• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pengamatan GPS Geodetik Sungai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Laporan Pengamatan GPS Geodetik Sungai"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I

JL. MR. A.A. Maramis Kairai Dua. Telp / Fax (0431) 81161 Manado

PENGUKURAN

GPS GEODETIK

PENYUSUNAN PENILAIAN KINERJA DAN AKNOP

SUNGAI DI KAB. MINAHASA, KAB. MINAHASA

(2)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman modern ini, teknologi dan ilmu pengetahuan merupakan hal

yang semakin berkembang. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal

yang dapat diperoleh melalui informasi, oleh sebab itu kebutuhan manusia

terhadap informasi semakin meningkat dari masa ke masa. Peningkatan kebutuhan

informasi menuntut adanya suatu sistem informasi yang terpadu memudahkan

manusia dalam memperoleh dan menafsirkannya. Jenis informasi yang

dibutuhkan sangat bervariasi misalkan informasi mengenai data dalam penelitian,

antropologis, data spasial dan sebagainya.

Dalam hal ini akan dikhususkan pembahasan mengenai informasi data

spasial. Informasi data spasial adalah salah satu contoh informasi yang memiliki

perananan sangat penting dalam kehidupan manusia. Data spasial adalah data

yang memiliki referensi ruang kebumian (

georeference

) dimana berbagai data

atribut terletak dalam berbagai unit spasial, informasi yang tercakup di dalamnya

adalah informasi mengenai posisi. Informasi data spasial ini biasanya dinyatakan

dalam bentuk peta. Dalam pengertian secara umum peta adalah gambaran

sebagian atau seluruh wilayah di permukaan bumi dengan berbagai

kenampakannya pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala

tertentu. Sedangkan dalam penyusunan informasi data spasial diperlukan beberapa

metode yang salah satunya adalah proses pengukuran.

Pengukuran

Global Positioning System

dapat diaplikasikan dalam bidang

survei dan pemetaan terutama untuk menentukan penentuan posisi titik di

permukaan bumi yang nantinya akan berguna dalam penyusunan informasi data

spasial.

Global Positioning System

atau GPS adalah suatu sistem navigasi yang

berbasis pada satelit yang tersusun pada suatu jaringan yang terletak pada garis

edar bumi yang dilakukan oleh Departmen Pertahanan Amerika Serikat (Abidin,

H.Z, 2007). Penentuan posisi dengan menggunakan GPS dapat memberikan

koordinat titik-titik kontrol horisontal maupun vertikal dalam satu pengukuran.

(3)

2

refrensi Konstruksi yang terikat secara pemetaan nasional.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan diadakannya pengukuran GPS Geodetik ini adalah:

1. Melakukan pengukuran GPS terhadap 8 lokasi BM yang tersebar di Kota

Bitung, Kabupaten Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, dan Minahasa

yang akan digunakan sebagai referensi konstruksi di kemudian hari.

2.

Melakukan pengolahan data dan menyajikan hasilnya dalam bentuk

koordinat yang telah terikat secara nasional dengan BM BIG (Badan

Informasi Geospasial).

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang didapatkan dari pengukuran GPS Geodetik ini

adalah:

1. Mendapatkan koordinat titik-titik BM dan CP dari pengolahan data

pengamatan.

2. Terdaftarnya posisi bangunan asset BWSS 1 kelak dengan kondisi telah

terikat secara nasional.

1.4 Lingkup Pekerjaan

Adapun lingkup pekerjaan GPS Geodetik dalam pekerjaan ini antara

lain:

1. Pengamatan titik-titik yang akan diukur menggunakan alat GPS Geodetik

(4)

3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.1.1 GPS

GPS (

Global Positioning System

) adalah sistem satelit navigasi dan

penentuan posisi yang dimiliki dan dikelolah oleh Amerika Serikat. Nama

formalnya adalah NAVSTAR GPS, kependekan dari “Navigation Satellite Timing

and Ranging Global Positioning System”. Sistem ini didesain untuk memberikan

posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu, secara

kontinyu tanpa tergantung waktu dan cuaca. GPS didesain untuk memberikan

informasi posisi, kecepatan, dan waktu. Mempunyai 3 segmen, yaitu segmen

satelit, segmen pengontrol, dan segmen penerima/pengguna (Abidin,H.Z, 2007)

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Segmen GPS

Pada dasarnya GPS terdiri atas tiga segmen utama dimana komponen

segmen tersebut dapat dilihat dalam Gambar 2.1, yaitu:

1. Segmen angkasa (

space segment

), terdiri dari satelit-satelit GPS serta

roket-roket Delta peluncur satelir dari Cape Canaveral di Florida, Amerika Serikat.

Satelit GPS dapat dianalogikan sebagai stasiun radio di angkasa, yang

dilengkapi dengan antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal

gelombang. Yang kemudian sinyal-sinyal tersebut diterima oleh

Receiver

GPS di/dekat permukaan Bumi, dan digunakan untuk menentukan informasi

posisi, kecepatan, waktu serta parameter-parameter turunan lainnya. Setiap

satelit GPS terdiri mempunyai dua sayap yang dilengkapi dengan sel-sel

pembangkit tenaga matahari (

solar panel

). Satelit juga mempunyai komponen

internal seperti jam atom dan pembangkit sinyal. Satelit GPS memiliki

komponen eksternal yaitu beberapa antena yang digunakan untuk menerima

(5)

2. Segmen sistem kontrol, berfungsi mengontrol dan memantau operasional

semua satelit GPS dan memastikan bahwa semua satelit berfungsi

sebagaimana mestinya. Secara spesifik tugas utama dari segmen sistem

kontrol GPS adalah:

-

Secara kontinyu memantau dan mengontrol sistem satelit

-

Menentukan dan menjaga waktu sistem GPS

-

Memprediksi ephemeris satelit serta karakteristik jam satelit

-

Secara periodik meremajakan (

update) navigation message

dari

setiap satelit

-

Melakukan manuver satelit agar tetp berada dalam orbitnya, atau

melakukan relokasi untuk menggantikan satelit yang tidak sehat,

seandainya diperlukan

Segmen kontrol juga berfungsi menentukan orbit dari seluruh satelit GPS

yang merupakan informasi vital untuk penentuan posisi dengan satelit.

3. Segmen pengguna, yang terdiri dari para pengguna satelit GPS, baik di darat,

laut, udara, maupun di angkasa. Dalam hal ini, alat penerima sinyal GPS

(GPS

receiver

) diperlukan untuk menerima dan memroses sinyal dari satelit

GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan, waktu maupun

parameter turunan lainnya. Komponen utama dari suatu receiver GPS secara

umum adalah: antena dengan

pre-amplifier

, pemroses sinyal, pemroses data

(solusi navigasi), osilator presisi, unit pengontrolan receiver dan pemrosesan

(

user and external communication

), catu daya, memori serta perekam data.

(6)

2.2.2 Sinyal GPS

Satelit GPS memancarkan sinyal-sinyal, pada pr

insipnya untuk ‘memberi

tahu’

pengamat sinyal tentang posisi satelit tersebut serta jarak dari pengamat

beserta informasi waktunya. Dengan mengamati satelit dalam jumlah yang cukup

menggunakan

receiver

GPS, pengamat dapat menentukan posisi, kecepatan,

waktu, maupun parameter-parameter turunan lainnya.

