• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada Acara Pelatihan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak Tempat Hotel Aston Rasuna Tanggal 18 Juni 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pada Acara Pelatihan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak Tempat Hotel Aston Rasuna Tanggal 18 Juni 2013"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Pada Acara

Pelatihan Pengendalian Pencemaran Udara

Sumber Tidak Bergerak

Tempat Hotel Aston Rasuna Tanggal 18 Juni 2013

Oleh Ka. Bidang Penegakan Hukum Lingkungan BPLHD Provinsi DKI Jakarta

Yusiono A. Supalal MAS

(2)

UU 32/2009

PERLINDUNGAN DAN

PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 20 Ayat (3)

Setiap orang diperbolehkan untuk

membuang limbah ke media

lingkungan hidup dengan

persyaratan:

a. memenuhi baku mutu

lingkungan hidup

b. mendapat izin

dari

Menteri,Gubernur, atau

bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya

(3)

LANDASAN HUKUM PPU

PERSYARATAN TEKNIS DAN

(4)

PERATURAN PERUNDANGAN

PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

1. UU 32/2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup

2. PP 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

.

3. KEPMENLH No:KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak

Bergerak.

4. KEPKA-BAPEDAL No. 205/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran

Udara

5. KEPMENLH 48/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

6. KEPMENLH 49/1996 tentang Baku Mutu Getaran

7. KEPMENLH 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.

8. Permen LH No. 07/2007 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi Ketel Uap

9. Permen LH No. 21/2008 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi Usaha

dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal

10. Permen LH No. 13/2009 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi Usaha

dan/atau Minyak dan Gas

11. PERMENLH 12/2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah

12. Perda No. 2 Tahun 2005 ttg PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

13. Pergub No. 670 Tahun 2000 ttg Penetapan Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

di Provinsi DKI Jakarta

(5)

Setiap penanggungjawab jenis kegiatan wajib memenuhi ketentuan

sebagai berikut:

1. membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung

dan alat pengaman

;

2. memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir

volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah

dan kecepatan angin;

3. melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap

cerobong emisi;

4. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud

kepada Gubernur dengan tembusan kepada Kepala badan

sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan;

5. melaporkan kepada Gubernur serta Kepala Badan apabila ada kejadian

tidak normal dan/atau dalam keadaan darurat yang mengakibatkan

baku mutu emisi dilampaui

(6)

LANJUTAN…

6. wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan setiap 3 bulan sekali baik dari

peralatan CEM kepada Gubernur/Bupati/Walikota tembusan kepada Menteri

7. wajib memasang

Continuous Emissions Monitoring

(CEM) pada cerobong

tertentu

dan bagi cerobong yang tidak dipasang peralatan CEM wajib dilakukan

pengukuran manual dalam waktu 6 (enam) bulan sekali (industri pupuk, semen,

besi baja, pulp dan kertas, minyak dan gas);

8. wajib melakukan pengelolaan terhadap sumber-sumber yang berpotensi

sebagai sumber fugitive emission

9. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit

1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang

beroperasi kurang dari 6 (enam) bulan

10. menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi

11. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit

2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang

beroperasi selama 6 (enam) bulan atau lebih

(7)

Keputusan Kepala Bapedal No. 205/1996 ttg Pedoman Teknis

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

Persyaratan lainnya yang wajib dilaksanakan oleh setiap penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan, antara lain meliputi:

1. Periode pemantauan;

2. Penetapan lokasi pemantau emisi dan udara ambien;

3. Pemasangan alat pemantauan kualitas udara emisi (CEM);

4. Pengambilan contoh uji dan analisis kualitas emisi gas buang;

5. Persyaratan cerobong, meliputi:

a) Pengaturan cerobong.

b) Lubang sampling.

c) Sarana pendukung.

d) Unit pengendalian pencemaran udara, meliputi:

1) Electrostatic Precipitator.

2) Siklon.

3) Pengumpul proses basah (Wet Process Collector)

4) Cartridge Collector

(8)

Untuk cerobong yang berbentuk lingkaran, penentuan titik lubang sampling adalah

berada diantara minimal 8 x diameter

stack

(ds) untuk

down stream

dan 2x diameter

stack

(Ds) untuk

upstream

Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm atau 4 inci.

Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistem pelat

flange

yang dilengkapi dengan baut Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus

dinding cerobong

8 x D

2 x D

Pemeriksaan Sarana Pendukung Sampling

(9)

LETAK LUBANG SAMPLING

8D 2D 8De 2De 8D 2D 8De 2De De=2 x d x D / (D+d) D d De=2LW/(L+W) L W

(10)

Silentser 2 D 8 D 8 D 2 D

Genset /

Boiler

Genset /

Boiler

Silentser

(11)
(12)
(13)

Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan

upaya untuk

menerapkan hukum dalam situasi yang konkrit

baik dilakukan melalui proses peradilan maupun

di luar peradilan, sehingga dapat ditetapkan

(14)

Penegakan Hukum Lingkungan

Penegakan hukum lingkungan merupakan

upaya untuk

mencapai ketaatan terhadap peraturan dan

persyaratan dalam ketentuan hukum lingkungan yang

berlaku secara umum dan individual, melalui

pengawasan dan penerapan sanksi administrasi,

gugatan perdata, dan pidana.

(15)

PSL

DI PENGADILAN

PSL

DI LUAR

PENGADILAN

No. 32/2009

UU PPLH

1

3

2A

2B

PENEGAKAN

HUKUM PIDANA

SANKSI ADMINISTRATIF

(16)

Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan

Penegakan hukum administrasi lingkungan

bersifat

preventif

(pengawasan) dan

represif

(sanksi

administrasi) untuk menegakkan peraturan

perundang-undangan lingkungan. Penegakan hukum lingkungan

administrasi dapat diterapkan terhadap kegiatan yang

melanggar

persyaratan perizinan

dan

peraturan

(17)

TELAH DIKELUARKAN

PERMEN LH NO. 2 TAHUN 2013 TENTANG

PEDOMAN

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP

(18)

TUJUAN PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI

(Pasal 2 Permen LH No. 2/2013)

1.

Melindungi lingkungan hidup dari pencemaran dan/atau

perusakan akibat dari suatu usaha dan/ atau kegiatan;

2.

Menanggulangi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

hidup;

3.

Memulihkan kualitas lingkungan hidup akibat pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup;

4.

Memberi efek jera bagi penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan

yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan ketentuan

dalam Izin Lingkungan.

(19)

a. LEGALITAS KEWENANGAN

b. PROSEDUR YANG TEPAT

c. KETEPATAN PENERAPAN SANKSI

d. KEPASTIAN TIADANYA CACAT YURIDIS

e. ASAS KELESTARIAN DAN KEBERLANJUTAN

DASAR PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

(Pasal 5 Permen LH No. 2/2013)

(20)
(21)

REKOMENDASI

PENEGAKAN HUKUM

MEKANISME

PENGELOLAAN PENGENDALIAN

PENCEMARAN EMISI SUMBER

TIDAK BERGERAK

SANKSI ADMINISTRASI

JUKNIS PENGAWASAN DAN

PEMBINAAN EMISI SUMBER TIDAK

(22)

Apakah Faktor-faktor Penegakan Hukum Administrasi

Lingkungan

1. Izin yang didayagunakan sebagai perangkat

pengawasan dan pengendalian;

2. Persyaratan dalam izin dengan merujuk pada AMDAL,

UKL-UPL, standar baku mutu lingkungan, peraturan

perundang-undangan;

3. Mekanisme pengawasan penaatan;

4. Keberadaan Pejabat Pengawas (PPLH/D) –

kuantitas

dan kualitas yang memadai;

5. Dana dan sarana prasarana yang memadai; dan

6. Sanksi administrasi yang efektif

(23)

MEKANISME PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

Bertahap

:

Didahului dengan sanksi administratif yang ringan hingga yang berat (ex : teguran

tertulis – paksaan pemerintah – pembekuan izin-pencabutan izin)

Bebas

:

Keleluasaan pejabat yang bersenang untuk menentukan jenis sanksi

didasarkan pada tinggak pelanggaran (ex : paksaan

pemerintah-pencabuatan izin tanpa didahului teguran tertulis)

Kumulatif

:

Internal (penggabungan beberapa jenis sanksi admnistratif, ex : paksaan

pemerintah dengan pembekuan izin).

