• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh store image, store atmospherics dan store theatrics terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putri untuk berbelanja kembali di mall : studi kasus pada remaja putri yang berbelanja di Galeria Mall - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh store image, store atmospherics dan store theatrics terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putri untuk berbelanja kembali di mall : studi kasus pada remaja putri yang berbelanja di Galeria Mall - USD Repository"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

Jenderal Sudirman No. 99 – 101 Yogyakarta. SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh :

Nama : Evan Ch. A. Kotualubun NIM : 04 2214 134

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

Sudirman No 99 – 101 Yogyakarta SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh :

Nama : Evan Ch. A. Kotualubun NIM : 04 2214 134

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

(3)
(4)
(5)

ADA SESUATU PUN YANG AKAN TERJADI PADAKU HARI INI YANG ENGKAU DAN AKU TIDAK DAPAT MENYELESAIKANNYA BERSAMA – SAMA

” Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan – perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak – injak para lawan kita”

Mazmur 60 : 14

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

™ Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus

™ Papa dan mama tercinta

™ Adik – adikku tersayang Tessa dan

Carlo

(6)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Evan Ch. A. Kotualubun

Nomor Mahasiwa : 04 2214 134

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengaruh Store Image, Store Atmospherics, dan Store Theatrics terhadap Kecenderungan Pengambilan Keputusan Remaja Putri untuk Berbelanja Kembali di Mall. Studi Kasus Pada Remaja putri yang Berbelanja di Galeria Mall Jln. Jenderal Sudirman No : 99 – 101 Yogyakarta.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 19 November 2008

Yang menyatakan,

Evan Ch. A. Kotualubun

(7)

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 01 September 2008 Penulis

Evan Ch. A.Kotualubun

(8)

MALL

Studi Kasus Pada Remaja Putri yang Berbelanja di Galeria Mall Jln. Jenderal Sudirman No 99 – 101 Yogyakarta

Evan Ch. A. Kotualubun Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : Pengaruh Store Image, Store Atmospherics, dan Store Theatrics secara simultan dan parsial terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putri untuk berbelanja kembali di Mall.

Penelitian ini adalah studi kasus pada Galeria Mall. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Populasi dari penelitian ini adalah remaja putri yang pernah berbelanja di Galeria Mall. Sampel yang diteliti sebanyak 100 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah

Purposive Sampling. Uji Validitas menggunakan teknik Korelasi Product Moment

dan Uji Reliabilitas menggunakan rumus Spearman Brown. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda, Uji F dan Uji t pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa : 1) Secara simultan variabel Store Image, Store Atmospherics dan Store Theatrics berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putri untuk berbelanja kembali di Mall. 2) Secara parsial variabel Store Atmospherics, dan Store Theatrics berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putri untuk berbelanja kembali di Mall, sedangkan variabel Store Image tidak berpengaruh terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putrid untuk berbelanja kembali di Mall.

(9)

A Case Study at Galeria Mall Jln. Jenderal Sudirman No 99 – 101 Yogyakarta

Evan Ch. A. Kotualubun Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purpose of this research is to know: 1) the influence of Store Image, Store Atmospherics, and Store Theatrics simultaneously and partially towards the tendency of female teenagers’ decision to shop again at Galeria Mall.

This research was a case study on Galeria Mall. The data were obtained by distributing questionnaires to the respondents. The populations of this research were female students who have shopped at Galeria Mall. The sample used in the research was 100 respondents. The sampling technique used was Purposive Sampling. The validity was tested using Product Moment correlation technique and the reliability was tested using Spearman Brown’s calculation. The data analysis technique used in the research was Multiple Linear Regression Analysis, F test and t test in the significance level of 5%.

Based on the result of the data analysis it was found that 1) Simultaneously the Store Image, Store Atmospherics, and Store Theatrics variables significantly influenced female teenagers’ decision making in re-shopping at the Mall.

2) Partially, Store Atmospherics and Store Theatrics variables significantly influenced the tendency of female teenagers’ decision in re-shopping at Galeria Mall, whereas Store Image variable was not significant.

(10)

Surga atas segala berkat, kasih serta anugrahNya yang senantiasa penulis rasakan dari awal sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Store Image, Store Atmospherics, dan Store Theatrics terhadap Kecenderungan Pengambilan Keputusan Remaja Putri Untuk Berbelanja Kembali di Mall: Studi Kasus pada Remaja Putri yang Berbelanja di Galeria Mall Jln. Jenderal Sudirman No 99 – 101 Yogyakarta. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rama Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. YP. Supardiyono , M.Si. Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A, selaku Kepala Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis selama proses perkuliahan.

7. Pimpinan Galeria Mall beserta staff, terlebih kepada mbak Ika selaku Public Relation yang telah memberi ijin dan membantu penulis dalam mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini

8. Papa dan Mama tercinta atas semua doa, nasihat, dukungan, dan pengorbanannya selama ini.

9. Kedua adikku tersayang : Tessa dan Carlo, terimakasih buat doa dan dukungannya.

10.Sahabat terbaikku Cicilia Wahyu Riana Dewie, terimakasih buat doa, bantuan, dan semangatnya.

11.Gregorius Dadang Rohendra yang selalu memberi semangat, perhatian, dan bantuannya.

12.Mbak Tika dan Mbak Widya yang selalu menemaniku dan banyak memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(12)

dukungannya selama ini.

15.Teman – teman MPT Pak Alex (Agnes, Arda, Erna, Laras, Suster Elisabet, Yulia, Icha, Enggar, dan Guntur), dan semua teman – teman Manajemen angkatan 04. . 16.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis percaya bahwa kasih dan kemurahan Allah selalu menyertai dan memberkati semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungannya dalam skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan menfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Yogyakarta, 1 September 2008 Penulis

Evan Ch. A. Kotualubun

(13)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR...xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan……… 4

BAB II LANDASAN TEORI... 6

A. Pengertian Pemasaran ... 6

B. Konsep Pemasaran ... 9

C. Perilaku Konsumen ... 11

D. Pengambilan Keputusan... 16

E. Usaha Eceran... 18

(14)

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 30

D. Variabel Penelitian ... 31

E. Pengukuran Variabel Penelitian... 32

F. Populasi dan Sampel ... 32

G. Metode Pengumpulan Data ... 33

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 33

I. Defenisi Operasional ... 35

J. Metode Analisis Data ... 36

K. Uji Asumsi Klasik ... 37

L. Pengujian Hipotesis... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 48

A. Sejarah Singkat Galeria Mall ... 48

B. Sumber Daya Manusia ... 51

C. Sistem Manajemen………52

(15)

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran... 81

C. Keterbatasan Penelitian... 83

DAFTAR PUSTAKA... 84

LAMPIRAN... 86

(16)

Halaman Tabel IV.1 Penggolongan Karyawan Galeria Mall Berdasarkan

Pendidikan Terakhir ………... 51

Tabel V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden ... 63

Tabel V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pedidikan Terakhir………...64

Tabel V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku Per bulan Responden……… 64

Tabel V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Berbelanja ...…. 65

Tabel V.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Berbelanja………66

Tabel V.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Berbelanja Dalam Sebulan……….67

Tabel V.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian... 69

Tabel V.8 Hasil Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas... 70

Tabel V.9 Hasil Uji Asumsi Klasik Autokorelasi... 73

Tabel V.10 Hasil Olah Data Regresi ………. 74

(17)

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 27

Gambar III. 2 Uji F satu sisi………. 44

Gambar III. 3 Uji t dua sisi ……….. 46

Gambar IV. 4 Struktur Organisasi Galeria Mall………. 58

Gambar V. 5 Grafik Histogram ……….. 72

Gambar V.6 Normal Probability Plots ……….. 73

(18)