Pada dasarnya sinyal GPS dapat dibagi atas 3 komponen yaitu:

1. penginformasi jarak (kode) yang berupa kode-P(Y) dan kode-C/A,

2. penginformasi posisi satelit (

navigation message

), dan

3. gelombang pembawa (

carrier wave

) L1 dan L2

Kode-C/A merupakan rangkaian dari 1023 bilangan biner (

chips

) yang

berulang setiap milidetik (

msec

) dan hanya dimodulasikan pada gelombang

pembawa L1. Sedangkan kode-P merupakan rangkaian bilangan biner yang sangat

panjang, yaitu 2,3547 x 10

14

chips

, dan polanya tidak berulang sampai setelah 267

hari, serta dimodulasikan pada gelombang pembawa L1 dan L2. Pada saat ini

untuk mencegah terjadinya kemungkinan pengelabuan (

spoofing

) dari pihak

musuh,

pihak

militer

AS

yang

merupakan

pengelola

GPS,

telah

mentransformasikan kode-P menjadi kode-Y yang strukturnya hanya diketahui

oleh pihak militer AS dan pihak-pihak yang diizinkan saja.

Waktu yang diperlukan untuk ‘mengimpitkan’ kode yang diterima dari

satelit dan kode replika yang diformulasikan di dalam

receiver

(dt) adalah waktu

yang diperlukan oleh kode tersebut untuk menempuh jarak dari satelit ke

pengamat. Dengan mengalikan data dt dengan kecepatan cahaya maka jarak

antara pengamat dengan satelit dapat ditentukan.

Di samping berisi kode-kode, sinyal GPS juga berisi pesan navigasi

(

navigation message

) yang berisi informasi tentang koefisien koreksi jam satelit,

parameter orbit, almanak satelit, UTC, parameter koreksi ionosfer, serta informasi

spesial lainnya seperti status konstelasi dan kesehatan satelit. Salah satu informasi

yang terkandung dalam pesan navigasi GPS adalah ephemeris (orbit) satelit yang

biasa disebut

broadcast ephemeris

. Dalam

broadcast ephemeris

, informasi

tentang posisi satelit tidak diberikan langsung dalam koordinat, tetapi dalam

bentuk elemen-elemen keplerian dari orbit GPS yang dapat digunakan untuk

(7)

Selain

broadcast ephemeris

, pesan navigasi juga berisi almanak satelit

yang memberikan informasi tentang orbit nominal satelit. Almanak satelit sangat

berguna baik bagi

receiver

GPS dalam proses akuisasi awal data satelit maupun

bagi para pengguna dalam perencanaan waktu pengamatan yang optimal (Abidin,

H.Z, 2007).

2.2.2.1 Gelombang Pembawa

Ada dua gelombang pembawa yang digunakan yaitu L1 dan L2. Dalam hal

ini, gelombang L1 membawa kode-kode P (Y) dan C/A beserta pesan navigasi,

sedangkan gelombang L2 membawa kode P (Y) dan pesan navigasi. Agar

gelombang pembawa dapat ‘membawa’ data kode dan pesan navigasi, maka data

tersebut harus ditumpangkan ke gelombang pembawa.

Proses pemodulasian sinyal GPS melalui dua tahap yaitu

binary-to binary

modification of codes

dan tahap

binary biphase modulation

. Pada tahap pertama,

navigation message

ditumpangkan ke kode-P(Y) dan kode C/A. Sedangkan pada

tahap kedua, masing-

masing kode yang telah ‘membawa’

navigation message

ditumpangkan ke gelombang pembawa L1 dan L2 (Abidin, H.Z, 2007).

2.2.2.2 Perjalanan Sinyal GPS

Dalam perjalanannya dari satelit ke pengamat di permukaan bumi, sinyal

GPS harus melalui medium-medium ionosfer dan troposfer, dimana dalam kedua

lapisan tersebut sinyal GPS akan mengalami refraksi dan sintilasi (

scintillation

) di

dalamnya, serta pelemahan (

atmospheric attenuation

) dalam lapisan troposfer. Di

samping itu, sinyal GPS juga dapat dipantulkan oleh benda-benda di sekitar

pengamat sehingga dapat menyebabkan terjadinya

multipath

, yaitu fenomena

dimana sinyal GPS yang diterima oleh antena adalah resultan dari sinyal langsung

dan sinyal pantulan. Kesalahan dan bias tersebut akan menyebabkan kesalahan

pada jarak ukuran dengan GPS, sehingga harus

diperhitungkan dalam

pemrosesan.

2.2.3 Metoda dan Prinsip Pengukuran GPS

Konsep dasar pada penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi

(8)

simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui (Abidin, H.Z,

2007). Pada pelaksanaan pengukuran penentuan posisi dengan GPS, pada

dasarnya ada dua jenis/tipe alat penerima sinyal satelit (

receiver

) GPS yang dapat

digunakan, yaitu :

1. Tipe Navigasi digunakan untuk penentuan posisi yang tidak menuntut ketelitian

tinggi.

2. Tipe Geodetik digunakan untuk penentuan posisi yang menuntut ketelitian

tinggi.

Posisi yang diberikan oleh

GPS

adalah posisi 3 dimensi (x,y,z atau

,

,h) yang

dinyatakan dalam datum WGS (

World Geodetic System

) 1984, sedangkan tinggi

yang diperoleh adalah tinggi ellipsoid.

Pada pengukuran GPS masing-masing memiliki empat parameter yang

harus ditentukan yaitu 3 parameter koordinat x, y, z atau L, B, h dan satu

parameter kesalahan waktu akibat ketidak sinkronan jam osilator di satelit dengan

jam di

receiver

GPS. Oleh karena itu, diperlukan minimal pengukuran jarak ke

empat satelit. Metode penentuan posisi dengan GPS pertama-tama dibagi dua,

yaitu metode absolut, dan metode diferensial. Masing-masing metode dapat

dilakukan dengan cara

real time

dan atau

post-processing

. Apabila obyek yang

ditentukan posisinya diam, maka metodenya disebut statik. Sebaliknya, apabila

obyek yang ditentukan posisinya bergerak, maka metodenya disebut kinematik.

Selanjutnya, metode yang lebih detail antara lain metode-metode seperti SPP,

DGPS, RTK, Survei GPS,

Rapid

Statik,

Pseudo

Kinematik,

stop and go

serta

beberapa metode lainnya.

Metode absolut atau juga dikenal sebagai point positioning, menentukan

posisi hanya berdasarkan pada 1 pesawat penerima (

receiver

) saja.

Keteleitian posisi dalam beberapa meter (tidak berketelitian tinggi) dan

umumnya hanya diperuntukan bagi keperluan navigasi.

Metode relatif atau sering disebut

differential positioning

, menentukan

posisi dengan menggunakan lebih dari sebuah

receiver

. Satu GPS

dipasang pada lokasi tertentu dimuka bumi dan secara terus menerus

menerima sinyal dari satelit dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai

(9)

tinggi (umumnya kurang dari 1 meter) dan diaplikasikan untuk keperluan

survei geodesi ataupun pemetaan yang memerlukan ketelitian tinggi

Berikut ini dalam Tabel 2.1 adalah beberapa metode penentuan posisi dengan

menggunakan GPS :

Tabel 2.1

Metoda Penentuan Posisi Menggunakan GPS

(Abidin, H.Z, 2007)

Metode

Absolute

(1 receiver)

Differensial

(min 2 receiver)

Titik

Receiver

Static

Diam

Diam

Kinematik

Bergerak

Bergerak

Rapid static

Diam

Diam (singkat)

Pseudeo

kinematik

Diam

Diam & bergerak

Stop and go

Diam

Diam & bergerak

2.2.3.1 Metode Penentuan Posisi Statik

Pada prinsipnya survey GPS bertumpu pada metode-metode penentuan

posisi statik secara diferensial dengan menggunakan data fase. Penentuan posisi

relatif atau metode differensial adalah menentukan posisi suatu titik relatif

terhadap titik lain yang telah diketahui koordinatnya. Pengukuran dilakukan

secara bersamaan pada dua titik dalam selang waktu tertentu. Selanjutnya, data

hasil pengamatan diproses dan dihitung sehingga akan didapat perbedaan

koordinat kartesian 3 dimensi (dx, dy, dz) atau disebut juga dengan

baseline

antar

titik yang diukur.

