• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi kegiatan Ratib al-Haddad dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. - Electronic theses of IAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Urgensi kegiatan Ratib al-Haddad dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. - Electronic theses of IAIN Ponorogo"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Sunarto, Heri. 2015, Urgensi Kegiatan Ra<tib Al-Hadda<d Dalam Meningkatkan Keimanan Santri Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo PonorogoSkripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing M. Harir Muzakki. M.H.I

Kata Kunci : Ra<tib Al-Hadda<d, Keimanan

Penelitian ini di latar belakangi oleh kemerosotan akhlak dan moral kususnya pada santri pondok pesantren KH. Syamsuddin. Masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para santri yang berhubungan dengan akhlaq dan moral. Hal tersebut memang wajar karena tidak semua santri mempunyai latar belakang yang baik. Pada dasarnya penyimpangan-penyimpangan tersebut berasal dari hati seseorang, karena hati adalah penggerak dari aktifitas-aktifitas yang diperbuat. Jika hati yang buruk dan jauh dari mengingat Allah Swt seorang akan gampang melakukan hal-hal yang dilarang dan sebaliknya jika hati ini baik maka akan senantiasa mengerjakan hal-hal yang baik dengan ringan dan merasa berat jika akan mengerjakan sesuatu hal yang dilarang. Disinilah kegiatan dzikir Ra<tib Al-Hadda<d sangatlah penting untuk dilaksanakan oleh para santri agar hati mereka selalu terjaga dan akirnya lama-kelamaan akan membawa pengaruh yang besar terhadap akhlaq dan moral santri bahkan sebagai pemacu kesuksesan dari tujuan pendidikan di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui,(1) Latarbelakang diadakan kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. (2) Untuk mengetahui proses kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. (3) Untuk mengetahui urgensi kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian, teknik dalam analisis data adalah reduksi data, display data. Dan pengambilan kesimpulan atau verifikasi, serta model berfikir yang digunakan adalah induktif.

(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Iman adalah pengakuan dalam hati tentang keesaan Tuhan dan kebenaran para rasul serta segala apa yang mereka bawa dari Allah. Mengucapkan dengan lisan dan mengerjakan rukun-rukun islam merupakan cabang dari iman.1Seorang yang beriman dengan sungguh dan dituturkannya dengan lisan dan perbuatan, maka itulah sebenarnya orang yang mukmin lagi muslim. Inilah yang terpuji dan dikehendaki oleh Tuhan, yaitu sesuai lahir dan batinnya.2

Mukmin yang beriman kepada qadha‟ dan qadar-Nya, bersifat berani, tidak takut. Karena dia beritikad bahwa tidak terjadi kesukaran dan kemudahan, kekayaan atau kepapaan, hidup dan mati, melainkan dengan ketentuan Allah Swt.

Orang yang bekerja dengan sebaik-baiknya, dia tidak takut melainkan kepada Allah. Dan dia tidak mengharap melainkan rahmad dan keridha‟an Allah Swt.3 Ekspresi iman orang mukmin adalah melaksanakan perintah Tuhan, baik berkaitan langsung dengan Tuhan maupun dengan manusia (habl min Allah wa

habl min al-nas).4Hikmah yang terkandung dalam surat al-Anfal ayat 64 bahwa

cukuplah Allah bagi mereka yang beriman kepada-Nya

1

Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2009), 104. 2

Taib Thabir Abdul Mu‟in, Ilmu Kalam (Jakarta: Widjaya, 1986), 94. 3

Teunggku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar ilmu Tauhid (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001), 94.

4

(4)

dan bergantung kepada-Nya, iman adalah pondasi utama dalam meraih kemenangan, kewajiban beriman dengan mencintai Allah semata.5

Dzikir adalah melepaskan diri dari kelalaian dengan senantiasa menghadirkan kalbu bersama al-Haq (Allah). Pendapat lain mengatakan bahwa dzikir adalah mengulang-ulang nama Allah dalam hati maupun lewat lisan. Ini bisa dilakukan dengan mengingat lafadh jalalah (Allah), sifat-Nya, hukum-Nya, perbuatan-Nya, atau suatu tindakan yang serupa. Dzikir bisa berupa do‟a, mengikat rasul-Nya, nabi-Nya, wali-Nya, dan orang-orang yang memiliki kedekatan dengan-Nya, serta bisa pula berupa taqarub kepada-Nya melalui sarana dan perbuatan tertentu seperti membaca, mengingat, bersyair, menyanyi, ceramah, dan bercerita.6

Allah Ta‟ala berfirman “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya

aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu

mengingkari (nikmat)-Ku” (QS. al-Baqarah: 152). Dengan kata lain, ingat

kepada-Ku dengan ketaatan, maka Aku akan mengingatmu dengan ampunan. Hak Allah ta‟ala mengingatkan orang agar berdzikir kepada-Nya. Siapa saja yang dzikir kepada-Nya dengan ketaatan, maka Allah akan ingat kepadanya dengan kebaikan. Sedangkan siapa yang ingat kepadanya dengan berbagai kemaksiatan,

5

Imam Muhammad Abdul Wahab, Tauhid (Yokyakarta: Mitra Pustaka, 2004), 236. 6

(5)

maka dia akan diingat Allah dengan laknat dan tempat kembali yang sangat buruk.7

Salah satu dzikir atau wirid yang mashur adalah Ra<tib al-Hadda<d, dzikir tersebut disusun oleh seorang Waliyullah al-Alamah al-Habib Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah bin Alwi al-Haddad. Ra<tib al-Hadda<d hampir dikenal oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia bahkan di Negara Indonesia Ra<tib al-Hadda<d sudah semenjak dulu dibaca dan diamalkan oleh masyarakat baik di kota-kota besar hingga dipelosok perkampungan, baik di surau-surau, di masjid-masjid, di pondok-pondok pesantren maupun di rumah-rumah.8 Banyak dikalangan Ulama, Habaib, Kyai, Santri bahkan masyarakat yang menjadikan Ra<tib al-Hadda<d ini sebagai dzikir wajib setiap hari. Di kota Ponorogo ada beberapa pondok pesantren yang mengamalkan Ra<tib al-Hadda<d ini di antaranya PP. KH. Syamsuddin Durisawo, PP. Asy Syafi‟iyah Durisawo, PP. Hudatul Muna Jenes.

Semua itu diamalkan masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan iman di dalam hati mereka, karena Ra<tib al-Hadda<d tersebut selain mempunyai keutamaan tertentu juga sebagai penjaga iman seseorang. Terlebih, Nabi Muhammad Saw, telah menjelaskan disyariatkannya dzikir secara berjamaah. Jadi dzikir berjamaah itu hukumnya sunnah.9

7

Said bin Ali Wahf al-Qohthani, Syarah Do‟a & Dzikir Hisnul Muslim (Bekasi: Darul Falah, 2013), 59. 8

Ahmad A. Alaydrus, Menyingkap Rahasia Dzikir dan Doa dalam Ratib al-Hadad (Surabaya: Cahaya Ilmu, 2007),11.

9

(6)

Pondok pesantren KH. Syamsuddin termasuk pondok pesantren yang berada di Ponorogo, yang mempunyai fungsi dan tujuan sebagai pusat pengembangan khazanah keilmuan khususnya ilmu agama dan sekaligus sebagai pendidikan akhlak dan moral santri. Agar santri yang mondok memiliki kepribadian yang tangguh, iman yang kuat, akhlak yang baik, berilmu, berbudi pekerti luhur. Tentunya pondok pesantren memiliki banyak peraturan ataupun larangan, hukuman, mengadakan kegiatan-kegiatan bermanfaat, amalan-amalan sunnah serta proses belajar mengajar guna memberikan pendidikan bagi santri-santrinya agar nantinya setelah pulang dari pondok para santri memiliki banyak kecakapan dan keterampilan dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat.10

Kita tahu bahwa pesantren adalah tempat untuk para santri memperdalam ilmu agama serta untuk mempertebal iman kepada Allah Swt agar terbentengi dari perbuatan-perbuatan yang melanggar ketentuan agama. Tetapi, sekitar tahun tahun 2012 yang lalu, di Pondok Pesantren KH. Syamsuddin masih banyak santri

yang sulit di atur dan di kendalikan. Banyak santri yang tidak menjalankan

aturan-aturan di pondok bahkan sering melanggar apa yang di larang oleh pihak

pondok pesantren. Banyak santri yang sulit digerakkan untuk bangun pagi, sholat

berjamaah, mengaji dan sekolah diniah. Bahkan banyak santri yang di-ta‟zir

(punishment) karena mencuri, keluar malam, merokok dan pelanggaran lain, meskipun sudah pernah di-ta‟zir berkali-kali oleh pihak keamanan akan tetapi dikemudian hari mereka mengulangi kembali perbuatan mencuri tersebut. Itu

10

(7)

semua menandakan bahwa kondisi iman santri masihlah sangat lemah karena sulit untuk menerima hidayah dari Allah Swt.

