• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY PENUMPANG ANGKUTAN UMUM MINIBUS L 300

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY PENUMPANG ANGKUTAN UMUM MINIBUS L 300"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ABILITY TO PAY

DAN WILLINGNESS TO PAY

PENUMPANG ANGKUTAN UMUM MINIBUS L 300

(Studi Kasus : Rute Meulaboh – Banda Aceh)

Suatu Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Sebagai Dari Syarat-Syarat Yang Diperlukan Untuk Memperoleh Gelar

Serjana Teknik (S-1)

Disusun Oleh :

Zulfikar

NIM : 07C10203127

Bidang : Transportasi Jurusan : Teknik Sipil

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ALUE PEUNYARENG

MEULABOH

(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angkutan minibus L 300 merupakan salah satu angkutan umum yang

digunakan masyarakat sebagai moda transportasi. Begitu juga bagi masyarakat

yang akan melakukan perjalanan rute Meulaboh – Banda Aceh, minibus L 300

akan menjadi salah satu moda transportasi. Angkutan minibus L 300 sebagai salah

satu moda transportasi sering terjadi permasalahan bagi pengguna, masalah yang

selalu menjadi beban yang berat bagi pengguna yaitu tentang penetapan tarif

angkutan.

Tarif angkutan umum merupakan biaya yang harus dibayar oleh pengguna

jasa angkutan umum atas fasilitas yang diterima sesuai dengan harga yang

dikeluarkan oleh operator yang menyediakan jasa angkutan umum tersebut

(Muchtarudin S, 1990).

Penetapan tarif resmi angkutan minibus L 300 oleh pemerintah merupakan

sesuatu yang berpengaruh langsung terhadap daya guna masyarakat. Jika

penetapan tarif terlalu tinggi dibandingkan kemampuan masyarakat, otomatis

konsumen tidak akan mau menggunakan angkutan minibus L 300 sebagai moda

transportasi. Agar penetapan tarif angkutan tidak menjadi beban yang berat bagi

pengguna, maka perlu mengetahui tingkat kemampuan membayar konsumen dan

tingkat kemauan membayar konsumen dilihat dari pendapatan dan fasilitas yang

disediakan operator yang menyediakan jasa angkutan.

Untuk mengetahui kemampuan dan kemauan membayar tersebut dapat

dilakukan analisis keterjangkauan daya beli pengguna jasa angkutan kota dalam

membayar tarif yang meliputi Analisis Ability To Pay(kemampuan membayar

konsumen) dan Willingness To Pay (kemauan membayar konsumen) terhadap

tarif yang diberlakuakan (Soemarsono, 2002). Selanjutnya hal ini disingkat

(3)

2

Harga bahan bakar minyak yang semakin tinggi juga ikut berdampak pada

kenaikan tarif angkutan minibus L 300 yang mempengaruhi nilai kemampuan dan

kemauan masyarakat pengguna. Berangkat dari permasalahan tersebut maka perlu

diadakan suatu penelitian tentang Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) sehingga mengetahui besaran daya beli penumpang.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah tarif yang berlaku saat

ini untuk angkutan umum minibus L 300 rute Meulaboh – Banda Aceh, telah

sesuai ditinjau dari Ability To Pay (kemampuan membayar penumpang) dan

Willingness To Pay (kemauan membayar penumpang). Permasalahan lain yang terjadi adalah perubahan tarif yang seharusnya harga karcis untuk minibus L 300

rute Meulaboh – Banda Aceh sebesar Rp.120.000, tetapi dilapangan pihak

angkutan mengambil tarif sebesar dibawah Rp.120.000.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tentang Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay Penumpang Angkutan Umum Minibus L 300 yaitu untuk mengetahui tarif dilihat dari kemampuan membayar konsumen berdasarkan dari pendapatan

penumpang dan kemauan membayar konsumen berdasarkan dari fasilitas yang

disediakan operator penyedia jasa angkutan minibus L 300 rute meulaboh –

Banda Aceh.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari penelitian yang terlalu luas dan untuk memberikan

arah yang lebih baik serta memudahkan penyelesaian diperlukan

(4)

3

1. Angkutan umum yang diamati adalah angkutan umum minibus L 300 rute

Meulaboh – Banda Aceh

2. Penelitian dilakukan saat harga bensin Rp. 7.300,- per liter.

3. Tarif angkutan yang saat ini sebesar Rp.

120.000,-4. Pengambilan data dilakukan selama waktu operasi angkutan umum L 300

dalam hari kerja dan hari libur, pada jam sibuk dan tidak sibuk.

5. Lokasi survey yang di amati dalam penelitian ini adalah di terminal Meulaboh

dan pada ruas jalan Meulaboh – Banda Aceh.

