• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

35

BAB III

ANALISA DAN DESAIN SISTEM

III.1. Analisa Masalah

Dalam dunia ekonomi bisnis tidak bisa terlepas dan selalu terkait dengan masalah hutang/kredit.Hutang/kredit merupakan hal yang wajar dan menjadi keharusan bagi perusahan memberikan kredit kepada pelanggannya. Semangkin banyak sebuah perusahan memberikan kredit semakin berkembang dan maju pesat perusahaan.

Untuk menghindari kredit macet diperlukan keputusan yang tepat dalam memberikan kredit mobil pada pelanggan.Keputusan yang baik adalah keputusan yang memperhitungan berbagai faktor terkait.

Keputusan pemberian kredit mobilPada PT. Central Nusantara Niaga ( PT. Proton Edar Medan ).Bisa diterapkan dengan metode Analytical Hierarchy Process

(AHP) bersifat multi kriteria, AHP juga didasarkan pada suatu proses yang terstruktur, logis dan memberikan penilaianterhadap elemen-elemen pada setiap tingkat. metode ini membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria(multi criteria).

(2)

III.2.Penerapan Metode

III.2.1. Perancangan SistemAHP (Analytical Hierarchy Process)

Metode AHP digunakan sebagai pendukung Keputusan. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya.

Adapun langkah-langkah dalam metode AHP adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jenis-jenis kriteria / sub-kriteria.

2. Menyusun kriteria/sub-kriteria tersebut dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan.

3. Menjumlah nilai perbandingan tiap kolom.

4. Menghitung nilai elemen kolom kriteria / sub kriteria dengan rumus masing-masing elemen nilai perbandingan dibagi dengan jumlah kolom.

5. Menghitung total nilai baris hasil perhitungan no 4.

6. Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus jumlah nilai baris hasil langkah 5 dibagi dengan jumlah elemen kriteria atau sub kriteria.Hasil perhitungan langkah adalah TPV (Total Priority Value) total nilai prioritas kriteriaatau sub criteria atau disebut.

7. Menguji konsistensi rasio dimaksudkan untuk memeriksa apakah bobot nilai yang kita dapatkan apakah konsisten atau tidak konsisten

(3)

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. (Sylvia Hartati Saragih ; 2013 : 83).

Analytical Hierarchy Process merupakan salah satu metode untuk

membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan berbagai kriteria.( Dita Monita : 2013 ; 31)

Tahapan Analytical Hierarchy Process

Dalam metode Analytical Hierarchy Process dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

i. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah

(4)

tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. j. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah

menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda- beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).

k. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.

(5)

l. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah.

Intensitas Kepentingan

1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar

3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya

5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya

7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.

(6)

9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i. m. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten

maka pengambilan data di ulang.

n. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

o. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan Yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.

p. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam Analytical Hierarchy

Process adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi.

Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau

(7)

sama dengan 10 %. ( Dita Monita ; 2013 : 31 )

Indeks konsistensi matrik random dengan skala 9 (1-9) beserta kebalikannya disebut sebagai indeks random (Random Index) RI. Berdasarkan perhitungan Thomas L. Saaty dengan menggunakan 500 sampel diperoleh nilai rata-rata indeks random (RI) untuk setiap ordo matrik tertentu sebagai berikut:

Tabel III.1. Indeks Random ( RI )

Ordo Matrik RI Ordo Matrik RI Ordo Matrik RI

1 0 6 1,24 11 1,51

2 0 7 1,32 12 1,48

3 0,58 8 1,41 13 1,56

4 0,9 9 1,45 14 1,57

5 1,12 10 1,49 15 1,59

(Sumber : Jani Rahardjo,dkk ; 2010 :34-42 )

Rasio konsistensi CR (Consistency Ratio) dirumuskan sebagai berikut: CR = CI / RI

Apabila ratio konsistensi (CR) 0,10 maka hasil penelitian dapat diterima atau dipertanggungjawabkan. Jika tidak, maka pengambilan keputusan harus meninjau ulang masalah dan merevisi matrik perbandingan berpasangan. (Jani Rahardjo,dkk ; 2010 :34-42 )

(8)

Langkah Dan Prosedur Analytical hierarchy Process

Untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan metode

Analytical Hierarchy Process diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

5. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan.

