KABUPATEN SERANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Manajemen Publik
Oleh :
Oleh :
WISNU WARDHANI NIM 6661 102419
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poitik.
Pembimbing I Arenawati, M.Si., Pembimbing II Listyaningsih, M.Si.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan peneliti untuk melihat sejauhmana kualitas pelayanan pembuatan sertifikat tanah oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Serang. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah: 1). Kurang ramahnya pegawai dalam mengurusi sertifikat yang diajukan oleh pemohon; 2). Pegawai kurang responsif terhadap keluhan dan pertanyaan yang diajukan oleh pemohon sertifikat tanah; 3). Minimnya sarana dan prasarana yang menunjang dalam pelaksanaan pelayanan pengurusan sertifikat tanah tersebut; 4). Munculnya oknum (calo) yang bisa membantu memuluskan pembuatan sertifikat dengan cepat dengan biaya yang cukup tinggi. Metode penelitian adalah Kuantitatif. Krajewski dan Ritzman dalam Wibowo, mengatakan bahwa pelanggan melihat
kualitas dari dimensi, dimensi yang dimaksud sebagai berikut : 1). Conformance
to Specifications; 2). Value; 3). Fitness for Use; 4). Support; 5). Psychological
Impressions. Hipotesis awal: Kualitas Pelayanan Pembuatan Sertifikat Tanah oleh
Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang kurang dari 65%. Analisis data menggunakan uji t-test satu sampel. Hasil penelitian yaitu Kualitas Pelayanan Pembuatan Sertifikat Tanah Oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang rendah tidak berjalan dengan optimal karena hanya mencapai angka 62,31%. Saran :1. Sosialisasi yang harus dilakukan secara gencar kepada masyarakat mengenai prosedur pelayanan pembuatan sertifikasi tanah beserta biaya nya agar tidak ada kebingungan mengenai pelayanan ini; 2. Sumber daya manusia yang bertugas disarankan untuk bisa lebih meningkatkan kompetensinya agar maksimal dalam pelayanan; 3. Daya tanggap petugas agar lebih ditingkatkan sehingga memperlancar dalam pelayanan; 4. Peningkatan infrastruktur yang menunjang dalam proses pelayanan sehingga meningkatkan mutu pelayanan.
State Administration Science. Faculty of Social and Political Sciences.
Advisor I Arenawati, M.Si., Advisor II Listyaningsih, M.Si.
This research is motivated by the desire of researchers to see how far the quality of land certificate service by the Land Office of Serang Regency. The problems in this research are: 1). Lack of friendly staff in handling the certificate filed by the applicant; 2). Employees are less responsive to complaints and questions posed by applicants for land certificates; 3). The lack of facilities and infrastructure that support the implementation of the land certificate service; 4). The emergence of elements (brokers) that can help smooth the creation of certificates quickly at a fairly high cost. The research method is quantitative. Krajewski and Ritzman in Wibowo, said that customers see the quality of the dimensions, the dimensions are as follows: 1). Conformance to Specifications; 2). Value; 3). Fitness for Use; 4). Support; 5). Psychological Impressions. Initial hypothesis: Quality of Service of Certificate of Land by Office of National Land Agency of Serang Regency less than 65%. Data analysis used one sample t-test. The result of the research is the Quality of Service of Certificate of Land by the Office of National Land Agency of Serang regency is not running optimally because it only reaches 62,31%. Suggestion: 1. Socialization must be done vigorously to the community regarding the procedure of land certification service and its costs so that there is no confusion about this service; 2. Human resources in charge suggested to be able to further improve its competence to maximize in service; 3. Responsiveness of officers to be more improved so that smoothly in service; 4. Improved infrastructure that supports the service process so as to improve the quality of service.
i
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbil’alamin peneliti
panjatkan kehadirat ALLAH SWT, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan
untuk Nabi Muhammad SAW, sahabat beserta keluarganya, karena dengan ridho,
rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya peneliti
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KUALITAS PELAYANAN
PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH OLEH KANTOR BADAN
PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SERANG.
Dengan selesainya Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu mendukung
peneliti dalam upaya menyelesaikan penelitian ini. Maka peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos. M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Iman Mukroman, M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
ii
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta selaku
Dosen Pembimbing II yang membimbing dan membantu peneliti dalam
penyusunan skripsi, terima kasih atas arahan dan pembelajarannya.
7. Riswanda, Ph.D, selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa .
8. Arenawati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang membimbing dan
membantu peneliti dalam penyusunan skripsi, terima kasih atas arahan dan
pembelajarannya.
9. Semua Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah
membekali ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan.
10.Kedua Orang tua tercinta dan adik tersayang yang telah memberikan dorongan
semangat dan nasehatnya, keluarga peneliti tercinta terima kasih atas segenap
perhatian dan motivasinya, canda tawa serta dukungannya untuk peneliti.
11.Sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuanganku di Prodi Ilmu
Administrasi Negara FISIP Untirta 2010 yang tak bisa kusebutkan satu
persatu.
Akhir kata peneliti berharap dan berdoa kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini mendapat imbalan dari
iii
pembaca umumnya.
Serang, Juli 2017
iv
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 11
1.3. Batasan Masalah ... 12
1.4. Perumusan Masalah ... 12
1.5. Tujuan Penelitian ... 12
1.6. Manfaat Penelitian ... 12
v
2.3. Kerangka Berfikir ... 28
2.4. Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 33
3.2. Ruang Lingkup dan Fokus Penelitian ... 33
3.3. Lokasi Penelitian ... 34
3.4. Variabel Penelitian ... 34
3.5. Instrumen Penelitian ... 35
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.7. Populasi dan Sampel ... 39
3.8. Teknik Pengolahan dan Analiisis Darah ... 41
3.9. Jadwal Penelitian ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 46
4.2. Deskripsi Data ... 52
4.3. Persyaratan Pengujian Statistik ... 53
4.4. Analisis Data ... 57
4.5. Pengujian Hipotesis ... 101
4.6. Interpretasi Hasil Penelitian ... 104
vi
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah prioritas utama yang
seharusnya dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Tujuannya
adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk
mewujudkan hal tersebut, salah satu upaya yang mesti dilakukan adalah
menciptakan pelayanan publik yang prima dan dapat dijangkau oleh setiap lapisan
masyarakat.
