BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian terdahulu
1. Ni Putu Wiranti (2015)
Judul yang diteliti oleh Ni Putu Wiranti yaitu “Pengaruh peer
education terhadap perilaku merokok pada remaja di SMAN “X” Denpasar”. Tujuan penelitian ini untuk mencegah perilaku merokok pada
remaja, salah satunya dengan metode peer ducation. Metode penelitian ini
adalah pre-eksperimental dengan rancangan one group pre-post test
design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra kelas 2
SMAN “X” Denpasar berjumlah 155 siswa. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik probability sampling yaitu systematic random
sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square.
Perbedaan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian quasi
experimental dengan rancangan non equivalent control group, populasi
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto berjumlah 950
mahasiswa. Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling.
Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data, dan menggunakan metode peer education.
2. Eka Perwatiningsih (2015)
Judul yang diteliti oleh Eka Purwatiningsih yaitu “Hubugan antara
kelompok teman sebaya, iklan rokok dengan perilaku merokok pada
remaja (keas 10) di SMK YPT 1 Purbalingga”. Metode penelitian ini
adalah deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas 1 SMK YPT 1 Purbalingga dengan jumlah 266 orang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner tertutup dengan menggunakan skala Gutman
yang sebelumnya kuesioner diuji vaiditas dan reabilitasnya dengan
Perbedaan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian quasi
experimental dengan rancangan non equivalent control group, populasi
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto berjumlah 950
mahasiswa. Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling.
Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data, dan menggunakan metode peer education.
B. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012, hal. 138)
1. Tingkat pengetahuan
Tingkatan pengetahuan di dalam kognitif, mencangkup 6 tingkatan,
yaitu (Notoatmodjo, 2012, hal. 138-140):
a. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
c. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip.
d. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Ukuran
kemampuan seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan
dan mengelompokan.
e. Sintesis, yaitu kemampuan untuk meletakan atau menghubungan
bagian-bagian di dalam suatu bentu keseluruhan yang baru. Ukuran
kemampuan adalah ia dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan dan menyesuaikan.
f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada
atau diatur sendiri.
C. Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2012, hal. 131).
1. Bentuk perilaku
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2012, hal 132), dengan
memperhatikan bentuk respon terhadap stimulus, membedakan perilaku
manusia menjadi dua bentuk, yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior), hal ini ditunjukan dalam bentuk
perhatian, persepsi, pengetahuan/esadaran dan reaksi lainnya yang
tidak tampak.
b. Perilaku terbuka (vert behavior), merupakan respon seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
2. Proses adopsi perilaku
Proses adopsi perilaku menurut Notoatmodjo (2012, hal. 145) sebelum
seseorang mengadopsi perilaku, di dalam diri orang tersebut terjadi suatu
proses yang berurutan (akronim AIETA), yang artinya:
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation (menimbang-imbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
D. Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut.
Asap rokok diperkirakan mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, yang
secara farmakologis terbukti aktif beracun, dapat menyebabkan mutasi
(mutagenetic), dan kanker (carcinogenic). Tiga racun utama dalam rokok
yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida (Wardani et al, 2015; Sugito, 2007).
1. Sebab musabab seseorang merokok
Dokter Daniel Horn, Direktur dari National Clearing House for
Smoking and Healt, mengatakan bahwa secara umum, seorang dewasa
mengisap rokok disebabkan salah satu factor berikut (Nainggolan, 2006,
hal. 17):
a. Untuk merangsang perasaan, terutama pagi hari
b. Karena sudah kecanduan
c. Untuk mengurangi perasaan-perasaan negative
e. Untuk kepuasan dimulut, dan
f. Untuk santai
Berbeda dengan kaum remaja. Menurut penyelidik Charls Gilbert
Wernn dan Shirley Schwarzrock, remaja-remaja itu mulai merokok karena:
a. Ikut-ikutan dengan teman
b. Untuk iseng
c. Agar lebih tenang apalagi waktu berpacaran
d. Berani ambil resiko
e. Karena bosan dan tidak ada yang sedang dilakukan, dan
f. Supaya kelihatan seperti orang dewasa
2. Perilaku merokok
Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (dalam Rochayati,
2015) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok
yaitu:
a. Tahap Preparatory, seseorang mendapatkan gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat,
atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbukan minat untuk merokok.