6. Menyusun masalah kedalam suatu struktur hierark isehingga permasalahan yang komplek dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur.

7. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah.

8. Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki.

Dalam suatu kelompok yang besar, proses penetapan prioritas lebih mudah ditangani dengan membagi para anggota menjad subkelompok yang lebih kecil dan terspesialisasi, yang masing-masing menangani suatu masalah dengan bidang tertentu dimana anggotanya mempunyai keahlian khusus. Apabila subkelompok ini digabungkan, maka nilai setiap matrik harus diperdebatkan dan diperbaiki. Akan tetapi perdebatan dapat ditiadakan dan pendapat perseorangan diambil melalui kuisioner dengan membuat nilai akhir dengan menggunakan rata-rata geometric seperti dibawah ini:

aw a i x2 x ... x an Keterangan : ai penilaian responden ke - i aw penilaian gabungan n banyaknya responden

Perhitungan Analytical Hierachy Process Saaty(1993) menjelaskan bahwa elemen-elemen pada setiap baris dari matrik persegi merupakan

(9)

hasil perbandingan berpasangan. Setiap matrik pairwise comparison dicari eigenvektornya untuk mendapat local priority.

Skala perbandingan berpasangan didasarkan pada nilai-nilai fundamental

Analytical Hierarchy Process dengan pembobotan dari nilai i untuk sama

penting, sampai dengan 9 untuk sangat penting sekali. Berdasarkan susunan matrik perbandingan berpasangan dihasilkan sejumlah elemen pada elemen didalam tingkat yang ada atasnya. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dalam indeks konsistensi yang didapat dari rumus:

CI maks n

n 1

Keterangan :

maks eigenvalue maksimum n ukuran matrik

Indeks konsistensi (C1), matriks random dengan skala penelitian 1 samapi dengan 9, beserta kebalikannya sebagai indeks random (R1). Berdasarkan perhitungan Saaty dengan 500 sampel, jika judgement numeric diambil secara acak dari skala

1/9, 1/8, …, 1,2, …, 9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matrik dengan ukuran berbeda.

Perbandingan antara C1 dan R1 untuk suatu matrik didefinisikan sebagai rasio konsistensi (CR). Untuk model Analytical Hierarchy Process matrik perbandingan dapat diterima jika nilai konsistensinya tidak lebih dari 0,1 atau sama dengan 0,1. ( Dita Monita ; 2013 : 31-32)

(10)

Flowchart untuk proses metode AHP adalah sebagai berikut

Mulai

Selesai Menentukan Kriteria

/ Sub Kriteria

Menyusun kriteria/sub-kriteria dalam matriks perbandingan berpasangan

Menjumlah nilai perbandingan tiap kolom

Menghitung nilai elemen kolom kriteria / sub kriteria (masing-masing elemen nilai perbandingan dibagi

dengan jumlah kolom ) Menghitung total nilai baris hasil

perhitungan sebelumnya Menghitung nilai prioritas

kriteria

Menghitung konsistensi rasio

(CR) CR > 10%

Simpan Nilai Prioritas (untuk semua level

hirarky)

Proses untuk level hirarki berikutnya

Semua level hirarki telah dihitung ?

Kalikan nilai bobot prioritas untuk kriteria dengan sub kriteria yang bersesuain Hitung dan susun kembali matrik

perbandingan

Gambar III.1. Flowchart metode AHP

Perhitungan untuk Kriteria

Untuk kasus pemberian kredit mobil kriteria-kriteria yang digunakan dapat dilihat pada Tabel III.2.di bawah ini :

Tabel III.2. Tabel Kriteria

Kriteria Sub Kriteria

Kemampuan Bayar(Cicilan/Pendapatan ) Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang

Pekerjaan Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang

Kredit Macet Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang

Penjamin Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang

Ya

Tidak

Tidak

(11)

2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan, dapat dilihat pada gambar berikut.

