9 54% Rerata 26.41 49,5 % Ket. ; Suhu dan RH memenuhi standar GBCI Sumber : Hasil Pengukuran Langsung. 2) Natural Lightning

Adanya lux sensor untuk otomatisasi pencahayaan buatan apabila intensitas cahaya alami kurang dari 300 lux, akan mendapatkan 2 poin (GBCI). Hasil pengukuran dan reratanya untuk pengukuran tingkat pencahayaan pada beberapa gedung di UWKS dapat dilihat pada Tabel 5, di bawah:

Tabel 5 Hasil Pengukuran Tingkat Pencahayaan

No Fungsi Gedung Lampu mati (lux) Lampu mati (lux) Lampu mati (lux) Siang Pagi Sore 1 Rektorat 38,6 40,2 2,78 2 Pasca Sarjana 23,3 54,2 2,78 3 Perpustakaan 141,2 32,8 2,82 4 Serbaguna 113,3 22,7 2,81 5 F.Kedokteran 124,8 22,8 2,77 6 F.Ekonomi 73,0 19,2 2,76 7 F.Teknik 173,7 30,3 2,78 8 F.Hukum 152,4 33,5 2,80 Rerata 105,04 31,96 Standar GBCI 20-170 20-50 2-3 Sumber : Hasil Pengukuran & GBCI (diolah)

3) Water Use Reduction

Jumlah penghuni gedung kampus UWKS selama lima tahun terakhir rata-rata sekitar 7.500 orang (profil UWKS, 2012) . Kebutuhan air per hari diasumsikan sebagai berikut ;

Jumlah penghuni dianggap 75 % masuk kerja/hari. Kebutuhan air = 75 % x 7.500 org x 80 liter/hr/orang = 450.000 ltr/hr. Kebutuhan efektif per bulan = 450.000 x 22 hari = 9.9000.000,- liter (75 % diambil dari PDAM dan 25 % dari sumur bor). Jadi kebutuhan air dari PDAM = 75 % x 9.900.000 = 7.425.000 liter (7.425 m3). Berdasarkan rekening pembayaran air PDAM mulai bulan Maret 2013 sampai dengan Agustus 2013, volume pemakaiaa air di UWKS dan penghematannya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6, Penghematan Pemakaian Air di UWKS Tiap Bulan Bulan/ Tahun (2013) Volume Pemakaia n (m3) Volume Kebutuhan (m3) Penghe matan ( % ) Maret 4.167 7.425 43.88 April 3.796 7.425 48.88 Mei 4.189 7.425 43.58 Juni 4.298 7.425 42.11 Juli 4.291 7.425 42.21 Agustus 4.338 7.425 41.58 Rerata 43.71 Sumber : BAU UWKS, 2013 (diolah).

4) Alternative Water Resource

Hasil pengamatan di lapangan menun-jukkan bahwa gedung-gedung yang ada di lingkungan kampus UWKS sudah memanfaat-kan dan mendaya gunakan sumber air sekunder sebagai sumber air alternatif untuk penghematan sumberdaya air. Diperkirakan 75 % sumber air dari PDAM dan 25 % dari sumur bor.

5) Energy Efficiency Measure

Nilai OTTV (Overall Thermal Transfer

Value) dan RTTV (Roof Thermal Transfer Value)

sesuai SNI 03-6389-2000 yaitu mak-simal sebesar 45 W/m2. Rumus untuk meng-hitung OTTV dinding dengan orientasi tertentu :

dimana :

OTTV = harga perpindahan termal menyeluruh pada dinding uar yang memiliki arah atau orientasi tertentu (W/m2).

α = absorbtansi radiasi matahari

Uw = Transmitansi termal dinding tak tembus cahaya (W/m2.K).

OTTV = α [(Uw x ( 1 - WWR)] x TDek +

(5)

WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang ditentukan.