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini segmentasi pasar penting diketahui oleh pemasar dalam usaha untuk mengembangkan produknya, segmen yang populer adalah segmen remaja. Remaja disini dikelompokkan berdasarkan umur berkisar 16-19 tahun. Dalam penelitian ini, remaja yang akan diulas khusus adalah remaja putri karena remaja putri dinilai senang berbelanja selain itu remaja putri banyak menghabiskan uang sakunya untuk membeli berbagai produk seperti pakaian, sepatu, perhiasan, dan kosmetik. Salah satu tempat yang sering dikunjungi remaja tersebut adalah mall karena menawarkan kepraktisan dalam berbelanja serta memadukan unsur berbelanja sekaligus rekreasi. Konsep yang ditawarkan yaitu

one stop shooping menyediakan berbagai kebutuhan konsumen dalam satu tempat, mulai dari toko olahraga sampai toko kebutuhan sehari-hari, restoran, salon, studio foto, dan arena bermain terdapat di mall. Mereka banyak menghabiskan waktu di mall baik untuk berbelanja maupun sekedar jalan-jalan atau cuci mata setelah pulang sekolah maupun pada hari libur. Mall juga menjadi tempat bermain setelah mereka merasa bosan dengan kegiatan sekolah dan aktivitas dirumah.

Pada abad modern seperti sekarang ini, keberadaan mall (pusat perbelanjaan) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, bahkan mall sudah banyak dijumpai. Fenomena pusat perbelanjaan (mall) ini banyak ditemui

(19)

di kota-kota besar seperti : Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan kota-kota besar lainnya. Di Yogyakarta sendiri terdapat empat mall yang sering dikunjungi orang, yaitu : Ambarukmo Plaza, Galeria Mall, Mallioboro Mall, dan Ramai mall.

Dengan semakin pesatnya perkembangan tempat perbelanjaan saat ini mengakibatkan persaingan diantara tempat-tempat perbelanjaan semakin kompetitif masing-masing tempat perbelanjaan menawarkan keunggulan baik dari faktor kelengkapan produk, tata letak produk, desain toko, suasana toko, even-even yang diselenggarakan, pelayanan yang memuaskan sampai tempat parkir yang luas. Pengelola tempat perbelanjaan dituntut untuk mengikuti perkembangan pasar tersebut agar dapat memenuhi kepuasan konsumen dan membuat konsumen berbelanja kembali ke tempat tersebut.

(20)

Kembali di Mall, Studi Kasus Pada Remaja Putri yang Berbelanja di Galeria Mall Jln. Jenderal Sudirman No 99-101 Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah store image, storeatmospherics, dan store theatrics berpengaruh secara simultan terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putri untuk berbelanja kembali di mall.

2. Apakah store image, storeatmospherics, dan store theatrics berpengaruh secara individual terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putri untuk berbelanja kembali di mall.

C. .Batasan Masalah

1. Terdapat 3 faktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Store image

b. Store atmospherics

c. Store theatrics

2. Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri yang berusia 16-19 tahun dan mereka berbelanja di mall.

3. Responden yang diteliti 100 orang D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor store image, store atmospherics, dan store

(21)

2. Untuk mengetahui store image, store atmospherics, dan store theatrics

secara individual berpengaruh terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putri untuk berbelanja kembali di mall.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan saran kepada perusahaan yang bersangkutan sehingga dapat lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belanja.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bacaan ilmiah dan tambahan referensi untuk penelitian ilmiah lainnya.

3. Bagi penulis

Penelitian ini sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang didapat dibangku kuliah pada situasi yang sesungguhnya.

F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat garis besar isi penelitian ini. Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

(22)

eceran, elemen-elemen lingkungan toko, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, variabel penelitian, pengukuran variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpilan data, teknik pengujian instrumen, defenisi operasional, dan metode analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini diuraikan tentang Galeria Mall yang terdiri dari sejarah singkat Galeria Mall, Sumber Daya Manusia, dan Sistem Manajemen Galeria Mall.

BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan analisis data dan pembahasannya yang mengacu pada teori – teori yang penulis gunakan serta interpretasinya.

BAB VI : KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

(23)

A. Pengertian Pemasaran

Bila kita berbicara mengenai pemasaran, pasti tidak terlepas dari pelanggan. Menciptakan nilai dan kepuasan pelanggan adalah inti pemasaran pemikiran modern dalam praktik. Dua tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan dengan memberikan kepuasan.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang penting yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan hidupnya, berkembang, dan memperoleh laba. Menurut Kotler, (2002:9) mendefenisikan pemasaran sebagai berikut :

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Menurut Wiliam J. Stanton (dikutip dalam Basu Swastha & T. Hani Handoko, 1997:4) pemasaran didefenisikan sebagai berikut :

Pemasaran adalah sistem keseluruhan kegiatan usaha yang dirancang untuk merencanakan, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa agar dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli saat ini maupun pembeli potensial

(24)

Dari kedua defenisi tersebut, dapat didefenisikan bahwa pemasaran adalah kegiatan perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga yang sesuai, menentukan cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut. Jadi kegiatan pemasaran adalah kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem.

Defenisi pemasaran bersumber pada konsep-konsep inti pemasaran berikut ini (Kotler & Armstrong, 2001:8):

1. Kebutuhan (needs)

Kebutuhan adalah pernyataan dari perasaan kekurangan. Kebutuhan meliputi kebutuhan fisik dasar akan makanan, pakaian, kehangatan dan rasa aman, kebutuhan sosial akan rasa memiliki dan kasih sayang serta kebutuhan individual dan ekspresi diri.

2. Keinginan (wants)

Keingianan adalah kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian seseorang. Manusia memiliki keinginan yang hampir tidak terbatas, hanya memiliki sumber daya yang terbatas.

3. Permintaan (demand)

(25)

4. Produk (product)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep produk tidak terbatas pada obyek fisik.

5. Nilai, kepuasan dan mutu

Pelangan biasanya menghadapi sederetan produk dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tertentu. Konsumen membuat pilihan pembelian berdasarkan persepsi mereka terhadap nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa. Nilai pelanggan (consumer value) merupakan selisih antara nilai yang diperoleh pelanggan dengan memiliki dan menggunakan suatu produk dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu produk tersebut. Pelanggan sering mengukur nilai produk dan biaya tidak secara akurat atau objektif. Mereka bertindak berdasarkan nilai perkiraan.

(26)

6. Pertukaran,transaksi, dan hubungan

Pemasaran terjadi ketika manusia memutuskan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui pertukaran. Pertukaran (exchange) adalah suatu tindakan untuk memperoleh objek yang diharapkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai penggantinya. Kalau pertukaran adalah konsep inti pemasaran, sebuah transakasi merupakan ukuran pemasaran. Suatu transakasi mengandung pertukaran nilai antara dua pihak, dimana pihak yang satu memberikan X kepada pihak yang lain dan akan mendapatkan Y sebagai penggantinya. Transaksi pemasaran merupakan bagian dari gagasan yang lebih besar mengenai hubungan pemasaran (relationship marketing). Hubungan pemasaran adalah proses menciptakan, memelihara, dan meningkatkan hubungan timbal balik dengan pelanggan dan pihak lain yang berkepentingan.

7. Pasar (market)

Pasar adalah seperangkat pembeli aktual dan potensial dari suatu produk atau jasa. Ukuran pasar tergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan dan memiliki sumber-sumber daya dalam pertukaran yang mereka inginkan.