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian Analisis Ability To Pay Dan Willingness To Pay

Penumpang angkutan Umum minibus L 300 rute Meulaboh – Banda Aceh, dapat

memberikan manfaat berupa :

1. Menambah pengetahuan dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai

Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay Penumpang Minibus L 300 2. Sebagai bahan pertimbangan pihak-pihak bersangkutan seperti pemilik minibus

L 300 Meulaboh, DLLAJ dalam membuat kebijakan menenai tarif angkutan

umum khususnya angkutan umum minibus L 300.

3. Bagi para mahasiswa, akademisi dan pemerintah masalah angkutan pada

umumnya, penelitian ini diharapkan akan mendorong penelitian berikutnya

yang lebih sempurna.

1.6 Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian dapat dihitung nilai kemampuan dan kemauan

penumpang untuk membayar tarif angkutan minibus L 300 rute meulaboh –

Banda Aceh dengan jumlah sampel 100 penumpang. Dari perhitungan diperoleh

nilai Ability To Pay (ATP) rata – rata dari 9 katagori pekerjaan adalah sebesar Rp. 112.000 dilihat dari pendapatan penumpang. Nilai ATP terendah sebesar Rp.

(5)

4

sebesar Rp. 118.500 dengan jenis pekerjaan Nelayan. Hasil nilai Willingness To Pay (WTP) rata – rata dari 100 penumpang minibus L 300 adalah sebesar rp.97.000, kemauan membayar penumpang yang terendah adalah Rp.94.000

dengan jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan persentase 22% dari 100

penumpang. Sedangkan kemauan membayar penumpang yang tetinggi adalah

Rp.99.000 dengan jenis pekerjaan nelayan dengan persentaese 7% dari 100

penumpang. Dari hasil perhitungan yang diperoleh, harga tarif yang berlaku saat

ini untuk minibus L 300 rute Meulaboh – Banda Aceh tidak terlalu jauh beda jika

(6)

5 BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Sofyar, (2004) melakukan penelitian tentang Analisis Ability To Pay

(ATP) dan Willingness Pay (WTP) Penumpang Taksi di Wilayah Surakarta.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

membayar konsumen (ATP) berdasarkan pendapatan yang dialokasikan untuk

biaya transportasi dan WTP berdasarkan fasilitas yang dinikmatinya. Penelitian

tersebut berkesimpulan bahwa ATP tarif buka pintu sebesar Rp. 3113,22,- ,

WTP tarif buka pintu sebesar Rp. 2756, 76,- ,dan ATP tarif per kilometer

sebesar Rp. 2298,04,- , WTP tarif per kilometer sebesar Rp. 1514,98,-, sehingga

dapat disimpulkan bahwa kemampuan membayar lebih besar daripada keinginan

masyarakat menggunakan jasa tersebut. Sedangkan pada penelitian ini akan

mengkaji tentang analisis tarif angkutan umum khususnya angkutan bus kota

dilihat dari daya beli penumpang yang mungkin berbeda dengan angkutan taksi.

2.1 Ability To Pay (ATP)

M Rahmad P (2012) Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan

seseorang untuk membayar jasa angkutan yang diterimanya berdasarkan

penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam Kajian

ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan intensitas perjalanan

pengguna. Besar ATP adalah rasio anggaran untuk transportasi dengan intensitas

perjalanan. Besaran ini menunjukkan kemampuan masyarakat dalam membayar

ongkos perjalanan yang dilakukannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ATP adalah :

1. Penghasilan keluarga per bulan

Bila pendapatan total keluarga semakin besar, tentunya semakin banyak uang

yang dimilikinya sehingga akan semakin besar alokasi biaya transportasi

(7)

6 2. Alokasi biaya transportasi

Semakin besar alokasi biaya transportasi yang disediakan sebuah keluarga,

maka secara otomatis akan meningkatkan kemampuan membayar

perjalanannya, demikian pula sebaliknya.

3. Intensitas perjalanan

Semakin besar intensitas perjalanan keluarga tentu akan semakin panjang

pula jarak (panjang) perjalanan yang ditempuhnya maka akan semakin

banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga per bulan yang harus

disediakan.

4. Jumlah anggota keluarga

Semakin banyak jumlah anggota keluarga tentunya akan semakin banyak

intensitas perjalanannya, semakin panjang jarak yang ditempuhnya dan

secara otomatis akan semakin banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga

(8)

7 2.2. Willingness To Pay (WTP)

Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk

mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan

dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa

pelayanan angkutan umum tersebut. Dalam permasalahan transportasi WTP

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:

1. Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan

transportasi. Semakin banyak jumlah armada angkutan yang melayani

tentunya lebih menguntungkan pihak pengguna.

2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan. Dengan produksi jasa

angkutan yang besar, maka tingkat kualitas pelayanan akan lebih baik,

dengan demikian dapat dilihat pengguna tidak berdesak -desakkan dengan

kondisi tersebut tentunya konsumen dapat membayar yang lebih besar.

3. Utilitas atau maksud pengguna terhadap angkutan tersebut Jika manfaat yang

dirasakan konsumen semakin besar terhadap suatu pelayanan transportasi

yang dirasakannya tentunya semakin besar pula kemauan membayar

terhadap tarif yang berlaku, demikian sebaliknya jika manfaat yang

dirasakan konsumen rendah maka konsumen akan enggan untuk

menggunakannya, sehingga kemauan membayarnya pun akan semakin

rendah.

4. Penghasilan pengguna bila seseorang mempunyai penghasilan yang besar

maka tentunya kemauan membayar tarif perjalanannya semakin besar hal ini

disebabkan oleh alokasi biaya perjalanannya lebih besar, sehingga akan

memberikan kemampuan dan kemauan membayar tarif perjalanannya

(9)

8

Nilai WTP didapat dengan merata-ratakan persepsi tarif yang dipilih untuk

setiap jenis pekerjaan:

WTP jenis pekerjaan = ...(2.2)

WTP seluruh kategori pekerjaan =

...(2.3)

2.3 Hubungan Ability To Pay dan Willingness To Pay

Pelaksanaan dalam menentukan tarif sering terjadi benturan antara

besarnya ATP dan WTP, kondisi tersebut dapat berupa:

- ATP lebih besar dari WTP

Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan membayar lebih besar daripada

keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai

penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif

(10)

9 - ATP lebih kecil dari WTP

Kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi yang diutarakan sebelumnya

dimana keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut lebih besar

daripada kemampuan membayarnya. Hal ini mungkin terjadi bagi pengguna

yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa

angkutan sanagt tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk membayar jasa

tersebut relatif lebih dipengaruhi oleh utilitas, pada kondisi ini pengguna

disebut captive riders.

- ATP sama dengan WTP

Kondisi ini menunjukkan bahwa antara kemampuan dan keinginan

membayar jasa tersebut adalah sama, pada kondisi ini terjadi keseimbangan

utilitas pengguna dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa

tersebut.

2.4 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki

kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok

dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan

jelas sebelum penelitian dilakukan. sedangkan sampel merupakan unsur-unsur

yang di ambil dari populasi. Populasi dalam penelitian dapat pula diartikan

sebagai keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Unit analisis

adalah unit/satuan yang akan diteliti atau di analisis.

Menurut Nazir (2003), untuk menentukan jumlah sampel dapat

(11)

10 p = proporsi populasi = 0.5

B = Bond of error dalam pengambilan sampel = 0.1 4 = konstanta

Tiap hasil obsevarsi yang memiliki sifat yang diinginkan diberi nilai 1

dan tidak diberi nilai 0. Jika ditarik sebuah sampel yang besa rnya n, maka

proporsi sampel adalah ratio dari unsur dalam sampel yang mempunyai sifat

yang diinginkan. Dengan kata lain adalah rata-rata dari harga 0 dan 1 dari nilai

observasi sampel.

Menurut Isgianto (2009), proporsi populasi (p) biasanya diketahui dari

hasil survey sebelumnya, namun jika nilai p sama sekali tidak diketahui, maka

yang mungkin dilakukan adalah mencari sampel sebanyak mungkin. Dari rumus

ini nilai sampel yang paling besar bisa diperoleh dari nilai terbesar p(1-p) yaitu

pada saat p = 0,5. Nilai derajat ketepatan sebesar 90% atau Bouond of error (B) ditetapkan = 0,1.

2.5 Kerangka Pemikiran

Penelitian akan dimulai dengan pengumpulan data baik data sekunder

maupun data primer. Data primer diperoleh dengan meresponden/bertanya

lansung pada penumpang, sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak Dinas

Perhubungan, Setelah memperoleh data-data tersebut dilakukan kajian

perhitungan tarif berdasarkan ATP dan WTP. Dari hasil analisis tersebut

(12)

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pemilihan Strategi Penelitian

Strategi penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam melaksakanakan

penelitian dengan menggunakan metode survey state Preference. Survey

dilakukan dengan cara meresponden setiap penumpang minibus L300 rute

Meulaboh – Banda Aceh yang berfungsi untuk mengumpulkan data dari

penumpang berupa kemampuan membayar dan keinginan membayar

penumpang. Perancangan kuesioner dibagi menjadi tiga bagian yaitu

karakteristik responden, ATP dan WTP.

1. Kuesioner Karakteristik Penumpang.

Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui karakteristik dari responden

penumpang minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh dengan menanyakan

nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah ke Banda Aceh, alat

transportasi yang paling sering digunakan, waktu tempuh menuju Banda

Aceh, maksud perjalanan, dan biaya satu kali perjalanan ke Banda Aceh.

