• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

4 - 1

BAB

4

Analisis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

4.1

Analisis Sosial

Sebagian besar aktivitas sosial-ekonomi masyarakat Kota Lhokseumawe adalah bergerak di kegiatan jasa. Pada

tahun 2015, jenis lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah jasa

kemasyarakatan (58,45%), pertanian (15,06%), dan perdagangan (11,72%). Mayoritas penduduk Kota

Lhokseumawe menganut agama Islam. Jumlah pemeluk agama Islam yang besar didukung juga tersedianya

sarana dan prasarana peribadatan bagi umat Islam. Kerukunan antar sesama pemeluk agama terbina secara

harmonis, karena terjalin toleransi yang tinggi antara satu pemeluk agama dengan pemeluk agama yang

lain. Dilihat dari keragaman suku bangsa, penduduk Kota Lhokseumawe cukup heterogen, karena terdiri

dari berbagai suku bangsa antara lain, seperti Aceh, Melayu, Batak, Jawa, Minang, Cina, Gayo, dan lainnya.

Kondisi sosial budaya masyarakat Kota Lhokseumawe yang heterogen tersebut, termasuk sebagai salah satu

kota yang paling heterogen dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat setelah kota Banda Aceh.

Kendatipun demikian, tantangan- tantangan tidak dapat dihindari antara lain sebagai berikut:

1. Kebudayaan dan nilai-nilai tradisi daerah Kota Lhokseumawe yang sudah mulai hilang dalam kehidupan

masyarakat, bahkan banyak dari masyarakat yang tidak lagi mengerti tentang adat dan budaya Aceh. Hal ini

mungkin disebabkan oleh pengaruh derasnya arus informasi komunikasi yang bersumber dari budaya asing

yang diserap secara langsung tanpa adanya filter. Untuk itu perlu ditata kembali proses

pembelajaran tentang pengetahuan adat-istiadat, budaya dan nilai-nilai kehidupan yang ada dalam

masyarakat Aceh;

2. Mengembangkan, melestarikan nilai-nilai adat budaya daerah serta mengelola keanekaragaman

budaya daerah yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan daerah.

3. Masih terbatasnya informasi mengenai budaya dan adat istiadat Aceh. Terbendungnya nilai-nilai

budaya yang bertentangan dengan Syariat Islam.

Penduduk di lokasi dan sekitarnya pada tahun 2014 berjumlah 260.877 jiwa. Penduduk ini tersebar di tiga

Kecamatan Kota Lhokseumawe (Kecamatan Muara Satu, Kecamatan Muara Dua, dan Kecamatan Banda Sakti)

dan di empat Kecamatan Kabupaten Aceh Utara (Kecamatan Dewantara, Kecamatan Muara Batu, Kecamatan

Banda Baro, dan Kecamatan Nisam). Kecamatan Banda Sakti (Kota Lhokseumawe) yang wilayahnya berbatasan

dengan Kecamatan Muara Satu yang diusulkan sebagai lokasi KEK memiliki jumlah penduduk terbanyak

sementara Kecamatan Dewantara (Kabupaten Aceh Utara) yang sebagian wilayahnya diusulkan sebagai KEK

(2)

4 - 2

Kecamatan Muara Satu (Kota Lhokseumawe) dan Kecamatan Dewantara (Kabupaten Aceh Utara) sebesar 99.

Rasio ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak jika dibandingkan

dengan jumlah penduduk laki-laki dimana pada setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 99 orang

penduduk laki.

4.1.1

Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak

terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Kemiskinan itu sendiri dapat didefinisikan di antaranya, kemiskinan absolut adalah situasi di mana

penduduk tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,

perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kemiskinan relatif adalah situasi

ataupun kondisi dimana penduduk miskin terjadi karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum

mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi

pendapatan, dan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang ditengarai atau didalihkan disebabkan dari

kondisi struktur, atau tatanan kehidupan yang tak menguntungkan karena tatanan itu tak hanya

menerbitkan akan tetapi (lebih lanjut dari itu) juga melanggengkan kemiskinan di dalam masyarakat.

