• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT

SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH

KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO

WIROSARI GROBOGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh: Kustanto

3105113

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

PENGESAHAN PENGUJI

Tanggal Tanda Tangan

Drs. H. Soediyono, M.Pd. __________ ____________ Ketua Sidang

Nasiruddin, M.Ag. __________ ____________ Sekretaris Sidang

Dra. Miswari, M.Ag. __________ ____________ Penguji I

Rosyidi, M.S.I __________ ____________ Penguji II

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks Hal : Naskah Skripsi

A. n. Sdr. Kustanto

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Setelah saya mengadakan koreksi perbaikan seperlunya maka bersama ini saya kirimkan naskan skripsi saudara:

Nama : Kustanto NIM : 3105113

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dengan Judul : Problematika Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan Dengan ini saya mohon agar skripsi saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqasahkan.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Semarang, 16 Juni 2010

Pembimbing I pembimbing II

Drs.Ahmad Suja’i, M.Ag Amin Farih, M.Ag

(4)

MOTTO

Barang siapa yang dikehendaki Allah akan diberikan kebajikan dan keutamaan, niscaya diberikan kepadanya faham yang mendalam tentang hukum agama.

1

Hadis dari Muawiyah, yang Diriwayatkan oleh Imam Muslim, {lihat Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim Juz II, (Bairut Libanon: Darul Kutub Al-alamiyah, Tth), hlm. 719}.

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang saya cintai dan banggakan yang senantiasa mengiringi setiap langkah saya dalam menggapai cita-cita.

1. Bapak dan Ibuku tersayang yang selalu mendidik dan mencurahkan kasih sayangnya yang penuh kesabaran, ketabahan dan ketulusan hati dan selalu mendoakan untuk kebahagiaan saya.

2. Paman, Bibi, dan Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan.

3. Adik Hida yang selalu menemaniku dan memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan warna dalam hidupku.

4. Segenap Komunitas Akrima Ngaliyan (Udin, Bambang, Amin, Anas, Didin, Masnur, Jono dll) yang banyak memberikan kenangan manis dan berjasa bagiku.

5. Teman-temanku Durrohim, Ilul, Tino, Alek, Ida, Hijriah, Agus dan paket PAI A angkatan 2005 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan semangatnya bagi saya pribadi.

(6)

PERNYATAAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 16 Juni 2010 Deklarator,

Kustanto NIM : 3105113

(7)

ABSTRAK

Kustanto (NIM. 3105113) Problematika Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Bagaimana implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. (2) Problem apa saja yang dihadapi dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan sudah baik, ini dibuktikan dengan program rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru mata pelajaran Fikih sebelum melaksanakan pembelajaran. Guru mata pelajaran Fikih menyusun terlebih dahulu beberapa perencanaan pembelajaran, yang meliputi : a) Program tahunan, b) Program semesteran, c) Silabus dan RPP.

Problematika yang dihadapi dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih antara lain : 1) Banyaknya peserta didik dalam satu kelas, yaitu mencapai 44 peserta didik, 2) Minimnya pengetahuan guru tentang KTSP, 3) Kurangnya sarana prasarana yang mendukung, seperti lahan rekreasi, ruang unjuk kerja, ruang perpustakaan yang masih satu ruang dengan ruang TU, 4) Sedikitnya perhatian orang tua peserta didik dan masyarakat, 5) Kurangnya waktu yang tersedia dalam pembelajaran Fikih. Adapun solusi untuk mengatasi problem-problem itu adalah 1) Pihak madrasah dapat menambah lagi ruang kelas bagi peserta didik, 2) Guru harus lebih banyak lagi mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai KTSP, baik itu mengenai kurikulum KTSP itu sendiri, model pembelajarannya maupun teknik evaluasinya, 3) Pihak madrasah seharusnya lebih banyak lagi menyediakan sarana prasarana untuk menunjang implementasi KTSP di madrasahnya, seperti ruang perpustakaan, ruang unjuk kerja, lahan untuk rekreasi. 4) Perlu adanya tambahan jam untuk mempelajari mata pelajaran Fikih, 5) Masyarakat dan orang tua peserta didik perlu dikenalkan dengan kurikulum KTSP.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Agar nantinya terwujud pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirramanirrahim

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kehadirat beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.

Skripsi yang berjudul "PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTs MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN" disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis sampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M. Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

2. Drs. Marusudin Siregar, selaku wali studi yang mempunyai peran besarnya dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

3. Drs Ahmad Suja'i, M.Ag, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Amin Farih, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

(9)

6. Maskun S.Ag, selaku Kepala MTs Miftahul Falah dan segenap guru serta staf terkait khususnya Bapak Muh Nur Hadi, A.Ma.pd yang telah bersedia menerima dan membantu penulis selama mengadakan penelitian.

7. Bapak dan Ibuku tersayang yang telah berkenan memberi motivasi, perhatian dan doa yang tulus bagi penulis selama menyelesaikan studi serta penyusunan skripsi ini.