KB Pekerjaan KM Penjamin

KB 1 3 5 7

Pekerjaan 0.33 1 3 7

KM 0.2 0.33 1 3

Penjamin 0.14 0.14 0.33 1

Gambar III.2. Matriks Perbandingan Berpasangan

Cara pengisian elemen-elemen matriks diatas adalah berdasarkan tabel berikut: Tabel III.3. Tabel Intensitas Kepentingan

Intensitas

Kepentingan Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada

elemen lainnya

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan

yang berdekatan

Keterangan : Angka 1 pada kolom pekerjaan baris pekerjaan menggambarkan tingkat kepentingan yang sama antara pekerjaan dengan pekerjaan, angka 5 pada kolom penjamin baris kemampuan bayar menunjukkan kemampuan bayar lebih penting dibandingkan dengan penjamin. Angka 0.33 pada kolom kemampuan bayarbaris pekerjaan merupakan hasil perhitungan 1/nilai pada kolom kemampuan bayar baris pekerjaan (3).angka7 pada kolom penjaminbaris

(12)

pekerjaan menunjukkan nilai pekerjaan jauh lebih penting / mutlak daripada penjamin, sedangkan Angka-angka yang lain diperoleh dengan cara yang sama. 3. Menjumlah nilai perbandingan tiap-tiap kolom.

KB Pekerjaan KM Penjamin KB 1 3 5 7 Pekerjaan 0.33 1 3 7 KM 0.2 0.33 1 3 Penjamin 0.14 0.14 0.33 1 Sum 1,67 4.47 9.33 18

Gambar. III.3. Menjumlah Nilai Perbandingan tiap-tiap kolom Keterangan Gambar : Sum = Penjumlahan setiap masing-masing kolom

4. Menghitung nilai elemen kriteria dengan cara masing-masing elemen nilai perbandingan dibagi dengan jumlah tiap kolom.

1/1,67 3/4.47 5/9.33 7/18 = 0.5966 0.6702 0.5357 0,3889 0.33/1,67 1/4.47 3/9.33 7/18 0.1989 0.2234 0.3214 0.3889 0.2/1,67 0.33/4.47 1/9.33 3/18 0.1193 0.0745 0.1071 0.1667 0.14/1,67 0.14/4.47 0.33/9.33 1/18 0.0852 0.0319 0.0357 0.0556

Gambar. III.4. Nilai Elemen Kriteria

(13)

5. Menghitung total nilai tiap-tiap baris,

KB Pekerjaan KM Penjamin Total Baris KB 0.5966 0.6702 0.5357 0,3889 2,1914 Pekerjaan 0.1989 0.2234 0.3214 0.3889 1,1326 KM 0.1193 0.0745 0.1071 0.1667 0.4676 Penjamin 0.0852 0.0319 0.0357 0.0556 0.2084

Gambar. III.5. Total Nilai Tiap Baris

6. Nilai prioritas kriteria atau Total Priority Value (TPV) untuk kriteria, TPV

KB 2,1914/ 4 0,5479

Pekerjaan 1,1326/ 4 = 0,2831

KM 0.4676/4 0,1169

Penjamin 0,2084 / 4 0,0521

Gambar. III.6. Total Priority Value Kriteria

Keterangan TPV adalah Nilai total baris dibagi dengan jumlah kriteria, dalam kasus ini 4 kriteria.

7. Menguji konsistensi rasio

Mencari Lamda Maximum, dapat dilihat pada Gambar berikut ƛmax=1.67(0,5479) + 4.47(0,2831)+9,33(0,1169)+ 18(0,0521)

= 0,9183 + 1,2674+1,0911+0,9379= 4,2146

Gambar. III.7. Lamda Maximum

Menghitung Consistency Index dengan rumus seperti dibawah ini : ƛ ,

(14)

8. Mengitung Consistensi Ratio dengan rumus dibawah ini :

CR =

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

CR= 0,0715 / 0.9 = 0.0794< 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima.