(Suyanto, 1995:59). Kemiskinan merupakan suatu persoalan yang pelik dan multidimensional. Ianya

merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan dan mekanisme ekonomi, sosial dan politik yang

berlaku. Setiap upaya penanggulangan masalah kemiskinan secara tuntas menuntut peninjauan sampai ke

akar masalah, tak ada jalan pintas untuk menanggulangi masalah kemiskinan ini. Dalam rangka

perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan, pemerintah sangat memerlukan data jumlah

penduduk terutama jumlah rumah tangga miskin yang akan digunakan sebagai tolok ukur penyusunan

kebijakan sampai pada tingkat yang paling kecil. Dengan berpedoman pada data jumlah penduduk miskin,

pemerintah akan berusaha mengatasi dan mengurangi ketertinggalan yang dihadapi oleh masyarakat pada

umumnya. Dalam rangka mengurangi angka kemiskinan di Kota Lhokseumawe Pemerintah Kota

Lhokseumawe dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010-2015 telah

menetapkan tujuh Misi Pembangunan Jangka Menengah, salah satunya adalah mendorong pengembangan

sektor-sektor ekonomi kerakyatan meliputi perdagangan, jasa, dan industri guna memperluas kesempatan

kerja dan peningkatan daya beli masyarakat. Untuk mencapai misi tersebut kebijakan umum yang

ditempuh di antaranya yaitu dengan meningkatkan kemandirian petani dalam berusaha dan peningkatan

kapasitas kelembagaan petani, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi

angka kemiskinan. Di Kota Lhokseumawe jumlah penduduk miskin pada tahun 2009 berjumlah 22.530 jiwa,

terjadi penurunan sebesar 3,3% bila dibandingkan pada tahun 2010 berjumlah 21.770 jiwa. Sedangkan

persentase jumlah penduduk miskin terhadap jumlah total penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2009

sebesar 14,00 % dan persentase jumlah penduduk miskin terhadap jumlah total penduduk Kota

(3)

4 - 3

Tabel 4.1

Tabel. 4.1 Jumlah Penduduk Miskin Kota Lhokseumawe Tahun 2010-2015

No Tahun Jumlah

4.1.2

Kaitan Pengarusutamaan Gender dalam Analisis Sosial Kota Lhokseumawe

Pengarusutamaan gender yang dilaksanakan di Lhokseumawe memiliki beberapa tujuan yaitu menaikkan

kesadaran pemahaman dan komitmen para pengambilan keputusan tentang pentingnya keadilan dan

kesetaraan gender, pengintegrasian,aspirasi dan kebutuhan pria dan wanita di banyak bidang

pembangunan dalam merealisasikan kualitas pembangunan daerah yang berkeadilan gender. Serta

menaikkan peran kelembagaan pengarusutamaan gender untuk mempercepat pelaksanaan perencanaan

dan penganggaran responsif gender. Dalam proses anggaran yang dimulai perencanaan dan penyusunan

seperti di program pengarusutamaan gender yang tidak terlepas dalam anggaran yang responsif gender.

Anggaran tersebut ada proses penyusunan dalam program pengarusutamaan gender untuk mengingkatkan

sumberdaya dan pembangunan antara pria dan wanita. Tetapi di Kota Lhokseumawe sendiri belum ada

anggaran yang khusus untuk gender khususnya dalam program pengarusutamaan gender ini sendiri.

Disebabkan program pengarustamaan gender ini dari tahun 2013 sampai dengan sekarang masih dalam

tahap sosialisasi. Sehingga politik anggaran yang berbasis pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe

belum berjalan dengan baik di kalangan masyarakat Kota Lhokseumawe.

4.2

Analisis Lingkungan

Dari sudut pandang kepentingan ekonomi dan fungsi kawasan industri. Meski demikian, pengembangan

industri pengolahan, energi, dan kegiatan logistik di Wilayah Kota Lhokseumawe juga berpotensi terjadinya

pencemaran lingkungan. Di Kota Lhokseumawe, telah tersedia Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) yang

dikelola oleh PT PIM dan PT Arun LNG-PAG. IPAL tersebut akan dimanfaatkan secara optimal sebagai

upaya dalam mengantisipasi terjadinya pencemaran lingkungan di kawasan Kota Lhokseumawe. Dalam

konteks yang lebih luas, pada tahun – tahun setelah nya Pembangunan Instalasi Air Limbah juga sudah di anggarkan dan di bangun dengan dana APBN dan nama APBD Kabupaten/Kota. Dalam konteks yang lebih luas,

peran serta pemerintah daerah Kota Lhokseumawe juga dapat mendorong tumbuhnya industri pengolahan

kecil dan menengah, termasuk di luar kawasan. Karena itu, perhatian lebih penting adalah kepada

pengusaha/industri kecil dan menengah, karena pada umumnya industri strata kecil dan menengah tersebut

