ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA Sdr. H DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG INAYAH KAMAR 6
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH: KHIKMAH YUNIATI
A01301778
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
iv Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2016
Khikmah Yuniati1, Arnika Dwi Asti1
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA Sdr. H DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG INAYAH KAMAR 6
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Pengkajian: pasien Sdr. H dengan diagnosa medis gagal ginjal kronik saat dikaji mengatakan keluhannya sesak napas, batuk, mual, lemes, BAB 2x/hari sedikit encer berwarna kuning, BAK 2x/hari berwarna seperti air teh sekitar 5 cc, belum tahu makanan dan minuman yang dianjurkan dan dilarangnya, pasien asites, terpasang oksigen 4liter/menit.
Diagnosa keperawatan: ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi, mual berhubungan dengan gangguan biokimia: uremia, kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Intervensi dan implementasi: berdasarkan nursing interventions classification
telah dilakukan airway management, nutrition management, fluid management,
dan teaching: prescribed diet. Penulis fokuskan pada monitoring balance cairan, setelah dihitung antara intake dan output tidak seimbang, pasien masih mengalami kelebihan volume cairan (asites) karena belum mematuhi pembatasan asupan cairan yang masuk.
Evaluasi: evaluasi setelah 3 hari dilakukan asuhan keperawatan masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi, masalah mual teratasi, kelebihan volume cairan belum teratasi dan masalah defisiensi pengetahuan teratasi.
v Nursing Studies Program DIII
College of Health Sciences Muhammadiyah Gombong KTI, July 2016
Khikmah Yuniati1, Arnika Dwi Asti1
ABSTRACT
NURSING CARE THE NEEDS OF FLUID AND ELECTROLYTE Br. H WITH CHRONIC KIDNEY FAILURE IN THE LIVING ROOM INAYAH 6
HOSPITAL PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Assessment: patients Br. H with a medical diagnosis of chronic renal failure when assessed says complaints of shortness of breath, coughing, nausea, lemes, defecation 2x / day slightly watery yellow, urination 2x / day the color of tea water is about 5 cc, yet knows food and beverage the recommended and banning, ascites patients, oxygen attached 4liter / min.
Nursing diagnosis: ineffective breathing patterns associated with hypoventilation syndrome, nausea associated with biochemical disorders: uremia, an excess fluid volume associated with impaired regulation mechanism, deficiency of knowledge related to lack of information.
Intervention and implementation: based nursing interventions classification has been done airway management, nutrition management, fluid management, and teaching: prescribed diet. The author's focus on monitoring fluid balance, as calculated between intake and output is not balanced, the patient still had excess volume of fluid (ascites) because it has not complied with the incoming fluid intake restrictions.
Evaluation: evaluation after 3 days do nursing care ineffectiveness problems breathing pattern is not resolved, the problem is resolved nausea, excess fluid volume has not been resolved and the problem of deficiency of knowledge is resolved.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit Pada Sdr. H dengan Gagal Ginjal Kronik di Ruang Inayah Kamar 6
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong” ini dengan baik.
Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Keperawatan di STIKes
Muhammadiyah Gombong Tahun Akademik 2015/2016.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan atas
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Madkhan Anis, S. Kep, Ns selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Gombong.
2. Bapak Sawiji, S. Kep, Ns, M. Sc selaku Ketua Program Studi DIII
Keprawatan STIKes Muhammadiyah Gombong.
3. Ibu Arnika Dwi Asti, M. Kep selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan teliti dan sabar.
4. Ibu Sri Rejeki, S. Kep, Ns selaku dosen penguji dan pembimbing di RS PKU
Muhammadiyah Gombong.
5. Ibu bapak dan seluruh staf serta tim kesehatan ruang Inayah Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Gombong yang yang telah memberikan kesempatan
dan bimbingan dalam proses ujian komprehensif.
6. Seluruh dosen dan staf STIKes Muhammadiyah Gombong yang telah
membimbing dan memberikan materi selama belajar di STIKes
Muhammadiyah Gombong.
7. Pihak perpustakaan STIKes Muhammadiyah Gombong yang telah
vii
8. Keluarga dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat
dan motivasi sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini, meskipun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penyusun bersedia menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun dan berguna untuk masa yang akan datang.
