• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Instrumen spasial menjadi tema baru pendekatan pembangunan dalam rangka mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Analisis spasial yang menekankan keterkaitan dan interaksi antara wilayah merupakan pendekatan untuk meminimalkan ketimpangan antara wilayah. Entitas ilmu wilayah tidak hanya melihat wilayah sebagai satuan administrasi yang dipimpin oleh kepala daerah tetapi menjelaskan berbagai fenomena (fenomenum) yang saling terkait.

Upaya untuk memaksimalkan pendekatan ilmu wilayah dengan mengamati segala aktifitas di darat, di laut sampai ke dalaman tertentu hingga udara sampai batas tertentu. Segala aktifitas tersebut dianalisis guna menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi berbagai persoalan. Karakteristik wilayah menjadi modal awal untuk mengetahui bagaimana wilayah dapat dikembangkan dan bagaimana wilayah dapat menyebabkan kemiskinan. Karakteristik wilayah terdiri dari karakteristik struktur dan aktifitas ekonomi, karakterstik ruang, infrastruktur, penganggaran, sumberdaya alam, sumberdaya manusia hingga pendapatan asli dan produk domestik bruto.

Berbagai karakteristik tersebut akan membantu menjelaskan sebab – sebab terjadi kemiskinan sehingga memudahkan untuk malakukan evaluasi, monitoring, pengendalian dan pengawasan, perencanaan hingga perumusan dan reformasi kebijakan. Karakteritik menjadi dasar untuk membuat rumusan kebijakan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Rumusan kebijakan tersebut tentu saja sudah mempertimbangkan hubungan antara wilayah lain, baik yang terkait dengan jarak antara daerah, aliran barang daerah, kemiripan antara wilayah berdasarkan karakteristik tiap wilayah.

Kemiskinan sangat terkait dengan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Sumberdaya manusia yang baik tidak menjamin akan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat jika sumberdaya alam miskin. Kesejahteraan bisa saja tercipta jika potensi sumberdaya manusia mampu membangun interaksi dengan wilayah yang memiliki kekayaan sumberdaya alam.

(2)

Wilayah yang memiliki kekayaan sumberdaya alam tidak akan menjamin kesejahteraan jika sumberdaya manusia rendah dan tidak mencoba berinteraksi antar wilayah yang memiliki kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya alam yang melimpah juga tidak menciptakan kesejahteraan jika limpahan sumberdaya alam tidak diolah dan dipasarkan terhadap wilayah yang membutuhkannya.

Sumberdaya manusia sebagai dasar untuk mengembangkan social capital. Kekuatan sumberdaya manusia minimal mampu membangun kekuatan dalam skala komunitas yang memiliki kemiripan budaya (bonding), antar berbagai komunitas (bridging), hingga hubungan yang lebih tinggi (lingkages).

Bagaimanapun, sumberdaya manusia, karakateristik wilayah dan interaksi antara wilayah menjadi faktor kunci mensejahterakan masyarakat. Wilayah yang aktifitas ekonominya tidak memperhatikan hulu dan hilir, memusat, tidak ada keterkaitan dan interaksi berpotensi menciptakan ketimpangan ekonomi. Sumberdaya alam yang diproduksi oleh daerah tertentu, kemudian diolah secara massal oleh perusahaan besar (pemilik modal besar) tanpa melibatkan usaha dalam skala kecil berpotensi menciptakan ketimpangan ekonomi.

Situasi seperti ini akan menciptakan struktur pasar monopoli dan monopsoni. Pasar monopoli memiliki kekuasaan relatif besar dalam menentukan harga. Pasar monopoli memiliki skala industri besar dan modal besar mengakibatkan usaha kecil sulit untuk bersaing. Konsumen tidak memiliki nilai tawar karena tidak punya pilihan produk.

Umumnya pasar monopoli sulit menciptakan inovasi teknologi dan sumberdaya. Faktor pendorong dan pesaing yang tidak ada menyebabkan pasar monopoli relatif jarang menciptakan inovasi baru. Walaupun ada keinginan untuk melakukan efisiensi biaya guna menciptakan produk yang lebih massal, aktifitas ekonomi relatif akan berjalan lambat karena aktifitas ekonomi bergerak satu arah (yaitu satu pemilik dengan banyak pengguna).

Dalam situasi seperti ini dinamika pasar harus dikendalikan oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah harus menciptakan pasar dua arah melalui pengembangan industri kecil. Pengembangan dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (human capital) dan bantuan modal (economic capital). Tentu saja social capital diharapkan mampu hadir sebagai

(3)

jembatan untuk memperkuat basis sumberdaya manusia dan modal. Reciprocity dan sikap saling percaya harus ditumbuhkan untuk menciptakan pasar yang adil dan menghilangkan konflik yang sudah melekat pada masyarakat (social

embedded). Pengembangan dapat diimplementasikan dengan menciptakan pasar

dua arah.

Penciptaan pasar dua arah (industri kecil sebagai penyedia ditunjang dengan teknologi dan industri besar sebagai penerima berbagai industri skala kecil) relatif mengurangi ketimpangan struktur ekonomi. Kerjasama antara industri ini tidak lain untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan mengurangi angka kemiskinan. Pasar juga relatif terbuka untuk memberi peluang industri besar lain yang memiliki produk yang sama. Industri besar yang relatif banyak dapat merangsang perkembangan industri skala kecil dan menengah sebagai pemasok.

Industri yang mulai berkembang tentu memerlukan sumber energi dan pengelolahan sumberdaya alam yang tepat. Industri yang menggunakan sumberdaya alam yang tidak terbaharukan sebagai sumber energi lambat laun akan mengalami penyusutan. Disaat sumberdaya tak terbaharukan semakin kecil atau mengalami kelangkaan maka biaya ekonomi relatif akan besar. Industri yang menggunakan sumberdaya alam yang terbaharukan menjadi alternatif untuk menjaga terjadinya kelangkaan sumberdaya alam tak terbaharukan.

