• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

KONDISI FISIK DAN SOSIAL

KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI

KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH

4.1. Kondisi Geografis Kelurahan Pakembaran

Di Kecamatan Slawi terdapat 5 Kelurahan dan 5 Desa. Batas wilayah Kelurahan Pakembaran terletak di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah. Wilayan Kelurahan Pakembaran berbatasan dengan 5 Desa dan Kelurahan, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Trayeman, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kalisapu, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Slawi Wetan dan Slawi Kulon dan sebelah Barat berbatasan Desa Pedagangan. Kelurahan Pakembaran secara administrasi terbagi atas 9 Rukun Warga(RW), sebelah selatan terdiri dari RW I, RW III, RW VIII, RW, IV, RW V sebelah utara terdiri dari RW II, RW VI, RW VII, RW IX dan 35 Rukun Tetangga (RT) dengan luas wilayah mencapai 138,500 Ha. Dari luas wilayah tersebut merupakan wilayah pemukiman penduduk 99.170 Ha, prasarana umum 27 000 Ha, lahan pertanian 11,500 Ha, Perkantoran 0,480 Ha, Taman 8, 430 Ha. Jarak tempuh Kelurahan Pakembaran ke Ibu Kota Kecamatan adalah 1, 5 kilometer, lama tempuh dengan menggunakan kendaraan umum atau becak 0,30 km / jam. Untuk ke Kota Kabupaten dengan menggunakan kendaraan umum atau becak dengan jarak 1,5 kilo meter, lama tempuh 00,20 / jam. Oleh karena itu Letak geografis yang strategis tersebut maka masyarakat Kelurahan Pakembaran mudah mengakses kegiatan ekonomi atau melakukan aktifitas karena Kelurahan Pakembaran di tengah-tengah kota Kabupaten.

Kelurahan Pakembaran dengan bentangan wilayah daerah datar dengan suhu rata 36 derajat celcius, dari daratan ke permukaan laut berjarak 25 kilo meter dengan jalan datar, jenis kandungan tanah merah dan abu-abu kedalaman 12 meter mempunyai kandungan zat besi, untuk lahan pertanian masyarakat bercocok tanam palawija dan padi. Disekitar pemukiman masyarakat terdapat tanaman perdu, menggambarkan wilayah Kelurahan Pakembaran adalah tanah yang subur, iklim yang sejuk, karena di sebelah selatan Kabupaten Tegal adalah gunung slamet, dengan lama tempuh 3 jam atau 80 kilometer dari Kelurahan Pakembaran,

(2)

maka Kelurahan Pakembaran masuk dalam kaki gunung slamet, sedangkan 25 kilometer ke utara masuk Kota Tegal merupakan pantai utara jawa.

Wilayah Kelurahan Pakembaran, merupakan daerah urban dari desa-desa wilayah Kabupaten Tegal, dengan akses jalan yang menghubungkan dari desa-desa tingkat Kecamatan Slawi sangat terjangkau, karena dilalui jalan raya yang sudah beraspal semua dengan sarana transportasi kendaraan bermotor, mobil, angkutan kota, dokar sepeda ontel, bus yang bisa menghubungkan antar Kabupaten. Kelurahan Pakembaran merupakan daerah yang memiliki potensi tanah yang datar, salah satu Kelurahan dari 5 Kelurahan dan 5 Desa di Kecamatan Slawi, yang masuk dalam Ibu Kota Kabupaten dan memiliki lokasi / komplek ruko serta toko-toko kelontong dan pasar swalayan yang tidak dimiliki oleh Kelurahan lain di Kecamatan Slawi, selain pusat perniagaan sebagian wilayah digunakan perkantoran tingkat Pemerintah Daerah ada di Kelurahan Pakembaran dan aset jalan untuk melakukan aktifitas penduduk sudah beraspal dan pavingisasi pada jalan gang.