Akhirnya, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun
sendiri, pembaca maupun bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Gombong, Juli 2016
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
ABSTRAK ... iv
C. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keseimbangan Cairan dan Elektrolit ... 6
B. Manajemen Pengukuran Balance Cairan ... 13
C. Konsep Inovasi Tindakan Keperawatan ... 14
BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian ... 17
B. Analisa Data ... 20
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ... 22
BAB IV PEMBAHASAN A. Asuhan Keperawatan ... 32
B. Analisa Inovasi Tindakan Keperawatan ... 49
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 52
B. Saran ... 54
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis
cairan tubuh dengan mengatur volume cairan, keseimbangan osmotik, asam
basa, ekskresi sisa metabolisme, sisa pengaturan hormonal dan metabolisme
(Syaifuddin, 2011). Setiap ginjal memiliki 1 juta nefron yang berfungsi
sebagai filter untuk menyaring darah. Darah sebanyak 1-2 liter mengalir ke
ginjal untuk sekresi zat-zat sisa metabolisme berupa ureum, kreatinin, asam
urat, sulfat dan lain-lain. Sementara untuk zat yang masih berguna akan
direabsorpsi oleh tubuh (Suhardjono, 2009). Penyakit gagal ginjal kronik
merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat mengakibatkan uremia
(Lukman, 2009).
Penderita gagal ginjal mengalami peningkatan setiap tahunnya dan
berdasarkan center for disease and prevention prevensi gagal ginjal kronik di
Amerika Serikat apada akhir tahun 2002 sebanyak 345.000 orang, pada akhir
tahun 2007 bertambah 80.000 orang, dan pada tahun 2010 mengalami
peningkatan yang sangat tinggi yaitu lebih dari dua juta orang (Lukman,
2009).
Sedangkan WHO (World Health Organization) menaksir di Indonesia
akan terjadi peningkatkan penderita gagal ginjal antara tahun 1995-2025
sebesar 41,4 %. Tahun 2011 di Indonesia terdapat 15.353 penderita yang
menjalani hemodialisa dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan
sebanyak 4.268 orang sehingga secara keseluruhan terdapat 19.612 penderita
yang baru menjalani hemodialisa sampai akhir tahun 2012 pada 244 unit
2
Susalit (2012) mengatakan bahwa, jumlah penderita gagal ginjal di
Indonesia saat ini terbilang tinggi, mencapai 300.000 orang tetapi belum
semua pasien dapat tertangani oleh para tenaga medis dan baru sekitar 25.000
orang pasien yang di tangani artinya ada 80 persen pasien tidak tersentuh
pengobatan sama sekali. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menunjukan pervalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosa dokter di
Indonesia sekitar 0,2 % pervalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sekitar 0,5 %
di ikuti Aceh, Gorontalo dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 %.
Sementara Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah Jogyakarta
dan Jawa Timur masing-masing 0,3 %.
Kasus gagal ginjal di Provinsi Jawa Tengah kasus tertinggi adalah Kota
Surakarta yaitu sebesar 1.497 kasus (25,22%) dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan kasus gangguan fungsi ginjal di kabupaten atau kota lain di Jawa
Tengah. Apabila dibandingkan kasus keseluruhan penyakit tidak menular lain
di Kota Surakarta terdapat proporsi sebesar 10,80 %. Sedangkan kasus
tertinggi kedua adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 742 kasus (12,50%) dan
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penyakit tidak menular lain di
Kabupaten Sukoharjo adalah 2,57 %. Kabupaten atau kota lain yang tidak
tercatat atau tidak tampak ada kasusnya juga cukup banyak. Hali ini
disebabkan karena mungkin tidak ada laporan dan tidak ada kasusnya.
Sedangkan rata-rata kasus gangguan fungsi ginjal di Jawa Tengah adalah
219,25 kasus. Sedangkan untuk Kabupaten Kebumen prevalensinya mencapai
3% atau sekitar 456 penderita (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2012).
Penyakit gagal ginjal kronik dipengaruhi beberapa faktor yaitu infeksi
pada ginjal, penyakit vaskuler, batu ginjal dan lainnya. Salah satu yang biasa
menjadi penyebab utama seseorang yang selalu menunda untuk BAK,
sehingga urin dapat mengendap dan refluk ke dalam ginjal. Konsumsi
minuman yang banyak mengandung pewarna yang akan membuat ginjal
3
Glomerular Filtration Rate (GFR) diseluruh massa nefron turun dibawah
normal mengakibatkan sekresi protein terganggu, retensi natrium dan
eritropoietin turun sehingga terjadinya sindrom uremia yang diikuti oleh
peningkatan asam lambung (mual) dan pruritus (perdarahan). Hb yang
menurun akan mengakibatkan suplai oksigen didalam hemoglobin turun dan
pasien GGK akan mengalami kelemahan. Hipertrofi ventrikel akan
mengakibatkan payah jantung kiri sehingga bendungan atrium kiri naik
mengakibatkan tekanan vena pulmonalis sehingga kapiler paru nait terjadi
edema paru yang mengakibatkan difusi O2 dan CO2 terhambat sehingga
pasien merasa sesak. Proses retensi natrium menyebabkan total cairan ekstra
selular meningkat, kemudian terjadilah edema. Edema tersebut menyebabkan
beban jantung naik sehingga adanya hipertrofi ventrikel kiri dan curah
jantung menurun. Proses hipertrofi tersebut diikuti juga dengan aliran darah
ke ginjal, kemudian terjadi retensi natrium dan H2O meningkat. Hal ini
menyebabkan kelebihan volume cairan pada pasien GGK (Sudoyo, 2009).
