• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variasi Dosis Anestesi Lokal Lidokain 2% Dengan Adrenalin 1:100.000 Yang Diberikan Pada Pasien Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah Di Rumah Sakit USU Periode Februari - April 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Variasi Dosis Anestesi Lokal Lidokain 2% Dengan Adrenalin 1:100.000 Yang Diberikan Pada Pasien Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah Di Rumah Sakit USU Periode Februari - April 2017"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah

Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi sering mengalami gangguan erupsi, baik pada gigi anterior maupun posterior. Frekuensi gangguan erupsi terbanyak pada gigi molar ketiga baik di rahang atas maupun di rahang bawah diikuti gigi kaninus rahang atas. Gigi dengan gangguan letak salah benih akan menyebabkan kelainan pada erupsinya, baik berupa erupsi di luar lengkung yang benar atau bahkan terjadi impaksi.3 Gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi seluruhnya atau sebagian karena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau keduanya.2

Klasifikasi impaksi gigi molar ketiga menurut Pell & Gregory, yaitu:12 A. Berdasarkan ruang antara ramus dan sisi distal molar dua.

- Klas I : Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar dua untuk lebar mesio distal molar tiga.

- Klas II : Ruangan antara distal molar dua dan ramus lebih kecil daripada lebar mesio distal molar tiga.

- Klas III : Sebagian besar atau seluruh molar tiga terletak di dalam ramus.

B. Kedalaman gigi molar tiga terpendam di tulang rahang.

- Posisi A : Bagian tertinggi gigi terpendam terletak setinggi atau lebih tinggi daripada dataran oklusal gigi yang normal.

- Posisi B : Bagian tertinggi daripada gigi berada di bawah dataran oklusal tapi lebih tinggi daripada servikal gigi molar dua (gigi tetangga).

(2)

Klasifikasi menurut Winter, berdasarkan inklinasi gigi impaksi molar 3 bawah terhadap panjang aksis gigi molar 2.12

- Vertikal - Horizontal - Mesioangular - Distoangular - Bukoangular - Linguoangular.

Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyahan dan sering menyebabkan berbagai komplikasi, seperti resorpsi patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikular, perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat lemahnya rahang dan gigi anterior yang berdesakan akibat tekanan gigi impaksi ke anterior. Adanya komplikasi tersebut yang diakibatkan gigi impaksi dan letak gigi impaksi maka perlu dilakukan tindakan pencabutan sebagai tindakan pencegahan komplikasi.3

Pencabutan dianjurkan jika ditemukan akibat yang merusak atau kemungkinan terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigi benar-benar tidak berfungsi. Upaya mengeluarkan gigi impaksi terutama pada molar ketiga rahang bawah dilakukan dengan tindakan pembedahan yang disebut sebagai odontektomi. Odontektomi sebaiknya dilakukan pada saat pasien masih muda, yaitu pada usia 25-26 tahun sebagai tindakan profilaksis atau pencegahan terhadap terjadinya patologi.3 Indikasi odontektomi molar 3 bawah:13

- Posisi gigi yang abnormal

- Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya perikoronitis. - Pencegahan penyakit periodontal.

- Pencegahan resorpsi akar.

(3)

Kontraindikasi odontektomi molar 3 bawah, yaitu pasien kompromis medis. Pasien-pasien dengan kompromis medis juga menjadi hal penting yang perlu diperhatikan sebelum odontektomi karena apabila pasien memiliki riwayat medis, seperti gangguan fungsi kardiovaskular, gangguan pernapasan, gangguan pertahanan tubuh, atau memiliki kongenital koagulopati, maka operator sebaiknya mempertimbangkan untuk tidak melakukan tindakan pencabutan atau odontektomi gigi impaksi. Jadi, jika gigi impaksi tersebut bermasalah maka sebelum tindakan operator harus konsultasi medis terlebih dahulu kepada dokter yang merawatnya.13,14

Sebelum melakukan odontektomi terlebih dahulu melakukan anestesi lokal saraf yang mempersarafi gigi tersebut.4 Hal ini diperlukan dalam setiap pencabutan gigi permanen ataupun gigi susu agar pasien tidak merasakan sakit.6 Gigi geligi dapat dicabut di bawah anestesi lokal dan seorang dokter gigi (operator) harus dapat menilai indikasi dan kontraindikasi, jenis bahan anestesinya, teknik anestesi, serta dosisnya.