TDek = Beda temperatur ekuivalen (K) SF = Faktor radiasi matahari (W/m2)

SC = Koefisien peneduh dari sistem tenestrasi. Uf = Transmitansi termal fenetrasi (W/m2.K). ΔT = Beda temperatur perencanaan antara

bagian luar dan bagian dalam (diambil 5K).

Rumus untuk menghitung OTTV seluruh din-ding luar :

dimana :

Aoi = luas dinding pada bagian dinding luar i (m2). Luas total ini termasuk semua permukaan dinding tak tembus cahaya dan luas permukaan jendela yang terdapat pada bagian dinding tersebut. OTTVi = nilai perpindahan termal menyeluruh

pada bagian dinding i.

Hasil pengukuran efesiensi pemakaian energi pada setiap gedung dapat dilihat pada Tabel 7. Rearata hasil pengukuran OTTV pada 8 gedung ( 35 titik) adalah sebesar 26,08 W/m2 < 45 W/m2 (GBCI).

Tabel 7, Efisiensi Pemakaian Energi

No Fungsi Gedung Juml Titik Pengukrn Rerata OTTV 1 Rektorat 3 30,5 2 Pasca Sarjana 3 25,3 3 Perpustakaan 6 35,3 4 Gedung Serbaguna 4 20,5 5 Fakultas Kedokteran 7 22,5 6 Fakultas Ekonomi 4 24,5 7 Fakultas Teknik 4 25,4 8 Fakultas Hukum 4 24,6 Rerata OTTV 26,08 Standar GBCI = 45 W/m2 OK Sumber : Hasil Pengukuran Langsung (diolah)

6) Visual comfort (Tingkat Pencahayaan)

Merupakan salah satu kriteria green building yang menetapkan perencanaan tingkat penca-hayaan ruangan sesuai yang dianjurkan SNI 03-6197-2000. Tingkat pencahayaan ruangan untuk lembaga pendidikan ditunjukkan pada Tabel 8, dibawah ini.

Tabel 8, Tingkat Pencahayaan Lembaga Pendidikan No Fungsi Gedung Tingkat Pencahayaan

(Lux)

1 Ruang kelas 250

3 Laboratorium 500

4 Kantin 200

Sumber : SNI 03-6197-2000, Tabel 1

Pengukuran tingkat pencahayaan (iluminasi) dalam 3 waktu yang berbeda, yaitu pagi hari (08.30), siang hari (13.00) dan sore hari (17.00). Hasil pengukuran pencahayaan yang dilakukan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9, Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah (pagi hari)

Ruang Kuliah Kondisi Lampu Nyala Mati ½ Nyala Fak. Kedokteran 365 110 175 Fak. Kedokteran 360 115 165 Fakultas Ekonomi 375 45 165 Fakultas Teknik 368 55 135 Fakultas Hukum 375 45 165 Pasca Sarjana 355 75 150 Rerata OTTV 366

Sumber : Hasil Pengukuran Langsung

Tabel 10, Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah (siang hari)

Ruang Kuliah Kondisi Lampu Nyala Mati ½ Nyala Fak. Kedokteran 375 55 180 Fak. Kedokteran 380 50 175 Fakultas Ekonomi 390 45 170 Fakultas Teknik 377 35 170 Fakultas Hukum 388 45 170 Pasca Sarjana 370 50 160 Rerata OTTV 380

Sumber : Hasil Pengukuran Langsung

Tabel 11, Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah (sore hari)

Ruang Kuliah Kondisi Lampu Nyala Mati ½ Nyala Fak. Kedokteran 260 2,88 150 Fak. Kedokteran 260 2,90 120 Fakultas Ekonomi 295 2,75 148 Fakultas Teknik 265 2,75 115 Fakultas Hukum 239 2,60 140 Pasca Sarjana 230 2,65 100 Rerata OTTV 259

Sumber : Hasil Pengukuran Langsung

Tabel 9,10 dan 11 menunjukkan tingkat pencahayaan ruang kuliah pada waktu pagi, siang dan sore hari. Rerata OTTV pada kondisi lampu menyala > 250 Lux, artinya memenuhi persyaratan SNI 03-6197-2000. Namun demi-kian untuk penghematan pada waktu pagi dan siang lampu tidak perlu dinyalakan semua.