Menurut pengasuh bahwa kondisi santri tersebut disebabkan karena latar belakang kehidupan santri yang heterogen. Tidak Semua santri adalah orang yang baik ketika masih dirumah. Tidak semua santri berasal dari keluarga yang mendidik masalah agama dengan baik. Tetapi, banyak santri yang memiliki latarbelakang yang kurang baik ketika masih dirumah. Maka kondisi tersebut sangat wajar ketika santri masih sulit di atur dan dikendalikan oleh aturan-aturan yang ada di pondok peantren. Para santri belum bisa menata hati mereka dan menerima aturan-aturan yang ada di pondok karena aturan-aturan yang diterapkan jauh berbeda dengan lingkungan santri ketika masih dirumah yang masih bebas dan bertindak semaunya.

Dari perkataan Kyai bahwa seorang akan sulit menerima petunjuk jika hati seseorang itu masih keras. Maksud kerasnya hati adalah hati yang sudah keruh karena selalu meninggalkan kewajiban-kewajiban seorang hamba, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang agama. Aktifitas sehari-hari tanpa mengingat Allah akan menyebabkan hati ini semakin mengeras. Kita tahu bahwa hati adalah sumber dari penalaran diri, sumber dari tumbuhnya cinta dan benci, merupakan sumber keimanan dan kekufuran, hati juga merupakan sumbertaubat dan keras kepala, serta merupakan sumber ketenagan dan keguncangan.

(8)

istiqomah untuk melunakkan hati santri. Ketahuilah dzikir mampu melunakkan hati yang keras tersebut. Oleh karena itu seorang hamba selayaknya mengobati hatinya dengan berdzikir kepada Allah Swt, sebab ketika kelalaian bertambah dari diri, maka otomatis kekerasan hatiakan semakin memuncak pula. Diharapkan dengan fadilah dan keutamaan dzikir yang terkandund dalam Ra<tib al-Hadda<d dapat membawa pengaruh yang besar terhadap kepribadian santri.

Berdasar dari identifikasi masalah tersebut, maka penulis memfokuskan pada urgensi kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan iman pada santri.

Berangkat dari kegelisahan akademik tersebut di atas, penulis tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang Ra<tib al-Hadda<d, karena pembacaan Ra<tib al-Hadda<d tersebut secara kontinyu merupakan salah satu cara yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan menurut sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti masalah Ra<tib al-Hadda<d tersebut.

(9)

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada urgensi kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo, yang meliputi bagaimana latar belakang diadakannya kegiatan Ra<tib al-Hadda<d, proses kegiatan dan urgensi Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo.

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang melatarbelakangi diadakan kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo?

2. Bagaimana proses kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo?

3. Apa urgensi kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi diadakan kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo.

(10)

3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan urgensi kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo.

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Untuk menambah khazanah keilmuan kususnya tentang urgensi Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren.

b. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang Ra<tib al-Hadda<d.

2. Praktis

a. Bagi Pengasuh Pondok Pesantren KH. Syamsuddin

Agar hasil penelitian ini dijadikan sebagai pendorong untuk lebih meningkatkan kegiatan spiritual yang sudah ada di dalam pondok.

b. Bagi Santri

(11)

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini secara formal sebagai syarat untuk menempuh sarjana strata 1, juga untuk menambah ilmu pengetahuan yang diperoleh selama ini dan diharapkan bisa mengamalkan apa yang diperoleh dari penelitian ini.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metodelogi penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sehingga pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik, dan ini yang dikehendaki dalam penelitian kualitatif. 11

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu peneli terjun langsung ke PP. KH. Syamsudin untuk mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya tentang kegiatan dzikir Ra<tib al-Hadda<d terutama dengan mewawancarai pihak-pihak yang bersangkutan dengan penelitian ini..

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengummpulkan data-data di lapangan.

11

(12)

Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melihat proses kegiatan Ra<tib al-Hadda<d , oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di PP. KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainya di sini mutlak diperlukan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dillakukan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di PP. KH. Syamsuddin Durisawo yang berada di Jl. Lawu No 4 / Gg IV RT. 02 RW. 01 Kecamatan Nologaten Kabupaten Ponorogo yang berbatas sebelah Utara dengan Jl. Lawu, Gg. IV No. 4, sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Kawi, sebelah Timur

berbatasan dengan Perkebunan Warga dan sebelah Barat berbatasan dengan Jalan

Lawu.

4. Sumber Data

Data adalah hasil pencatatan baik berupa fakta ataupun angka.12 Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainya. Untuk itu

tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan serta, wawancara mendalam dan dokumentasi 13

12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 99. 13

(13)

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu person atau orang yang berlaku menjadi informan, meliputi Kyai Ayyub Ahdiyan Syam, SH selaku pengasuh PP. KH. Syamsuddin, Kyai Zami’ Khudz Dza Wali Syam selaku pembimbing kegiatan Ra<tib al-Hadda<d, ustadz PP. KH. Syamsuddin dan santri PP. KH. Syamsuddin dengan tujuan mengungkap:

a. Latarbelakangi diadakan kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo.

b. Proses kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo.

c. Urgensi kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Tehnik Wawancara

Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin.

Tehnik wawancara ini ada beberapa macam, yaitu:

(14)

2. Wawancara semi struktur, yaitu wawancara yang bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

3. Wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.14

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur untuk mendapatkan hasil wawancara lebih luas. Dalam penelitian ini pihak-pihak yang akan diwawancarai adalah Kyai Ayyub Ahdiyan Syam, SH, Kyai Zami’ Khudz Dza Wali Syam tentang

latarbelakangi diadakan kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di PP. KH. Syamsuddin, para ustadz tentang proses kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di PP. KH. Syamsuddin dan pihak yang bersangkutan dengan kegiatan yaitu Kyai, Ustadz dan santri tentang urgensi kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo.

b. Tehnik Observasi

Ada beberapa alasan mengapa tehnik observasi atau pengamatan digunakan dalam penelitian ini. Pertama, pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, pengamatan memungkinkan peneliti

14

(15)

untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya

Dalam penelitian ini peneliti mengamati aktifitas obyek penelitian, yaitu proses kegiatan Ra<tib al-Hadda<d, karakteristik fisik situasi sosial dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Selama peneliti di lapangan, jenis observasinya tidak tetap. Dalam hal ini peneliti mulai dari observasi deskriptif (descriptive observations) secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang tejadi di PP. KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. Kemudian, setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti meyempitkan pengumpulan datanya dan mulai melakukan observasi terfokus (focused observations).

Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan, sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat “catatan”, setelah pulang ke rumah barulah menyusun ”catatan lapangan”.15

Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, “jantungnya

adalah catatan lapangan”. Catatan lapangan pada penelitian ini bersifat

deskriptif. Artinya bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan tentang segala

15

(16)

sesuatu yang berhubungan dengan urgensi kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri PP. KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. Dan bagian deskriptif tersebut berisi beberapa hal, diantaranya adalah gambaran diri fisik, rekontruksi dialog, deskriptif latar fisik, catatan tentang peristiwa khusus, gambaran kegiatan dan perilaku pengamatan.16 Format rekaman hasil observasi (pengamatan) catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi.

c. Tehnik Dokumentasi

Tehnik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insan sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa. Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tetentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto, dan sebagainya.17 Dengan tehnik ini peneliti akan mengumpulkan data-data berupa rekaman yaitu hasil wawancara dicatat juga direkam dalam media elektronik (HP) dan dokumen yang berupa struktur organisasi pondok pesantren, data ustadz, data santri, kegiatan-kegiatan pondok pesantren,

16Ibid

., 156.