Ketersedian air tanah memberi pengaruh bagi industri guna mengurangi biaya ekonomi, demikian halnya issu penggunaan energi sumber bio sel menjadi alternatif bagi industri dan bahan bakar minyak. Apapun itu, kelestarian sumberdaya alam menjadi faktor kunci untuk menjamin ketersedian sumberdaya alam terbaharukan. Ketersediaan cadangan air dan kedalaman air tanah sangat terkait dengan luas areal hutan yang dapat dipertahankan. Menjaga hutan berarti kita menjaga aktifitas ekonomi dapat menjadi lebih efisien dan keseimbangan ekologis.

Perlu penataan ruang (space) yang terpola sesuai dengan fungsi tiap wilayah untuk menunjang aktifitas tersebut. Pola penataan ruang akan memperjelas distribusi fungsi tiap kawasan dalam satu wilayah atau sebaliknya. Kawasan ditentukan berdasarkan karakteristik wilayah. Kawasan industri semen

(4)

( bahan baku yang sulit dipindahkan ) harus diolah terlebih dahulu kemudian dipindahkan. Kawasan tambak merupakan tempat yang relatif dekat dengan pantai dan produk bisa dipindahkan dengan cara apapun tetapi lokasinya sulit dipindahkan atau tidak sama sekali. Kawasan industri menjadi tempat pemasok atau pengelolah bahan baku. Kawasan hutan sebagai tempat penyedia cadangan air, aktifitas organisme dan penjaga keseimbangan ekologi. Kawasan pertanian merupakan tempat untuk bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan primer dan sekunder masyarakat, perumahan menjadi lingkungan sosial dalam bermasyarakat dan sebagainya.

Pola penataan ruang tetap berpijak pada penggunaan lahan yang tepat. Lahan peruntukkan bagi pertanian musiman lebih sesuai untuk tanah yang proses geologinya berbentuk geologi kuarter. Jenis tanah seperti ini sangat sesuai untuk pertanian musiman, sehingga perlu pertimbangan untuk mengubah fungsi lahan. Tanah yang terbentuk melalui proses geologi tersier lebih sesuai peruntukannya bagi tanaman tahunan. Tanah tersier mengandung banyak nilai tambang.

Ketersedian infrastruktur menjadi penunjang untuk aktifitas tersebut. Pengelolahan sumberdaya alam, perbaikan struktur dan aktifitas ekonomi, pola tata ruang, fasilitas peningkatan kualitas sumberdaya manusia harus ditunjang dengan kesediaan infrastruktur. Tanpa ketersediaan infrastruktur yang memadai relatif akan menghambat hubungan berbagai aktifitas. Infrastruktur jalan, sarana teknologi, bangunan permanen, fasilitas transportasi dan berbagai jenis infrastruktur lainnya menjadi modal untuk mengembangkan berbagai karakteristik dalam wilayah.

Ketersedian infrastruktur di daerah pedesaan yang relatif kurang tersedia mengakibatkan perkembangan pedesaan relatif lambat dibanding dengan perkotaan. Kebijakan penganggaran yang lebih memprioritaskan perkotaan mengakibatkan kesenjangan antara kota dan desa menjadi lebih tinggi. Penduduk sebagian besar di pedesaan justru keluar dari wilayahnya guna mengenyam kemajuan yang terjadi di kota. Pengelolahan produk pertanian relatif kurang berkembang karena tidak ditunjang dengan penyediaan infrastruktur.

Penyediaan infrastruktur di desa tidak berarti mematikan unsur budaya lokal masyarakat setempat terhadap silaunya modernisasi teknologi. Penyedian

(5)

infrastruktur di desa untuk memudahkan aktifitas masyarakat setempat. Keberadaan infrastruktur memudahkan masyarakat desa untuk mengelolah produk pertanian mereka agar lebih memiliki nilai tambah ekonomi dan dapat menunjang kehidupannya. Penyediaan infrastruktur tetap menjamin kekhasan masyarakat melalui serapan teknologi yang baik dan bimbingan masyarakat tentang teknologi yang tidak merusak sumberdaya alam dan sifat kekhasan masyarakat.

Pola penganggaran yang selama ini memusat harus dapat menjamin ketersedian infrastruktur di tiap wilayah. Era otonomi yang mulia dilakukan sejak reformasi harus mampu menyesuaikan alokasi anggaran terhadap karakteristik wilayah. Pola penganggaran yang tidak memperhatikan karaktersitik dan kebutuhan masyarakat tidak banyak memberikan hasil yang bermanfaat guna meningkatkan kualitas manusia dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Tidak berlebihan bahwa sumberdaya manusia sebagai pelaku pembangunan sangat menentukan arah pembangunan guna mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Pelaku pembangunan harus menjamin keseimbangan alam sebagai wadah penyeimbang ekologis, struktur ekonomi, pola peganggaran, infrastruktur dan tata ruang guna mengurangi ketimpangan dan pengangguran. Atas dasar itu ilmu pengetahuan sebagai jembatan (bridge) menjadi kunci untuk membuka pintu analisis mengembangkan wilayah. Ilmu pengetahuan menjadi instrumen penting untuk menelaah segala karakteristik wilayah.