8. Adik-adikku tersayang yang telah memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Teman-temanku terkasih yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada mereka penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain ungkapan terima kasih dan iringan doa semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan kalian semua dengan sebaik baik balasan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 16 Juni 2010 Penulis,

Kustanto NIM : 3105113

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTRAK PENELITIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN PERNYATAAN ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Pustaka ... 7

F. Metodologi Penelitian ... 8

BAB II : LANDASAN TEORI A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)... 13

1. Pengertian KTSP ... 13

2. Landasan KTSP ... 18

3. Tujuan KTSP ... 18

4. Prinsip Pengembangan KTSP... 19

5. Standar Kompetensi Lulusan KTSP ... 20

6. Komponen KTSP... 21

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan... 21

(11)

c. Kalender Pendidikan ... 22

d. Silabus Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 23

B. Fikih ... 24

1. Pengertian Fikih... 24

2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih ... 26

a. Materi ... 26

b. Tujuan Pembelajaran Fikih ... 26

c. Metode Pembelajaran Fikih ... 27

d. Evaluasi ... 32

BAB III : IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN FIKIH DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN A. Gambaran Umum MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan... 35

1. Letak Geografis ... 35

2. Latar Belakang Historis ... 35

3. Visi, Misi dan Tujuan ... 36

4. Struktur Organisasi ... 37

5. Keadaan Peserta Didik ... 38

6. Keadaan Guru, dan Karyawan... 38

7. Sarana Prasarana ... 39

B. Implementasi KTSP Mata Pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan ... 40

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan ... 40

2. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan ... 42

3. Proses Pembelajaran Fikih di Mts Miftahul Falah ... 46

(12)

BAB IV : ANALISIS PELAKSANAAN KTSP PADA MATA PELAJARAN FIKIH DAN PROBLEMATIKANYA SERTA SOLUSINYA DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN

A. Analisis Implementasi KTSP ... 52 1. Analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs

Miftahul Falah ... 52 2. Analisis Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Mata Pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah... 53 3. Analisis Proses Pembelajaran Fikih... 54 4. Analisis Evaluasi Pembelajaran Fikih ... 56 B. Problematika Implementasi KTSP Mata Pelajaran Fikih di

MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan Dan Upaya pemecahannya ... 57 1. Problematika Implementasi KTSP Mata Pelajaran Fikih

di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan... 57 a. Problem secara Umum ... 58 b. Upaya pemecahan problem secara umum ... 60 c. Problem khusus PBM mata pelajaran Fikih KTSP

dan upaya pemecahannya... 62 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 65 C. Penutup ... 66 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Daftar Jumlah peserta didik MTs Miftahul Falah Tahun Ajaran 2009/2010

Tabel 2 : Data Kepala Madrasah dan Guru Berdasarkan Pendidikan Tabel 3 : Data Fasilitas Madrasah

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Gambar Struktur Organisasi MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan.

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Fikih Kelas VII

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara di MTs Miftahul Falah Lampiran 3 : Pedoman Observasi dan hasil Observasi Lampiran 4 : Kalender Akademik MTs Miftahul Falah Lampiran 5 : Program Tahunan Mata pelajaran Fikih Lampiran 6 : Program Semesteran Mata Pelajaran Fikih Lampiran 7 : Silabus Mata pelajaran Fikih

Lampiran 8 : RPP mata pelajaran Fikih Lampiran 9 : Rincian Kegiatan penelitian

(16)
(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan bagi setiap satuan pendidikan, baik pengelola maupun penyelenggara, khususnya bagi guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu saat Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak bangsanya, saat itu pula pemerintah menyusun kurikulum. Dalam hal ini kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat secara sentralistik, yaitu pusat kurikulum (puskur) sekarang Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan diberlakukan bagi seluruh anak bangsa di seluruh tanah air Indonesia. Karena kurikulum dibuat secara sentralistik maka setiap satuan pendidikan diharuskan untuk melaksanakan dan mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.2

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik daerah/sekolah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik, sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.3

Sesuai dengan pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: “pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan

2

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung PT Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 4.

3

(18)

ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan”.4 Maka dari itu kurikulum yang ada harus selalu dikembangkan sesuai dengan peraturan undang-undang.

KTSP mempunyai karakteristik tersendiri dibanding dengan kurikulum sebelumnya. Karakteristik tersebut antara lain : pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan profesional, serta tim kerja yang kompak dan transparan. 5 Maka dari itu KTSP diharapkan mampu memajukan kualitas pendidikan sekarang ini.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.6

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian Kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Adapun secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk : 1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama

3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.7

4

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang Undangan RI Tentang System Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) Undang-Undang R.I No.20 tahun 2003. (Bandung: Nuansa Aulia, 2005),

hlm. 113.

5

E. Mulyasa, op.cit., hlm. 29-33.

6

Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, (Jakarata: 2006), hlm. 5.

7

(19)

Madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mewarnai rentang perjalanan pendidikan di negara kita. Terbukti dengan banyaknya madrasah yang berdiri di Indonesia sekarang. Di Jawa Tengah data bulan Mei tahun 2010 ada sekitar 7.367 buah madrasah, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga Madrasah Aliyah (MA). Dari jumlah sebesar itu, 90,69 % adalah madrasah swasta dan selebihnya yaitu 9,31 % adalah madrasah negeri.8

Salah satu upaya untuk menjadikan madrasah lebih berkembang dan maju adalah dengan cara memperbaiki kurikulum yang ada. KTSP merupakan kurikulum yang di gagas oleh pemerintah agar semua lembaga pendidikan dapat memaksimalkan potensi yang ada di lembaga tersebut. Hal ini seharusnya dijadikan satu peluang bagi lembaga pendidikan madrasah agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan lulusan. Dengan cara memaksimalkan potensi yang ada mulai dari komite madrasah, guru, orang tua dan lingkungan sekitar.

MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan merupakan salah satu MTs yang telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Namun dalam pelaksanaannya masih ditemui berbagai hambatan yang tidak sedikit. Hal ini mengingat bahwa prasarana pendukung yang kurang maksimal, kesiapan siswa yang kurang dan minimnya informasi yang diperoleh oleh guru. Guru yang menjadi faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran mata pelajaran tertentu harus mampu merumuskan unsur-unsur pembelajaran dengan baik. Sehingga guru dalam melaksanakan profesinya harus berdasarkan pertimbangan profesional 9 (profesional judgment) secara tepat dan baik. Hal ini mengingat guru tidak hanya sebagai pengajar atau sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik saja, akan tetapi dia

8

Www. Rekap Depag. Php. Htm. 23, Mei 2010.

9

Profesional adalah sesuatu yang bersangkutan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya, Lihat Syafrudin Nurdin, M.Pd. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 13.

(20)

seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi.10

Mata pelajaran Fikih adalah salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum madrasah baik itu Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupun pada Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ini sesuai dengan struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang tertuang dalam standar isi. Di antara satu dari kelompok standar isi tersebut adalah mata pelajaran Fikih.

Di MTs Miftahul Falah, mata pelajaran Fikih merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan. Akan tetapi dalam penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Wirosari Grobogan ternyata masih banyak problem yang dihadapi baik yang dialami oleh siswa, pengajar maupun kepala sekolah.

Dari berbagai problem di atas itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTs MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2009/2010.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari interpretasi dan kesalahpahaman pengertian batasan istilah, maka peneliti sampaikan batasan-batasan istilah sebagai berikut :

1. Problematika

Problem adalah masalah atau persoalan sedang problematika adalah hal yang menimbulkan masalah atau hal yang belum dapat dipecahkan permasalahannya.11 Dalam hal ini berarti masalah apa saja yang dihadapi ketika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di implementasikan pada

10

Ibid., hlm. 7.

11

Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

(21)

mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan.

2. Implementasi

Pelaksanaan, penerapan implemen. Sedangkan implemen berarti alat, sistem atau aturan.12 Maka dari itu maksud implementasi di sini adalah, Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan.

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Adalah kurikulum operasional yang oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.13 Dalam hal ini yang dimaksud adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan.

4. Fikih

Fikih adalah ilmu tentang hukum islam.14 Fikih berasal dari bahasa Arab yaitu:

Fikih menurut bahasa faham,

Adapun definisi Fikih secara istilah adalah :

15

Artinya : Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliah, yang diusahakan memperolehnya dari dalil-dalil yang jelas (tafshili)

Adapun Fikih sebagai mata pelajaran berarti Fikih adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik, untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya

12

Alex MA. Kamus Ilmiah Popular Kontemporer, (Surabaya: Karya Harapan, 2005), hlm. 240.

13

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Peratuaran Pemerintah Republik

Indonesia No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2005), hlm. 5.

14

Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Op.cit., hlm. 316.

15

(22)

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.16

Dari penegasan istilah di atas, maka dapat diketahui dengan jelas bahwa penelitian akan diarahkan pada problematika implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan tahun ajaran 2009/2010.

C. Rumusan Masalah

Dalam penelitian, pokok masalah akan menentukan arah penelitian itu sendiri, rumusan masalah secara jelas akan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya sesuai dengan judul dan latar belakang. Peneliti dapat merumuskan pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan?

2. Problem apa saja yang dihadapi dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Agar peneliti ini dapat memperoleh hasil yang baik, maka perlu dicanangkan tujuan yang hendak dicapai, adapun tujuan yang hendak peneliti capai dalam melaksanakan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan tahun ajaran 2009/2010.

16

Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta, 2004), hlm. 46.

(23)

2. Untuk mengetahui problem apa saja yang dihadapi dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan tahun ajaran 2009/2010.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

Hasil-hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menyempurnakan implementasi kurikulum Fikih baik bagi sekolah, termasuk guru, pengembang kurikulum, maupun untuk tujuan penelitian lebih lanjut.

E. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa karya/penelitian yang peneliti jumpai yang membahas tentang bagaimana implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di sekolah. Di antaranya yaitu :

Skripsi saudara Sutrisno (3101296) yang berjudul studi tentang pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran PAI di SMA Negeri 3 Semarang tahun pelajaran 2006/2007. Penelitian ini menghasilkan tentang bagaimana pelaksanaan KTSP di SMA N 3 Semarang, yang mana penelitian ini meliputi , tujuan, materi, standar kompetensi lulusan dan ruang lingkup KTSP serta evaluasinya. Peneliti berkesimpulan sudah cukup baik, walaupun masih kurang sempurna, maka dari itu disampaikan juga beberapa problematikanya serta upaya mengatasinya.

Skripsi saudara M. Anwar (3102053) yang berjudul implementasi penilaian pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran PAI di SMA 1 Kendal, hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya model penilaiannya hanya selama ini hanya berbasis kelas saja, akan tetapi menurutnya itu sudah memberi gambaran tentang penilaiannya

(24)

secara holistik, walaupun kurang sempurna. Ini dapat memberikan satu gambaran kepada peneliti tentang bagaimana seharusnya penilaian pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini dilaksanakan. Walaupun bukan pada mata pelajaran Fikih seperti yang penulis teliti.

Penelitian yang dilakukan saudara Nawahib (3603034) yang berjudul Problematika penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran Fikih dan solusinya, di MTs Miftahul Ulum Mranggen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya penerapan kurikulum berbasis kompetensi masih banyak menghadapi problem, problem itu meliputi, keadaan siswa yang terlalu banyak di mana satu kelas mencapai 66 siswa, dan minimnya informasi yang diperoleh oleh guru tantang kurikulum tersebut, sehingga dalam penerapannya masih banyak kekurangan, Serta media dan sarana prasarana yang kurang memadai.

Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kemiripan judul yang diangkat dengan judul penelitian yang akan peneliti lakukan. Letak perbedaannya terletak pada titik permasalahan. Peneliti menitikberatkan pada implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta problematikanya pada mata pelajaran Fikih.

F. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus digunakan metode yang tepat dan sesuai untuk pengolahan data sesuai obyek yang dibahas. Dalam hal ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang ada kaitannya dengan penelitian yaitu :

1. Fokus Penelitian

Peneliti memfokuskan pada implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII serta problematikanya di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. .yang meliputi kurikulum, guru, siswa, kepala sekolah dan sarana prasarana yang ada di sekolah tersebut, yang sedikit banyak menunjang kemajuan dalam proses belajar mengajar.

(25)

2. Jenis dan Pendekatan

Dilihat dari jenisnya Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan dalam penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Mengingat tujuannya adalah untuk mendapat data di lapangan, maka penelitian ini tidak dapat dilakukan hanya di laboratorium, melainkan harus dilaksanakan di lapangan.17 Selain itu penelitian ini juga disebut dengan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lain yang tidak mengadakan perhitungan.18

Penelitian ini akan mengadakan penelitian di lapangan tanpa menggunakan prosedur analisis statistik. Dalam hal ini peneliti akan mengadakan penelitian langsung di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan guna memperoleh data-data yang akurat mengenai implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan problematikanya pada mata pelajaran Fikih kelas VII.

3. Metode Pengumpulan Data

Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut :

a. Metode Wawancara

Menurut Esterberg (2002), dalam Sugiyono “Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik.” Ia juga mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur. 19

17

Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 159.

18

Dr.Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 2.

19

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. IV hlm. 317.

(26)

Metode ini digunakan untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan perasaan responden. Salah satu cara yang akan ditempuh peneliti adalah melakukan wawancara secara mendalam dengan subyek penelitian dengan tetap berpegang pada arah sasaran dan fokus penelitian.

Dalam wawancara ini peneliti menggunakan Wawancara semiterstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana fihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.20

Adapun fihak-fihak yang diwawancarai adalah sebagai berikut : 1) Kepala sekolah, materi wawancara seputar Gambaran umum

MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan. (sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, kondisi siswa, guru, dan staf, sarana prasarana,) dan respon sekolah terhadap KTSP.

2) Waka Kurikulum, materi wawancara seputar kurikulum-kurikulum sebelumnya, kurikulum-kurikulum yang sekarang diterapkan di sana, dan pelaksanaan KTSP, apa saja problem yang dihadapi dalam mengimplementasikan KTSP..

3) Guru mata pelajaran Fikih, materi wawancara seputar materi mata pelajaran Fikih, respons terhadap pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih, bagaimana penyusunan perencanaan pembelajaran KTSP. b. Metode Dokumentasi

Yaitu “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.21

20

Ibid., hlm. 320.

21

(27)

Teknik ini diarahkan untuk mengumpulkan berbagai informasi, khususnya untuk melengkapi data dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian mengenai pelaksanaan KTSP dan proses belajar mengajar mata pelajaran Fikih.

Informasi atau data yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi antara lain :

1) Data tentang kurikulum mata pelajaran Fikih.

2) Data tentang kondisi lingkungan sekolah, data guru, staf tata usaha, siswa dan organisasi sekolah.

3) Data tentang (RPP) tertulis milik guru, program tahunan, semesteran, atau ulangan harian dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Fikih

4) Buku mata pelajaran Fikih, milik guru maupun siswa. c. Observasi (Pengamatan)

Sutrisno Hadi (1986) menyatakan dalam bukunya Dr Sugiono bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.22 Ini berarti observasi adalah pengamatan langsung terhadap obyek yang akan kita teliti. Obyek yang akan kita amati adalah ketika guru mengajar, bagaimana kondisi pembelajarannya dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kurikulum yang ada.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan mengumpulkan informasi mengenai implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Fikih kelas VII di MTs Miftahul Falah Sambirejo Wirosari Grobogan.

4. Analisis Data

Dalam analisis ini peneliti menggunakan tiga macam analisis yaitu reduksi data, display (penyajian data), dan verifikasi data atau kesimpulan,

22

(28)

fokus analisa data ini pada ruang lingkup kurikulum Fikih dan implementasinya serta problematikanya.

a. Reduksi Data

Langkah awal ini untuk memudahkan pemahaman terhadap yang sudah terkumpul, reduksi data dilakukan dengan cara mengelompokkan data berdasarkan aspek-aspek permasalahan penelitian, aspek-aspek yang direduksi dalam penelitian ini adalah : kurikulum Fikih, implementasi kurikulum dalam mata pelajaran Fikih serta problematikanya.

b. Penyajian Data

Data yang telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan aspek-aspek dan penelitian, penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Sesuai dengan aspek-aspek masalah penelitian ini, maka susunan penyajian datanya dimulai dari ruang lingkup Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, implementasi (KTSP) pada mata pelajaran Fikih dan problematikanya.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan, sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap, pertama menarik kesimpulan sementara, namun seiring dengan bertambahnya data, maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Berdasarkan verifikasi data ini selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan akhir temuan penelitian.

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 1. Pengertian KTSP.

