• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Orangtua dalam Menangani Hambatan Komunikasi pada Anak Autis di Rumah TerapiKudos Kindle Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Orangtua dalam Menangani Hambatan Komunikasi pada Anak Autis di Rumah TerapiKudos Kindle Medan Chapter III VI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan tentang variabel

yang akan diamati atau diukur melalui penelitian , yaitu perilaku orang tua dalam

menangani hambatan komunikasi pada anak autis.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat digambarkan seperti skema

berikut ini:

Skema 3.1. Kerangka Penelitian Perilaku Orangtua dalam Menangani

Hambatan Komunikasi pada Anak Autis Kognitif

Perilaku orang tua dalam menangani

hambatan komunikasi pada

anak autis

Afektif

Psikomotor

Baik

Cukup

Kurang

Positif

Negatif

Baik

Cukup

(2)

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

(3)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan perilaku orang tua dalam menangani hambatan

komunikasi pada anak autis di Rumah Terapi Kudos Kindle Medan.

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 4.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk diteliti (Sujarweni, 2014). Populasi dari penelitian ini adalah jumlah

keseluruhan orang tua yang memiliki anak autis di Rumah Terapi Kudos Kindle

Medan pada tahun 2017. Hasil survey awal yang telah dilakukan pada (8

Desember 2016), di dapat laporan tentang jumlah populasi anak autis yang

mengikuti terapi di Rumah Terapi Kudos Kindle Medan pada tahun 2016 adalah

sebanyak 32 anak.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Sampel dalam penelitian ini

adalah orang tua yang memiliki anak autis di Rumah Terapi Kudos Kindle Medan

yaitu berjumlah 32 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

teknik non probability sampling yaitusampling jenuh. Sampling jenuh yaitu teknik

(4)

dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil kurang dari 30 orang, atau penelitian

yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Terapi Kudos Kindle kota

Medan. Adapun Tempat Terapi ini dipilih peneliti karena memiliki pelayanan

terapi yang cukup memadai sehingga banyak anak berkebutuhan khusus termasuk

anak autis yang di didik di Kudos Kindle kota Medan, sehingga diperkirakan

lokasi ini memiliki jumlah sampel yang cukup untuk bisa dilakukan penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai Juli 2017 dan

pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2017.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti lulus uji etik dari komisi etik

penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU, dan kemudian mendapat

persetujuan dari Institusi Pendidikan yaitu program Sarjana Fakultas Keperawatan

USU serta izin pengumpulan data dari pemilik Kudos Kindle Medan.

Objek penelitian ini adalah manusia maka pertimbangan etik sangat

penting dilaksanakan. Peneliti akan menggunakan prinsip autonomy yaitu

responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek

atau tanpa ada sanksi apapun dan responden tidak mengalami kerugian, peneliti

harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta

bertanggung jawab jika sesuatu yang terjadi kepada responden.

Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk melanjutkan

(5)

adanya Informed concent (meminta kesediaan responden untuk menjadi

responden) , anonymity (tanpa nama) dan confidentiality (rahasia), lembar tersebut

hanya diberi nomor dan kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan

responden dijamin oleh peneliti dan data-data yang diperoleh dari responden

mutlak digunakan untuk keperluan penelitian tidak untuk keperluan yang lain.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari responden. Instrumen

dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu data demografi dan kuesioner

perilaku.

A. Data Demografi

Data demografi digunakan untuk menguraikan karakteristik responden.

Meliputi kode responden, jenis kelamin, usia, pendidikan orang tua dan

penghasilan orang tua perbulan.

B. Kuesioner Perilaku

Kuesioner perilaku orang tua yang disusun sendiri oleh peneliti

berdasarkan tinjauan pustaka menurut Bloom (1993 dalam Sunaryo, 2013).