Cairan yang diminum pasien gagal ginjal tahap lanjut harus diawasi.
Dengan perlu dilakukan pengaturan asupan cairan yang masuk sehingga tidak
terjadi kelebihan volume cairan di dalam tubuh (Tofazzi dan Mazzoni, 2012).
Berdasarkan penelitan pada tanggal 3 April 2012 dilakukan oleh Irwan di
RSUD Dr.Moewardi Surakarta diperoleh data bahwa 12 pasien dari 48 pasien
mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
(PERNEFRI, 2008). Apabila tidak segera di atasi, penderita yang mengalami
gagal ginjal pada akhirnya akan menemui kematian (Mambo, 2006).
Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong dilakukan pengelolaan
pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang memiliki latar belakang sudah
bolak balik ke rumah sakit. Saat dilakukan pengkajian pasien datang dengan
keluhan sesak napas. Akibat terjadinya penumpukan cairan di perut (asites)
karena tidak mampu melakukan pembatasan asupan cairan yang masuk,
sehingga harus dilakukan pemantauan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan cara menghitung balance cairan. Berdasarkan uraian di atas membuat
4
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Pada Sdr. H
dengan Gagal Ginjal Kronik di Ruang Inayah kamar 6 Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada kasus pasien gagal
ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) dengan menggunakan
pendekatan proses asuhan keperawatan yang disusun secara sistematis
dan komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada kasus pasien gagal ginjal kronik
dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
b. Memaparkan hasil analisa data pada kasus pasien gagal ginjal kronik
dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Memaparkan hasil perumusan diagnosa keperawatan pada kasus
pasien gagal ginjal kronik dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit
d. Memaparkan hasil rencana tindakan keperawatan pada kasus pasien
gagal ginjal kronik dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit
e. Memaparkan hasil implementasi keperawatan pada kasus pasien
gagal ginjal kronik dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit
f. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan pada kasus pasien gagal
ginjal kronik dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
g. Memaparkan inovasi tindakan keperawatan pada kasus pasien gagal
5
kebutuhan pembelajaran dan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien
dengan gagal ginjal kronik bagi para ilmuwan bidang kesehatan.
2. Manfaat Aplikatif
a. Perawat Rumah Sakit
Memberikan wawasan untuk menerapakan asuhan keperawatan
dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dengan
menghitung keseimbangan cairan dan memberikan motivasi agar
menjaga pola hidup sehat dan menjaga asupan cairan yang masuk.
b. Klien dan Keluarga
Memberikan pemahaman tentang pembatasan asupan cairan dan
memberikan motivasi untuk selalu menjaga kesehatanya.
c. Peneliti
Dapat dijadikan sebagai data atau sumber data penelitian dan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PADA Ny. DENGAN PENYAKIT CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
DI RUANG INAYAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Praktek Pada Semester VI
Disusun Oleh: Khikmah Yuniati
A01301778
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Diagnosa keperawatan : Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan
Pokok Bahasan : Gagal ginjal kronik
Sub pokok Bahasaan : Pengertian, penyebab, tanda gejala, diit yang tepat
untuk pasien gagal ginjal kronik
Sasaran : Sdr. H di Ruang Inayah RS PKU Muhammadiyah
Gombong
diharapkan mampu memahami tentang penyakit gagal ginjal dengan baik dan
benar
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan
klien dapat:
1. Mengetahui pengertian penyakit gagal ginjal kronik
2. Mengetahui penyebab penyakit gagal ginjal kronik
3. Mengetahui tanda gejala penyakit gagal ginjal kronik
4. Mengetahui diit yang tepat untuk penyakit gagal ginjal kronik
C. Materi Pengajaran
1. Pengertian gagal ginjal kronik
2. Penyebab gagal ginjal kronik
3. Tanda gejala gagal ginjal kronik
2
1. Memberi salam, menanyakan
keadaan audience
2’ Audience menjawab salam dan menyetujui kontrak waktu
2. Menjelaskan maksud
kedatangan dan membuat
kontrak waktu
3’ Audience mendengarkan dengan seksama dan menyetujui kontrak waktu
yang ditetapkan bersama
3. Melakukan pendidikan
kesehatan tentang pengertian,
penyebab, tanda gejala, dan
diit yeng tepat untuk pasien
gagal ginjal
15’ Audience memperhatikan dengan seksama.