2.2 Definisi Anestesi Lokal

Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Anestesi adalah pembiusan yang berasal dari bahasa Yunani, an = “tidak atau tanpa” dan aestheos = “persepsi, kemampuan untuk merasa”, secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.15

Anestesi lokal adalah sebagai obat penghilang nyeri yang berbeda dengan obat penghilang nyeri yang lainnya. Perbedaannya adalah jika obat lain harus memasuki pembuluh darah dan mencapai kadar yang cukup guna memberikan efek terapi (mencapai efek terapeutik), sedangkan anestesi lokal, jika sampai memasuki pembuluh darah maka akan terabsorpsi ke dalam pembuluh darah sehingga efek terapeutiknya justru akan hilang dan berpotensi menimbulkan keracunan.16

(4)

paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya. Paralisis saraf oleh anestesi lokal bersifat reversibel tanpa merusak serabut atau sel saraf.17,18

2.3 Fisiologi Konduksi Saraf

Pada proses konduksi saraf menurut teori elektrofisiologi, sel saraf berada pada cairan tubuh dan sebagian besar pada kation ekstraseluler adalah natrium. Sebagian kation pada intraseluler adalah kalium. Pada saat istirahat, rasio ion kalium di dalam sel saraf dibandingkan di luar sel saraf sekitar 30:1. Berdasarkan rasio ini, potensi pada membran sel saraf adalah -50 sampai -70 milivolt. Ini disebut sebagai membran potensial istirahat (resting level). Sebagai hasil dari distribusi ion, bagian luar membran sel saraf memiliki muatan positif dan pada bagian dalam membran sel saraf bermuatan negatif.9

Membran sel saraf memiliki struktur berpori dengan ion kalium berperan sebagai gerbang dalam pori-pori tersebut. Pada membran potensial istirahat gerbang ditutup, ion natrium dan kalium tidak dapat melewati gerbang tersebut. Ketika terjadi eksitasi saraf dan potensial ambang tercapai, ion kalium akan digantikan dari pori-pori ini, gerbang akan terbuka dan ion natrium segera masuk ke dalam sel saraf mengubah potensial transmembran. Bagian dalam membran sel saraf akan menjadi relatif positif perubahan polaritas mencapai firing threshold (antara -50 sampai -60 mV). Perubahan polaritas ini disebut sebagai depolarisasi dan peningkatan aksi potensial terbentuk yang disebarkan di sepanjang membran sel saraf.9

(5)

saraf dan kalium secara aktif ditransportasi ke dalam sel untuk mengembalikan konsentrasi ion.9

Pasien dianggap mempunyai ambang batas rasa sakit yang tinggi bila ia hanya memberikan sedikit atau tidak bereaksi terhadap stimulus sakit, sedangkan pasien dianggap mempunyai ambang batas rasa sakit rendah bila ia cenderung memberi reaksi berlebihan terhadap stimulus yang sama atau yang lebih kecil.19

2.4 Mekanisme Kerja Anestesi Lokal

Anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel, efeknya pada aksoplasma hanya sedikit saja.17 Peredaan nyeri oleh anestesi lokal adalah berkat kemampuannya mencegah proses transduksi dan transmisi impuls saraf. Ini dicapai dengan jalan menghambat proses depolarisasi membran, mengenai bagaimana suatu anestesi lokal dapat menghambat depolarisasi membran dan konduksi saraf terdapat beberapa teori. Salah satu teori, yaitu teori spesifik reseptor mengemukakan bahwa semua anestesi lokal yang digunakan secara klinik bekerja menghambat konduksi saraf dengan jalan menghambat masuknya ion Na+ (ion sodium) ke dalam kanal natrium yang berada di dalam membran sel.16

(6)

rasio depolarisasi sehingga terjadi kegagalan dalam mencapai potensial ambang batas (threshold) dan mengakibatkan kegagalan dalam potensial aksi. Keadaan ini mengakibatkan terhambatnya pengiriman impuls sehingga sensasi seperti rasa sakit dapat dihilangkan atau terjadi pati rasa.17