B. Konsep Pemasaran

(27)

tercapai tujuan tersebut maka dapat digunakan suatu konsep yang berfungsi sebagai sarana pendekatan dalam menjalankan kegiatan pemasaran. Konsep tersebut disebut sebagai konsep pemasaran (marketing consept).

Menurut Kotler & Armstrong (2000:23) konsep pemasaran dapat didefinisikan sebagai berikut :

Konsep pemasaran adalah falsafah manajemen pemasaran yang mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target market) dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dibanding pesaing.

Dalam konsep pemasaran, ada tiga unsur yang mendasar (Swastha dan Handoko, 1997:6-8) yaitu :

1. Orientasi pada konsumen

Perusahaan yang ingin memenuhi kepuasan konsumen harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan kebutuhan pokok (basic need) dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi

b. Menentukan kelompok pembeli sebagai sasaran dalam penjualannya c. Menentukan produk dan program sasarannya

d. Mengadakan penelitian terhadap konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan, sifat dan perilaku konsumen

(28)

2. Penyusunan kegiatan

Setiap bagian perusahaan mempunyai tanggung jawab agar tercapainya tujuan perusahaan dengan mmberikan kepuasan konsumen melalui koordinasi dalam kegiatan pemasaran

3. Kepuasan konsumen

Faktor yang penting bagi perusahaan dalam memperoleh laba adalah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang dapat dipenuhi. Maka perusahaan harus dapat memperhatikan tanggapan konsumen terhadap produk yang dihasilkan

C. Perilaku Konsumen

a. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah suatu hal yang sulit untuk diperkirakan oleh perusahaan sebagai pemasar, karena perilaku konsumen dapat berubah-ubah. Defenisi Perilaku Konsumen menurut American Marketing Association yang dikutip dari Peter dan Olson, 1999:6

Perilaku Konsumen (consumer behavior) adalah : Interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.

Sedangkan pengertian tentang perilaku konsumen menurut ( James F , Engel, Roger D. Blackwell dan Paul. W. Miniard, 1994:3 )

(29)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler & Armstrong, 2001:200)

1) Faktor Budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli.

a) Budaya

Budaya adalah penyebab dasar keinginan dan perilaku konsumen. Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil proses belajar.

b) Subbudaya

Setiap budaya terdiri dari sub-sub budaya, atau kelompok-kelompok orang yang memliki sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang serupa. Subbudaya meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis yang serupa.

c) Kelas sosial

(30)

2) Faktor sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti : kelompok kecil, keluarga,peran sosial, dan status yang melingkupi konsumen tersebut.

a) Kelompok

Perilaku Konsumen banyak dipengaruhi oleh kelompok- kelompok kecil. Kelompok-kelompok adalah: dua atau lebih sekelompok orang yang berinteraksi untuk memenuhi tujuan individu atau tujuan bersama.

b) Keluarga

Anggota keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli. Keluarga merupakan organisasi pembelian di masyarakat tempat konsumen berada.

c) Peran dan Status

Seseorang merupakan bagian dari beberapa kelompok keluarga, klub, dan organisasi. Posisi orang tersebut dalam tiap kelompok dapat didefenisikan berdasarkan peran dan statusnya.

3) Faktor Pribadi

(31)

a) Umur dan Tahap Siklus Hidup

Sepanjang hidupnya, orang akan mengubah barang dan jasa yang dibelinya. Selera terhadap makanan, pakaian, perabotan, rekreasi sering terkait dengan umur. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga (tahap-tahap yang dilalui oleh suatu keluarga hingga menjadi matang).

b) Pekerjaan

Pekerjaan akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa.

c) Situasi Ekonomi

Situasi ekonomi akan mempengaruhi pilihan produk. Jika indikator ekonomi menunjukkan titik resesi, pemasar akan mengambil langkah untuk mendesain ulang, mereposisi, dan mengganti harga produk mereka dengan cepat.

d) Gaya Hidup

(32)

e) Kepribadian dan Konsep diri

Setiap kepribadian yang berbeda-beda pada tiap-tiap orang mempengaruhi perilaku pembelian orang tersebut. Kepribadian adalah : karakteristik psikologis yang menghasilkan tanggapan yang secara konsisten dan terus-menerus terhadap lingkungannya.

4) Faktor Psikologis

Pilihan pembelian dipengaruhi empat faktor psikologis utama : motivasi, Persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.

a) Motivasi

Motif (dorongan) adalah : kebutuhan yang mendorong seseorang secara kuat mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut.

b) Persepsi

Persepsi adalah: proses menyeleksi, mengatur, dan menginterprestasikan informasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti tentang dunia.

c) Pembelajaran

(33)

d) Keyakinan dan Sikap

Keyakinan adalah: pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu.

Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, kecenderungan yang konsisten atas suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek atau ide. .

D. Pengambilan Keputusan

a. Pengertian pengambilan keputusan konsumen (Peter & Olson, 1999:162) Pengambilan Keputusan Konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya.

b. Proses pengambilan keputusan

Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian konsumen. Proses pengambilan keputusan merupakan pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri dari beberapa tahap.

Ada beberapa tahapan dalam proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen (Kotler, 2000:211). Yaitu :

1) Menganalisis kebutuhan dan keinginan konsumen

(34)

tersebut belum terpenuhi, maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum segara dipenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya serta kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi.

2) Pencarian informasi dan penilaian sumber-sumber

Pencarian informasi dapat aktif atau pasif, internal atau eksternal. Penilaian sumber-sumber pembelian yang diperoleh dari berbagai informasi berkaitan dengan lamanya waktu dan jumlah uang yang tersedia untuk membeli.

3) Penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian

Tahap ini meliputi dua kegiatan, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya. Setelah tujuan pembelian ditetapkan, konsumen perlu mengidentifikasikan alternatif-alternatif pembeliannya. Pengidentifikasian alternatif pembelian tersebut tidak dapat terpisah dari pengaruh sumber-sumber yang dimiliki (waktu, uang, dan informasi) maupun resiko keliru dalam pemilihan.

4) Keputusan pembelian

(35)

serangkaian keputusan yang harus diambil, yang menyangkut jenis produk, merek, kuantitas, waktu pembelian, dan cara pembayaran. 5) Perilaku sesudah pembelian

Ada kemungkinan bahwa pembeli tidak memliki ketidaksesuaian sesudah ia melakukan pembelian karena harganya terlalu mahal, atau mingkin karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran konsumen sebelumnya tentang produk tersebut.

E. Usaha Eceran

a. Pengertian Usaha Eceran

Menurut Kotler (1998:170), pengertian usaha eceran adalah meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.

Sedangkan menurut Bilson Simamora (2003:162), pengertian eceran adalah meliputi semua kegiatan yang dilibatkan dalam penjualan barang atau layanan secara langsung kepada konsumen akhir, yang membeli untuk kepentingan pribadi tidak untuk di bisniskan.

b. Pengertian Pengecer atau Toko Eceran

Menurut Kotler & Armstrong (2001:61), pengertian pengecer adalah : bisnis yang penjualan utamanya diperoleh dari mengecer.

(36)

Menurut Wiliam J. Stanton pengecer atau toko eceran adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (non bisnis). (dalam Basu Swastha & Irawan, 2003:291)

c. Jenis-jenis pengecer

Bilson Simamora (2003:162), secara garis besar, pengecer dapat dibedakan menjadi eceran toko (store retailing) dan eceran bukan toko (non store retailing).