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yakni ”currere” secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start dan batas Finish. Dalam dunia pendidikan pengertian tersebut dapat dijabarkan sebagai bahan ajar yang sudah ditentukan kapan dimulai dan kapan diakhiri yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.23 David Pratt dalam Curriculum Design and Development, mendefinisikan: “A Curriculum is an organized set of formal educational and or training intention”24 Artinya kurikulum adalah suatu bentuk satuan yang diorganisir dalam pendidikan formal atau pelatihan.

Dr Muhammad Adnan Latief mengartikan kurikulum adalah suatu rancangan program pendidikan yang berisi serangkaian pengalaman yang diberikan kepada peserta didik untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai melalui serangkaian pengalaman belajar.25 Maka menurutnya tujuan dan pengalaman belajar menjadi aspek yang sangat penting dalam kurikulum yang ditentukan oleh keinginan, keyakinan, atau pengetahuan serta kemampuan anggota masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan tersebut.

Hilda Taba seperti yang dikutip oleh Muhammad Ali mengartikan : A curriculum is a plan for learning, What is known about the learning process and the development of individual has bearing on the shaping of a curriculum. Kurikulum adalah suatu rencana belajar. Oleh

23

Prof. H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), hlm. 2.

24

David Pratt, Design and Development Curriculum, (New York: Harcourt Brace Javanovich Publishers, 1980), hlm. 4.

25

Muhammad Adnan Latif Dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum

(30)

karena itu konsep-konsep tentang belajar dan perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum.26

Sedangkan B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai "a sequence of potential experiences set u pin the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways of thinking and acting". Mereka mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.27

Menurut Fatah Syukur kurikulum merupakan rencana pelajaran yang dipakai sebagai patokan dalam proses pembelajaran yang mengacu kepada tujuan suatu lembaga pendidikan.28 Sedangkan menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern ialah semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah/madrasah.29Pandangan modern ini dapat juga diartikan kurikulum secara luas yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah/madrasah

Oemar Hamalik menyatakan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yang berbeda, yakni tinjauan menurut pandangan lama dan tinjauan menurut pandangan baru. Pengertian kurikulum menurut pandangan lama merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk murid untuk memperoleh ijazah, sedangkan menurut pandangan baru merumuskan bahwa kurikulum bukan saja terdiri dari mata pelajaran tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah, yaitu semua

26

Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), hlm. 7.

27

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.5.

28

Fatah Syukur, Dinamika Madrasah Dalam Masyarakat Industri, (Semarang, PKPI2-PMDC, 2003), hlm. 136.

29

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 53.

(31)

pengalaman yang dengan sengaja disediakan oleh sekolah bagi para siswanya untuk mencapai tujuan pendidikan.30

Sedangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa: “kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.31

Dari beberapa definisi kurikulum yang telah disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum merupakan pengalaman peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak hanya terbatas hanya pada mata pelajaran saja, akan tetapi lebih luas dari pada itu meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik termasuk di dalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar mengajar, cara evaluasi program pengembangan pengajaran dan sebagainya.

Maka secara umum, keberadaan kurikulum menggambarkan suatu rencana tentang jenis pengalaman-pengalaman belajar yang diharapkan dapat diperoleh siswa selama mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan atau sekolah tertentu.

Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan, hendaknya kurikulum berperan dan bersifat antisipatif terhadap perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu sebagai alat pendidikan, kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lain. Salah satu komponen kurikulum adalah komponen isi. Komponen isi dan struktur program atau materi merupakan materi yang ditetapkan. Isi atau materi yang dimaksud

30

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 27..

31

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, (Jakarta: Dharma

(32)

biasanya berupa meteri bidang studi.32 Maka dari itu kurikulum harus mengalami perubahan sejalan dengan perubahan zaman.

Dasar perlunya perubahan kurikulum menurut Muhadi (2002) seperti yang dikutip Djoko Susilo:

"Bahwa saat terjadi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang perlu segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru dalam setiap jenjang dan satuan pendidikan. Di mana peraturan perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap pengembangan kurikulum seperti pembaharuan dan diservikasi".33

Dengan dasar itulah KTSP menjadi satu terobosan kurikulum yang diharapkan mampu membawa perbaikan dalam pendidikan nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu ide pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Dengan cara memberikan otonomi yang seluas-luasnya bagi satuan pendidikan untuk mengelola dan memaksimalkan potensi yang ada agar dapat meningkatkan kualitas pendidikannya. KTSP dikembangkan melalui upaya pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar di lingkungan masing-masing tingkat satuan pendidikan.

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, ayat15) di jelaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi

32

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek (Jakarta: Media Pratama, 1999), hlm. 15.

33

Muhammad Djoko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen

Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm.

(33)

serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).34

KTSP menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasi keinginan masyarakat setempat, serta menjalin kerja sama yang erat antar sekolah, masyarakat, industri dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik.35

KTSP mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan dengan kurikulum- kurikulum sebelumnya. Karakteristik tersebut antara lain : a. Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah dan satuan pendidikan.

dengan tidak meninggalkan seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Melalui otonomi yang luas ini satuan pendidikan berhak mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat.

b. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi. Masyarakat dan orang tua murid diharapkan mempunyai partisipasi aktif bagi kemajuan sekolah, tidak hanya melalui bantuan keuangan akan tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan untuk merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

c. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional. Maksudnya dalam KTSP pengembangan dan pelaksanaan didukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. kepala sekolah dan guru-guru diharapkan mempunyai tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil bersama serta pelaksanaannya. d. Tim kerja yang kompak dan transparan. Dalam KTSP keberhasilan

pengembangan kurikulum dan pembelajaran didukung oleh kinerja tim yang kompak dan transparan dari pihak-pihak yang terlibat dalam

34

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 20.

