• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif...Deddy Arwan Sihite

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif...Deddy Arwan Sihite"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF BABI LOKAL DI KECAMATAN SIANJUR MULAMULA, KABUPATEN SAMOSIR, PROVINSI

SUMATERA UTARA

Deddy Arwan Sihite*, Sauland Sinaga, dan Primiani Edianingsih Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 E-mail: deddyarwan@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat - sifat kualitatif dan kuantitatif babi lokal di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah survei, penentuan sampel berdasarkan simple random sampling. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Sianjur Mulamula, Samosir Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2015. Pengambilan data dilakukan melalui observasi dan pengukuran. Jumlah babi yang diteliti sebanyak 60 ekor babi lokal periode finisher, terdiri atas 30 ekor babi lokal jantan dan 30 ekor babi lokal betina. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian diperoleh sifat kualitatif yang dominan antara lain warna bulu hitam, bentuk punggung melengkung, belang putih ditemukan pada keempat kaki, dan pada bagian leher dan pundak terdapat bulu kasar. Ukuran – ukuran tubuh babi lokal jantan berturut – turut : panjang badan : 80,71 ± 9,25 cm, tinggi pundak : 62,85 ± 5,27 cm, lingkar dada : 93,31 ± 7,22 cm, lebar dada : 23,36 ± 1,97 cm, dalam dada : 38,47 ± 3,00 cm, tinggi pinggul : 61,82 ± 5,27 cm, lebar pinggul : 21,08 ± 1,15 cm, panjang rump : 21,54 ± 1,21 cm, lingkar pergelangan kaki : 18,75 ± 1,20 cm, bobot badan : 72,57 ± 7,15 kg. Ukuran – ukuran tubuh babi lokal betina berturut – turut : panjang badan : 79,88 ± 2,05 cm, tinggi pundak : 61,67 ± 4,60 cm, lingkar dada : 90,92 ± 7,87 cm, lebar dada : 21,93 ± 1,90 cm, dalam dada : 37,44 ± 2,79 cm, tinggi pinggul : 60,67 ± 4,81 cm, lebar pinggul : 20,72 ± 1,15 cm, panjang rump : 21,00 ± 0,84 cm, lingkar pergelangan kaki : 18,39 ± 1,12 cm, bobot badan : 72,93 ± 6,48 kg. Babi lokal yang berada di lokasi penelitian dari kajian sifat kualitatif dan kuantitatif dapat digolongkan sebagai babi Samosir.

Kata Kunci : Babi Lokal, Sifat Kualitatif, Sifat Kuantitatif

IDENTIFICATION OF QUALITATIVE AND QUANTITATIVE TRAITS OF THE LOCAL PIGS IN SIANJUR MULAMULA DISTRICS, SAMOSIR

DISTRIC, NORTH SUMATERA PROVINCE

ABSTRACT

The objectives of the research are to learn and identify the qualitative and qualitative traits of the pigs local in Districs Sianjur Mulamula, Samosir Distric of North Sumatera Province. This research was used to survey method and direct observation with simple random sampling technique. This research was conduted at breeding stock in Districs Sianjur Mulamula, Samosir, Sumatera Utara. Study was conduted at July 2015. Data collection was done by observation and measurement. The animal were used 60 local pigs finisher from 10 to 18 months of age. Data were analysed in descriptive statistic. The result showed that qualitative trait are

(2)

predominantly found traits consist of skin color was black, the shape of the back cuved, white spot found on the foot , shags found on the shoulders and neck. The quantitative traits for male pigs include : body lenght: 80,71 ± 9,25 cm, shoulder height : 62,85 ± 5,27 cm, chest circular flat : 93,31 ± 7,22 cm, chest width : 23,36 ± 1,97 cm, chest depth : 38,47 ± 3,00 cm, hip height : 61,82 ± 5,27 cm, hip width : 21,08 ± 1,15 cm, rump lenght : 21,54 ± 1,21 cm, circumference of tarso-metatarsal : 18,75 ± 1,20 cm, body weight : 72,57 ± 7,15 kg. The quantitative traits for female pigs include : body lenght : 79,88 ± 2,05 cm, shoulder height : 61,67 ± 4,60 cm, chest circular flat : 90,92 ± 7,87 cm, chest width : 21,93 ± 1,90 cm, chest depth : 37,44 ± 2,79 cm, hip height : 60,67 ± 4,81 cm, hip width : 20,72 ± 1,15 cm, rump lenght : 21,00 ± 0,84 cm, circumference of tarso-metatarsal : 18,39 ± 1,12 cm, body weight : 72,93 ± 6,48 kg. It was concluded that a local pigs in Sianjur Mulamula were samosir pigs breed.