17

(17)

struktur dewan keamanan, bentuk-bentuk hukuman yang diterapkan, foto-foto dan lain sebagainya.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain, analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkanya ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.18

Tehnik analisis data yang digunakan untuk dalam penelitian ini menggunakan konsep yang diberikan Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data display dan conclusion.

Aplikasi di lapangan yaitu peneliti mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain tentang urgensi Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan iman santri di PP. KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. Data-data tersebut dipilih disesuaikan kepentingan, kemudian data-data di lapangan tersebut di display

18

(18)

atau disajikan dalam bentuk uraian, bagan, dan lain-lain agar bisa dipahami, setelah itu data-data yang telah di display ditarik kesimpulan.

7. Pengecekan Keabsahan Temuan

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).19 Serta derajat kepercayaan dan keabsahan data (kredibilitas data). Maka diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan trigulasi.20

Ketekunan pengamatan yang dimaksudkan adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relefan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo. 8. Tahapan-Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Tahap pra lapangan, dalam tahap ini penulis memulai dengan perumusan rencana penelitian, perizinan penelitian, observasi lapangan tempat di teliti, pemilihan informan, dan penyesuaian waktu.

19

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171. 20

(19)

b) Tahap di lapangan, meliputi kegiatan memahami lapangan, masuk berperan serta di dalamnya untuk mengumpulkan data dengan wawancara dan sebagainya.

c) Tahap analisis data, disini peneliti berperan untuk menganalisis data yang diperoleh dengan dokumen, wawancara, observasi yang dilakukan di Pondok Pesantren KH. Syamsuddin yang kemudian oleh peneliti ditafsirkan sesuai dengan apa yang tersurat satu tersirat di dalamnya sesuai dengan konteks masalah yang diteliti kemudian melakukan uji validitas.

d) Tahap penulisan laporan, meliputi kegiatan penulisan hasil semua dari apa yang diperoleh yang sebelumnya sudah di saring atau di analisis sesuai dengan bagiannya masing masing yang selanjutnya dikonsultasikan pada Dosen Pembimbning untuk memperoleh bimbingan dalam skripsi sampai selesai.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca dalam menelaah isi kandungan yang ada di dalamnya. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

(20)

meliputi latar belakang maslah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab Dua berisi landasan teori tentang urgensi kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo

Bab Tiga berisi tentang temuan penelitian. Yaitu tentang gambaran umum lokasi penelitian yang terdiri dari Sejarah Singkat berdirinya pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo, Visi, Misi dan Tujuan, keadaan Struktur Kepengurusan, keadaan Struktur Santri di Pondok Pesantren tersebut. Selain itu juga berisi tentang deskripsi data.

Bab Keemapat berisi tentang analisis data, dalam bab ini berisi analisis tentang analisis peran kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo yaitu analisis tentang latarbelakang diadakan kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo, analisis tentang Proses kegiatan Ra<tib al-Hadda<d di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo, dan analisis

urgensi kegiatan Ra<tib al-Hadda<d dalam meningkatkan keimanan santri di pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo.

(21)
(22)

BAB II

DZIKIR, RA<TIB AL-HADDA<D DAN IMAN

A. DZIKIR

1. Definisi Dzikir

Secara etimologi, perkataan dzikir berakar pada kata

،ُرُكْذَي ،َرَكَذ

اًرْكِذ

artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,

mengenal atau mengerti dan ingatan. Di dalam Ensiklopedi

Islam menjelaskan bahwa istilah dzikir memiliki multi interpretasi, di antara

pengertian-pengertian dzikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat,

menjaga, atau mengerti perbuatan baik.21 Dzikir adalah melepaskan diri dari

kelalaian dengan senantiasa menghadirkan kalbu bersama al-Haq (Allah). Pendapat lain, mengatakan bahwa dzikir adalah mengulang-ulang nama Allah dalam hati maupun lewat lisan. Ini bisa dilakukan dengan mengingat lafat Jalalah (Allah), sifat-Nya, Hukum-Nya, perbuatan-Nya, atau suatu tindakan yang serupa. Dzikir bisa berupa do‟a, mengikat rasul-Nya,

nabi-Nya, wali-nabi-Nya, dan orang-orang yang memiliki kedekatan dengan-nabi-Nya, serta

21 In‟ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A, Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono

(23)

bisa pula berupa takarub kepada-Nya melalui sarana dan perbuatan tertentu seperti membaca, mengingat, bersyair, menyanyi, ceramah, dan bercerita.22

Sedangkan dzikir dalam arti menyebut nama Allah yang diamalkan secara rutin, biasanya disebut wirid atau awra>d. Dan amalan ini termasuk ibadah murni (mahdhah), yaitu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah Swt. Sebagai ibadah Mahdhah maka dzikir jenis ini terikat dengan norma-norma ibadah langsung kepada Allah, yaitu harus ma‟tshur (ada contoh atau perintah dari Rasulullah Saw).

Secara terminologi definisi dzikir banyak sekali. Ensiklopedi Nasional

Indonesia menjelaskan dzikir adalah ingat kepada Allah dengan menghayati

kehadiran-Nya, Maha Sucian-Nya, Maha Terpujian-Nya dan ke-Maha Besaran-Nya. Dzikir merupakan sikap batin yang bisa diungkapkan melalui ucapan Tahlil (La Ilaha illa Allah, Artinya, Tiada Tuhan Selain Allah), Tasbih (Subhana Allah, Artinya Maha Suci Allah), Tahmid

(Alhamdulillah, Artinya Segala Puji Bagi Allah), dan Takbir (Allahu Akbar,

Artinya Allah Maha Besar).

Dalam Shorter Ensiklopedi of Islam disebutkan bahwa Dhikr in the

mind (bi al-qalb) mean remembrance and with tongue (bi al-Lisa>n)

mentioning relating then, as ardegious technical term (pronoun dzikr) the

glorifying of Allah with certain fixed phases repeated in a ritual order, either

alone or in the mind, with peculiar breathings and physical

22

(24)

movement. Maksudnya, dzikir dalam hati (bi al-qalb) dan dengan lisan (bi

al-lisan) adalah penyebut, dimana keduanya berhubungan, sebagai cara yang

khusus, penyembahan kepada Allah dengan bentuk tertentu yang pasti, diajarkan dalam suatu perintah agama, bisa keras bisa dalam hati, dengan pernafasan khusus dan gerakan jasmani.23

Dzikir dalam pengertian mengingat Allah sebaiknya dilakukan setiap saat, baik secara lisan maupun dalam hati. Artinya kegiatan apapun yang dilakukan oleh seorang muslim sebaiknya jangan sampai melupakan Allah Swt. Dimanapun seorang muslim berada, sebaiknya selalu ingat kepada Allah Swt sehingga akan menimbulkan cinta beramal saleh kepada Allah Swt, serta malu berbuat dosa dan maksiat kepadanya.

Bagi seorang sufi, Syaikh Abu „Ali al-Daqaq, dzikir merupakan tiang penopang yang sangat kuat atas jalan menuju Allah Swt, ia adalah landasan tarekat itu sendiri. Dan tidak seorangpun dapat mencapai Allah Swt, kecuali terus menerus berdzikir kepada Allah.24

2. Dzikir Ra<tib al-Hadda<d

Salah satu dzikir atau wirid yang mashur adalah Ra<tib al-Hadda<d, dzikir tersebut disusun oleh seorang Waliyullah Habib Abdullah. Nama lengkap beliau adalah Al-Imam al-Sayid Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad dilahirkan di pinggiran kota Tarim, sebuah kota bagian dari

23

Masyhudi, Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono, 7.

24

(25)

Hadramaut, Yaman Selatan, pada malam Senin tanggal 5 Shafar 1044H/1636 M. Ia belajar pendidikan agama ke orang tuanya kemudian ke beberapa guru dengan pelajaran al-Quran dan ilmu-ilmu dasar keislaman lainnya. Setelah ia hafal al-Quran dan ilmu-ilmu dasar keislaman tersebut ia kemudian melanjutkan pelajaran kepada ilmu-ilmu keislaman yang lebih tinggi dengan amat rajin, cerdas, dan berbakat.