Dalam hal ini pengamatan satelit GPS umumnya dilakukan

baseline

per

baseline

selama selang waktu tertentu (beberapa puluh menit hingga beberapa jam

tergantung tingkat ketelitian yang diinginkan) dalam suatu kerangka titik-titik

yang akan ditentukan posisinya. Secara umum metode ini dapat dilihat pada

gambar 2.2. Karakteristik umum dari metode penentuan posisi ini adalah sebagai

(10)

Memerlukan minimal dua

receiver

, satu ditempatkan pada titik yang telah

diketahui koordinatnya.

Posisi titik ditentukan relatif terhadap titik yang diketahui.

Konsep dasar adalah

differencing process

, dapat mengeliminir atau

mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias.

Bisa menggunakan data

pseudorange

atau fase.

Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat mm sampai dengan

dm.

Aplikasi utama: survei pemetaan, survei penegasan batas, survei geodesi

dan navigasi dengan ketelitian tinggi.

Pada survei GPS, pemrosesan data GPS untuk menentukan koordinat dari

titik-titik dalam kerangka umumnya akan mencakup tiga tahapan utama, yaitu :

Pengolahan data dari setiap

baseline

dalam kerangka

Perataan jaringan yang melibatkan semua

baseline

untuk menentukan

koordinat dari titik-titik dalam kerangka

Transformasi koordinat titik-titik tersebut dari datum WGS 84 ke datum

yang dibutuhkan pengguna

2.2.3.2 Metode Penentuan Posisi Kinematik

Penentuan posisi secara kinematik adalah penentuan posisi dari titik-titik

yang bergerak dan receiver GPS tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan

untuk berhenti pada titik-titik tersebut. Penentuan posisi kinematik ini dapat

dilakukan secara absolut ataupun diferensial dengan menggunakan data

pseudorange

dan/atau fase. Hasil penentuan posisi bisa diperlukan saat

pengamatan atau sesudah pengamatan.

Berdasarkan pada jenis data yang digunakan serta metode penentuan

posisi yang digunakan, ketelitian posisi kinematik yang diberikan oleh GPS dapat

berkisar dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Dari segi aplikasinya metode

kinematik GPS akan bermanfaat untuk navigasi, pemantauan,

guidance

,

fotogrametri,

airbone gravimetry

, survei hidrografi, dll. Secara umum metode ini

dapat dilihat di gambar 2.2. Terdapat beberapa karakteristik dari metode

(11)

Metode ini harus berbasiskan penentuan posisi diferensial yang

menggunakan data fase

Problem utamanya adalah penentuan ambiguitas fase secara

on-the-fly

,

yaitu penentuan ambiguitas fase pada saat

receiver

sedang bergerak dalam

waktu sesingkat mungkin.

Penentuan ambiguitas secara

on-the-fly

akan meningkatkan ketelitian,

keandalan, fleksibilitas dari penentuan posisi kinematik.

Saat ini dikenal beberapa teknik penentuan ambiguitas fase

Hasil penentuan posisi bisa diperlukan saat pengamatan ataupun sesudah

pengamatan

Untuk moda real time, diperlukan komunikasi data antara stasiun referensi

dengan

receiver

yang bergerak.

Gambar 2.2

Posisi Satelit GPS Statik dan Kinematik

(Abidin, H.Z.2007)

2.2.3.3 Metode Penentuan Posisi Rapid Statik

Metode penentuan posisi dengan survei static singkat

(rapid static)

pada dasarnya adalah survei statik dengan waktu pengamatan yang lebih singkat,

yaitu 5-20 menit. Prosedur operasional lapangan pada survei statik singkat adalah

sama seperti pada survei statik, hanya selang waktu pengamatannya yang lebih

singkat. Oleh sebab itu disamping memerlukan perangkat lunak yang handal dan

canggih, metode statik singkat juga memerlukan geometri pengamatan yang baik,

(12)

pengamatan yang relatif tidak menimbulkan multipath. Secara umum gambaran

metode ini dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3

Rapid Static

Terdapat beberapa hal yang perlu di catat yaitu :

a. Survei statik singkat mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi,

karena waktu pengamatan satu sesi relatif singkat

b. Metode survei statik singkat memerlukan

receiver

GPS serta piranti lunak

pemrosesan data yang lebih canggih dan lebih modern

c. Metode survei statik singkat relatif kurang fleksibel dalam hal spesifikasi

pengamatan

d. Metode survei statik singkat relatif lebih rentan terhadap efek kesalahan dan

bias

2.2.4 Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS

Pada sistem GPS terdapat beberapa kesalahan komponen sistem yang akan

mempengaruhi ketelitian hasil posisi yang diperoleh. Kesalahan-kesalahan

tersebut contohnya kesalahan orbit satelit, kesalahan jam satelit, kesalahan jam

receiver, kesalahan pusat fase antena, dan

multipath

. Hal hal lain yang

mempengaruhi kesalahan sistem seperti efek

imaging

, dan

noise

. Kesalahan ini

dapat dieliminir dengan menggunakan teknik

differencing

data (Abidin, H.Z,

(13)

Ketelitian posisi yang didapat dari pengamatan

GPS

secara umum

bergantung pada 4 faktor:

a. Ketelitian data

tipe data yang digunakan

kualitas

receiver GPS

level dari kesalahan dan bias

b. Geometri satelit

jumlah satelit

lokasi dan distribusi satelit

lama pengamatan

c. Metode penentuan posisi

absolute

dan

differensial positioning

static, rapid static, pseudo-kinematic, stop and go, kinematic

one and multi monitor station

d. Strategi pemrosesan data

real-time

dan

post processing

strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias

metode estimasi yang digunakan

pemrosesan baseline dan perataan jaring

kontrol kualitas

2.2.5. Kesalahan dan Bias

Kesalahan dan bias GPS pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi

(Abidin, H.Z, 2007):

a. Kesalahan

ephemeris

(orbit), yaitu kesalahan dimana orbit satelit yang

dilaporkan oleh ephemeris satelit tidak sama dengan orbit satelit yang

sebenarnya. Kesalahan ini akan mempengaruhi ketelitian dari

koordinat titik-titik. Kesalahan orbit satelit GPS pada dasarnya

disebabkan oleh kekurang telitian pada proses perhitungan orbit satelit,

kesalahan dalam prediksi orbit untuk periode waktu setelah

uploading

(14)

b. Bias Ionosfer. Jumlah elektron dan ion bebas pada lapisan ionosfer

tergantung pada besarnya intensitas radiasi matahari serta densitas gas

pada lapisan tersebut. Bias ionosfer akan mempengaruhi kecepatan,

arah, polarisasi, dan kekuatan sinyal GPS. Ionosfer akan

memperlambat

pseudorange

(ukuran jarak menjadi lebih panjang) dan

mempercepat fase (ukuran jarak menjadi lebih pendek).

c. Bias Troposfer. Lapisan troposfer merupakan atmosfer netral yang

berbatasan dengan permukaan Bumi dimana temperatur menurun

dengan membesarnya ketinggian. Lapisan ini memiliki ketebalan 9-16

km. Disini sinyal GPS akan mengalami refraksi, yang menyebabkan

perubahan pada kecepatan dan arah sinyal GPS. Efek utama dari

troposfer sangat berpengaruh pada kecepatan, atau dengan kata lain

terhadap hasil ukuran jarak. Pada lapisan ini

pseudorange

dan fase

diperlambat. Dan besar magnitude bias troposfer pada kedua data

pengamatan tersebut adalah sama.

d.