2. Kuesioner Ability To Pay (ATP)

ATP adalah kemampuan membayar dari masyarakat atas imbalan

terhadap barang atau jasa yang dinikmati berdasarkan pendapatan yang

dianggap ideal sehingga faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan

ATP terhadap Angkutan minibus L300 adalah total pendapatan responden,

dan alokasi biaya transportasi ke Banda Aceh per bulan.

c. Kuesioner Willingness To Pay (WTP)

WTP dapat didefenisikan sebagai besaran rata-rata rupiah yang bersedia

dikeluarkan oleh penumpang sebagai pembayaran satu unit layanan minibus

L300 yang dinikmatinya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP

terhadap jasa angkutan minibus L300 didasarkan atas tarif L300 yang

(13)

12

L300 adalah tarif yang diharapkan atau kemauan tarif yang talah ditetap kan

oleh pemilik angkutan minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh.

3.2 Kuisioner Karakteristik Responden

Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui karakteristik dari responden

penumpang minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh dengan menanyakan

umur, jenis kelamin, jumlah ke Banda Aceh, frekuensi ke Banda Aceh, alat

transportasi yang paling sering digunakan, alternatif alat tranportasi yang biasa

dipilih, waktu tempuh menuju Banda Aceh, posisi tempat tinggal/asal, maksud

perjalanan, dan biaya satu kali perjalanan ke Banda Aceh. Kuesioner secara

lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Format tabel untuk data mentah karakteristik responden

Re

Kuesioner ATP pengguna jasa angkutan minibus L300 rute Meulaboh–

Banda Aceh terdiri dari total pendapatan responden, dan alokasi biaya

transportasi ke Banda Aceh per bulan. Kuesioner secara lengkap dapat dilihat

(14)

13

Tabel 3.2 Format tabel untuk data mentah ATP responden

Re

3.4 Kuisioner Willingess To Pay (WTP)

Kuesioner WTP ini berisikan variabel tarif yang diharapkan pengguna

jasa angkutan minibus L300 bedasarkan kemauan membayar dilihat dari

pendapatan responden

3.5 Alat dan Bahan Survey

Adapun peralatan dan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam survey

ini meliputi :

 Alat tulis, digunakan untuk menulis berupa, pena, pensil dan lain-lain.  formulis survey penumpang.

 Kamera, di gunakan untuk dokumentasi selama penelitian.

3.6 Bahan atau Data Survey

Tahap pengumpulan data merupakan langkah awal setelah tahap

(15)

14

penting, karena dari sini dapat ditentukan permasalahan dan rangkaian penentuan alternatif pemecahan masalah yang diambil. Data yang dibutuhkan antara

lain :

3.6.1 Data Primer

Yang dimaksud data primer yaitu data yang diperoleh dari survey

langsung di lapangan,adapun data yang diperlukan adalah:

a. tujuan/maksud perjalanan

b. intensitas penggunaan angkutan minibus L300

c. besarnya pengeluaran untuk transportasi

d. tingkat penghasilan

e. persepsi penumpang terhadap tarif yang berlaku

f. waktu dalam perjalanan.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari berbegai instansi guna

mandukung penelitian. Data merupakan publikasi-publikasi statistik yang

dikeluarkan oleh instansi tersebut.

3.7 Lokasi survey

Lokasi survey untuk penelitian Analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay Penumpang angkutan Minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh yaitu di terminal Meulaboh dan pada ruas jalan Lintas Meulaboh – Banda Aceh.

3.8 Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan merupakan survey skala kecil tetapi sangat penting, agar survey sesungguhnya dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.

Survey pendahuluan ini meliputi:

(16)

15

2. Penentuan waktu survey. Pelaksanaan survey dilaksanakan dalam dua

pembagian waktu yaitu pada hari kerja dan hari libur. Penentuan hari survey

harus dengan pertimbangan bahwa hari yang dipilih dapat mewakili hari

dalam seminggu.

3. Penentuan jumlah surveyor Penentuan jumlah surveyor sangat penting agar Pengecekan form survey Pengecekan form survey bertujuan agar pada saat

survey utama surveyor tidak mengalami kesulitan dalam mengisi formulir survey. Kelengkapan form survey seperti: nama surveyor, waktu survey, dan plat nomor kendaraan

4. pelaksanaan survey dapat efisien dan efektif.

3.9 Jumlah Sampel

Jumlah sampel diperoleh dari populasi rata-rata penumpang angkutan

umum minibus L300 yang dilakukan pada survey pendahuluan. Dari hasil perhitungan jumlah sampel, diperoleh jumlah sampel 100 orang dari 16 unit

angkutan minibus yang beropasi. Dihitung memakai rumus menurut Nazir (2003)

untuk menentukan jumlah sampel.