Masyarakat sebagai pihak yang secara langsung memberikan mandat
kepada pemerintah mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dari
pemerintah. Pelayanan publik sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan hak-hak
dasar masyarakat merupakan salah satu fungsi penting pemerintah. Fungsi
pelayanan publik merupakan aktualisasi riil yang diberikan kepada masyarakat
oleh pemerintah. Peran pemerintah diharapkan terwujud dalam pemberian
berbagai jenis pelayanan yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pelayanan pemerintah pada umumnya dicerminkan oleh kinerja birokrasi
pemerintah. Kinerja birokrasi dalam penyelenggara pelayanan publik yang dapat
menjadi tolok ukur dalam keberhasilan suatu organisasi dalam hal mencapai
tujuan.
Pada hakikatnya penyelenggaraan pelayanan publik merupakan kewajiban
negara untuk memberikan pelayanan publik kepada setiap warga negara dan
penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka
pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, membangun kepercayaan masyarakat atas
pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan
harapan dan tuntutan seluruh warga dan penduduk tentang peningkatan pelayanan
publik, sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara
dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan publik masih
banyak dijumpai kekurangan sehingga jika dilihat dari segi kualitas masih jauh
dari yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan masih munculnya
berbagai keluhan masyarakat mengenai pelayanan publik yang tidak memuaskan.
Jika kondisi ini tidak direspon oleh pemerintah maka akan dapat menimbulkan
citra yang kurang baik mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani
masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas
pelayanan publik.
Penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada kondisi yang
belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan diberbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut bisa disebabkan oleh
ketidaksiapan untuk menanggapi terjadinya transformasi nilai yang berdimensi
luas serta dampak berbagai masalah pembangunan yang kompleks. Sementara itu,
global yang dipicu oleh kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, informasi,
komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.
Kondisi dan perubahan cepat yang diikuti pergeseran nilai tersebut perlu
disikapi secara bijak melalui langkah kegiatan yang terus menerus dan
berkesinambungan dalam berbagai aspek pembangunan, untuk membangun
kepercayaan masyarakat guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Untuk itu, diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai,
persepsi dan acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi manusia
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 dapat diterapkan sehingga masyarakat memperoleh pelayanan sesuai
dengan harapan dan cita-cita tujuan nasional. Di dalam memasuki era
pengembangan pelayanan, penyedia jasa pelayanan publik terus mengupayakan
perbaikan usahanya. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk ketiga
terbesar, memiliki tantangan yang luar biasa dalam melayani masyarakatnya,
baik dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan perbaikan
pelayanan publik, pemerintah perlu melakukan proses evaluasi terhadap
instansi-instansi yang banyak mendapat keluhan dari masyarakat tentang kualitas
pelayanannya.
Ditinjau dari kebutuhan masyarakat, pelayanan publik sangatlah penting,
baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik. Pelayanan dalam bentuk
barang publik dapat berupa fasilitas-fasilitas yang menunjang kehidupan
kualitas pelayanan dalam bentuk barang publik maka kehidupan masyarakat
akan baik, artinya tidak ada masalah yang menghambat dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari. Sementara pelayanan dalam bentuk jasa sangat dibutuhkan
masyarakat, seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan serta penyelenggaraan
transportasi.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, orientasi pada kekuasaan yang
amat kuat selama ini telah membuat birokrasi menjadi semakin jauh dari misinya
untuk memberikan pelayanan publik yang optimal bagi seluruh lapisan
masyarakat. Hal ini lebih dikarenakan pada kenyataan bahwa birokrasi dan para
pejabatnya lebih menempatkan dirinya sebagai penguasa daripada sebagai
pelayan masyarakat. Akibatnya, berpengaruh pada sikap dan perilaku birokrasi
dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang cenderung mengabaikan aspirasi
dan kepentingan masyarakat.
Bukan rahasia umum lagi apabila ingin mendapatan pelayanan yang
diistimewakan maka harus ada faktor kedekatan khusus dengan pelayan birokrasi.
Hal-hal inilah yang mengakibatkan akses yang diperoleh terhadap pelayanan dan
kualitas pelayanan publik yang diterima masyarakat sering berbeda bergantung
pada kedekatannya dengan elit birokrasi atau elit politik. Perilaku seperti inilah
yang sering mengusik rasa keadilan dalam masyarakat yang merasa diperlakukan
secara tak wajar oleh birokrasi publik.
Melihat fenomena-fenomena tersebut serta kondisi masyarakat yang kritis
saat ini, hendaknya birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik
responsif dan adaptif, serta sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam
arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif
menentukan masa depannya sendiri. Birokrasi dalam melakukan berbagai
kegiatan perbaikan pelayanan diharapkan lebih berorientasi pada kepuasan
pelanggan, yakni masyarakat. Hal tersebut dapat dicapai apabila perubahan
paradigma terjadi yaitu birokrasi pelayanan menempatkan masyarakat sebagai
pengguna jasa dalam pemberian pelayanan.
Pendaftaran tanah yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN) merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Berdasarkan keputusan Kepala Badan Nasional No.6 Tahun 2001,
Badan Pertanahan Nasional (BPN) bertugas melaksanakan tugas pemerintah
dibidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang- Undang Pokok Agraria. Negara
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat mengusai tanah, dalam arti
mempunyai wewenang mengatur penguasaan dalam memimpin penggunaannya
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sebagaimana diatur di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 yang Menyebutkan bahwa : “Bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”.
Seperti yang kita ketahui, banyak permasalahan pertanahan dimana
masyarakat secara tidak sah atau tanpa izin mempergunakan tanah untuk
memberikan solusi untuk masyarakat bagaimana mempergunakan tanah secara
legal. Dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional merupakan sarana untuk
memberikan pelayanan pada masyarakat untuk membuat sertifikat tanah.