Menghitung Matrik Perbandingan untuk Sub Kriteria

1. Untuk sistem pemberian kredit mobil terdapat sub kriteria untuk masing-masing kriteria sebagai berikut:

Tabel III.4. Tabel Sub Kriteria Kemampuan Bayar

Sub Kriteria Arti

Sangat Baik Cicilan <=15% Pendapatan

Baik Cicilan 16 -30% Pendapatan

Cukup Cicilan 31-40% Pendapatan

Kurang Cicilan 41-60% Pendapatan

Tabel III.5. Tabel Sub Kriteria Pekerjaan

Sub Kriteria Arti

Sangat Baik Pekerjaan PNS / BUMN / TNI / POLRI

Baik Pekerjaan Pegawai Swasta

Cukup Pekerjaan Wiraswasta / Propesional

Kurang Pekerjaan Honor

Tabel III.6. Tabel Sub Kriteria Kredit Macet

Sub Kriteria Arti

Sangat Baik Kredit macet Tidak ada

Baik Macet < 3 Bln

Cukup Macet 4-6 Bln

(15)

Tabel III.7. Tabel Sub Kriteria Penjamin

Sub Kriteria Arti

Sangat Baik Sudah pernah kredit (baik)

Baik Penjamin Perusahaan / Atasan / Orang tua

Cukup Penjamin teman

Kurang Tidak ada penjamin

2. Matrik Perbandingan berpasangan sub kriteria kemampuan bayar.

Cara menentukan matrik ini sama dengan matrik perbandingan berpasangan untuk kriteria

Tabel III.8. Tabel Matrikx Perbandingan Berpasangan Sub Kriteria Kemampuan Bayar

Sub Kriteria S. Baik Baik Cukup Kurang

S. Baik 1 3 4 5

Baik 0.33 1 3 4

Cukup 0.25 0.33 1 3

Kurang 0.20 0.25 0.33 1

Sum 1.78 4.58 8.33 13

3. Menjumlah nilai perbandingan tiap kolom.

Kolom pertama = 1+ 0,33 + 0,25 + 0,20 = 1,78 dan kolom 2 = 3 + 1 + 0,33 + +0,25 = 4,58; dan seterusnya sampai kolom ke 4.

4. Menghitung nilai elemen kolom sub criteria.

(16)

Tabel III.9. Tabel Matrik Nilai Elemen Sub Kriteria Kemampuan Bayar Sub kriteria S. Baik Baik Cukup Kurang

S. Baik 1/1,78 3/4.58 4/8.33 5/13 Baik 0.33/1,78 1/4.58 3/8.33 4/13 Cukup 0.25//1,78 0.33/4.58 1/8.33 3/13 Kurang 0.20//1,78 0.25/4.58 0.33/8.33 1/13

= Sub kriteria S. Baik Baik Cukup Kurang S. Baik 0.5617 0.6550 0.4801 0.3846 Baik 0.1853 0.2183 0.3601 0.3076 Cukup 0.1404 0.0720 0.1200 0.2307 Kurang 0.1123 0.0545 0.0396 0.0769

Sum 1 1 1 1

5. Menentukan total nilai baris normal,

Tabel III.10. Tabel Total Nilai Baris sub Kriteria Kemampuan Bayar Sub kriteria S. Baik Baik Cukup Kurang Total Baris

S. Baik 0.5617 0.6550 0.4801 0.3846 2.0816 Baik 0.1853 0.2183 0.3601 0.3076 1.0715 Cukup 0.1404 0.0720 0.1200 0.2307 0.5633 Kurang 0.1123 0.0545 0.0396 0.0769 0.2834

6. Nilai prioritas kriteria atau Total Priority Value (TPV),

Nilai prioritas kriteria atau TPV untuk sub kriteria kemampuan bayar adalah TPV

KB 2.0816/ 4 0.5204

(17)

KM 0.5633/4 0.1408 Penjamin 0.2834/ 4 0.0708

Gambar. III.8. Total Priority Value Sub Kriteria Kemampuan bayar Keterangan TPV adalah Nilai total baris dibagi dengan jumlah sub kriteria, dalam hal ini sub kriteria untuk kemampuan bayar adalah 4.