Analisis data dilaksanakan setalah data-data diperoleh dari lapangan

maupun data dari hasil wawancara dengan penumpang minibus L300. Data dari

kuisioner untuk mengetahui besarnya nilai ATP dan WTP penumpang

(17)

16 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisikan data hasil penelitian di lapangan yang dilakukan

selama satu minggu pengamatan tentang Analisis Ability To Pay dan Willingness

To Pay Penumpang Angkutan Minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh, yang

meliputi :

1. Data Jumlah Sampel

2. Analisis Karakteristik Responden

3. Analisis Karakteristik Ability To Pay (ATP) dan 4. Analisis Karakteristik Willingness To Pay (WTP)

4.1 Data Jumlah Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh dari populasi rata-rata

penumpang angkutan umum minibus L300 yang dilakukan pada survey

pendahuluan. Dari hasil perhitungan, diperoleh jumlah sampel 100 orang dari 16

unit angkutan minibus L300 yang beropasi. Menentukan jumlah sampel dihitung

memakai rumus menurut Nazir (2003).

-

- -

... D =

= 0,0025

=

=

= 100,02

(18)

17

Tabel 4.1 Tabel jumlah penumpang minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh

4.2 Analisis Karakteristik Responden

Analisis karakteristik reponden terdiri dari informasi umur, jenis kelamin,

jumlah ke Banda Aceh, frekuensi ke Banda Aceh, alat transportasi yang paling

sering digunakan, waktu dalam perjalanan, posisi tempat tinggal/asal, maksud

perjalanan, dan biaya satu kali perjalanan ke Banda Aceh. Data karakteristik

(19)

18 Tabel 4.2 Perhitungan karakteristik responden.

4.2.1 Bedasarkan Umur Responden

Bedasarkan penelitian di lapangan diperoleh umur responden penumpang

minibus L300 di dominasi oleh usia 19 sampai 25tahun yaitu sebesar 9% . Untuk

usia 26 sampai 30 tahun yaitu sebesar 19%. Untuk usia 31 sampai 40 tahun yaitu

sebesar 31%. Untuk usia 41 sampai 50 tahun yaitu sebesar 26%. Untuk usai 51

sampai 60 tahun yaitu sebesar 12%. Untuk usia 61 sampai 63 yaitu sebesar 10%.

Dan untuk lebih jelas dapat dilihat gambar 4.1 Diagram umur responden di atas.

Umur responden presentase terbesar penumpang minibus L300 ini adalah pada

usia 31 s/d 40 yaitu dengan presentase 31%.

(20)

19 Gambar 4.1 Diagram umur responden

Gambar 4.1 Diagram Umur Responden

4.2.2 Jenis kelamin

Bedasarkan jenis kelamin penumpang angkutan minibus L300 di

dominasi oleh 54% Pria dan 46% wanita. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

gambar 4.2 Diagram jenis kelamin berikut.

Gambar 4.2 Diagram jenis kelamin

9%

19%

31% 26%

12% 3%

Umur Responden

19-25 26-30 31-40 41-50 51-60 61-63

54% 46%

Jenis Kelamin

(21)

20 4.2.3 Frekuesi Ke Banda Aceh

Bedasarkan jumlah 100 penumpang ke Banda Aceh yang diamati,

penumpang angkutan minibus L300 di dominasi oleh jumlah penumpang yang

satu kali ke Banda Aceh dalam satu bulan yang persentasenya yaitu 93% dan

jumlah penumpang yang dua kali ke Banda Aceh dalam satu bulan persentasenya

yaitu 7% . Untuk lebih jelas dapat di lihat pada gambar 4.3 diagram frekuensi

penumpang ke Banda Aceh beriku.

Gambar 4.3 Diagram frekuensi ke Banda Aceh

4.2.4 Tranportasi Yang Paling Sering Di Gunakan Menuju Ke Banda Aceh

Berdasarkan diagram diatas transportasi yang paling sering digunakan

oleh penumpang angkutan mnibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh dengan

sampel 100 penumpang didominasi 49% penumpang yang menggunakan sepeda

motor menuju ke Banda Aceh dan 51% penumpang yang menggunakan jasa

angkutan minibus L300 untuk menuju ke Banda Aceh. 93%

7%

Frekuensi ke Banda Aceh

(22)

21

Gambar 4.4 Diagram tranportasi yang paling sering di gunakan ke Banda Aceh

4.2.5 Waktu Menuju Ke Banda Aceh

Bedasarkan waktu menuju atau sampai ke tujuan dari 100 penumpang angkutan minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh didominasi antara 1,5 s/d 2 jam yaitu 4%, untuk 2,5 s/d 3 jam yaitu 7%, dan untuk 4,5 s/d 5 jam yaitu 89%.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.6 Diagram waktu menuju ke Banda

Aceh.