(6)

laboratorium dan kantin dapat diukur sebagai-mana Tabel 9,10 dan 11. Hasil pengukuran ruang perpustakaan, laboratorium dan kantin juga memenuhi persyaratan SNI 03-6197-2000. Analisa Nilai Rating

Analisa nilai rating (sertifikasi) bertujuan untuk membandingkan kriteria green building berdasarkan nilai point standar nasional (GBCI) dengan nilai point berdasarkan hasil pengukuran di lapangan. Hasil perbandingan tersebut dida-pat sebesar 47,8 % (silver) menurut GBCI, sebagaimana dijelaskan pada Tabel 12.

Tabel 12 Perbandingan Kriteria Green Building

No KRITERIA GBCI POINT UWKS POINT 1 Thermal Comfort Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan se-cara umum pada suhu 250

C dan kelembababan rela-tif 60%.

1 1

2 Natural Lighting

P engggunaan cahaya ala-mi secara optimal sehing-ga minimal 30% luas lan-tai yang digunakan untuk bekerja mendapat kan in-tensitas cahaya alami mi-nimal sebesar 300lux

2 0

Jika butir satu dipenuhi la-lu ditambah dengan ada-nya lux sensor untuk oto-matisasi pencahayaan buatan apabila intensitas cahaya alami kurang dari 300lux, didapatkan tam-bahan nilai 2 poin

2 0

3 Water Use Reduction

Konsumsi air bersih de-ngan jumlah 80% dari sumber primer tanpa me-ngurangi jumlah kebutuh-an per orkebutuh-ang sesuai de-ngan SNI 03-7065-2005 seperti pada tabel terlam-pir

1 1

Setiap penurunan konsum-si air berkonsum-sih dr sumber primer sebesar 5% sesuai dengan acuan pada poin 1 akan mendapatkan nilai 1 dngan nilai maks sebesar 7 poin

7 5

4 Alternative Water Resources

Meggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air kondensasi AC air bekas wudu, atau air hujan.

1 0

5 Energy Efficiency Measure

Tiap penurunan 3 W/m2 dari nilai OTTV 45 W/m2 (SNI 03-6389-2000) mendapatkan nilai 1 poin sampai maks 5 poin

5 5

Menggunakan lampu dengan daya pencahayaan 30%, yg lebih hemat dari pada daya pencahayaan yg tercantum dalam SNI 03-6197-2000

1 1

Zonasi pencahayaan untuk

seluruh ruang kerja yang 1 0

dikaitkan dgn sensor gerak Penempatan tombol lampu dlm jrak pencapaian ta-ngan pada saat buka pintu

1 1

6 Visual Comfort

Menggunakan lampu de-ngan iluminasi (tingkat pencahayaan) ruangan sesuai SNI 03-6197- 2000 Tabel 1 1 1 TOTAL 23 15 Persentase 15/23=65,22%

Sumber ; GBCI & hasil pengukuran

Setiap bangunan yang disertifikasi harus meme-nuhi syarat kelulusan awal (pre-requisite) dari keenam katagori di atas. GBCI memberikan peringkat penilaian green building berdasarkan perolehan poin. Untuk bangunan greenship

platinum nilai poin 74, gold 58 poin, silver 48 poin

dan bronze 35 poin. Dengan demikian gedung-gedung di kampus UWKS termasuk katagori gold menurut GBCI karena jumlah poinnya 65

KESIMPULAN

1. Pengukuran penilaian kriteria green building pada gedung-gedung kampus UWKS me-nyimpulkan bahwa terdapat 6 kriteria green

building yang dianggap paling utama

ber-dasarkan pengukuran pada setiap kriteria-nya, yaitu ; Thermal Comfort (kondisi suhu dan kelembaban udara), Natural Lighting (tingkat pencahayaan ruangan), Water Use Reduction

(efisiensi penggunaan air bersih ), Alternative Water Resource (pemanfaatan sumber daya air

alternatif), Energy Efficien-cy Measure (efisiensi pemakaian energy) dan Visual Comfort (pencahayaan alami).