7. Menguji konsistensi rasio

Mencari Lamda Maximum, dapat dilihat pada Gambar III.8

ƛmax=1.78(0.5204)+4.58(0.2678)+8.33(0.1408)+13(0.0708) = 4.2477

Gambar. III.9. Nilai Lamda Maximum

Menghitung Consistency Index dengan rumus seperti dibawah ini :

ƛ ,

CI = = 0.0619

Mengitung Consistensi Ratio dengan rumus dibawah ini : CR =

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

CR = = 0.0687<0.1%, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima.

(18)

Sub Kriterian yang lain seperti sub kriteria pekerjaan, sub-kriteria kredit macet dan sub-kriteria penjamin sama maka tidak akan dibahas kembali.\

III.2.2. Menghitung Hasil (Bobot)

Bobot adalah nilai perhitungan tahap terakhir dalam Metode Analytical Hierarchy Process (AHP).Perhitungan Bobot adalah hasil dari nilai Perhitungan Total Priority Value Kriteria dan Total Priority Value Subkriteria. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel III.11.Matriks Hasil TPV Kriteria dan TPV Subkriteria Kriteria Kemampuan

bayar

Pekerjaan Kredit macet Penjamin

TPV 0,5479 0,2831 0,1169 0,0521

Sub-Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

TPV 0.5204 0.5204 0.5204 0.5204

Sub-Kriteria Baik Baik Baik Baik

TPV 0.2678 0.2678 0.2678 0.2678

Sub-Kriteria Cukup Cukup Cukup Cukup

TPV 0.1408 0.1408 0.1408 0.1408

Sub-Kriteria Kurang Kurang Kurang Kurang

TPV 0.0708 0.0708 0.0708 0.0708

Penentuan pemberian kredit pada pelanggan berdasarkan penjumlahan semua semua bobot kriteria.Selain itu diperlukan penentuan nilai bobot minimum untuk permohonan kredit dipenuhi.Pada permasalahan ini ditentukan nilai minimum adalah Cukup untuk semua kriteria. Dari bobot nilai, nilai minimum untuk dipenuhi kredit adalah 0.0772+ 0,0399 + 0,0165 + 0,0073 =0,1408

(19)

Seorang Customer (1) mengajukan permohonan kredit mobil, setelah dilakukan survey oleh sales diperoleh data-data sebagai berikut:

Pekerjaan karyawan swasta. Dengan total pendapatan Rp 10,000,000, tinggal dengan orang tua. Beliau punya angsuran perbulan Rp 2,500,000. Customer datang sendiri dengan penjamin kredit orang tua sendiri.

Sesuai nilai diatas nilai customer 1 adalah : kriteria kemampuan bayar 2.500.000/10.000.000 x 100% = 25% dari pendapatan.

Tabel III.12.Penilaian Customer Customer Kemampuan

bayar

Pekerjaan Kredit macet Penjamin

1 25% (Baik) pegawai swasta (Baik) Tidak ada (Sangat Baik) Orang tua (Baik) Seandainya diberikan data nilai customer seperti yang terlihatdalam Tabel diatas maka hasilnya akan tampak dalam Tabel berikut:

Tabel III.13.Hasil Akhir Penilaian Customer Kemampuan

bayar

Pekerjaan Kredit macet Penjamin

1 0,5479 x 0.2678 0,2831 x 0.2678 0,1169 x 0.5204 0,0521 x 0.2678 Customer Kemampuan bayar

Pekerjaan Kredit macet Penjamin Total Nilai

1 0.1467 0,0758 0,0608 0,0139 0,2972

Total Nilai tersebut melebihi nilai bobot minimum. Sehingga keputusan untuk Customer 1 pengajuan kreditnya bisa dipenuhi

(20)

III.3.1.Use Case Diagram

Diagram yang menggambarkan actor, use case dan relasinya sebagai suatu urutan tindakan yang memberikan nilai terukur untuk actor. Sebuah

use case digambarkan sebagai elips horizontal dalam suatu diagram UML use

caseyang dapat menjelaskan suatu alur proses sistem yang akan di bangun., dapat

dilihat pada gambar berikut :