Gambar 4.5 Diagram waktu menuju ke Banda Aceh 49% 51%

Transportasi Yang Sering Digunakan Ke Banda Aceh

Sepeda Motor L300

4%

7%

89%

Waktu menuju Banda Aceh

(23)

22 4.2.6 Maksud Tujuan Perjalanan

Bedasarkan maksud tujuan dari responden dalam melakukan perjalanan ke

Banda Aceh menggunakan jasa angkutan minibus L300 sebesar 56% dalam

rangka keluarga atau liburan, 13% untuk belanja, 22% untuk jualan atau bisnis,

untuk ke rumah sakit atau berobat yaitu 6% dan 3% responden menggunakan jasa

minibus L300 yaitu untuk keperluan kuliah. untuk lebih jelas dapat dilihat pada

gambar 4.7 Diagram maksud tujuan perjalan penumpang ke Banda Aceh.

Gambar 4.6 Diagram maksud tujuan perjalan

4.2.7 Tempat Tinggal Atau Lokasi Sebelum Ke Banda Aceh

Bedasarkan tempat tinggal atau lokasi sebelum ke Banda Aceh penumpang

angkutan minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh, 24% penumpang berasal

dari kecamatan Johan Pahlawan kabupaten Aceh Barat, 36% penumpang dari

kecamatan Meureubo kabupaten Aceh Barat, 16% penumpang dari kecamatan

Kawai XVI kabupaten Aceh Barat dan 6% penumpang berasal dari Banda Aceh. 56%

13% 21%

3%

6% 1%

Maksu Tujuan Perjalanan

Keluaga/Liburan/Jenguk Anak Belanja

Penataran/Bisnis/Kerja Kuliah/Jilid Buku

(24)

23

Gambar 4.7 Diagram tempat tinggal atau lokasi sebelum ke Banda Aceh

4.2.8 Biaya Satu Kali Perjalan Ke Tujuan

Bedasarkan biaya yang harus di bayar oleh penumpang minibus L300 rute

Meulaboh – Banda Aceh disesuaikan dengan jarak tujuan penumpang, tarif yang dibayar diantaranya seperti Meulaboh – Calang tarif yang harus dibayar adalah Rp 30,000/orang, Meulaboh - Lamnoe Rp 50,000/orang. Sedangkan untuk trayek

Meulaboh – Banda Aceh penumpang harus membayar jasa angkutan umum

minibus L300 adalah Rp 120,000/orang.

4.3. Analisis Ability To Pay (ATP)

Dalam analisis ATP pengguna jasa angkutan minibus L300 rute Meulaboh–Banda Aceh Besarnya nilai ATP dibuat bedasarkan pendapatan responden, alokasi biaya transprotasi ke Banda Aceh per bulan dan frekuensi

menuju ke Banda Aceh per bulan.

36%

42% 16%

6%

Tempat tinggal/lokasi sebelum ke Banda Aceh

(25)

24 Gambar 4.8 Diagram pemdapatan penumpang.

Pendapatan penumpang mempengaruhi kemampuan membayar, apabila

pendapatan tinggi maka kemauan membayar juga tinggi begitupun sebaliknya,

jika pendapatan kecil sudah pasti kemauan untuk membayar sangat kurang. Dari

gambar 4.8 menunjukkan bahwa pendapatan penumpang angkutan minibus L300

rute Meulaboh – Banda Aceh mempunyai penghasilan per bulan di bawah Rp

1.000.000,- yaitu 20%, Rp 1.000.000,- s/d 2.000.000,- yaitu 43%, Rp 2.000.000,-

s/d Rp 3.000.000,- yaitu 31%, dan diatas Rp 3.000.000,- yaitu 6%. Presentase

pendapatan terbesar yaitu 43% sebesar Rp. 1.000.000,00,- s/d 2.000.000,00,-.

Perhitungan nilai Ability To Pay dapat dilihat pada tabel 4.3 dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

20%

43% 31%

6%

Pendapatan Penumpang

(26)

25 Tabel 4.3 Perhitungan Ability to pay (ATP)

4.3.1 ATP Tarif Bedasarkan Jenis Pekerjaan.

(27)

26

8. ATP rata-rata untuk katagori IRT

= Rp 102.000

9. ATP rata-rata untuk katagori Kerja Bangunan

= Rp 118.000

4.3.2 ATP Tarif Rata –Rata Bedasarkan Semua Jenis Pekerjaan.

ATP rata-rata seluruh katagori pekerjaan adalah sebagai berikut.