b. Tahap Initiation, tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah
seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker, apabila seseorang telah mengkonsumsi
rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan
menjadi perokok.
d. Tahap maintenance of smoking, tahap ini merokok sudah menjadi salah
satu bagian dari cara pengaturan diri (selfregulating) Merokok
dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
3. Tipe-tipe perokok
Menurut Smet (1994, dalam Ikhsan) ada tiga tipe perokok yang dapat
diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok
tersebut adalah:
a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok sehari.
b. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari
4. Kandungan rokok
Menurut Terry dan Horn dalam Nainggolan (2006), di dalam sebatang
rokok yang diisap terdapatlah kurang lebih sebanyak tiga ribu macam
bahan kimia. Sampai saat ini belum diketahui dengan persis berapa banyak
diantaranya yang berbahaya terhadap kesehatan (Naiggolan, 2006, hal. 27).
a. Nikotin
Nikotin pertama kali diisolasi dari tanaman tembakau Nicotana
tabacum oleh Posselt dan Reiman pada tahun 1828. Kadar nikotin
dalam tembakau hanya berkisar 1-2%, memiliki sifat toksik dan sangat
menimbulkan ketergantungan psikis (Tanuwihardja dan Susanto, 2012).
b. Karbon Monoksida
Adalah sejenis gas yang tidak mempunyai bau. Unsur ini
dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang
atau karbon. Zat ini sangat beracun. (Nainggolan, 2006, hal. 28).
c. Nitrous oxide
Adalah sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila mana dihisap
dapat menyebaban hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa
sakit. Nitrous oxide ini adalah jenis zat yang pada mulanya dapat
digunakan sebagai anastesia (zat pembius) waktu diadakan operasi
(Nainggolan, 2006, hal. 29).
d. Acrolein
Merupakan zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehyde. Zat ini
diperoleh dengan mengambil cairan dari gllyceril atau dengan
mengeringkannya. Zat ini sedikit banyaknya mengandung kadar
alcohol. Dengan kata lain, acrolein itu adalah alkohol yang cairannya
telah diambil. Cairan ini sangat menganggu kesehatan (Nainggolan,
2006, hal. 28).
e. Ammonia
Adalah gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang.
Ammonia ini sangat gampang memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya
sedikitpun kepada peredaran darah akan mengakibatkan seseorang
pingsan atau koma (Nainggolan, 2006, hal. 28).
f. Formic Acid
Adalah sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan
dapat membuat lepuh. Cairan ini sangat tajam dan menusuk baunya.
Zat ini dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut.
Bertambahnya jenis acid apapun di peredaran darah akan menambah
cepatnya pernafasan seseorang (Nainggolan, 2006, hal. 29).
g. Hydrogen Cyanide
Adalah jenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
mempunyai rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan serta
gampang terbakar. Dapat membahayakan seperti yang terdapat di
dalam bom hydrogen. Zat ini sangat efisien untuk menghalangi
pernafasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun
yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan langsung ke
dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian (Nainggolan, 2006, hal.
29).
h. Formaldehyde
Adalah sejenis gas yang tidak berwara dengan bau yang tajam. Gas
ini adalah tergolong pengawet dan pembasmi hama. Salah satu jenis
dari formaldehyde ini adalah formalin. Formaldehyde ini banyak
digunakan sebagai pengawet di laboraturium. Ini disebabkan
formaldehyde itu sangat beracun keras terhadap semua
organisme-organisme hidup (Nainggolan, 2006, hal. 29).
i. Phenol
Adalah campuran yang terdiri dari Kristal yang dihasilkan dari
distilasi beberapa zat organic seperti kayu dan arang, dan juga diperoleh
dari ter arang. Bahan ini adalah zat racun yang sangat membahayakan.
Phenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktifitas enzim
j. Acetol
Adalah dari hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat yang tidak
berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alcohol
(Nainggolan, 2006, hal. 30).
k. Hydrogen sulfide
Adalah sejenis gas beracun yang gampang terbakar dengan bau
yang keras. Zat ini menghalangi oxidasi enxym (zat besi yang berisi
pigmen) (Nainggolan, 2006, hal. 30).
l. Pyridine
Adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam.