Pimpinan / Sales

Admin

Login

Mengolah data Cust

Mengolah data Nilai

Report Outlet

Report Penentuan Kredit Proses

Gambar III.10. Use Case Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Mobil

III.3.2. Class Diagram

Class Diagram adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan

menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi) dapat dilihat pada gambar berikut ini:

(21)

tCust NoId NamaCust Alamat NoTlp tNiai NoId NKB NPekerjaan NKM NPenjamin Hasil - Add - Cancel - Update - Save - Edit - Delete - Exit Modul Koneksi - Open() - Close() tUser UserId UserName Password Level_User - Login() - Exit() - Add - Cancel - Update - Save - Edit - Delete - Exit Type Mobil Harga Mobil DP Jumlah Kredit Angsuran

Gambar III.11. Class Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Mobil.

(22)

III.3.3. Activity Diagram

1. Activity Diagram Form Input Data Login Admin

Activity diagram form input data login dapat dilihat pada Gambar berikut :

valid Tidak valid Selesai Menampilkan Form Login Masukkan User Id dan Password Validasi User Id dan Password

Tampilkan Menu dan berikan hak akses

Mulai

User / Admin Sistem

(23)

2. Activity Diagram Data Customer

Activity diagram data customer dapat dilihat pada Gambar berikut :

Action

Pilih menu Masukan

Tampil data Customer

Add Delete Edit

Tampil menu Utama

Pilih Sub menu Customer

Action Update Cancel Action Cancel Action Delete Cancel Save 1 1 Database TCust Sistem Admin

(24)

3. Activity Diagram Data Nilai Customer

Activity diagram data nilai customer dapat dilihat pada Gambar berikut :

Action

Pilih menu Masukan

Tampil data Nilai Customer

Add Delete Edit

Tampil menu Utama

Pilih Sub menu Nilai Cust

Action Update Cancel Action Cancel Action Delete Cancel Save 1 1 Database TNilai, Admin Sistem

(25)

4. Activity Diagram Proses SPK Pemberian Kredit Mobil

Activity diagram proses SPK pemberian kredit mobildapat dilihat pada

Gambar berikut :

Admin Sistem

Action

Pilih menu Proses SPK

Proses SPK Tampil Hasil SPK

Tampil menu Utama

Tampil Form Proses SPK

Database tNilai

(26)

5. Activity Diagram Laporan Hasil SPK Pemberian Kredit Mobil

Activity diagram laporan daftar hasil SPK pemberian kreditmobil dapat dilihat

pada Gambar berikut :

Admin Sistem

Database tCust

Pilih menu Laporan

Tampil Form Laporan Hasil SPK Tampil menu Utama

Pilih sub menu Hasil SPK

Tampil Data Hasil SPK

Database tNilai

Gambar III.16. Activity DiagramLaporan Hasil SPK Pemberian Kredit Mobil

III.3.4. Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di

sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atar dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait).

Adapun diagram sequence diagram hak akses admin dapat dilihat pada gambar berikut ini :

(27)

Gambar III.17. Sequence Diagram Hak Akses Admin

Pada tampilan form login, setiap user diminta untuk memasukkan User ID dan Password. User ID dan Password yang dimasukkan user akan divalidasi ke database.

Adapun diagram sequence dari input data customer dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Pilih menu

Tampilkan

Form Customer Save

Admin Cancel Edit Delete Tampilkan informasi Cancel Control Customer

Form Customer TCustomer

(28)

Keterangan :

Admin memilih menu masukan, kemudian sub menu data customer, di form tersebut lakukan perintah tambah, edit dan hapus outlet, kemudian perintah tersebut akan masuk otomatis di database, dan di form customer juga tampil sebagai informasi.

Adapun diagram sequence dari input penilaian customer dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Pilih menu Tampilkan Form Penilaian Save Admin Cancel Edit Delete Tampilkan informasi Cancel Control Penilaian

Form Penilaian TNilai

Gambar III.19. Sequence Diagram Penilaian Customer

Keterangan :

Admin memilih menu masukan kemudian penilaian, akan muncul form penilaian, di form tersebut lakukan perintah tambah, edit dan hapus nilai permohonan customer, kemudian perintah tersebut akan masuk otomatis di

(29)

database, dan di form penilaian customer juga tampil sebagai informasi hasil perintah yang dilakukan yaitu proses.