Habib Abdullah mengembara dari Hadramaut ke kota lainnya di Yaman dengan berpindah-pindah tempat sampai ke Mekkah dan Madinah. Selain rajin belajar, ia juga senang beribadah, setiap hari berkeliling kota Tarim untuk bersembahyang dalam setiap masjid yang ditemuinya. Dalam menuntut ilmu keislaman tersebut ia telah berguru ke lebih seratus ulama. Di antaranya Sayyid bin Abdurrahman bin Muhammad bin Akil al-Saqqaf, tokoh sufi mazhab Malamatiyah, dan daripadanya Alhaddad mendapat ijazah/khirqah kesucian. Gurunya yang lain adalah Sayyid Abu> Bakar bin Abd Rahma>n bin Shiiha>b Di>n dan Sayyid Umar bin Abd Rahma>n al-Atta>s, tokoh yang terkenal dalam ilmu tarekat. Dari guru-gurunya itulah ia

banyak berpengaruh hingga menekuni tasawwuf sampai ia menyusun Ra>tib Hadda>diyah (wirid-wirid perisai diri, keluarga dan harta) yang terkenal itu.25

Ra<tib al-Hadda<d hampir dikenal oleh umat muslim di seluruh penjuru

dunia bahkan di Negara Indonesia Ra<tib al-Hadda<d sudah semenjak dulu

25

(26)

dibaca dan diamalkan oleh masyarakat baik di kota-kota besar hingga dipelosok perkampungan, baik di surau-surau, di masjid-masjid, di pondok-pondok pesantren maupun dirumah-rumah.26

Ra<tib al-Hadda<d ini beliau susun pada salah satu malam di bulan Ramadhan tahun 1071 H. Ratib ini disusun untuk memenuhi permintaan salah seorang murid beliau yang bernama `Amir dari keluarga Bani Sa`ad yang tinggal di kota Syibam (salah satu kota di propinsi Hadramaut). Tujuan `Amir meminta Habib Abdullah untuk menyusun Ra<tib al-Hadda<d ini adalah, agar diadakan suatu wirid dan dzikir di kampungnya, agar mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang ketika itu sedang melanda Hadramaut.

Mulanya, ratib ini hanya dibaca di kampung `Amir sendiri, yaitu kota Syibam setelah mendapat izin dan ijazah dari Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, ratib ini pun mulai dibaca di masjid al-Hawi milik beliau yang terletak di kota Tarim. Pada kebiasaannya, ratib ini dibaca secara berjamaah setelah shalat Isya`, dan pada bulan Ramadhan, ratib ini dibaca sebelum shalat Isya` untuk mengisi kesempitan waktu menunaikan shalat tarawih, dan ini adalah waktu yang telah ditertibkan Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad untuk kawasan-kawasan yang mengamalkan ratib ini. Dengan izin

26

(27)

Allah, kawasan-kawasan yang mengamalkan ratib ini pun selamat dan tidak terpengaruh dari ajaran sesat tersebut.

Setelah al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad berangkat menunaikan ibadah haji, Ra<tib al-Hadda<d pun mulai dibaca di Mekkah dan Madinah. Al-Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi berkata, “Barangsiapa yang membaca Ra<tib al-Hadda<d dengan penuh keyakinan dan keikhlasan, niscaya akan mendapat sesuatu yang di luar dugaannya.” Ketahuilah bahwa setiap ayat, doa, dan nama Allah yang disebutkan dalam Ra<tib al-Hadda<d ini dipetik dari al-Qur`an dan Hadits Nabi Saw. Bilangan bacaan di setiap doa dibuat sebanyak tiga kali, karena itu adalah bilangan ganjil (witir). Semua ini berdasarkan petunjuk al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad sendiri. Beliau menyusun dzikir-dzikir yang pendek dan dibaca berulang kali, agar memudahkan pembacanya. Dzikir yang pendek ini jika selalu dibaca secara istiqamah, maka lebih utama dari pada dzikir yang panjang namun tidak dibaca secara istiqamah.27

Semua itu diamalkan masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan iman didalam hati mereka, karena rotib tersebut selain mempunyai keutamaan tertentu juga sebagai pembaharuan iman seseorang. Rasulullah bersabda:

27

(28)

َلاَق ؟اَنَ ناَْيِْا ُدِّدَُنُ َفْيَكَو للهْوُسَر اَي َلْيِق ْمُكَناَْيِْا اْوُدِّدَج

:

ُللها ا َل ِا َ ِلْوَ ق ْ ِ اْوُ ِ ْكَا

Artinya: “Perbaruilah imanmu! Sahabat bertanya, „Bagaimanakah

caranya kami memperbarui iman kami? Nabi

menjawab,‟perbanyaklah mengucap lafat: La ilaaha illallah.”28

Dzikir Ra<tib al-Hadda<d memang tidak diragukan lagi

fadilah-fadilahnya. Seorang yang istiqomah dalam mengamalkan dzikir Ra<tib

al-Hadda<d, atas kehendak Allah Swt seorang tersebut akan membawa manfaat

baik lahir maupun batin. Dari segi batin, dzikir dapat menenangkan hati dan

jiwa orang yang sedang mengalami goncangan dan menetralisasi pikiran

yang sedang mengalami kepenatan, mendekatkan diri kepada Allah Swt,

membuat kepribadian tampak mengesankan, memulihkan dan

menghidupkan hati, menjaga perkataan dari gosib dan fitnah dan

menghilangkan sifat kepura-puraan atau munafik.29 Dengan memperbanyak

dzikir, awan ketakutan, kegalauan, kekawatiran dan kecemasan, kesedihan

dan kegundahan akan sirna.30

Selain masalah batin, dzikir juga bisa memberikan manfaat bagi

lahir/jasmani seseorang. Di dalam tubuh manusia terdapat syaraf yang

mengendalikan hormon, yang tergantung dengan kondisi kejiwaan, apabila

28 Mustafa Zahri, Ma‟rifatullah wa Ma‟rifatu al

-Rasul (Surabaya: Bina Ilmu, 2003), 5.

29

M. Sholihin, Terapi Sufistik penyembuhan penyakit kejiwaan perspektif tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 87.

30

(29)

kondisi kejiwaan atau psikis kita baik maka syaraf kita akan baik, atau

bahkan sebaliknya dan akan berpengaruh pada hormon, yang pada akhirnya

tubuh terjangkit penyakit. Untuk penyeimbangnya agar tubuh tetap sehat,

maka kita akan memberi motivasi pada diri kita sendiri untuk selalu

menumbuhkan ketenangan, rasa sabar, dan semangat yang tinggi serta kita

selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui ajaran-ajaran Islam, yang

paling utama adalah melakukan dzikir setiap hari.31 Dzikir juga bisa sebagai

terapi bagi orang yang mengalami kecanduan narkoba seperti yang

diterapkan pesantren Suralaya untuk menyembuhkan para pecandu

narkoba.32

3. Faedah atau Manfaat Dzikir

Banyak sekali faidah-faidah dzikir bagi kehidupan ini di antaranya yaitu untuk mengusir, mengalahkan dan menghancurkan setan, untuk mendapatka keridha‟an Allah, menghilangkan rasa susah dan kesusahan hati,

membuat hati menjadi senang, gembira dan tenang, dapat menghapus dosa-dosa, dzikir merupakan tanaman disurga.33 Jadi, berdzikir sangat penting bagi kehidupan manusia. Dzikir dan do‟a adalah nafas kehidupan umat

muslim.34

31

http://safruddinamin.blogspot.co.id/2012/04/manfaat-dzikir-bagi-kesehatan.html

32

M. Sholihin, Terapi Sufistik, 99.

(30)

Perumpamaan dzikir adalah seperti minyak kasturi. Wanginya berbeda bagi setiap orang, tergantung bagaimana mereka membaui wanginya. Ada mereka yang membaui dari luar wadah, ada yang membuka wadahnya lalu membaui botolnya, dan ada juga yang membuka wadahnya, membuka tutup botolnya, kemudian membaui lewat lubang botolnya. Karenanya, minyak kasturi itu berbeda-beda tingkat kewangiannya. Tingkat dzikir orang-orangpun berbeda-beda, tergantung jauh dekatnya mereka kepada Allah, dan sejauh mana mereka mencium wangi kasih sayang-Nya.35

Mengingat pentingnya dzikir, Rasulullah pun mengingatkan sahabatnya, termasuk kepada Mu‟adz agar senantiasa berdzikir kepada Allah sehinggga menjadi bawaan atau tabiat. Dengan demikian, diharapkan semua tingkah lakunya selalu berada dalam kebenaran karena mendapat petunjuk Allah Swt. Sayyid Abd al-Wahab al-Sya’rani> dalam bukunya Menjadi

Kekasih Tuhan menyebutkan beberapa faedah atau manfaat dzikir. Pertama,

dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian. Artinya, para kekasih Allah itu biasanya selalu istiqamah dalam berdzikir kepada Allah. Sebaliknya, siapa yang lupa atau berhenti dari dzikirnya, ia telah melepaskannya dari derajat mulia itu.