Diperoleh dari penyulingan minyak tulang-tulang, ter arang, serta dari
pembusukan dari sejenis alcohol tertentu (sejenis alkalin dari
tumbuh-tumbuhan). Pyridine ini juga terdapat pada tembakau. Zat ini dapat
digunakan mengubah sifat alcohol sebagai pelarut, pembunuh hama
yang juga pernah dipakai sebagai obat untuk penyakit asma
(Nainggolan, 2006, hal. 30).
m. Methyl Chlorida
Adalah sesuatu campuran dari zat-zat bervalensa satu atas mana
hydrogen dan karbon merupakan unsurnya yang terutama. Gas
hydrogen gampang terbakar. Zat ini merupakan compound organis
yang sangat beracun. Upaya dapat berperan seperti anestesi
(Nainggolan, 2006, hal. 30).
n. Methanol
Adalah sejenis cairan ringan yang gampag menguap, dan mudah
terbakar. Cairan ini dapat diperoleh dengan penyulingan bahan kayu
atau dari sintesis karbon monoksida dan hydrogen. Meminum atau
mengiap menthanol dapat mengakibatkan kebutaan, bahkan kematian
(Nainggolan, 2006, hal. 30).
o. Tar
Bahasa Indonesianya disebut ter. Zat ini sejenis cairan kental
berwarna coklat tua atau hitam yang diperoleh dengan cara distilasi dari
5. Bahaya Rokok
Merokok sangat erat hubungannya dengan jenis-jenis penyakit tertentu
yang diderita seseorang. Jenis-jenis penyakit yang sering membawa maut
akibat merokok adalah sebagai berikut (Nainggolan, 2006, hal. 43):
a. Kanker Paru-paru
Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, dengan
timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan
bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan,
dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko
terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan
timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.
(Hasan, 2014).
b. Kanker Mulut, Bibir, Kerongkongan dan Usus
Ada beberapa jenis kanker yang dapat diderita seseorang perokok.
Kanker mulut dan kanker bibir lebih banyak diderita perokok dibanding
dengan mereka yang tidak merokok. Ini adalah disebabkan panas dari
asap rokok itu terutama kalau perokok itu menggunakan pipa. Faktor
lain yang menyebabkan adanya kanker di bibir dan di mulut itu adalah
karena adanya ter pada asap rokok tersebut yang merupakan zat
penyebab kanker. Ter ini, kalau disapukan ke kulit tikus, lama kelamaan
akan menimbulkan kanker. Ini merupakan salah satu pertanda antara
hubungan merokok dengan kanker mulut dan bibir (Nainggolan, 2006,
hal. 45).
Perok juga dapat menderita penyakit kanker kerongkongan dan usus
sampai sepuluh kali lebih cenderung dari yang bukan perokok. Factor
utama penyebab hal ini adalah karena unsur kimia seperti carsinogen,
arsenic dan bengopyrene yang terdapat pada rokok tersebut, yang
merupakan zat-zat penyebab kanker, diisap dalam-dalam oleh perokok
c. Penyakit jantung
Rokok yang mengeluarkan nikotin dan karbon moniksida,
mengakibatkan endapan pada pembuluh-pembuluh darah. Karbon
monoksida di dalam darah mengubah dinding pembuluh-pembuluh
darah itu agar lebih gampang dimasuki kolesterol dan lemak. Maka
pembuluh- pembuluh darah itu menyempit dan tidak sanggup lagi
membekali otot- otot dengan oksigen. Sudah tentu penyebab utama
menyempit pembuluh- pembuluh darah itu adalah jenis makanan
berlemak, tetapi merook mempercepat proses penyempitan tersebut.
Bertambah banyak seseorang merokok, bertambah besarlah
kemungkinan mendapat serangan jantung (Nainggolan, 2006, hal. 50).
d. Asma
Asma merupakan penyakit saluran napas kronis yang dapat bersifat
ringan, akan tetapi dapat menetap serta mengganggu aktivitas
sehari-hari. Meskipun jarang menimbulkan kematian, penyakit ini sering
menimbulkan masalah dalam beraktifitas. Asma dapat menimbulkan
gangguan emosi seperti cemas dan depresi, menurunkan produktivitas
seseorang akibat tidak masuk kerja atau sekolah, serta dapat
menimbulkan kecacatan sehingga menurunkan kualitas hidup (Putra et
al, 2012).
e. ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, yang dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada
patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor penjamu. (Wardani
et al, 2015; WHO, 2007).
f. Stroke
Mungkin tidak terlalu banyak perokok yang mengetahui bahwa
rokok itu sangat membahayakan urat-urat nasi pada tubuh, lengan dan
kaki. Urat-urat nadi ini dipersempit oleh zat-zat kimia dari tembakau
urat-urat nadi ini menyempit maka perbekalan darah kepada lengan dan
kakipun dibatasi, yang mengakibatkan apabila berjalan maka akan terasa
sakit. Keadaan seperti ini disebut lumpuh sementara yang menghambat
si penderita berjalan jauh (Nainggolan, 2006, hal. 52).
g. Hipertensi
Rahajeng dan Tuminah (2009) menyatakan bahwa zat kimia
beracun, misalnya nikotin dan karbon monoksida yang dihisap akan
masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteri dan mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan
darah tinggi (Nurwidayanti, 2013).
E. Promosi Kesehatan
1. Konsep Promosi Kesehatan
Menurut World Healt Organization (WHO) promosi kesehatan
adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkakan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempura baik fisik, mental, dan social, maka
masyarakat harus dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, social budaya, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2012,
hal.35).
2. Peran promosi kesehatan dalam perubahan perilaku
Hasil (ouput) yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif (Notoatmodjo, 2012, hal. 21).
a. Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan,
atau dari perilaku negative ke perilaku yang positif.
b. Pembinaan perilaku ditunjukan kepada perilaku masyarakat yang
sudah sehat agar tetap dipertahankan kesehatannya.
c. Pengembangan perilaku, perilaku sehat bagi anak sebaiknya dimulai
sedini mungkin, karena kebiasaan perawatan terhadap anak, termasuk
kesehatan yang diberikan oleh orang tua, akan langsung berpengaruh
F. Peer Education
1. Pengertian Peer Education
Secara umum peer education didefinisikan sebagai suatu
pendekatan dimana seseorang yang terlatih dan memiliki motivasi
melakukan kegiatan pendidikan informal dan terorganisir dengan rekan-
rekan mereka yang memiliki kesamaan dengan diri mereka (Qomariah,
2013; Youth Peer Education Network, 2005).
Peer adalah individu dalam kelompok sosial yang sama. Kelompok
dapat didasarkan pada karakteristik umum termasuk usia, jenis kelamin,
preferensi seksual, pekerjaan, sosial-ekonomi atau status kesehatan.
Pendidikan sebaya dapat dilakukan di berbagai tempat yang berbeda di
mana orang-orang muda nongkrong termasuk sekolah, universitas, klub,
tempat kerja, jalan-jalan (Bilgic, 2014).
2. Harapan Peer Educator
Peer educator diharapkan lebih bermanfaat karena alih
pengetahuan dilakukan antar kelompok sebaya yang mempunyai hubungan
lebih akrab, “Bahasa” yang digunakan sama, dapat dilakukan dimana saja,
kapan saja dengan penyampaian yang santai, sehingga sasaran lebih
nyaman berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi termasuk masalah
yang sensitive (Murti et al, 2006).
3. Kelebihan dan kekurangan peer education
Kelebihan metode ini diantaranya, memungkinkan partisipasi aktif
dari anak-anak dan remaja, dapat membahas masalah yang mereka tingkat
sendiri, pembelajaran lebih aktif, madiri, dapat disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan spesifik anak-anak dan remaja yang terpinggirkan,
dapat mempromosikan pesan yang mencerminkan realitas kehidupan
anak-anak dan remaja (UNICEF, Save the Children, 2004)
Kekurangan dari metode ini diantaranya, cenderung untuk fokus
pada peningkatan kesadaran bukannya membantu anak-anak dan remaja
untuk mengubah perilaku mereka, melibatkan banyak sumber daya
termasuk waktu, keterampilan dan uang yang dibutuhkan untuk mengelola
pendidik, sulit untuk memantau dalam hal menilai dampak pada sikap dan
G. Kerangka Konsep
H. Hipotesis
Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku mengurangi
konsumsi rokok pada mahasiswa setelah diberikan promosi kesehatan dengan
metode peer education.
Promosi kesehatan
Tingkat pengetahuan