Anestesi lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi K+ dan Na+ dalam keadaan istirahat sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada potensial istirahat. Potensi berbagai zat anestesi lokal sejajar dengan kemampuannya untuk meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolekular. Anestesi lokal meninggikan tegangan permukaan lapisan lipid pada membran sel saraf, dengan demikian dapat menutup pori dalam membran sehingga menghambat gerak ion melalui membran. Hal ini menyebabkan penurunan permeabilitas membran dalam keadaan istirahat sehingga akan membatasi peningkatan permeabilitas Na+. Dapat dikatakan bahwa cara kerja utama obat anestesi lokal ialah bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na+, sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut dan hal ini akan mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran.9,17,20

2.5 Anatomi Persarafan pada Mandibula

Bahan anestesi lokal bekerja dengan menghambat pengiriman impuls ke saraf. Di bidang kedokteran gigi dikenal beberapa saraf yang penting, salah satunya adalah saraf trigeminus. Saraf trigeminus merupakan salah satu saraf yang memiliki serat sensorik dan juga serat motorik. Saraf trigeminus terbagi atas tiga divisi, yaitu saraf oftalmikus, saraf maksilaris dan saraf mandibularis.21,22

(7)

(sensorik), saraf alveolaris inferior (campuran sensorik dan motorik) dan saraf lingualis (sensorik). Saraf aurikulotemporalis mempersarafi kulit temporalis, sendi temporomandibula, bagian anterior dari meatus auditorius eksterna serta membran timpani dan bagian atas aurikulus. Saraf lingualis merupakan saraf sensorik yang menginervasi gingival bagian lingual dan bagian 2/3 anterior lidah, termasuk persepsi terhadap sensasi maupun sensasi terhadap pengecapan. Saraf alveolaris inferior merupakan cabang terbesar dari divisi saraf mandibula. Saraf ini mempunyai cabang-cabang kecil seperti nervus milohioid serta pada bagian ujungnya adalah nervus insisivusdan nervus mentalis.16,21,22,23

Gambar 1. Saraf mandibula16

2.6 Klasifikasi Bahan Anestesi Lokal

(8)

Malamed mengklasifikasikan anestesi lokal ini atas golongan quinolin, ester, dan amida. Anestesi golongan quinolin, yaitu Sentribukridin. Anestesi golongan ester, terbagi 2, yaitu:9

A. Ester Benzoic acid 1. Butakain

2. Kokain 3. Tetrakain 4. Benzokain 5. Heksilkain

B. Ester para-aminobenzoic acid 1. Prokain

2. Propoksikain 3. Kloroprokain.

Anestesi golongan amida, terdiri dari:9 1. Lidokain

2. Mepivakain 3. Prilokain 4. Bupivakain 5. Etidokain 6. Ropivakain 7. Artikain.

2.7 Penambahan Vasokonstriktor

(9)

Vasokonstriktor sangat penting ditambahkan ke larutan anestesi lokal karena berfungsi sebagai berikut:9

a. Dengan menyempitkan pembuluh darah, vasokonstriktor menurunkan perfusi darah ke daerah kerja.

b. Absorpsi anestesi lokal ke sistem kardiovaskular berjalan lambat sehingga kadar anestesi lokal dalam aliran darah menurun.

c. Karena kadar anestesi lokal dalam aliran darah menurun, mengakibatkan terjadinya penurunan resiko toksisitas dari anestesi lokal.

d. Semakin panjang durasi kerja yang didapatkan dan mengurangi pendarahan. Durasi anestesi lokal tanpa vasokonstriktor berbeda dengan anestesi lokal yang diberi vasokonstriktor. Hemostatik selama tindakan biasanya sangat bermanfaat saat melakukan tindakan bedah di dalam rongga mulut. Infiltrasi anestesi lokal yang mengandung epinefrin (adrenalin) dapat mengurangi kehilangan darah selama tindakan bedah. Jenis bahan vasokonstriktor terdiri atas epinefrin (adrenalin), norepinefrin, levonordefrin, fenilefrin, felipressin.9,16,22,24