Pedoman hidup masyarakat yang tertuang dalam tata aturan atau adat istiadat atau norma sebagai pengikat yang kuat dalam berhubungan antara sesama masyarakat bisa dijadikan sebagai modal awal untuk membangun wilayah. Pedoman ini menjadi awal menciptakan sikap saling percaya. Kesadaran akan pentingnya sikap saling percaya menjadi dasar untuk menciptakan interaksi antara wilayah. Prinsip kesejajaran antara wilayah menempatkan wilayah sebagai entitas yang memiliki kekhasan yang dibutuhkan wilayah lain. Hubungan pertukaran antara kekhasan yang dimiliki wilayah lain memberikan pesan keterkaitan antara wilayah perlu diperkuat.

Instrumen kebijakan harus mampu mengarahkan pemerintah untuk membuka jaringan antara wilayah (network) keterkaitan antara wilayah (lingkage) dan keterpaduan (cohessivenss). Instrumen seperti ini akan mengurangi fenomena

(6)

pemusatan aktifitas di wilayah tertentu. Aktifitas pembangunan relatif akan merata melalui aktifitas yang berlangsung ditiap wilayah berdasarkan kekhasan. Produk yang dihasilkan wilayah akan diimpor (dalam bentuk produk) ke wilayah lain yang membutuhkannya. Aktifitas seperti ini diharapkan berlangsung terus menerus antara wilayah. Akhirnya kita akan sepakat bahwa wilayah dalam terminologi arab, yang berarti sikap saling tolong menolong melalui reformasi kebijakan dan dikontrol dengan cara monitoring, evaluasi, pengendalian dan perencanaan adalah suatu keniscayaan.

Berikut ini akan ditampilkan gambar kerangka pemikiran penelitian

(7)

Kerangka Pendekatan Studi

Kerangka pendekatan ini bertujuan memperjelas tahap – tahap penelitian agar variabel dan indikator penelitian terukur dan dianalisis secara sistematis. Adapun tahap – tahap tersebut meliputi penentuan variabel tujuan, variabel keadaan dan variabel terikat. Kemiskinan dalam hal ini dianggap sebagai variabel tujuan. Tahap ini menganalisis variabel tipologi wilayah yang menyebabkan kemiskinan dan pengangguran. Pemetaan ini bertujuan untuk mengetahui secara umum gambaran wilayah. Kemisikinan akan dicari faktor penyebabnya, dugaan sementara kemiskinan disebabkan karena pendapatan masyarakat yang rendah dan timbulnya masalah pengangguran. Berbagai karakteristik akan diamati sebagai faktor pendorong yang dapat menyebabkan kemiskinan. Karakteristik tersebut meliputi penganggaran, aktifitas ekonomi, sumberdaya manusia dan sosial, penataan ruang, sumberdaya alam, infrastruktur dan pendapatan asli daerah. Tiap karakteristik akan dijelaskan akibat yang dapat ditimbulkan.

Tahap kedua, setelah berbagai karakteristik telah dianalisis, maka kita akan menentukan karakteristik utama. Karakteristik utama ini akan menjadi variabel keadaan. Gambaran dari variabel keadaan adalah realitas aktifitas yang dapat mendorong terciptanya kemiskinan dan pengangguran. Variabel tujuan akan dispesifikasikan dengan menentukan beberapa indikator – indikator yang mungkin mewakili tiap karakteristik variabel keadaan. Penentuan indikator harus sesuai dengan variabel keadaan. Dapat dikatakan bahwa variabel tujuan adalah merupakan fungsi dari variabel keadaan.

Setiap variabel keadaan akan dianalisis untuk melihat variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap munculnya fenomena kemiskinan pada kecamatan tertentu. Analisis yang digunakan adalah Multiple Regression. Setelah menggunakan analisis ini, maka kita dapat menduga dan menentukan variabel yang menyebabkan kemiskinan di kecamatan.

Tahap ketiga menelaah pembangunan manusia dan sosial. Ditahap ini lebih banyak menggunakan kajian literatur logika verbal dan hasil penelitian yang dapat menunjang analisis. Faktor pendorong dalam sosial akan ditelaah faktor yang dapat menyebabkan norma kolektifitas dan gotong royang (silaturahim) pada wilayah. Norma yang terbentuk dalam wilayah dianalisis secara deskritif dengan

(8)

melihat social ties (ikatan sosial). Selanjutnya akan dieksplorasi secara logika verbal manfaat social capital bagi masyarakat. Pendekatan yang dilakukan yaitu mengamati karya yang diciptakan masyarakat (swadaya) seperti pembuatan jalan dan beberapa bangunan lainnya yang memberikan manfaat sosial dan ekonomi. Telaah juga dilakukan terhadap hal hal yang dapat menyebabkan social capital tidak tercipta. Telaah itu berupa kerjasama dan silaturahim yang semakin menipis sehingga menyebabkan ikatan sosial lemah dan sifat individualisme bisa muncul.

Tahap keempat menguji model hubungan antara pembangunan manusia dan sosial, interaksi spasial serta kemiskinan dan pengangguran. Analisis ini menggunankan jarak antara kecamatan (cakupan penelitian). Analisis ini bertujuan mengetahui keterkaitan antar wilayah. Sebagai ilustrasi pelayanan yang digunakan secara bersama seperti rumah sakit atau sekoloh yang berada pada kecamatan tertentu digunakan juga oleh kecamatan lain. Artinya aktifitas disuatu wilayah akan memberikan pengaruh wilayah lainnya. Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah Spatial Durbin Model. Tahap lain adalah membuat karakteristik dominan di suatu wilayah. Karakteristik menjadi ciri yang dimiliki suatu wilayah. Ciri wilayah membantu untuk membuat tipologi wilayah. Tipologi wilayah dapat diketahui setelah ciri tiap wilayah dipetakan.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu wilayah yang memiliki indeks pembangunan 68,41 dan berupaya untuk mencapai angka 80. Penelitian ini dimulai bulan November 2006 – Maret 2007.