Kuesioner perilaku dibagi menjadi 3 sesuai domain perilaku yaitu, kognitif,

afektif dan psikomotor.

a. Kuesioner Kognitif

Kuesioner kognitif dalam penelitian ini berisi tentang pengetahuan orang

tua tentang menangani hambatan komunikasi pada anak autis. Kuesioner ini

(6)

9) dan 3 pertanyaan negatif (nomor 2, 6, dan 10) . Pengukuran instrumen

berbentuk skala guttman dengan dua pilihan jawaban “benar” dan “salah”.Pada

pernyataan positif,jawaban “benar” diberi skor 1, “salah” diberi skor 0. Pada

pernyataan negatif,jawaban “benar” diberi skor 0, “salah” diberi skor 1.Penilaian

kognitif orang tua ini dikategorikan menjadi tiga yaitu baik, sedang dan kurang

dengan menggunakan rumus statistik sebagai berikut :

P = ����� �������� −����� ������� ℎ

������ �����

Maka apabila responden mendapat skor 8-10 dikategorikan baik, apabila

responden mendapat skor 4-7 dikategorikan cukup, dan apabila responden

mendapat skor 0-3 dikategorikan kurang.

b. Kuesinoer Afektif

Kuesioner afektif dalam penelitian ini berisi tentang bagaimana sikap

orang tua terhadap menangani hambatan komunikasi pada anak autis. Kuesioner

ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan 7 pertanyaan positif (nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8,

dan 9) dan 3 pertanyaan negatif (nomor 2, 6, dan 10). Pengukuran instrumen

berbentuk skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat

negatif. Pada pernyataan positif,jawaban “sangat setuju” diberi skor 4, “setuju”

diberi skor 3. “kurang setuju” diberi skor 2, dan “tidak setuju” diberi skor 1. Pada

pernyataan negatif, jawaban “sangat setuju” diberi skor 1, “setuju” diberi skor 2.

“kurang setuju” diberi skor 3, dan “tidak setuju” diberi skor 4. Penilaian Afektif

orang tua ini dikategorikan menjadi dua yaitu positif dan negatif dengan

(7)

P = ����� �������� −����� ������� ℎ

������ �����

Maka apabila responden mendapatkan skor 26-40 dikategorikan positif

dan apabila responden mendapatkan skor 10-25 dikategorikan negatif.

c. Kuesioner Psikomotor

Kuesioner psikomotor diberikan untuk mendapatkan informasi terkait

tindakan yang dilakukan orang tua dalam menangani hambatan komunikasi pada

anak autis. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan 7 pertanyaan positif

(nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, dan 9) dan 3 pertanyaan negatif (nomor 2, 6, dan 10).

Pengukuran instrumen berbentuk skala guttman dengan dua pilihan jawaban

“dilakukan” dan “tidak dilakukan”. Pada pernyataan positif,jawaban “dilakukan”

diberi skor 1, “tidak dilakukan” diberi skor 0. Pada pernyataan negatif,jawaban

“dilakukan” diberi skor 0, “tidak dilakukan” diberi skor 1. Penilaian psikomotor

orang tua ini dikategorikan menjadi tiga yaitu baik, sedang dan kurang dengan

menggunakan rumus statistik berikut :

P = ����� �������� −����� ������� ℎ

������ �����

Maka apabila responden mendapat skor 8-10 dikategorikan baik, apabila

responden mendapat skor 4-7 dikategorikan cukup, dan apabila responden

(8)

4.6 Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji Validitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen

dikatan valid apabila instrumen itu mampu mengukur sesuatu yang seharusnya

diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Sebuah instrumen dianggap valid jika

instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan

diukur (Setiadi, 2013). Menurut Siregar (2013) kuesioner dinyatakan valid apabila

nilai > 0,6 dengan menggunakan rumus CVI (Content Validity Index) .

Instrumen perilaku dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang perlu

dilakukan uji validitas. Uji validitas telah dilakukan dengan uji content validity

(validitas isi) oleh salah satu dosen ahli keperawatan jiwa Fakultas Keperawatan

USU yang dinyatakan valid dengan nilai CVI kuesioner kognitif adalah 0,835,

kuesioner afektif adalah 0,703, dan kuesioner psikomotor adalah 0,734.

Instrumen ini sudah dapat digunakan karena telah dilakukan perbaikan

kalimat pada beberapa pernyataan yaitu pada instrument kognitif nomor 1, 2, 3, 4,

dan 10. Pernyataan nomor 1 berubah dengan menghilangkan kata penanganan

diawal kalimat dan kata “dilakukan” menjadi “diatasi”. Pernyataan nomor 2 saya

merubah kata “dapat ditangani” menjadi “perlu diatasi”.. Pernyataan nomor 3 saya

menambahkan kalimat, “ yang bisa digunakan untuk membantu anak autis

berkomunikasi” di akhir kalimat. Pernyataan nomor 4, “saat anak autis bermain

dengan temannya dapat mempermudah anak autis dalam belajar berbicara dan

berkomunikasi’ diubah menjadi “dengan bermain anak autis dapat belajar

(9)

mata saat berbicara dengan anak autis tidak perlu dilakukan” diubah menjadi saat

berbicara dengan anak autis tidak perlu mempertahankan kontak mata.