= Rp. 112.000,00,-

ATP responden per bulan yang terbesar didominasi oleh jenis pekerjaaan

nelayan yaitu Rp. 118.500 /bulan dengan frekuensi ke Banda Aceh rata-rata 1 kali

/ bulan dan sedangkan ATP terrendah didominasi oleh responden yang jenis

pekerjaannya IRT yaitu mampu membayar Rp 102.000 /bulan dengan frekuensi

ke Banda Aceh 1 kali/ bulan.

4.4. Analisis Willingness To Pay (WTP)

Analisis WTP dalam penelitian ini adalah rata-rata tarif yang di harapkan

atau yang sesuai dengan kemauan membayar penumpang terhadap jasa angkutan

umum yang digunakannya. Dilihat dari kemauan membayar responden angkutan

minibus L300 tersebut persentase terbesar responden berkemauan membayar tarif

Rp 99,000 yaitu dengan persentase 7% dengan jumlah penumpang 7 orang dari

100 responden. Sedangkan kemauan membayar yang paling rendah adalah Rp

94.000 yaitu dengan persentase 22% dengan jumlah penumpang 22 orang dari 100

(28)

27

Tabel 4.4 Tabulasi jumlah responden bedasarkan WTP dan pekerjaan

Willingness To Pay Total

4.4.1 Nilai WTP Bedasarkan Jenis Pekerjaan

1. WTP rata-rata untuk katagori PNS

= Rp 96.250,- 2. WTP rata-rata untuk katagori Swasta

= Rp 97.500,-

3. WTP rata-rata untuk katagori Jualan Usaha

= Rp 96,000,- 4. WTP rata-rata untuk katagori Tani

(29)

28 5. WTP rata-rata untuk katagori Mahasiswa

= Rp 98.000,- 6. WTP rata-rata untuk katagori Nelayan

= Rp 99,000,- 7. WTP rata-rata untuk katagori Perawat

= Rp 97,000,- 8. WTP rata-rata untuk katagori Kerja Bangunan

= Rp 96,000,-

9. WTP rata-rata untuk katagori IRT

= Rp 94,000,-

4.4.2 Nilai WTP Bedasarkan Seluruh Katagori Pekerjaan

WTP rata-rata seluruh katagori pekerjaan adalah sebagai berikut.

= Rp 97.000,-

WTP responden per bulan yang terbesar didominasi oleh jenis pekerjaaan

nelayan yaitu mau membayar Rp 99,000,- dengan frekuensi 7 responden dan

sedangkan WTP terendah didominasi oleh responden yang jenis pekerjaannya

(30)

29 Tabel 4.5 Rekatupilasi Tarif

Jenis Tarif Nilai tarif

Bedasarkan ATP Rata-rata Rp. 112.000

Bedasarkan WTP Rata-rata Rp. 97.000

Tarif yang berlaku Rp 120,000.00

Gambar 4.9 Perbandingan tarif menurut ATP dan WTP dalam ribu.

Gambar 4.9. menunjukkan bahwa besaran tarif bedasarkan ATP sebesar

Rp111.000,- dan bedasarkan WTP sebesar Rp94.000,-. Hal ini berati kemampuan

da kemauan membayar penumpang di bawah tarif yang berlaku yaitu sebesar

Rp120,000,-. Dapat terjadi kerena sebagian penumpang berpenghasilan rendah

sehingga masih banyak penumpang yang membayar tarif tidak sesuai yang

berlaku, peranan pemerintah akan memberi subsidi sangatlah penting mengingat

harga minyak yang terkadang naik dan turun, dan mnciptakan lapangan kerja agar

penumpang angkutan minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh dapat

(31)

30

4.5 Hubungan Ability To Pay dan Willingness To Pay

Analisis dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh ATP dan WTP

terhadap tarif yang ditetapkan. Dilihat dari ATP responden yang berpendapatan

tinggi mampu membayar tarif di atas Rp 120.000,- sedangkan responden yang

berpendapatan menengah mampu membayar antara Rp 110,000-Rp112,000 dan

responden yang berpedapatan rendah mampu membayar tarif antara di bawah

Rp.111.000,-. Dilihat dari WTP jenis pekerjaan semua responden yang

pekerjaannya PNS mau membayar tarif Rp. 96,250, dan untuk pekerjaan Swasta

responden mau membayar tarif Rp. 97.500, untuk responden yang pekerjaanya

jualan/usaha semua responden mau membayar tarif Rp. 96,000, untuk pekerjaan

tani responden mau membayar tarif antara Rp. 96,000, dan untuk pekerjaan

Mahasiswa mau membayar Rp. 98.000, untuk pekerjaan nelayan mau membayar

Rp. 99.000, dan untuk pekerjaan Perawat mau membayar Rp. 97.000, untuk

pekerjaan IRT mau membayar tarif sebesar Rp. 94,000, sedangkan untuk jenis

(32)