35

(34)

pendidikan mulai dari dewan pendidikan, komite sekolah, dewan guru sampai pada pegawai sekolah.36

2. Landasan KTSP

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah pasal 1 ayat (19); pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 32 ayat (1), (2), (3); pasal 35 ayat (2); pasal 36 ayat (1), (2), (3); pasal 38 ayat (1), (2)

b Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); pasal 5 ayat (1), (2); pasal 6 ayat (6); pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); pasal 8 ayat (1), (2), (3); pasal 10 ayat (1), (2), (3), pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); pasal 14 ayat (1), (2), (3); pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); pasal 17 ayat (1), (2); pasal 18 ayat (1), (3) pasal 20.

c. Standar Isi

SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.

d. Standar Kompetensi Lulusan

SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.37

36

(35)

3. Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Adapun secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk :

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan, mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia yang tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai.38

4. Prinsip pengembangan KTSP

KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama kabupaten / kota setempat untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada Standar Isi dan Standar kompetensi lulusan dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah.39

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

37

Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, (Jakarata: 2006), hlm. 4.

38

E. Mulyasa, op.cit., hlm. 22.

39

Khaeruddin Dan Mahfud Junaedi Dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

(36)

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

b. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis. Untuk itu semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Maksudnya pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya dunia kerja.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang diajarkan selalu berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Ide inilah yang seharusnya digunakan untuk mengembangkan kurikulum.

(37)

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.40

5. Standar Kompetensi Lulusan KTSP

Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Rujukan untuk penyusunan standar– standar pendidikan lain, dan merupakan arah peningkatan kualitas pendidikan secara mendasar dan holistik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta merupakan pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik, yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran, serta mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.41

Standar kompetensi pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan pendidikan lebih lanjut. Pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sedang pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.42

6. Komponen KTSP

Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) antara lain : a. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan.

40

Badan Standar Nasional Pendidikan, Op.Cit., hlm. 5-7.

41

E. Mulyasa , Op.Cit., hlm. 91.

42

(38)

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan sebagai berikut : 1) Pendidikan dasar, tujuannya adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan selanjutnya.

2) Pendidikan menengah, tujuannya adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan selanjutnya sesuai dengan kejuruannya.

3) Pendidikan menengah kejuruan, tujuannya adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan selanjutnya.43

b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut : kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran

43

(39)

ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.44

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan /atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan.

c. Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik madrasah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam standar isi.45

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kalender pendidikan adalah sebagai berikut :

1) Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

2) Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran.

3) Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran.

4) Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam setiap minggu, meliputi jumlah jam untuk setiap mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah dengan jam jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.

5) Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah

44

Muhaimin, Dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pada Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 50.

45

(40)

semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum, termasuk hari-hari besar nasional dan hari libur khusus.46

d. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Silabus adalah rencana pembelajaran dan atau kelompok mata pelajaran tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.47 Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan

kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.48 Berdasarkan silabus inilah guru bisa mengembangkannya menjadi RPP yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswa.

Pengembangan silabus pada dasarnya merupakan upaya melakukan analisis kompetensi ke dalam kompetensi dasar dan indikator-indikator, analisis materi ke dalam scop (ruang lingkup) dan sequence (urutan) materi, analisis belajar ke dalam jenis dan bentuk kegiatan belajar mengajar, dan analisis penilaian ke dalam jenis dan alat-alat penilaian, yang semuanya itu bermuara pada pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Silabus disusun berdasarkan standar isi, yang di dalamnya berisikan identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian alokasi waktu dan sumber belajar.49

46

Muhaimin, Dkk op.cit., hlm. 330.

47

Ibid., hlm. 112.

48

Mansur Muslih, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008), hlm. 32.

49

(41)

B. Fikih

1. Pengertian Fikih

50

Fikih menurut bahasa artinya faham.

Maka secara harfiah Fikih dapat diartikan faham seperti firman Allah dalam surat At-taubah ayat 122 yang berbunyi :

)

:

(

Artinya : untuk mereka bertafaqquh dalam agama.51

Ialah : untuk mereka memahami dan mendalami segala hukum agama yang tidak terhingga macamnya52dan yang dimaksud oleh nabi Muhammad dalam sabdanya :

:

:

:

)

(

Artinya : Barang siapa yang dikehendaki Allah akan diberikan kebajikan dan keutamaan, niscaya diberikan kepadanya faham yang mendalam dalam hukum agama. (H.R Muslim)

Maka kalimat yufaqqihhu diartikan yaitu diberikan kefahaman yang mendalam. Ini berarti kalimat Fikih tidak hanya terbatas pada hukum-hukum Islam saja, akan tetapi lebih luas lagi segala aspek agama Islam.54

Adapun definisi Fikih secara istilah adalah :

55

50

Abi Yahya Zakariya, Fathul Wahab, Juz 1,(Surabaya: Darkutub Islam), hlm. 3.

51

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Bandung : Diponegoro, 2004), hlm. 206.

52

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm. 10.

53

Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim Juz II, (Bairut Libanon: Darul Kutub Al-alamiyah, Tth), hlm. 719.

54

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 11.

55

(42)

Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliah, yang diusahakan memperolehnya dari dalil-dalil yang jelas (tafshili).