Keywords : Local Pigs, Qualitatative Traits, Quantitative Traits

1. PENDAHULUAN

Di Kabupaten Samosir, ternak babi merupakan populasi ternak terbanyak jika dibandingkan dengan populasi ternak lainnya. Populasi ternak babi di Kabupaten Samosir berjumlah sekitar 40.960 ekor dengan produksi daging sebanyak 349.950 ton (BPS Kabupaten Samosir, 2014). Sebagian besar dari populasi ternak babi di daerah Kabupaten Samosir merupakan ternak bangsa babi lokal yang berproduksi sangat rendah dibanding dengan babi impor atau babi persilangan. Hampir seluruh populasi ternak babi lokal di Kabupaten Samosir dipelihara oleh peternak kecil dan dipelihara dengan sistem beternak tradisional. Informasi dan identifikasi mengenai ternak babi lokal di Kecamatan Sianjur Mulamula sampai saat ini sangat terbatas, khususnya informasi mengenai keragaman sifat – sifat kuantitatif ternak babi lokal. Informasi ini sangatlah penting dalam rangka pengembangan babi lokal menuju pelestarian bangsa babi lokal yang telah beradaptasi baik di Indonesia. Dugaan keragaman genetik babi lokal di Sianjur Mulamula dapat diteliti melalui pengamatan performa (keragaman fenotip) sifat – sifat kuantitatif. Keragaman fenotip sifat kuantitatif dapat diukur melalui beberapa ukuran tubuh seperti bobot badan, panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dan karakter lain yang dianggap penting pada babi lokal. Sedangkan keragaman sifat kualitatif dapat diamati melalui warna bulu, bentuk punggung dan karakter lainnya. Kegiatan identifikasi mengenai ternak babi lokal, meliputi deskripsi umum spesies dan lokasi geografis pemeliharaan ternak. Deskripsi fenotipik diperlukan untuk mengetahui ciri khas dari performa dan semua karakter yang ditampilkan baik secara nyata atau tidak oleh setiap individu ternak babi lokal di Sianjur Mulamula sehingga dapat dibedakan secara jelas dengan bangsa ternak babi lainnya. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Babi Lokal di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara”.

2. OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Penelitian menggunakan ternak babi lokal jantan dan betina dengan umur lebih dari 10 - 18 bulan (periode finisher) masing – masing 30 ekor di peternakan rakyat yang berada di daerah Kecamatan Sianjur Mulamula, Samosir, Provinsi Sumatera Utara.

(3)

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penentuan sampel lokasi penelitian dilakukan secara Simple Purposive Sampling (Sudjana, 2002), sedangkan untuk menentukan ternak yang digunakan sebagai sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling (penarikan sampel acak sederhana). Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah secara deskriptip - analitik, sehingga diperoleh besaran frekuensi dan persentase.

Peubah yang Diamati

a. Variabel Sifat Kualitatif :

1. Warna Bulu, dilakukan dengan melihat sifat fisik yang tampak dan warna bulu dominan pada setiap ekor ternak babi lokal.

2. Bentuk Punggung, dilakukan dengan mengamati bentuk punggung setiap ekor ternak. Hasil pengamatan terhadap bentuk punggung babi lokal secara umum akan ditemukan 2 bentuk yaitu : melengkung dan datar.

3. Ada dan Tidaknya Belang Putih Pada Keempat Kaki 4. Ada dan Tidaknya Bulu Kasar Pada Pundak

5. Ada dan Tidaknya Bulu Kasar Pada Leher b. Variabel Sifat Kuantitatif :

1. Panjang Badan (PB), merupakan jarak garis lurus dari tepi tulang (processus spinocus) sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk / os ischium). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur dengan satuan cm

2. Tinggi Pundak (TP), dilakukan dengan mengukur jarak tertinggi pundak sampai tanah, diukur menggunakan tongkat ukur dengan satuan cm.

3. Lingkar Dada (LID), merupakan pengamatan yang dilakukan dengan cara mengukur lingkar rongga dada melalui sendi bahu (os scapula) menggunakan pita ukur satuan dalam cm.

4. Lebar Dada (LED), merupakan jarak antara penonjolan sendi bahu (os scapula) kiri dan kanan. Lebar dada diukur dengan menggunakan meteran.

5. Dalam Dada (DDd), merupakan jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada. Peubah ini diukur menggunakan tongkat ukur dengan satuan cm.

6. Tinggi Pinggul (TPi), dilakukan dengan mengukur jarak tertinggi pinggul ternak secara tegak lurus ke permukaan tanah, diukur menggunakan tongkat ukur dengan satuan cm.