Pada instrument afektif nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Pernyataan

nomor 1, 6, 8, dan 10, saya menambahkan kata “ orang tua” di awal kalimat.

Pernyataan nomor 2, saya menambahkan kata “orang tua tidak perlu” di awal

kalimat. Pernyataan nomor 3, saya menambahkan kata “orang tua mengajarkan”

di awal kalimat. Pernyataan nomor 4, “mengajak anak autis bermain dengan

teman-temannya” diubah menjadi “orang tua perlu mengajak anak autis bermain”.

Pernyataan nomor 5, “orang tua menggunakan kartu-kartu bergambar untuk

membantu anak autis mengungkapkan keinginan dan mengekspresikan diri”

diubah menjadi “orang tua mengajarkan anak autis mengungkapkan keinginannya

dan mengekspresikan dirinya dengan menggunakan kartu-kartu bergambar.

Pernyataan nomor 7, saya menambahkan kata “orang tua perlu” di awal kalimat.

Pernyataan nomor 9, “memberikan pujian atau hadiah saat anak menceritakan

sesuatu (seperti: menceritakan mainannya)” diubah menjadi “orang tua harusnya

memberikan pujian atau hadiah saat anak menceritakan sesuatu (seperti:

menceritakan mainannya) untuk meningkatkan motivasi anak berkomunikasi.

Pada instrument psikomotor nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Pernyataan nomor

1, saya menambahkan kata “untuk mengatasi hambatan komunikasi anak autis”.

Pernyataan nomor 2, “saya tidak berusaha menangani hambatan komunikasi pada

anak autis” diubah menjadi “saya tidak perlu melakukan apapun untuk menangani

hambatan komunikasi pada anak saya.”. Pernyataan nomor 3, “saya mengajarkan

(10)

ekspresi wajah” diubah menjadi “ saya mengajarkan anak autis berkomunikasi

dengan bahasa isyarat seperti menggunkana gerakan tangan, badan, dan ekspresi

wajah”. Pernyataan nomor 4, “saya mengajak anak autis bermain dengan

teman-temannya” diubah menjadi saya sering mengajak anak autis bermain”. Pernyataan

nomor 5, “saya mengajarkan anak autis menggunakan kartu-kartu bergambar

untuk membantu anak autis mengungkapkan keinginannya dan mengekpresikan

diri” diubah menjadi “saya mengajarkan anak autis mengungkapkan keinginannya

dan mengekspresikan dirinya dengan menggunakan kartu-kartu bergambar”.

Pernyataan nomor 6, “saya tidak mengajak anak autis berbicara dalam situasi

apapun” diubah menjadi “saya tidak pernah berbicara dengan anak saya dalam

situasi apapun.”.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan

oleh orang yang berbeda ataupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda (Setiadi,

2013). Uji reabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi

responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu

bentuk kuisioner. Uji reabilitas telah dilakukan pada 15 orangtua di UPT. SLB-E

Negeri Pembina Medan dengan karakteristik yang sama dengan kelompok sampel

yang diteliti. Uji reliabilitas kuesioner kognitif dilakukan dengan menggunakan

KR-21, kuesioner afektif dilakukan dengan menggunakan Cronbach’s Alpha, dan

kuesioner psikomotor dilakukan dengan menggunakan KR-21. Suatu instrumen

(11)

proses perhitungan menggunakan bantuan komputer diperoleh hasil uji reliabilitas

kuesioner kognitif adalah 0,78, uji reliabilitas kuesioner afektif adalah 0,78, dan

uji reliabilitas kuesioner psikomotor adalah 0,77. Instrumen perilaku adalah

reliabel.