Metode Pengambilan dan Sumber Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengumpulkan semaksimal mungkin data sekunder yang berhubungan dengan penelitian. Sumber data diperoleh dari BAPPEDA, Dinas Pendidikan, P4W, BPS dan instansi lain.

Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 8 bagian yaitu data kinerja pembangunan wilayah, sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sosial, aktifitas ekonomi, pengendalian ruang, infrastruktur dan fasilitas publik, penganggaran belanja daerah dan jarak antar kecamatan

(9)

Berikut ditampilkan data yang digunakan dalam mengerjakan PCA. Tabel 1 Data variabel yang digunakan dan sumber diperoleh untuk dianalisis

No Variabel Indikator Sumber data

1 Kinerja pembangunan Pangsa lokal keluarga pra dan sejahtera

I, pangsa angkatan kerja menganggur BPS 2006 Bogor

2 Sumberdaya Alam

Pangsa lokal luas tanaman pangan & indeks diversitas, pangsa lokal jenis hutan, perkebunan & indeks diversitas, pangsa lokal jumlah produksi ton ikan & indeks diversitas, & pangsa lokal jumlah produksi ton ikan & indeks diversitas

PODES 2003 dan 2006

3 Sumberdaya manusia dan sosial

Pangsa lokal guru SD & MI, pangsa lokal guru SMP & MTs, Pangsa Lokal guru SMU, MA, SMK, pangsa lokal usia produktif, pangsa lokal aktifitas sosial, permukiman kumuh & intensitas konflik, pangsa lokal institusi sosial, & indeks diversitas.

BPS, 2006 dan BAPPEDA

4 Aktifitas ekonomi

Pangsa lokal industri kecil & rumah tangga, intensitas ekonomi peternakan & perikanan, pangsa lokal alat pertanian

BPS, 2006

5 Pengendalian ruang Pangsa lokal lahan sawah & pangsa laju alih guna lahan

BAPPEDA dan BPS, 2006

Infrastruktur dan Fasilitas publik

Rasio bank dan pasar, rasio sarana kesehatan & tenaga medis, pangsa lokal lembaga keterampilan & indeks diversitas, pangsa lokal & indeks diversitas sarana pendidikan, rasio usia sekolah, unit polisi dan PNS

BPS, 2006 dan BAPPEDA

Penganggaran belanja Pangsa lokal penganggaran belanja BAPPEDA Keterkaitan antara

daerah dan ketetanggan

Jarak antara kecamatan dan kebalikan jarak

Kabupaten Bogor dalam Angka Catatan : lihal penjelasan di lampiran

(10)

Metode Analisis

Data yang telah diperoleh akan dianalisis berdasarkan tujuan penelitian. Analisis data sebagai dasar menginterpretasi hasil yang diperoleh. Data terlebih dahulu diolah dengan software Excel. Data diolah dengan membagi masing – masing variabel data. Pembagian data dilakukan dengan cara merasiokan data, mencari pangsa data, intensitas aktifitas, dan indeks diversitas masing masing data (lihat Gambar 3). Persamaan yang digunakan sebagai berikut :

Persamaan matematis untuk menghitung pangsa :

it a ait it JTA AT P =

... (1) Persamaan matematis indeks diversitas

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ =

a it it a it P P N IDZ 1 exp ln ... (2)

Persamaan matematis intensitas :

it it kit JAT A IA = ... (3) Keterangan : it

P = Pangsa di daerah ke-i pada tahun ke-t

auit

P = Jumlah aktifitas tertentu tipe ke-a di daerah ke-i pada tahun ke-t

it

JTA = Jumlah total aktifitas di daerah ke-i pada tahun ke-t

kit

IA = Intensitas aktifitas kegiatan di daerah ke-i analisis pada tahun ke-t

it

JAT = Jumlah aktitifitas kegiatan tertentu di daerah ke-i pada tahun ke-t

it

A = Total aktitifitas pada daerah ke-i tahun ke-t

Setelah diolah dengan menggunakan persamaan matematis, data kemudian diolah dengan software Statistica 6 dengan menggunakan prinsip PCA. Hasil dari PCA kemudian diinterpretasi. Data olahan hasil PCA disimulasikan untuk memperolah hasil Multiple Regression (MREG), Spatial Auto-regression (SAR) dan Spatial Durbin Model. Data kemudian dikonfersi melalui Arc View untuk mengamati konfigurasi spasial tiap variabel. Adapun Prosesnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :

(11)

Gambar 2 Alur pemikiran.

Keterangan :

DD : Data Dasar SDA : Sumberdaya Alam PR : Pengendalian Ruang IF : Infrastruktur Ind : Indikator PB : Penganggaran Belanja AE : Aktifitas Ekonomi SDM : Sumberdaya Manusia SDS : Sumberdaya Sosial STDEV: Standar Baku MREG : Multiple Regression

P : Variabel Penunjang

KP : Kemiskina & Pengangguran PM : Pembangunan Manusia

Var : Variabel IdxKom : Indeks komposit DF : Discriminant Function

Gambaran umum PCA untuk Menjawab Peran Pembangunan Manusia Principal Component Analysis (PCA) merupakan salah satu teknik analisis

yang bertujuan untuk mentransformasikan data dengan cara linear pada suatu variabel – variabel yang saling berkorelasi menjadi struktur data baru dengan variabel – variabel baru (disebut sebagai komponen utama) yang tidak saling berkorelasi (Ortogonalisasi variable). Variabel baru yang dihasilkan jauh lebih sedikit dari pada variabel asalnya, tetapi total kandungan informasi (total ragamnya) relatif tidak berubah, proses ini disebut penyederhanaan variabel (Saefulhakim, 2004).