Adapun diagram sequence dari laporan hasil SPK pemberian kredit mobil dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Pilih menu Laporan

Laporan Hasil SPK Pemberian Kredit

Admin Form Menu Control Report Nilai SPK Database

Gambar III.20. Sequence Diagram Laporan Hasil SPK Penentuan Kredit Mobil

Keterangan :

Admin memilih menu laporan, lalu memilih sub menu laporan nilai SPK pemberian kredit mobil, maka akan langsung tercetak data laporan nilai SPK Penentuan kredit mobil.

III.4. Desain Database

Pada tahap desain database ini penulis menggunakan aplikasi

(30)

III.4.1. Desain Tabel

Tabel adalah salah satu unsur yang paling penting dalam pembuatan database, karena sebuah database dapat terbentuk dari beberapa tabel yang saling berelasi satu sama lain. Dalam perancangan database sistem pendukung keputusanpemberian kredit mobil, data record tersimpan dalam 3 buah tabel sebagai berikut:

1. Tabel TUser

Tabel user digunakan untuk menampung record atau data-data mengenai halaman user, dalam hal ini administrator dari sistem. Berikut ini design view dari tabel user.

Nama Database : AHPKredit Nama Tabel : TUser

Fungsi Tabel : Untuk Menginput data user admin Tabel III.14. Tabel TUser

No. Nama Field Tipe Panjang Keterangan

1 UserId Varchar 3 Kode User

2 UserName Varchar 30 Nama User

3 Password Varchar 8 Password

(31)

2. Tabel TCustomer

Tabel TCustomerdigunakan untuk menampung record atau data-data informasi customer yang akan dioleh permohonan kreditnya. Berikut ini design

view dari tabel tersebut.

Nama Database : AHPKredit Nama Tabel : TCustomer

Fungsi Tabel : Untuk menginput data informasi customer Tabel III.15. Tabel TCustomer

No. Nama Field Tipe Panjang Keterangan

1 NoId Varchar 5 No Id Customer

2 NmCustomer Varchar 30 Nama customer

3 Alamat Varchar 50 Alamat

4 NoTelp Varchar 15 No. telpon customer

5 Type_Mobil Varchar 20 Mobil yang dibeli

6 Harga_Mobil interger Harga jual mobil

7 DP Integer Harga mobil

8 Jumlah_Kredit Integer Jumlah kredit

9 Angsuran Integer Angsuran perbulan

3. Tabel TNilai

Tabel TNilaidigunakan untuk menampung record atau data-data penilaian customer serta hasil perhitungan dan keputusan pemberian kredit untuk customer. Berikut design view dari tabel tersebut.

Nama Database : AHPKredit Nama Tabel : TNilai

Fungsi Tabel : Untuk Menginput data penilaian dan penetapan pemberian kredit sesua metode AHP.

(32)

Tabel III.16. Tabel TNilai

No. Nama Field Tipe Panjang Keterangan

1 NoId Varchar 5 No Id customer

2 NKB Int Nilai kemampuan bayar cicilan

3 NPekerjaan Int NilaiPekerjaan

4 NKM Int NilaiKredit Macet

NPenjamin Int Nilai Penjamin

5 TotalNilai Real Nilaitotal bobot

6 Hasil Varchar 20 Hasil penilaian kredit mobil

III.4. Desain User Interface

Desain user interface darisistem pendukung keputusan pemberian kreditmobil dengan metode AHP ini adalah sebagai berikut:

III.5.1. Desain Output

Desain sistem ini berisikan pemilihan menu yang telah dilakukan.Adapun bentuk rancangan output darisistem pendukung keputusan pemberian kredit dengan metode AHPadalah sebagai berikut :

1. Laporan daftar customer

Adapun laporan daftar customerdapat dilihat pada Gambar III.20. dibawah ini :