4.7 Metode Pengumpulan Data

Prosedur pertama yang dilakukan untuk pengumpulan data yaitu

mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian mengirimkan permohonan

izin pengambilan data yang diperoleh dari fakultas ke tempat penelitian (Rumah

Terapi Kudos Kindle Medan). Setelah mendapat persetujuan dari Rumah Terapi

Kudos Kindle Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian dengan

menunggu di suatu ruangan, ketika orang tua datang mengantar ataupun

menjemput anaknya, peneliti mendatangi orang tua. Pertama peneliti

memperkenalkan diri terlebih dahulu lalu menjelaskan bahwa peneliti sedang

melakukan penelitian tentang perilaku orang tua dalam menangani hambatan

komunikasi pada anak autis dengan menjelaskan mengenai maksud, tujuan, dan

proses pengisian kuesioner dan meminta kesediaan orang tua untuk berpartisipasi

dalam proses penelitian. Kemudian peneliti meminta responden untuk

menandatangani informed consent sebagai bentuk persetujuan bersedia menjadi

responden dan peneliti memberi kuesioner kepada responden untuk diisi dengan

memberikan tanda checklist pada tabel kuesioner sesuai dengan jawaban

(12)

untuk bertanya kepada peneliti bila ada pernyataan yang tidak dipahami.

Selanjutnya data yang diperoleh akan dikumpulkan untuk di analisa.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data

melalui beberapa tahap, dimulai dengan editing untuk mengecek nama,

kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua

jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Coding yaitu memberi kode atau

angka tertentu untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa data.

Entry yaitu memasukkan secara komputerisasi dan dilakukan pengolahan data.

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi

untuk mengetahui frekuensi dan persentase data. Hasil analisa data demografi dan

(13)

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku

orangtua dalam menangani hambatan komunikasi pada anak autis di Rumah

Terapi Kudos Kindle Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 10

Mei sampai 29 Mei 2017 dengan jumlah responden sebanyak 32orang tua.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian meliputi karakteristik orangtua dan perilaku orangtua

dalam menangani hambatan komunikasi pada anak autis.

5.1.1 Karakteristik Orangtua yang Memiliki Anak Autis di Rumah Terapi

Kudos Kindle Medan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, didapatkan

karakteristik orangtua yang memiliki anak di Rumah Terapi Kudos Kindle

Medan berdasarkan jenis kelamin orangtua yaitu perempuan sebanyak 25

orang (78,1%). Orangtua berusia 36-45 tahun sebanyak 19 orang (59.4%).

Pendidikan ayah SMA S1 sebanyak 27 orang (84,4%). Pendidikan ibuS1

sebanyak 17 orang (53,1%). Berdasarkan penghasilan orangtua / bulan

(14)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Orangtua yang Memiliki Anak di Rumah Terapi Kudos Kindle Medan(n=32) Karakteristik Frekuensi(f) Persentase(%)

Jenis Kelamin

- Laki-laki 7 21.9

- Perempuan 25 78.1

Usia

- 26-35 tahun 12 37.5

- 36-45 tahun 19 59.4

- 46-55 tahun 1 3.1

Pendidikan Ayah

- SMA 2 6.2

- S1 27 84.4

- S2 3 9.4

Pendidikan Ibu

- SMA 15 46.9

- S1 17 53.1

Penghasilan Orang Tua/ Bulan

- < Rp.2,037.000 0 0

- > Rp.2.037.000 32 100

5.1.2 PerilakuOrangtuadalam menangani hambatan komunikasi pada anak autis

Perilaku Orangtua dalam menangani hambatan komunikasi pada anak

autis dalam penelitian ini dinilai berdasarkan kuesioner yang meliputi kognitif

(15)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh orangtua yang memiliki

kognitif yang baik tentang menangani hambatan komunikasi pada anak autis

sebanyak 30 orang (93,8%) dan orangtua yang mempunyai kognitif yang

cukup sebanyak 2 orang (6,2%).

Tabel 5.2 Kognitif orangtua dalam menangani hambatan komunikasi pada anak autis (n=32)

Karakteristik Frekuensi(f) Persentase(%)

Baik 30 93.8

Cukup 2 6.2

Kurang 0 0

5.1.2.2. Afektif orangtua dalam menangani hambatan komunikasi anak autis

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh orangtua yang memiliki afektif

yang positif tentang menangani hambatan komunikasi pada anak autis

sebanyak 32 orangtua (100%).

Tabel 5.3 Afektif orangtua dalam menangani hambatan komunikasi pada anak autis (n=32)

Karakteristik Frekuensi(f) Persentase(%)

Positif 32 100

(16)

5.1.2.3 Psikomotor orangtua dalam menangani hambatan komunikasi anak

autis

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh orangtua yang memiliki

psikomotor yang baik tentang menangani hambatan komunikasi pada anak

autis sebanyak 30 orang (93,8%) dan responden yang mempunyai psikomotor

yang cukup sebanyak 2 orang (6,2%).