7. Lingkar Pergelangan Kaki (LPK), merupakan pengamatan yang diukur melingkar pada radius ulna menggunakan pita ukur dengan satuan cm.

8. Panjang Rump (PR), diukur dari batas loin ke belakang hingga batas tulang ekor menggunakan meteran dalam satuan cm.

9. Lebar Pinggul (LP), merupakan jarak lebar antara kedua sendi pinggul. Peubah diukur menggunakan pita ukur dengan satuan cm.

10. Bobot Badan (BB), Nilai bobot badan diperoleh dengan cara penimbangan yang dilakukan sebelum ternak babi lokal diberi konsumsi pakan dengan menggunakan timbangan duduk kapasitas 200 kg.

(4)

Analisis Data a) Sifat Kualitatif

Frekuensi relatif = ∑Sifat in x 100 % Keterangan :

i = salah satu sifat kualitatif yang diamati n = banyaknya data sampel

b) Sifat Kuantitatif 1. Rata - rata (mean)

̅ ∑ Keterangan :

= Jumlah data ̅ = Rata - rata sampel 2. Ragam (S2)

∑ ∑ Keterangan :

Xi = Nilai setiap individu dalam sampel = Rataan sampel i = 1,2,…n 3. Simpangan Baku (sd) √ 4. Koefisien Variasi (KV) ̅

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Geografis

Samosir adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Secara administratif wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh 7 kabupaten, yaitu disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbahas dan disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat. Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, 6 kecamatan berada di Pulau Samosir, tengah Danau Toba dan 3 kecamatan berada pada daerah lingkar luar Danau Toba tepatnya pada punggung pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 700 – 1.995 meter diatas permukaan laut.

(5)

Sianjur Mulamula merupakan salah satu kecamatan yang terletak di kawasan Kabupaten Samosir, kecamatan ini memiliki luas wilayah sebesar 140,24 km2 yang terdiri dari 12 desa. Secara geografis, Kecamatan Sianjur Mulamula terletak pada 20 LU 30’ LU – 20 LU 45’ LU dan 980 BT 30’BT – 990 BT 45’ BT. Ketinggiannya antara 904 m sampai dengan 1.800 m di atas permukaan laut. Ibu kota kecamatan Sianjur Mulamula terletak di desa Ginolat. Data curah hujan menunjukkan bahwa Kecamatan Sianjur Mulamula tergolong ke dalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar 170 C – 290 C dengan rata – rata kelembapan udara 85,04 %.

Kondisi Peternak

Salah satu faktor utama yang sangat penting dipertimbangkan dalam upaya pengembangan babi lokal adalah mengetahui kondisi penduduknya. Hasil survei Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Sianjur Mulamula adalah sebanyak 9.286 jiwa. Sektor pertanian mendominasi lapangan kerja dan sumber pendapatan penduduk di Kecamatan Sianjur Mulamula, yakni 2172 RT. Hampir seluruh penduduk di Kecamatan Sianjur Mulamula bekerja sampingan sebagai peternak dengan memelihara ternak babi lokal di sekitar rumah penduduk. Pada umumnya peternak di lokasi penelitian memelihara 5 - 8 ekor ternak babi tiap rumah tangga. Minimnya pemahaman penduduk setempat mengenai beternak babi menjadi salah satu faktor belum masksimalnya produktivitas ternak babi disini.

Populasi Babi Lokal di Kecamatan Sianjur Mulamula

Populasi ternak babi di Kabupaten Samosir berjumlah sekitar 40.960 ekor tersebar di seluruh kecamatan. Populasi ini berkurang bila dibandingkan dengan populasi tahun 2012 mencapai 44.465 ekor (BPS Kabupaten Samosir, 2014). Populasi ternak babi lokal dewasa di Kecamatan Sianjur Mulamula pada tahun 2014 secara keseluruhan berjumlah sekitar 1.721 ekor, dengan produksi daging mencapai 74,78 ton per tahun nya. Adapun banyak ternak babi yang dipotong di Sianjur Mulamula tiap tahunnya adalah sekitar 64 ekor per tahun (BPS Kabupaten Samosir, 2014). Ternak babi lokal Sianjur Mulamula dapat ditemukan di 12 desa yang ada di Kecamatan Sianjur Mulamula. Populasi ternak babi terbesar berada di desa Ginolat, dimana hampir semua penduduk di desa ini memelihara ternak babi lokal di belakang rumahnya.