(4)

4 - 4

pengoperasian IPAL yang dapat dibangun secara komunal. Satu unit IPAL dapat digunakan untuk mengolah

limbah dari beberapa perusahaan. Dalam Pembangunan jangka panjang yang perlu mendapat perhatian

secara serius adalah masalah menumpuknya sampah padat, baik sampah organik maupun an-organik.

Tempat pembuangan akhir (TPA) harus menjadi perhatian serius agar tidak terjadi pencemaran lingkungan

ataupun menimbulkan bau yang tidak sedap, banjir, dan penyakit serta sampah- sampah tersebut mencemari

laut.. Dalam kaitan tersebut, akan diupayakan proses pengolahan sampah menjadi kompos untuk sampah

organik dan menjadikan barang yang lebih bermanfaat melalui daur ulang maupun daur pakai.

4.3

Analisis Ekonomi

Dalam pengelolaan sistem drainase analisis ekonomi perlu dilakukan dengan memperhatikan pengaruh

langsung dan tidak langsung, biaya pembangunan dan biaya operasi dan pemeliharaan.

a. manfaat proyek dihitung dari pengaruh langsung dan tidak langsung;

b. biaya proyek dihitung dari biaya pembangunan dan biaya operasi dan pemeliharaan;

c. Pengaruh langsung terdiri dari:

1. pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan sistem drainase yang rusak;

2. pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan prasarana dan sarana kota lainnya yang rusak;

3. pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan bangunan dan rumah-rumah yang rusak;

4. pengurangan biaya penanggulangan akibat genangan;

5. biaya harga tanah.

d. Pengaruh tidak langsung terdiri dari:

1. pengurangan biaya sosial akibat bencana banjir, seperti: kesehatan, pendidikan dan lingkungan;

2. pengurangan biaya ekonomi yang harus ditanggung masyarakat akibat banjir, seperti: produktifitas,

perdagangan, jasa pelayanan;

3. kenaikan harga tanah.

e. Usulan biaya pembangunan terdiri dari:

1. biaya dasar konstruksi untuk pekerjaan baru maupun perbaikan;

2. biaya pembebasan tanah;

3. biaya pembuatan rencana teknik dan pengawasan;

4. biaya administrasi;

5. biaya pajak;

(5)

4 - 5

f. biaya operasi dan pemeliharaan meliputi:

1. peralatan;

2. upah;

3. material;

4. adminitrasi dan umum;

5. penyusutan.

g. kriteria kelayakan ekonomi dan keuangan

1. Net Present Value (NPV)> 0;

2. Economic Internal Rate of Return (EIRR) > tingkat bunga berlaku;

(6)

Gambar

Tabel. 4.1 Jumlah Penduduk Miskin Kota Lhokseumawe Tahun 2010-2015

Referensi

Dokumen terkait

Disisi lain dalam hal gaya kepemimpinan, selama observasi adalah bagaimana cara seorang pemimpin mengelola para karyawan dalam menjalankan tugasnya dan menerapkan

Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tidak langsung pola asuh demokratis terhadap prokratinasi akademik melalui self efficacy MTs Darul Karomah Singosari Malang, dari

Promosi dan kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan dan minat konsumen berhubungan erat dengan keuntungan yang akan di dapat oleh perusahaan, karena dengan promosi

kendaraan tersebut. Meningkatnya permintaan akan alat angkutan tersebut, maka berakibat pada mulculnya berbagai merek sepeda motor seperti Honda, Yamaha, Suzuki,

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zaitun (2001) dalam Muammar (2010) menyatakan bahwa secara simultan ROA dan ROE berpengaruh signifikan terhadap

Daerah tentang Dinas Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe ini ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 4l Tahun 2OA7 tentang Organisasi perangkat

Melihat kondisi masyarakat lembah Code yang sangat padat dan mayoritas penduduknya miskin yang sangat membutuhkan air telah melakukan usaha mandiri dalam memanfaatkan sumber air

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi untuk dalam pengambilan data atau sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa