• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) OLEH IBU BALITA DI DESA KEUDE LINTEUNG KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) OLEH IBU BALITA DI DESA KEUDE LINTEUNG KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA - Repository utu"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH IBU BALITA DI DESA KEUDE LINTEUNG

KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH :

ROSA HERDIKASARI

08C10104156

PROGRAM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

(2)

OLEH IBU BALITA DI DESA KEUDE LINTEUNG

KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH:

ROSA HERDIKASARI

NIM: 08C10104156

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

ACEH BARAT

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan balita di usia 5 tahun sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup dan masa depannya. Oleh karena itu diperlukan pemenuhan gizi dan kesehatannya. Anak usia ini sangat bersemangat belajar hal-hal yang baru, mereka juga mudah sekali untuk mengingat sesuatu. Maka dari itu dibutuhkan asupan nutrisi yang menunjang. Jika asupan gizinya kurang maka akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya seperti anemia, kwashiorkor, infeksi. Maka dari itu upaya untuk memberikan hasil yang optimal untuk pertumbuhan serta perkembangan balita, diperlukan dukungan dari orang-orang disekitarnya terutama keluarga. Target MDGs tahun 2015 Indonesia berupaya keras menurunkan prevalensi gizi kurang dari 18,4% pada tahun 2007 menjadi setinggi-tingginya 15% tahun 2015 (Pelita, 2010).

(4)

sehat psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara berfikir, pertumbuhan badan, dan lain-lain. Petumbuhan dan perkembangan balita juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan secara optimal pada masa pertumbuhan dan perkembangan balita untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang balita (Rahayu, 2007).

KMS merupakan alat bantu ibu atau orang tua dan petugas kesehatan yang harus dimiliki oleh setiap balita dan selalu dibawa pada kegiatan Posyandu dalam pemantauan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita dengan membaca garis pertumbuhan berat badan balita dari bulan ke bulan berikutnya.

Pemerintah Indonesia telah banyak mengeluarkan biaya untuk percetakkan dan promosi KMS, namun hasil yang didapat masih belum optimal, terbukti dari masih banyaknya kasus balita Bawah Garis Merah (BGM) dan gizi buruk diberbagai wilayah Indonesia, selain itu selama ini KMS belum dimanfaatkan secara optimal sebagai alat penyuluhan gizi bagi ibu dan anak balita (Rahayu, 2007).

(5)

semua hasil pelayanan tersebut dicatat di Kartu Menuju Sehat (KMS) sehingga ibu dapat selalu memonitor pertumbuhan dan kesehatan anaknya. Dengan pengetahuan yang dimiliki ibu akan mendapatkan informasi tentang tumbuh kembang anak serta dapat mengambil tindakan apabila di dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) diketahui bahwa berat badan menurun atau garis berat badan berada di garis kuning atau merah (Sundari, 2009).

Pemantauan tumbuh kembang anak perlu dilakukan secara rutin antara lain

dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), dengan kartu ini setiap ada

penyimpangan tumbuh kembang anak dapat diketahui sedini mungkin. Pemanfaatan

KMS sebagai alat untuk memantau kesehatan dan gizi balita akan diperoleh manfaat

yang besar apabila dilakukan pada semua balita yang ada pada suatu daerah, namun

untuk dapat melaksanakan hal ini bukanlah merupakan suatu yang mudah karena

banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan KMS balita itu sendiri

(Soetjiningsih, 2003).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 Persentase kepemilikan KMS anak balita di Indonesia adalah 30,5% yang dapat menunjukkan, 24,1% disimpan di tempat lain, 26,9% yang KMSnya sudah hilang dan yang tidak pernah memiliki KMS yaitu sebayak 18,5% (Riskesdas, 2010).

(6)

umum sebesar 17,0% balita di Provinsi Aceh tidak pernah di timbang dan yang rutin menimbang balitanya 47,3%. (Riskesdas, 2010).

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya bulan Januari-November tahun 2012, jumlah balita yang memiliki KMS pada umur 2-5 tahun yaitu sebanyak 5893 balita yang terdiri dari 2961 laki-laki dan 2932 perempuan (Dinkes Nagan Raya, 2012). Jumlah balita di Desa Keude Linteng yang memiliki KMS balita adalah sebanyak 41 orang yaitu 22 laki-laki dan 19 yang berjenis kelamin perempuan (Laporan Puskesmas Uteun Pulo, 2012).

Berdasarkan pengamatan awal dan hasil wawancara dengan bidan desa Keude Linteung, masih banyak ibu-ibu di desa Keude Linteung yang belum memanfaatkan KMS balita baik dalam pemantauan pertumbuhan maupun kesehatan balita. Dari 41 balita yang memiliki KMS, hanya 10 ibu balita yang memanfaatkan KMS (24,4%).Umumnya ibu-ibu di desa tersebut hanya membawa KMS setiap bulan ke posyandu untuk dicatat hasilnya saja oleh petugas kesehatan dan kemudian di simpan dan tidak dimanfaatkan hasil yang tercatat di KMS tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu balita tentang manfaat dan pentingnya KMS balita serta kurangnya partisipasi suami ataupun kurangnya dukungan keluarga dalam memanfaatkan atau menanyakan dan melihat hasil pertimbangan balita melalui KMS. Dari data tersebut menunjukkan masih rendahnya pemanfaatan KMS oleh ibu balita di desa Keudelinteung.

1.2.Rumusan Masalah

(7)

ibu balita (75,6%) yang tidak memanfaatkan KMS, Maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalahbagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahuifaktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude LinteungKecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

2. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

3. Untuk mengetahui hubungan peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

(8)

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.1.1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan bacaan bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang berminat melanjutkan objek penelitian ini.

1.4.1.2 Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi penulis untuk mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat terutama yang terkait dengan pemanfaatan KMS.

1.4.2 Manfaat Praktis

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat untuk balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan dan kesehatan anak balita. Oleh karena itu KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS.KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya (www.slideshare.net, 2012).

Menurut Permenkes (2010), Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi balita merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin.Dengan KMS gangguan pertumbuhan dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat (Permenkes, 2010).

KMS adalah kartu yang memantau pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga bisa di artikan sebagai “Raport”

(10)

2.2. Manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita: 1. Pertumbuhan mudah diamati

2. Dapat menciptakan kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap pertumbuhan anak

3. Meningkatkan lingkungan yang layak untuk pertumbuhan anak

4. Melukiskan setiap kejadian yang kurang menguntungkan anak, misalnya infeksi, musim, ibu meninggal dan lain-lain

5. Menemukan seawal mungkin gejala-gejala gangguan pertumbuhan anak 6. Merupakan sarana untuk memberikan penyuluhan kepada ibu mengenai

gizi; makanan bayi dan anak, tumbuh kembang anak, kesehatan anak, dan pencegahan difisiensi vitamin A, dehidrasi, diare, sanitasi pesonal dan lingkungan dan lain-lain (Suryana, 1996).

Menurut Depkes (2000) dalam Referensi kesehatan (2008) manfaat KMS adalah sebagai berikut :

1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping Air susuibu ASI.

2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak 3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk

(11)

Manfaat / fungsi KMS (Kartu Menuju Sehat) Menurut Nursalam (2005)yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi: pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vit A, ASI eksklusif, dan makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI)

2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita 3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk

menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita 4. Sebagai kartu analisis tumbuh kembang

2.2.1. Pemantauan Pertumbuhan Anak

Program gizi, khususnya UPGK (Upaya Perbaikan Gizi Keluarga) telah meluas keberbagai pendesaan di Indonesia, dalam program ini telah dikembangkan program penimbangan berat badan anak blita. Dan penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk memantau keadaan kesehatan dan gizi melalui petumbuhan atas dasar kenaikan berat badan.

KMS adalah alat untuk mencatat dan mengamati perkembangan kesehatan anak yang mudah dilakukan oleh para ibu. Dengan membaca garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS, maka seorang ibu dapat menilai dan berbuat sesuatu untuk berusaha memperbaiki dan meningkatakan perkembangan kesehatan anaknya.

(12)

sampai berusia 5 tahun perlu dicatat dalam KMS. Selain itu KMS berisi pesan-pesan penyuluhan tentang penganggulangan diare, makanan anak, pemberian kapsul vitamin A dan imunisasi. Semua ibu perlu memiliki KMS anaknya dan selalu membawa KMS tersebut dalam kegiatan gizi di posyandu (Suryanah, 1996).

2.2.2. Pemberian Vitamin A

Peningkatan gizi balita bertujuan untuk mengurangi malnutrisi dan difisiensi vitamin A. Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak atau minyak yang mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh manusia, karena vitamin A merupakan komponen dari retina (selaput jala) maka fungsinya adalah untuk penglihatan, pertumbuhan dan perkembangan, diferensiasi sel (proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan fungsional), kekebalan. Sumber vitamin A dapat berasal dari bahan pangan hewani seperti hati, kuning telur, susu dan mentega. Karoten dapat ditemui pada bahan pangan nabati seperti sayuran berwarna hijau, buah berwarna kuning, misalnya pepaya, tomat, labu, ubi jalar kuning, nanas, dan mangga (Endang, 2007)

Kebutuhan vitamin A anak balita adalah 500 – 600 µg RE/ hari.

Sumber makanan : hati, minyak ikan, susu, produk lemak susu, ikan air tawar,

kuning telur, mentega, sayur dan buah berwarna hijau, kuning dan

merah(Arwin,2007). Vitamin A memegang peranan penting untuk pemeliharaan sel

kornea dan epitel dari penglihatan, metabolisme umum dan proses reproduksi,

membantu melindungi tubuh terhadap kanker.Untuk kesehatan jaringan tubuh,

vitamin A mempercepat proses penyembuhan luka. Dalam kegiatan pertumbuhan

(13)

struktur kulit, rambut dan gigi. Beberapa penyakit kulit seperti jerawat dan psoriasis

adalah sebagai akibat kekurangan vitamin A.

Penyakit akibat kekurangan Vitamin A yaitu sebagai berikut:

1. Hemeralopia yang timbul karena menurunnya kemampuan sel basilus

pada waktu senja

2. Bintik bitot (kerusakan pada retina)

3. Seroftalmia (kornea mata mengering karena terganggunya kelenjar air mata)

4. Keratomalasi (kornea mata rusak sama sekali karena berkurangnya produksi minyak meibom)

5. Frinoderma (kulit kaki dan tangan bersisik karena pembentukan epitel kulit terganggu)

6. Pendarahan pada selaput usus, ginjal, dan paru-paru karena rusaknya epitel organ

7. Proses pertumbuhan terhenti

2.2.3. Imunisasi

(14)

penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian (Properawati, 2010).

Jenis vaksin lima imunisasi lengkap menurut Alimul (2009) dalam Maulana (2012) adalah sebagai berikut:

a. BCG

Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3 bulan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intracutan.

b. Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah Hepatitis B Surface Antigen (HbsAg) dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis.

c. Polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.

Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi

polio adalah 4 dosis. Imunisasi polio diberikan melalui oral.

d. DPT

(15)

membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular.

e. Campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 dosis. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. (Alimul, 2009).

Jadwal pemberiaan Imunisasi menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011 adalah:

(16)

(diagnostik TB), DTP diberikan pada umur > 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali.

Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen : dosis ke-1 diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur < 32 minggu (interval minimal 4 minggu). Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada umur 5-7 tahun.

2.2.4. Pemberian Asi Eklusif dan Makanan Pendamping ASI

(17)

ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. Asi mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Di antaranya ialah menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare) (Prasetyono,2012).

Menurut WHO (2006), definisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya

menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa

penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin,

suplemen mineral atau obat. Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,

dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti bubur susu, biskuit, bubur

nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat (Windayanti, 2010).

Manfaat ASI Bagi Bayi adalah: (a). Asi mengandung protein, lemak,

vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi, karenanya Asi

mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan nutrisi. (b). Meningkatkan daya tahan

tubuh (c). Antibodi yang ada didalam kolostrum juga melindungi bayi baru lahir dari

alergi, asma, diare dan lain-lain. (d). Meningkatkan jalinan kasih sayang (e).

Meningkatkan kecerdasan (f). Merupakan sumber zat gizi yang ideal, berkomposisi

(18)

pertumbuhan bayi. (g). Asi mudah diserap dan mencegah karies karena mengandung

mineral selenium.

Manfaat ASI untuk Ibu adalah: (a). Menyusui menolong rahim menyerut lebih cepat dan mencapai ukuran normalnya dalam waktu singkat. Menyusui mengurangi banyaknya perdarahan setelah persalinan dan karena itu mencegah anemia. (b). Menyusui mengurangi resiko kanker payudara dan indung telur. (c). Menyusui menolong menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang terjadi selama kehamilan karenanya menurunkan resiko obesitas. (d). Menjarangkan kehamilan (e). Meningkatkan kasih sayang ibu dan anak (f). Ibu menjadi perempuan yang lengkap karena dapat menyusui (g). Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi bayi (Windayanti, 2010).

Menurut Prasetyono (2012), ada beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan oleh ibu dalam pemberian makanan tambahan kepada bayi adalah sebagai berikut:

1. Makanan apapun yang diberikan kepada bayi mesti memenuhi standar kecukupan zat gizi

2. Jumlah (porsi) makanan yang diberikan kepada bayi jangan terlalu besar, karena kapasitas perutnya masih kecil

3. Ibu memberikan makanan tambahan setelah bayi menyusu

4. Pada awalnya makanan yang diberikan kepada bayi harus dihaluskan terlebih dahulu.

(19)

kebutuhan tubuhnya, gejala penyakit yang muncul tidak sehebat bayi yang kekurangan gizi.

Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, yakni memiliki kandungan energi dan protein yang tinggi, mempunyai nilai suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, dapat diterima dengan baik oleh bayi, harganya relatif murah, serta diproduksi dari bahan-bahan yang mudah ditemui di berbagai tempat. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi minimal mengandung 360 kkal per 100 gram bahan. Kecukupan energi bayi berusia 6-12 bulan sekitar 870 kkal dan kecukupan protein per hari kira-kira 20 gram. Sebaiknya, makanan tambahan bagi bayi bersifat padat gizi, serta cukup mengandung serat dan bahan lain yang mudah dicerna (Prasetyono 2012).

2.3. Faktor Internal

Perilaku yang dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subjek tersebut. Hal tersebut sesuai juga dengan pendapat yang dikemukan oleh Sarwono (1993) bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya.

2.3.1. Pengetahuan

(20)

perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan . Pengetahuan adalah

hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. pengetahuan juga bisa diartikan sebagai suatu bentuk tahu dari manusia yang diperolehnya, dari pengalaman perasaan, akal pikiran dan instituisinya setelah orang melalukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Syarif (1994) dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah kesan

dari pikiran manusia sebagai hasil panca indra. Pengetahuan dapat diperoleh melalui

pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehencion)

Kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpetasikan secara benar tentang

objek yang diketahuinya, dalam hal ini mencakup kemampuan menangkap

makna dan arti bahan yang diajarkan, yang ditunjukkan dalam bentuk

kemampuan menguraikan ini pokok dari suatu bacaan misalnya menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

(21)

c. Aplikasi (Application)

Kemampuan menggunakan materi yang dipelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada kondisi nyata. Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus dan masalah yang nyata misalnya mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan dan mendemonstrasikan.

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan menggabungkan komponen-komponen yang terpisah-pisah sehingga membentuk suatu keseluruhan, misalnya menggabungkan, menyusun kembali dan mendiskusikannya.

e. Evaluasi (Evaluasion)

Kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Evaluasi ini dilandaskan pada kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun yang bersangkutan misalnya mendukung, menentang dan merumuskan.

Menurut Gmikro (2006), pengetahuan merupakan sangat penting

terbentuknya tindakan seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka

akan semakin baik seseorang dalam melakukan suatu tindakan termasuk dalam

hal pemanfaatan KMS sebagai sarana pemantauan pertumbuhan dan gizi balita.

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil

penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada

KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini.

(22)

anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita

pertumbuhan sesuai dengan umurnya.

Ibu yang berpengetahuan tinggi dapat melihat pertumbuhan bayinya

berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan kesehatan

anak dalam KMS-Balita, kader/petugas kesehatan dalam melakukan konseling atau

dialog dengan ibu balita tentang pertumbuhan anaknya serta membantu ibu dalam

memecahkan masalah pertumbuhan anaknya. Konseling tersebut dilakukakan setelah

mencatat hasil penimbangan anak pada KMS- Balita (Gmikro, 2006).

Kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan Kartu Menuju Sehat maka akan

mempengaruhi tumbuh kembang anak terutama tentang masalah gizi anak. semakin

tingggi masalah pengetahuan gizi seseorang makan semakin diperhitungkan jenis dan

jumlah makanan yang dipilih untuk dikosumsi. Orang yang tidak cukup pengetahuan

tentang gizi akan memilih makanan yang paling menarik perhatiannya baik dari segi

warna dan rasa serta tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan itu.

Pengetahuan orangtua khususnya ibu tentang pemanfaatan Kartu Menuju

Sehat (KMS) merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang

anak. Karena dengan pengetahuan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala

informasi dari luar terutama tentang cara memakai dan memaknai KMS yang baik,

bagaimana anak tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik berdasarkan tahap

(23)

2.3.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat , tetapi hanya dapat ditapsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukakan konotasi adanya kesesuain reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimmulus sosial (Sumantri, 2012).

Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan juga merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan’pre-disposisi’ tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Sumantri, 2012)

Dalam bagian lain Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

1. Menerima (Receiving)

(24)

2. Merespons ( Responing)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang anak ke posyandu adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhaap gizi anak.

4. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tiak langsung, secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap objek.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku manusia, Lowren Green

dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan ada dua faktor yang ada dalam diri

seseorang (faktor internal) yaitu faktor perilaku dan faktor yang ada diluar diri

seseorang (faktor eksternal) seperti faktor lingkungan , manusia, sosial, ekonomi,

kebudayaan dan lain sebagainya.