Besaran vasokonstriktor di dalam anestesi lokal biasanya dituliskan sebagai suatu rasio, misalnya 1:1000. Rasio 1:1000 berarti terdapat 1 gram (atau 1000 mg) vasokonstriktor di dalam 1000 ml larutan, dengan demikian suatu pengenceran 1:1000 mengandung 1000 mg di dalam 1000 ml larutan atau 1,0 mg/ml. Biasanya yang digunakan di kedokteran gigi adalah 1:80.000 (0,0125 mg/ml), 1:100.000 (0,01 mg/ml), 1:200.000 (0,005 mg/ml). Pengenceran 1:100.000 misalnya dijumpai pada artikain, prilokain, lidokain, etidokain dan bupivakain. Epinefrin (adrenalin) adalah vasokonstriktor yang paling poten dan paling banyak digunakan dalam kedokteran gigi.16

2.8 Lidokain

(10)

atau Octacaine. Mulai diperkenalkan oleh Nels Lofgren di tahun 1943 dan disetujui pemakaiannya oleh Food and Drug Administration (FDA), yaitu suatu badan pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat. Lidokain dengan cepat menjadi bahan anestesi standar yang merupakan pembanding bagi anestesi lokal lain. Lidokain ini tergolong cepat (2-3 menit), karena cenderung menyebar dengan baik ke seluruh jaringan.16

Lidokain adalah anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama, dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan prokain pada konsentrasi yang sebanding.17 Lidokain digunakan untuk anestesi topikal, infiltrasi, blok, spinal, epidural dan kaudal. Lidokain juga digunakan secara intravena untuk mengobati aritmia jantung selama pembedahan. Dalam kedokteran gigi, lidokain 2% digunakan untuk anestesi infiltrasi dan blok.16

2.8.1 Metabolisme Lidokain

Metabolisme obat anestesi lokal tidak sama, bergantung pada golongan kimianya, ester atau amida. Lidokain merupakan golongan amida. Anestesi lokal golongan amida dimetabolisme terutama di dalam hepar, yakni oleh sitokrom P450 dari sitokrom hati. Pada pasien dengan penyakit hepar yang parah, obat ini akan terakumulasi dan beresiko menimbulkan toksisitas sistemik.16

(11)

2.8.2 Ekskresi

Metabolit dan sisa yang tidak termetabolisme, baik dari golongan amida maupun ester akan diekskresikan terutama oleh ginjal. Sebagian kecil bahan anestesi diekskresikan dalam keadaan tidak mengalami perubahan.15 Lidokain pada manusia, 75% dari xilidid akan diekskresi bersama urin dalam bentuk metabolit akhir, 4 hidroksi-2-6 dimetil-anilin.17

2.8.3 Dosis Maksimum Lidokain

Dosis maksimum anestesi lokal dihitung berdasarkan miligram per unit berat badan yaitu miligram per kilogram (mg/kg) atau miligram per pon (mg/lb). Besaran anestetik lokal dalam suatu larutan (katrid) biasanya dinyatakan dalam persen dan nominalnya dalam miligram (mg) per mililiter (ml). Lidokain 2% berarti terdapat 2 gr lidokain di dalam 100 ml larutan atau 20 mg/ml. Jadi, di dalam katrid 2 ml lidokain 2% terdapat 40 mg lidokain.4,9 Dosis dewasa maksimum lidokain adalah 3 mg/kg, ekuivalen dengan sekitar 200 mg pada pasien dengan berat 70 kg.25,26 Menurut Malamed, dosis maksimum lidokain yang disarankan oleh FDA dengan atau tanpa epinefrin adalah 3,2 mg/lb atau 7,0 mg/kg berat badan untuk pasien dewasa, tidak melebihi dosis maksimum absolut yaitu 500 mg.9

2.9 Lidokain 2% dengan Adrenalin 1:100.000

(12)