Multipath

, yaitu fenomena dimana sinyal dari satelit tiba di antena

GPS melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda. Hal ini disebabkan

karena sinyal dipantulkan oleh benda-benda disekitar antena sebelum

tiba di antena. Benda-benda tersebut dapat berupa jalan raya, gedung,

danau, dan kendaraan. Perbedaan panjang lintasan menyebabkan

sinyal-sinyal tersebut berinteferensi ketika tiba di antena yang pada

akhirnya menyebabkan kesalahan pada hasil pengamatan. Dan

mempengaruhi hasil ukuran

pseudorange

maupun

carrier phase.

e. Ambiguitas Fase (

Cycle Ambiguity)

, yaitu jumlah gelombang penuh

yang tidak terukur oleh receiver GPS. Sepanjang

receiver

GPS

mengamati sinyal secara kontinyu (tidak terjadi

cycle slip

), maka

ambiguitas fase akan selalu sama harganya untuk setiap epok.

f.

Cycle Slips

, adalah ketidak-kontinyuan dalam jumlah gelombang

penuh dari fase gelombang pembawa yang diamati, karena receiver

yang disebabkan oleh satu dan lain hal ‘terputus’

g.

Selective Availability,

adalah metode yang pernah diaplikasian untuk

(15)

pihak militer Amerika Serikat, sebagai pemilik dan pengelola GPS,

secara sengaja dengan menerapkan kesalahan-kesalahan berikut, yaitu:

-

Kesalahan waktu satelit (

dithering technique

atau SA-

),

memanipulasi frekuensi dari jam satelit

-

Kesalahan ephemeris satelit (

epsilon technique

atau SA-

),

memanipulasi data ephemeris dalam pesan navigasi yang

dikirimkan satelit

h.

Anti spoofing

, suatu kebijakan dari DoD Amerika Serikat, dimana

kode-P dari sinyal GPS diubah menjadi kode-Y

i.

Kesalahan Jam, kesalahan jam

receiver

dan jam satelit. Kesalahan dari

salah satu jam, apakah itu dalam bentuk offset waktu, offset frekuensi,

ataupun

frequecy drift

akan langsung mempengaruhi ukuran jarak, baik

pseudorange

maupun jarak fase. Ketelitian ukuran jarak

pseudorange

yang diperoleh akan sangat tergantung pada ketelitian dari dt

Kesalahan Jam Satelit

Kesalahan Jam

Receiver

,

receiver

GPS umumnya dilengkapi

dangen jam (osilator) kristal quartz. Komponen kesalahan pada

ukuran jarak ke satelit yang disebabkan oleh kesalahan jam

receiver akan lebih besar daripada yang disebabkan oleh kesalahan

jam satelit.

j.

Pergerakan dari Pusat Fase Antena, pusat fase antena adalah pusat

radiasi yang sebenarnya, dan dalam konteks GPS merupakan titik

referensi yang sebenarnya digunakan dalam pengukuran sinyal secara

elektronis. Karena sumber radiasi yang ideal tersebut sulit

direalisasikan pada antena GPS, maka pusat fase antena GPS

umumnya akan berubah-ubah tergantung pada elevasi dan azimuth

satelit serta intensitas sinyal dan lokasinya akan berbeda untuk sinyal

L1 dan L2

.

k. Imaging

, yaitu fenomena yang melibatkan suatu benda konduktif

(konduktor) yang berada dekat dengan antena GPS, seperti reflektor

berukuran besar maupun

groundplane

dari antena itu sendiri.

Fenomena ini seolah-olah menjadi antena tersendiri yang dapat dilihat

(16)

2.2.6 Geometrik Jaring

Sebatas tahap perhitungan baseline, bentuk jaring titik-titik GPS bukanlah

suatu isu yang krusial dibandingkan dengan ukuran jaringan. Panjang baseline

lebih berpengaruh dibandingkan letak dan orientasinya. Untuk keperluan

penentuan

cycle ambigugity

, panjang baseline dalam suatu jaring GPS sebaiknya

bervariasi secara gradual dari pendek ke panjang (

bootstraping method

). Tetapi

dari segi untuk menjaga tingkat serta konsistensi ketelitian titik-titik tersebut

sebaiknya terdistribusi secara merata dan teratur. Karakteristik baseline sendiri

terdiri dari dua jenis metoda, yaitu metoda radial dan jaring seperti pada gambnar

2.4 dan gambar 2.5.

Gambar 2.4

Metoda Radial

Gambar 2.5

Metoda Jaring

(Abidin et al.,2002 dalam Abidin,H.Z, 2007)

2.2.6.1. Metoda Radial

Adapun karakteristik dari metoda radial ini adalah sebagai berikut :

Geometri untuk penentuan posisi relatif lebih lemah.

Ketelitian posisi yang diperoleh relatif akan lebih rendah.

Waktu pengumpulan dan pengolahan data relatif akan lebih cepat.

Jumlah

receiver

dan/atau sesi pengamatan yang diperlukan relatif

lebih sedikit.

Biaya untuk logistik, transportasi, dan akomodasi relatif akan lebih

murah.

(17)

2.2.6.2.

Metoda Jaring

Adapun karakteristik metoda jaring ini adalah sebagai berikut :

Geometri untuk penentuan posisi relatif lebih kuat

Ketelitian posisi yang diperoleh relative akan lebih tinggi.

waktu pengumpulan dan pengolahan data relatif akan lebih lambat.

Jumlah

receiver

dan/atau sesi pengamatan yang diperlukan relative

lebih banyak.

Biaya untuk logistik, transportasi, dan akomodasi relatif akan lebih

mahal.

Kontrol kualitas relatif lebih baik.

2.2.7 Receiver GPS

Receiver GPS untuk penentuan posisi dibedakan menjadi 3 tipe yaitu :

GPS Geodetic

GPS Geodetic pada gambar 2.6 memiliki sistem penerima (

receivers

)

dual frekuensi yaitu mampu menangkap dua signal L1 dan L2

bersamaan. GPS tersebut umumnya digunakan untuk keperluan survei

dengan tingkat akurasi sangat tinggi dan tingkat kesalahan dibawah

centimeter, misalnya kegiatan survei : kontruksi, jalan bebas

hambatan, pengeboran, dan lain sebaginya. Tipe ini adalah tipe paling

canggih, paling mahal, dan jiuga memberikan data yang paling presisi

(Hasyim, Abdul Wahid.2009).

(18)

GPS

Mapping

GPS

Mapping

memiliki frekuensi tunggal (

single

frekuensi) yang

berfungsi menerima dan mengumpulkan data-data spasial untuk

kemudian dituangkan dalam kegiatan GIS/SIG (sitem informasi

geografis). Tingkat ketelitian GPS ini termasuk mediuum (menengah)

dengan kesalahan dibawah meter hingga beberapa meter (<10m).

Perangkat ini biasa digunakan untuk kegiatan pemetaan (Hasyim,

Abdul Wahid.2009). Receiver pemetaan ini memberikan data

pseudorange (kode C/A), data pada receiver tipe pemetaan direkam

dan kemudian dipindah atau didownload ke komputer untuk diproses

lebih lanjut.

GPS Navigasi

GPS Navigasi biasa digunakan oleh sipil. Perangkat ini memiliki

kemampuan lebih rendah dari GPS

Mapping

karena keterbatasan pada

track log

maupun penyimpanan

waypoint

dan bahkan fasilitas kompas

ataupun altimeter tidak ditemui (Hasyim, Abdul Wahid.2009).