2.4.Faktor Eksternal

Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh

(25)

berhubungan dengan pemanfaatan KMS adalah faktor yang berasal dari luar diri ibu

seperti faktor lingkungan, manusia, sosial, ekonomi ,kebudayaan dan lain

sebagainya. Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut:

2.4.1. Peranan Petugas Kesehatan

Peranan petugas kesehatan adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Petugas kesehatan sendiri berkedudukan dalam suatu sistem pelayanan kesehatan. Kedudukan petugas kesehatan dalam sistem ini sebagai anggota tim kesehatan yang memiliki wewenang. Oleh karena mempunyai wewenang maka mempunyai pula kewajiban dan tanggung jawab (Depkes, 2002).

Peran petugas kesehatan terdiri dari beberapa peran utama sebagai berikut: sebagai pelaksanan pelayanan kesehatan; perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan, dari bersifat sederhana sampai yang paling komplek kepada individu, keluarga dan masyarakat; sebagai pengelola pelayanan institusi pendidikan ; sebagai penelitian dan pengembangan ilmu keperawatan, khususnya yang terikat dengan upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan secara terus menerus (Depkes, 2002).

(26)

pasti. hal ini dapat dilakukan dengan deteksi dini, pemeriksaan dan perawatan anak dengan memanfaatkan KMS balita.

Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanankesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsulvitamin A. Bila anak belum menerima pelayanan maka petugas harusmemberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya.Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakatdalam kegiatan pemantauan pertumbuhan.KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orangtua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi danpemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASIeksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunyaanak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya (Permenkes, 2010).

2.4.2. Dukungan keluarga

(27)

Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkanagar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang.Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik)atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan tindakanperbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawaanak ke fasilitas kesehatan untuk berobat.Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telahmendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkankapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan (Permenkes, 2010).

2.5.Kerangka Teoritis

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan teori Lawren Green dalam Notoatmodjo (2007) dan dalam Depkes (2002), perilaku seorang ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal seperti pengetahuan, sikap, pendididkan dan faktor eksternal seperti

Lawren Green (2007)

a. Faktor internal

• Pengetahuan

• Sikap

• Tindakan

• Pendidikan b. Faktor Eksternal

• Peran petugas kesehatan

Depkes (2002)

• Peran petugas kesehatan • Dukungan Suami/keluarga

(28)

peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga maka yang menjadi kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.7. Hipotesis Penelitian

1. Ha: Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

2. Ha: Ada hubungan antara sikap ibu dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

3. Ha: Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

4. Ha: Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan KMS balita di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

Pengetahuan ibu Sikap ibu

Peran Petugas Kesehatan

Dukungan Keluarga

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat yang terjadi pada obyek penelitian diobservasi dan diukur dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dari keduanya.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 25 Juli–01 Agustus tahun 2013, dengan alasan bahwa di tempat penelitian ini belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita, dan juga masih banyak ibu yang belum memanfaatkan KMS balita.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

(30)

3.3.2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total dari populasi yaitu semua ibu-ibu yang memiliki KMS balita yang berada di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data yang dikumpulkan bersumber langsung dari responden. Untuk memperoleh data primer dari responden peneliti mengunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan KMS oleh ibu balita dan pemanfaatan KMS di desa Keude Linteung.

3.4.2. Data Sekunder

(31)

3.5. Devinisi Operasional Variabel

Pemantauan setiap bulan perkembangan balita melalui KMS (membandingkan hasil KMS bulan lalu dengan sekarang, pemanfaatan KMS sebagai pemantauan anak balita.

Reaksi atau respon positif dan negatif terhadap pemanfaatan KMS balita.

Persepsi responden terhadap petugas kesehatan dalam memberikan informasi terhadap pemanfaatan KMS balita.

Dorongan dan motivasi suami atau keluarga responden lainnya yang berhubungan dengan pemanfaatan KMS balita.

(32)

3.6. Aspek Pengukuran Variabel

3.6.1. Pemanfaatan KMS balita 1. Dimanfaatkan ≥ 11

2. Tidak dimanfaatan < 11 3.6.2. Pengetahuan ibu

1. Baik ≥ 17

2. Tidak baik < 17 3.6.3. Sikap ibu

1. Negatif ≥18

2. Positif < 18

3.6.4. Peranan petugas kesehatan 1. Berperan≥18

2. Kurang berperan < 18 3.6.5. Dukungan Keluarga

1. Mendukung≥5

2. Tidak mendukung: < 5

3.7. Tehnik Analisa Data 3.7.1. Analisa Univariat

(33)