Reformasi dibidang agraria dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan
pertanahan agar menjadikan pelayanan lebih efisien, efektif, responsif, dan
transparan serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria pasal 19 ayat 1, untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah
diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan di bidang pertanahan khususnya
dalam mempercepat dan meningkatkan pelaksanaan pedaftaran tanah serta untuk
menghilangkan anggapan masyarakat bahwa pengurusan sertifikat itu lama,
berbelit-belit dan mahal, maka pemerintah dituntut untuk lebih aktif dan tidak
hanya bersifat menunggu pada masyarakat yang ingin mendaftarkan tanahnya.
Dengan demikian pemerintah wajib mendaftarkan seluruh bidang tanah di wilayah
Indonesia baik dengan pendekatan sistematik dan sporadik.
Kabupaten Serang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten.
Ibukotanya adalah Ciruas namun saat ini pusat pemerintahanya masih berada di
Kota Serang. Kabupaten ini berada di ujung barat laut Pulau Jawa, berbatasan
dengan Laut Jawa, dan Kota Serang di utara, Kabupaten Tangerang di
timur, Kabupaten Lebak di selatan, serta Kota Cilegon di barat. Kabupaten Serang
Dengan kepadatan penduduk 1.070,73 jiwa/km2. Menurut data Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang, tanah yang sudah terdaftar yang
dibuktikan sesuai jumlah buku tanah yang dibuat oleh Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Serang yaitu 645.521 bidang dari 28 kecamatan. Buku tanah
merupakan dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik
suatu obyek pendaftaran yang sudah ada haknya.
Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang, merupakan sarana
pelayanan masyarakat dalam membuat sertifikat tanah di wilayah Kabupaten
Serang. Sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada masyarakat, diharapkan
pegawai Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas terhadap para pengguna pelayanan. Selama ini pada
umumnya masyarakat beranggapan bahwa pelayanan yang diberikan oleh aparatur
pemerintah kepada masyarakat cenderung kurang dan bahkan tidak berkualitas ini
dapat diketahui bahwa masih banyak keluhan masyarakat terhadap aparatur
pemerintah dalam hal pelayanan publik.
Dari observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa
permasalahan terkait pelayanan pengurusan sertifikat tanah pada Kantor Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Serang. Permasalahan pertama, kurang ramahnya
pegawai dalam mengurusi sertifikat yang diajukan oleh pemohon. Beberapa kali
peneliti melakukan observasi, pemohon sertifikat tanah mengeluhkan kurang
ramahnya pegawai dalam mengurusi pembuatan sertifikat tersebut. Dari
observasi, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Idris asal Kecamatan
dan budidaya ikan. Menurut beliau: “Sikap yang kurang ramah ditunjukkan oleh
pegawai di kantor Badan Pertanahan Nasional. Saya meminta informasi terkait
persyaratan apa saja yang mesti dilengkapi tapi mendapatkan respon kurang baik
dan berbelit-belit.” (Wawancara pada 15 November 2016 Pukul: 10.20 WIB). Hal
yang sama juga dikatakan oleh Bapak Minto asal Kecamatan Carenang.
Menurutnya : “Seharusnya sebagai abdi masyarakat tidak seperti itu, harus bisa
memberikan contoh yang baik untuk masyarakat dengan selalu ramah pada
masyarakat.” (Wawancara pada 15 November 2016 Pukul: 10.50 WIB)
Permasalahan kedua yang peneliti temukan adalah bahwa para pegawai
kurang responsif terhadap keluhan dan pertanyaan yang diajukan oleh pemohon
sertifikat tanah. Dari Bapak Idris, peneliti memperoleh informasi bahwa untuk
memperoleh informasi yang lengkap terkait persyaratan pengurusan sertifikat
tanah, dia harus 3 kali datang ke Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Serang ini. Hal ini seharusnya tidak terjadi apabila pegawai merespon dengn baik
terhadap pemohon.
Permasalahan ketiga, adalah minimnya sarana dan prasarana yang
menunjang dalam pelaksanaan pelayanan pengurusan sertifikat tanah tersebut.
Ruang tunggu yang disediakan pihak Kantor Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Serang kurang memadai dan kurang terawat untuk digunakan
menunggu antrian. Selain itu, dari pantauan peneliti dalam pelaksanaan pelayanan
banyak pemohon yang berdiri mengingat minimnya kursi tunggu yang disediakan.
Hendaknya hal ini segera diperbaiki mengingat pentingnya pelayanan dalam
Permasalahan keempat, adalah pelayanan yang berbelit-belit sehingga
pembuatan sertifikat yang seharusnya terbit pada waktu 98 hari (berdasarkan
Peraturan Kepala BPN No 1 tahun 2010) setelah dokumen lengkap bisa mundur
beberapa hari dari jangka waktu tersebut. Hal ini peneliti ketahui dari wawancara
dengan Bapak Lutfi asal Kecamatan Anyar yang akan mengurusi sertifikat
tanahnya. Menurut beliau: “Kalo dihitung dari awal mengurus sertifikat ini, dari
mulai kelengkapan berkas. Dihitung-hitung hampir mencapai 6 bulan.”
(Wawancara pada 17 Februari 2017 Pukul: 14.05 WIB).
Permasalahan kelima, munculnya oknum yang bisa membantu
memuluskan pembuatan sertifikat dengan cepat dengan biaya yang cukup tinggi.
Padahal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 Tentang Jenis Dan
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tarif
pengurusan sertifikasi dan pengukuran luas bidang tanah sudah ditentukan dengan
besaran yang disesuaikan dengan luas tanahnya (PP No. 128 Tahun 2015 Tentang
Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional terlampir). Hal
ini tentulah meresahkan bagi pemohon yang ingin melalui jalur yang sudah
ditetapkan. Akan tetapi dari pantauan peneliti, memang banyak pemohon yang
menggunakan jalur calo tersebut karena proses pembuatan sertifikat prosesnya
cukup lama dan melelahkan.