2. Tingkat rating sertifikasi Green Building pada gedung-gedung UWKS adalah sebesar 65,22 %, atau dikatagorikan gold menurut GBCI.

DAFTAR PUSTAKA

Aristia Putri A., M. Arif Rohman, dan Chris-tiono Utomo, 2012. Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS,

Jurnal Teknik ITS Vol. 1, No. 1, (Sept.

2012), D107-D112, ISSN: 2301-9271, Badan Standarisasi Nasional. 2000. Konservasi

Energi Selubung Bangunan Pada Ba-ngunan Gedung, SNI 03-6389-2000.

Badan Standarisasi Nasional. 2000. Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan, SNI 03-6197-2000.

Barbour, 2004. The Barbour Report 2003. Uni-ted

(7)

Ding. 2007. Sustainable Construction – The Role of Environmental Assesment Tools. Australia. Firsani T., dan Utomo C., 2012. Analisa Life Cycle

Cost pada Green Building Dia-mond Building Malaysia, Jurnal Teknik ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012), D34-D39, ISSN: 2301-9271,

Imam Prayogo & Christiono Utomo, 2012. Model Pengukuran Kineja Sustainable Building- Suatu Perspektif Pada Gedung H Kampus ITS, Surabaya.

Indonesia, Green Building Council (GBCI), 2010. Greenship Existing Buildings, <URL: http://www. gbcindonesia.org>.

Konservasi Energi Selubung Bangunan Pada Bangunan Gedung (SNI 03-6389-2000). Badan Standarisasi Nasional, Jakarta (2000). Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan (SNI

03-6197-2000), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta (2000).

Thomashow, Mitchell. 2009. The Nine Ele-ments of a Sustainable Campus. Ame-rika: Unity College.

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 2013, Arsip Pembayaran Rekening Air PDAM Kota Surabaya, Bulan Maret s/d Agustus 2013.

Gambar

Tabel 5  Hasil Pengukuran Tingkat Pencahayaan
Tabel  9,10  dan  11  menunjukkan  tingkat  pencahayaan  ruang  kuliah  pada  waktu  pagi,  siang  dan  sore  hari
Tabel 12 Perbandingan  Kriteria Green Building

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Analisa Pemilihan Material Bangunan Dalam Mewujudkan Green Building (Studi Kasus: Gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo antara lain (1).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam kriteria pengukuran efisiensi energi pada gedung dengan menghitung OTTV, sebagai salah satu sebagai pedoman perancangan

Penerapan konsep green building diharapkan tidak hanya diterapkan pada. bangunan-bangunan komersial saja, namun juga pada berbagai bangunan

Menurut SNI 03-6196-2000 tentang Prosedur Audit Energi Pada Pembangunan Gedung, Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik adalah pembagian antara konsumsi energi

Dalam kategori manajemen lingkungan bangunan, terdapat 5 (lima) kriteria yang memiliki total nilai maksimum sebesar 13 poin, Setelah dianalisis, diperoleh hasil bahwa

Gypsum Board, Accoustic Tile, dan Gypsum Water Resistant. 2) Material-material bangunan yang digunakan pada gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo ditinjau dari

Hasil penelitian Analisa Pemilihan Material Bangunan Dalam Mewujudkan Green Building (Studi Kasus: Gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo antara lain (1).

Penilaian Kriteria Green Building Pada Pembangunan Gedung IsDB Project Berdasarkan Skala Indeks Menggunakan Greenship Versi 1.2 Studi Kasus: Gedung Engineering Biotechnology Universitas