Kedua, dzikir merupakan kunci dari ibadah-ibadah yang lain. Dalam

dzikir terkandung kunci pembuka rahasia-rahasia ibadah yang lainnya. Hal

35

(31)

itu diakui oleh Sayyid al-Mursifi bahwa tidak ada jalan lain untuk merawat atau membersihkan hati para muridnya kecuali terus-menerus melakukan dzikir kepada Allah.

Ketiga, dzikir merupakan syarat atau perantara untuk masuk hadirat

Ilahi. Allah adalah Zat Yang Mahasuci sehingga Dia tidak dapat didekati kecuali oleh orang-orang yang suci pula.

Keempat, dzikir akan membuka dinding hati (hijab) dan menciptakan

keikhlasan hati yang sempurna. Menurut para ulama salaf, terbukanya hijab (kasyaf) ada dua macam : kasyaf hissi (terbukanya pandangan karena penglihatan mata) dan kasyaf khayali (terbukanya tabir hati sehingga mampu mengetahui kondisi di luar alam indrawi).

Kelima, menurunkan rahmat Allah, sebagaimana sabda Rasulullah

Saw, “Orang-orang yang duduk untuk berdzikir, malaikat mengitari mereka, Allah melimpahkan rahmat-Nya, dan Allah juga menyebut (membanggakan) mereka kepada malaikat di sekitarnya.”

Keenam, menghilangkan kesusahan hati. Kesusahan itu terjadi karena

lupa kepada Allah.

Ketujuh, melunakkan hati, sebagaimana yang dijelaskan oleh al-

(32)

diajak taat kepada Allah.” Selain itu dzikir juga dapat menghilangkan berbagai macam penyakit hati, seperti sombong, riya‟, ujub, dan suka menipu.

Kedelapan, memutuskan ajakan maksiyat setan dan menghentikan

gelora syahwat nafsu. Kesembilan, dzikir bisa menolak bencana. Dzun Nun al-Mishri, tokoh sufi kenamaan, pernah mengatakan, “siapa yang berdzikir, Allah senantiasa menjaganya dari segala sesuatu.” Bahkan, di antara para ulama salaf ada yang berpendapat bahwa bencana itu jika bertemu dengan orang-orang yang berdzikir, akan menyimpang. Jadi, dzikir merupakan tempat terbesar bagi para hamba, tempat mereka mengambil bekal dan tempat kemana ia senantiasa kembali. Allah telah menciptakan ukuran dan waktu bagi setiap ritual (peribadatan), tetapi ia tidak menciptakannya untuk dzikir. Dia menyuruh hamba-Nya untuk berdzikir sebanyak-banyaknya. Itulah sebabnya, Rasulullah bersabda, “perbedaan antara orang yang

mengingat Tuhannya dan yang tidak mengingatnya, seperti antara yang hidup dan yang mati” (HR. Bukhari Muslim).36

4. Dasar Hukum Dzikir

Setiap yang diajarkan dan menjadi amalan bagi seorang muslim, tentu harus ada landasan penguat dari al-Qur'an maupun Hadits.

ِنوُ ُ ْكَ َو ِ اوُ ُكْااَو ْمُكْ ُكْاَ ِووُ ُكْااَ

36

(33)

Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu

mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. al-Baqarah: 152)37

اًيرِ َك اً ْكِا َلَّل ا اوُ ُكْاا اوُنَ آ َ يِذَّ ا اَهُّ يَ اَي

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut

nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (QS. al-Ahzab: 41).38

ُووُلُ ْ ا ُّ ِ َ ْ َ ِلَّل ا ِ ْكِذِو َ ِلَّل ا ِ ْكِذِو ْمُهُ ووُلُ ق ُّ ِ َ ْ َ َو اوُنَ آ َ يِذَّ ا

Artinya: ”orang-orang yang beriman hatinya menjadi tentram karena mengingat Allah, ketahuilah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi

tentram (QS. al-Ra‟d: 28).39

ِ ُ ُ ا ِ َنْوُ ْوُ َي ً َكِ َ َ ِللِ َّنِا

,

َ ْكِذ ا َلْ َ َنْوُ ِ َ ْلَ ي

Artinya: “Sesungguhnya Allah itu memiliki para malaikat yang selalu berkeliling dijalan-jalan untuk mencari ahli dzikir” (Muttafaq alaih).40

37

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemah (Bandung: J-Art, 2005), 379.

38Ibid.,

85.

39Ibid.,

85.

40

(34)

B. IMAN

1. Definisi Iman

Menurut bahasa iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah

ناكرلأاو ل عو

-

نا للو را قإو

-

بل او قيدص

membenarkan

dalam hati, mengikrarkan dalam lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan.”41

Yusuf al-Qardawi mengatakan bahwa iman ialah kepercayaan yang meresap dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta member pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan dan perbuatan sehari-hari.42

Iman adalah kepercayaan yang menetap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur keraguan, serta memberi pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan perilaku sehari.43 Iman yang sungguh ialah kepercayaan yang terhujam di dalam hati dengan penuh keyakinan, tak ada perasaan ragu-ragu, serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktifitas keseharian. Jadi, tidak bisa dikatakan iman jika sekedar amal perbuatan, demikian pula jika sebuah pengetahuan tentang rukun iman.

Iman bukan sekedar ucapan lisan seseorang bahwa dirinya adalah orang mukmin. Sebab orang munafik pun menyatakan dengan lisannya hal

41

Tim Ahli Ilmu Tauhid, Kitab Tauhid 2 (Jakarta: Darul Haq, 2006), 2.

42

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2000), 2.

43

(35)

yang sama, tapi hatinya mengingkari apa yang dinyatakan itu, Allah Swt telah berfirman:

ْمُ اَ َو ِ ِخلآا ِمْوَ يْ اِوَو ِلَّل اِو اَّنَ آ ُلوُ َ ي ْ َ ِساَّن ا َ ِ َو

َ ِنِ ْ ُِ

,

َنوُ ُ ْ َي اَ َو ْمُهَ ُ ْ نَ ِإ َنوُعَدَْ اَ َو اوُنَ آ َ يِذَّ اَو َلَّل ا َنوُعِداَُ

Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman, Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya

sendiri sedang mereka tidak sada.(QS. al-Baqarah: 8-9).44

Demikian juga iman bukan sekedar pengetahuan akan makna dan hakikat iman, sebab tak sedikit orang yang mengetahui hakikat iman akan tetapi mereka tetap ingkar, Allah telah berfirman:

َ يِدِ ْ ُ ْ ا ُ َ ِقاَع َناَك َفْيَك ْ ُ ْناَ اوًّوُلُعَو اً ْلُ ْمُهُ ُ ْ نَ اَهْ َنَ ْ يَ ْساَو اَِ اوُدَ َجَو

Artinya: Dan mereka mengingkarinya karena kedzaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat

kebinasaan (QS. al-Naml: 14). 45

Dengan demikian iman memerlukan penerimaan oleh akal hingga mencapai keyakinan yang benar-benar teguh, tidak luntur dengan perasaan bimbang dan keraguan. Iman di samping menuntut adanya pengetahuan,

44Al-Qur'an dan Terjemah , 4.