Dr Wahab Khalaf dalam bukunya Ushul al-Fiqh mengartikan Fikih sebagai berikut : Fikih ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil secara detail, atau kodifikasi hukum-hukum syariat Islam tentang perbuatan manusia yang diambil berdasarkan dalil-dalil secara detail.56

Adapun Fikih sebagai mata pelajaran berarti Fikih adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik, untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.57

2.Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih a. Materi

Bahan/materi pengajaran adalah apa yang harus diberikan kepada murid, bisa berupa pengetahuan, sikap/nilai serta keterampilan apa yang harus dipelajari.58 Isi kurikulum atau pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi, tetapi harus merupakan pengetahuan terpilih dan diperbolehkan baik sebagai pengetahuan itu sendiri, maupun bagi siswa dan lingkungannya.59

Ruang lingkup Fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian,

56

Dr. Abdul Wahab Khalaf, Ushulul Fikih (terj), (Bandung: Gema Risalah Pres, 1996), hlm. 23.

57

Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta, 2004), hlm. 46.

58

Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar Mengajar” dalam Chabib Toha dan Abd Mu’ti (Eds), PBM PAI di Sekolah dan Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Agama Islam, (Semarang: IAIN Walisongo Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 220.

59

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 127.

(43)

keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan sesama manusia meliputi :

1) Aspek Fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara thaharah, salat fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.

2) Aspek Fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam- meminjam, utang piutang, gadai, dan borg serta upah.60

Adapun standar kompetensi lulusan mata pelajaran Fikih kelas VII terlampir.

b. Tujuan Pembelajaran Fikih di MTs

Pembelajaran Fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah (sempurna).

Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam Fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam Fikih muamalah. (2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan

60

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Di Madrasah, 2008, hlm. 53.

(44)

menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.61

c. Metode Pembelajaran Fikih

Metode pembelajaran menurut Sudjana adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.62 Oleh karena itu peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar sangatlah penting. Dengan adanya metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain tercipta interaksi edukatif.

Metode mengajar itu dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicernakan oleh anak dengan baik. Oleh karena itu terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh. Dalam melihat cara atau metode ini guru dibimbing oleh filsafat pendidikan yang dianut guru dalam tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Di samping itu penting juga memperhatikan hakikat anak didik yang hendak dididik dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan.63

Berikut beberapa variasi metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran Fikih:

1 ) Metode Ceramah.

Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu tertentu (waktu terbatas) dan tempat tertentu pula. Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah. Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang disampaikan guru itu adalah benar. Murid mengutip ikhtisar ceramah

61

Ibid., hlm. 55.

62

Nana Sujdana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet IV, 2000), hlm. 76.

63

Derektorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodologi Pengajaran Agama

(45)

semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.64

2) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan murid. Guru bertanya dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya dan guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan murid. Manfaat terpenting dari metode ini adalah guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.65

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara untuk mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan obyektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan obyektif dalam pemecahan suatu masalah.66

Metode diskusi ini sangat sesuai digunakan bilamana :

a) Materi yang disajikan bersifat low consensus problem artinya bahan yang akan disajikan tersebut banyak mengandung permasalahan yang tingkat kesepakatannya masih rendah.

b) Untuk pengembangan sikap atau tujuan-tujuan pengajaran yang bersifat afektif.

64

Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 19.

65

Ibid., hlm. 20.

66

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputra Pres, 2002), hlm. 36.

(46)

c) Untuk tujuan-tujuan yang bersifat analisis sintesis, dan tingkat pemahaman yang tinggi.

Ada beberapa jenis diskusi yang dapat dilakukan oleh guru dalam membimbing siswa, antara lain :

a) Whole Group

Whole group merupakan bentuk diskusi kelas di mana para pesertanya duduk setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah direncanakan sebelumnya.

b) Diskusi Kelompok

Dalam diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang peserta, dan juga diskusi kelompok besar yang terdiri 7-15 orang peserta. Dalam diskusi tersebut dibahas tentang suatu topik tertentu dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris. Para anggota diskusi diberikan kesempatan berbicara atau mengemukakan pendapat dalam pemecahan masalah.

c) Buzz Group

Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri 3-4 orang peserta. Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatap muka dengan mudah. Diskusi ini biasanya diadakan di tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud untuk memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

d) Panel

Yang dimaksud panel di sini adalah suatu bentuk diskusi yang terdiri dari 3-6 orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik tertentu dan duduk dalam semi melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator. Biasanya dalam diskusi ini para audien tidak

(47)

turut bicara, namun dalam forum tertentu para audien diperkenankan bicara.67

4) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik.68 Biasanya seorang guru menunjuk salah satu siswa untuk memperlihatkan pada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Misalnya demonstrasi tentang tata cara memandikan mayat dengan cara menggunakan model atau boneka, tata cara haji, yang meliputi thowaf, sa'i dan lain sebagainya. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode demonstrasi adalah :

a) Rumuskan secara spesifik yang dapat dicapai oleh siswa

b) Susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan.

c) Persiapan-persiapan peralatan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai, dan diatur sesuai skenario yang direncanakan. d) Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan

kenyataan yang sebenarnya, dan jangan berlebih-lebihan69 5) Metode Drill

Metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari. Karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan lebih mudah difahami dan di aplikasikan dalam kehidupan.

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan metode drill, antara lain :

Pertama; harus disadari bahwa pengertian belajar bukan bearti pengulangan yang persis sama dengan apa yang telah dipelajari

67

Ibid., hlm. 40-41.