Tabel 5.4 Psikomotor orangtua dalam menangani hambatan komunikasi pada anak autis (n=32)

Karakteristik Frekuensi(f) Persentase(%)

Baik 30 93.8

Cukup 2 6.2

Kurang 0 0

5.2 Pembahasan Perilaku Orangtua dalam Menangani Hambatan Komunikasi pada Anak Autis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan

untuk menjawab pertanyaan tentang perilaku orangtua dalam menangani

(17)

5.2.1 Kognitif Orangtua dalam Menangani Hambatan Komunikasi pada Anak

Autis

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kognitif orangtua dalam

menangani hambatan komunikasi pada anak autis sebanyak 30 orangtua (93,8%)

memiliki kognitif dalam kategori baik dan 2 orangtua (6,2%) memiliki kognitif

dalam kategori cukup. Penelitian ini menunjukan bahwa orangtua di rumah terapi

Kudos Kindle Medan memiliki kognitif dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan

Rumah Terapi Kudos Kindle mengadakan pertemuan dengan orangtua anak autis

untuk saling berbagi informasi dengan orangtua dalam hal menangani anak autis

dengan baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Lubis (2009) yang

menyatakan mayoritas orangtua yang memiliki anak autis berusaha mempelajari

kognitif yang dapat dipergunakan untuk menangani anak autis, orangtua berupaya

mencari informasi melaui teman dekat dan melalui internet. Erwin (2010)

menyatakan bahwa 40 dari 50 mayoritas keluarga mempunyai pengetahuan yang

baik dalam merawat anak autisme di rumah.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Imti (2015) di Taman

Pelatihan Harapan Kota Makassar didapat bahwa dari 95 orangtua didapatkan hasil

yang memiliki kognitif cukup sebanyak 74 ibu dan yang memiliki kognitif kurang

sebanyak 21 ibu. Perbedaan ini disebabkan karena peneliti sebelumnya

menggunakan kuesioner yang tidak hanya berisi tentang kognitif penanganan saja

(18)

bahwa pemahaman orangtua tentang pengertian anak autis mempengaruhi

bagaimana cara orangtua menangani anak autis.

Berdasarkan hasil pernyataan kuesioner penelitian kognitif menangani

hambatan komunikasi pada anak autis dalam hal hambatan komunikasi pada anak

autis dapat diatasi dengan menggunakan terapi menunjukan bahwa orangtua

menjawab benar sebanyak 32 orangtua (100%) dan orangtua yang menyatakan

hambatan komunikasi anak autis tidak perlu ditangani sebanyak 0 orangtua (0%),

yang berarti orangtua mengetahui perlu untuk menangani hambatan komunikasi

anak autis.

Orangtua menyatakan benar untuk memberikan pujian atau hadiah saat

anak menceritakan sesuatu dapat meningkatkan motivasi anak untuk

berkomunikasi sebanyak 24 orangtua (75%). Boham (2013) berpendapat bahwa

orangtua sebaiknya memberi apresiasi atas apa yang diceritakan anak autis

sehingga anak autis termotivasi untuk bercerita kembali lain kali. Orangtua harus

menghindari sikap mengabaikan atau berkomentar yang membuat anak autis

merasa enggan untuk berbicara. Apresiasi secara positif kemauan anak autis untuk

bercerita dan pancing dengan berbagai pertanyaan yang membuat anak bercerita

lebih banyak.

Orangtua menyatakan benar saat berbicara dengan anak autis tidak perlu

mempertahankan kontak mata hanya sebanyak 8 orangtua (25%) yang berarti

orangtua merasa penting mempertehankan kontak mata saat berbicara dengan

anak autis. Boham (2013) berpendapat bahwa dasar yang pertama dilakukan pada

(19)

lawan bicaranya. Kontak mata sangat penting dilakukan saat kita berkomunikasi

dengan seseorang. Kontak mata akan menciptakan kehangatan dan kedekatan

hubungan antara dua individu.

Kognitif sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, tingkat

pendidikan dan penghasilan. Semakin cukup usia maka seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja (Huclock 1998 dalam Wawan dan Dewi,2011).

Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, dimana sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga (Kholid, 2012). Hal ini sesuai

dengan hasil data karakteristik yang diperoleh untuk usia orangtua mayoritas

masih berusia yang berada pada rentang 26-35 tahun berjumlah 12 orangtua

(37,5%) dan 36-45 tahun berjumlah 19 orangtua (59,4%).