Manajemen Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan ternak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas ternak, perkandangan ternak diharuskan sesuai dengan kebutuhan ternak agar ternak merasa nyaman sehingga pertumbuhan dan produktivitas ternak yang dihasilkan sesuai dengan harapan peternak. Secara keseluruhan peternak babi di Sianjur Mulamula menggunakan perlakuan pemeliharaan ternak yang berbeda yaitu dikandangkan pada kandang yang terbuat dari bahan papan, bambu, atau beton dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, membiarkan ternak berkeliaran di sekitar pekarangan rumah, dimana menjelang malam hari ternak berteduh ke kolong rumah pemilik ternak ataupun kandang yang sudah disediakan peternak, bahkan beberapa peternak tidak memiliki kandang sebagai tempat melindungi ternak.

Pada daerah penelitian, sumber perolehan pakan ternak babi lokal sebagian besar diperoleh dengan mencari atau hasil budidaya sendiri. Pemberian pakan ternak babi lokal oleh para peternak di Sianjur Mulamula dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB. Berdasarkan hasil survei

(6)

lapangan dapat diketahui bahwa jenis pakan yang diberikan pada ternak relatif sama, yaitu daun ubi jalar yang dicincang halus dicampur dengan sedikit dedak dan ubi kayu yang dimasak setelah diparut, selain itu ada juga peternak yang hanya memberikan limbah rumah tangga berupa sayur dan nasi bekas untuk pakan ternak. Pakan ternak babi yang baik dan memenuhi kebutuhan sangat penting, dimana pakan merupakan faktor utama dalam menentukan produktivitas ternak babi, disamping faktor genetik dan lingkungan (Sihombing, 2006)

Penampilan Kualitatif Babi Lokal di Sianjur Mulamula

Tabel 1. Data deskriptif kualitatif babi lokal jantan di Sianjur Mulamula

Peubah yang Diamati Jumlah

----(ekor)---- Persentase --- (%)---- - Warna Bulu - Hitam 23 76,67 - Abu Kehitamhitaman 7 23,33 - Bentuk Punggung - Melengkung 20 66,67 - Datar 10 33,33

- Belang Putih Pada Keempat Kaki

- Ada 22 73,33

- Tidak Ada 8 26,67

- Bulu Kasar Pada Pundak

- Ada 19 63,33

- Tidak Ada 11 36,67

- Bulu Kasar Pada Leher

- Ada 17 56,67

- Tidak Ada 13 43,33

Tabel 2. Data deskriptif kualitatif babi lokal betina di Sianjur Mulamula

Peubah yang Diamati Jumlah

---(ekor)--- Persentase ----(%)---- - Warna Bulu - Hitam 22 73,33 - Abu Kehitamhitaman 8 26,67 - Bentuk Punggung - Melengkung 24 80,00 - Datar 6 20,00

- Belang Putih Pada Keempat Kaki

- Ada 17 56,67

- Tidak Ada 13 43,33

- Bulu Kasar Pada Pundak

- Ada 21 70,00

- Tidak Ada 9 30,00

- Bulu Kasar Pada Leher

- Ada 19 63,33

- Tidak Ada 11 36,67

Warna bulu merupakan salah satu sifat kualitatif yang biasa digunakan sebagai kriteria dalam seleksi ternak. Berdasarkan tabel 1 dan 2 nampak bahwa warna bulu hitam menempati persentase tertinggi baik pada babi lokal jantan (76,67 %) maupun babi betina (73,33 %) di Sianjur Mulamula. Hal ini sesuai dengan pengamatan BPTU-HPT Siborongborong (2014) bahwa ternak babi lokal yang dapat ditemukan di

(7)

Sumatera Utara umumnya memiliki warna bulu hitam dan kadang ada yang abu kehitamhitaman. Berdasarkan hasil penelitian pada babi lokal jantan ditemukan frekuensi babi lokal berpunggung melengkung adalah 20 ekor (66,67 %) sementara babi lokal berpunggung datar sebanyak 10 ekor (33,33%). Pengamatan terhadap babi lokal betina ditemukan 24 ekor (80 %) berpunggung melengkung dan 6 ekor (20 %) dengan bentuk punggung datar. Hal ini sesuai dengan laporan Gea (2009) bahwa babi lokal di Sumatera Utara umumnya memiliki memiliki bentuk punggung melengkung dan kadang ada yang datar. Adanya variasi bentuk punggung pada ternak babi lokal diduga banyak terjadinya perkawinan dengan babi lokal setempat sehingga memunculkan bentuk punggung yang berbeda.