Umumnya tipe ini digunakan untuk penentuan posisi

absolute

secara

instan yang tidak menuntut ketelitian terlalu tinggi.

2.2.8 Jaringan Ina-CORS

Di Indonesia, sistem koreksi diferensial sudah dimudahkan dengan adanya

sistem InaCORS yang merupakan kepanjangan dari Indonesia

Continously

Operating Refference System

. Sistem ini merupakan rangkaian jejaring

base

station

yang merupakan referensi pengukuran bidang di permukaan bumi.

Data

yang dihasilkan dapat diakses oleh siapapun yang membawa receiver GPS dengan

spesifikasi tertentu. GNSS-CORS melayani klien yang melakukan pengukuran

GNSS (GPS, GLONASS) dengan metode deferensial (data kode) dan RTK (data

fase). Untuk dapat mengakses GNSS-CORS, receiver klien harus dilengkapi

dengan sambungan internet untuk maksud komunikasi data dari stasiun

GNSS-CORS ke receiver klien. Dalam hal ini data GNSS-GNSS-CORS tersedia melalui web

dalam format RINEX (Receiver Independent Exchange) maupun streaming

NTRIP (Networked Tranport RTCM via Internet Protocol). NTRIP adalah sebuah

(19)

melalui internet. RTCM sendiri adalah kependekan dari Radio Technical

Commission for Maritime Services, yang merupakan komite khusus yang

menentukan standard radio navigasi dan radio komunikasi maritim internasional.

Data format RINEX disediakan untuk pengolahan data secara

post-processing

Adapun institusi yang menginisiasi dan mengoperasionalkan sistem ini

adalah Badan Informasi Geospasial.

Gambar 2.7

Jaringan Ina-CORS

Data layanan CORS meliputi data dalam format RINEX dan streaming

NTRIP.

Data RINEX diperjualbelikan untuk kemudian diolah dengan

menggunakan software komersial maupun scientific. Pemrosesan dapat dilakukan

dengan mendiferensialkan data RINEX dari CORS dengan data RINEX hasil

pengukuran. Koreksi data GPS dalam format RTCM ini digunakan untuk

(20)

19

ANALISA DATA GPS GEODETIK

3.1

Lokasi Pengukuran

Pengukuran titik GPS dilakukan untuk mengetahui koordinat 8 BM sungai

yang terletak 4 wilayah Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Minahasa, Minahasa

Utara, Minahasa Tenggara, dan Kota Bitung. Daftar titik BM sungai yang dilakukan

pengamatan GPS Geodetik disebutkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Lokasi Pengukuran GPS Geodetik Jaringan Air Tanah

No.

Nama Sungai

Lokasi

1

S. Girian

Girian, Kota Bitung

2

S. Likupang

Likupang, Minahasa Utara

3

S. Mokupa Dua

Mokupa, Minahasa

4

S. Paniki

Tanawangko, Minahasa

5

S. Ranowelang

Kakas, Minahasa

6

S. Panasen

Kakas, Minahasa

7

S. Makalu

Makalu, Minahasa Tenggara

8

S. Wowosan

Belang, Minahasa Tenggara

Sebelum melakukan pengukuran dengan GPS Geodetik dilakukan

pengambilan data koordinat terlebih dahulu dengan koordinat pendekatan sehingga

bisa diketahui gambaran kasar lokasi pengukuran. Pengamatan atau pengambilan data

dilakukan dengan menggunakan GPS Geodetik secara

baseline

dan diikat dengan BM

milik Badan Informasi Geospasial (BIG) atau yang dulu sering dikenal sebagai

Bakosurtanal sehingga data yang dihasilkan memiliki referensi Nasional. BM yang

digunakan mengacu pada data Ina-CORS BIG di Kota Bitung, Sulawesi Utara, dan

Ternate, Maluku. Pada pengamatan ini, BM milik BIG yang digunakan sebagai

base

sebanyak 2 titik yaitu BM CBIT (terletak di Maesa, Bitung) dan BM CTER (terletak

(21)

3.1.1 Data Pengamatan Referensi

Jaringan Ina-CORS CBIT

Gambar 3.1

Titik Ina-Cors CBIT

Adapun Deskripsi Titik adalah :

Kode titik

: CBIT

Lokasi

: Bitung, Maesa, Sulawesi Utara

Tipe

receiver

: LEICA GR10

Tipe antena

: TPSCR.G3 LEIS

Cuaca

:

-Lintang

: 1° 26

35.254876

N

Bujur

: 125° 11

12.312640

E

Tinggi

: 78.320 m

Zona

: 51 N

Datum Horizontal

: SRGI 2013

Jaringan Ina-CORS CTER

Adapun Deskripsi Titik adalah :

Kode titik

: CTER

Lokasi

: Ternate, Maluku

Tipe

receiver

: LEICA GR10

Tipe antena

: TPSCR.G3 LEIS

(22)

-Lintang

: 0° 47’ 16.418939” N

Bujur

: 127° 22’ 58.064413” E

Tinggi

: 101.320 m

Zona

: 51 N

Datum Horizontal

: SRGI 2013

3.1.2 Data Pengamatan

a. Pengukuran BM Sungai Likupang

Gambar 3.2

Pengamatan GPS Geodetik BM Sungai Likupang

Lokasi

: Likupang, Minahasa Utara

Tipe

receiver

: Trimble R4

Cuaca

: Cerah

Tanggal Pengamatan : 29 – 05- 2017

Waktu Pengamatan

: 12.05 s/d 13.25 WITA

Tinggi alat

: 1,375 m

b. Pengukuran BM Sungai Girian

Lokasi

: Girian, Kota Bitung

Tipe

receiver

: Trimble R4

Cuaca

: Cerah

Tanggal Pengamatan : 29 – 05- 2017

Waktu Pengamatan

: 12.11 s/d 13.11 WITA

(23)

Gambar 3.3

Pengamatan GPS Geodetik BM Sungai Girian

c. Pengukuran BM Sungai Mokupa Dua

Lokasi

: Mokupa Dua, Kabupaten Minahasa

Tipe

receiver

: Trimble R4

Cuaca

: Mendung

Tanggal Pengamatan : 29 – 05- 2017

Waktu Pengamatan

: 17.20 s/d 13.11 WITA

Tinggi alat

: 1,345 m

Gambar 3.4

Pengamatan GPS Geodetik BM Sungai Mokupa Dua

d. Pengukuran BM Sungai Paniki

Lokasi

: Paniki, Tanawangko, Kabupaten Minahasa

Tipe

receiver

: Trimble R4

Cuaca

: Mendung

Tanggal Pengamatan : 29 – 05- 2017

(24)

Tinggi alat

: 1,372 m

Gambar 3.5

Pengamatan GPS Geodetik BM Sungai Paniki

e. Pengukuran BM Sungai Wowosan

Lokasi

: Wowosan, Kecamatan Belang, Minahasa Tenggara

Tipe

receiver

: Trimble R4

Cuaca

: Cerah

Tanggal Pengamatan : 30 – 05- 2017

Waktu Pengamatan

: 08.59 s/d 10.34 WITA

Tinggi alat

: 1,377 m

Gambar 3.6

Pengamatan GPS Geodetik BM Sungai Wowosan

f. Pengukuran BM Sungai Makalu

Lokasi

: Makalu, Kabupaten Minahasa Tenggara

Tipe

receiver

: Trimble R4

Cuaca

: Cerah

(25)

Waktu Pengamatan

: 09.03 s/d 10.33 WITA

Tinggi alat

: 1,245 m

Gambar 3.7

Pengamatan GPS Geodetik BM Sungai Makalu

g. Pengukuran BM Sungai Ranowelang

Lokasi

: Ranowelang, Kakas, Kabupaten Minahasa

Tipe

receiver

: Trimble R4

Cuaca

: Cerah

Tanggal Pengamatan : 30 – 05- 2017

Waktu Pengamatan

: 12.34 s/d 13.50 WITA

Tinggi alat

: 1,218 m

Gambar 3.8

Pengamatan GPS Geodetik BM Sungai Ranowelang

h. Pengukuran BM Sungai Panasen

Lokasi

: Panasen, Kakas, Kabupaten Minahasa

Tipe

receiver

: Trimble R4

(26)

Tanggal Pengamatan : 30 – 05- 2017

Waktu Pengamatan

: 12.45 s/d 13.45 WITA

Tinggi alat

: 1,313 m

Gambar 3.9

Pengamatan GPS Geodetik BM Sungai Panasen

i.