(12)

Manfaat yang dapat diperoleh terhadap tujuan PCA adalah membolehkan analisis regresi berganda (pendugaan parameter struktur hubungan linear antar satu variabel tujuan dengan lebih dari satu variabel penjelas) atau analisis

discriminant function (pendugaan parameter struktur hubungan linear antara satu

variabel pengelompokan dengan lebih dari satu variabel penjelas perbedaan antar kelompok). Multicollinearity tidak terjadi dalam analisis tersebut (fenomena saling berkorelasi antara variabel penjelas). Masalah multicollinearity dapat dihilangkan dengan menggunakan PCA dan FA (Saefulhakim, 2004).

Penyajian data pada struktur jauh lebih sederhana tanpa kehilangan esensi informasi yang terkandung di dalamnya dapat lebih mudah dipahami, dikomunikasikan dan ditetapkan prioritas penanganan terhadap hal - hal yang lebih pokok dari struktur permasalahan yang dihadapi. Struktur sederhana ini merupakan manfaat yang kedua dari PCA.

Berikut ini akan ditampilkan gambar analisis dan desain tabel yang digunakan untuk mengerjakan PCA (Saefulhakim, 2004) ;

F1 Y2 c21 c12 Y1 F2 c11 C22 Hubungan korelasi Arah Transformasi

Gambar 3 Prinsip ilustrasi PCA.

Tabel 2 Desain tabel yang digunakan untuk melakukan PCA

Kecamat an Kinerja pembangun an ekonomi Sumbe rdaya alam Sumberdaya manusia& sosial Aktifitas ekonomi Pengendali an ruang Infarastruktur & fasilitas publik Penganggaran belanja daerah Durbin model (jarak) 1 2

Persamaan umum PCA adalah:

(13)

PCA memiliki format data sebagai dasar untuk menyusun matriks berukuran n dikalikan dengan p, dimana

n : unit sample (jumlah desa) p : jumlah peubah (kolom).

Analisis komponen utama dilakukan sampai diperoleh nilai PC Score terbaik, yaitu:

- PC Score dengan nilai akar ciri (eigenvalues) diatas 70%

- Jumlah faktor-faktor baru pada tabel factor loading di bawah lima - Korelasi antar variabel-variabel asal dengan faktor-faktor baru pada

factor loading dapat diinterpretasikan secara logis.

Prinsip – Prinsip Prosedural PCA

Prosedural perhitungan untuk mengerjakan PCA dijelaskan di bawah ini : - Penyiapan data ke dalam format tabulasi tertentu (dalam tulisan ini disebut

format data asal) dimana baris menyatakan kasus (sample, individu responden, lokasi dsb) kolom menyatakan variabel – variabel yang diukur.

- Standarisasi data asal sehingga diperoleh struktur data pada variabel baku yaitu setiap variabel memiliki angka rataan sama dengan nol dan simpangan baku (serta ragam) sama dengan satu.

- Ortogonalisasi variabel baku sehingga diperoleh variabel ortogonal yaitu antar variabel tersebut menjadi tidak saling berkorelasi, atau koefisien korelasi antara variabel tersebut menjadi sama dengan nol

- Standarisasi variabel ortogonal sehingga diperoleh variabel baru (disebut faktor atau komponen utama) yang tidak saling berkorelasi satu sama lain, angka rataan masing masing sama dengan nol dan simpangan baku serta ragam masing masing sama dengan satu;dan

- Seleksi faktor (atau komponen utama) sehingga diperoleh beberapa faktor atau komponen utama terpilih yang mengandung bobot informasi memadai untuk digunakan analisis lebih lanjut (Saefulhakim, 2004).

Setelah dilakukan prosedural dengan menggunakan persamaan matematis PCA maka hasil yang akan diperoleh dari PCA antara lain:

Akar ciri (eigen value) adalah nilai yang menunjukkan keragaman dari peubah komponen utama dihasilkan dari analisis, semakin besar nilai

(14)

eigen value, maka semakin besar pula keragaman data awal yang mampu

dijelaskan oleh data baru.

Proporsi dan komulatif akar ciri, nilai pembobot (eigen vector) merupakan parameter yang menggambarkan hubungan setiap peubah dengan komponen utama ke-i.

Component score adalah nilai yang menggambarkan besarnya titik-titik data baru dari hasil komponen utama dan digunakan setelah PCA.

PC loading menggambarkan besarnya korelasi antar variable pertama dengan komponen ke-i. PC scores ini yang digunakan jika terjadi analisis lanjutan setelah PCA. Factor Loadings (Lα) adalah sama dengan Factor

Score Coefficients (Cα) kali Eigenvalue Faktor atau Komponen Utamanya (λα) (Saefulhakim, 2004).

Indeks komposit diperoleh dari PCA setelah diperoleh • Indeks komposit kinerja pembangunan ekonomi

• Indeks komposit sumberdaya alam

• Indeks komposit sumberdaya manusia dan sosial • Indeks komposit aktifitas ekonomi

• Indeks komposit pengendalian ruang

• Indeks komposit infrastruktur dan fasilitas publik

Gambaran Metode K_Means Clustering dan Discriminant Function K_means Clustering adalah metode analisis untuk membuat konfigurasi

masing – masing variabel indikator berdasarkan hasil klasifikasi atau tipologi wilayah. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui faktor penciri dari masing – masing variabel indikator yang diperoleh dari indeks komposit masing – masing faktor. Sebelum membagi tipologi berdasarkan kelas tinggi, sedang dan rendah, maka di lakukan tahap Tree Clustering. Metode ini dilakukan untuk menentukan berapa banyak pembagian tipologi.