Dari berbagai ulasan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam
Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang, dengan mengambil judul
penelitian “Kualitas Pelayanan Pembuatan Sertifikat Tanah Oleh Kantor
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi di Kantor Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Serang, maka permasalahan pada penelitian ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Kurang ramahnya pegawai dalam mengurusi sertifikat yang diajukan
oleh pemohon;
2. Pegawai kurang responsif terhadap keluhan dan pertanyaan yang
diajukan oleh pemohon sertifikat tanah;
3. Minimnya sarana dan prasarana yang menunjang dalam pelaksanaan
pelayanan pengurusan sertifikat tanah tersebut;
4. Pelayanan yang berbelit-belit sehingga pembuatan sertifikat yang
seharusnya terbit pada waktu 98 hari (berdasarkan Peraturan Kepala
BPN No 1 tahun 2010) setelah dokumen lengkap bisa mundur
beberapa hari dari jangka waktu tersebut;
5. Munculnya oknum (calo) yang bisa membantu memuluskan
1.3. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada Kualitas Pelayanan Pembuatan Sertifikat
Tanah oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang peneliti paparkan di atas, maka hal
yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana Kualitas Pelayanan
Pembuatan Sertifikat Tanah oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Serang?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kualitas
Pelayanan Pembuatan Sertifikat Tanah oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Serang.
1.6. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan keilmuan dan pengetahuan dalam dunia akademis pada
jurusan Ilmu Administrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan
b. Secara Praktis
Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan
kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama
mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa hingga saat ini. Selain itu, karya peneliti
dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pembaca dan peneliti
selanjutnya.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan penelitian ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan gambaran tentang ruang lingkup
masalah yang akan diteliti dan merupakan dasar penelitian yang dilakukan.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah hubungan antara tema dan fenomena yang
dikaitkan yang selanjutnya akan diteliti dan di pelajari dalam penelitian
atau dengan masalah atau variable yang akan diteliti.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah lebih difokuskan pada masalah yang akan diajukan
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan
dalam bentuk definisi konsep dan definisi operasional.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang apa yang ingin dicapai oleh
peneliti dalam melakukan penelitian.
1.6 Manfaat Penelitian
Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari tujuan dilakukannya
penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjelaskan susunan penulisan penelitian.
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori yang memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang
relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian untuk memperoleh
konsep yang jelas.
2.2 Penelitian Terdahulu
Bagian ini memaparkan tentang penelitian-penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka pemikiran yaitu menggambarkan alur pemikiran penelitian
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara peneliti terhadap
permasalahan yang akan diteliti sebelum teruji kebenarannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan penelitian, yaitu survei
atau teknik yang digunakan dalam penelitian ini.
3.2 Instrumen Penelitian
Proses penyusunan dan alat pengumpulan data yang digunakan untuk
melakukan penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel
Menjelaskan jumlah populasi dan sampel serta metode sampel yang akan
digunakan dalam penelitian.
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menjelaskan teknik pengolahan data yang digunakan serta menjelaskan
cara menganalisis data.
3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Menjelaskan lokasi penelitian dan jadwal penelitian secara rinci beserta
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam penelitian ini merupakan acuan uraian yang
sistematis tentang teori-teori yang di terapkan dalam penelitian menurut pendapat
pakar atau penulis dan buku, hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel
yang diteliti. Deskripsi teori ini berisi tentang beberapa penjelasan terhadap
variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan
mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan
prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas
dan terarah (Sugiyono, 2005: 63).
Oleh karena itu peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang digunakan
sebagai acuan dalam mengkaji penelitian. Pada deskripsi teori ini dikemukan
teori-teori tentang pelayanan publik.
2.1.1. Pelayanan Publik
Dalam Undang-undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, pelayanan publik didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas
seseorang, sekelompok dan atau organisasi baik langsung maupun tidak
langsung untuk memenuhi kebutuhan. Monir dalam Pasalong (2011:128),
mengatakan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktivitas orang lain secara langsung. Sedangkan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (1993), mengemukakan bahwa
pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan dalam bentuk barang
atau jasa dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Sementara pelayanan publik menurut Sinambela (2006:5) adalah
“sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik.”
Menurut Kurniawan (2005:6) yaitu pemberian pelayanan
(melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara
yang telah ditetapkan. Pada dasarnya manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya membutuhkan orang lain, jadi pelayanan dan kegiatan yang
bertujuan membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan
orang lain. Sehingga pelayanan senantiasa berhubungan dengan
kepentingan publik.Pelayanan yang didambakan masyarakat tentunya
kepuasan dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan baik pelayanan
yang diberikan instansi pemerintah maupun swasta.
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar
pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi
penerima pelayanan.Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi
dan atau penerima pelayanan.
Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang
berkualitas dari birokrat, meskipun tuntuan tersebut sering tidak sesuai
dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi
selama ini masih bercirikan: berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan.
Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan
sebagai pihak yang “melayani” bukan yang di layanai. Oleh karna itu,
pada dasarnya dibutuhkan reformasi pelayanan publik dengan
mengembalikan dan mendudukan “pelayan” dan yang “dilayani” ke
pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada
masyarakat umum kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap
Negara, meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan
masyarakat yang mendirikannya. Artinya, birokrat sesungguhnya haruslah
memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat.
Moenir dalam Pasolong (2010:128), mengatakan bahwa pelayanan
adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain secara
(2010:128), adalah sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap sejumlah Manusia yang memiliki setiap kegiatan
yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk
secara fisik.
Pelayanan publik menurut Roth (1926:1) dalam Pasolong
(2010:129), adalah sebagai berikut:
“Pelayanan publik didefinisikan sebagai layanan yang tersedia
untuk masyarakat, baik secara umum (seperti di museum) atau secara khusus (seperti di restoran makanan). Pelayanan publik yang adil dan dapat dipertanggung-jawabkan menghasilkan kepercayaan publik. Dibutuhkan etika pelayanan publik sebagai pilar dan kepercayaan publik sebagai dasar untuk mewujudkan pemerintah
yang baik.”
