BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Pengembangan
Kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian tentang
pengembangan bahan ajar menulis menulis teks deskripsi di sekolah
menengah pertama ini akan mengetengahkan tentang pustaka umum
yang berkenaan dengan konsep bahan yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini, dengan disertai hasil-hasil penelitian yang relevan. Itu
sebabnya hampir semua tulisan tentang R&D dalam pendidikan adalah
pengembangan perangkat pembelajaran yang produknya bersifat tangible
dan berpotensi untuk diproduksi masal.
Penelitian pengembangan merupakan kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis
dan obyektif disertai perbuatan untuk mengembangkan sesuatu.
Pengertian penelitian dan pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407). Samsudi
(2009: 86) Mengartikan bahwa penelitian dan pengembangan adalah
metode untuk melakukan penelitian, mengembangkan dan menguji suatu
Mulyatiningsih (2014: 161) Penelitian dan pengembangan
bertujuan untuk menghasilkan produk baru melalui proses
pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan dalam dunia
pendidikan dipopulerkan oleh W.R Borg. Metode ini tepat digunakan
untuk mengembangkan suatu model dalam rangka perbaikan kualitas
pendidikan (Heryadi, 2015: 67).
Menurut Borg and Gall (dalam Sugiyono 2015: 28), penelitian
dan pengembangan merupakan proses atau metode yang digunakan untuk
memvalidasi dan mengembangkan produk. Berdasarkan pengertian
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah
suatu penelitian dan pengembangan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Produk tersebut dapat berupa perangkat keras dan perangkat lunak.
Produk pengembangan dalam dunia Pendidikan diantaranya dapat berupa
RPP, buku, Modul, LKS, dan soal-soal. Dalam penelitian ini akan
dikembangkan dengan bentuk bahan ajar modul.
2. Hakikat Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa perangkat materi
yang disusun sistematis yang digunakan untuk membantu guru/instruktur
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan perseta
didik untuk belajar, baik bersama guru maupun tanpa guru (depdiknas,
Bahan ajar adalah segala bahan (baik informasi, alat maupun
teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran (Prastowo, 2014:17). Sedangkan sumber KTSP (2008: 125)
Mendefinisikan bahwa bahan ajar secara garis besar terdiri atas
pengetahuan keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Sitepu
(2012) mengemukakan bahwa bahan ajar merupakan suatu pendekatan
yang digunakan oleh seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan
proses pembelajaran melalui tahap-tahap tertentu sehingga siswa dapat
mengikuti proses belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa bahan ajar adalah segala bahan baik cetak maupun non cetak yang
digunakan oleh guru untuk membantu siswa ketika proses pembelajaran
sesuai dengan kurikulum.
a. Jenis Bahan Ajar
Panen (2014: 40) membedakan bahan ajar menjadi emapat
macam, yaitu:
1) Bahan cetak (Printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam
penyampaian informasi. Contohnya, handout, buku, modul, lembar
kerja siswa, brosur dll.
2) Bahan ajar dengan atau program Audio, yakni semua sistem yang
menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan
atau di dengar oleh sekelompoj orang. Contohnya kaset, radio, dan
piringan hitam.
3) Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni semua sistem yang
menggunakan sinyal radio dapat dikombinasikan dengan gambar
bergerak. Contoh, Film.
4) Bahan ajar interaktif, yakni kombinasi dari dua atau lebih media
(audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh
penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk
mengendalikan suatu perintah dan atau perilaku alami suatu
presentasi.