4. Menanyakan kepada audience
tentang kejelasan materi yang
disampaikan.
Mempersilahkan audience
mengajukan pertanyaan
3’ Menanggapi dengan melakukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan dari audience
5. Mengavaluasi audien setelah
dijelaskan
3 6. Mengakhiri kontrak waktu dan
berpamitan kepada audience
2’ Audience mempersilahkan dengan baik
H. Evaluasi 1. Struktural
a. Persiapan media yang akan digunakan (poster, leaflet, alat tulis)
b. Persiapan tempat yang akan digunakan
c. Kontrak waktu
d. Persiapan SAP
2. Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang
disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan
c. Selama penyuluhan peserta aktif menjawab pertanyaan yang diajukan
3. Hasil
a. Audiens dapat menjelaskan kembali pengertian gagal ginjal kronik
b. Audiens dapat menyebutkan penyebab gagal ginjal kronik
c. Audiens dapat menyebutkan tanda gejala gagal ginjal kronik
4
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksik uremik) di dalam darah ( Muttaqin Arif , 2011 ).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu
penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori
ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah
nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak
dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam, 2006).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik (CKD) merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible yang menyebabkan
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu
retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah.
B. PENYEBAB
Menurut Corwin (2009) penyebab gagal ginjal kronik yaitu:
1. Prerenal: Akibat dari kondisi yang menyebabkan aliran darah ginjal
berkurang dan menurunnya filtrasi glomelurus
Contoh : muntah ,diare
2. Intrarenal : Kerusakan actual jaringan ginjal akibat trauma glomelurus
5
Contoh : bahan kimia,cidera akibat terbakar, tranfusi,obat NSAID,
minuman bersoda dan perpengawet, alkohol
3. Postrenal: Terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urune melalui
saluran kemih
Contoh : batu saluran kemih ,tumor, bekuan darah
C. TANDA GEJALA
Menurut Nursalam (2006) tanda gejala dari gagal ginjal kronik yaitu:
1.Pasien tamapak sangat menderita dan letargi disertai mual, muntah, diare,
pucat
2.Pembengkakan tungkai, kaki , pergelangan kaki atau menyeluruh
3.Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
4.Tremor pada tangan.
5.Kulit dari membran mukosa kering akibat dehidrasi
6.Lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang
7.Pengeluaran urin sedikit dan mengandung darah
8.Peningkatan kreatinin
D. DIIT YANG TEPAT UNTUK PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK Menurut Nursalam (2006) diit yang tepat dari gagal ginjal kronik yaitu:
1. Membatasi cairan
2. Diet rendah protein : tahu, tempe, kacang-kacangan
3. Membatasi garam, kalium, fosfor dan elektrolit lainya
4. Mendapatkan cukup kalori
5. Makan
a. Buah : anggur merah, apel,alpukat,pisang
b. Sayuran: kubis,kol,paprika merah,daun papaya,buncis
6
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Muttaqin Arif, Sari Kumala. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Price, Sylvia A. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Ahli Bahasa: Brahm U. Pendit. Editor: Huriawati Hartanto. Edisi VI. Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN PENYAKIT
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
Disusun Guna Memenuhi Ujian Akhir Praktek
Pada Semester VI
Disusun Oleh: Khikmah Yuniati
A01301778
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
3
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksik uremik) di dalam darah ( Muttaqin Arif , 2011 ).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu
penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori
ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat
fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang
beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau
transplantasi ginjal) (Nursalam, 2006).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik (CKD) merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible yang menyebabkan
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu
retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah.
B. ETIOLOGI
Menurut Price dan Wilson (2009) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial: Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati
2. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif: Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis
4
4. Gangguan jaringan ikat: Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan congenital dan herediter: Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik: Diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme,
amiloidosis
7. Nefropati toksik: Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah
8. Nefropati obstruktif: Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi,
neoplasma, fibrosis, retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi
prostat, striktur uretra, anomaly congenital leher vesika urinaria dan
uretra)
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nursalam (2006) manifestasi klinis dari gagal ginjal kronik
adalah:
1. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
a. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal.cerna, gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.
b. Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H
eritropoetin →Depresi sumsum tulang → sumsum tulang tidak
mampu bereaksi terhadap proses hemolisis/perdarahan → anemia normokrom normositer.
2. Kelainan Saluran cerna
a. Mual, muntah: dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia
(NH3) → iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus.
b. Stomatitis uremia: mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi
cairan saliva banyak mengandung urea dan kurang menjaga
5
c. Pankreatitis: berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.
3. Kelainan mata
4. Kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital,
pembesaran vena leher
5. Kelainan kulit
a. Gatal, terutama pada klien dgn dialisis rutin karena: toksik uremia
yang kurang terdialisis, peningkatan kadar kalium phosphor, alergi
bahan-bahan dalam proses HD
b. Kering bersisik: karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan
kristal urea di bawah kulit.
c. Kulit mudah memar
d. Kulit kering dan bersisik
e. Rambut tipis dan kasar
6. Neuropsikiatri
f. Rasa panas pada telapak kaki
g. Perubahan Perilaku
9. Kardiomegali.
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi
ginjal yang serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif.
Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan efek berikut pada
pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus
6
D. ANATOMI FISIOLOGI 1. Anatomi
Anatomi ginjal menurut price dan Wilson (2009) dan Smletzer dan
Bare (2010), ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang
terletak pada kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikilebih
rendah dibandingkan ginjal kiri karena tekanan ke bawah oleh hati. Katub
atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan katub atas ginjal kiri
terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal dipertahankan oleh bantalan lemak
yang tebal agar terlindung dari trauma langsung, disebelah posterior
dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan anterior
dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal kiri yang berukuran
normal biasanya tidak teraba pada waktu pemeriksaan fisik karena dua
pertiga atas permukaan anterior ginjal tertutup oleh limfa, namun katub
bawah ginjal kanan yang berukuran normal dapat diraba secara bimanual.
Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula
renis. Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya
oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior organ tersebut dilindungi
oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui
arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri
renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa darah
7
adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7-5,1 inci) lebarnya 6 cm (2,4 inci)
tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan beratnya sekitar 150 gram. Permukaan
anterior dan posterior katub atas dan bawah serta tepi lateral ginjal
berbentuk cembung sedangkan tepi lateral ginjal berbentk cekung karena
adanya hilus.
Apabila dilihat melalui potongan longitudinal, ginjal terbagi
menjadi dua bagian yaitu korteks bagian luar dan medulla di bagian dalam.
Medulla terbagi-bagi menjadi biji segitiga yang disebut piramid,
piranidpiramid tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut
kolumna bertini. Piramid-piramid tersebut tampak bercorak karena
tersusun oleh segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron.
Papilla (apeks) dari piramid membentuk duktus papilaris bellini dan
masukke dalam perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut kaliks minor
dan bersatu membentuk kaliks mayor, selanjutnya membentuk pelvis
ginjal.
Ginjal tersusun dari beberapa nefron. Struktur halus ginjal terdiri
atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal, jumlahnya
sekitar satu juta pada setiap ginjal yang pada dasarnya mempunyai struktur
dan fungsi yang sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowmen yang
mengintari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle dan tubulus kontortus distal yang mengosongkan diri ke
duktus pengumpul. Kapsula bowman merupakan suatu invaginasi dari
8
kapiler dan kapsula bowman dan ruang yang mengandung urine ini
dikenal dengan nama ruang bowmen atau ruang kapsular. Kapsula
bowman dilapisi oleh sel-sel epitel. Sel epitel parielalis berbentuk gepeng
dan membentuk bagian terluar dari kapsula, sel epitel veseralis jauh lebih
besar dan membentuk bagian dalam kapsula dan juga melapisi bagian luar
dari rumbai kapiler. Sel viseral membentuk tonjolan-tonjolan atau
kakikaki yang dikenal sebagai pedosit, yang bersinggungan dengan
membrana basalis pada jarak-jarak tertentu sehingga terdapat
daerah-daerah yang bebas dari kontak antar sel epitel. Daerah-daerah-daerah yang
terdapat diantara pedosit biasanya disebut celah pori-pori.
Vaskilari ginjal terdiri dari arteri renalis dan vena renalis. Setiap
arteri renalis bercabang waktu masuk kedalam hilus ginjal. Cabang
tersebut menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara pyramid dan
selanjutnya membentuk arteri arkuata yang melengkung melintasi basis
piramid-piramid ginjal. Arteri arkuata kemudian membentuk
arteriolaarteriola interlobaris yang tersusun oleh parallel dalam korteks,
arteri ini selanjutnya membentuk arteriola aferen dan berakhir pada
rumbai-rumbai kapiler yaitu glomerolus. Rumbai-rumbai kapiler atau
9
membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan kapiler
peritubular.
Darah yang mengalir melalui sistem portal akan dialirkan ke dalam
jalinan vena menuju vena intelobaris dan vena renalis selanjutnya
mencapai vena kava inferior. Ginjal dilalui oleh darah sekitar 1.200 ml
permenit atau 20%-25% curah jantung (1.500 ml/menit).
2. Fisiologi Ginjal a. Fungsi Ginjal
Menurut Price dan Wilson (2009), ginjal mempunyai berbagai macam
fungsi yaitu ekskresi dan fungsi non-ekskresi. Fungsi ekskresi
diantaranya adalah :
- Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
- Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam
rentang normal.
- Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan
kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3
- Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme
protein,terutama urea, asam urat dan kreatinin.
Sedangkan fungsi non-ekresi ginjal adalah :
- Menghasilkan rennin yang penting untuk pengaturan tekanan darah.
- Menghasilkan eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.
- Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
- Degradasi insulin.
- Menghasilkan prostaglandin.
b. Fisiologi Pembentukan Urine
Pembentukan urine diginjal dimulai dari proses filtrasi plasma. Pada
glomerolus. Sekitar seperlima dari plasma atau 125 ml/menit plasma
dialirkan di ginjal melalui glomerolus ke kapsula bowman. Halini dikenal
10
dan proses filtrasi pada glomerolus disebut ultrafiltrasi glomerulus.
Tekanan darah menentukan beberapa tekanan dan kecepatan alirn darah
yang melewati glomeruls. Ketika darah berjalan melewati struktur ini,
filtrasi terjadi. Air dan molekulmolekul yang kecil akan dibiarkan lewat
sementara molekul-molekul besar tetap bertahan dalam aliran darah.
Cairan disaring melalui dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan
memasuki tubulus, cairan ini disebut filtrate. Filrat terdiri dari air,
elektrolit dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus sebagian substansi
ini secara selektif diabsobsi ulang kedalam darah. Substansi lainnya
diekresikan dari darah kedalam filtrat ketika filtrat tersebut mengalir di
sepanjang tubulus. Filtrate akan dipekatkan dalam tubulus distal serta
duktus pengumpul dan kemudian menjadi urine yang akan mencapain
pelvis ginjal. Sebagian substansi seperti glukosa normalnya akan
diabsorbsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat
dalam urine. Berbagai substansi yang secara normal disaring oleh
glomerulus, diabsorbsi oleh tubulus dan diekresikan kedalam urine
mencakup natrium, klorida, bikarbinat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin
dan asam urat. Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan
proses pembentukan urine, yaitu :
1) Filtrasi (penyaringan) : kapsula bowman dari badan malpighi
menyaring darah dalam glomerus yang mengandung air, garam,
gula, urea dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga
dihasilkan filtrat glomerus (urine primer). Di dalam filtrat ini terlarut
zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna
bagi tubuh, misal glukosa, asam amino dan garam-garam.
2) Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus
proksimal zat dalam urine primer yang masih berguna akan
direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus (urine sekunder) dengan
kadar urea yang tinggi.
3) Ekskesi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh
11
reabsornsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat
sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat
glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus
kolektifus ke pelvis renalis.
E. PATOFISIOLOGI
Pada awal gagal ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir
metabolism protein yang normalnya dieksresikan didalam urin tertimbun
dalam darah. Terjadinya uremia dan mempengaruhi setiap system darah.
Semakin banyak timbunan dalam sampah, maka gejala samkin berat.
Penurunan jumlah glomeroli yang normal menyebabkan penurunan kliens
substansi darah ynag seharsunya dibersihkan oleh ginjal. Dengan
menurunya glomerulo filtrate rate (GFR) mengakibatkan klirens kreaini
dan peningkatan kadar kreatinin serum. Hal ini menimbulkan gangguan
metabolism protein dalam usus yang mengakibatkan anoreksia, nausea
maupun vomitus yang menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Peningkatan ureum kreatini sampai ke otak mempengaruhi fungsi
kerja, mengembangkan gangguan pada saraf, terutama pada neurosensori.
Selain Blood Ureum Nitrogen (BUN) biasanya juga meningkat. Pada
penyakit ginjal tahap terakhir urin tidak dapat di konsentrasikan atau
diencerkan secara normal sehingga terjadi ketidakkeseimbangan cairan
elektrolit. Natrium dan cairan tertahan meningkatkan resko gagal jantung
kongestif. Penderita dapat menajdi sesak nafas, akibat
ketidakkeseimbangan sampai oksigen denga kebutuhan, sehingga perlu di
monitor balance ginjal menjelaskan kresikan muatan asam (H positif) yang
berlebihan. Terjadi penurunan produksi eritoprotein yang mengakibatkan
terjadinya anemia. Sehingga pada penderita dapat timbul kelemahan dan
kulit terlihat pecah menyebabkan tubuh tidak toleran terhadap aktivitas.