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa pada babi lokal jantan terdapat 17 ekor (56,67 %) dengan belang putih pada keempat kaki dan 13 ekor (43,33 %) lainnya tanpa belang putih pada keempat kaki ternak. Tabel 2 menunjukkan bahwa babi lokal betina terdapat 22 ekor (73,33 %) dengan belang putih pada keempat kaki dan 8 ekor (26,67 %) tanpa belang putih. Tingginya persentase ternak babi lokal di Sianjur Mulamula dengan belang putih pada keempat kaki diduga berasal dari perkawinan dengan babi lokal Tobasa, Sumatera Utara yang diwariskan kepada keturunannya. Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat 21 ekor (70 %) babi lokal jantan dengan karakteristik bulu kasar pada bagian pundak dan 9 ekor (30 %) tanpa bulu kasar pada bagian pundak. Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 19 ekor (63,33 %) babi lokal betina dengan karakteristik bulu kasar pada bagian pundak dan 11 ekor (36,67 %) tanpa bulu kasar. Babi lokal jantan di Sianjur Mulamula dari 30 ekor yang diamati, terdapat 19 ekor (63,33 %) dengan bulu kasar pada bagian leher dan 11 ekor (36,67 %) tanpa bulu kasar pada bagian leher. Tabel 2 menunjukkan bahwa 17 ekor (56,67 %) babi lokal betina dengan bulu kasar pada bagian leher dan 13 (43,33 %) ekor tanpa bulu kasar pada bagian leher. Adanya bulu kasar dan tebal yang terdapat pada bagian pundak dan leher menunjukkan bahwa babi lokal di Sianjur Mulamula sebangsa dengan babi lokal di daerah Tobasa dan Nias. Hal ini sesuai dengan laporan BPTU-HPT Siborongborong (2014) bahwa terdapat bulu tebal dan kasar pada leher dan diatas bahu babi lokal di daerah Samosir, Tobasa dan Nias.

Ukuran Tubuh Babi Lokal di Sianjur Mulamula

Hasil analisis statistik deskriptif meliputi nilai rataan, ragam, simpangan baku dan koefisien keragaman ukuran tubuh babi lokal disajikan pada tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Ukuran Tubuh Babi Lokal Jantan di Sianjur Mulamula

Peubah ∑xi ̅ S KV Panjang Badan (cm) 2421,4 80,71 9,25 11,46 Tinggi Pundak (cm) 1879,5 62,85 5,27 8,41 Lingkar Dada (cm) 2799,3 93,31 7,22 7,74 Lebar Dada (cm) 700,8 23,36 1,97 8,43 Dalam Dada (cm) 1154,1 38,47 3,00 7,80 Tinggi Pinggul (cm) 1854,5 61,82 5,27 8,52 Lebar Pinggul (cm) 632,4 21,08 1,15 5,44 Panjang Rump (cm) 646,2 21,54 1,21 5,61

Lingkar Pergelangan Kaki (cm) 562,6 18,75 1,20 6,41

(8)

Tabel 4. Hasil Pengukuran Ukuran Tubuh Babi Lokal Betina di Sianjur Mulamula Peubah ∑xi ̅ S KV Panjang Badan (cm) 2396,3 79,88 2,05 2,56 Tinggi Pundak (cm) 1850,1 61,67 4,60 7,45 Lingkar Dada (cm) 2727,6 90,92 7,87 8,65 Lebar Dada (cm) 657,8 21,93 1,90 8,66 Dalam Dada (cm) 1123,3 37,44 2,79 7,44 Tinggi Pinggul (cm) 1820,2 60,67 4,81 7,92 Lebar Pinggul (cm) 621,6 20,72 1,15 5,56 Panjang Rump (cm) 630,1 21,00 0,84 4,00

Lingkar Pergelangan Kaki (cm) 551,7 18,39 1,12 6,12

Bobot Badan (kg) 2188,0 72,93 6,48 8,89

Keterangan : ∑xi = Jumlah data

̅ = Rata - rata sampel S = Simpangan baku KV = Koefisien variasi

Ukuran tubuh ternak babi lokal diperoleh langsung dengan cara mengukur setiap peubah yang diamati. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran sifat kuantitatif pada babi lokal dewasa yang diduga pertumbuhannya sudah mantap dan tidak lagi mengalami banyak perubahan. Ukuran – ukuran tubuh babi lokal di Sianjur Mulamula jantan maupun betina pada penelitian ini relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan ukuran – ukuran tubuh babi lokal di daerah Gianyar dan Klungkung, Provinsi Bali. Rataan panjang badan babi lokal di Sianjur Mulamula berada pada kisaran sama bila dibandingkan dengan babi lokal di daerah Nias dan Tobasa yaitu sebesar 84 – 86 cm dan 70 – 90 cm (Siagian, 2014). Dapat disimpulkan bahwa, ternak babi lokal jantan mempunyai kecepatan pertumbuhan panjang badan lebih besar daripada babi lokal betina, sehingga kemampuan berproduksi babi lokal jantan lebih tinggi (Sumadi, 2007). Hal ini disebabkan oleh adanya hormon androgen pada ternak babi jantan yang dapat memacu pertumbuhan tulang, disamping itu juga ternak babi jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak dibanding ternak babi betina (Wahju, 2004).

