• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - MUTIARA AYU LESTARI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - MUTIARA AYU LESTARI BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Resiko perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku agresi atau kekerasan yang ditunjukkan secara verbal, fisik atau keduanya kepada suatu objek orang atau diri sendiri yang mengarah pada potensial untuk destruktif atau secara aktif menyebabkan kesakitan, bahaya dan penderitaan (Djatmiko, 2008; Bernstein & Saladino, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk yang bertujuan melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku

kekerasan dapat dilakukan secara verbal, dilakukan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan (Munhit, 2015).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan risikoperilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat beresiko melakukan tindakan baik secara verbal maupun non verbal yang membahayakandiri sendiri, orang lain dan lingkungan akibat perasaan jengkel, kesal atau marah. Salah satu gambaran dari perilaku kekerasan adalah marah. Marah merupakanemosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat, biasanya ada kesalahan yang mungkin nyata-nyata kesalahannya atau mungkin juga tidak ada pada saat ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal ini disalurkan maka akan terjadi agresif (Purba dkk, 2008).

B. Tanda dan Gejala

(2)

lain, merusak benda atau barang, tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan (Muhith, 2015).

Tanda dan gejala marah secara spesifik dapat diperhatikan dalam beberapa hal yaitu secara fisik, secara verbal, secara perilaku, secara emosi, secara intelektual, secara spiritual, secara sosial dan perhatian. Secara fisikn adalah muka merah, mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, wajah memerah dan tegang, posturtubuh kaku, mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir. Secara verbal adalah bicara kasar, suara tinggi, membentak / berteriak, mengancam secara verbal dan fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor, ketus. Secara perilaku adalah melempar atau memukul benda / orang

lain, menyerang orang lain, melukai diri sendiri / orang lain, merusak lingkungan dan amuk / agresif. Secara emosi adalah tidak dekat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut. Secara intelektual adalah mendominasi, cerewet, kasar, berdebat dan meremehkan. Secara spiritual merasa diri berkuasa, merasa diri benar,mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar. Secara sosial adalah menarik diri, pengasingan, penolakan, kekearasan, ejekan dan sindiran. Secara perhatian adalah bolos, mencuri, melarikan diri dan penyimpangan sosial (Yosep, 2009).

C. Rentang Respon Neurobiologis

Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang respon adaptif dan maladaptif (Keliat, 1996 dalam Muhith 2015).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk / PK

(3)

1. Asertif, merupakan umgkapan rasa tidak setuju atau kemarahan yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain sehingga akan memberikan ketenangan dan tidak menimbulkan masalah. Asertif merupakan bentuk perilaku untuk menyampaikan perasaan diri dengan kepastian dan memperhatikan komunikasi yang menunjukkan respek pada orang lain.

2. Frustasi, adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang tidak realistis atau hambatan dalam pencapaian tujuan.

3. Pasif, merupakan respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami. Sifat tidak berani mengemukakan keinginan dan

pendapat sendiri, tidak ingin terjadi konflik karena takut akan disukai atau menyakiti perasaan orang lain.

4. Agresif, merupakan sikap membela diri sendiri dengan cara melanggar hak orang lain.

5. Amuk (perilaku kekerasan), adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri, sehingga individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Kemarahan dapat menimbulkan respon asertif yang merupakan kemarahan diungkapkan tanpa menyakiti orang lain dan akan memberikan kelegaan pada individu serta tidak akan menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptive yaitu agresi-kekerasan (Purba dkk, 2008).

D. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

(4)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

2) Teori Psikomatik (Psycomatic Theory).

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.

b.Faktor Psikologis

1) Teori Agresif Frustasi (Frustasion Aggression Theory)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi

yang terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.

2) Teori Perilaku (Behavioral Theory)

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau diluar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

3) Teori eksistensi (Existential Theory)

Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan yaitu kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.

c.Faktor Sosio Kultural

4) Teori social (Sosial Environment Theory)

(5)

kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.

5) Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.

2. Faktor Presipitasi

Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang (Yosep, 2010). Ketika seorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari

sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama-sama mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal. Contoh stressor eksternal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai.