Dengan menurunya fitrasi melalui glomereulus ginjal terjadi peningkatan
12
kalsium serum menyebabkan sekresi parathorman dari kalenjar paratiroid.
Lanjut penurunan fungsi ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis
berkaitan dengan gangguan yang mendasari, ekskresi protein dalam urin
dan adanya hipertensi (Smeltzer,. S. C & Bare, B. G, 2010)
F. PATHWAY
13
H. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine,
diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
Intervensi
a. Kaji lokasi dan luas edema
b. Catat intak dan output per 24 jam
c. Timbang dan catat BB setiap hari
d. Batasi cairan / makanan yang masuk
e. Pertahankan intake dan autput yang akurat
f. Jelaskan pada pasien & keluarga mengenai pembatasan cairan
g. Kolaborasikan pemberian deuretik sesuai program
h. Kolaborasikan dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul
i. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
b. Kaji TTV
c. Kaji adanya keluhan nyeri dada
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
e. Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan
membrane mukosa mulut.
Intervensi:
a. Kaji status nutrisi ( pengukuran BB,antropometri,nilai laboratorium )
b. Kaji adanya alergi makanan
c. Pelihara oral hygine sebelum makan
d. Tawarkan makan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
e. Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam
14
f. Anjurkan diit tinggi kalori,rendah protein, rendah natrium
diantaranya waktu makan
g. Kolaborasikan pemberian anti emetik sesuai program
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.
Intervensi:
a. Kaji adanya faktor kelelahan
b. Kaji kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan penuhi kebutuhan
ADL
c. Identifikasi factor stess/psikologis yang dapat memperberat.
d. Ciptakan lingkungan tengan dan periode istirahat tanpa gangguan
e. Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium darah
g. Kolaborasikan untuk pemberien suplemen,zat besi,asam folat dan
multivitamin
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
b. Diskusikan tentang penyakit gagal ginjal kronik
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi cara memahami berbagai
perubahan akibat penyakitnya
d. Tanyakan hal- hal yang belum jelas
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Corwin (2009) pada pasien Gagal Ginjal Kronik di lakukan pemeriksaan, yaitu :
1. Kreatinin plasma meningkat, karena penurunan laju filtrasi glomerulus.
2. Natrium serum rendah / normal.
3. Kalium dan fosfat meningkat
4. Hematokrit menurun pada animia Hb : biasanya kurang dari 7-8 gr/dl.
15
12.SDM waktu hidup menurun pada defisiensi eritopoetin.
13.Urine :
Volume : oliguria, anuria
Warna : keruh.
Sedimen : kotor, kecoklatan.
BD : kurang dari 1,0125.
Klerin kreatinin : menurun.
Natrium : lebih besar atau sama dengan 40 m Eq/L.
Protein : proteinuria.
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik menurut
Smeltzer dan Bare (2010) yaitu :
1. Penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi
a. Hipertensi diberikan antihipertensi yaitu Metildopa (Aldomet),
Propanolol (Inderal), Minoksidil (Loniten), Klonidin (Catapses), Beta
Blocker, Prazonin (Minipress), Metrapolol Tartrate (Lopressor).
b. Kelebihan cairan diberikan diuretic diantaranya adalah Furosemid
(Lasix), Bumetanid (Bumex), Torsemid, Metolazone (Zaroxolon),
Chlorothiazide (Diuril).
c. Peningkatan trigliserida diatasi dengan Gemfibrozil.
d. Hiperkalemia diatasi dengan Kayexalate, Natrium Polisteren Sulfanat.
e. Hiperurisemia diatasi dengan Allopurinol.
f. Osteodistoofi diatasi dengan Dihidroksiklkalsiferol, alumunium
16
g. Kelebihan fosfat dalam darah diatasi dengan kalsium karbonat,
kalsium asetat, alumunium hidroksida.
h. Mudah terjadi perdarahan diatasi dengan desmopresin, estrogen
i. Ulserasi oral diatasi dengan antibiotic.
2. Intervensi diet yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/kgBB), vitamin B dan
C, diet tinggi lemak dan karbohirat
3. Asidosis metabolic diatasi dengan suplemen natrium karbonat.
4. Abnormalitas neurologi diatasi dengan Diazepam IV (valium), fenitonin
(dilantin).
5. Anemia diatasi dengan rekombion eritropoitein manusia (epogen IV atau
SC 3x seminggu), kompleks besi (imferon), androgen (nandrolan
dekarnoat/deca durobilin) untuk perempuan, androgen (depo-testoteron)
untuk pria, transfuse Packet Red Cell/PRC.