3.7.2. Analisa Bivariat

.Data bivariat yaitu melakukan analisis hasil dari variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis yang di gunakan adalah tabulasi silang dengan menggunakan uji statistik Chi-Squer dengan rumus sebagai berikut :

X2=

( )

Keterangan:

X2= Nilai Chi-squer O = Frekuensi observasi E = Frekuensi nilai harapan

Perhitungan statistic untuk analisa tersebut dilakukan dengan menggunakan program computer. Maka hasil yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan nilai probilitas dengan keputusan untuk tabel kontingen 2 x 3 dimana terdapat sel yang kurang dari 5 maka dilakukan merger sel dan bila tidak ada sel kurang dari 5 dapat dilihat nilai p-value pada kolom Asymp. Sig (2-Sided)barisPearson Chi-Square dan untuk tabel kontingen 2 x 2 dimana tedapat sel yang kurang dari 5 dapat dilihat nilai p-value pada baris Fisher’s Exact Test Kolomexact Sig (2-Sided), bila terdapat sel yang lebih dari 5 dapat dilihat nilai p-value pada baris continuity correction

(34)

32 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Desa Keude Linteung terletak di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dengan luas 80 Ha. Jumlah penduduk 670 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki sebayak 316 orang dan perempuan 354 orang. Adapun batas wilayah Desa Keude Linteung adalah:

1. Utara : Berbatas dengan Desa Uteun Puloe 2. Selatan : Bebatas dengan Desa Paya

3. Timur : Berbatas dengan Desa Kabu Baroh 4. Barat : Berbatas dengan Desa Blang Panyang

4.1.2. Analisa Univariat

Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk melihat hubungan antar variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti.

1. Pengetahuan Ibu

(35)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Penngetahuan Ibu Frekuensi (%)

1 Baik 25 61 2 Kurang 16 39 Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer diolah tahun 2013

2. Sikap Ibu

Kebanyakan responden yang berada di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya memiliki sikap yang positif yaitu sebanyak 24 responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar (58,5%), selebihnya yaitu 17 responden yang memiliki sikap negatif atau sekitar (41,5%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Sikap Ibu Frekuensi (%)

1 Positif 24 58,5

2 Negatif 17 41,5 Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer diolah tahun 2013

3. Peran Petugas Kesehatan

(36)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Petugas Kesehatan Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya 2013

No Peran Petugas kesehatan Frekuensi (%)

1 Berperan 20 48,8

2 Kurang berperan 21 51,2

Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer diolah tahun 2013

4. Dukungan Keluarga

Kebanyakan responden yang berada di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya menyatakan dukungan keluarganya yang masih kurang mendukung yaitu sebanyak 23 responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar (56,1%), selebihnya yaitu 18 responden yang menyatakan mendukung atau sekitar (43,9%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 No Dukungan Keluarga Frekuensi (%)

1 Mendukung 18 43,9 2 Kurang mendukung 23 56,1 Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer diolah tahun 2013

5. Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)

(37)

responden yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau sekitar (39%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan KMS Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Pemanfaatan KMS Frekuensi (%)

1 Dimanfaatkan 16 39 2 Tidak dimanfaatkan 25 61 Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer diolah tahun 2013

4.1.3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan dependen. Peneliti menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05.

1. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya tahun 2013

Sumber : Data Primer diolah tahun 2013

(38)

11 orang (44%) tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 16 responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, 2 orang (12,5%) yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 14 orang (87,5%) tidak memanfaatkan.

Setelah dilakukan uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,014 (0,014 < 0,05) maka Ha diterima. Jadi artinya ada Hubungan Antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .

2. Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) Tabel 4.7 Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat

(KMS) Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

Pemanfaatan KMS

Jumlah % P value No Sikap ibu Dimanfaatkan Tidak dimanfaatkan

Frek % Frek %

Sumber : Data Primer diolah tahun 2013

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang memiliki sikap positif, 13 orang (54,2%) memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 11 orang (45,8%) tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 17 responden yang memiliki sikap negatif, 3 orang (17,6%) yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 14 orang (82,4%) tidak memanfaatkan.

(39)

pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .

3. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Tabel 4.8 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

Sumber : Data Primer diolah tahun 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 20 responden yang menyatakan petugas kesehatan berperan, 15 orang (75%) memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 5 orang (25%) tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 21 responden yang menyatakan petugas kesehatan kurang berperan, 1 orang (4,8%) yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 20 orang (95,2%) tidak memanfaatkan.

Setelah dilakukan uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,000 (0,000 < 0,05) maka Ha diterima. Jadi artinya ada Hubungan Antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .

4. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)

(40)

Pemanfaatan KMS

Sumber : Data Primer diolah tahun 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 18 responden yang menyatakan dukungan keluarga mendukung, 9 orang (50%) memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 9 orang (50%) tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 23 responden yang menyatakan dukungan keluarga tidak mendukung, 7 orang (30,4%) yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 16 orang (69,6%) tidak memanfaatkan.

Setelah dilakukan uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,341 (0,341 > 0,05) maka Ho diterima. Jadi artinya tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .

4.2. Pembahasan

4.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,014 (0,014 < 0,05) maka Ha diterima. Jadi artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .

(41)

Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Diperoleh hasil bahwa dari 25 responden yang memiliki pengetahuan baik, 14 orang (memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 11 orang tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 16 responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, 2 orang yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 14 orang tidak memanfaatkan.

Pengetahuan orangtua khususnya ibu tentang pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pengetahuan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara memakai dan memaknai KMS yang baik, bagaimana anak tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik berdasarkan tahap perkembangan dan bagaimana cara menjaga kesehatannya (Soetjiningsih, 2005).

Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Kartu Menunuju Sehat oleh ibu balita. Ibu yang berpengetahuan tinggi dapat melihat pertumbuhan bayinya berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan kesehatan anak dalam KMS-Balita. Sehingga ibu yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak memanfaatkan KMS dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang dan sebaliknya ibu yang berpengetahuan kurang lebih banyak tidak memanfaatkan KMS dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan baik.

(42)

4.2.2 Hubungan Sikap Ibu dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,042 (0,042 < 0,05) maka Ha diterima. Jadi artinya ada hubungan antara sikap ibu dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Diperoleh hasil bahwa dari 24 responden yang memiliki sikap positif, 13 orang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 11 orang tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 17 responden yang memiliki sikap negatif, 3 orang yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 14 orang (82,4%) tidak memanfaatkan.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Sumantri, 2012).

Sikap ibu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Kartu Menuju Sehat oleh ibu balita, Karena sikap juga merupakan suatu kesiapan untuk bertindak. Sehingga ibu yang memiliki sikap positif lebih banyak yang memanfaatkan KMS dibandingkan dengan ibu yang bersikap negatif dan sebaliknya, ibu yang yang mimiliki sikap negatif lebih banyak

(43)

balita di kampung Farusi Distrik Swaniwe Kabupaten Biak dengan responden yang memiliki sikap baik sebanyak 78% dan nilai P= 0,004.

4.2.3 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS).

Uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,000 (0,000 < 0,05) maka Ha diterima. Jadi artinya ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Diperoleh hasil bahwa dari 20 responden yang menyatakan perugas kesehatan perperan, 15 orang (75%) memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 5 orang (25%) tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 21 responden yang menyatakan petugas kesehatan kurang berperan, 1 orang (4,8%) yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 20 orang (95,2%) tidak memanfaatkan.

Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan. KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya (Permenkes, 2010).

(44)

dalam memberikan penjelasan ataupun memberikan penyuluhan tentang KMS maka kemungkinan besar pemanfaatan KMS oleh ibu balita semakin tingggi. di sini juga terlihat bahwa dengan petugas kesehatan berperan lebih banyak ibu yang memanfaatkan KMS dibandingkan yang tidak memanfaatkan dan yang petugas kesehatan kurang berperan hanya 1 orang yang memanfaatkan KMS.

Penelitian yang dilakukan oleh Misnaniarti (2011), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) di posyandu oleh ibu yang mempunyai anak balita pada wilayah kerja puskesmas kertapati. Hasil penelitian menunjukkan secara statistik berhubungan secara bermakna dengan pemanfaatan KMS terhadap perilaku petugas posyandu (p-value=0,03, RP=2,85).

4.2.4 Hubungan Dukungan Kelurga dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Setelah dilakukan uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,341 (0,341 > 0,05) maka Ho diterima. Jadi artinya tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .

(45)

Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat. Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah mendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkan kapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan (Permenkes, 2010).

Dukungan keluarga memang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan KMS oleh ibu balita, Faktor dukungan keluarga merupakan salah satu faktor dari luar individu yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak, Namun disini dukungan keluarga bukan faktor satu-satunya yang mempengaruhi pemanfaatan KMS oleh ibu balita yaitu walaupun keluarga mendukung tetap masih banyak yang tidak memanfaatkan KMS.

(46)

43 6.1. Kesimpulan

1. Pengetahuan Ibu

Kebanyakan responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 25 responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar (61%). Dari hasil uji statistik Chi squre didapatkan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita dengan nilaiP value = 0,014 (0,014 < 0,05).