Ada beberapa factor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan yaitu :

a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri.

b. Lingkungan : rebut, kehilangan orang / objek yang berharga, konflik interaksi sosial.

3. Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, depresi dan reaksi formasi.

- Displacement

(6)

- Proyeksi

Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik. - Depresi

Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran yang cenderung memperluas mekasnisme ego lainnya. - Reaksi Formasi

Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dilakukan orang lain.

E. Proses Terjadinya Masalah

Cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam, kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : mengungkapkan secara verbal, menekan dan menentang. Dari ketiga cara ini, cara yang pertama adalah konstruktif sedang cara dua lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus-menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan tampak sebagai depresi psikomatik atau agresi dan ngamuk.

Kemarahan diawali adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal seperti dendam, kesal sedangkan stressor ektersnal bias berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan tersebut (Videbeck, 2008). Bila seseorang memberi makna positif, misalnya : macet adalah waktu untuk istirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana bising adalah melatif persyarafan telinga maka ia akan dapat melakukan kegiatan secara positif dan

(7)

segala sesuatunya sebagai ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan positif (olahraga, menyapu atau baca puisi saat dia marah dan sebagainya) maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara. Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan. Kemarahan yang diekspresikan keluar dengan kegiatan yang konstruktif dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang diekspresikan keluar dengan kegiatan yang destruktif dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal. Kemarahan yang dipendam akan menimbulkan gejala psikologis (Yosep, 2007).

F. Psikopatologi

(8)

G. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Harga Diri Rendah

Gambar 1.2. Pohon masalah perilaku kekerasan (Keliat, 2006 dalam Muhith,2015)

H. Penatalaksanaan

Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah perilaku yang memicu perilaku kekerasan, intervensi dapat dilakukan dengan strategi berikut : strategi preventif (kesadaran diri, pendidikan klien, latihan asertif), strategi antisipatif (komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan

perilaku) strategi pengurungan (Kusumawati dan Hartono, 2011).

Strategi preventif Strategi antisipatif Strategi pengurungan

Kesadaran Komunikasi Seclusion

Pendidikan klien Perubahan lingkungan Latihan asertif Tindakan psikofarmakologi

1. Strategi Preventif

a. Kesadaran diri : perawat harus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervise dengan memisahkan masalah pribadi dan masalah klien.

b. Pendidikan klien : pendidikan yang diberikan pada klien mengenai cara komunikasi dan cara mengekspresikan marah yang tepat.

c. Latihan asertif : kemampuan dasar perawat harus dimiliki adalah berkomunikasi langsung dengan setiap orang, mengatakan tidak untuk

(9)

sesuatu yang tidak beralasan, sanggup melakukan complain, dan mengekspresikan penghargaan yang tepat.

2. Strategi Antisipatif

a. Komunikasi dengan perilaku agresif

Bersikap tenang, bicara lembut, bicara dengan tidak menghakimi, bicara netral dengan konkrit, tunjukkan rasa hormat, demonstrasikan cara mengontrol situasi, fasilitasi pembicaraan klien dengan dengarkan klien, jangan terburu-buru, jangan buat janji yang tidak ditepati.

b. Perubahan lingkungan

Menyediakan berbagai aktivitas yang dapat mengurangi perilaku yang

tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi social, seperti aktivitas kelompok.

I. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Iyer et.al. 1996). Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada klien, hiearki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula efek klien yang berhubungan dengan perilaku agresif (Yosep, 2007 dalam Muhith 2015)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Yosep, 2007) adalah sebagai berikut :

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan b. Perilaku kekerasan

(10)

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Intervensi keperawatan dilihat pada tujuan khusus (Yosep, 2007) sebagai berikut :

DIAGNOSA : Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan

Lingkungannya

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria hasil :

1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan

interaksi.

2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 3. Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak

menantang.

4. Jelaskan kontrak yang akan di buat. 5. Beri rasa aman dan sikap empati. 6. Lakukan kontrak singkat tapi sering.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Kriteria hasil :

• Klien mampu mengetahui penyebab perilaku kekerasan.

Intervensi :

1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal. 3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan

bermusuhan klien dengan sikap tenang. TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

(11)

• Klien dapat mengetahui tanda-tanda perilaku kekerasan

Intervensi:

1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.