45

(36)

pemahaman dan keyakinan yang kuat, dan juga mensyaratkan adanya kepatuhan hati, kesediaan dan kerelaan menjalankan perintah.46

2. Dalil-Dalil yang Menunjukkan Bahwa Iman dapat Bertambah dan Berkurang

Bahwasanya orang-orang yang mempunyai dasar kepercayaan dan iman yang baik itu, niscaya imannya akan terus-menerus memuncak sehingga sampai ketingkat yang sempurna serta dikaruniai Tuhan hidayat, dapat menghindari diri dari segala perbuatan yang tidak baik. Bahkan ia akan di beri petunjuk oleh Tuhan dengan jalan yang baik dan lurus untuk ditempuhnya, sehingga tercapailah kesempurnaan dan ketinggian imannya. Jadi dapat dipastikan bahwa iman itu bisa bertambah dan dapat berkurang.47 Allah Swt berfirman:

اوُ وُ َ يِذَّ ا َ ِ ْيَ ْ َيِ اوُ َ َك َ يِذَّلِ ً َنْ ِ ِإ ْمُهَ َّدِع اَنْلَ َج اَ َو ً َكِئ َ ِإ ِراَّن ا َواَ ْصَ اَنْلَ َج اَ َو

ْمِِ وُلُ ق ِفِ َ يِذَّ ا َلوُ َ يِ َو َنوُنِ ْ ُ ْ اَو َواَ ِكْ ا اوُ وُ َ يِذَّ ا َواَ ْ َ ي َو اًناَيِْإ اوُنَ آ َ يِذَّ ا َداَدْزَ يَو َواَ ِكْ ا

ُمَلْ َ ي اَ َو ُ اَ َي ْ َ يِدْهَ يَو ُ اَ َي ْ َ ُلَّل ا ُّلِضُي َكِ َذَك َ َ اَذَِ ُلَّل ا َداَرَ اَااَ َنوُ ِ اَكْ اَو ٌضَ َ

ِ َ َ ْلِ َ ْكِا ِإ َ ِ اَ َو َوُ ِإ َكِّوَر َدوُنُج

Artinya: “Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu

46

Yusuf Qardawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, terj. Jazirotul Islamiyah (Yokyakarta: Mitra Pustaka, 2004), 27-29.

47Taib Thahir Abdul Mu‟in,

(37)

melainkan untuk jadi cobaan bagi orang kafir, supaya orang-orang yang diberi al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang-orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini

sebagai suatu perumpamaan?" (QS. al-Muddaththir: 31).48

Di dalamnya terdapat penetapan bertambahnya iman orang-orang mukmin, yaitu dengan persaksian mereka akan kebenaran nabinya berupa terbuktinya kabar beritanya.

ْمِِّ َر ىَلَعَو اًناَيِْإ ْمُهْ َداَز ُلُ اَيآ ْمِهْيَلَع ْتَيِلُ اَاِإَو ْمُهُ ووُلُ ق ْتَلِجَو ُلَّل ا َ ِكُا اَاِإ َ يِذَّ ا َنوُنِ ْ ُ ْ ا اََّنَِّإ

َنوُلَّكَوَ َ ي

,

َنوُ ِ ْنُ ي ْمُ اَنْ قَزَر اَِّ َو َ َ َّص ا َنوُ يِ ُي َ يِذَّ ا

,

ٌتاَجَرَد ْمَُلَ اوًّ َح َنوُنِ ْ ُ ْ ا ُمُ َكِ َ وُ

ٌيمِ َك ٌ ْزِرَو ٌ َ ِ ْغَ َو ْمِِّ َر َدْنِع

Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka, Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh

48

(38)

beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta

rezeki (nikmat) yang mulia”(QS. al-Anfa>l: 2-4).49

Di dalamnya terdapat penetapan bertambahnya iman dengan mendengarkan ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang disifati oleh Allah, yaitu mereka yang jika disebut nama Allah tergeraklah rasa takut mereka sehingga mengharuskan mereka menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Mereka itulah orang-orang yang bertawakal kepada Allah. Mereka tidak mengharapkan selainNya, tidak menuju kecuali kepadaNya, dan tidak mengadukan hajat nya kecuali kepadaNya. Mereka itu orang-orang yang memiliki sifat selalu melaksanakan amal ibadah yang disyariatkan seperti shalat dan zakat. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar beriman, dengan tercapainya hal-hal tersebut baik dalam i‟tiqad maupun amal perbuatan.50

Artinya: “iman itu tuju puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling utama adalah ucapan la ilaha illallah‟ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari tengah jalan,

sedang rasa malu itu salah satu cabang dari iman.51

49Ibid.,

178.

50

Tim Ahli Ilmu Tauhid, Kitab Tauhid 2 (Jakarta: Darul Haq, 2006), 3-5.

(39)

Hadis ini menjelaskan bahwa iman itu terdiri dari cabang yang bermacam-macam, dan setiap cabang adalah bagian dari iman yang keutamaannya berbeda-beda, yang paling tinggi dan paling utama adalah ucapan la> ila>ha illallah kemudian cabang-cabang sesudahnya secara berurutan dalam nilai dan fadilahnya sampai cabang yang terakir, yaitu menyingkirkan rintangan dan gangguan dari tengah jalan. Adapun cabang-cabang antara keduanya adalah shalat, zakat, puasa, haji, dan amalan-amalan hati seperti malu, tawakkal dan sebagainya, yang semua itu dinamakan iman. 3. Hal-Hal Yang Membatalkan Iman

Pembatal iman adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah iman masuk di dalamnya, di antaranya yakni:

1. Mengingkari rubu>biyahAllah atau sesuatu dari kekhususan-kekhususan-Nya, atau mengaku memiliki sesuatu dari kekususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya.

2. Sombong serta menolak beribadah kepada Allah.

3. Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau mintai pertolongan selain Allah.

(40)

sesuatu yang dinafikan Allah dari diri-Nya atau yang telah dinafikan dariNya oleh rasul-Nya.

5. Mendustakan Rasulullah tentang sesuatu yang beliau bawa.

6. Berkeyakinan bahwa petunjuk Rasulullah tidak sempurna atau menolak suatu hukum syara‟ yang telah Allah turunkan kepada-Nya, atau meyakini selain hukum Allah itu lebih baik, lebih sempurna, dan lebih memenuhi hajat manusia, atau meyakini kesamaan hukum Allah dan Rasul-Nya dengan hukum selain-Nya, atau meyakini dibolehkannya berhubungan dengan selain hukum Allah.

7. Tidak mau mengafirkan orang-orang musyrik atau ragu tentang kekafiran mereka, sebab hal itu meragukan apa yang dibawa Rasulullah. 8. Mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau al-Qur‟an atau agama

Islam atau pahala, sikasa dan sejenisnya, atau mengolok-olok Rasulullah atau seorang nabi, baik itu gurauan ataupun sungguhan.

9. Membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk memusui orang muslim.

10. Meyakini bahwa orang-orang tertentu boleh keluar dari ajaran Rasulullah, dan tidak wajib mengikuti ajaran beliau.

11. Berpaling dari agama Allah, tidak mau mempelajarinya serta tidak mau mengamalkannya.52

52 Imam Ghazali, Ihya>‟ Ulu>m al

(41)

4. Korelasi Iman dan Akhlaq

Dalam agama islam, akhlaq mempunyai kedudukan yang sangat penting dan keistimewaan tersendiri, keistimewaan itu adalah sebagai berikut.

a. Rasulullah Saw merupakan penyempurna akhlaq yang mulia sebagai misi pokok risalah islam.

b. Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat.

c. Rasulullah Saw menjadikan baik buruk sebagai ukuran kualitas iman. d. Islam menjadikan akhlaq yang baik sebagai bukti sebagai bukti dan

buah dari ibadah kepada Allah Swt.

Demikian eratnya hubungan keduanya sampai-sampai nabi bersabda dalam hadisnya, yang diriwayatkan oleh imam Bukhari bahwa kenikmatan atau manisnya iman akan didapatkan oleh manusia jika ia sanggup menjalankan konsep yang ditawarkan oleh nabi yaitu:

a. Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari pada yang lain. b. Tidak mencintai seseorang melainkan karena Allah

c. Benci jika kembali ke dalam jurang kekufuran sebagaimana ia benci mendapatkan tempat di neraka.