Dalam Wikipedia, Pelayanan publik adalah istilah untuk layanan
yang disediakan oleh pemerintah kepada warga negaranya, baik secara
langsung (melalui sektor publik) atau dengan membiayai pemberian
layanan swasta. Istilah ini dikaitkan dengan konsensus sosial (biasanya
diwujudkan melalui pemilihan demokratis), yaitu bahwa layanan tertentu
harus tersedia untuk semua kalangan tanpa mamandang pendapatan
mereka. Bahkan apabila layanan-layanan umum tersebut tersedia secara
umum atau dibiayai oleh umum, layanan-layanan tersebut, karena alasan
politis atau sosial, berada di bawah peraturan/regulasi yang lebih tinggi
daripada peraturan yang berlaku untuk sektor ekonomi. Istilah layanan
Pelayanan menurut Kotler dalam Sinambela (2006:4), adalah
“setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada
suatu produk secara fisik”. Sedangkan Lukman dalam Sinambela (2006:5),
berpendapat bahwa pelayanan adalah “suatu kegiatan atau urutan kegiatan
yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain
atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan”.
Pendapat lain mengenai pelayanan dikemukakan oleh Granross
dalam Ratminto & Winarsih (2006:3):
“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang
bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen
/pelanggan”.
Pelayanan publik menurut Sinambela (2006:5), adalah “pemenuhan
keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara”.
Pelayanan berkaitan erat dengan masyarakat, sehingga pelayanan lebih
dikenal dengan istilah pelayanan publik. Publik berasal dari bahasa Inggris
Publik yang berarti masyarakat, umum dan negara. Kata publik dalam
bahasa Indonesia diartikan sebagai umum, orang banyak dan ramai.
Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah
memuaskan masyarakat. Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Pemerintahan No. 63/KEP/M.PAN/2003 tanggal 10 Juli 2003,
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah segala
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan
Kep.MENPAN No. 63/2003 penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi
azas-azas sebagai berikut (Sinambela 2006:6):
1. Transparansi; bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh
semua pihak yang memerlukan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas; dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional; sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi
dan penerima pelayanan dengan tetap berprinsip pada efesiensi dan efektifitas.
4. Partisipatif; mendorong peran serta masyarakat dalam
menyelenggarakan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi , kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan hak ; tidak deskriminatif, dalam arti tidak
membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban; pemberi dan penerima
pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.
Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 (Ratminto
dan Atik Septi Winarsih (2005:18)) standar pelayanan sekurang-kurangnya
meliputi:
1. Prosedur Pelayanan, prosedur pelayanan yang dibakukan bagi
pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.
2. Waktu penyelesaian, waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak
saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.
3. Biaya pelayanan, biaya atau tariff pelayanan termasuk
rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.
4. Produk pelayanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Sarana dan Prasarana, penyediaan sarana dan prasarana
pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik,
6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan, kompetensi petugas
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.
Sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
(Kepmen PAN) No. 63/2003 prinsip penyelenggaran pelayanan adalah
sebagai berikut (Ratminto & Winarsih 2006: 22):
a. Kesederhanaan; prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan; mencakup kejelasan dalam hal: (1) persyaratan
teknis dan administratif pelayanan publik; (2) unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik; (3) rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran.
c. Kepastian waktu; pelaksanaan pelayanan publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi; produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat,
dan sah.
e. Keamanan; proses dan produk pelayanan publik memberikan
rasa aman dan kepastian hukum.
f. Tanggung jawab; pimpinan penyelenggara pelayanan publik /
pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam
pelaksanaan pelayanan publik.
g. Kelengkapan sarana dan prasarana; tersedianya sarana
prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk sarana telematika.
h. Kemudahan akses; tempat dan lokasi serta sarana pelayanan
yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan memanfaatkan teknologi telematika.
i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan; pemberi pelayanan
harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta ikhlas dalam memberi pelayanan.
j. Kenyamanan; lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, ruang
2.1.2. Kualitas
Kualitas pada dasarnya merupakan kata yang menyandang arti
relatif karna bersifat abstrak, kualitas dapat di gunakan untuk menilai atau
menentukan tingkat penyesuaian suatu hal terhadap persyaratan atau
spesifikasinya, bila persyaratan atau spesifikasinya itu terpenuhi berarti
kualitas sesuatu hal yang dimaksud dapat di katakan baik, untuk
menentukan kualitas memerlukan indikator karena spesifikasi yang
merupakan indikator harus dirancang, kualitas secara tidak langsung
merupakan hasil rancangan yang tidak tertutup kemungkinan untuk di
perbaiki atau ditingkatkan.
Sedangkan kualitas menurut Tjiptono dalam Pasolong (2010:132),
adalah : 1) kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan; 2) kecocokan
pemakaian; 3) perbaikan atau penyempurnaan keberlanjutan; 4) bebas dari
kerusakan; 5) pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap
saat; 6) melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal, 7) sesuatu
yang bisa membahagiakan pelanggan.
Kemudian Kotler dalam Arief (2007:117), mendefinisikan kualitas
adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang
berpengaruh pada kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau yang tersirat. Melalui pengertian ini terlihat bahwa suatu
barang atau jasa akan dinilai bermutu apabila dapat memenuhi ekspektasi
konsumen akan nilai produk tersebut. Artinya, mutu merupakan salah satu
Menurut Pasolong (2010:132), mutu sebenarnya tidak dapat di
ukur karena merupakan hal yang maya (imaginer) jadi bukan suatu
besaran yang terukur.Oleh sebab itu, perlu di buat indikator yang
merupakan besaran yang terukur demi untuk menentukan kualitas baik
produk maupun jasa. Berbagai upaya dilakukan untuk membuat indicator
yang terukur dan cocok bagi masalah penentuan kualitas sedemikian rupa
sehingga pembuat produk atau pelayanan jasadan pengontrolan
kualitasnyaterjamin keterlaksanaannya.
Pelanggan mendefinisikan kualitas dengan berbagai cara. Kualitas
didefinisikan sebagai memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Heizer
dan Render dalam Wibowo (2007:271), mendefinisikan kualitas sebagai
kemampuan produk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan. Russell
dan Taylor dalam Wibowo (2007:272), dikatakan pula sebagai totalitas
tampilan dan karakteristik produk atau jasa yang berusaha keras dengan
segenap kemampuannya memuaskan kebutuhan tertentu.
Sedangkan Krajewski dan Ritzman dalam Wibowo (2007:272),
mengatakan bahwa pelanggan melihat kualitas dari dimensi, dimensi yang
dimaksud sebagai berikut :
1. Conformance to Specifications
Kualitas ditentukan oleh kesesuaiannya dengan spesifikasi yang ditawarkan. Dalam sistem jasa, kesesuaian dengan spesifikasi juga perlu, walaupun tidak menghasilkan sesuatu yang tidak dapat disentuh.Spesifikasi untuk operasi jasa berkaitan dengan pengiriman barang pada waktunya atau kecepatan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan pelanggan.
2. Value
bersedia membayar.Kualitas diukur dari harga yang dibayar untuk produk atau jasa.
3. Fitness for Use
Kecocokan untuk digunakan menunjukkan seberapa baik produk atau jasa mewujudkan tujuan yang dimaksudkan. Pelanggan mempertimbangkan fitur mekanis produk atau kenyamanan pelayanan.
4. Support
Dukungan yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk atau jasa sangat penting bagi pelanggan, seperti halnya kualitas produk dan jasa itu sendiri.
5. Psychological Impressions
Pelanggan mengevaluasi kualitas produk atau jasa atas dasar kesan psikologism : iklim, citr, atau estetika. Dalam pelayanan, dimana terdapat kontak langsung dengan penyelenggara, penampilan dan tindakan penyelenggara sangat penting.
2.1.3. Kualitas Pelayanan Publik
Pelayanan mengandung pengertian setiap kegiatan atau manfaat
yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak pula berakibat kepemilikan sesuatu (Kotler 1999:
83). Dari definisi di atas dapat disimpulkan kualitas pelayanan adalah ciri,
karakteristik atau sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh
pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Menurut
Wyckof, Lovelock (1988) dalam Tjiptono (2004 : 59), kualitas pelayanan
adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen.
Lain halnya Master dalam Sinambela (2011:7), mengemukakan
berbagai hambatan dalam pengembangan sistem manajemen kualitas:
1. Ketiadaan komitmen dari manajemen.
2. Ketiadaan pengetahuan dan kekurangpahaman tentang
3. Ketidakmampuan aparatur mengubah kultur yang mempengaruhi kualitas manajemen pelayanan pelanggan.
4. Ketidaktepatan perencanaan manajemen kualitas yang
dijadikan pedoman dalam pelayanan pelanggan.
5. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan belum
dioptimalkan.
6. Ketidakmampuan membangun learning organization, learning
by the individualsdalam organisasi.
7. Ketidaksesuaian antara struktur organisasi dengan kebutuhan.
8. Ketidakcukupan sumber daya dan dana.
9. Ketidaktepatan sistem penghargaan dan balas jasa bagi
karyawan.
10.Ketidaktepatan mengadopsi prisnsip manajemen kualitas ke
dalam organisasi.
11.Ketidaktepatan dalam memberikan perhatian pada pelanggan,
baik internal maupun eksternal.
12.Ketidaktepatan dalam pemberdayaan dan kerjasama.
Menurut Kotler (2007:18), pelayanan atau service adalah sebuah
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada
pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun.
Disisi lain Ratminto dan winarsih (2010:2), mengemukakan
definisi pelayanan sebagai suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang
bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat
adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal–hal lain yang
disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan permasalahan Konsumen atau Pelanggan.
Dari hal diatas yang sudah didefinisikan dapat diketahui bahwa ciri
pokok pelayanan menurut Moenir (2006:48), adalah tidak dapat dilihat
(masyarakat) atau sarana dan prasarana lain yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan.
Agar pelayanan dapat memuaskan seseorang atau kelompok orang
yang dilayani oleh penyelenggara pelayanan, maka tenaga medis yang
bertugas melayani harus memenuhi empat kriteria pokok Moenir
(2006:197):
1. Tingkah laku yang baik.
2. Cara penyampaian sesuatu yang berkaitan dengan apa yang
seharusya diterima oleh orang yang bersangkutan.
3. Waktu menyampaikan yang tepat.
4. Keramahtamahan.
Standar pelayanan menurut Moenir (2006:124), yaitu kesadaran
pegawai pada segala tingkatan terhadap tugas/pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya, membawa dampak sangat positif terhadap organisasi
dan tugas/pekerjaan itu sendiri, maka akan menjadi sumber kesungguhan
dan disiplin dalam melaksanakan tugas/pekerjaan, sehingga hasilnya dapat
diharapkan memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan baik dalam
perwujudan standar pelaksanaan pelayanan maupun standar operasional
pelayanan.
2.1.4. Dimensi-dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Zaithnamal-Parasurman-Bery dalam buku mereka
Delivering Quality Service yang dikutip Pasolong (2011:135), untuk
mengetahui kualitas pelyanan yang disarankan secara nyata oleh
lima dimensi kualitas pelayanan menurut apa yang dikatakan konsumen,
kelima dimensi servqual tersebut yaitu:
1) Bukti fisik (tangible) adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilias fisik, (misal: gedung, gudang dan lain lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.
2) Keandalan (Reliability) yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan konsumen yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua konsumen tanpa kesalahan, dan sikap yang simpatik. 3) Daya tanggap (Responsiveness) suatu kebijakan untuk membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen, dengan menyampaikan informasi yang jelas.
4) Jaminan dan kepastian (Assurance) adalah pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para konsumen kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi, keamanan, kredibilitas, kompetensi dan sopan santun.
5) Empati (Emphaty) dengan memerikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para konsumen dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang konsumen untuk memahami kebutuhan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi konsumen.
2.2. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan di cantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis
baca diantaranya:
1. Skripsi Widya Rachmawati (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)
Pembuatan Sertifikat Tanah Pada Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kota Tangerang”. Metode dalam skripsi ini adalah metode
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas Pelayanan
Administrasi Pembuatan Sertifikat Tanah Pada Kantor Badan
Pertanahan Nasional Nasional Kota Tangerang sudah baik karena
mencapai 70.85 Persen.