29 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dengan jumlah sampel 100

penumpang, maka dapat dihitung nilai kemampuan dan kemauan penumpang

untuk membayar tarif angkutan minibus L300 rute Meulaboh – Banda Aceh. Dari

perhitungan diperoleh nilai Ability To Pay (ATP) rata-rata dari 9 katagori pekerjaan adalah sebesar Rp.112.OOO,-. ATP terendah sebesar Rp.102.000, jenis

pekerjaan Ibu Rumah Tangga dengan persentase penumpang 22% dari 100

penumpang dan nilai ATP tertinggi sebesar Rp.118.500, jenis pekerjaan Nelayan,

dengan persentase penumpang yaitu 7% dari 100 penumpang. Sedangkan nilai

Willingness To Pay (WTP) rata-rata dari 100 penumpang adalah sebesar Rp 97.000,-. Kemauan membayar penumpang (WTP) yang terendah adalah Rp

94.000 dengan jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga, dan kemauan membayar

penumpang (WTP) yang tertinggi adalah Rp 99,000, dengan jenis pekerjaan

Nelayan.

Dari perhitungan yang diperoleh seperti penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa tarif yang berlaku pada saat ini yaitu sebesar Rp. 120,000.00,-

masih berada diatas kemampuan membayar konsumen (Ability To Pay) dan kemauan membayar konsumen (Willingness To Pay).

5.2 Saran

a. Tarif yang diberlakukan lebih tinggi dari daya beli penumpang sehingga perlu

disesuaikan.

b. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membatasi kepemilikan kendaraan

pribadi dan memaksimalkan fungsi angkutan umum sehingga load factor

(33)

30

c. Perlu adanya perbaikan untuk fasilitas angkutan yang disediakan oleh pemilik

angkutan umum minibus L300 agar penumpang merasa nyaman memakai jasa

angkutan minibus L300.

d. Bagi pemilik angkutan umum khususnya angkutan umum minibus L300 yang

ada di Meulaboh khususnya, apabila ada Mahasiswa yang ingin melakukan

penelitian tentang angkutan umum harap diterima untuk kebaikan ke

(34)

31

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, M., 1990, Beberapa Masalah Ekonomi dan Management Perangkutan,

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Nazir, 2003, Metode Penelitian Edisi 5, Jakarta, Penerbit: Ghahlia Jakarta

Suharsono, S.H, (2003), Analisis Keterjangkauan Daya Beli Pengguna Jasa Angkutan Umum Dalam Membayar Tarif (Studi Kasus : Pengguna Jasa Angkutan Kota di Kabupaten Kudus). PILAR Volume 12, Nomor 2, September 2003 : halaman 73 – 88.

Sofyar, Ifan W A, (2004), Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To pay, PenumpangTaksi di Wilayah Surakarta.

Isgianto A, 2009, Teknik Pengambilan Sampel, Jogjakarta : Mitra Cendikia Press

Yuniarti T, (2009). Analisis Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan, Ability To Pay Dan Willingness To Pay, Studi Kasus PO.ATMO Trayek Palur-Kartasura di Surakarta: Skripsi, Jurusan Teknik Sipil , Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret,.

Permata R M, (2012), Analisis Ability To Pay Dan Willingness

Gambar

Gambar 2.1 Faktor-Faktor ATP
Gambar 2.2 Faktor-faktor WTP
Tabel 3.1  Format tabel untuk data mentah karakteristik responden
Tabel 3.2 Format tabel untuk data mentah ATP responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adidya Afandi, 2016, Analisis Potensi Demand Batik Solo Trans Koridor 2 pada Fungsi Guna Lahan Perkantoran dan Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP),

WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA ANGKUTAN UMUM UNTUK PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR I DI KOTA SURAKARTA:.. APLIKASI METODE

Dalam penentuan tarif angkutan umum yang sekarang dilakukan. ditemukan beberapa perbedaan pendapat, dimana masyarakat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan besaran tarif yang tepat untuk angkutan umum dengan trayek Cicaheum-Ciroyom di Kota Bandung.Metode perhitungan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analsis Ability to Pay dan Willingness to Pay Pengguna Jasa Kereta Api

Faktor yang dianggap sudah sesuai dengan kepentingan penumpang seperti waktu tempuh angkutan umum ke tempat tujuan, tarif angkutan umum, keamanan penumpang saat naik

Penentuan harga dengan metode ability to pay (ATP) dan willingness to pay (WTP) untuk produk sikat gigi berbahan limbah kayu didapatkan nilai Rp 2.216 untuk

Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pada Batik Solo Trans (BST) Koridor Empat Di Surakarta, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas.. Teknik,