2. Observasi tanda perilaku kekerasan.

3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Kriteria hasil :

• Klien dapat mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Intervensi :

1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku

kekerasan yang biasa dilakukan.

3. Tanyakan : apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?

TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan Kriteria hasil :

• Klien dapat mengetahui akibat perilaku kekerasan.

Intervensi :

1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan. 2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang

dilakukan.

3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

(12)

Kriteria Hasil :

• Klien dapat menjelaskan cara sehat mengungkapkan kemarahan.

Intervensi : 1. Beri pujian

2. Diskusikan dengan klien cara lain

-Secara fisik : Tarik nafas dalam, memukul bantal/kasur.

-Secara verbal : Katakan bahwa anda sedang makan/kesal.

-Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada tuhan untuk diberikan kesabaran.

TUK 7 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan Kriteria hasil :

• Klien dapat mengetahui cara mengontrol perilaku kekerasan

Intervensi :

1. Bantu memilih cara yang paling tepat.

2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

3. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah.

4. Susun jadwal melakukan cara yang telah dipilih. TUK 8 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai

program). Intervensi :

1. Jelaskan jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.

(13)

3. Jelaskan prisnsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).

4. Anjurkan untuk menjelaskan efek samping obat. 5. Beri pujian jika klien meminum obat dengan benar. TUK 9 : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam

mengontrol perilaku kekerasan. Intervensi :

1. Indentifikasi kemampuan keluaraga merawat klien dari sikap keluaga gemblung.

2. Jelaskan cara merawat klien :

• Cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif. • Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.

• Membantu klien mengenal penyebab ia marah.

DIAGNOSA : Perilaku Kekerasan.

TUM : Klien mampu mengatasi atau mengendalikan risiko perilaku kekerasan.

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria hasil :

• Klien dapat menunjukkan tanda percaya kepada

perawat melalui ekspresi wajah, kontak mata, bersedia menceritakan perasaannya, bersedia mengungkapkan masalah.

Intervensi :

1. Salam terapeutik. 2. Berjabat tangan. 3. Perkenalan diri.

4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.

(14)

7. Tunjukkan sikap empati. 8. Beri perhatian kepada klien.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.

Kriteria hasil :

• Menceritakan perasaan dan penyebab perilaku

kekerasan. Intervensi :

1. Diskusikan dengan klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal dan jengkelnya.

2. Dengarkan penjelasan klien.

TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Kriteria hasil :

• Klien dapat mengetahui tanda-tanda perilaku kekerasan

Intervensi :

1. Diskusikan dan motivasi klien untuk menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi.

2. Diskusikan dan motivasi klien untuk menceritakan kondisi emosi saat perilaku kekerasan terjadi.

3. Diskusikan dan motivasi klien untuk menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat perilaku kekerasan terjadi.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan.

Kriteria hasil :

• Jenis kemarahan yang selama ini dilakukan. • Perasaan saat melakukan kekerasan.

• Efektivitas yang dipakai dalam menyelesaikan

(15)

Intervensi :

1. Diskusikan perilaku kekerasan yang selama ini dilakukan.

2. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis perilaku kekerasan yang selama ini dilakukan.

3. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindakan tersebut terjadi.

4. Diskusikan apakah tindak kekerasan yang dilakukannya masalah dapat teratasi.

TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku

kekerasan. Kriteria hasil :

• Klien menjelaskan akibat yang timbul dari tindak

kekerasan yang dilakukannya. Intervensi :

Diskusikan dengan klien akibat negatif atau kerugian dari cara atau tindakan kekerasan yang dilakukan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara sehat dalam mengungkapkan kemarahan.

Kriteria hasil :

• Klien dapat menjelaskan cara sehat dalam

mengungkapkan marah. Intervensi :

1. Jelaskan pada klien berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan kemarahan selain perilaku

kekerasan.

2. Jelaskan cara sehat untuk mengungkapkan kemarahan.

(16)

• Klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Intervensi :

1. Latih klien memperagakan cara yang dipilih. 2. Jelaskan manfaat cara tersebut.

3. Anjurkan klien meniru peragaan yang sudah dilakukan.

4. Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna.

5. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel.

TUK 8 : Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol risiko perilaku kekerasan.

Kriteria hasil :

• Menjelaskan cara merawat klien dengan resiko perilaku kekerasan.

Intervensi :

1. Jelaskan penyebab, akibat, dan cara merawat klien perilaku kekerasan.

2. Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang cara perawatan terhadap klien.

TUK 9 : Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan.

Kriteria hasil :

• Klien bias menjelaskan manfaat minum obat,

kerugian tidak minum obat, bentuk dan warna obat, nama obat, dosis obat, waktu, efek yang dirasakan, klien menggunakan obat sesuai program.

Intervensi :

(17)

2. Jelaskan kepada klien : jenis obat, dosis, waktu cara pemakaian, efek yang dirasakan.

3. Anjurkan klien untuk menggunakan obat tepat waktu, lapor ke perawat jika mengalami efek yang tidak biasa.

4. Beri pujian klien menggunakan obat.

DIAGNOSA : Harga Diri Rendah

TUM :Klien dan keluarga mampu mengatasi harga diri rendah yang dialami klien.

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria hasil :

• Ekspresi wajah bershabat, kontak mata baik, mau

menjawab salam, mau berjabat tangan, mau menyebut nama, mau mengungkapkan masalah yang dihadapi. Intervensi :

1. Salam terapeutik. 2. Berjabat tangan.

3. Sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 4. Bersikap tenang dan bicara tidak menantang.

5. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki.

Kriteria hasil :

• Klien mampu mengetahui aspek positif yang dimiliki

dan bias dilakukan.

• Klien mampu memilih kegiatan positif yang akan

(18)

1. Diskusikan dengan klien aspek positif yang dimiliki dank lien mampu lakukan.

2. Motivasi klien untuk mendemonstrasikan kegiatan positif sesuai kemampuan.

3. Beri pujian untuk klien dapat melakukan dengan baik kegiatan positif yang sudah dilakukan.

TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki. Kriteria hasil :

• Klien mampu berfikir bahwa dirinya mempunyai

kemampuan positif dan masih berguna. Intervensi :

1. Motivasi klien untuk mengevaluasi kegiatan positif yang sudah klien lakukan.

2. Beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan positif selanjutnya sesuai kemampuan klien.

TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan positif sesuai kemampuan.

Kriteria hasil :

• Klien mau memasukan dalam buku jadwal kegiatan

harian. Intervensi :

1. Anjurkan klien untuk kembali melakukan kegiatan positif yang sudah dilakukan.

2. Motivasi klien untuk memasukan dalam buku jadwal kegiatan harian.

3. Beri pujian untuk klien.

(19)

4. Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan tindakan dari rencaa keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencangkup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyatanya sering implementasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan-tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tindak lanjut tertulis yaitu apa yang di pikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan tidak memenuhi

aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawaan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan pasien dilaksanakan. Dokumentasi semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien (Muhith, 2015).

5. Evaluasi

Perawat dapat mengobservasi perilaku klien. Dibawah ini beberapa perilaku yang dapat mengindikasikan evaluasi yang positif :

a. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien. b. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut. c. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada

yang lain.

d. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan marahnya.

(20)

J. Konsep Teknik Relaksasi Nafas Dalam 1. Pengertian

Relaksasi adalah status hilang dari tegangan dari otot rangka dimana individu mencapai melalui teknik yang disengaja (Carpenito, 2000, dalam jurnal Erviana dan Arif, 2008). Teknik yang dapat dilakukan mengurangi perilaku kekerasan diantaranya teknik relaksasi. Alasannya adalah jika melakukan kegiatan dalam kondisi dan situasi yang rileks, maka hasil dan prosesnya akan optimal. Menurut Wiramihardja, 2007 Relaksasi merupakan upaya untuk mengendurkan ketegangan jiwa. Salah satu cara terapi relaksasi adalah bersifat respiratoris, yaitu dengan mengatur

aktivitas nafas. Pelatihan relaksasi pernafasan dilakukan dengan mengatur mekanisme pernafasan baik tempo atau irama dan intensitas yang lambat dan dalam.keteraturan dalam bernafas, menyebabkan sikap mental dan beban yang relaks sehingga menyebabkan otot lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang luapan emosi tanpa membuat kaku (Nanny dan Sujarwo 2010).