b. Kriteria Bahan Ajar
Sebuah bahan ajar yang baik pasti memiliki kriteria-kriteria
tertentu. Menurut Retno (2008) bahan ajar yang baik harus
memenuhi kriteria; 1) Bahan ajar harus relevan dengan tujuan, 2)
Bahan ajar harus sesuai dengan taraf perkembangan anak, 3) bahan
ajar yang baik adalah yang berguna bagi siswa baik sebagai
perkembanagan pengetahuannya dan keperluan bagi tugas kelak
dilapangan, 4) Bahan ajar harus menarik dan merangsang aktivitas
berjenjang dan 6) bahan ajar harus disampaikan kepada siswa harus
menyeluruh, lengkap dan utuh. Menurut Arif dan Napitupulu (1997),
kriteria bahan ajar yaitu: 1) bahan ajar hendaknya sesuai dengan
tujuan pembelajaran, 2) Sesuai dengan kebutuhan peserta didik, 3)
Benar-benar dalam penyajian faktualnya, 4) Mengambarkan latar
belakang dan suasana yang dihayati peserta didik, 5) Mudah dan
ekonomis dalam penggunaanya, 6) cocok dengan gaya bbelajar
peserta didik, dan 7) lingkungan dimana bahan ajar digunakan harus
tepat sesuai dengan jenis media yang digunakan. Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahan
ajar yang baik memiliki kriteria, 1) Sesuai dengan tujuan
pembelajaran maksudnya, bahan ajar yang dipilih atau digunakan
sebaiknya mendukung kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan,
2) Berguna dan sesuai perkembangan anak, maksudnya baik materi
maupun penggunaan bahasany mudah diikuti oleh peserta didik, dan
5) tersusun secara sistematis artinya, bahan ajar disajikan dengan
sistematika yang urut.
c. Prinsip- Prinsip dan Pengambangan Bahan Ajar
Prinsip- prinsip pengembangan bahan ajar yang dikeluarkan
oleh BSNP (2008) bahwa bahan ajar yang layak adalah yang
memenuhi kriteria kelayakan isi materi, keterbacaan bahasa,
Selain prinsip tersebut, menurut Prastowo (2014: 58-60) ada tiga
prinsip yang dapat dijadikan pedoman. Pertama, prinsip relevasi.
Maksudnya, bahan ajar yang dipilih hendaknya ada relasi dengan
pencapaian standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Kedua,
prinsip konsistensi. Maksudnya, bahan ajar yang dipilih memiliki
keajegan. Jadi, antara kompetensi dasar yang mesti dikuasi peserta didik
dengan bahan ajar yang disediakan memiliki keselarasan dan kesamaan.
Ketiga, prinsip kecukupan. Maksudnya, ketika memilih bahan ajar
hendaknya dicari yang memadai untuk membantu siswa menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan.
Selain itu, di tambahkan juga oleh Arif dan Napitupupu (1997:
36-37) bahwa ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan bentuk bahan ajar, yaitu kebutuhan dan tingkat kemampuan
awal para peserta didik yang menjadi sasaran pembelajaran, tempat dan
keadaan dimana bahan ajar akan digunakan, metode penerapan dan
penjelasannya, biaya proses dan produksi serta alat-alat yang digunakan
untuk memproduksi bahan ajar. Dalam proses pemilihan bahan ajar,
selain ketiga prinsip tersebut, ada beberapa langkah pemilihan bahan ajar
yang juga perlu kita pahami dan dijadikan sebagai pegangan, diantaranya
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan
2) Mengidentifikasi jenis-jenis bahan ajar
3) Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevansi dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi. Borg and
Gall 1983 (dalam Tim Puslitjaknov, 2008: 8) juga menyampaikan
bahwa pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan prosedur
yang sederhana melalui lima langkah utama yaitu: 1) Melakukan
analisis produk yang akan dikembangkan, 2) Mengembangkan produk
awal, 3) Validasi ahli meteri dan bahasa, guru bahasa Indonesia, ahli
desain (Guru teknik informatika), 4) Uji coba lapangan skala kecil dan
revisi produk, dan uji coba lapangan luas dan produk akhir. Senada
dengan Borg and Gall, Mulyatiningsih (2014: 198) menyatakan
kegiatan pengembangan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
i. Validasi model oleh ahli pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi
panduan penggunaan model pembelajaran. Tim ahli yang
dilibatkan dalam proses validasi atas: pakar teknologi
pembelajaran, pakar bidang studi pada mata pelajaran yang
sama, pakar evaluasi hasil belajar.
ii. Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat
validasi.
Menurut Heryadi (2015: 6) prosedur penelitian yang harus
ditempuh dengan menggunakan metode penelitian dan
Tahap pertama. Research and Information Collecting, yaitu studi
pendahuluan. Pada tahap ini, penelitian dilakukan untuk
mengumpulkan informasi. Pada tahap ini juga dilakukan analisis
kebutuhan bahan ajar serta menentukan bahan ajar.