2. Skripsi Riska Karina (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) tahun
2016 yang berjudul “Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Pasien
Kelas III di RSUD Kota Cilegon” Metode dalam skripsi ini adalah
metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas
Pelayanan Kesehatan Pada Pasien Kelas III di RSUD Kota Cilegon
sudah baik karena mencapai 75.90 Persen.
2.3. Kerangka Berfikir
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, orientasi pada kekuasaan yang
amat kuat selama ini telah membuat birokrasi menjadi semakin jauh dari misinya
untuk memberikan pelayanan publik yang optimal bagi seluruh lapisan
masyarakat. Hal ini lebih dikarenakan pada kenyataan bahwa birokrasi dan para
pejabatnya lebih menempatkan dirinya sebagai penguasa daripada sebagai
pelayan masyarakat. Akibatnya, berpengaruh pada sikap dan perilaku birokrasi
dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang cenderung mengabaikan aspirasi
dan kepentingan masyarakat. Hal-hal inilah yang mengakibatkan akses yang
masyarakat sering berbeda bergantung pada kedekatannya dengan elit birokrasi
dan politik. Perilaku seperti inilah yang sering mengusik rasa keadilan dalam
masyarakat yang merasa diperlakukan secara tak wajar oleh birokrasi publik.
Seperti yang kita ketahui, banyak permasalahan pertanahan dimana
masyarakat secara tidak sah atau tanpa izin mempergunakan tanah untuk
pemukiman ataupun lahan usaha. Oleh sebab itu, pengadaan sertifikat tanah
memberikan solusi untuk masyarakat bagaimana mempergunakan tanah secara
legal. Dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional merupakan sarana untuk
memberikan pelayanan pada masyarakat untuk membuat sertifikat tanah.
Reformasi dibidang agraria dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan
pertanahan agar menjadikan pelayanan lebih efisien, efektif, responsif, dan
transparan serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria pasal 19 ayat 1, untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah
diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.
Dari observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa
permasalahan terkait pelayanan pengurusan sertifikat tanah pada Kantor Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Serang:
1. Kurang ramahnya pegawai dalam mengurusi sertifikat yang diajukan
oleh pemohon;
2. Pegawai kurang responsif terhadap keluhan dan pertanyaan yang
3. Minimnya sarana dan prasarana yang menunjang dalam pelaksanaan
pelayanan pengurusan sertifikat tanah tersebut;
4. Pelayanan yang berbelit-belit sehingga pembuatan sertifikat yang
seharusnya terbit pada waktu 98 hari (berdasarkan Peraturan Kepala
BPN No 1 tahun 2010) setelah dokumen lengkap bisa mundur
beberapa hari dari jangka waktu tersebut;
5. Munculnya oknum (calo) yang bisa membantu memuluskan
pembuatan sertifikat dengan cepat dengan biaya yang cukup tinggi.
Krajewski dan Ritzman dalam Wibowo (2007:272), mengatakan bahwa
pelanggan melihat kualitas dari dimensi, dimensi yang dimaksud sebagai berikut :
1. Conformance to Specifications
Kualitas ditentukan oleh kesesuaiannya dengan spesifikasi yang ditawarkan. Dalam sistem jasa, kesesuaian dengan spesifikasi juga perlu, walaupun tidak menghasilkan sesuatu yang tidak dapat disentuh.Spesifikasi untuk operasi jasa berkaitan dengan pengiriman barang pada waktunya atau kecepatan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan pelanggan.
2. Value
Value atau nilai menunjukan seberapa baik produk atau jasa mencapai tujuan yang dimaksudkan pada harga yang pelanggan bersedia membayar.Kualitas diukur dari harga yang dibayar untuk produk atau jasa.
3. Fitness for Use
Kecocokan untuk digunakan menunjukkan seberapa baik produk atau jasa mewujudkan tujuan yang dimaksudkan. Pelanggan mempertimbangkan fitur mekanis produk atau kenyamanan pelayanan.
4. Support
5. Psychological Impressions
Pelanggan mengevaluasi kualitas produk atau jasa atas dasar kesan psikologism : iklim, citra, atau estetika. Dalam pelayanan, dimana terdapat kontak langsung dengan penyelenggara, penampilan dan tindakan penyelenggara sangat penting.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Sumber : Peneliti, 2017
Masalah :
1.Kurang ramahnya pegawai dalam mengurusi sertifikat yang diajukan oleh pemohon;
2.Pegawai kurang responsif terhadap keluhan dan pertanyaan yang diajukan oleh pemohon sertifikat tanah;
3.Minimnya sarana dan prasarana yang menunjang dalam pelaksanaan pelayanan pengurusan sertifikat tanah tersebut;
4.pelayanan yang berbelit-belit sehingga pembuatan sertifikat yang seharusnya terbit pada waktu 98 hari (berdasarkan Peraturan Kepala BPN No 1 tahun 2010)
setelah dokumen lengkap bisa mundur beberapa hari dari jangka waktu tersebut.
5.Munculnya oknum (calo) yang bisa membantu memuluskan pembuatan sertifikat dengan cepat dengan biaya yang cukup tinggi.
“KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN
SERTIFIKAT TANAH OLEH KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL
KABUPATEN SERANG”
Krajewski dan Ritzman dalam Wibowo (2007:272), mengatakan bahwa pelanggan melihat kualitas dari dimensi, dimensi yang dimaksud sebagai berikut :
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, maka peneliti
menjabarkan sebuah hipotesis sebagai berikut :
H0 : µ < 65%
Hipotesis Nol : Kualitas Pelayanan Pembuatan Sertifikat Tanah
oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Serang kurang dari 65%.
Ha : µ > 65%
Hipotesis Alternatif : Kualitas Pelayanan Pembuatan Sertifikat Tanah
oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif, hal ini dikarenakan untuk menjaga nilai
keobjektifan hasil. Dengan pendekatan deskriptif sebagai metode primer dan
kuantitatif sebagai metode penunjang. Penelitian deksriptif adalah penelitian yang
bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya
(Irawan, 2006:4.9).
Menurut Sugiyono (2004:11), penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel
satu dengan variabel yang lain. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono 2009:8).