(42)

manusia dari perbuatan-perbuatan rendah dan nista, juga merupakan kekuatan yang mendorong manusia kearah yang tepuji dan mulia, dari titik tolak itulah seruan Allah yang memerintahkan manusia agar mendambakan kebajikan dan menghindari kejahatan dan menjadikan tuntunan iman yang bersemayam dalam hati.

Rasul juga menjelaskan, iman yang kuat pasti melahirkan budi pekerti yang kuat pula. Sebaliknya rusaknya budi pekerti pasti akibat dari lemahnya iman, atau karena hilangnya iman disebabkan oleh terlalu besarnyua perbuatan jahat dan kebodohan sseseorang.

Akhlaq terpuji merupakan cermin dari keimanan. Manusia akan melakukan apa saja demi mendapatka apa saja yang menjadi keinginannya, begitu juga dengan keinginan manusia untuk bisa merasakan manisnya iman, diantara sifat-sifat yang dapat mewujudkan ialah:

a. Jujur dan amanah b. Setia memenuhi janji

c. Ikhlas, dermawan dan murah hati

d. Lapang dada, sabar dan suka memaafkan

e. Menjauhkan perasaan iri, dengki, hasut, ujub, sombong dan lain sebagainya.53

53

(43)

BAB III

URGENSI KEGIATAN RA<TIB AL-HADDA<D DALAM MENINGKATKAN KEIMANAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN KH. SYAMSUDDIN

DURISAWO PONOROGO

A. Gambaran Umuum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren KH. Syamsuddin

Durisawo Ponorogo

Pondok Pesantren KH. Syamsuddin didirikan pada tahun 1925, oleh KH Syamsuddin yang berasaskan agama islam dengan konsentrasi keilmu fiqih. Pondok Pesantren KH. Syamsuddin terletak di Jl. Lawu, Gg. IV No. 4 Durisawo, Nologaten Ponorogo, dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Jl. Lawu, Gg. IV No. 4 b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Kawi

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Perkebunan Warga d. Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Lawu

(44)

kokoh imanya serta bertaqwa kepada Allah Swt, sehingga kedzaliman dan kemaksiatan berangsur-angsur berkurang dan sampai tidak dirasakan lagi.

KH. Syamsuddin mempunyai visi bisa terwujudnya individu yang memiliki sifat agamis, berkemampuan ilmiah-diniyah, terampil dan profesional sesuai dengan tatanan kehidupan. Dan misi beliau ialah dapat menciptakan calon agamawan yang berilmu, ilmuwan yang beragama, dan tenaga terampil yang profesional dan agamis.

Hari ke hari Pondok Pesantren KH. Syamsuddin mengalami kemajuan yang cukup baik. Santri-santrinya tidak hanya dari kota Ponorogo, bahkan ada yang dari luar kota dan luar Jawa (1930) Pada tahun 1937 beliau meningkatkan mutu pendidikan dengan menambah fan-fan yang lain, diantaranya: al-Qur‟an beserta tafsirnya, Ilmu Hadist, Ushul Fiqih dan ilmu alat di samping fan yang telah ditetapkan terdahulu.54

Hari demi hari jumlah santri semakin bertambah banyak dan pemondokan (asrama) yang tidak cukup lagi untuk menampung mereka, hal itu mendorong Almaghfurlloh KH. Syamsuddin berfikir keras berusaha maksimal untuk selekasnya mewujudkan pemondokan yang memadai. Pada tanggal, 25 oktober 1957 Pondok Pesantren KH. Syamsuddin membentuk yayasan pada notaris Tjiok Hong Wan, dalam rangka untuk mencari dana untuk pembangunan asrama, mushalla dan gedung madrasah.

54

(45)

KH. Syamsuddin wafat pada hari Ahad, 17 September 1967 bertepatan pada tanggal 13 Djumadil Akhir 1387 H. Dalam usia 80 tahun, beliau meninggalkan amanah Allah Swt yang telah dipenuhi selama kehidupan beliau.

Kepergian beliau tidaklah mengurangi kebesaran Pondok Pesantren KH. Syamsuddin, bahkan terdengar nama Pondok Pesantren KH. Syamsuddin keseluruh tanah air. Untuk mengenang jasa beliau, namanya diabadikan menjadi nama pondok pesantren yang beliau tinggalkan. Hal ini terjadi pada tanggal 12 juli 1969 dan disahkan oleh menteri kesejahteraan rakyat Indonesia, bapak KH Dr. Idham Cholid dengan nama Pondok Pesantren KH. Syamsuddin.

Jasa-jasa KH. Syamsuddin yang ditinggalkan untuk Pondok Pesantren diantaranya ialah:

a. Mendirikan ibtida‟iyah NU pada bulan september 1938 – 1939.

b. Pembangunan asrama santri, gedung muallimin, mushalla, aula serta kediaman Asatidz (1958).

c. Mendirikan Muallimin 6 tahun berdasarkan piagam Depag Jatim (1 Januari 1979).

d. Menambah ruangan kelas muallimin pada tahun 1961.

(46)

benar-benar melekat di sanubari putra-putri beliau, sehingga perjalanan pondok pesantren tidak mengalami kemerosotan sedikitpun dan kemunduran baik segi kualitas maupun kuantitas.55

Pada masa kepengasuhan KH. Drs. Ahmad Tajuddin Syams, banyak pula upaya-upaya yang dilakukan demi untuk kemajuan Pondok Pesantren KH. Syamsuddin, di antaranya:

a. Merintis Pondok Pesantren Al-Munjiyah.

b. Membangun asrama untuk menampung santri yang kian hari semakin banyak.

c. Mengaktifkan kembali lembaga formal yang pada tahun ajaran 1984/ 1985 yang mengalami kefakuman.

d. Mendirikan madrasah diniyah yang diberi nama al- madrasah al-khasah lilta’li>mi al-kutub al-sala>fiyyah ‘ala thari>qai al-haditshah”.

Setelah KH. Ahmad Tadjudin Syam wafat (1991), kepengasuhan selanjutnya digantikan oleh K. Ayyub Ahdiyan Syam, SH dan dibantu adik beliau yaitu K. Zami‟ Khudza Wali Syam. Banyak pula upaya-upaya beliau untuk perkembangan Pondok Pesantren KH. Syamsuddin, di antaranya : a. Merenovasi asrama santri putra.

b. Merenovasi Mushalla.

c. Merenovasi sighar dan difungsikan sebagai kantor MA dan MTs. d. Merenovasi aula Pondok Pesantren KH. Syamsuddin dan al-Munjiyah.

55

(47)

e. Merenovasi MTs-MA YP. KH. Syamsuddin.

f. Melengkapi peralatan–peralatan lainya.56 Dan sampai sekarang upaya perubahan-perubahan dan perkembangan Pondok terus di laksanakan oleh beliau.

Dapat disimpulkan bahwa pembangunan sarana dan prasarana fisik Pondok Pesantren KH. Syamsuddin sudah semakin maju. Fenomena ini tidak lain sebagai salah satu penunjang mata rantai dari keseluruhan tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren KH. Syamsuddin. Tentunya nampak lebih praktis, estetika, menggiurkan, sejuk dipandang dan banyak mengundang selera. Demikian halnya Pondok Pesantren KH. Syamsuddin, perubahan yang terjadi pada luarnya saja, sedangkan esensi misi dan orientasinya tetaplah berpijak pada amanat Almaghfurllah KH. Syamsuddin. 2. Visi, Misi, dan Tujuan Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo

Ponorogo a. Visi

Terwujudnya individu yang memiliki sifat agamis, berkemampuan ilmiah-diniyah, terampil dan profesional sesuai dengan tatanan kehidupan. b. Misi

1. Menciptakan calon agamawan yang berilmu . 2. Menciptakan calon ilmuwan yang beragama.

3. Menciptakan calon tenaga terampil yang profesional dan agamis.

56

(48)

c. Tujuan

Mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan betaqwa, berakhlak mulia, berkepribadian, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.57

3. Struktur Organisasi Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo

Ponorogo

Struktur Organisasi yang ada di Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo ada tiga organisasi yaitu meliputi Struktur Yayasan Pondok Pesantren, Struktur Dewan Keamanan, dan Struktur Organisasi Santri Intra Pondok Pesantren (OSIPP). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.58

4. Kurikulum Pondok Pesantren KH. Syamsudin Ponorogo

a. Struktur Isi Kurikulum Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo

Kurikulum Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo 75 % adalah kurikulum pesantren yang berbasis ”Pengkajian” terhadap kitab-kitab salafiyah dan 25 % pengembangan diri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.59

57 Lihat transkip dokumentasi nomor: 04/D/F-2/05- II /2015 58

Lihat transkip Observasi nomor: 01/O/F-2/06-III/2015

59

(49)

Sistem Pendidikan yang ada di Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Ponorogo meliputi sistem pendidikan klasikal dan non klasikal.