Tabel 1. Rekomendasi dosis maksimum Lidokain 2% dengan Adrenalin 1:100.000.9

2.10 Faktor yang Mempengaruhi Variasi Dosis Anestesi Lokal a. Bahan anestesi lokal yang digunakan

Dosis pada setiap bahan anestesi lokal berbeda-beda, dimana tergantung pada persentase konsentrasi setiap bahan anestesi lokal tersebut.9

Tabel 2. Rekomendasi dosis bahan anestesi lokal berdasarkan Maximum Recommended Dosages (MRDs).10

Anestesi Lokal

Perhitungan Miligram Anestesi Lokal Per Ampul (1,8 ml/Ampul)

Persentase konsentrasi mg/mL x 1,8 mL= mg/ Ampul

Artikain 4 40 72

Bupivakain 0,5 5 9

Lidokain 2 20 36

Mepivakain 2 20 36

(13)

b. Berat badan

Berat badan adalah parameter untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi yang diukur secara numerik dalam satuan kilogram. Besarnya dosis bergantung kepada berat badan.6

Dosis maksimum anestesi lokal dihitung berdasarkan miligram per unit berat badan, yaitu miligram per kilogram (mg/kg) atau miligram per pon (mg/lb). Batas dosis yang maksimum setiap berat badan berbeda-beda, maka ada kemungkinan dosis yang diberikan dapat bervariasi pula. Dosis yang paling rendah harus diberikan untuk mendapatkan anestesi yang efektif. Dokter gigi bisa menambah dosis jika diperlukan tergantung toleransi tubuh pasien, tetapi tidak melebihi batas dosis yang maksimum berdasarkan berat badan pasien masing-masing.9 Jadi, besar penambahan dosis tetap tergantung pada toleransi tubuh pasien, tetapi total dosis anestesi lokal setiap pasien tergantung berdasarkan batas dosis yang maksimum dan tidak melebihi batas dosis yang maksimum pada berat badan masing-masing.

Untuk mencari besar dosis anestesi lokal dapat digunakan rumus kalkulasi perhitungan, sebagai berikut:27

Total dosis anestesi lokal yang diberikan dikatakan dapat bervariasi, dapat dilihat dari besar dosis yang maksimum pada setiap berat badan yang bervariasi pula seperti yang tertera pada tabel rekomendasi batas dosis yang maksimum pada setiap berat badan berdasarkan data dari Nottingham University Hospitals, sebagai berikut:

Dosis (mg) = Konsentrasi (mg/ml) x volume (ml)

(14)

Tabel 3. Rekomendasi batas dosis bahan anestesi lokal berdasarkan berat badan.26

Dosis yang diterima oleh pasien peminum alkohol semakin meningkat seiring dengan kategori perilaku dalam mengonsumsi alkohol. Semakin berat perilaku mengonsumsi alkohol maka semakin tinggi dosis yang diperlukan oleh pasien. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi jumlah alkohol yang dikonsumsi oleh pasien maka semakin toleran mereka terhadap efek dari anestesi, karena anestesi memiliki efek yang sama dengan alkohol, yaitu dapat menghambat penyebaran impuls atau rangsangan.10

d. Morfologi saraf

(15)

listrik membran. Peningkatan potensi listrik ini membuat impuls menyebar di sepanjang saraf. Pain fibres yang tipis lebih mudah untuk dianestesi karena tanpa dianestesi sifat saraf ini sudah kurang peka terhadap stimulus listrik dan lebih lambat dalam menghantarkan rangsangan. Jadi, seseorang yang memiliki pain fibres yang tipis membutuhkan dosis anestesi yang lebih sedikit dibandingkan seseorang yang memiliki pain fibres yang tebal. Pain fibres yang tebal lebih peka terhadap stimulus listrik dan lebih cepat menghantarkan rangsangan sehingga membutuhkan dosis anestesi yang lebih banyak untuk menghambat penghantaran rangsangan yang terjadi di jaringan tubuhnya.10

e. Kecemasan

Kecemasan berhubungan dengan persepsi. Persepsi merupakan proses seleksi, organisasi, interpretasi dan mendefinisikan sensasi yang diterima organ sensoris sesuai dengan kecemasan atau ketakutannya. Pasien yang cemas akan mendefinisikan sensasi yang diterima organ sensorisnya sesuai dengan kecemasan atau ketakutannya. Jadi, dosis anestesi lokal akan bertambah akibat pasien tidak dapat membedakan rasa sakit berdenyut dengan rasa sakit yang timbul akibat kecemasannya.10