68

Ismail. SM, op.cit., hlm. 20.

69

(48)

sebelumnya oleh siswa, akan tetapi terjadinya sesuatu proses belajar dengan latihan siap adalah adanya situasi yang berbeda serta pengaruh latihan pertama, maka latihan kedua, ketiga dan seterusnya akan lain sifatnya.

Kedua; situasi belajar itulah yang mula-mula harus diulangi untuk mendapat respons dari siswa. Bilamana siswa dihadapkan dengan berbagai situasi belajar, maka dalam diri siswa akan timbul alasan untuk memberi respons, sehingga menyebabkan dia melatih keterampilannya. Bagaimana situasi tersebut dapat diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut adanya perubahan respons, maka keterampilan siswa akan dapat lebih disempurnakan. Metode drill juga harus dimulai dari hal-hal yang mendasar agar siswa betul-betul mengerti apa yang telah dan akan dilakukannya agar diperoleh keterampilan yang diinginkan.70

6) Metode pemberian tugas dan resitasi

Metode pemberian tugas dan resitasi adalah suatu cara dalam proses pembelajaran bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Tugas dapat dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lain yang cocok. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara individual atau secara kelompok.71

d. Evaluasi pembelajaran Fikih

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1983: 220). Sedangkan menurut pengertian

70

Ibid., hlm. 55.

71

(49)

istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan untuk memperoleh kesimpulan.72

Penilaian atau evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran yang telah dicapai oleh siswa.73

Menurut Nana Sudjana pada umumnya ada tiga pokok evaluasi yaitu: 1) Segi tingkah laku, artinya segi yang menyangkut sikap, minat

perhatian, dan keterampilan siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar.

2) Segi isi pendidikan, artinya penguasaan bahan pelajaran yang diberikan guru dalam proses mengajar.

3) Segi yang menyangkut proses mengajar dan belajar itu sendiri. Proses mengajar dan belajar perlu penilaian secara obyektif dari guru, akan menentukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai siswa.74

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan evaluasi pembelajaran, prinsip-prinsip tersebut meliputi:

1) Prinsip integralitas : prinsip ini menghendaki bahwa rancangan evaluasi hasil belajar tidak hanya menyangkut teori, pengetahuan dan keterampilan saja, akan tetapi juga mencakup aspek-aspek kepribadian siswa. Seperti apresiasi, sikap, minat, pemikiran kritis, proses adaptasi dan lain-lain.

2) Prinsip kontinuitas. Kontinuitas dalam evaluasi berarti guru secara kontinu membimbing pertumbuhan dan perkembangan siswa. Dengan demikian program-program evaluasi pembelajaran

72

M. Chabib Thoha, M.A, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Graffindo Persada, 1996), hlm. 1.

73

M Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 3.

74

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik {Dalam Interaksi Eabtlsatij), (Jakarta: PT. Aneka Cipta, 2000), hlm. 213.

(50)

merupakan rangkaian dari bimbingan belajar siswa. Maka penilaian seharusnya dilakukan secara berkesinambungan.

3) Prinsip obyektivitas. Dengan prinsip ini hasil evaluasi harus dapat diinterpretasikan dengan jelas dan tegas. Jadi setelah diadakan evaluasi pembelajaran terhadap siswa, keadaan siswa dapat diketahui dengan jelas dibanding sebelum evaluasi. Dengan kata lain dapat diketahui hasilnya.

Selain prinsip-prinsip evaluasi di atas ada beberapa kriteria evaluasi yang perlu dimiliki oleh guru, antara lain:

1) Validitas. Validitas atau ketepatan dalam evaluasi maksudnya, seorang guru harus benar-benar mampu dengan tepat menilai bidang yang mau dinilai.

2) Reabilitas. Artinya, evaluasi yang diadakan oleh guru kepada murid-muridnya harus dapat memberikan hasil yang konsisten, tetap tidak berubah-ubah.

3) Praktis. Yakni tindakan evaluasi mudah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan efisiensi dan efektivitas, baik menyangkut masalah waktu, biaya, maupun tenaga.75

75

Ainurrafiq Dawam dan Ahmad Ta'arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren (Bandung: Listafariska Putra, 2005), hlm. 10-101.

Referensi

Dokumen terkait

N -fenil- N’ -benzoilthiourea sebagai Efek Analgesik terhadap Mencit” ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Adapun kriteria responden yang dijadikan sampel adalah pelanggan BPPT Hadji Kalla Urip Sumoharjo yang telah menggunakan jasa pelayanan BPPT Hadji Kalla Urip dengan

Selain itu juga beberapa pasar tradisional di kota Solo seperti Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar Triwindu sudah menjadi ikon kota Solo sehingga sudah banyak dikenal

Titrimetri (Nurdianingrum, 2011) adalah suatu cara analisis yang berdasarkan pengukuran volume larutan yang diketahui konsentrasinya secara teliti

Kesimpulan dari hasil pengamatan kerjasama peserta didik dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada mata pelajaran Aqidah Akhlak peserta

Pelah pelan tambahkan telur yang sudah dikocok ,aduk sampai terasa kental.Pastikan gunakan api kecil atau akan merusak rasa lemon dan membuat telur matang.. Tuangkan lemon

Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan pada bab IV peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : Pertama, hasil analisis uji t diketahui bahwa kualitas produk (X

Pada penelitian ini dilakukan eksplorasi gen enzim lipase pada tanah hasil pengolahan limbah kelapa sawit (POME) melalui pendekatan metagenomik menggunakan desain