Hasil pengolahan

Post Processing

Pengukuran GPS Geodetik Minahasa

Proses pengolahan data pengukuran GPS menggukan secara

differensial

menggunakan metode

static

dengan membentuk jaring segitiga (Baseline).

Pengolahan data menggunakan Data

RINEX

hasil pengamatan GPS pada waktu

yang sama. Adapaun bentuk

baseline

pengukuran GPS statik yang diikatkan pada

titik CBIT (Bitung) dan CTER (Ternate) sebagai referensi pengukuran. Titik

Pengamatan yang diolah di Kabupaten Minahasa adalah BM Sungai Panasen,

Ranowelang, Mokupa Dua, dan Paniki.

a.

b.

Gambar 3.10

Baseline

Pengamatan GPS Geodetik di Minahasa (a. Baseline

Pengamatan Panasen dan Ranowelang; b. Baseline Pengamatan Mokupa Dua dan

(27)

Baseline

yang terbentuk dapat dilihat dibawah ini pada gambar 3.11 di atas,

dan tabel 3.2 adalah parameter pengapatan antar

baseline. Sedangkan hasil proses

pengolahan

baseline

menjadi koordinat dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.2

Parameter pengamatan GPS

GPS Observations

Name dN (m) dE (m) dHt (m)

Horz RMS (m)

Vert RMS (m)

CBIT-CTER 72283.004 -244815.27 -23 0.01 0.018

CBIT-S. Paniki 5270.457 56103.706 0.995 0.008 0.013 CBIT-S. Mokupa 2831.417 52699.137 -4.266 0.003 0.020

CTER-S. Paniki -67012.547 300918.980 23.995 0.010 0.017 CTER-S. Mokupa -69451.587 297514.411 18.734 0.007 0.014 CBIT-S. Ranowelang 29253.384 33669.542 -682.377 0.007 0.012

CBIT-S. Panasen 28636.594 34818.318 -685.097 0.005 0.011 CTER-S. Ranowelang -43029.62 278484.82 -659.377 0.009 0.017 CTER-S. Panasen -43646.41 279633.59 -662.097 0.01 0.019

Setelah didapatkan parameter pengukuran GPS seperti diatas, dilakukan

perataan perhitungan untuk mengetahui koordinat BM tersebut. Koordinat yang

didapatkan disajikan pada tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3

Hasil perhitungan koordinat UTM 51 N

Points

Name Northing (m) Easting (m) Elevation (m) Code

CBIT

159626.141

743313.65

78.32

CTER

87343.137

988128.93

101.32

Mokupa Dua

156794.724

690614.515

82.586

Paniki

154355.684

687209.946

77.325

(28)

j.

Hasil pengolahan

Post Processing

Pengukuran GPS Geodetik Kota

Bitung dan Minahasa Tenggara

Pada proses ini, data yang diolah adalah BM Sungai Girian, Sungai Wowosan,

dan Sungai Makalu.

Baseline

yang terbentuk pada pengukuran GPS statik yang

diikatkan pada titik CBIT (Bitung) dan CTER (Ternate) seperti pada gambar 3.12

dibawah ini. Tabel 3.4 adalah parameter pengapatan antar

baseline.

Gambar 3.11

Baseline

Pengamatan GPS Geodetik di Kota Bitung dan

Minahasa Tenggara

Tabel 3.4

Parameter pengamatan GPS

GPS Observations

Name dN (m) dE (m) dHt

(m)

Horz RMS (m)

Vert RMS (m)

CBIT-CTER 72283 -244815 -23 0.01 0.018

CBIT-S. Girian

201.709

7402.431

-3.726

0.001

0.002

CBIT-S. Wowosan

55761.98

44688.32

2.288

0.006

0.009

CBIT-S. Makalu

50596.88

35558.06

-2.871

0.003

0.007

CTER-S. Girian

-72081.3

252217.7

19.274

0.006

0.01

CTER-S. Wowosan

-16521

289503.6

25.288

0.009

0.017

CTER-S. Makalu

-21686.1

280373.3

20.129

0.009

0.016

Dengan didapatkan parameter pengukuran diatas, maka dilakukan perataan

perhitungan, sehingga didapatkan data koordinat seperti tabel 3.5 dibawah ini.

(29)

Tabel 3.5

Hasil perhitungan koordinat UTM 51 N

Points

Name Northing

(m) Easting (m)

Elevation

(m) Code

CBIT

159626.141

743313.65

78.32

CTER

87343.137

988128.93

101.32

S. Girian

159424.432

735911.221

82.046

S. Makalu

109029.259

707755.588

81.191

S. Wowosan

103864.158

698625.335

76.032

k. Hasil Pengolahan

Post Processing

Pengukuran GPS Geodetik Kabupaten

Minahasa Utara

Hasil pengukuran GPS statik BM Sungai Likupang diikatkan pada titik CBIT

(Bitung) dan CTER (Ternate) sebagai referensi pengukuran.

Baseline

yang

terbentuk antara ketiga titik tersebut dapat dilihat dibawah ini pada gambar 3.13.

Parameter pengamatan antar

baseline

ditampilkan pada tabel 3.6

Gambar 3.12

Baseline

Pengamatan GPS Geodetik di Minahasa Utara

Tabel 3.6

Parameter pengamatan GPS

GPS Observations

Name dN (m) dE (m) dHt

(m)

Horz RMS (m)

Vert RMS (m)

CBIT-CTER

72283.004

-244815.274 -23 0.01 0.018

CBIT-S. Likupang

-23702.914 13901.449 -3.184 0.001 0.002

CTER-S. Likupang

(30)

Tahap berikutnya adalah perataan perhitungan untuk mendapatkan data

koordinat seperti pada table 3.8 dibawah ini.

Tabel 3.7

Hasil perhitungan koordinat UTM 51 N

Points

Name Northing

(m) Easting (m)

Elevation

(m) Code

CBIT

159626.141

743313.65

78.32

(31)

30

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Pengamatan GPS menggunakan

Receiver

GPS Geodetic

Metode

Differencial Static

dilakukan terhadap 8 BM Sungai. Metode yang

digunakan adalah metode

baseline

dengan referensi pengukuran berupa

titik jaringan Ina-CORS BIG kode CBIT (Bitung) dan CTER (Ternate).

2. Setelah dilakukan pengukuran, didapatkan koordinat yang tercantum pada

tabel berikut (Tabel koordinat lengkap terlampir).

Tabel 4.1

Hasil Koordinat Grid UTM Zona 51 N

No.