2.11 Anestesi Lokal Blok Mandibula

Berdasarkan basis anatominya, anestesi lokal dapat dibedakan menjadi tiga yaitu anestesi topikal, anestesi infiltrasi dan anestesi regional atau sering disebut dengan anestesi blok. Anestesi blok juga dapat dibedakan menjadi anestesi blok pada maksila dan anestesi blok mandibula.9,21,23

(16)

blok alveolaris inferior mandibula dilakukan. Blok nervus insisivus merupakan salah satu pilihan pada anestesi lokal mandibula yang terbatas pada gigi anterior. Anestesi blok saraf insisivus memberikan anestesi pulpa pada sekitar gigi anterior, seperti insisivus dan kaninus sampai foramen mentalis.

Blok nervus mentalis bertujuan untuk menganestesi saraf mentalis dan ujung dari cabang saraf alveolaris inferior mandibula. Saraf mentalis terletak pada foramen mental yang berada di antara apikal premolar satu dan premolar dua. Daerah yang dianestesi oleh teknik ini adalah mukosa bukal bagian anterior, daerah foramen mental sekitar gigi premolar dua, midline dan kulit dari bibir bawah.9,21,23

Gambar 2. Ilustrasi mentale nerve block28

Long buccal nerve block atau sering disebut blok nervus bukalis dan buccinators nerve block menganestesi saraf bukalis yang merupakan cabang dari saraf mandibula bagian anterior. Daerah yang dianestesi adalah jaringan lunak dan periosteum bagian bukal sampai gigi molar mandibula. Anestesi ini sering digunakan pada perawatan yang melibatkan daerah gigi molar. Keuntungan dari teknik long buccal nerve block adalah mudah dilakukan dan tingkat keberhasilannya tinggi.9,21,23 Pada anestesi blok saraf alveolaris inferior terdapat tiga teknik yang sering digunakan, yaitu blok nervus alveolaris inferior metode Fischer, teknik Gow-Gates dan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block.29,30

(17)

berusia 16-50 tahun adalah teknik Gow-Gates sebesar 92,5%, sedangkan tingkat keberhasilan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block dan Classical IANB atau metode Fischer adalah 90% dan 72,5%. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa metode Classical IANB paling banyak menimbulkan rasa sakit selama penyuntikan sebesar 60%, sedangkan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block paling sedikit sebesar 25%. Onset of action yang paling singkat adalah Classical IANB metode Fischer yaitu 2,15 menit, sedangkan untuk duration of action yang paling lama adalah teknik Gow-Gatesselama 69,3 menit.29

2.11.1 Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer

Blok nervus alveolaris inferior atau yang sering juga disebut dengan blok mandibula merupakan teknik anestesi lokal blok mandibula yang sering digunakan di kedokteran gigi. Metode blok nervus alveolaris inferior dibagi menjadi dua metode yaitu direct dan indirect. Metode indirect sering juga disebut dengan metode Fischer atau fissure 1-2-3 technique dengan penambahan anestesi saraf bukal.19,29,30

Metode ini menganestesi saraf alveolaris inferior, saraf insisivus, saraf mentalis, dan saraf lingualis. Nervus bukalis juga bisa ditambahkan dalam beberapa prosedur yang melibatkan jaringan lunak di daerah posterior bukal. Daerah yang dianestesi dengan metode ini adalah gigi mandibula sampai ke midline, body of mandible, bagian inferior dari ramus, mukoperiosteum bukal, membran mukosa anterior sampai daerah gigi molar satu mandibula, 2/3 anterior lidah dan dasar dari kavitas oral, jaringan lunak bagian lingual dan periosteum, external oblique ridge dan internal oblique ridge.19,28-30

(18)

Gambar 3. Daerah yang dianestesi pada anestesi lokal blok mandibula metode Fischer9

2.11.2 Teknik Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer

Prosedur dalam melakukan teknik anestesi lokal ini, sebagai berikut:9 1. Pasien didudukkan dengan posisi semisupine atau setengah telentang.