1. Eceran toko (Store Retailing)

Eceran toko atau toko eceran ditandai oleh terdapatnya tempat untuk memamerkan produk secara tetap. Eceran toko tidak harus berupa toko, akan tetapi bisa berupa warung, toko, toko spesial (toko material, toko musik, toko olahraga, dan lain-lain), supermarket, departement store, pusat perkulakan, dan hypermarket.

2. Eceran bukan toko (Non Store Retailing)

Eceran bukan toko ditandai dengan produknya tidak di-dispalay

dengan kata lain, pemajagan produk secara tetap tidak menjadi bagian eceran. Eceran bukan toko termasuk di antaranya adalah:

telemarketing, internet marketing, direct selling, direct marketing, dan

multilevel marketing.

Kotler & Armstrong, 2001:61-76, mengklasifikasikan jenis-jenis pengecer menjadi dua, yaitu :

(37)

Jenis-jenis toko pengecer toko dibagi dalam delapan (8) kategori, antara lain :

(a) Toko khusus

Toko khusus adalah toko eceran yang menjual lini produk yang sempit dengan bauran produk yang mendalam untuk setiap lini yang dijual

(b) Department store

Department store adalah suatu oraganisasi pengecer yang menjual lini produk yang sangat bervariasi, biasanya pakaian, peralatan rumah tangga, dan furniture. Setiap lini dioperasikan oleh department terpisah yang dikelola oleh bagian pembelian khusus

(c) Supermarket

Supermarket adalah toko besar, berbiaya rendah, bermarjin rendah, bervolume tinggi, dan swalayan yang menjual variasi bahan makanan , laundry, dan produk rumah tangga yang (d) Toko barang kebutuhan harian

(38)

(e) Superstore

Superstore adalah toko dengan ukuran hamper dua kali ukuran supermarket umumnya, yang menjual bauran bahan makanan dan bukan makanan yang rutin dibeli, dan menyediakan jasa seperti binatu, kantor pos, pencucian foto, pencairan cek, pembayaran tagihan, gerai makanan, perawatan mobil, dan perawatan binatang peliharaan

(f) Pembunuhan kategori

Pembunuhan kategori adalah toko khusus raksasa yang menjual bauran yang sangat dalam dari lini – lini tertentu dan dikelola oleh karyawan yang ahli

(g) Toko diskon

Toko diskon adalah sebuah institusi eceran yang menjual barang – barang standar pada harga yang lebih rendah dengan cara memotong marjin dan menjual pada yang lebih tinggi (h) Pengecer Off – Price

(39)

- Pengecer off – price independen

Pengecer off – price independen yang dimiliki dan dioperasikan baik oleh wirausahawan ataupun salah satu divisi dari korporasi pengecer yang lebih besar - Factory outlet

Factory outlet adalah pengecer off- price yang dimiliki dan dioperasikan oleh produsen dan yang biasanya menjual barang – barang kelebihan produksi, tidak diproduksi lebih lanjut, atau cacat dari produsennya - Warehouse club

Warehouse club adalah pengecer off – price yang menjual bahan makanan, peralatan, pakaian, dan campuran barang – barang bermerk lainnya dengan diskon yang cukup besar kepada anggota yang membayar iuran keanggotaan tahunan

(i) Catalog showroom

Catalog showroom adalah operasi pengeceran yang menjual ragam barang mahal dan bermerk, perputaran tinggi, dengan harga diskon

b) Pengecer bukan toko

(40)

Pemasaran langsung adalah pemasaran yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan individu yang dibidik dengan cermat untuk mandapatkan respons yang segera

(b) Pengeceran dari pintu ke pintu (door to door retailing)

Pengeceran pintu ke pintu adalah menjual dari pintu ke pintu, kantor ke kantor. Misalnya : produk kosmetik

(c) Penjualan otomatis (automatic vending)

Penjualan otomatis adalah menjual melalui mesin penjual

(automatic machine) yang dapat dilakukan dengan

menggunakan koin. Contoh : mesin penjual minuman ringan (soft drink), ATM (Anjungan Tunai Mandiri)

F. Elemen-elemen Lingkungan Toko

Menurut Bilson Simamora, 2003 168-173, lingkungan toko di bagi menjadi tiga yaitu:

a. Store Image

(41)

Store image merupakan salah satu alat yang terpenting bagi retailer untuk menarik dan memenuhi kepuasan konsumen. Konsumen menilai sebuah toko berdasarkan pengalaman mereka atas toko tersebut. Dan sebagai hasilnya, beberapa toko akan menetap dalam benak konsumen apabila ia merasa puas akan toko tersebut sementara toko yang lain tidak akan pernah dipertimbangkan sama sekali.

Walaupun begitu, menciptakan sebuah citra yang baik bagi konsumen adalah tugas yang tidak mudah. Citra adalah suatu bayangan atau gambaran yang ada dalam benak seseorang yang timbul karena emosi dan reaksi terhadap lingkungan di sekitarnya. Adapun citra konsumen terhadap sebuah toko terdiri dari kesan terhadap eksterior toko dan kesan terhadap interior toko.

- External Impressions yaitu: penempatan lokasi toko, desain toko, desain arsitek, tampak muka toko, penempatan toko, pintu masuk, dan etalase muka.

- Internal Impressions yaitu: warna toko, ukuran toko, bentuk toko, penempatan departemen, pengaturan lalu lintas pengunjung, pengaturan penempatan display, pengaturan lampu, dan pemilihan perlengkapan.

b. Store Atmospherics

(42)

pun akan lebih menyukai atmosfer toko yang dapat merangsangnya untuk berbelanja. Atmosfer toko adalah keseluruhan efek emosional yang diciptakan oleh atribut fisik toko. Pada umunya, setiap orang akan lebih tertarik pada toko yang dapat menawarkan lingkungan berbelanja yang aman dan nyaman. Dan atmosfer toko harus mampu memuaskan kedua belah pihak yang terkait, yaitu retailer itu sendiri itu sendiri dan para konsumennya. Sebuah retailer pasti akan berusaha mempengaruhi perasaan konsumen dengan menciptakan suatu atmosfer toko yang mendorong minat membeli. Atmosfer berbelanja yang menyenangkan adalah atmosfer dengan atribut yang dapat menarik kelima indra manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran. Penciuman, peraba, dan perasa.

- Sight Appeal, yaitu: suatu proses menyebabkan stimuli yang dapat menimbulkan hubungan visual dengan yang dilihat. Ukuran, bentuk, dan warna adalah tiga stimuli yang utama.

- Sound Appeal, yaitu : suara yang dapat menciptakan suasana, penarik perhatian ataupun sebagai pemberi informasi.

- Scent Appeal, yaitu : menghindari bau yang tidak sedap dan mensiptakan yang menyenangkan konsumen sehingga mereka merasa nyaman dalam berbelanja.

(43)

c. Store Theatrics

Retailing bukan hanya sekedar menjual produk tetapi lebih merupakan suatu pameran atau pagelaran produk yang memicu konsumen untuk membeli produk yang dipamerkan. Store theatrics

dapat merupakan senjata yang ampuh bagi kebanyakan retailer untuk mendapatkan competitive advantage yang mampu membedakan antara satu retailer dengan yang lainnya.

Dewasa ini konsumen memandang bahwa pergi ke suatu toko atau mall bukan sekedar untuk berbelanja tetapi lebih merupakan suatu interaksi. Oleh karena itu sebuah retailer harus mampu menyediakan konsep toko yang tidak hanya menekankan pada fungsi tempat berbelanja tetapi juga sebagai tempat rekreasi dan hiburan, bahkan sebagai tempat bersosialisasi

Store theatrics dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : decor themes dan store events.