Dilihat dari tingkat pendidikan, pendidikan adalah suatu proses belajar

untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian seseorang didalam

maupun diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada

akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika

seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat

perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai

yang baru diperkenalkan (Mubarak, 2011). Hal ini sesuai dengan hasil data yang

diperoleh yaitu ayah yang memiliki pendidikan terakhir S1 yaitu sebanyak 27 orang

(84,4%) dan Ibu yang memiliki pendidikan terakhir S1 yaitu sebanyak 17 orang

(20)

Dilihat dari tingkat penghasilan keluarga, semakin tinggi tingkat

pendapatan maka semakin tinggi keinginan untuk dapat memperoleh informasi

melalui berbagai media. Orangtua perlu mempersiapkan tenaga, pikiran dan

biaya untuk dapat memberikan penanganan yang terbaik dan sesuai dengan

kondisi anak autis (Rachmah, 2016). Hal ini sesuai dengan hasil data

karakteristik yang diperoleh yaitu mayoritas orangtua memiliki penghasilan

>Rp.2.037.000 yaitu sebanyak 32 orangtua (100%).

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa orangtua yang

memiliki anak autis di Rumah Terapi Kudos Kindle Medan yang menjadi responden

memiliki kognitif baik dengan presentase 93,8% berjumlah 30 orang. Kognitif yang

baik ini disebabkan karena orangtua mengetahui terapi dan cara yang tepat dalam

menangani hambatan komunikasi pada anak autis, yang ditujukan dengan orangtua

menjawab sebanyak 8-10 pernyataan dengan benar.

5.2.2 Afektif Orangtua dalam Menangani Hambatan Komunikasi pada Anak

Autis

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa afektif orangtua dalam

menangani hambatan komunikasi pada anak autis sebanyak 32 orangtua (100%)

mempunyai afektif positif.Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Lubis

(2009) yang menyatakan mayoritas orangtua yang memiliki anak autis memiliki

afektif yang realistis dan objektif yang baik sehingga orangtua mampu memberikan

penanganan terhadap anak autis. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Imti (2015) di Taman Pelatihan Harapan Kota Makassar didapat bahwa dari 95

(21)

memiliki afektif kurang sebanyak 26 ibu. Perbedaan ini disebabkan karena peneliti

sebelumnya menggunakan kuesioner yang tidak hanya berisi tentang kognitif

penanganan saja tetapi juga tentang kognitif pengertian anak autis. Peneliti

sebelumnya berpendapat bahwa pemahaman orangtua tentang pengertian anak autis

mempengaruhi bagaimana cara orangtua menangani anak autis.

Berdasarkan hasil pernyataan kuesioner penelitian afektif menangani

hambatan komunikasi pada anak autis dalam hal orangtua memasukan anak autis

ke tempat terapi anak autis sebanyak 26 orangtua (81,2%) menyatakan sangat

setuju dan 6 orangtua (18,8%) menyatakan setuju. Orangtua yang menyatakan

orangtua tidak perlu menangani hambatan komunikasi pada anak autis sebanyak

31 orangtua (96,9%) menyatakan tidak setuju dan 1 orangtua menyatakan kurang

setuju (3,1%), yang berarti orangtua setuju perlu untuk menangani hambatan

komunikasi anak autis.

Orangtua yang menyatakan orangtua harusnya memberikan pujian atau

hadiah saat anak menceritakan sesuatu dapat meningkatkan motivasi anak untuk

berkomunikasi sebanyak 16 orangtua (50%) menyatakan sangat setuju dan 9

orangtua menyatakan setuju (28,1%). Orangtua yang menyatakan orang tidak

perlu mempertahakan kontak mata saat berbicara dengan anak autis sebanyak 17

orangtua (53,1%) menyatakan tidak setuju dan 6 orangtua (18,8%) menyatakan

kurang setuju yang berarti orangtua setuju perlu untuk mempertahakan kontak

mata saat berbicara dengan anak autis. Pernyataan ini menunjukkan bahwa

orangtuamemiliki afektif yang baik dalam menangani hambatan komunikasi pada

(22)