Nama Sungai

Lokasi

Koordinat

N

E

H

1

S. Girian

Girian, Kota

Bitung

159424.432 735911.221

82.046

2

S. Likupang

Likupang,

Minahasa Utara

183329.055 729412.203

81.504

3

S. Mokupa Dua

Mokupa,

Minahasa

156794.724 690614.515

82.586

4

S. Paniki

Tanawangko,

Minahasa

154355.684 687209.946

77.325

5

S. Ranowelang

Kakas, Minahasa

130372.757 709644.110

760.697

6

S. Panasen

Kakas, Minahasa

130989.547 708495.334

763.417

7

S. Makalu

Makalu, Minahasa

Tenggara

109029.259 707755.588

81.191

8

S. Wowosan

Belang, Minahasa

Tenggara

103864.158 698625.335

76.032

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah:

1. Titik yang akan diukur sebaiknya terletak pada daerah yang lapang, tidak

terhalang oleh bangunan dan pohon yang tinggi dan kondisi medan yang

relatif stabil (tidak ada halangan yang menutup sinyal GPS)

(32)

No.

Nama BM

(Sungai)

Lokasi

Koordinat

N

E

H

Lintang

Bujur

1

S. Girian

Girian, Kota

Bitung

159424.432 735911.221

82.046 1°26'28.91790"N

125°07'12.91581"E

2

S. Likupang

Likupang,

Minahasa Utara

183329.055 729412.203

81.504 1°39'27.18037"N

125°03'43.48529"E

3

S. Mokupa Dua

Mokupa,

Minahasa

156794.724 690614.515

82.586 1°25'04.54794"N

124°42'47.76812"E

4

S. Paniki

Tanawangko,

Minahasa

154355.684 687209.946

77.325 1°23'45.22385"N

124°40'57.58079"E

5

S. Ranowelang

Kakas, Minahasa

130372.757 709644.110 760.697 1°10'43.96722"N

124°53'02.66369"E

6

S. Panasen

Kakas, Minahasa

130989.547 708495.334 763.417 1°11'04.07061"N

124°52'25.52392"E

7

S. Makalu

Makalu,

Minahasa

Tenggara

109029.259 707755.588

81.191 0°59'09.21790"N

124°52'01.16073"E

8

S. Wowosan

Belang, Minahasa

(33)

BM Sungai Girian

Metoda Pengukuran

Statik Diffrensial

Lokasi

KEL : Manembo – nembo Tengah KEC : Girian

KAB : Kota Bitung PROV : Sulawesi Utara

Koordinat Geografi

L: 1°26'28.91790"N B: 125°07'12.91581"E Height :82.046

Koordinat UTM 51North

X:

735911.221

Y: 159424.432 Elevasi :82.046

Receiver

Trimble

Antena

Trimble R4

Tinggi Antena

Miring/ Tegak ; Sebelum : 1. 177

Sesudah : 1. 177

Uraian Lokasi : Terletak di Kelurahan Manembo – nembo, berada di sekitar 300 meter di sebelah timur laut

RSUD Bitung

Kenampakan Menonjol :

Jalan Ke Lokasi : Jalan JH Pussung

Transportasi & Akomodasi ke lokasi : Kendaraan Roda Empat dan jalan kaki

FOTO

Foto Lokasi Ke Arah UTARA

Foto Lokasi Ke Arah TIMUR

Foto Lokasi Ke Arah SELATAN

Foto Lokasi Ke Arah BARAT

SKETSA

`

Sketsa Umum

Sketsa Detail

SATKER BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I

(34)

BM Sungai

Likupang

Metoda Pengukuran

Statik Diffrensial

Lokasi

KEL : Kalinaun KEC : Likupang Timur KAB : Minahasa Utara PROV : Sulawesi Utara

Koordinat Geografi

L: 1°39'27.18037"N B: 125°03'43.48529"E Height :81.504

Koordinat UTM 51North

X: 729412.203 Y: 183329.055 Elevasi :81.504

Receiver

Trimble

Antena

Trimble R4

Tinggi Antena

Miring/ Tegak ; Sebelum : 1. 375

Sesudah : 1. 375

Uraian Lokasi : Terletak di bawah jembatan Kijang, di jalan poros Likupang - Girian

Kenampakan Menonjol :

Jalan Ke Lokasi :

Transportasi & Akomodasi ke lokasi : Kendaraan Roda Empat dan jalan kaki

FOTO

Foto Lokasi Ke Arah UTARA

Foto Lokasi Ke Arah TIMUR

Foto Lokasi Ke Arah SELATAN

Foto Lokasi Ke Arah BARAT

SKETSA

`

Sketsa Umum

Sketsa Detail

SATKER BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I

(35)

BM Sungai

Mokupa

Metoda Pengukuran

Statik Diffrensial

Lokasi

KEL : Mokupa Dua KEC : Tombairi KAB : Minahasa PROV : Sulawesi Utara

Koordinat Geografi

L: 1°25'04.54794"N B: 124°42'47.76812"E Height :82.586

Koordinat UTM 51North

X: 690614.515 Y: 156794.724 Elevasi :82.586

Receiver

Trimble

Antena

Trimble R4

Tinggi Antena

Miring/ Tegak ; Sebelum : 1. 345

Sesudah : 1.345

Uraian Lokasi : Berada di Jalan Trans Sulawesi, sekitar 500 meter di sebelah utara Tasikria Resort

Kenampakan Menonjol :

Jalan Ke Lokasi :

Transportasi & Akomodasi ke lokasi : Kendaraan Roda Empat

FOTO

Foto Lokasi Ke Arah UTARA

Foto Lokasi Ke Arah TIMUR

Foto Lokasi Ke Arah SELATAN

Foto Lokasi Ke Arah BARAT

SKETSA

`

Sketsa Umum

Sketsa Detail

SATKER BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I

(36)

BM Sungai Paniki

Metoda Pengukuran

Statik Diffrensial

Lokasi

KEL : Paniki KEC : Tombairi

KAB : Minahasa PROV : Sulawesi Utara

Koordinat Geografi

L: 1°23'45.22385"N B: 124°40'57.58079"E Height :77.325

Koordinat UTM 51North

X: 687209.946 Y: 154355.684 Elevasi :77.325

Receiver

Trimble

Antena

Trimble R4

Tinggi Antena

Miring/ Tegak ; Sebelum : 1. 372

Sesudah : 1. 372

Uraian Lokasi : Berada di Jalan Trans Sulawesi, berada di sebelah tenggara jalan

Kenampakan Menonjol : Terdapat rumah penduduk di sebelah utara sungai (di timur jalan)

Jalan Ke Lokasi :

Transportasi & Akomodasi ke lokasi : Kendaraan Roda Empat

FOTO

Foto Lokasi Ke Arah UTARA

Foto Lokasi Ke Arah TIMUR

Foto Lokasi Ke Arah SELATAN

Foto Lokasi Ke Arah BARAT

SKETSA

`

Sketsa Umum

Sketsa Detail

SATKER BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I

(37)

BM Sungai

Panasen

Metoda Pengukuran

Statik Diffrensial

Lokasi

KEL : Panasen KEC : Kakas

KAB : Minahasa PROV : Sulawesi Utara

Koordinat Geografi

L: 1°11'04.07061"N B: 124°52'25.52392"E Height :763.417

Koordinat UTM 51North

X: 708495.334 Y: 130989.547 Elevasi :763.417

Receiver

Trimble

Antena

Trimble R4

Tinggi Antena

Miring/ Tegak ; Sebelum : 1. 313

Sesudah : 1. 313

Uraian Lokasi :

Kenampakan Menonjol : Titik berada di sebelah utara jalan poros Kakas-Tondano. Berada di pinggir jalan

area persawahan, sekitar 800 meter di sebelah timur laut BM adalah danau Tondano

Jalan Ke Lokasi :

Transportasi & Akomodasi ke lokasi : Kendaraan Roda Empat

FOTO

Foto Lokasi Ke Arah UTARA

Foto Lokasi Ke Arah TIMUR

Foto Lokasi Ke Arah SELATAN

Foto Lokasi Ke Arah BARAT

SKETSA

`

Sketsa Umum

Sketsa Detail

SATKER BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I

(38)

BM Sungai

Ranowelang

Metoda Pengukuran

Statik Diffrensial

Lokasi

KEL : Talikuran KEC : Kakas

KAB : Minahasa PROV : Sulawesi Utara

Koordinat Geografi

L: 1°10'43.96722"N B: 124°53'02.66369"E Height :760.697

Koordinat UTM 51North

X: 709644.110 Y: 130372.757 Elevasi :760.697

Receiver

Trimble

Antena

Trimble R4

Tinggi Antena

Miring/ Tegak ; Sebelum : 1. 218

Sesudah : 1. 218

Uraian Lokasi :

Kenampakan Menonjol : Terdapat rumah dan minimarket sebelah timur BM

Jalan Ke Lokasi :

Transportasi & Akomodasi ke lokasi : Kendaraan Roda Empat

FOTO

Foto Lokasi Ke Arah UTARA

Foto Lokasi Ke Arah TIMUR

Foto Lokasi Ke Arah SELATAN

Foto Lokasi Ke Arah BARAT

SKETSA

`

Sketsa Umum

Sketsa Detail

SATKER BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I

(39)

BM Sungai

Makalu

Metoda Pengukuran

Statik Diffrensial

Lokasi

KEL : Makalu KEC : Pusomaen

KAB : Minahasa Tenggara PROV : Sulawesi Utara

Koordinat Geografi

L: 0°59'09.21790"N B: 124°52'01.16073"E Height :81.191

Koordinat UTM 51North

X: 707755.588 Y: 109029.259 Elevasi :81.191

Receiver

Trimble

Antena

Trimble R4

Tinggi Antena

Miring/ Tegak ; Sebelum : 1. 245

Sesudah : 1.245

Uraian Lokasi : Titik berada di sebelah selatan jalan trans Minahasa Tenggara-Minahasa, berada sekitar 300

meter di sebelah barat GMIM Immanuel

Kenampakan Menonjol : Terdapat rumah penduduk di sebelah selatan BM. BM berada di dalam tembok

batas sungai.

Jalan Ke Lokasi :

Transportasi & Akomodasi ke lokasi : Kendaraan Roda Empat

FOTO

Foto Lokasi Ke Arah UTARA

Foto Lokasi Ke Arah TIMUR

Foto Lokasi Ke Arah SELATAN

Foto Lokasi Ke Arah BARAT

SKETSA

`

Sketsa Umum

Sketsa Detail

SATKER BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I

(40)

BM Sungai

Wowosan

Metoda Pengukuran

Statik Diffrensial

Lokasi

KEL : Wowosan KEC : Belang

KAB : Minahasa Tenggara PROV : Sulawesi Utara

Koordinat Geografi

L: 0°56'21.23457"N B: 124°47'05.79630"E Height :76.032

Koordinat UTM 51North

X: 698625.335 Y: 103864.158 Elevasi :76.032

Receiver

Trimble

Antena

Trimble R4

Tinggi Antena

Miring/ Tegak ; Sebelum : 1. 377

Sesudah : 1. 377

Uraian Lokasi : Titik berada di sebelah barat Jalan Poros Ratahan-Kotamubagu

Kenampakan Menonjol : Terdapat masjid di sebelah selatan BM

Jalan Ke Lokasi :

Transportasi & Akomodasi ke lokasi : Kendaraan Roda Empat

FOTO

Foto Lokasi Ke Arah UTARA

Foto Lokasi Ke Arah TIMUR

Foto Lokasi Ke Arah SELATAN

Foto Lokasi Ke Arah BARAT

SKETSA

`

Sketsa Umum

Sketsa Detail

SATKER BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I

(41)
(42)

--- COMMENT 0.6519D-08 0.2235D-07 -0.5960D-07 -0.1192D-06 ION ALPHA 0.8602D+05 0.9830D+05 -0.6554D+05 -0.5243D+06 ION BETA

-0.465661287308D-08-0.142108547152D-13 319488 1951 DELTA-UTC: A0,A1,T,W 18 LEAP SECONDS

END OF HEADER 31 17 05 29 04 00 0.0 0.198164023459D-03-0.238742359215D-11 0.000000000000D+00

(43)
(44)

--- COMMENT 0.6519D-08 0.2235D-07 -0.5960D-07 -0.1192D-06 ION ALPHA 0.8602D+05 0.9830D+05 -0.6554D+05 -0.5243D+06 ION BETA

-0.465661287308D-08-0.142108547152D-13 319488 1951 DELTA-UTC: A0,A1,T,W 18 LEAP SECONDS

END OF HEADER 6 17 05 29 10 00 0.0 0.357236247510D-03 0.500222085975D-11 0.000000000000D+00

(45)
(46)
(47)

--- COMMENT 0.6519D-08 0.2235D-07 -0.5960D-07 -0.1192D-06 ION ALPHA 0.8602D+05 0.9830D+05 -0.6554D+05 -0.5243D+06 ION BETA

-0.279396772385D-08-0.177635683940D-14 503808 1951 DELTA-UTC: A0,A1,T,W

18 LEAP SECONDS

END OF HEADER 11 17 05 31 07 59 44.0-0.691927038133D-03-0.272848410532D-11 0.000000000000D+00

(48)
(49)
(50)

--- COMMENT 0.6519D-08 0.2235D-07 -0.5960D-07 -0.1192D-06 ION ALPHA 0.8602D+05 0.9830D+05 -0.6554D+05 -0.5243D+06 ION BETA

-0.279396772385D-08-0.177635683940D-14 503808 1951 DELTA-UTC: A0,A1,T,W 18 LEAP SECONDS

END OF HEADER 32 17 05 31 02 00 0.0-0.427927821875D-03-0.989075488178D-11 0.000000000000D+00

(51)
(52)

Gambar

Gambar 2.1 Tiga Segmen GPS
Gambar 2.2 Posisi Satelit GPS Statik dan Kinematik
Gambar 2.3 Rapid Static
Gambar 2.5 Metoda Jaring
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu aplikasi GPS yaitu pelacakan keberadaan lokasi kendaraan menggunakan GPS receiver yang menerima data posisi kendaraan dari satelit, dan layanan SMS

Untuk mengatasi hal ini, penentuan posisi pengamat dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap beberapa satelit sekaligus secara simultan, dan tidak hanya terdapat

GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit.. Sistem GPS pertama

ditangkap oleh receiver , dan lemahnya posisi geometri satelit. Tingkat ketelitian posisi pada survei GPS akan bergantung pada bagaimana cara memperlakukan faktor-faktor

Pada prinsipnya survey GPS bertumpu pada metode penentuan posisi statik secara diferensial dengan menggunakan data fase, Dalam hal ini pengamatan satelit GPS

Selain itu terdapat GPS receiver yang berfungsi untuk menentukan posisi kendaraan dengan bantuan beberapa satelit. Data GPS tersebut akan diterima dan diolah oleh

Tugas akhir ini mengkaji tentang penentuan posisi geodetik menggunakan kombinasi metode GPS dan Total Station yang dihitung menggunakan algoritma di sistem koordinat proyeksi

ditangkap oleh receiver , dan lemahnya posisi geometri satelit [Brinton, et al. Tingkat ketelitian posisi pada survei GPS akan bergantung pada bagaimana cara