(21)

2. Prosedur Relaksasi Nafas Dalam

Menurut (Asmadi, 2008) prosedur relaksasi nafas dalam dilaksanakan sebagai berikut :

a. Atur posisi yang nyaman.

b. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen. c. Tempatkan 1-2 tangan pada abdomen.

d. Tarik nafas dalam melalui hidung, diharapkan mulut tetap tertutup. Hitung sampai 3 detik selama inspirasi.

(22)

STRATEGI PELAKSANAAN 1. Proses Keperawatan

a) Kondisi

Cantumkan data onjektif dan data subjektif klien saat di kaji b)Diagnosis

Cantumkan tindakan keperawatan yang diangkat atau menjadi prioritas, bila terjadi diagnosis lain yang dilakukan intervensi juga maka cantumkan dua diagnosis

c) TUK

Cantumkan tindakan keperawatan yang harus dilakukan berdasarkan

diagnosis keperawatan dengan bersumber pada rencana tindakan keperawatan. Sebaiknya cantumkan SP berapa yang akan dilakukan. d)Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan merupakan penjabaran atau tahapan dari TUK yang dilakukan.

2. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan

Secara umum berisi kalimat pertanyaan tanpa adanya kemungkinan jawaban dari perawat.

a. Fase Orientasi 1) Salam Terapeutik

Memberi salam pembuka, menanyakan nama klien dan panggilannya, memperkenalkan diri perawat dan panggilannya, serta kontrak praktik di Rumah Sakit.

2) Evaluasi / Validasi

Menanyakan keadaan klien, aktivitas klien sebelumnya atau menanyakan hal lain dengan topik yang umum.

3) Kontrak a) Topik

Memvalidasi topik berdasarkan kontrak yang telah disepakati. b) Tempat

(23)

c) Waktu

Memvalidasi topik berdasarkan kontrak yang telah disepakati. 4) Fase Kerja

Berupa pertanyaan yang menjabarkan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan.

5) Fase Terminasi a) Evaluasi subjektif

Berupa validasi perawat terhadap klien atas percakapan hari ini, biasanya berisi pertanyaan apakah klien merasa senang atau tidak setelah dilakukan percakapan dengan perawat.

b) Evaluasi objektif

Berupa pertanyaan dari perawat mengenai tindakan yang telah dilakukan, biasanya berisi pertanyaan yang berhubngan dengan TUK/SP.

c) Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut merupakan pertanyaan perawat untuk mempertegas bahwa klien telah mencapai TUK/SP yang telah direncanakan atau berupa pertanyaan yang harus dijawab klien keesokan harinya yang berkaitan dengan TUK/SP hari ini. d) Kontrak

1) Topik

Perawat bertanya kepada klien untuk menyepakati topik pertemuan yang akan datang.

2) Tempat

Perawat bertanya kepada klien untuk menyepakati tempat berbincang-bincang pada pertemuan yang akan datang. 3) Waktu

Gambar

Gambar 1.2. Pohon masalah perilaku kekerasan (Keliat, 2006 dalam

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat

Sedangkan ciri dari bisnis ritel modern yaitu lokasi strategis yang merupakan faktor penting dalam bisnis ritel, prediksi cermat terhadap potensi pembeli, pengolaan

Skripsi dengan judul “Karakteristik Personal, Lingkungan Organisasi, Karakteristik Pekerjaan, dan Kepuasan Kerja Pemeriksa (Studi Kasus pada Direktorat Jenderal Bea dan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) strategi yang digunakan oleh penerjemah adalah reduksi 34%, parafrasa 23%, kuplet 23%, perluasan 10%, shift 7%,

Keputusan Bupati Bantul Nomor 576 Tahun 2014 tentang Perhitungan dan Pemberian Honor Bagi Pengelola Keuangan Daerah di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Pengelolaan hutan mangrove oleh masyarakat memberikan tingkat keuntungan privat yang paling tinggi untuk tenaga kerja khususnya pada pengelolaan us aha penangkapan udang di