2. Sikap Ibu

Kebanyakan responden memiliki sikap yang positif yaitu sebanyak 24 responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar (58,5%). Dari hasil uji statistik Chi squre didapatkanada hubungan antara sikap ibu dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balitadengan nilai P value = 0,042 (0,042< 0,05.

3. Peran Petugas Kesehatan

(47)

4. Dukungan Keluarga

Kebanyakan responden menyatakan dukungan keluarganya yang masih kurang mendukung yaitu sebanyak 23 responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar (56,1%).Dari hasil uji statistik Chi squre didapatkan tidak ada hubungan antara dukungan keluargadengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita dengan nilai P value = 0,341 (0,341 >0,05).

6.2. Saran

1. Bagi Masyarakat

(48)

Arwin, 2007. Nutrisi Untuk Balita http://perawat pemula.blogspot.com/2007/10/nutrisi-untuk-balita.html Diakses pada tanggal 9 November 2012.

Depkes, RI. 1999. Pedoman Pegangan Kader, Jakarta

Depkes, RI. 2000. Referensi Kesehatan tahun 2008. http://creasoft.wordpress.com. Diakses pada tanggal 15 september 2012.

Hidayat, Alimun. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data, Jakarta: Salemba Medika.

Http://www.slideshare.net/manjilala/materi-4-pelatihan-kader-posyandu diakses pada tanggal 20 Desember 2012

Khamzah, Siti Nur. 2012.Segudang Keajaiban ASI, Jogyakarta: FlashBook

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Nagan Raya tahun 2012 Laporan Tahunan Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2012 Maulana, 2012. Lima Imunisasi Dasar Lengkap (Lil),

http://rizky0811.blogspot.com/2012/06/penjelasan-imunisasi-dasar-lengkap.html. Diakses pada tanggal 20 September 2012.

Menkes, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (Kms) Bagi Balita.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam, 2005.Ilmu kesehatan anak, Jakarta : Salemba Medika

Prasetiyono, Dwi Sunar. 2012. ASI Eklusif : Pengenalan, Praktik, dan Kemanfaatan-Kemanfaatannya,Jogyakarta: DIVA Press.

Proverawati, Atikah dan Dwi Andini, 2010. Imunisasi dan Vaksinasi, Yokyakarta: Nuha Offset.

Rahayu, Atikah dkk, 2007. Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita Di Desa Telok Selong Ilir Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar Tahun 2007. Referensi Kesehatan, 2008. Status Gizi Versi KMS,

(49)

Sarwono, Solita, 1993. Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soetjiningsih, 2003.Tumbuh Kembang Anak, Surabaya: EGC. 2005.Tumbuh Kembang Anak, Surabaya: EGC.

Sumantri, 2012. Medical World, http://mantrinews.blogspot.com/2012/01/sikap.html Diakses pada tanggal 20 Desember 2012

Sundari, 2009. Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Ibu Balita Tentang Hasil Penimbangan Balita Pada Kartu Menuju Sehat ( Kms ) Di

Posyandu Desa Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten

Purbalingga. Skripsi Universitas Muhammadiyah Semarang. Suryana, 1996.Keperawatan Anak, Jakarta: ECG.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Di
Tabel 4.3Distribusi
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan KMS Di
Tabel 4.7 Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat(KMS) Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun2013
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur-galur murni padi berumur sangat genjah (90- 104 HSS) melalui kultur antera F 1 hasil persilangan indica / japonica dan indica

Penempatan perangkap III (tiga), badak yang datang dari arah F dan mengarah turun ke Bt 890 dan dari jalur C, D dan E langsung naik ke atas Bt Batu Bedoro atau Bt 1040

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya Tahun 2020 Kepada Pegawai Negeri Sipil, Prajurit Tentara Nasional Indonesia,

Tinjauan Pustaka berisi teori-teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian antara lain statistik dan statistika, statistika deskriptif dan statistika

Kontrak berjangka atau juga dikenal dengan sebutan futures contract dalam dunia keuangan merupakan suatu kontrak standar yang diperdagangkan pada bursa

Hasil analisis menunjukkan bahwa PAUD IT Qurrota A’yun Bandar Lampung telah melaksanakan pendidikan seks untuk anak usia dini sejak tahun 2014 karena maraknya

Menurut Baharudin (2011: 26) lingkungan sosial pembelajaran seperti: teman sebaya, pendidik, dan administrasi dapat berpengaruh dalam proses belajar. Hubungan antara tiga

Abstrak – Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk: (1)mengetahui hasil belajar fisika peserta didik yang diajar secara konvensional, (2) mengetahui