Hubungan antara masyarakat Kelurahan Pakembaran dengan ekosistem setempat, dapat dilihat dari bagaimana masyarakat memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam yang terdapat dilingkungannya, masyarakat masih beranggapan bahwa alam sebagai sumber penyedia kebutuhan hidup, secara umum hubungan dengan lingkungan baik menyangkut sistem ekonomi, sistem sosial, maupun kelembagaan yang ada dimasyarakat cukup baik, masyarakat tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengakses sumberdaya alam yang terdapat dilingkungan. Sumberdaya lahan yang ada di Kelurahan Pakembaran adalah memiliki luas wilayah 138,500 ha dan pemanfaatanya untuk pemukiman 99,170 ha, untuk prasarana umum dan prasarana ekonomi 25,500 ha, pertanian 11,500 ha, dari 11,50 lahan pertanian sebagian besar dimiliki oleh golongan lapisan atas. Selain lahan pertanian masih ada potensi lahan kering yang bisa dimanfaatkan.

Fasilitas fisik perekonomian yang ada di Kelurahan Pakembaran sangat beragam diantaranya sebagai berikut ( tabel 3)

(3)

Tabel : 3 Data Lembaga perekonomian Penduduk, jumlah usaha dan tenaga kerja tahun 2008.

nomor Jenis Lembaga Ekonomi Jumlah usaha Juml Tenaga Kerja

1 Industri Makanan ( roti) 1 10 orang

2 Industri

kerajinan(batako) 3 12 orang

3 Industri mebelair 1 5 orang

4 Usaha perdagangan kecil 125 500 orang

5 Warung makan/minum 50 150 orang

6 Kios kelontong 30 90 orang

7 Bengkel 10 30 orang

8 Toko swalayan 2 400 orang

9 Usaha sablon 3 10 orang

10 percetakan 2 5 orang

Sumber data profil Kelurahan Pakembaran 2008

Dari tabel 3 menggambarkan fasilitas perekonomian dan berpotensi untuk di kembangkan.

4.2 Sistem Sosial

Data kependudukan Kelurahan Pakembaran sampai tanggal 14 januari 2008 mencapai 7.781 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 1.920 KK yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 3.680 jiwa atau 47,29 persen dan penduduk perempuan 4,101 jiwa atau 52,71 persen, dari jumlah penduduk tersebut terdapat keluarga miskin sebanyak 601 kepala keluarga (KK) dengan jumlah anggota keluarga miskin 981 Jiwa.

Penduduk Kelurahan Pakembaran sesuai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif seimbang, ratio jenis kelamin dapat dihitung menurut perbandingan jumlah laki-laki dengan perempuan. Ratio jenis kelamin di Kelurahan Pakembaran dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 3.680 jiwa atau 47,29 persen dan jumlah penduduk perempuan 4.101 jiwa atau 52,71 persen dengan perbandingan sex ratio sebesar 89, berarti bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 89 orang penduduk laki-laki, artinya kemungkinan mortalitas penduduk perempuan Kelurahan Pakembaran lebih tinggi di bandingkan penduduk laki-laki, hal ini bisa juga disebabkan adanya faktor penduduk laki-laki lebih tinggi melakukan migrasi dari pada penduduk perempuan.

(4)

Sedangkan struktur umur dapat diketahui besarnya rasio beban tanggungan, kelompok umur non produktif adalah kelompok umur yang berumur 0 -14 tahun dan diatas 65 tahun, di Kelurahan Pakembaran penduduk usia 0-14 tahun sejumlah 2.961 orang dan kelompok penduduk yang berumur lebih dari 65 tahun keatas sebanyak 364 orang sehingga ratio beban tanggungan (RBT) sebesar 90,5 persen artinya tiap 1000 orang yang produktif di Kelurahan Pakembaran menanggung 995 orang yang tidak produktif, Secara sederhana rasio beban tanggungan merupakan beben yang ditanggung penduduk usia produktif atas penduduk usia non produktif. Berdasarkan Internasional Labour Organization ( ILO) penduduk umur produktif dihitung pada rentang usia 15 – 64 tahun ( Sakernas, 2007)

Tabel : 4 Komposisi Penduduk tahun 2008 menurut umur, jenis kemamin dan sex ratio di Kelurahan Pakembaran

No penduduk Komposisi Jenis kelamin L P Jumlah Sex Ratio

1 0-4 488 490 978 99 2 4-9 531 520 1051 102 3 10-14 482 450 932 107 4 15-19 472 499 971 94 5 20-24 368 416 784 88 6 25-29 70 160 230 43 7 30-34 177 240 417 73 8 35-39 181 190 371 95 9 40-44 137 231 368 59 10 45-49 149 189 338 78 11 50-54 116 210 326 35 12 55-59 103 167 270 62 13 60-64 222 159 384 139 14 65 keatas 184 180 364 102 jumlah 3.680 4.101 7.781 89,7

Sumber data : Data Profil Kelurahan Pakembaran 2008

Pendidikan merupakan aset penting agar menjadi tenaga kerja yang terdidik dan terampil sebagai salah satu modal pembangunan, yang merupakan sumber daya lokal di Kelurahan Pakembaran. Data pada 1 januari 2008 jumlah usia kerja 4.459 atau 74,15 persen ( usia 15-64 ) dengan berbagai latar belakang pendidikan mulai dari tamat Sekolah Dasar sampai Sarjana ada di Kelurahan Pakembaran, tingginya angka usia kerja yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keterampilan dapat menjadi beban bagi proses pembangunan itu sendiri, maka perlu adanya langkah atau upaya memberdayakan masyarakat pada usia kerja baik menyangkut aspek pendidikan, sosial, ekonomi, teknologi. Tingkat pendidikan penduduk juga sangat berpengaruh pada kemampuan diri seseorang,

(5)

untuk menentukan suatu tujuan, prilaku dan tingkat pekerjaan. Pemetaan sosial pada penduduk di Kelurahan Pakembaran menunjukkan berbagai lapisan tingkat pendidikan pada komposisi penduduk sebagai berikut :

Tabel : 5 Komposisi Penduduk tahun 2008 Menurut Tingkat Pendidikan, jumlah dan presentase di Kelurahan Pakembaran

nomor Tingkat pendidikan jumlah %

1 Pendidikan usia dini dan TK 459 5,9

2 Pernah sekolah SD tdk tamat 266 2,9

3 Tamat SD/sederajat 1. 667 21,42 4 Tamat SLTP 2.562 32,9 5 Tamat SLTA 1.913 24,5 6 Tamat D1 271 3,48 7 Tamat D2 022 2,59 8 Tamat D3 221 2,84 9 Tamat S1 50 0,64 10 Tamat S2 20 0,25 jumlah 7.781 100 %

Sumber data profil Kelurahan Pakembaran 2008

Dari data tersebut tingkat pendidikan SLTP presentasinya paling tinggi dan tingkat pendidikan SLTA pada urutan ke 2, pendidikan Sekolah Dasar ada pada urutan ke 3, artinya bahwa rendahnya pendidikan menentukan seseorang pada kemampuan untuk mengakses sesuatu kegiatan dan rendahnya pendidikan juga menentukan lapangan pekerjaan, serta mata pencaharian karena sesuai dengan program wajib belajar 9 tahun, baru memenuhi program baca dan tulis, belum mampu untuk mengakses keterampilan yang akan bersaing untuk mengisi pasar kerja.

Dengan penduduk 7.781 dan luas 138.500 Ha, merupakan potensi yang sangat berarti bagi pembangunan, apabila sumberdaya manusianya dikelola dengan baik, yaitu adanya perhatian yang serius dari pemerintah, maupun

stakeholders yang peduli terhadap kehidupan penduduk Kelurahan Pakembaran.

Agar mereka bisa hidup sejahtera, maka perlu adanya pemberdayaan dan perhatian semua pihak turut serta dalam membantu meningkatkan kualitas penduduk, melalui pendidikan pelatihan keterampilan pembuatan KUBE, membuka lapangan pekerjaan disektor formal maupun informal.

Sumberdaya yang tak kalah penting di Kelurahan Pakembaran adalah modal ekonomi dan modal sosial yang dimiliki masyarakat. Modal ekonomi menyangkut aset masyarakat yang kaitanya dengan materi, serta usaha yang dikelola

(6)

masyarakat di Kelurahan Pakembaran, sebagai investasi seperti komplek ruko, usaha pedagang kaki lima, pedagang keliling, arisan ibu-ibu dan bapak-bapak pada tingkat RT dan RW, modal pinjaman bergulir untuk KSM yang dikelola BKM, merupakan modal yang bisa dijadikan sumberdaya lokal. Modal sosial merupakan sifat kebersamaan pada kehidupan dimasyarakat untuk terciptanya kerukunan (gotong royong) dimasyarakat tanpa adanya persaingan, di samping itu adanya ikatan sosial di dalam kelembagaan masyarakat, perkumpulan dan kelompok-kelompok yang terbentuk karena adanya kepercayaan, kerjasama dan jaringan yang terbentuk dengan baik, sehingga keberadaan berbagai kegiatan ekonomi lokal dapat terus berkembang. Di Kelurahan Pakembaran terdapat kelompok swadaya masyarakat (KSM) sebanyak 31 kelompok yang beranggotakan 309 orang dengan aneka ragam usaha masyarakat dan difasilitasi modal pemerintah untuk usaha ini merupakan aset bagi pemerintah, dalam pemberdayaan masyarakat.

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Pakembaran, terdiri dari buruh/swasta, buruh tani, pedagang, petani, pengusaha, pengrajin, PNS, TNI/POLRI dan lain-lain.

Tabel 6 : Data Jenis Mata pencaharian, presentase dan jumlah masyarakat Kelurahan Pakembaran tahun 2008.

Nomor Mata Pencaharian Jumlah %

1 Petani 450 5,78 2 Buruh Tani 1.350 17,34 3 Buruh /swasta 2.420 31,10 4 Pegawai negeri 53 0,68 5 Pedagang 520 6,68 6 Pengrajin 135 1,73 7 Montir 20 0,25 8 Dokter 3 0,03 9 Penjahit 10 0,12 10 Tukang batu 55 0,70 11 Tukang kayu 35 0,44 12 Sopir 17 0,21 13 Pengemudi becak 24 0,30 14 TNI/POLRI 85 1,09 15 Pengusaha 147 1,88 16 Pensiun 101 1,29 Jumlah 5.425 100

(7)

Penduduk Kelurahan Pakembaran sebagian besar bermata pencaharian pokok buruh, terdiri dari buruh swasta sebesar 2.420 atau 31,10 persen dan buruh tani 1.350 orang atau 17,34 persen, ada keterkaitan dengan tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Pakembaran. Dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tidak adanya modal usaha yang bisa dijadikan mata pencaharian, maka penduduk Kelurahan Pakembaran banyak yang bekerja pada sektor jasa dan dagang, karena sumberdaya ekonomi lebih menjanjikan yaitu kehidupan masyarakatnya berada pada wilayah kota Kabupaten Tegal yang terdapat komplek rumah toko dan pusat perbelanjaan.

Untuk mendukung kerja pemerintahan di Kelurahan Pakembaran secara alamiah masyarakat membentuk kelembagaan dan organisasi sosial, muncul dan terbentuknya kelembagaan masyarakat, adanya inisiatif masyarakat dibentuk karena kebutuhan bersama, semakin maju perkembangan masyarakat semakin banyak dan komplek kelembagaan dibentuk. Pembentukan kelembagaan berorientasi pada tujuan pelayanan, pemenuhan kebutuhan dan sifat keanggotaan dalam kelembagaan.