Ekternal (penggabungan salah satu jenis sanksi administratif dengan

penegakan hukum lainnya, ex : paksaan pemerintah dengan pidana).

(24)

Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan :

1. Melakukan pelanggaran terhadap persyaratan dan

kewajiban yang tercantum dalam izin lingkungan

dan/atau izin perlindungan dan pengelolaan LH;

2. Tetapi belum menimbulkan dampak negatif

terhadap lingkungan;

3. Secara teknis masih dapat dilakukan perbaikan.

Contoh : terjadi kerusakan mesin produksi, terjadi

kerusakan IPAL, TPS belum sesuai persyaratan teknis.

KAPAN

(25)

KRITERIA TEGURAN TERTULIS

1. Bersifat administratif;

2. Bersifat teknis tetapi perbaikannya

bersifat ringan (dapat dilakukan secara

langsung atau tidak membutuhkan

(26)

1. Melakukan pelanggaran terhadapa persyaratan

dan kewajiban yang tercantum dalan izin

lingkungan dan/atau izin perlindungan dan

pengelolaan LH;

2. Menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan

LH.

Bentuk Paksaan Pemerintah (Psl 80 ayat (1) UUPPLH:

Penghentian sementara kegiatan produksi, pemindahan

sarana produksi, penutupan saluran pembuangan air

limbah atau emisi, pembongkaran .

KAPAN

(27)

Kapan Pengawasan

Sanksi Adm dilakukan ?

1. Apabila telah habis batas waktu yang

tercantum dalam keputusan sanksi;

2. Sesuai Dengan Ketentuan Penaatan Hukum

(Izin Lingkungan UKL/UPL/AMDAL);

3. Berdasarkan Pengaduan Masyarakat

Berkaitan Dengan Penaatan pelaksanaan

Sanksi Adm.

(28)

BAGAIMANA

SANKSI ADMINISTRASI TIDAK DITAATI ?

1. Pasal 79 UU PPLH

Pembekuan izin atau Pencabutan izin

apabila tidak melaksanakan paksaan

pemerintah.

2. Pasal 81 UU PPLH

Denda apabila tidak melaksanakan

paksaan pemerintah.

(29)

3. Pasal 82 (1) UU PPLH:

Pemulihan lingkungan dg biaya oleh pencemar/

perusak (dipaksa pejabat yg berwenang).

4. Pasal 82 (2) UU PPLH:

Pemulihan lingkungan oleh pihak ketiga

(ditunjuk pejabat yg berwenang).

5. Pasal 114 UU PPLH:

Pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda

paling banyak 1 milyar, apabila tidak

(30)

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 76 – 83 UU 32 Tahun 2009 tentang PPLH

Menteri, Gub/Bupati/

Walikota

Menerapkan

sanksi adm

1. terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan dan tidak membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana

2. jika Pemerintah menganggap pemda secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (psl 77, Secon line adm law enforcement)

a. Teguran tertulis; b. Paksaan Pemerintah;

c. Pembekuan Izin Lingkungan; atau d. Pencabutan Izin Lingkungan.

Paksaan Pemerintahan

:

a. penghentian sementara kegiatan produksi; b. pemindahan sarana produksi;

c. penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi; d. pembongkaran;

e. penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran;

f. penghentian sementara seluruh kegiatan; atau g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan

pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi LH.

Dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan ancaman yang sangat serius bagi manusia dan LH, dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau kerugian yang lebih besar bagi LH jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.

1. berwenang memaksa penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan LH akibat

pencemaran dan/atau perusakan LH yang dilakukannya. 2. berwenang atau dapat menunjuk pihak ketiga untuk

melakukan pemulihan LH akibat pencemaran dan/atau perusakan LH yang dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

(31)

1. Izin

yang harus didayagunakan sebagai

perangkat pengawasan dan pengendalian;

2. Persyaratan Izin

wajib merujuk pada

peruntukan lahan sesuai dengan rencana

tata ruang, standar konstruksi, AMDAL

Kawasan, dan standar baku mutu

lingkungan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;

3. Mekanisme dan Prosedur Pengawasan

Penaatan

;

PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI PERLU

MENGEMBANGKAN PERANGKAT

(32)

4. Keberadaan Kuantitas dan Kualitas Sumber Daya

manusia, baik pejabat pemberi izin maupun

pejabat pengawas yang memadai;