Tahap kedua. Develop Preliminary form of Product, yaitu
pengembangan roduk atau model awal (model konseptual) yang
telah terbentuk.
Adapun penelitian pengembangan ini dilakukan dengan
mengacu pada prinsip pegembangan bahan ajar menurut Borg and
Gall yang dikembangkan oleh Sugiyono yaitu penelitian
pengembangan level 1 yang hanya merancang desain bahan ajar dan
mengujinya secara internal.
d. Pengertian Modul
Dalam buku pedoman umum pengembangan bahan ajar
(Depdiknas, 2004) modul diartikan sebuah buku yang ditulis dengan
tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau
dengan bimbingan guru. Ismawati (2012: 141) mengartikan modul
adalah materi yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian
rupa sehingga pembacanya (siswa) diharapkan dapat menyerap
sendiri materi di dalamnya, tanpa atau sedikit mungkin
membutuhkan bantuan orang lain.
Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara
sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat
belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang
minimal dari pendidik (Prastowo, 2014: 106).
Berbagai definisi modul, dapat disimpulkan bahwa modul
merupakan bahan ajar terprogram yang disusun secara sistematis dan
terperinci serta menarik dengan tujuan agar siswa mudah memahami
materi ajar dengan bantuan atau bimbingan yang minimal bahkan
tanpa guru.
Dalam menyusun maupun mengembangkan modul yang
baik terdapat beberapa kriteria diantaranya: 1) Materi relevan dengan
kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai peserta
didik, 2) Modul tersusun secara lengkap, paling tidak mencakup
antar lain, judul kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik,
petunjuk penggunaan, informasi, langkah kerja, dan penilaian, 3)
Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi,
klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman, dll, 4) Padat
pengetahuan, 5) Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan, 6)
Kalimat yang disajikan singkat dan jelas, serta 7) Menuntut guru dan
peserta didik sehingga mudah digunakan (Prastowo, 2014).
Jadi modul yang baik adalah yang berisi materi yang relevan
dengan kurikulum, materi lengkap, kebenaran materi dapat
dipertanggungjawabkan, penyajian materi jelas dan mudah
e. Struktur Modul
Dalam melakukan penyusunan modul pembelajaran terdapat
beberapa struktur yang dikembangkan oleh para ahli agar sebuah
modul dapat dikatakan layak digunakan.
Pendapat yang senada mengenai struktur modul juga
disampaikan oleh Ismawati (2012) bahwa sebuah modul dapat
disusun dengan struktur: 1) Judul modul, 2) Petunjuk umum yang
meliputi KD, pokok bahasan, indikator pencapaian, referensi,
strategi pembelajaran, lembar kegiatan pembelajaran, meteri modul,
dan evaluasi, 3) Materi modul, dan 4) Evaluasi. Disamping keempat
struktur tersebut, Vembriarto (1985) menyatakan bahwa modul
tersusun atas: 1) Lembar kegiatan siswa, 2) Lembar kerja bagi siswa,
3) Kunci lembaran kerja, 4) Lembaran evaluasi, dan 5) Kunci
lembaran evaluasi.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai struktur modul,
dapat disimpulkan bahwa struktur minimal sebuah modul terdiri
atas: 1) Judul identitas: nama modul dari mata pelajaran tertentu, 2)
Petunjuk belajar: bagian ini membuat penjelasan tentang langkah-
langkah yang akan ditempuh dalam pembelajaran dengan modul, 3)
Standar kompetensi- kompetensi dasar: berisi tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, 4) Materi modul: bagian penjelasan secara rinci
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab siswa, dan 6) Evaluasi: pengukuran
pencapaian pemahaman materi.
Penyusunan modul dalam penelitian ini telah disesuaikan
dengan struktur penyusunan modul seperti yang telah
direkomendasikan dalam teori penyusunan modul untuk dapat
dimanfaatkan dengan efektif.
f. Langkah- langkah Menyusun Bahan Ajar Modul
Untuk dapat menyusun modul dengan baik, diperlukan
pemahaman mengenai langkah-langkah menyusun bahan ajar modul.