1. Sistem Klasikal

Santri di kelompokan dalam kelas kelas sesuai dengan jenjang kemampuan. Terdapat 2 jenjang pendidikan yaitu:

a. Madrasah Diniyyah Ibtida‟iyah (masa pendidikan 3 tahun, Kelas I, II dan III). Dalam hal ini diperuntukan bagi para santri yang masih di tingkat SLTP atau sederajat.

b. Madrasah Diniyyah Tsanawiyah (masa pendidikan 3 tahun Kelas

I, II dan III). Dalam hal ini diperuntukan bagi para santri yang sudah di tingkat SLTA atau sederajat.

Bagi santri setingkat SLTA yang merasa terlalu berat di Madin Tsanawiyah bisa memasuki Madin Ibtid‟iyah, dan sebaliknya santri

setingkat SLTP walaupun mampu, belum diperkenankan masuk di Madin Tsanawiyah. Untuk masuk pada tingkat ibtida‟iyah tidak diadakan tes, sedangkan untuk tingkat Tsanawiyah, para santri harus melalui test masuk yang biasanya diadakan sesudah acara orientasi santri baru pondok pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo.

Kegiatan Belajar Mengajar pada Pondok Pesantren KH Syamsuddin ini dilaksanakan 2 kali dalam sehari :

(50)

Sedangkan hari libur Madrasah Diniyah adalah pada Hari kamis malam dan Jum‟at sore.

2. Sistem Non Klasikal

Dalam sistem ini pengajian tidak di tentukan berdasarkan kelas. Sistem non Klasikal meliputi pengajian wetonan dan pengajian sorogan. Adapun pengajian wetonan dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:

a. Pengajian Wetonan

Tabel 1.1 Pengajian Wetonan Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo

No Nama Kitab Fan Waktu Pengajian

1 Riya>dhu al-Sha>lihi>n Hadits Ba‟da Subuh 2 Sahi>h al-Bukha>ri> Hadits Ba‟da Maghrib 3 Tafsi>r al-Jala>lain Tafsir Ba‟da Maghrib 4 Niha>yat al-Zain Fiqih Ba‟da Maghrib 5 Fath al-Mu’in Fiqih Ba‟da Madin Malam

b. Pengajian Sorogan

Pengajian sorogan di peruntukan bagi santri putra maupun santri putri ba‟da subuh yang tidak mengikuti pengajian

(51)

al-Qur‟an/tahsi>n al-Qur‟an. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.60

b. Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo Kegiatan yang ada di lingkungan Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo secara garis besar diklasifikasikan menjadi kegiatan yang bersifat harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Adapun rinciannya sebagai berikut:

1. Kegiatan harian :

a. Kegiatan belajar mengajar Madrasah Diniyyah Salafiyah (klasikal) sore dan malam hari.

b. Kegiatan pendidikan formal tingkat Aliyah (MA) dan Tsanawiyah (MTs).

c. Pengajian kitab (weton) .

d. Jama‟ah shalat fardhu lima waktu. e. Pembinaan qira‟atul murattal . 2. Kegiatan Mingguan :

a. Istighaqsah setiap malam Jum‟at

b. Qira>’atul Qosidah al-Burdah (malam Ahad bergantian dengan Maulid al-Diba‟i, dan Maulid Simtutdurar).

c. Qiro‟atul Maulid al-Diba‟i .

60

(52)

d. Qira>’atul Maulid al-Barzanji (malam Jum‟at bergantian dengan Muhadlarah).

e. Muhadlarah.

f. Kegiatan pramuka di sekolah formal (MA dan MTs). g. Olah raga / kerja bakti (hari ahad).

3. Kegiatan Bulanan : a. Muhadlarah Paralel. b. Istighosah Kubro. 4. Kegiatan Tahunan :

a. Muwada‟ah.

b. Peringatan Hari Besar Islam / Nasional (PHBI / PHBN). c. Latihan Dasar Kepemimpinan (LKD).

d. Ziarah makam wali songo. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran. 61

5. Data Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Santri Pondok Pesantren

KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo

a. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo

Dalam melaksanakan proses kegiatan, Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Ponorogo melibatkan tenaga pendidik dari lulusan-lulusan Pondok Pesantren besar di daerah Jawa Timur diantaranya Pondok

61

(53)

Pesantren Ploso, Lirboyo, Langitan, dan yang lainnya. Hal ini mengingat demi lancar dan berkembangnya kedepan Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Ponorogo. Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 Pondok Pesantren KH Syamsuddin memiliki Ustadz dan Ustadzah sebanyak 16 Orang yang terdiri dari 13 Guru laki-laki dan 3 Guru perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.62

b. Data Santri Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Ponorogo

Yang dimaksud Santri adalah mereka yang secara resmi menjadi santri Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Ponorogo, terdaftar dalam buku induk Pondok Pesantren dan tinggal atau mukim di asrama yang telah ditetapkan oleh Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Ponorogo. Adapun keadaan santri Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Ponorogo pada Tahun Pelajaran 2014/ 2015 ada 188 santri, 78 santri putra dan 110 santri putri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.63

6. Sarana Prasarana Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Ponorogo

62

Lihat transkip dokumentasi nomor: 12/D/F-5/05-II/2015

63

(54)

Sarana prasarana merupakan salah satu komponen yang ikut mendukung dan menunjang keberhasilan dalam proses kegiatan pendidikan dan pengajaran yang ada.

Adapun sarana prasarana yang dimiliki oleh Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Ponorogo dapat dilihat pada tabel 1.2 sebagai berikut:64

Tabel 1.2 Sarana Prasarana Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo Ponorogo

No Jenis Ruangan Jumlah Kondisi

1. Ruang Kantor Pondok 1 Baik

2. Ruang Kelas 11 Baik

3. Ruang Guru 1 Baik

4. RuangPerpustakaan 1 Baik

5. Ruang Laboratorium Komputer 1 Baik

6. Ruang Laboratorium Bahasa 1 Baik

7. Ruang OSIS 1 Baik

8. Mushola 1 Baik

9. Tempat Parkir sepedah/motor 1 Baik

10. Ruang POSKESTREN 1 Baik

11. Ruang Keterampilan 1 Baik

64

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Sarana Prasarana Pondok Pesantren KH. Syamsuddin Durisawo

Referensi

Dokumen terkait

(4) Ada korelasi yang signifikan antara kepribadian santri dan lingkungan sekolah terhadap tingkah laku santri Madin Wusto Ainul Ma‟rifat Pondok Pesantren Ai nul

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh hukuman terhadap sikap tanggung jawab kelas X di Pondok Pesantren Darul Huda Putri Mayak

(3) Hasil bimbingan akhlak dari pendidik yang ada di pondok Subulun Najah melalui kitab al- Maţlab yaitu hampir semua materi yang ada dalam kitab al- Maţlab mampu

Melihat perkembangan globalisasi saat ini yang begitu cepat, terutama pada zaman millenial ini, agar dapat survive mengikuti perkembangan zaman, pondok pesantren

Dari uraian di atas dapat dianalisis bahwa penerapan hukuman di pondok pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo adalah menjalankan apa yang telah menjadi tujuan dari pada

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penelitian ini dirancang dengan rancangan penelitian diskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan datanya yaitu dengan wawancara, observasi

Dengan demikian yang di maksud pembelajaran al- Qur‟an upaya yang di lakukan oleh seorang guru atau yang lain untuk membelajarkan siswa yang sedang belajar

Sebagaimana data yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan Ustadz Mahfudz, Ustadz Syaikhul Amin dan pengasuh pondok pesantren Al- Waridin pada tanggal