Afektif adalah perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai,

minat, motivasi, dan sikap. Afektif memiliki 4 jenjang yaitu: menerima,

merespon, menghargai dan bertanggung jawab (Bloom, 1993 dalam Sunaryo,

2013).Salah seorang ahli psikologi sosial New Comb mengatakan bahwa afektif itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Afektif belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas

akan tetapi merupakan predisposisi tindak suatu prilaku, afektif itu masih merupakan

reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka,

afektif merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek-objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi afektif yaitu pengalaman pribadi,

pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa,

lembaga pendidikan dan lembaga agama dan pengaruh faktor emosional (Kristina,

2007). Hal ini sesuai dengan penelitian dimana afektif orangtua dalam menangani

hambatan komunikasi anak autis di Rumah Terapi Kudos Kindle Medan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain,

dan pendidikan, dimana sebagian pendidikan orang tua yang menjadi responden

dalam penelitian adalah S-1 sehingga memiliki pemahaman yang baik tentang

menangani hambatan komunikasi pada Anak autis.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa orangtua

yang memiliki anak autis di Rumah Terapi Kudos Kinlde Medan seluruhnya

(23)

tua tersebut dapat memiliki respon batin yang baik dalam menangani hambatan

komunikasi anak autis. Afektif seseorang juga dapat berubah menjadi lebih baik

dikarenakan banyak pengalaman yang dimilikinya, sehingga seseorang tersebut

dapat menyikapi lebih baik kejadian yang sama dikemudian hari.

5.2.3Psikomotor Orangtua dalam Menangani Hambatan Komunikasi pada

Anak Autis

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa psikomotor orangtua

dalam menangani hambatan komunikasi pada anak autis sebanyak 30 orangtua

(93,8%) memiliki psikomotor dalam kategori baik dan 2 orangtua (6,2%)

memiliki psikomotor dalam kategori cukup. Hal ini berarti orang tua di rumah

terapi Kudos Kindle Medan memiliki psikomotor dalam kategori baik.. Hal ini

dikarenakan orangtua di Rumah Terapi Kudos Kindle menggunakan buku

komunikasi yang diisi oleh guru pendamping mengenai apa saja kegiatan anak autis

seharian di tempat terapi , apa saja yang terjadi, dan apa yang perludipelajari oleh

orangtua di rumah. Buku Komunikasi ini diisi oleh guru pendamping setiap terapi

dan dibawa pulang oleh anak untuk dibaca dan dilakukan oleh orangtua di rumah.

Berdasarkan hasil pernyataan kuesioner penelitian psikomotor orangtua

menangani hambatan komunikasi pada anak autis dalam hal saya memasukan

anak autis ke tempat terapi anak autis sebanyak 32 orangtua (100%) menyatakan

melakukannya. Orangtua yang menyatakan saya tidak perlu melakukan apapaun

(24)

(96,9%) menyatakan tidak melakukannya, yang berarti orangtua melakukan

apapun untuk menangani hambatan komunikasi anak autis.

Orangtua yang menyatakan saya memberikan pujian atau hadiah saat anak

menceritakan sesuatu sebanyak 24 orangtua (75%) menyatakan melakukannya,

yang berarti orangtua menyadari dengan memberikan apresiasi dapat

meningkatkan motivasi anak autis untuk bercerita kembali. Orangtua yang

menyatakan saya tidak mempertahakan kontak mata saat berbicara dengan anak

autis sebanyak 5 orangtua (53,1%) menyatakan melakukannya, yang berarti

orangtua mempertahakan kontak mata saat berbicara dengan anak autis karena

menyadari pentingnya mempertahankan kontak mata saat berbicara dengan anak

autis yang akanmenciptakan kehangatan dan kedekatan hubungan antara dua

individu. Pernyataan ini menunjukkan bahwa orangtuamemiliki psikomotor yang

baik dalam menangani hambatan komunikasi pada anak autis.

Dilihat dari tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka

lebih cenderung untuk bertindak lebih baik karena mereka memiliki pengalaman

dan wawasan yang lebih luas.Dalam penelitian ini mayoritas pengahasilan

responden >Rp.2.037.000. Hal ini menunjukkan dari penghasilan yang besar

banyak responden yang dapat memfasilitasi pendidikan dan kesehatan anak autis

terkhusus untuk menangani hambatan komunikasinya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa ranah