Beberapa langkah- langkah penyusunan bahan ajar modul telah
dikemukakan oleh para ahli atau otoritas pendidikan terkait.
Departemen Pendidikan Nasional (2004) menerbitkan
Pedoman Umum dan Pemanfaatan Bahan Ajar, yang memaparkan
langkah- langkahnya yaitu menganalisis kurikulum, menentukan
judul modul, pemberian kode dan penulisan modul. Prastowo (2014:
133) juga menjelaskan langkah- langkah menyusun modul yaitu
analisis kurikulum, menentukan judul modul, pemberian kode
modul, dan penulisan modul.
Dari pendapat ahli dan pedoman langkah penyusunan modul
yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah menyusun modul meliputi: 1)
Menganalisis kurikulum: langkah pertama ini bertujuan untuk
judul modul, dalam langkan menentukan judul kita harus mengacu
kepada kompetensi dasar atau materi pokok dalam kurikulum, 3)
Menuliskan materi: Materi modul sangat tergantung pada
kompetensi dasar yang akan dicapai, dan materi modul tidak harus
ditulis secara lengkap. Kita dapat menunjukan referensi yang kita
gunakan agar peserta didik membaca lebih jauh. Tugas-tugas atau
latihan harus ditulis secara lengkap, jelas dan tidak membingungkan,
dan 4) Menentukan format tata letak: pada langkah ini kita
menentukan struktur modul, jenis huruf, dan layout moodul.
Dengan demikian sebuah modul dapat dikatakan baik secara
sistematis jika disusun dengan memperhatikan langkah- langkah
penyusunan modul seperti yang telah dijelaskan diatas.
g. Tujuan Penggunaan Bahan Ajar (Modul) dalam Pembelajaran
Sebuah modul disusun dengan maksud dan tujuan tertentu,
namun secara umum keberadaan modul diperuntukan bagi
peningkatan efektifitas pembelajaran, baik yang dilakukan oleh
siswa maupun guru. Modul juga disusun untuk dapat memfasilitasi
siswa agar dapat melakukan pembelajaran yang lebih mandiri atau
otonom.
Tujuan penyusunan modul dapat disarikan dari definisi
modul itu sendiri. Dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan
Ajar (Depdiknas, 2004) modul didefinisikan sebagai sebuah buku
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Dengan demikian modul
disusun dengan tujuan untuk menciptakan pembelajaran mandiri
bagi siswa. Keberadaan modul yang berisi informasi dan juga
petunjuk pembelajaran yang jelas dapat membuat siswa melakukan
pembelajarannya tanpa pendampingan guru setiap waktu.
Disamping membantu siswa untuk lebih belajar mandiri,
modul juga disusun dengan tujuan untuk dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa. Prastowo (2012: 396) mengemukakan
manfaat penggunaan modul dalam pembelajaran yaitu untuk
membangkitkan motivasi peserta didik, penyampaian informasi, dan
penilaian hasil belajar. Dengan keberadaan modul diharapkan siswa
menjadi lebih terbantu dalam mempelajari dan menguasai suatu
materi sehingga kemudahan yang diperolehnya itu dapat
menumbuhkan motivasi untuk terus belajar. Modul juga bermanfaat
menjadi sarana penyampaian informasi atau materi disamping guru
dan buku pelajaran. Jika buku pelajaran terlalu padat berisi materi,
maka modul lebih banyak memuat banyak informasi yang disertai
latihan sehingga memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengukur pengetahuan yang dimilikinya melalui proses latihan
tersebut.
Pendapat mengenai tujuan penyusunan modul dapat
disimpulkan bahwa manfaat modul dalam pembelajaran adalah
Hal ini disebabkan pembelajaran modul merupakan bentuk
pembelajaran mandiri yang dapat membantu siswa untuk belajar
sendiri mengenai materi pembelajaran tanpa adanya campur tangan
guru, siswa dapat belajar sesuai dengan cara mereka.