6. Cuci darah (dialisis) yaitu dengan hemodialisa maupun peritoneal dialisa
17
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Muttaqin Arif, Sari Kumala. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Price, Sylvia A. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Ahli Bahasa: Brahm U. Pendit. Editor: Huriawati Hartanto. Edisi VI. Jakarta: EGC.
Di Susun Oleh:
Khikmah Yuniati (A01301778)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG 2016
Pengertian
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal
untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
adanya penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) di dalam darah ( Muttaqin Arif, 2011 ).
Penyebab
1. Prerenal : aliran darah menurun akibat
nya muntah dan diare
2. Intrarenal: kerusakan ginjal karena
minum/ makan yang berpengawet,
alkohol
3. Postrenal : sumbatan saluran kencing
seperti batu ginjal, tumor/ kanker
Tanda Gejala
1. Mual, muntah, diare, pucat
2. Pembengkakan tungkai, kaki ,
pergelangan kaki atau menyeluruh
3. Berkurangnya rasa, terutama di tangan
atau kaki
7. Pengeluaran urin sedikit dan mengandung
darah
8. Peningkatan kreatinin
DIIT YANG TEPAT
1. Membatasi cairan
2. Diet rendah protein : tahu, tempe,
kacang-kacangan
3. Membatasi garam, kalium, fosfor dan
elektrolit lainya
4. Mendapatkan cukup kalori
5. Buah : anggur
merah, apel,alpukat,pisang
6. Sayuran: kubis,kol,paprika
merah,daun papaya,buncis
Khikmah Yuniati/ A01301778/ D3 Keperawatan
GAGAL GINJAL KRONIK
Khikmah Yuniati/ A01301778
Khikmah Yuniati/ A01301778/ D3 Keperawatan
A. PENGERTIAN
Gagal
ginjal
kronis
adalah
kegagalan
fungsi
ginjal
untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan adanya penumpukan
sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah ( Muttaqin Arif , 2011 ).
Gagal ginjal kronis (
Chronic Renal Failure
) adalah kerusakan ginjal
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah
nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak
Khikmah Yuniati/ A01301778/ D3 Keperawatan
Apa Itu GAGAL GINJAL KRONIK ???
Khikmah Yuniati/ A01301778/ D3 Keperawatan
B. PENYEBAB
Menurut Corwin (2009) penyebab gagal ginjal kronik yaitu:
1.
Prerenal: Akibat dari kondisi yang menyebabkan aliran darah ginjal berkurang dan
menurunnya filtrasi glomelurus
Contoh : muntah ,diare
2.
Intrarenal : Kerusakan actual jaringan ginjal akibat trauma glomelurus atau tubulus
ginjal
Contoh : bahan kimia,cidera akibat terbakar, tranfusi,obat NSAID, minuman
bersoda dan perpengawet, alkohol
3.
Postrenal: Terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urune melalui saluran
kemih
Khikmah Yuniati/ A01301778/ D3 Keperawatan
PENYEBAB
Muntah
& Diare
Batu Ginjal
dan Kanker
Minuman
berpengawet
Khikmah Yuniati/ A01301778/ D3 Keperawatan
C. TANDA GEJALA
Menurut Nursalam (2006) tanda gejala dari gagal ginjal kronik yaitu:
1.
Pasien tamapak sangat menderita dan letargi disertai mual, muntah, diare,
pucat
2.
Pembengkakan tungkai, kaki , pergelangan kaki atau menyeluruh
3.
Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
4.
Tremor pada tangan.
5.
Kulit dari membran mukosa kering akibat dehidrasi
6.
Lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang
7.
Pengeluaran urin sedikit dan mengandung darah
Khikmah Yuniati/ A01301778/ D3 Keperawatan
TANDA GEJALA
Muntah
Pembengkan
Bibir kering
Pusing
1.
Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
2.
Tremor pada tangan.
3.
Pengeluaran urin sedikit dan mengandung darah
Khikmah Yuniati/ A01301778/ D3 Keperawatan
D. DIIT YANG TEPAT UNTUK PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
Menurut Nursalam (2006) diit yang tepat dari gagal ginjal kronik yaitu:
1.
Membatasi cairan
2.
Diet rendah protein : tahu, tempe, kacang-kacangan
3.
Membatasi garam, kalium, fosfor dan elektrolit lainya
4.
Mendapatkan cukup kalori
5.
Makan
a.
Buah : anggur merah, apel,alpukat,pisang
b.
Sayuran: kubis,kol,paprika merah,daun papaya,buncis
c.
Makanan : putih telur,ikan,kentang,hati
Khikmah Yuniati/ A01301778/ D3 Keperawatan
DIIT YANG TEPAT PASIEN GAGAL INJAL