- Décor Themes, yaitu : penciptaan dekor toko secara internal maupun eksternal yang dapat menarik perhatian konsumen.

(44)

G. Kerangka Pemikiran Teoritis

Menurut Uma Sekaran, 2000:114, kerangka teoritis adalah : model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigma penelitian. Dari penjelasan tersebut maka kerangka teoritis dari penelitian Pengaruh Store Image, Store Atmospherics, dan Store Theatrics terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putri untuk berbelanja kembali di Mall adalah sebagai berikut :

Store Image (X1)

Store Atmospherics (X2)

Store Theatrics (X3)

Kecenderungan pengambilan keputusan berbelanja

kembali

Gambar II.1

(45)

Keterangan gambar: Secara individual : Secara simultan :

Penjelasan kerangka teoritis :

Keputusan konsumen untuk membeli suatu produk atau merek dari pengecer atau toko tertentu berhubungan erat. Konsumen kadang-kadang sekedar pergi berbelanja tanpa produk atau merek spesifik dalam pikirannya. Hal ini mungkin untuk mencerminkan suatu keinginan untuk keluar dari rumah, untuk melihat-lihat toko atau untuk mengahabiskan waktu senggang bersama keluarga. Analisis perilaku konsumen sering digunakan oleh manajeman untuk mengetahui apa yang terdapat dalam benak konsumen, bagaimana orang memutuskan untuk memasuki toko tertentu, dan apa yang mereka lakukan di toko tersebut.

Memilih toko adalah proses interaksi antara strategi pemasaran pengecer dengan karakteristik individual dan situsional dari pembeli. Beberapa toko mempunyai pelanggan dengan profil tertentu, sementara toko lain menarik profil pembelanjaan yang berbeda. Proses keputusan mengenai pilihan toko ini dipengaruhi oleh demografi dan psikografi serta citra pengecer (Engel, 1995: 252).

(46)

penjualan, pelayanan yang diberikan, atribut fisik toko, sifat pelanggan toko, atmosfer toko, serta pelayanan dan kepuasan sesudah transaksi.

H Hipotesis

Dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diteliti.

1. Faktor Store Image, Store Atmospherics, dan Store Theatrics secara simultan berpengaruh terhadap kecenderungan pengambilan keputusan remaja putri untuk berbelanja kembali di mall.

(47)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu suatu penelitian pada

tempat tertentu yang mana hasil temuannya hanya berlaku pada tempat

penelitian tersebut.

B. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi penelitian yaitu pada pusat perbelanjaan Galeria Mall Jln. JenderalSudirman No 99-101 Yogyakarta.

2. Waktu penelitian yaitu pada bulan Mei- Juni tahun 2008.

C Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian adalah konsumen remaja putri yang pernah berbelanja

di pusat perbelanjaan Galeria Mall.

2. Objek penelitian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

kecenderungan pengambilan keputusan untuk berbelanja kembali di

mall, meliputi :

1) Store image

2) Store atmospherics

3) Store theatrics

(48)

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independen)

a. Store Image

Store image adalah kepribadian suatu toko. Secara eksternal meliputi :

penempatan lokasi toko, desain arsitek, tampak muka toko,

penempatan logo, pintu masuk, serta etalase muka. Secara internal

meliputi : warna toko, bentuk toko, ukuran toko, penempatan

departemen, pengaturan lalu lintas pengunjung, pengaturan

penempatan display, penggunaan lampu, serta pemilihan perlengkapan

toko.

b. Store Atmospherics

Atmosfer berbelanja yang menyenangkan adalah atmosfer dengan

atribut yang dapat menarik kelima indra manusia, yaitu: penglihatan,

pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa.

c. Store Theatrics

Store Thetrics dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : decor themes,

dan store events.

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecenderungan pengambilan

(49)

E. Pengukuran Variabel Penelitian

Metode pengukuran variabel adalah dengan menggunakan Skala Likert.

Menurut Soehardi Sigit (2003:135) Skala Likert adalah : kuesioner berisi

pernyataan-pernyataan (statement), Skala Likert berisi setuju atau tidak setuju

yang dibagi ke dalam lima bagian skala terhadap pernyataan-pernyataan.

Pernyataan Skor

SS : Sangat Setuju 5

S : Setuju 4

N : Netral 3

TS : Tidak Setuju 2

STS : Sangat Tidak Setuju 1

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti (Noegroho

Bedjoewono, 2001:130). Populasi dalam penelitian ini tidak terbatas

karena jumlah remaja putri yang berbelanja di Galeria Mall tidak

diketahui.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

(50)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah Purposive Sampling

( teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu) yang artinya

pengambilan sampel hanya untuk remaja putri dengan umur 16-19 tahun.

G. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara teliti dan

sistimatis atas gejala-gejala (fenomena-fenomena yang sedang diteliti).

2. Metode wawancara

Metode wawancara adalah : penulis mengajukan pertanyaan secara lisan

kepada bagian yang berwewenang atau pemilik terhadap masalah yang

diteliti, yaitu tentang jumlah karyawan, latar belakang dan lain-lain.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah: cara pengumpulan data dengan mengunakan daftar

pertanyaan yang diajukan kepada konsumen yang akan diteliti.

Kuesioner ini dibuat untuk mendapatkan data primer.

H. Teknik Pengujian Instrumen 1. Validitas

Menurut Sutrisno Hadi (1991:1) validitas atau kesahihan dibatasi sebagai

tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sasaran

pokok pengukuran yang dilakukan oleh instrumen tersebut. Suatu

(51)

yang hendak diukur, mampu mengungkapkan apa saja yang hendak

diungkap dan mampu menembak dengan jitu sasaran yang ditembak.

Menurut Soehardi Sigit (2003:143) alat ukur yang digunakan untuk

mengumpulkan data harus sahih atau valid. Sahih atau valid yang

dimaksud ialah bahwa alat ukur benar-benar memang yang

sesungguhnya.

Rumus yang digunakan adalah Korelasi Product Moment

(

) (

)( )

Rxy = Koefisien korelasi setiap pertanyaan

N = Populasi

X = Nilai dari tiap pertanyaan

Y = Nilai total dari semua pertanyaan

Instrumen dikatakan valid apabila rhitung (Rxy) > rtabel

2. Reliabilitas

Menurut Soehardi Sigit (2003 : 146) keandalan atau reliabilitas alat ukur

adalah kemampuannya untuk mengukur tanpa kesalahan dan hasilnya

selalu konsisten (tetap sama), meskipun digunakan oleh orang lain atau

ditempat lain untuk hal yang sama.

Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus

(52)

)

Instrumen dikatakan relabel atau andal apabila r hitung (Rġġ) > r tabel.

I. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah : suatu defenisi yang dinyatakan dalam kriteria

atau operasi yang dapat diuji secara khusus ( Donald R . Cooper dan C.

William Emery, 1996 : 37 )

1. Store Image adalah : kepribadian suatu toko, yang menggambarkan apa

yang dilihat dan apa yang dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu

2. Store Atmospherics adalah : keseluruhan efek emosional yang diciptakan

oleh atribut fisik toko

3. Store Theatrics adalah : konsep toko yang mampu membedakan antara

satu retailer dengan yang lainnya

4. Pengambilan keputusan konsumen adalah : seleksi terhadap dua pilihan

alternatif atau lebih

5. Remaja adalah : orang yang berusia 16 – 19 tahun

6. Galeria Mall adalah : suatu group bisnis eceran yang direncanakan,

(53)

J. Metode Analisis Data

Dalam menghitung pengaruh variabel bebas (X) dalam hal ini Store Image (X1), Store Atmospherics (X2), dan Store Theatrics (X3) tehadap

variabel terikat (Y) dalam hal ini kecenderungan pengambilan keputusan

remaja untuk kembali berbelanja di Mall, dapat mengunakan alat analisis

Regresi Berganda.