Hasil pengukuran terhadap tinggi pundak babi lokal menunjukkan bahwa rata – rata tinggi pundak babi lokal jantan dan betina, masing – masing adalah sebesar 62,85 ± 5,27 cm dengan koefisien variasi sebesar 8,41 % dan 61,67 ± 4,60 cm dengan koefisien variasi sebesar 7,45 %. Nilai tinggi pundak penelitian ini berada pada kisaran sama dengan tinggi pundak babi lokal di Kabupaten Nias yaitu sebesar 42 – 65 cm (Siagian, 2014). Hasil pengukuran terhadap tinggi pundak menunjukkan bahwa rataan tinggi pundak babi lokal di Sianjur Mulamula lebih tinggi daripada babi lokal di daerah Gianyar, yaitu sebesar 59,58 cm pada babi jantan dan rataan tinggi pundak babi betina sebesar 53,88 cm (Pengestika, 2010). Keadaan ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh pada sifat kuantitatif ternak.

Rataan ukuran lingkar dada ternak babi lokal jantan di Sianjur Mulamula adalah 93,31 ± 7,22 cm dengan koefisien variasi sebesar 7,74 % dan pada babi lokal betina diperoleh rata – rata sebesar 90,92 ± 7,87 cm dengan koefisien variasi sebesar 8,65 %. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran lingkar dada ternak di daerah penelitian hampir relatif seragam dengan ukuran lingkar dada yang cukup tinggi, semakin besar lingkar dada, organ – organ yang terdapat di dalam rongga dada juga semakin besar seperti paru – paru dan jantung (Santosa, 2008). Rataan ukuran lebar dada ternak babi lokal di lokasi penelitian relatif pada kisaran sama bila dibandingkan dengan hasil penelitian

(9)

Pengestika (2010) di daerah Gianyar, yaitu sebesar 23,69 cm pada babi lokal jantan dan 22,32 cm pada babi bali betina, juga berada pada kisaran sama dengan hasil penelitian Ardhiyani (2010) terhadap babi lokal di daerah Klungkung, yaitu sebesar 23,31 cm pada ternak jantan dan pada ternak betina 22,48 cm.

Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan ukuran dalam dada babi lokal jantan di Sianjur Mulamula adalah 38,47 ± 3,00 cm dengan koefisien variasi sebesar 7,80 %. Ukuran dalam dada ternak babi lokal betina ditunjukkan pada Tabel 4 yakni sebesar 37,44 ± 2,79 cm dengan nilai KV sebesar 7,44 %. Hasil pengukuran terhadap dalam dada ternak babi lokal jantan di lokasi penelitian menunjukkan rataan lebih rendah bila dibandingkan dengan rataan ukuran dalam dada ternak babi lokal di daerah Gianyar (39,65 cm) dan Klungkung (39,35 cm). Hasil pengukuran terhadap dalam dada babi lokal betina di Sianjur Mulamula menunjukkan nilai rata – rata relatif pada kisaran sama, bila dibandingkan dengan hasil penelitian Ardihyani (2010) di daerah Klungkung (37,42 cm) dan pada babi lokal di daerah Gianyar sebesar 37,66 cm (Pengestika, 2010). Hasil pengukuran terhadap tinggi pinggul menunjukkan bahwa rataan tinggi pinggul ternak babi lokal di Sianjur Mulamula lebih tinggi daripada ternak babi lokal di daerah Gianyar, yaitu sebesar 58,50 cm pada babi jantan dan rataan tinggi pinggul babi betina sebesar 52,64 cm (Pengestika, 2010). Hal yang sama juga terjadi pada babi lokal di daerah Klungkung, dimana babi lokal di Klungkung memiliki ukuran tinggi pinggul sebesar 57,42 cm pada ternak jantan dan pada ternak betina sebesar 52,08 cm