Nilai nyata yang diperoleh dari K_means clustering selanjutnya dilakukan

discriminant function berdasarkan pembagian tipologi. Tujuan untuk memperoleh score atau tipologi. Ketentuan yang harus dalam metode ini adalah data observasi

dengan data sesungguhnya harus sama. Hasil yang digunakan adalah klasifikasi untuk menentukan score (tipologi). Analisis terakhir adalah menggunakan

(15)

multiple regression sebagai dasar untuk mengetahui faktor determinan terhadap score (tipologi) wilayah.

Analisis Multiple Regression (MREG) Variabel Pengukur Kemiskinan dan Pengangguran

Multiple Regression merupakan alat analisis yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh kemiskikan yang terjadi di dearah sendiri tanpa melihat pengaruh daerah lain. Analisis ini dilakukan setelah ditemukan nilai Ln dari hasil indeks komposit yang diambil dari nilai Factor Score. Seluruh variabel hasil indeks komposit yang di Ln-kan pada variabel keadaan untuk melihat pengaruh terhadap kemiskinan dan pengangguran.

Hasilnya bisa berkorelasi positif dan elastis atau tidak elastis serta berkorelasi negatif. Hasil yang diperoleh adalah parameter yang menyebabkan kemiskinan di daerah sendiri.

Terkait dengan tujuan penelitian maka analisis dengan menggunakan

Multiple Regression dapat mengetahui parameter yang dapat menyebabkan

pengaruh kuat atau lemah masalah kemiskinan dan pengangguran. Analisis ini belum terkait dengan daerah sekitar atau tetangga.

Kemiskinan merupakan variabel tujuan yang terpilih pada penelitian ini, variabel pengontrol (dependent variable) adalah kebijakan yang harus direformasi dan variabel keadaan adalah sumberdaya manusia, infrastruktur, sumberdaya alam, penataan ruang, aktifitas ekonomi dan kinerja pembangunan. Seluruh variabel (pengontrol, tujuan dan keadaan) tidak terjadi lagi hubungan

multicollianirity sebagaimana syarat dalam mengerjakan PCA.

Variabel yang memiliki pengaruh signifikan dan bersifat nyata akan dijadikan rekomendasi kepada pemerintah (dalam hal ini yang terkait dengan pembuat kebijakan) untuk mempertimbangkan variabel tersebut agar menjadi perhatian dalam menyusun rancangan strategis kedepan.

Analisis Spatial Auto-Regression (SAR) Pengukur Pembangunan Manusia dan Sosial

Ilmu perencanaan wilayah sangat terkait dengan sifat kekhasan (spesialisasi), interaksi wilayah dan keterwakilan kelembagaan. Sifat dasar yang terkait tersebut menjadikan ilmu wilayah identik dengan ruang atau biasa disebut

(16)

spasial. Sifat kekhasan bisa terjadi dalam satu wilayah maupun wilayah lain. Sifat kekhasan akan menjadi dasar terciptanya interaksi antara wilayah

Wilayah yang memiliki kekhasan yang sama, sulit untuk terjadi interaksi, kecuali terjadi kekurang stok dalam wilayah tertentu, demikian pula dengan wilayah yang memiliki jarak yang jauh dengan wilayah lain akan sulit berinteraksi karena akan dipengaruhi banyak faktor ( ekonomi, feasibility, shipment , tax dan

cost). Wilayah yang berdekatan (bertetangga) akan berinteraksi secara kuat

apabila sifat kekhasan wilayah berbeda dan adanya akses jalan yang mudah. Analisis Spatial Auto-regression bertujuan menganalisis pengaruh wilayah terhadap wilayah yang lain. Analisis ini berusaha menjelaskan berapa besar pengaruh wilayah lain yang dapat menyebabkan kemiskinan dan pengangguran, demikian pula keberhasilan wilayah apakah dipengaruhi wilayah lain.

Terkait dengan tujuan penelitian maka analisis ini, bagaimana peran pembangunan dan social capital dalam suatu wilayah. Jika dalam analisis memperlihatkan bahwa kemiskinan dan pengangguran terjadi dipengaruhi oleh daerah sekitar maka peran pembangunan dan social capital harus mampu hadir dalam rangka menciptakan saling memperkuat antar wilayah. Backwash effect dapat terjadi akibat ketimpangan antara daerah yang menyebabkan terjadi aliran penduduk ke daerah lain atau akibat daerah lain cendrung sentralistik yang berakibat terjadi ketidakberimbangan. Situasi ini dapat dikatakan sebagai pengaruh daerah lain.

Hasil ini menjadi rekomendasi bagi pembuat kebijakan agar mampu menciptakan hubungan kerja sama antara daerah lain terkait pembangunan manusia dan social capital.

Menguji Model Hubungan antara Pembangunan Manusia dan Sosial serta Interaksi Spasial Kemiskinan dan Pengangguran

Hasil pemetaan tipologi wilayah akan diuji hubungannya antara pembangunan manusia dengan social capital. Uji ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh pembangunan manusia yang tinggi dan rendah terhadap

social capital, kemiskinan dan pengangguran. Uji interaksi spasial dengan

(17)

Teknik dengan tujuan ketiga penelitian, alat analisisnya menggunakan Spatial Durbin Model. Teknik ini menggunakan hasil PCA untuk menduga parameter model hubungan antara pembangunan manusia dengan konfigurasi ruang (spasial) wilayah

Prinsip dasar Spatial Durbin Model hampir sama dengan regresi berbobot (weighted regression). Variabel yang menjadi pembobot pada Spatial Durbin

Model adalah faktor lokasi. Kedekatan dan keterkaitan antar lokasi ini

menyebabkan munculnya fenomena ‘autokorelasi spasial’, dengan ketentuan terjadi spesialisasi (kekhasan) yang berbeda pada wilayah tersebut. Spatial

Durbin Model merupakan pengembangan dari regresi sederhana, yang digunakan

untuk data spasial. Misalnya untuk mengetahui tingkat perkembangan di suatu wilayah selain dipengaruhi veriabel bebas (hasil olah PCA) juga dipengaruhi oleh variabel lain, yaitu hubungan spasial. Data yang digunakan untuk variabel bebas (x) berasal dari komponen utama hasil pengolahan PCA. Representasi faktor lokasi pada Spatial Durbin Model dalam bentuk matriks jarak.