Untuk menghitung pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel

terikat (Y) digunakan persamaan regresi berganda yaitu dengan tiga variabel

bebas berikut :

Rumus :

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 di mana :

Y = Kecenderungan pengambilan keputusan

α = Konstanta

b1 = Koefisien regresi Store Image

b2 = Koefisien regresi Store Atmospherics

b3 = Koefisien regresi Store Theatrics

X1 = Variabel Store Image

X2 = Variabel Store Atmospherics

(54)

K. Uji Asumsi Klasik Model Regresi Berganda

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi

linier berganda dalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik. Model

regresi linier berganda akan lebih tepat digunakan, jika memenuhi asumsi

berikut ini ( Sunyoto, 2007 : 89-105) :

1. Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas

Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda

yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas / independent variable ( X1,

X2, X3), dimana akan di ukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan /

pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi

(r). Dikatakan terjadi multikolinieritas, jika koefisien korelasi antar

variabel bebas (X1 dan X2, X2 dan X3) lebih besar dari 0,60 (pendapat lain:

0,50 dan 0.90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien

korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60).

Atau dalam menentukan ada tidaknya multikolinieritas dapat

digunakan cara lain yaitu dengan :

a. Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan

secara statistik (α).

b. Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi

penyimpangan baku kuadrat.

Nilai tolerance (α) dan variance inflation factor (VIF) dapat dicari

(55)

1) Besar nilai tolerance (α) :

α = I / VIF

1)Besar nilai variance inflation factor (VIF) : VIF = I / α

Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika :

α hitung < α dan VIF hitung > VIF

Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika :

α hitung > α dan VIF hitung < VIF

2. Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi barganda perlu juga diuji mengenai sama

atau tidak variansi dari residual observasi yang satu dengan observasi yang

lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi

homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama/berbeda disebut terjadi

heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui

grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel

babas ( sumbu X = Y hasil prediksi ) dan nilai residunya (SRESID)

merupakan variabel terikat (sumbu Y = Y prediksi – Y riil).

Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil

pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah maupun di

(56)

Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya

mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun

bergelombang-gelombang.

3. Uji Asumsi Klasik Normalitas

Selain uji asumsi klasik multikolinieritas dan heteroskedastisitas, uji

asumsi klasik yang lain adalah uji normalitas, dimana akan menguji data

variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang

dihasilkan. Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.

Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas

dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama

sekali. Uji asumsi klasik normalitas dalam diktat ini ada dua cara yang

dibahas yaitu :

a. Cara Statistik

Dalam menguji data variabel bebas dan data variabel terikat

berdistribusi normal atau tidak pada cara statistik ini melalui nilai

kemiringan kurva (skewnesss = α3) atau nilai keruncingan kurva (kurtosis =

α4) diperbandingkan dengan nilai Z tabel.

Rumus nilai Z untuk kemiringan kurva (skewness) :

Z skewness = skewness / √ 6 / N atau Zα3 = α3 / √ 6 / N

Rumus nilai Z untuk keruncingan kurva (kurtosis) :

Z kurtosis = kurtosis / √ 24 / N atau Zα4 = α4 / √ 24 / N

(57)

Ketentuan analisis :

1) Variabel (bebas atau terikat) berdistribusi normal jika Z hitung

(Zα3 atau Zα4) < Z tabel.

Misal diketahui 25 % = 1,96 ( Z tabel) lebih besar dari Z hitung

atau dengan kata lain Z hitung lebih kecil dari Z tabel (1,96),

dapat dituliskan Z hitung < 1,96.

2) Variabel berdistribusi tidak normal jika Z hitung (Z α3 atau

Zα4) > Z tabel.

Misal no (1), dapat ditulis Z hitung > 1,96.

b. Grafik Histogram dan Normal Probability Plots

Cara grafik histogram dalam menentukan suatu data berdistribusi

normal atau tidak, cukup membandingkan antara data riil/nyata dengan

garis kurva yang terbentuk, apakah mendekati normal atau memang

normal sam sekali. Jika data riil membentuk garis kurva cenderung tidak

simetri terhadap mean (U), maka dapat dikatakan data berdistribusi tidak

normal dan sebaliknya. Cara grafik histogram lebih sesuai untuk data yang

relatif banyak, dan tidak cocok untuk banyak data yang sedikit, karena

interpretasinya dapat menyesatkan.

Cara normal probability plot lebih handal daripada cara grafik

histogram, karena cara ini membandingkan data riil dengan data distribusi

normal (otomatis oleh komputer) secara kumulatif. Suatu data dikatakan

(58)

4. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah

autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi

tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru

timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t

(berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya).

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah

autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan sebagai

berikut :

a. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 (DW <-2)

b. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan

+2 atau -2 ≤ DW ≤ +2

c. Terjadi outokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW >

+2.

L. Pengujian Hipotesis 1. Uji Global (Uji F)

Uji F dimaksudkan untuk melihat menyeluruh dari variabel bebas

yaitu Store Image (X1), Store Atmospherics (X2), dan Store Theatrics (X3)

untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman

variabel terikat dalam hal ini kecenderungan pengambilan keputusan (Y).

Uji F juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas

(59)

Untuk melakukan pengujian secara bersama-sama (simultan), maka

ada beberapa langkah yang diperlukan (Suharyadi dan Purwanto, 2004 :

524-525), yaitu :

a. Menyusun Hipotesis

Hipotesis yang ingin diuji adalah kemampuan variabel

bebas menjelaskan tingkah laku variabel terikat, apabila variabel

bebas tidak dapat mempengaruhi, variabel bebas dapat dianggap

nilai koefisien regresinya sama dengan nol, sehingga berapapun

nilai variabel bebas tidak akan berpengaruh terhadap variabel

terikat.

Untuk menguji apakah keseluruhan model regresi dapat

menjelaskan perubahan variabel dependen ataukah tidak.

Ho : Faktor store image, store atmospherics, dan storetheatrics

secara keseluruhan tidak menjelaskan perubahan variabel

dependen (kecenderungan pengambilan keputusan remaja

putri untuk berbelanja kembali).

Ha : Faktor store image, store atmospherics, dan store theatrics

secara keseluruhan menjelaskan perubahan variabel

dependen atau minimal ada satu variabel independen

yang menjelaskan perubahan variabel dependen.