B. Deskripsi Teori
1. Hakikat Menulis Teks Deskripsi a. Pengertian Menulis Teks Deskripsi
Deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian
dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari
objek yang sedang dibicarakan. Dalam deskripsi penulis memindahkan
kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan, dan perasaannya
kepada para pembaca, menyampaikan sifat dan semua perincian wujud
yang dapat ditemukan pada objek tersebut. Sasaran yang ingin dicapai
oleh seorang penulis deskripsi adalah menciptakan atau
memungkinkan terciptanya daya khayal (imajinasi) pada para
pembaca, seolah-olah pembaca melihat sendiri objek secara
keseluruhan (Keraf, 1981: 93).
Menurut Enre (1988:158), deskripsi berfungsi menjadikan
pembaca seakan-akan melihat wujud sesungguhnya dari materi yang
disajikan itu, sehingga kualitasnya yang khas dapat dikenal dengan
lebih jelas. Widarso (2000: 51) menyebutkan bahwa deskripsi adalah
suasana pada momen tertentu. Deskripsi adalah gambaran verbal ihwal
manusia, objek, penampilan, pemandangan, atau kejadian. Cara
penulisan ini menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehingga
pembaca dibuat mampu (seolah merasakan, melihat, mendengar, atau
mengalami) sebagaimana dipersepsi oleh panca indera. Deskripsi
sangat mengandalkan pencitraan konkret dan rincian atau spesifikasi
karena dilandasi pada panca indera (Alwasilah dan Senny, 2005: 114).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa menulis teks deskripsi adalah teks yang berusaha melukiskan
atau menggambarkan suatu objek dengan sedetail-detailnya secara
mendalam dan sistematis sesuai dengan keadaan yang
sebenar-benarnya tentang sesuatu yang dilukiskan tersebut sehingga pembaca
seakan-akan melihat atau mengamati langsung objek tersebut.
b. Tujuan Menulis Teks Deskripsi
Tujuan teks berbeda dengan teks negosiasi, dimana tujuan
menulis teks deskripsi sangat jelas yaitu agar orang yang membaca
teks ini seolah-olah sedang merasakan langsung apa yang sedang di
jelaskan dalam teks tersebut.
c. Isi Menulis Teks Deskripsi
Dalam menulis teks deskripsi penulis berusaha memindahkan
ditemukan pada objek yang diamati. Dengan istilah lain, melalui
teks/paragraf deskripsi, penulis berusaha menciptakan sensansi/impresi
indera pembaca dalam rangka menghasilkan kesan berdasarkan daya
nalar dan imajinasinya.
d. Ciri-Ciri Menulis Teks Deskripsi
Ciri-ciri yang dimiliki teks ini sangat jelas sehingga akan
sangat mudah membedakan teks ini dengan teks lainnya. Berikut ini
ciri-cirinya:
1. Paragraf deskripsi menggambarkan sesuatu.
2. Paragraf yang digambarkan dijelaskan secara sangat jelas dan rinci
serta melibatkan kesan indera.
3. Ketika pembaca membaca menulis teks deskripsi, maka
seolah-olah merasakan langsung apa yang sedang dibahas di dalam teks.
4. Menulis teks deskripsi menjelaskan ciri-ciri fisik objek, seperti
bentuk, ukuran, warna, atau ciri-ciri psikis/keadaan suatu objek
dengan rinci.
e. Struktur Menulis Teks Deskripsi
Adapun 3 struktur yang menyusun menulis teks deskripsi sehingga
menjadi satu keutuhan. 3 struktur tersebut yaitu:
1. Identifikasi: penentu identitas seseorang, benda, dan sebagainya.
2. Deskripsi bagian: bagian teks yang berisi tentang
3. Penutup (kesan umum).
f. Jenis-Jenis Menulis Teks Deskripsi
Menulis teks deskripsi dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Menulis teks deskripsi Benda/Orang (Impresionatis)
Jenis karangan deskripsi ini adalah karangan yang menggambarkan
suatu benda secara subjektif. Dengan kata lain, penulis
mendeskripsikan suatu objek berdasarkan kesan atau pendapat
pribadi penulis sendiri.