Berdasarkan analisis di atas maka fenomena saling berkorelasi (auto –

corelation) yang menyebabkan kemiskinan dan pengangguran sangat dipengaruhi

oleh daerah yang berdekatan dan memiliki keterkaitan. Jika hasil olah penelitian menghasilkan pengaruh jarak maka kemiskinan dan pengangguran di daerah sekitar dipengaruhi oleh parameter keadaan di daerah lain. Adapun besar kecilnya sangat terkait dengan tingkat nyata dan sifat elastisitas.

Persamaan Matematis : ∑ + ∑ + ∑ ∑ + + = j j j k k k K j k d jk W k LnX j l Lny w c LnX b a Lny . . .

ε

Lny = Indeks kemiskinan dan pengangguran tipe ke – l

X

j = Indeks pembangunan manusia dan social capital tipe ke - i

Χ

∑ Ln

b

j

j

j = Multiple Regression Model

Lny

W

c

k k

k k.

= Spatial Auto - Regression Spatial Model

∑ ∑

j k

j k jk

W

LnX

(18)

Unit analisis : unit analisis yang digunakan adalah kecamatan

Variabel peubah independen : sumberdaya alam, sosial, manusia, infrastruktur, aktifitas ekonomi, dan pengendalian ruang

Variabel peubah dependen : kinerja pembanguan Variabel spasial spasial : jarak antar kecamatan

Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Software excel Arc view GIS versi 3.3 dan Statistika 6. Berikut ini peta lokasi penelitian di

Kabupaten Bogor.

Gambar 4 Wilayah analisis peta Kabupaten Bogor

Prinsip Interpretasi Parameter Koefisien Regresi

Parameter yang telah diperoleh hasilnya melalui analisis Multiple Regression dibaca dengan mengenal tanda negatif dan positif (arah) pada

parameter koefisien. Parameter yang memiliki pengaruh elastis nilainya lebih besar dari 1 dan tidak elastis kurang dari 1. Nilai negatif tidak menandakan kecil dari satu tetapi hanya menjelaskan model kurva yang slope (arah) negatif. Nilai

elastisitas diperoleh dari persamaan dan digambarkan dalam kurva :

(19)

a

Grafik di atas menunjukkan nilai koefisien dari X adalah a. Jika persamaan pertama diturunkan secara parsial terhadap X maka persamaan matematis diperoleh sebagai berikut

a = Χ Υ δ δ ... 2

atau dapat ditulis dengan rasio perubahan Y terhadap X

a

= ΔΧ ΔΥ

... 3

Nilai dari perubahan Y dapat ditulis dengan persamaan

Y

Y

1− 0

=

ΔΥ ... 4 Nilai perubahan Y ditulis dengan persentase maka persamaannya adalah

Y

Y

Y

0 0 1− = ΔΥ ... 5

Berdasarkan persamaan tersebut maka diperoleh nilai perubahan Y berdasarkan persentase. Nilai perubahan X dilakukan dengan prinsip di atas

X

X

1− 0

=

ΔΧ ... 6 Nilai perubahan X ditulis dengan persentase maka persamaannya adalah

X

X

X

0 0 1− = ΔΧ ... 7

Berdasarkan persamaan tersebut maka diperoleh nilai perubahan X berdasarkan persentase dengan menggambungkaan persamaan a dan b maka ditemukan persamaan elastisitas yang disimbolkan dengan E. Rasio perubahan Y terhadap X adalah merupakan hasil turunan parsial dengan tanpa menurunkan variabel lain. Persamaan tersebut adalah

Y

X

x E 0 0 ΔΧ ΔΥ = ... 8

Karena nilai a merupakan rasio perubahan Y terhadap X maka persamaan matematis untuk memperoleh nilai elastisitas di tuliskan pada persamaan berikut :

(20)

Y

X

a E 1 1 = ... 9

Nilai a adalah nilai tengah

Bersadarkan persamaan di atas maka elastisitas suatu hasil parameter indikator sangat terkait dengan berapa besar pengaruh nilai rasio perubahan Y terhadap X berdasarkan persentase. Jika nilai perubahan semakin besar maka tingkat elastisitas parameter semakin besar pengaruhnya terhadap nilai elastis, dalam hal ini besar dari 1. Situasi ini menandakan parameter memiliki pengaruh elastis. Jika hasil parameter memiliki nilai kurang dari 1 maka dikategorikan sebagai parameter yang tidak berpengaruh signifikan. Jika nilai elastis membentuk kurva maka persamaan matematis secara otomatis menggunakan Ln

sebagai pengali variabel. Persamaan matematis dapat ditulis sebagai berikut

b aLnX LnY = + ... 10 Y2 Y3 Y1 X3 X2 X1 Y X

Gambar 21 Kurva produksi slope positif.

Kurva di atas mengilustrasikan perubahan produksi. Mula – mula produksi bergerak pada Y1 dan X1. Pada periode ini aktifitas produksi belum menghasilkan banyak produksi atau cendrung relatif konstan. Aktifitas belum mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan. Posisi kurva tersebut masih bersifat tidak elastis dengan nilai elastisitas kurang dari 1. Pada periode berikutnya produksi mulai bergerak sebesar Y1 – Y2 dengan periode tahun bergerak sebesar X1 – X2. Pada periode ini aktifitas produksi sudah mampu meningkat 2 kali lebih besar bahkan lebih. Produksi sudah mampu memberikan keuntungan lebih, posisi kurva ini menunjukkan nilai yang elastisitasnyan lebih besar dari 1. Posisi kurva antar Y3 – Y2 dalam periode waktu X3 – X2 produksi cendrung konstan atau akan mengalami titik balik (menurun). Posisi seperti ini di kategorikan produksi sudah tidak mampu lagi melebihi Y2 – Y1. Jika produksi terus dilakukan maka hasilnya akan cendrung menurun, posisi kurva seperti ini

(21)

bersifat tidak elastis. Diperlukan diversifikasi produksi atau perlakuan khusus untuk menjaga kurva tersebut tidak turun (produksi menurun).

Gambar 22 Kurva produksi jarak slope negatif.

X Y Y1 Y2 Y3 X1 X2 X3

Jika pada gambar kurva di atas ber slope positif maka pada kurva berikut ber slope negatif. Sebagai ilustrasi jarak tanam tanaman. Jika jarak tanam hanya berkisar X1 maka hasil produksi tidak maksimal, demikian pula pada jarak X3. jarak tanam yang bersifat elastis adalah pada jarak X2. Pada jarak tanam ini akan menghasilkan produksi yang maksimal.

Nilai elastis atau tidak elastis tidak berarti hasil parameternya semua bersifat nyata. Nilai nyata ini sangat terkait terhadap nilai x1 (variabel) dikurang nilai tengah atau nilai rata – rata serta besar nilai standar deviasi.

(

)

→ − = 1 1 2 . i i bebas D Stdev χ

χ

... 11

Persamaan di atas menunjukkan jika nilai x1 mendekati atau mirip nilai tengah maka respon parameter cendrung homogen. Posisi ini relatif pasti dan dapat diduga serta memiliki faktor dominan. Hasil parameter ini bersifat nyata. Jika tingkat heterogenitas pada x1 tinggi maka nilai tersebut bersifat tidak pasti sehingga parameter tersebut tidak nyata. Tinggi taraf nyata sangat dipengaruhi berapa besar standar deviasi. Persamaan matematis dari taraf nyata ;

Stdev x

T

student = ... 12

Semakin besar nilai yang diperoleh (mendekati 1) semakin besar nilai hasil parameter yang dapat dijelaskan. Parameter yang bersifat elastis adalah parameter yang menjelaskan respon yang kuat jika terjadi perubahan dalam aktifitas. Pengaruh itu bisa disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, biaya

(22)

produksi dan respon konsumen terhadap perubahan. Jika terjadi respon perubahan yang kuat akibat perubahan yang terjadi dan nilai elastisitas lebih 1 maka situasi ini dikategorikan elastis.

Parameter yang tidak elastis adalah parameter yang menjelaskan respon perubahan yang tidak siginifikan mengalami perubahan. Jika terjadi kenaikan harga akibat perubahan biaya produksi maka selera masyarakat untuk mengkonsumsi produk tersebut tidak mengalami penurunan yang signifikan atau jika biaya produksi tinggi, jumlah produksi tidak serta turun akibat perusahaan berusaha untuk mengejar keuntungan guna merespon permintaan.

Nilai nyata sangat dipengaruhi oleh nilai x1, jika nilai x1 mendekati nilai tengah serta respon parameter cendrung homogen maka hasil parameter bersifat nyata. Tetapi jika respon parameter nilai variabel x1 terhadap nilai tengah cendrung menjauh atau respon keragaman atau bersifat heterogenitas maka parameter akan bersifat tidak nyata. Besarnya nilai parameter dalam menjelaskan parameter sangat terkait dengan nilai Tstudent. Jika standart error semakin kecil

nilainya maka taraf nyata akan semakin tinggi. Artinya model mampu menjelaskan fenomena dengan tingkat keakuratan yang tinggi terhadap permasalahan yang dihadapi. Jika taraf nyata rendah maka model hanya mampu menjelaskan sebagian kecil dari keadaan.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran.
Tabel 1 Data variabel yang digunakan dan sumber diperoleh untuk dianalisis
Gambar 2 Alur pemikiran.
Gambar 4  Wilayah analisis peta Kabupaten Bogor  Prinsip Interpretasi Parameter Koefisien Regresi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran keiwrausahaan di sekolah diharapkan dapat membuka cakrawala pemikiran dan merubah pandangan dan sikap yang positif terhadap

Amri, dkk (2014) berdasarkan hasil penelitian variabel Kemampuan, motivasi dan Pengembangan Karir secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan

Merupakan kebanggaan tersendiri karena telah melalui perjuangan berat, akhirnya penulis dapat menyelesaikan sikripsi dengan judul” Upaya peningkatan hasil belajar

Kesimpulan hubungan iklan dengan keputusan pembelian konsumen yaitu bahwa korelasi iklan 0,445** dan tingkat signifikan 0,01 dan menunjukan bahwa p-value adalah 0,000 yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi 146 marka restriction fragment length polymorphism (RFLP) yang berasosiasi dengan lokus karakter kuantitatif ketahanan penyakit

a) Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah a) Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa > 120 mg/dl

Dari hasil tersebut, didapat koefisien determinasi (R2) sebesar 0,530, yang berarti pengaruh PU dan EOU sebagai variabel bebas terhadap ATT adalah 53% dan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, menurut peneliti tidak ada hubungan signifikan antara berat badan lahir rendah dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 6-24 bulan karena