2. Intruksikan pasien untuk membuka mulut selebar mungkin agar mendapatkan akses yang jelas ke mulut pasien. Posisi diatur sedemikian rupa agar ketika membuka mulut, oklusal dari mandibula pasien sejajar dengan lantai.

3. Posisi operator berada pada arah jam 8 dan menghadap pasien untuk rahang kanan mandibula, sedangkan untuk rahang kiri mandibula posisi operator berada pada arah jam 10 dan menghadap ke pasien.

(19)

4. Gunakan jarum dengan panjang 25 gauge.

5. Aplikasikan antiseptik di daerah trigonum retromolar.

6. Pertama dilakukan palpasi dengan jari telunjuk pada mukosa bukal gigi molar 3 kemudian palpasi margo anterior ramus asendens, kemudian jari telunjuk digeser ke arah lebih ke posterior untuk mendapatkan krista buksinatoris.

7. Jarum diinsersikan di atas kuku dan di belakang krista dari sisi rahang yang tidak dianestesi tepatnya dari gigi premolar dan jarum dengan bevel mengarah ke tulang sampai jarum kontak dengan tulang (Posisi I). Arah jarum hampir tegak lurus dengan tulang. Setelah kontak dengan tulang, maka berhenti kemudian spuit digeser ke arah mesial, teruskan ke belakang sehingga terasa longgar (di atas sulkus mandibula / coronoid notch)

8. Aspirasi dan bila negatif keluarkan cairan anestesi sebanyak 1 ml untuk menganestesi nervus alveolaris inferior.

9. Kemudian tarik spuit kira-kira 5 mm, sejajar dengan bidang oklusal, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan cairan anestesi sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi nervus lingualis (Posisi II).

Gambar 5. Posisi jarum di foramen mandibula9

(20)

tepat setelah melewati linea oblique interna, jarum digeser ke lateral ke daerah trigonum retromolar, aspirasi dan bila negatif keluarkan cairan anestesi sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi saraf bukal dan kemudian spuit ditarik keluar.9

(21)
(22)

2.13 Kerangka Konsep

1. Jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan pada pasien

2. Nilai variasi jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan pada pasien

3. Faktor yang mempengaruhi variasi dosis Anestesi Lokal Lidokain 2% dengan

Gambar

Gambar 1. Saraf mandibula16
Tabel 2.  Rekomendasi dosis bahan anestesi lokal berdasarkan Maximum Recommended Dosages (MRDs).10
Tabel 3.  Rekomendasi batas dosis bahan anestesi lokal berdasarkan berat badan.26
Gambar 2. Ilustrasi mentale nerve block28
+3

Referensi

Dokumen terkait

23 Sedangkan di tingkat teknis proses legislasi, muncul ruang politik yang lebih terbuka dengan dihilangkannya pembatasan partai politik dan perubahan sistem

Tidak heran apabila masyarakat Bali amat khawatir akan terjadinya bencana alam akibat dari dampak yang ditimbulkan reklamasi. Karena bencana sejatinya menunjukkan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Saputro (2012) dijelaskan bahwa densitas briket sangat dipengaruhi oleh tekanan kompaksi tetapi tidak berpengaruh

Penambahan NaOCl meningkatkan nilai bilangan Kappa dimana merupakan suatu bilangan yang menunjukkan tingkat keputihan kertas.Kertas daur ulang yang dihasilkan memiliki sifat

Radjagukguk, Erman, “ Pengelolaan Perusahaan Yang Baik (Good corporate governance) ”, ,. Diktat Mata Kuliah Hukum

Untuk memudahkan proses pengolahan limbah, perlu dipikirkan agar material berkemampuan fotokatalis tersebut dapat dilapiskan (coating) pada keramik, yang untuk

Pada penelitian tahun ke-III, telah dilakukan pengkajian efektifitas beberapa metode pelapisan material fotokatalis pada keramik, dan uji kinetika reaksi

dap anak yang lahir dari hasil perkawinan ijab qabul oleh putusan hakim melalui teori penaf- siran dan penemuan hukum.. Dimana dalam penelitian ini