Ho : B1 = B2 = B3 = 0

Ha : B1 ≠ B2 ≠ B3 ≠ 0 minimal salah satu tidak sama dengan

(60)

b. Menentukan daerah keputusan hipotesis

Untuk uji ini digunakan tabel F. untuk mencari nilai F tabel

perlu diketahui derajat bebas pembilang pada kolom, derajat bebas

penyebut pada baris dan taraf nyata. Umumnya ada 2 taraf nyata

dipakai yaitu 1 % dan 5%. Untuk ilmu pasti lebih baik digunakan

1% sedang ilmu sosial dapat digunakan 5%. Untuk derajat

pembilang digunakan nilai k-1, yaitu jumlah variabel dikurang 1.

untuk derajat penyebut digunakan n-k, yaitu jumlah sampel

dikurangi dengan jumlah variabel.

c. Menentukan nilai F-hitung

Nilai F-hitung ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

)

d. Menentukan daerah keputusan

Menentukan wilayah Ho dan Ha, serta membandingkan

dengan nilai F-hitung untuk mengetahui apakah menerima Ho atau

(61)

F-hitung

Daerah Ho diterima

Daerah Ho ditolak

Gambar III. 2 Uji F satu sisi kanan

e. Memutuskan hipotesis

Nilai F-hitung > dari F-tabel dan berada di daerah terima Ha. Ini

menunjukkan bahwa terdapat cukup bukti untuk menolak Ho dan

menerima Ha. Kesimpulan dari diterimanya Ha adalah nilai

koefisien regresi tidak sama dengan nol, dengan demikian variabel

bebas dapat menerangkan variabel tidak bebas, atau dengan kata

lain variabel bebas yaitu X1, X2, dan X3 pengaruhnya secara

bersama-sama nyata terhadap variabel tidak bebasnya yaitu

kecenderungan pengambilan keputusan.

Catatan : Dalam pelaksanaan pemrosesan akan digunakan alat

bantu SPSS.

2. Uji Signifikan Parsial atau Individual (Uji-t)

Uji signifikan parsial atau individual adalah untuk menguji apakah

suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap variabel

(62)

Untuk mengetahui apakah suatu variabel secara parsial berpengaruh

nyata atau tidak, digunakan uji-t atau t-student. Untuk melakukan uji-t ada

beberapa langkah yang dipelukan sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis

Variabel bebas berpengaruh tidak nyata apabila nilai koefisiennya

sama dengan nol, sedangkan variabel bebas akan berpengaruh nyata

apabila nilai koefisiennya tidak sama dengan nol. Hipotesis selengkapnya

adalah sebagai berikut :

Untuk menguji apakah ada pengaruh variabel independen secara

individual terhadap variabel dependen

Ho : Variabel independen tertentu secara individual tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen

Ha :Variabel independen tertentu secara individual berpengaruh tarhadap

variabel dependen

Ho : B1 = 0 ; B2 = 0 ; B3 = 0

Ha : B1≠ 0 ; B2≠ 0 ; B3≠ 0

b. Menentukan daerah kritis

Daerah kritis ditentukan oleh nilai t-tabel dengan derajat bebas yaitu

n-k, dan taraf nyata α 5 %.

c. Menentukan nilai t-hitung

Nilai t-hitung untuk koefisien b1, b2, dan b3 dapat dirumuskan

(63)

Rumus :

dengan kecenderungan pengambilan keputusan

n = jumlah sampel

d. Menentukan daerah keputusan

Daerah keputusan untuk menerima Ho atau menolak Ho dengan

derajat bebas yaitu n-k, dengan taraf nyata 5 %, ditunjukkan dengan

gambar:

Tolak H0 Terima H0 Tolak H0

Gambar III.3 Uji t dua sisi

e. Menentukan keputusan

1) Apabila t-hitung ≥ t-tabel pada α 5 % atau t-hitung pada P-value

< α 5 %, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya : variabel

independen tertentu secara individual berpengaruh terhadap

variabel dependen.

2) Apabila t-hitung < t-tabel pada α 5 % atau t-hitung pada P-value

(64)

independen tertentu secara individual tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen.

(65)

A. Sejarah Singkat Galeria Mall

Menjadi pionir selama satu dasawarsa tidaklah mudah, jika tanpa mendapat sambutan dan kepercayaan masyarakat luas. PT Sawokembar Galeria Mall yang lebih dikenal dengan Galeria Mall ini mulai dibangun pada tahun 1993 dan selesai pada tahun 1995 kini telah melewati satu dasawarsa itu. Setelah melalui soft opening saat itu, maka pada tanggal 8 Desember 1995 dilakukan grand opening yang diresmikan oleh Gubernur DIY Paku Alam VIII sekaligus menandai dibukanya Mall Galeria untuk umum. Perusahaan ini bergerak di bidang persewaan, lebih tepatnya pengelolaan lokasi perbelanjaan. Dengan visi perusahaan menjadi Mall modern dengan citarasa kultur budaya Jawa (Jogja) yang paling diminati keluarga dan masyarakat, dan misi dari Galeria Mall adalah mengutamakan kenyamanan pelanggan dengan mengedepankan kualitas layanan dan keamanan serta membangun atmosfer yang familiar dan menjadi pilihan pertama keluarga serta masyarakat Yogyakarta sehingga menguntungkan bagi seluruh stakeholder dan

shareholder. Semenjak didirikan Galeria Mall ini, segmen yang disasar adalah middle-up namun dengan berjalannya waktu berubah menjadi teenager, dan biasanya pada hari minggu atau hari libur kebanyakan dikunjungi oleh keluarga.

(66)
(67)

Galeria, the unique family shopping mall, berdiri ditengah lokasi yang memiliki akses penuh dari segala arah. Ke sisi barat melewati Jalan Jend. Sudirman terdapat beberapa hotel berbintang, perbankan, serta rumah sakit. Ke utara melalui jalan Prof. Yohanes hingga UGM merupakan daerah pengembangan sentra bisnis dan pendidikan yang potensial, ke selatan melewati jalan Dr. Wahidin terdapat UKDW, sementara di sisi timur adalah jalan Urip Sumoharjo (jalan solo) yang merupakan pusat pertokoan yang menjadi titik tolak perencanaan tata kota dalam pengembangan wilayah perdagangan baru. Kemegahan arsitektur yang merupakan perpaduan antara arsitektur tradisional dan modern serta keberadaan toko-toko yang mempunyai arah pandang langsung ke dua atrium diakui menjadikan keunikan tersendiri bagi Galeria Mall. Di Galeria pengunjung dapat menyaksikan event/kegiatan di atrium dari setiap lantai gedung yang terdiri dari 5 lantai. Dalam bentuk fisik bangunan yang nyaman ini, sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga independent, terbukti bahwa di Yogyakarta, Galeria Mall mampu menarik minat masyarakat sehingga merupakan tempat anak muda serta keluarga berbelanja, bersosialiasi dan berekreasi. Berangkat dari keunggulan tersebut, konsep pemasaran Galeria Mall dirancang terpadu dengan mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan customer, baik tenant

(68)

menyikap hal tersebut. Analisis dan riset selalu dilakukan sebagai dasar pengembangan strategi pemasaran sehingga dari waktu ke waktu akan terus berubah sesuai kondisi terkini, tanpa harus menyimpang terlalu jauh dari strategi jangka panjangnya.

B. Sumber Daya Manusia

Salah satu kunci penting bagi Galeria Mall dalam mengantisipasi persaingan adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan dapat diandalkan. Pengalaman mengelola sebuah pusat perbelanjaan selama lebih dari 10 tahun adalah modal yang sangat berharga. Dalam masa tersebut, terbukti telah tercipta sebuah koordinasi antardivisi yang baik dan mekanisme evaluasi serta pengembangan prosedur. Pelaksanaan kerja yang menunjang kelancaran kegiatan tenant serta keamanan dan kenyamanan customer dalam berbelanja. Jumlah karyawan Galeria Mall adalah 125 orang, yang terdiri dari 20 orang di bagian management office, dan yang lain di bagian cleaning service dan security. Berikut ini adalah penggolongan karyawan Galeria Mall berdasarkan pendidikan terakhir yaitu :

Tabel IV. 1

Penggolongan Karyawan Galeria Mall Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Jumlah

1 S2 1 Orang

2 S1 9 Orang

3 D3 13 Orang

(69)

5 SMP 8 Orang

  Total 125 Orang

Jam kerja karyawan Galeria Mall untuk bagian management office yaitu dari jam 8 pagi sampai jm 5 sore, sedangkan untuk cleaning service dan security diatur berdasarkan shift. Sistem pengupahan karyawan Galeria Mall berdasarkan kinerja dan prestasi karyawan. Karyawan Galeria Mall juga diberikan tunjangan hari raya, tunjangan sosial, dan asuransi kesehatan. Pembinaan terhadap 125 orang karyawan di lingkungan Galeria Mall senantiasa dilakukan, antara lain dengan mengikutkan pada kursus-kursus singkat di berbagai bidang yang terkait dengan teknologi informasi, customer relation, dan pelayanan umum termasuk security/pengamanan yang diselenggarakan oleh berbagai institusi, serta mengikuti program-program pelatihan berkelanjutan dan seminar yang diselanggarakan oleh Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI). Program internal remuneration/penggajian serta pemberian bonus/award maupun punishment juga dilakukan untuk mendukung peningkatan kualitas kerja karyawan perusahaan.

C. Sistem Manajemen

(70)

Governance), kinerja perusahaan dilandaskan pada visi, misi, dan strategi pencapaiannya sekaligus dengan menetapkan standar/prosedur pencapaian dan penilaian kerja dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard. Dalam menerapkan manajemen kualitas demi menghadapi persaingan yang semakin ketat, Galeria Mall selalu melakukan pemantauan, evaluasi, dan peningkatan kualitas meliputi pelayanan, fisik gedung, dan fasilitasnya. Pengelolaan perusahaan juga dilakukan dengan mengindahkan kesehatan dan keselamatan kerja sesuai standar Depnaker, baik yang terkait dengan karyawan perusahaan, karyawan tenant, maupun pengunjung pusat belanja Galeria. Masyarakat di sekitar lokasi pusat perbelanjaan Galeria juga merupakan partner yang tidak dapat ditinggalkan, baik sebagai rekanan dalam menciptakan keamanan lokasi, maupun dalam menjaga lingkungan agar tetap nyaman sehingga customer dan pelaku usaha merasa nyaman di lingkungan Galeria Mall. Dalam hal ini, pembinaan dan pengelolaan lingkungan di Galeria selalu dilakukan secara khas, antara lain dengan mengikuti dan melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat sekitar, baik di tingkat RT/RW, kelurahan, maupun kecamatan; melibatkan masyarakat di lingkungan dalam setiap kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh Galeria; dan melibatkan masyarakat sekitar dalam pengendalian keamanan dan ketertiban, termasuk di dalamnya menyangkut masalah perparkiran dan penyediaan fasilitas umum. Secara luas, Galeria juga dikenal sebagai mall yang peduli dengan pelestarian dan pengembangan budaya lokal serta permasalahan sosial seperti yang tercermin pada event

(71)

tersebut, Galeria Mall saat ini merupakan tempat pengembangan usaha yang nyaman dan kondusif, terbukti dengan banyaknya keberhasilan usaha yang terjadi di Galeria, baik dari sisi tenant, maupun pihak lain yang terkait seperti EO dan sponsor.

Di samping itu, ada enam (6) Culture Management yang sedang dibangun sebagai langkah antisipasi terhadap kondisi perkembangan Pusat Perbelanjaan di Yogyakarta sekaligus sebagai acuan bagi Managemant dalam mengelola Galeria kedepan dengan tujuan akhir “to be different”

Adapun 6 Culture tersebut adalah : 1. Small is Beautifull

Bahwa Galeria mempunyai rentable area yang tidak besar (small) adalah kenyataan, namun dengan kecilnya menjadikan Galeria compact sehingga pengunjung dapat dengan mudah menelusuri, mencari yang dibutuhkan serta menebar pandang ke setiap sudut Galeria.

2. Smart

Setelah sebelas tahun Management mengelola maka berharap semakin terpola untuk selalu berfikir secara cerdas bagaimana mengelola Galeria pada setiap perkembangan jaman yang terjadi, tanpa meninggalkan kultur keramahan budaya jawa.

3. Hightech

(72)

- WebSite, galeriajogja.com. adalah Website Galeria yang dapat diakses oleh setiap pengguna internet yang ingin mengetahui profile Galeria.

- Memanfaatkan teknologi operator seluler melalui program “Web 2 SMS” untuk memaintain customer dengan penyampaian-penyampaian informasi mengenai event-event atau apapun yang ingin disampaikan kepada para customer melalui SMS corporate.

- Menggunakan kecanggihan Monitor CCTV (Closed Circuit Television) untuk pengawasan keamanan di dalam gedung khususnya di 16 titik plubic area sehingga Security Guard lebih diarahkan sebagai fungsi pelayanan, dengan demikian diharapkan customer merasa lebih aman dan nyaman berada di Galeria.

- Hot Spot, sebagai sarana bagi pengunjung untuk berkomunikasi lewat internet dengan sistem wireless Fidelity Connection, sarana tersebut saat ini cukup populer dan menjadikan tuntutan tersendiri bagi pengelola public area.

(73)

- Local Area Networking. Di internal antar departement khususnya

Departement Finance & Accounting serta Marketing & Promosi

telah terhubung secara online dengan menggunakan LAN atau

Local Area Networking.

4. Elegance

Meskipun kecil namun dengan arsitektur yang unik dan bercita rasa seni yang tinggi berikut seluruh kemasan dan atmosphere didalamnya Galeria tetap elegance berada diantara Mall-Mall besar yang mempunyai design megah dan modern.

5. Wellcome

Upaya-upaya pembenahan yang dilakukan oleh managemant meliputi sikap dan pelayanan dari jajaran karyawan, aktifitas, event, penataan tenant, lay out dan seluruh kemasan serta atmosfer di dalam gedung tidak lain tujuan kami adalah agar lebih wellcome terhadap seluruh kalangan baik customer, tenant maupun masyarakat luas lainnya.

6. Hommy

Hasil akhir yang kami harapkan dari Culture-Culture yang sedang dibangun adalah customer merasa betah dan nyaman serasa berada di rumah sendiri

(Homy) ataupun menjadi second home bagi mereka sehingga diharapkan semakin banyak loyal customer.

(74)

Gambar

Gambar II.1
Gambar III.3 Uji t dua sisi
Tabel IV. 1
Gambar IV.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan uji pendahuluan dapat diketahui bahwa kandungan pupuk cair dari urin sapi dengan penambahan MOL (mikroorganisme lokal) sebagai bioak- tivator

Metode forward chaining adalah metode yang bergerak dari gejala menuju kesimpulan, pertama yang harus dilakukan adalah membuat suatu tabel premis atau pernyataan

Lingkari kode sampel produk yang paling anda sukai dibandingkan sampel produk yang lain. No preference

Pengujian pada kelompok kontrol positif dengan menggunakan obat analgesik yaitu tramadol, didapatkan bahwa pada menit ke 30 setelah pemberian obat tramadol terjadi penurunan

Bahwa puncak perselisihan tersebut terjadi pada bulan April 2009 disebabkan Penggugat bertanya kepada Tergugat, apakah benar Tergugat telah menikah lagi dengan wanita

Terkait dengan sub bidang kehutanan, khususnya Sub Bidang Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan, pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, provinsi

Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara simultan variabel modal usaha, sikap kewirausahaan, jaringan usaha dan pemanfaatan teknologi informasi memiliki pengaruh yang

Rantai pasok industri baja sangat diperlukan dalam pembangunan PLTN karena merupakan jaringan dengan industri konstruksi sipil, industri semen dan industri