5. Sarana dan Prasarana Pengawasan dan Penegakan

Hukum yang memadai; dan

6. Sanksi Administrasi yang Efektif

Keenam perangkat ini merupakan prasyarat awal dari

efektivitas penegakan hukum adminsitrasi di bidang

lingkungan hidup

(33)

PERIZINAN LINGKUNGAN

Fungsi dan proses penyelenggaraan

pemerintahan

Penerbitan Izin Lingkungan

(34)

FUNGSI IZIN LINGKUNGAN

Instrumen pemerintahan

Yuridis preventif

Pengendalian

Koordinasi

Pengawasan publik

(35)

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang

wajib

Amdal

UKL-UPL

Analisis risiko lingkungan hidup

OBJEK IZIN LINGKUNGAN

Pasal 36 ayat (1)

(36)

Pemberian Izin Lingkungan

Menteri

Gubernur

Bupati/walikota

(37)

1.

Tujuan, bahwa izin itu harus jelas dan pasti apa

yang menjadi tujuan diterbitkannya izin

tersebut;

2.

Kewenangan, bawah izin itu dapat dinyatakan

sah apabila dilandasi oleh kewenangan yang

sah dari pihak yang mengeluarkan, yang

mengawasi, dan yang menegakkan izin;

(38)

38

c) substansi, bahwa izin itu seyogianya memuat

norma-norma yang wajib ditaati oleh pemegang

izin, apa yang boleh dan apa yang dilarang

dilakukan. Secara substansial izin itu memuat

berbagai persyaratan yang pada dasarnya untuk

melindungi kepentingan keselamatan umum,

lingkungan hidup, dan nilai-nilai yang berlaku

dalam masyarakat;

(39)

d) prosedur, bahwa untuk mendapatkan izin itu harus

memenuhi berbagai prosedur, antara lain prosedur

administratif, prosedur yuridis, prosedur teknis, dan

prosesdur manajerial;

e) penegakan, bahwa setiap izin itu harus dapat

dilaksanakan (implementatif) dan dapat ditegakkan

(

enforceable

). Tingkat penegakan ini diukur dari

sejauhmana pengawasan perizinan itu efektif

dilakukan dan sejauhmana pula pengenaan sanksi

dapat diterapkan terhadap setiap pelanggaran.

(40)

Penegakan Hukum Perdata Lingkungan

Pengumpulan

data dan

penghitungan

kerugian

Penunjukan

pengacara

Penyiapan

berkas

gugatan

Penyerahan

berkas ke

pengadilan

perdata

Persidangan

(bila perlu

ke

lapangan)

Putusan

Hakim

Bantuan Ahli

Keterangan

ahli

(41)

Penegakan Hukum Pidana Lingkungan

Penyelidikan

Penyidikan

Penyerahan

berkas ke

JPU

Penyerahan

Berkas ke

Pengadilan

oleh JPU

Persidangan

Putusan

Hakim

Keterangan saksi

dan keterangan

ahli

Keterangan Saksi dan

Keterangan Ahli

(42)

Referensi

Dokumen terkait

Peran orang tua yang utama adalah memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya, dengan memberikan kasih sayang maka anak akan merasa dirinya benar-benar diperhatikan

Pada proses product detector, sinyal BPSK yang dihasilkan akan dikalikan lagi dengan sinyal sinus sehingga akan menghasilkan sinyal seperti pada gambar 4.7. 4.3 Modulator

Pada tahun 1998 harga domestik teh menunjukkan kecenderungan lebih tinggi disbanding tahun sesudahnya, hal ini diduga karena pada tahun tersebut nilai tukar rupiah terhadap

Keuntungan yang berkaitan dengan penampilan serta keuntungan yang didapat saat ini – merek yang positif dapat meningkatkan keuntungan yang diraih, dapat

[r]

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan segala uraian dalam pertimbangan dan putusan sebagaimana tercantum dalam putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Nomor :

Efek antosianin pada apoptosis dengan mempengaruhi sinyal protein yang merangsang terjadinya pertumbuhan dan mengatur jalur apoptosis yang tergantung dan tidak

Batang tekan adalah elemen struktur baja yang hanya memikul atau mentransfer gaya aksial antara dua titik pada struktur.. Akan tetapi sifat gaya aksial yang diterima adalah