(33)

No Nama Customer

Daftar Customer No. Id Alamat No. Telepon

xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx 99 99 xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx xxxxx xxxxx LOGO Medan, dd-mm-yyyy Dibuat oleh Admin Disetujui oleh ( __________________ ) ( __________________ ) xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx Mobil xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx Harga xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx DP xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx Jumlah Kredit xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx Angsuran xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx

Gambar III.21.Desain Laporan Daftar Customer

2. Laporan Daftar Hasil SPK Pemberian Kredit Mobil

Adapun laporan hasil pemberian kredit mobil dilihat pada Gambar III.21 dibawah ini :

No Nama Outlet

Daftar Hasil SPK Pemberian Kredit

No. Id Hasil xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx 99 99 xxxxxxxx xxxxxxxx xxxxx xxxxx LOGO Medan, dd-mm-yyyy Dibuat oleh Admin Disetujui oleh ( __________________ ) ( __________________ ) Bobot Nilai 9999 9999

(34)

III.5.2. Desain Input

Perancangan input merupakan masukan yang penulisdesain guna lebih memudahkan dalam entry data. Entry data yang dirancang akan lebih mudah dan cepat dan meminimalisir kesalahan penulisan dan memudahkan perubahan.Perancangan input tampilan yang dirancang adalah sebagai berikut: 1. Form Login

Adapun halaman login program dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Username Password

Login

Gambar III.23. Halaman Login 2. Halaman Input Data Customer

Adapun halaman input datacustomer dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Nama Customer Nomor Id Alamat No. Telp / HP Type Mobil Harga Mobil DP Jumlah Kredit

Add Save Cancel Edit Exit |< < > >|

Angsuran

(35)

3. Halaman Input Data Penilaian Customer

Adapun halaman input data penilaian customer dapat dilihat pada gambar berikut ini : Nama Customer Nomor Id Customer 1. Kemampuan bayar (% cicilan / pendapatan 2. Pekerjaan

Add Save Cancel Edit Exit |< < > >|

3. Kredit macet Data Kriteria :

4. Penjamin

Gambar III.25. Input Data Penilaian Customer 4. Halaman Input Data User

Adapun halaman input data user dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Nama User Id User

Password Level User

Add Save Cancel Edit Exit |< < > >|

(36)

III.5.3. Desain Form Proses

Form proses digunakan untuk memproses data-data customer, apakah customer bisa diberi kredit atau tidak. Keputusan menggunakan metode AHP. Berikut tampilan proses yang diranjang oleh penulis.

Proses

Tabel Hasil SPK AHP Pemberian Kredit Mobil

Cetak

Gambar

Tabel III.1. Indeks Random ( RI )
Gambar III.1. Flowchart metode AHP
Gambar III.2. Matriks Perbandingan Berpasangan
Tabel III.4. Tabel Sub Kriteria Kemampuan Bayar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dosen pembimbing Kerja Praktik adalah dosen Program Studi Matematika yang mendapat tugas dari Departemen Pendidikan Matematika atas usulan Ketua Program Studi

Jika dianalisis lebih lanjut ditemukan bahwa terdapat kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran.Mengapa para peserta didik berulang-ulang dalam kesalahannya ketika mereka

renforcing factors ), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petuygas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari..

Berdasarkan hasil analisis yang telah dirinci pada bagian terdahulu diperoleh hasil bahwa secara statistik, Kesadaran Merek (Brand Awareness) berpengaruh signifikan

(3) Dalam hal Pejabat/Pegawai menerima gratifikasi yang tidak dapat ditolak sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa makanan dan/atau minuman yang mudah busuk atau rusak,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan Analisis Cost Volume Profit sebagai dasar perencanaan penetapan

Pemberian tempat usaha yang bersih dan aman untuk pedagang sudah optimal, dikatakan optimal karena pemberian tempat usaha yang bersih dan aman untuk pedagang sudah semakin

PENETAPAN SEKRETARIAT PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN PADA PENETAPAN SEKRETARIAT PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN PADA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR SUMATERA UTARA PEMILIHAN GUBERNUR