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk psikomotor

(25)

baik karena orangtua mayoritas memiliki kognitif yang baik dan afektif yang

positif dalam menangani hambatan komunikasi anak autis.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa orang tua

yang memiliki anak autis di Rumah Terapi Kudos Kinlde Medan seluruhnya

memiliki psikomotor yang baik yang artinya seluruh orangtua berusaha

menangani hambatan komunikasi Anak Autis di Kudos Kindle Medan

seperti, memasukan anak autis ke rumah terapi, mengajarkan anak autis

bernyanyi dan menyebutkan nama benda serta tetap mempertahankan kontak

mata saat berkomunikasi dengan anak autis.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini yaitu instrumen pengumpulan data dibuat

sendiri oleh peneliti dan baru pertama kali digunakan sehingga belum sempurna

serta adanya kemungkinan data dari hasil penelitian ini tidak menggambarkan

jawaban yang sebenarnya dari pendapat responden, karena bisa terdapat

kemungkinan tidak semua responden menjawab jujur sesuai apa yang dirasakan

dengan pernyataan-pernyataan yang ada pada kuesioner. Keterbatasan lainnya

yaitu, penelitian ini tidak melakukan wawancara secara lebih mendalam terhadap

responden, karena penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yang pilihan

(26)

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan

saran mengenai perilaku orangtua dalam menangani hambatan komunikasi pada

anak autis di Rumah Terapi Kudos Kindle Medan.

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kognitif, afektif dan

psikomotor orangtua dalam menangani hambatan komunikasi pada anak autis di

Rumah Terapi Kudos Kindle Medan. Penelitian ini menggunakan desain

deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 32 orangtua. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa mayoritas orangtua dalam penelitian ini memiliki kognitif

yang baik sebanyak 30 orangtua (93.8%), memiliki kognitif yang cukup

sebanyak 2 orangtua (6.2%), memiliki afektif yang positif sebanyak 32 orangtua

(100%), memiliki afektif yang negative sebanyak 0 orangtua (0%), memiliki

psikomotor yang baik sebanyak 30 orangtua (93.8%), dan memiliki

psikomotor yang cukup sebanyak 2 orangtua (6.2%).

6.2 Saran

6.2.1 Praktek Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perilaku orangtua dalam

menangani hambatan komunikasi pada anak autis adalah baik, oleh karena itu

(27)

sertanya di masyarakat dalam memberikan informasi berupa penyuluhan kepada

orangtua maupun keluarga mengenai faktor dan kegiatan yang mendukung anak

autis untuk bisa berkomuniksi dengan baik dan memberikan motivasi kepada anak

dan keluarga sehingga keluarga dapat memberikan pendidikan dan terapi untuk

anak autis.

6.2.2 Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi mahasiswa

keperawatan tentang pentingnya meningkatkan dan mempertahankan perilaku

orangtua dalam menangani hambatan komuniksi pada anak autis, serta dalam

melakukan asuhan keperawatan dapat lebih optimal, komprehensif dan lebih peka

terhadap keadaan anak autis sehingga anak dapat berkomunikasi dengan baik.

6.2.3 Penelitian Keperawatan Selanjutnya

Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang

faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi pada anak autis

dengan jumlah sampel yang representatif, sehingga memudahkan bagi petugas

kesehatan untuk menumbuhkan dan mempertahankan kemampuan komunikasi

Gambar

Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Orangtua yang
Tabel 5.3 Afektif orangtua dalam menangani hambatan komunikasi
Tabel 5.4  Psikomotor orangtua dalam menangani hambatan komunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Mengapa dalam reaksi inti dan reaksi nuklir dalam pemanfatannya sebagai energi sering dihindarkan, mohon keterbatsan dari penggunaan reaksi inti tersebut dalam pengadaan energi

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3

Akhirnya pekembangan seperti itu, keris memang tidak banyak dibutuhkan dalam fungsi sehari-hari, namun karena sumbenya dalam masyarakat mengering dan juga dikumpulkan untuk

[r]

Blok nervus alveolaris inferior atau yang sering juga disebut dengan blok mandibula merupakan teknik anestesi lokal blok mandibula yang sering digunakan di kedokteran

General Policy Speech by Prime Minister Junichiro Koizumi to the 163'd Session of the

karena memiliki keragaman data yang besar dimana pasien – pasien pada kelompok berat badan tersebut mendapatkan dosis 50,60,80,90,100 mg (hampir setiap dosis. ada) dan

Sesaat sebelum intubasi pada kelompok A disemprotkan xylocain spray 10 % , 5 semprotan pada ETT mulai ujung distal sampai dengan kurang lebih 10 cm dari ujung ETT... dan 5