3.2. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Penelitian mengenai Kualitas Pelayanan Pembuatan Sertifikat Tanah oleh
Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang. Oleh karena itu peneliti
hanya membatasi penelitian ini pada Seberapa besar Kualitas Pelayanan
Pembuatan Sertifikat Tanah oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Serang.
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Kualitas Pelayanan Pembuatan Sertifikat Tanah oleh
Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang ini dilaksanakan di Kantor
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang.
3.4. Variabel Penelitian 3.4.1. Definisi Konsep
Kualitas pelayanan adalah ciri, karakteristik atau sifat suatu produk atau
pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan konsumen.
3.4.2. Definisi Operasional
1. Conformance to Specifications
Kualitas ditentukan oleh kesesuaiannya dengan spesifikasi yang ditawarkan. Dalam sistem jasa, kesesuaian dengan spesifikasi juga perlu, walaupun tidak menghasilkan sesuatu yang tidak dapat disentuh.Spesifikasi untuk operasi jasa berkaitan dengan pengiriman barang pada waktunya atau kecepatan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan pelanggan.
2. Value
Value atau nilai menunjukan seberapa baik produk atau jasa mencapai tujuan yang dimaksudkan pada harga yang pelanggan bersedia membayar.Kualitas diukur dari harga yang dibayar untuk produk atau jasa.
3. Fitness for Use
mempertimbangkan fitur mekanis produk atau kenyamanan pelayanan.
4. Support
Dukungan yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk atau jasa sangat penting bagi pelanggan, seperti halnya kualitas produk dan jasa itu sendiri.
5. Psychological Impressions
Pelanggan mengevaluasi kualitas produk atau jasa atas dasar kesan psikologism : iklim, citra, atau estetika. Dalam pelayanan, dimana terdapat kontak langsung dengan penyelenggara, penampilan dan tindakan penyelenggara sangat penting.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti dari fenomena alam maupun sosial, yang
keseluruhannya disebut sebagai variable penelitian (Sugiyono, 2009:102).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, dengan
jumlah variabel sebanyak satu variabel atau variabel mandiri. Sedangkan skala
pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Indikator variabel yang disusun
melalui item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan diberikan
jawaban setiap item instrumennya. Item instrumen yang menggunakan skala
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono,
Tabel 3.1
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono (2009:94).
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Item
pernyataan
Value 1. Seberapa baik produk/jasa
2. Kesesuaian harga yang
dibayarkan.
12, 13, 14
15, 16, 17, 18, 19
Fitness For Use 1. Kenyamanan Pelayanan,
2. Keramahan Penyedia Layanan
20, 21, 22, 23 24, 25, 26, 27, 28, 29
Support 1. Kualitas Produk Barang/Jasa 30, 31, 32, 33
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah
berdasarkan teknik pengumpulan sumber data sebagai berikut:
a. Jenis Data
Dilihat dari jenis datanya, penelitian ini menggunakan jenis data
sebagai berikut:
1. Data Primer, yaitu data yang diambil langsung dari lokus penelitian,
tanpa perantara. Sumber ini bisa berbentuk benda, situs, atau
manusia (Irawan, 2006:5.5).
2. Data Sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari uraian para ahli dan
dokumen-dokumen pendukung seperti laporan, karya tulis orang
lain, koran, majalah. Atau, seseorang yang mendapat informasi dari
orang lain (Irawan, 2006:5.5).
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Responden, yaitu para pemohon pembuat sertifikat tanah dilibatkan
langsung dalam dalam kegiatan penelitian ini, untuk memperoleh
gambaran atas materi yang dijadikan objek penelitian.
2. Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti,
yaitu :
1. Observasi
Observasi adalah serangkaian pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung terhadap subjek atau objek penelitian melalui mata,
telinga dan perasaan dengan melihat fakta-fakta fisik dari objek yang
diteliti. Observasi yang dilakukan dalam peneliti ini adalah observasi
nonpartisipan, maksudnya adalah peneliti tidak terlibat dan hanya
sebagai pengamat independen, karena peneliti tidak menjadi bagian
dari komunitas atau kelompok dari objek penelitian.
2. Kuesioner (angket)
Kuisioner atau angket yaitu mengumpulkan data dan informasi yang
dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan kepada responden
untuk dijawab.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang mengandung tujuan dan maksud
tertentu dari sebuah pembicaraan. yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2010:186).
Adapun, wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan wawancara terstuktur dan tidak terstruktur. Adapun cara
dengan responden atau narasumber guna mendapatkan apa yang ingin
diketahui oleh peneliti.
3.7. Populasi dan Sampel A. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian datarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2009:80). Populasi dalam penelitian ini
adalah jumlah pemohon pengajuan sertfikat tanah pada Kantor
BPN Kabupaten Serang selama periode Januari – Desember 2016
yang berjumlah 3.721 pemohon.
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (Sugiyono, 2009:81).
Teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang
1
digunakan dalam teknik sampling, yaitu teknik sampling acak dan
teknik sampling tak acak. Sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian
ini, tekhnik sampling yang digunakan adalah tekhnik insidental
sampling. Dalam menentukan jumlah atau ukuran sampel (sample
size), berdasarkan dari Riduan (2004:65) peneliti menggunakan
rumus Taro Yamane :
Sumber: Riduan (2004:65)
3721
(
0
.
10
²
)
1
Jadi berdasarkan jumlah keseluruhan populasi dengan tingkat
3.8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum
dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian
identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating). (dalam Bungin
2009:164-168).
1. Editing, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum
memenuhi harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan,
tumpang tindih, berlebihan bahkan terlupakan. Oleh karena itu,
keadaan tersebut harus diperbaiki melalui editing ini.
2. Coding, setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan berikutnya
adalah mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahapan coding.
Maksudnya bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas
sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.
3. Tabulasi (Proses Pembeberan), adalah bagian terakhir dari
pengolahan data. Maksud tabulasi adalah memasukan data pada
tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.
Setelah pengolahan data selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya yaitu
analisis data. Dalam penelitian kuantitatif, maka kegiatan dalam analisis data
adalah megelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,