Babi lokal jantan di Sianjur Mulamula memiliki ukuran lebar pinggul tertinggi 22,9 cm dan terpendek 18,1 cm dengan rataan ukuran lebar pinggul babi lokal jantan sebesar 21,08 ± 1,15 cm dan nilai koefisien variasi sebesar 5,44 %. Rataan ukuran lebar pinggul babi lokal jantan di daerah Sianjur Mulamula relatif pada kisaran sama bila dibandingkan dengan babi lokal di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali yaitu pada sebesar 21,54 cm (Pengestika, 2010). Lebar pinggul ternak akan semakin meningkat seiring pertambahan umur ternak, namun akan terhenti setelah ternak mencapai dewasa tubuh. Babi lokal betina di lokasi penelitian memiliki ukuran lebar pinggul tertinggi 23,4 cm dan terpendek 18,4 cm dengan rataan ukuran sebesar 20,72 ± 1,15 cm dan nilai koefisien variasi sebesar 5,56 %. Rataan lebar pinggul babi betina di lokasi penelitian relatif pada kisaran sama dengan babi lokal di daerah Klungkung, yaitu sebesar 20,62 cm (Ardhiyani, 2010). Hal ini dikarenakan pertumbuhan tulang pinggul ternak yang lebih dini dan konstan, sehingga ternak betina dengan lebar pinggul besar dapat berpeluang melahirkan anak dengan baik (Santosa, 2008).

Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa rataan pengukuran panjang rump terhadap 30 ekor babi lokal jantan dan 30 ekor betina di Sianjur Mulamula berurutan adalah sebesar 21,54 ± 1,21 cm (KV = 5,61 %) dan 21,00 ± 0,84 cm (KV = 4,00 %). Rataan panjang rump babi lokal di lokasi penelitian relatif pada kisaran sama bila dibandingkan dengan hasil penelitian Pengestika (2010) di daerah Gianyar, yaitu sebesar 21,85 cm pada babi lokal jantan dan 21,68 cm pada babi betina, juga relatif pada kisaran sama bila dibandingkan dengan hasil pengukuran Ardhiyani (2010) pada babi lokal di daerah Klungkung, yaitu sebesar 21,69 cm pada babi jantan dan 21,60 cm pada babi lokal betina. Hasil pengukuran terhadap lingkar pergelangan kaki ternak babi lokal menunjukkan bahwa rata – rata lingkar pergelangan kaki ternak babi lokal jantan dan betina di Sianjur Mulamula adalah sebesar 18,75 ± 1,20 (KV = 6,41 %) dan 18,39 ± 1,12 cm (KV = 6,12 %). Rataan ukuran lingkar pergelangan kaki ternak babi lokal di lokasi penelitian menunjukkan hasil lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Pengestika (2010) di daerah Gianyar, baik ternak babi jantan maupun betina

(10)

yaitu masing – masing sebesar 17, 92 cm dan 17, 54 cm, juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan babi lokal di Klungkung, yaitu sebesar 17,85 cm pada ternak jantan dan 17,44 pada ternak betina (Ardhiyani, 2010).

Berdasarkan data pada tabel 3 dan 4 diperoleh nilai bobot badan babi lokal jantan adalah sebesar 72,57 ± 7,15 kg dengan nilai koefisien variasi 9,86 % dan pada ternak betina sebesar 72,93 ± 6,48 kg dengan nilai koefisien variasi adalah 8,89 %. Ternak babi lokal dengan ukuran tubuh lebih besar mencerminkan kualitas pertumbuhan yang baik dibanding dengan ternak babi lain pada umur yang sama. Hasil pengukuran terhadap bobot badan menunjukkan bahwa bobot badan babi lokal di Sianjur Mulamula lebih tinggi bila dibandingkan dengan laporan BPTU-HPT Siborongborong (2014), bahwa ternak babi lokal di daerah Tobasa dan Nias memiliki bobot badan sebesar 50 - 70 kg dan 20 – 50 kg. Rendahnya bobot badan dan ukuran tubuh ternak babi lokal di berbagai daerah, ketika dibanding dengan bobot badan dan ukuran – ukuran tubuh standar nasional ternak babi, diduga karena kualitas genetik pada umumnya semakin rendah akibat perkawinan ternak babi lokal yang tidak terkontrol (inbreeding), dimana masih banyak pemeliharaan ternak lokal secara ekstensif.

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, ukuran – ukuran tubuh ternak babi lokal di Sianjur Mulamula dapat dikatakan seragam (KV = < 15 %), populasi ternak masih dianggap seragam jika memiliki nilai koefisien variasi kurang dari 15 % (Nasoetion, 1985). Nilai koefisien variasi ukuran tubuh babi lokal jantan di Sianjur Mulamula terbesar ditunjukkan pada panjang badan (11,46 %) dan lebar pinggul (5,44%) memiliki nilai koefisien variasi yang rendah, sedangkan pada babi betina lokal ditemukan bobot badan (8,89 %) dengan nilai koefisien variasi tertinggi dan panjang badan (2,56 %) dengan nilai koefisien variasi terendah. Keseragaman ukuran – ukuran tubuh individu ternak babi sangat peka terhadap pengaruh lingkungan, keseragaman ini muncul dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi pemeliharaan, pengaruh pemberian pakan, kondisi alat pencernaan dan keragaman genetik (Mulliadi, 1996). Perlakuan pemeliharaan ternak babi lokal yang berbeda antara peternak merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan ukuran – ukuran tubuh antara kelompok ternak. Pemberian pakan dengan menggunakan limbah hasil pertanian juga dapat menimbulkan keragaman sifat ternak, dimana jenis vegetasi (hasil pertanian) yang relatif berbeda antara desa – desa yang ada di Sianjur Mulamula.