Lembaga kemasyarakatan dan organisasi sosial yang ada di Kelurahan Pakembaran sebagai berikut :

a. Lembaga ketahanan masyarakat desa . Sebagai lembaga pertimbangan bagi pemerintah kelurahan untuk melakukan rembug warga sebelum diputuskan untuk diambil kebijan dan keputusan desa/kelurahan.

b. Lembaga Pemerintahan. Kelurahan, Rukun warga, Rukun tetangga, masing-masing lembaga mempunyai forum, untuk tingkat Kelurahan ada forum Kelurahan, yang dihadiri oleh seluruh ketua RW/RT, tokoh masyarakat, tokoh agama.

c. Badan Keswadayaan Masyarakat. Merupakan lembaga Independen yang dalam pola kerjanya untuk mengelola kegiatan yang berkaitan dengan program P2KP yang ada pada tingkat Kelurahan.

d. Kelompok Swadaya Masyarakat. Sebagai kelembagaan yang ada masyarakat kelurahan berfungsi untuk pemberdayaan pada masyarakat miskin yang dibentuk oleh BKM sebagai penerima dan pelaku program P2KP.

e. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Sebagai wadah organisasi wanita yang ada dimasing-masing RT/RW.

(8)

f. Posyandu. Kelembagaan masyarakat yang berfungsi untuk membantu masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak sebagai pertolongan yang berkelanjutan.

g Lembaga Pendidikan Agama / orgasisasi keagamaan. Berfungsi untuk mendidik dan membimbing masyarakat yang merupakan kelembagaan sosial secara independen

h. Karang Taruna. Merupkan lembaga kepemudaan untuk menjaring dan membina pemuda di tingkat kelurahan untuk meningkatkan kreatifitas remaja. i. Kelompok Pengajian / jamiahan. Kelembagaan Yang berfungsi untuk

membimbing bagi warga yang beragama Islam.

4.3. Nilai ( Kultur ) Masyarakat Kelurahan Pakembaran

Nilai dapat diartikan sebagai kepercayaan, pilihan, atau asumsi tentang apa yang baik untuk manusia. Nilai sosial/ masyarakat diartikan sebagai sikap dan perasaan yang diterima oleh masyarakat sebagai dasar untuk merumuskan apa yang benar dan penting, di samping itu nilai sosial dapat juga dirumuskan sebagai petunjuk atau tafsiran secara sosial terhadap suatu obyek baik yang bersifat material, maupun yang non material. Pada nilai ( kultur ) masyarakat Kelurahan Pakembaran terdiri dari agama, budaya dan lapisan masyarakat.

Masyarakat Kelurahan Pakembaran dalam kehidupan sehari-hari, lebih kental dengan kehidupan masyarakat agamis dan mayoritas masyarakatnya beragama islam, terlihat pada tiap-tiap RW terdapat masjid dan Taman Pendidikan Al- Qur’an (TPQ) serta berbagai kegiatan agama islam dimasyarakat sangat kental, sehingga tokoh agama juga memiliki tingkat penghargaan yang tinggi dimata masyarakat seperti ustadz dan kyai. Budaya masyarakat Kelurahan Pakembaran mengutamakan kerukunan dan hidup bermasyarakat, menjadikan modal sosial yang harus ditumbuh kembangkan, pada kegiatan masyarakat seperti Karang Taruna, ikatan remaja masjid, kegiatan ibu dan bapak-bapak dalam pengajian, paguyuban kematian dan lansia tingkat desa, paguyuban tahlilan, Kelompok Swadaya Masyarakat, Badan Keswadayaan Masyarakat.

Pelapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya di dalam proses pertumbuhan masyarakat, namun dapat pula terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan (seperti keluarga yang mampu membiayai

(9)

anak-anaknya melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi dan menjadi pegawai atau memperoleh pekerjaan yang lebih layak). Ukuran yang digunakan masyarakat untuk melihat apakah keluarga tersebut punya apa tidak pada pelapisan sosial masyarakat Kelurahan Pakembaran, yang paling atas adalah kepemimpinan formal( Kelurahan) dan selajutnya kepemimpinan informal seperti tokoh masyarakat ( anggota TNI, POLRI, PNS, tokoh politik dan pensiunan ), lapisan berikutnya adalah tokoh agama ( kyai, ustad ), pada tokoh informal tersebut merupakan panutan masyarakat dan juga sebagai kepanjangan tangan, aparat Kelurahan Pakembaran untuk menentukan arah pembangunan, selanjutnya orang-orang yang dipandang cukup dan menjadi relawan.

Masyarakat Kelurahan Pakembaran menaruh rasa hormat terhadap seseorang yang memiliki jabatan, baik jabatan ditempatnya bekerja, jabatan dalam kepengrusan RT/RW, lembaga agama, lembaga pemerintah maupun kegiatan-kegiatan organisasi lainya, baik jabatan formal maupun jabatan informal. Masyarakat menaruh kepercayaan yang tinggi sehingga setiap kata dan perbuatannya dihargai dan dilaksanakan, terlebih kepada orang yang memiliki kepedulian yang tinggi dalam pengembangan masyarakat, Tokoh-tokoh tersebut diantaranya ketua RT, ketua RW, aparat kelurahan. Tokoh-tokoh pada jabatan formal memiliki peranan dalam masyarakat terutama yang menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat administratif, misalnya masyarakat membutuhkan surat-surat untuk kepentingan mengurus akte kelahiran, akte jual beli tanah, pembuatan KTP surat keterangan tidak mampu dan sebagainya, sedangkan tokoh-tokoh pada jabatan informal seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, pengurus lembaga keuangan setempat.

Pelapisan sosial masyarakat Kelurahan Pakembaran ditentukan juga pada tingkat pendidikan, masyarakat memandang bahwa seseorang melalui pendidikan akan mempunyai wawasan, pola berfikir, dan cara seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapainya. Masyarakat menyadari semakin tinggi pendidikan, maka kemampuan seseorang untuk mengolah informasi berbagai sudut pandang, sehingga dapat menangani masalah dengan tepat. Dalam pelapisan sosial di Kelurahan Pakembaran, tokoh-tokoh dengan berbagai karastetistik baik secara formal maupun informal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya bahu membahu bersama masyarakat dalam pengembangan kegiatan-kegiatan yang

(10)

dirasakan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tokok-tokoh farmal dan informal bersama-sama menentukan prioritas pembangunan di wilayah masing-masing untuk diusulkan dan dijalankan sebagai program pembangunan. Pembahasan mengenai pelaksanaan pembangunan diwujudkan dengan adanya kegiatan bulanan pada tingkat RT dan RW yang diikuti oleh tokoh masyarakat dan masyarakat dimasing-masing RW.

Jejaring Sosial terbentuk karena lapisan-lapisan masyarakat, yang membentuk komunitas untuk suatu tujuan, jejaring sosial terbentuk bisa secara formal maupun alamiah, dari pengamatan di Kelurahan Pakembaran jejaring sosial secara formal, manakala ada kepentingan Pemerintah untuk menentukan pembangunan masyarakat, maka perlu adanya musyawarah bersama melalui tokoh formal dan informal, kegiatan rutin dalam jejaring sosial dilakukan oleh tokoh masyarakat melalui pertemuan rutin RT dan RW dilakukan tiap bulan sekali dan jejaring informal dilakukan melalui pengajian mingguan ibu-ibu pengajian tahlilan oleh bapak-bapak.

Fungsi kontrol lembaga masyarakat pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga masyarakat, maupun organisasi sosial merupakan kegiatan rutin masyarakat, yang tanpa adanya pembinaan dari pemerintah kelurahan, mereka sudah aktif dengan cara kekerabatan dan kekeluargaan yang mengutamakan kebersamaan (gotong royong) pada masyarakat Kelurahan Pakembaran. Aturan-aturan masyarakat yang ditetapkan baik secara tertulis seperti ( Aturan-aturan yang ada pada tataran RT/RW LKMD, lembaga keuangan di tingkat kelurahan ) maupun tidak tertulis ( ikatan ibu-ibu dan bapak dalan pertemuan pengajian mingguan, kegiatan kebersihan lingkungan pada tingkat RT dan RW ) mengacu pada kelembagaan yang mereka bentuk, masih terasa adanya kebersamaan sebagai modal sosial yang dilestarikan masyarakat.

Jejaring sosial yang paling dominan yang dimiliki masyarakat Kelurahan Pakembaran adalah gotong royong dan kekerabatan ( persaudaraan) baik di tingkat tetangga, kelompok pengajian dan organisasi kelembagaan di tingkat Kelurahan yang diikat adanya arisan pada anggotanya, merupakan modal dasar bagi Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakat melalui program-programnya. Seperti penuturan salah seorang informen (MR) berikut :

(11)

“...kelurahan pakembaran merupakan daerah urban bagi daerah wilayah Kabupaten Tegal, banyak pendatang yang mencari penghasilan dan bekerja di wilayah kelurahan pakembaran, karena sebagai pusat perbelanjaan dan pasar tradisional, walaupun pakembaran banyak masyarakat pendatang, namun kerukunan warga masyarakatnya tetap terjaga, bahkan masyarakat pendatang setiap ada kegiatan masyarakat ikut di dalamnya, biasanya kegiatan yang mengikat masyarakat kelurahan pakembaran yang bersifat keagamaan dan pertemuan warga untuk membahas pembangunan “

Fungsi pengurus RT dan RW terhadap kegiatan masyarakat sangat dominan, aturan yang dibuat masyarakat untuk disepakati bersama dan dilakukan untuk kepentingan masyarakat, misalnya ( kegiatan kerja bakti bersama, pembagian kapling bersih lingkungan ) pengaruh ketua RT/RW serta ketua lembaga di Kelurahan Pakembaran sangat dipatuhi oleh warganya.

Gambar

Tabel : 4 Komposisi Penduduk tahun 2008 menurut umur, jenis kemamin dan sex  ratio di Kelurahan Pakembaran
Tabel  : 5  Komposisi Penduduk tahun 2008 Menurut Tingkat Pendidikan, jumlah  dan presentase di Kelurahan Pakembaran
Tabel   6   :   Data   Jenis   Mata   pencaharian,   presentase   dan   jumlah   masyarakat  Kelurahan Pakembaran tahun 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat Ketersediaan Pangan sumber Vitamin A pada Keluarga di Pedesaan dan Perkotaan (Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Cilaku, Kelurahan Bojong Herang, Kecamatan

Dua kelas kesesuaian medan tersebut terdiri kelas II (sesuai) dan kelas III (sedang). -faktor yang menguntungkan adalah kemiringan lereng, tingkat erosi, gerak massa batuan, lama

~ d a b u n tujuan secara khusus adaiah untuk rnengeiahui karakteristik sosial ekoiiomi (umur, tingkai pendidikan, tingkat pendapatan, can aktivitas komunikasi ibu

Oleh karena itu, mengacu dengan hasil penelitian yang terdahulu, pada penelitian ini juga ingin membuktikan bahwa stok modal sosial yang dimiliki oleh penjual

Tujuan penelitian ini adalah untuk: Menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi petani ( jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, dan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa strategi adaptasi jejaring/hubungan sosial, pola nafkah ganda, mobilisasi peran keluarga, migrasi, alih mata pencaharian, dan

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN PERBUTULAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi perbedaan kondisi sosial ekonomi antara masyarakat lokal dan pendatang sebagai petani kelapa sawit diantaranya, tingkat