Dalam penulisan deskripsi benda/orang ada beberapa suku kata
yang perlu diperhatikan yaitu ukuran (luas, tinggi, panjang, lebar,
dalam, berat, dan isi), bentuk, warna, tekstur, pola, dan dekorasi,
motif, bahan, posisi bagian tertentu, dan nilai, mutu, dan
keguanaan.
2. Menulis teks deskripsi Tempat/ Ruang
Deskripsi tempat atau spasial adalah wacana yang menggambarkan
objek secara detail khususnya ruangan, benda,atau tempat tertentu.
Deskripsi tempat atau lingkungan ini memiliki beberapa kosakata,
yaitu lokasi (dialiri sungai, dekat stasiun, tepi sungai, dekat
terminal), keberadaan (disana terdapat dan berdiri sejak), ciri-ciri
khusus (udara, letak daerah strategis, tinggi/ rendah), dan posisi
Menulis teks deskripsi waktu adalah paragraf yang dikembangkan
berdasarkan waktu peristiwa suatu cerita.
G. Langkah-langkah Menulis Teks / Paragraf Deskripsi
1. Menentukan tema (objek yang akan dibahas).
2. Menentukan tujuan.
3. Kumpulkan data-data dan lakukan pengamatan langsung mengenai
objek yang akan dibahas.
4. Setelah data-data terkumpul, susunlah data tersebut menjadi kerangka
karangan.
5. Uraikan kerangka karangan menjadi menulis teks deskripsi yang
disesuaikan dengan topik.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini:
Widyowati (2011) melakukan penelitian dengan judul Pengembangan
Buku Pengayaan Menulis Resensi Buku dengan Pendekatan Kontekstual
bagi Siswa SMA. Hasil analisis terhadap kebutuhan buku pengayaan, yaitu
(1) siswa dan guru membutuhkan buku pendamping pembelajaran, (2)
kebutuhan materi merensi buku mencakup materi teoritis dan contoh, (3)
kebutuhan struktur penyajian mencakup petunjuk penggunaan buku,
ilustrasi atau gambar, simpulan, rangkuman, latihan, (4) kebutuhan bahasa
dan keterbacaan mencakup penjelasan materi dari berbagai sumber, ragam
buku berukuran tebal antara s.d 150 halaman, tulisan menggunakan huruf
calibri berukuran 11, sampul buku merah dan bergambar, pemilihan
gambar animasi/kartun, dan (6) kebutuhan pendekatan konstektual dalam
buku mencakup tugas kolaboratiif, pemodelan, dan tugas berbasis produk.
Simpulan dari penelitian ini adalah siswa dan guru membutuhkan buku
pengayaan menulis resensi buku dengan pendekatan konstektual dan
prinsip pengembangan buku pengayaan yang dibuat peneliti sudah sesuai
dengan kebutuhan siswa dan guru.
Penelitian yang dilakukan Widyowati dengan peneliti yang akan
dilakukan terdapat persamaan. Penelitian Widyowati dengan peneliti yang
akan dilakukan sama-sama melakukan penelitian pengembangan.
Penelitian Widyawati dengan peneliti juga memiliki perbedaan. Penelitian
Widyowati melakukan pengembangan buku pengayaan pada kompetensi
dasar menulis resensi, sementara peneliti yang akan dilakukan,
mengembangkan bahan ajar menulis teks deskripsi yang nantinya dapat
digunakan oleh siswa dan guru dalam pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar menulis
teks deskripsi untuk siswa kelas VII SMP. Modul ini memuat
pembelajaran menulis teks deskripsi untuk siswa kelas VII SMP
disesuaikan dengan aspek isi/ materi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan.
akhir pembelajaran, petunjuk pembelajaran, gambar/ilustrasi, pedoman
penilaian, evaluasi, glosarium dan daftar pustaka.
Bahan ajar menulis teks deskripsi untuk siswa kelas VII SMP akan
disusun berdasarkan analisis kebutuhan guru dan siswa terhadap
pembelajaran menulis teks deskripsi.
Selanjutnya kerangkan pikir dalam penelitian ini digambarkan
pada bagan berikut:
Bagan 2.1 Kerangka pikir
ANALISIS KEBUTUHAN GURU
Rancangan Bahan Ajar Menulis teks deskripsi
Validasi Produk
Revisi Produk