4. KESIMPULAN

Ternak babi lokal yang berada di lokasi penelitian dari identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif dapat digolongkan sebagai babi lokal Samosir, dengan hasil penelitian diperoleh sifat kualitatif yang dominan pada babi jantan antara lain : warna bulu hitam 76,67 %, bentuk punggung melengkung 66,67 %, belang putih ditemukan pada keempat kaki 73,33 %, bulu kasar ditemukan pada bagian pundak 63,33 % dan bulu kasar ditemukan pada leher ternak 56,67 %, dan pada babi betina diperoleh sifat kualitatif yang dominan antara lain warna bulu hitam 73,33 %, bentuk punggung melengkung 80,00 %, belang putih ditemukan pada keempat kaki 56,67 %, bulu kasar ditemukan pada bagian pundak 70,00 % dan bulu kasar ditemukan pada leher ternak 63,33 %. Ukuran – ukuran tubuh babi lokal jantan maupun betina pada lokasi penelitian adalah seragam (memiliki nilai koefisien variasi di bawah 15 % ). Hal ini diduga akibat pengaruh lingkungan dan manajemen pemeliharaan yang diterapkan relatif sama pada peternakan rakyat di Kecamatan Sianjur Mulamula.

(11)

5. DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyani, A. V. 2010. Penggolongan Morfometrik Babi Kelompok Parung, Getasan dan Klungkung Melalui Pendekatan Analisis Diskriminan Fisher, Wald-Anderson dan Jarak Minimum D2 Mahalanobis. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

BPS Kabupaten Samosir. 2014. Samosir dalam Angka 2014. BPS Kabupaten Samosir. Samosir

BPTU-HPT Siborongborong. 2014. Menelusuri Babi Lokal Sumatera Utara. bptuhpt.siborongborong.info (diakses bulan September 2015).

Gea, M. 2009. Penampilan Ternak Babi Lokal Periode Grower Dengan Penambahan Biotetes “SOZOFM-4” Dalam Ransum. IPB. Bogor

Mulliadi, D. 1996. Sifat Fenotipik Domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.

Nasution, A. H. 1992. Panduan Berfikir dan Meneliti Secara Ilmiah Bagi Remaja. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

Pengestika, I. 2010. Pendugaan Bobot Badan dan Perbandingan Ukuran Serta Bentuk Tubuh Pada Babi Lokal Bali. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Santosa, U. 2008. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siagian, H. P. 2014. Pig Production in Indonesia. Animal Genetic Resources Knowledge Bank in Taiwan.

Sihombing, D. T. H. 2006. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumadi, I. K. 2007. Hubungan Antara Dimensi Tubuh Dengan Prestasi Kerbau Pacuan. Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar. Bali

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh metode problem solving secara algoritmik dan heuristik terhadap prestasi aspek pengetahuan, sedangkan pada prestasi

Teman bermain sangat mempengaruhi perilaku seseorang, karena teman bermain merupakan tempat anak melakukan tindakan sosial selain di dalam lingkungan keluarga, dalam

Berdasarkan permasalahan yang dikemukkan maka disimpulkan bahwa implementasi kebijakan penanggulangan penyakit HIV/AIDS di Kota Palu yang dilihat dari aspek

(Jakarta: Rajawali Press, 2016), hlm.. Mereka diharuskan melakukan praktik berupa pengembangan tata kelola lembaga di beberapa lembaga pendidikan Islam. Berdasarkan uraian

Pertama, jika reaksi energi tinggi yang melibatkan ensim sitokrom p-450 menyebabkan ikatan kovalen obat dengan protein intrasel, maka akan terjadi disfungsi

Oleh sebab itu, pada makalah ini dilakukan pengembangan dan implemetasi metode pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) pada matakuliah perancangan teknik jurusan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan yang berjudul: “Pelaksanaan Penghitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Atas Sewa

Pengaruh konsentrasi pemberian 17α -MT pada pakan larva ikan nilem terhadap persentase kelamin jantan yang diukur maka digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan