• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap proses dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Stella Duce I Yogyakarta pada bahasan posisi, kecepatan, dan percepatan pada gerak dalam bidang - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap proses dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Stella Duce I Yogyakarta pada bahasan posisi, kecepatan, dan percepatan pada gerak dalam bidang - USD Repository"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

SKRIPSI

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

TERHADAP PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA

SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA PADA BAHASAN POSISI,

(3)

iii

SKRIPSI

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

TERHADAP PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA

SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA PADA BAHASAN POSISI,

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Melly Fransisca

Nomor Mahasiswa : 051424019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Proses dan

Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Stella Duce 1 Yogyakarta pada

Bahasan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan pada Gerak dalam Bidang.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 9 Oktober 2009

Yang menyatakan

(5)
(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan di dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Oktober 2009 Penulis,

(7)

vii

ABSTRAK

Fransisca, Melly. 2009. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Pada Bahasan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Pada Gerak Dalam Bidang. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, (2) Bagaimana keterampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, (3) Bagaimana proses belajar pada pembelajaran kooperatif tipe TGT, (4) Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TGT, (5) Bagaimana tanggapan siswa dan guru pada metode kooperatif tipe TGT terhadap proses dan hasil belajar siswa.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14, 15, 17, 21, 22, 23, dan 24 Juli 2009 di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Sampel penelitian adalah siswi kelas XI IPA2 dan XI IPA3 yang masing-masing berjumlah berjumlah 36 orang.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam lima tahap, yaitu: Pretes, Pembelajaran menggunakan tipe TGT, Postes, mengisi angket, dan wawancara.

Tes tertulis (Pretes dan Postes) yang diberikan berupa tes pilihan ganda bertingkat yang terdiri dari 10 soal dan memuat 10 indikator. Penerapan metode TGT terbagi atas belajar dalam kelompok dan game yang terdiri dari 36 soal dengan memuat 10 indikator. Pengisian angket berhubungan dengan proses belajar siswi di kelas. Wawancara terhadap siswi dan guru berhubungan dengan tanggapan mereka terhadap proses dan hasil belajar setelah menggunakan metode TGT.

(8)

viii

ABSTRACT

Fransisca, Melly. 2009. The Influence of Cooperative Learning Method of TGT Type Towards The Process and Learning Result of Students at Science classXI Stella Duce 1 Senior High School, Yogyakarta on The Topic of Position, Velocity, and Acceleration on The Movement in The Side. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The aims of this research are to find out: (1) how students’ activities in cooperative learning of TGT type, (2) how students’ cooperative skill in cooperative learning of TGT type, (3) how learning process on cooperative learning TGT type, (4) how students’ learning result on cooperative learning of TGT type, (5) how students and teachers’ responses on cooperative method of TGT type towards students’ process and learning result.

This research was held on 14th, 15th, 17th, 21st, 22nd, 23rd, and 24th July 2009 at Stella Duce 1 Senior High school, Yogyakarta. The samples of this research were students at classXI IPA2 and classXI IPA3, consist of 36 students.

Collecting the data in this research was done in five steps, they are pre-test, learning by employing TGT type, post-test, answering questionnaires, and interview.

The given tests (pre-test and post-test) were multiple choice level tests consisting of 10 questions and 10 indicators. Answering question was related to student’s learning process in class. The interview towarded students and teachers was related to their responses towards the process and learning result after employing TGT method.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Bapa atas segala kasih dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Pada Bahasan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Pada Gerak Dalam Bidang” dengan baik.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Paul Suparno, S.J., MST. selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Sr. Petra, CB., S. Pd, selaku kepala sekolah SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

3. Bapak Linus dan Bapak Oni, selaku guru fisika SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, atas segala bantuan dan dukungan selama peneliti melaksanakan penelitian.

4. Siswi kelas XI IPA2 dan XI IPA3 SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, terimakasih

atas kerjasamanya.

5. Para dosen penguji skripsi atas saran guna penyempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Para dosen Pendidikan Fisika, atas segala ilmu yang telah diberikan.

7. Pak Narjo, Pak Sugeng, dan Mbak Heni di sekretariat JPMIPA atas segala bantuannya.

(10)

x

9. Sahabatku Asih, Dian, dan, Mas Bertus atas sumbangan (tenaga dan pikiran) dan dorongan selama pembuatan skripsi.

10.Teman-teman P.Fis angkatan 2005 (Asih, Nita kris, Nita Cicil, Pepi, Eni, Feri, Wido, Era, Wisnu, Wega, Yosi, Nuning, Maya, Ira, Ika, Khoti, Dini, Rita, Nori, Tutik, Arun, Dinar, Agus, Helen, Irene, Cici), Pak Domi, Paul, Dedi, Fajar, Mas Bayu, terima kasih atas support dan kebersamaan kita yang mewarnai dan memperindah perjalanan hidupku.

11.Teman-teman KMPKS, terutama KMPKS Voice (Mas Fendy, Mas Jones, Mas Bertus, Weni, Darti, Mba Rias, Mba Ayu, Mba Fitri, Mba Resti, Ambro, Mas Tulus), terima kasih atas persahabatan sejati yang telah diberikan.

12.Teman-temanku yang lain: teman-teman Kos Flamboyan 217, koor KOMPAI dan Organisasi, terima kasih atas kerjasamanya.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.

Yogyakarta, 9 Oktober 2009

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II DASAR TEORI ... 6

A. Pembelajaran Kooperatif... 6

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 6

(12)

xii

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 8

4. Keterampilan Kooperatif ... 9

5. Peran Guru dan Siswa ... 12

6. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif ... 15

B. TGT (Team Game Tournament) ... 23

1. Presentasi di Kelas ... 24

2. Tim ... 24

3. Game ... 25

4. Turnamen ... 26

C. Proses dan Hasil Belajar ... 28

1. Proses Belajar ... 28

2. Hasil Belajar ... 30

D. Pokok Bahasan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Pada Gerak Dalam Bidang ... 31

1. Posisi Partikel Pada Suatu Bidang ... 31

2. Kecepatan Partikel Pada Suatu Bidang ... 33

3. Percepatan Partikel Pada Suatu Bidang ... 37

E. Kaitan Teori dengan Penelitian ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42

C. Subjek Penelitian ... 42

(13)

xiii

E. Instrumen ... 47

F. Validitas ... 58

G. Metode Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Deskripsi Penelitian ... 61

B. Data Penelitian ... 62

1. Data pretes, postes, angket aktivitas siswi di kelas, dan angket keterampilan bekerja sama di kelas menggunakan metode TGT ... 62

2. Data pretes, postes, angket aktivitas siswi di kelas, dan angket keterampilan bekerja sama di kelas menggunakan metode ceramah ... 63

3. Data wawancara ... 65

C. Perhitungan Statistik ... 67

1. Angket aktivitas ... 67

2. Angket keterampilan ... 68

3. Pretes dan postes ... 69

D. Analisis ... 72

BAB V PENUTUP ... 74

E. Kesimpulan ... 74

F. Saran ... 75

(14)

xiv

LAMPIRAN

Lamp.1 : Surat Keterangan Telah Melakukan penelitian ... 77

Lamp.2 : RPP Metode TGT ... 78

Lamp.3 : RPP Metode Ceramah ... 82

Lamp.4 : Lembar Kerja Siswa ... 86

Lamp.5 : Penyelesaian Pretes dan Postes ... 93

Lamp.6 : Lembar Soal Turnamen ... 97

Lamp.7 : Penyelesaian Lembar Soal Turnamen ... 101

Lamp.8 : Daftar Peringkat Siswa Berdasarkan Pretes ... 111

Lamp.9 : Lembar Skor Permainan ... 112

Lamp.10 : Lembar Rangkuman Tim ... 114

Lamp.11 : Data Wawancara ... 117

Lamp.12 : Contoh Pengisian Angket Aktivitas Siswi di Kelas (TGT) ... 121

Lamp.13 : Contoh Pengisian Angket Aktivitas Siswi di Kelas (Ceramah) ... 122

Lamp.14 : Contoh Pengisian Angket Keterampilan Bekerja Sama Siswi di Kelas (TGT) ... 123

Lamp.15 : Contoh Pengisian Angket Keterampilan Bekerja Sama Siswi di Kelas (Ceramah) ... 124

Lamp.16 : Contoh Jawaban Pretes & Postes Siswi (TGT) ... 125

Lamp.17 : Contoh Jawaban Pretes & Postes Siswi (Ceramah)... 131

Lamp.18 : Dokumentasi Penelitian ... 137

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Bagan Rangkaian Fase-fase dalam Proses Belajar di Sekolah ... 28

Tabel II. Daftar Peringkat Siswa ... 43

Tabel III. Lembar Penempatan Meja Turnamen ... 45

Tabel IV. Lembar Skor Permainan. ... 46

Tabel V. Menghitung Poin Turnamen Untuk Empat Orang Pemain ... 48

Tabel VI. Menghitung Poin Turnamen Untuk Tiga Orang Pemain ... 49

Tabel VII. Menghitung Poin Turnamen Untuk Dua Orang Pemain ... 49

Tabel VIII. Lembar Rangkuman Tim ... 49

Tabel IX. Kisi-kisi Distribusi Soal ... 51

Tabel X. Soal Pretes dan Postes ... 53

Tabel XI. Angket Aktivitas Siswa di Kelas ... 55

Tabel XII. Angket Keterampilan Siswa Bekerja SAma di Kelas ... 56

Tabel XIII. Wawancara Siswa ... 57

Tabel XIV. Wawancara Guru ... 57

Tabel XV. Jadwal dan Proses Pengumpulan Data Penelitian ... 61

Tabel XVI. Data Pembelajaran Metode TGT ... 62

Tabel XVII. Data Pembelajaran Metode Ceramah ... 63

Tabel XVIII. Hasil Statistik Angket Aktivitas Siswi ... 67

Tabel XIX. Hasil Statistik Angket Keterampilan Siswi ... 69

Tabel XX. Hasil Statistik Pretes & Postes Metode TGT ... 70

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Aturan Permainan TGT ... 26

Gambar 2. Penempatan Meja Turnamen ... 27

Gambar 3. Vektor-vektor Satuan pada Sumbu X dan Y ... 31

Gambar 4. Posisi Partikel pada Bidang XOY ... 32

Gambar 5. Lintasan Dua Partikel pada Bidang ... 33

Gambar 6. Tampilan Geometris dari Kecepatan Sesaat ... 35

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bangsa Indonesia sedang berada pada era menutup ketertinggalan dalam bidang ilmu dan teknologi. Khususnya di bidang ilmu pendidikan, para pendidik dan peneliti pembelajaran tak henti-hentinya mencari metode pengajaran yang “cocok” untuk meningkatkan akademik intelektual penerus generasi bangsa. Usaha yang banyak dilakukan oleh para pengajar adalah memakai sistem kompetisi dalam pembelajaran di kelas (Lie, 2008:23). Mulai dari masa awal pendidikan formal, seorang anak belajar dalam suasana kompetisi dan harus berjuang keras memenangkan kompetisi untuk bisa naik kelas atau lulus.

(18)

 

Investigation) oleh Sharan & Sharan pada pertengahan tahun 1970, Constructive Controversy oleh Johnson & Johnson pada pertengahan tahun 1970, Jigsaw oleh Aronson dkk sekitar akhir tahun 1970, STAD (Student Teams Achievement Divisions) oleh Slavin dkk sekitar akhir tahun 1970, Complex Instruction oleh Cohen pada awal tahun 1980, TAI (Team Accelerated Instruction) oleh Slavin dkk pada awal tahun 1980, CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition) oleh Steven, Slavin, dkk sekitar akhir tahun 1980. Baik metode maupun tipe pembelajaran kooperatifnya telah diterapkan dalam berbagai tingkatan, yaitu tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, dan pembelajaran kooperatif yang paling banyak diterapkan adalah di tingkat SD kelas 4 – 6 (Johnson, David; Johnson, Roger; & Stanne, Mary; 2000:1).

(19)

 

Bangsa Indonesia akan ketinggalan dalam pendidikan dengan negara lain apabila tidak mau mengubah pola dan metode pengajaran dari yang “biasa” ke yang “luar biasa” seperti menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan prestasi siswa melalui kerjasama dalam kelompok, menumbuhkan semangat kompetitif yang sehat, dan mengembangkan hubungan siswa di dalam kelas lewat aktivitas belajar guna menumbuhkan sikap saling ketergantungan positif satu sama lain, dimana setiap siswa bertanggung jawab membantu dan berjuang bersama-sama dengan temannya mencapai prestasi yang optimal (Kindsvatter, Wilen, & Ishler, 1996:308). Berdasarkan tujuan pembelajaran kooperatif tersebut, tidak ada salahnya jika model pembelajaran kooperatif diperhitungkan oleh guru untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

(20)

 

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap proses dan hasil belajar siswa Kelas XI IPA SMA Stella Duce 1 Yogyakarta pada bahasan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Pada Gerak Dalam Bidang?”

Rumusan masalah tersebut dapat dirinci dalam penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT? 2. Bagaimanakah keterampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran

kooperatif tipe TGT?

3. Bagaimanakah proses belajar pada pembelajaran kooperatif tipe TGT? 4. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TGT? 5. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru pada metode kooperatif tipe

TGT terhadap proses dan hasil belajar siswa?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk:

1. mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT 2. mengetahui keterampilan kooperatif siswa pada pembelajaran kooperatif

tipe TGT

3. mengetahui proses belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TGT 4. mengetahui hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe TGT

(21)

 

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Bagi Ilmu Pengetahuan dapat memberikan sumbangan berupa informasi mengenai penerapan metode kooperatif tipe TGT pada bahasan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan pada Gerak dalam Bidang.

2. Bagi Guru

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PEMBELAJARAN KOOPERATIF

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Kindsvatter, Wilen, & Ishler, 1996:308):

a. Saling ketergantungan positif.

b. Tatap muka lewat interaksi siswa dan keterampilan kerja sama dalam kelompok kecil.

c. Tanggung jawab perseorangan terhadap penguasaan materi pelajaran. d. Keterampilan sosial.

(23)

 

Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik. Siswa di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995, dalam Yusuf, 2003:1).

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah: a. Setiap anggota memiliki peran

b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa

(24)

 

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993, dalam Yusuf, 2003:1).

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994, dalam Yusuf, 2003:1).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

(25)

 

samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

4. Keterampilan Kooperatif

(26)

 

Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan selama kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut (Lungdren, 1994, dalam Yusuf, 2003:1).

a. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal 1) Menggunakan kesepakatan

Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.

2) Menghargai masukan

Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Hal ini berarti harus selalu setuju dengan anggota lain.

3) Mengambil giliran dan berbagi tugas

Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/ tanggungjawab tertentu dalam kelompok.

4) Berada dalam kelompok

(27)

  5) Berada dalam tugas

Yang dimaksud berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi tanggungjawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.

6) Mendorong partisipasi

Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. 7) Mengundang orang lain

Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.

8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya 9) Menghormati perbedaan individu

Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati terhadap budaya, suku, ras atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.

b. Keterampilan Tingkat Menengah

Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, dan mengorganisir.

c. Keterampilan Tingkat Mahir

(28)

 

5. Peran Guru dan Siswa

a. Peran Guru

Pada pembelajaran kooperatif, peran guru dalam pengajaran sangat berbeda dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Di dalam pembelajaran kooperatif guru lebih bertindak sebagai fasilitator seperti membentuk anggota kelompok. Akan tetapi, guru juga dapat mengajar konsep dasar yang memang dibutuhkan siswa sebagai modal awal. Sebagai fasilitator guru mempunyai kewajiban untuk mengawasi kerja setiap anggota kelompok di dalam tim, guru dapat mengajar di dalam kelompok kecil jika sewaktu-waktu memang ada keperluan atau kebutuhan dari siswa, guru memberikan pertolongan ketika dibutuhkan, dan guru mengevaluasi siswa dan kelompoknya dalam membangun kerja sama satu sama lain. Pada dasarnya peran seorang guru adalah mengetahui keadaan siswa lewat apa yang terjadi di dalam kelas, bagaimana siswa berpikir dan mengerti serta mengolah materi pelajaran dalam kelompok untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Di dalam perencanaan pembelajaran guru mempunyai dua tanggung jawab pokok, yakni:

1) Menetapkan indikator yang akan dicapai siswa berdasarkan struktur kurikulum pada setiap bab materi pelajaran supaya kerjasama dalam kelompok dapat tercapai.

(29)

 

Pada pembelajaran kooperatif guru memerlukan persiapan matang dalam bekerja bersama-sama dengan siswa untuk membantu mereka belajar bagaimana menampilkan peran mereka di dalam kelompoknya. Siswa juga diarahkan untuk mengembangkan pengetahuannya, memberikan masukan, dan menggali kemampuan mereka. Selain itu, siswa juga dituntun untuk berinteraksi sosial, seperti: aktif mendengarkan satu sama lain, komunikasi dari hati ke hati, memberikan pujian, memberikan kritikan yang membangun, dan memberikan semangat kepada teman-temannya.

(30)

  b. Peran Siswa

Di dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan untuk mengontrol dirinya sendiri dan anggota kelompoknya. Artinya, di dalam kelompok mereka dapat berperan menjadi seorang guru dan siswa. Hal ini melatih komunikasi siswa dan keterampilan mengolah kelompok menjadi satu tim yang bisa belajar bersama dengan baik, serta mengembangkan jiwa kepemimpinan. Setiap siswa berjuang keras untuk menggali kemampuannya. Selain itu, siswa juga dapat memberikan atau menerima masukan dari guru ataupun rekan sekelompoknya, penguatan, dan dukungan, sehingga muncul saling ketergantungan yang positif satu sama lain. Tujuan dari saling ketergantungan positif ini untuk mendorong siswa melihat sejauh mana mereka memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri dan kelompoknya untuk meraih prestasi yang baik. Siswa juga bertanggung jawab membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok siap mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya tanpa bantuan satu timnya. Pada pembelajaran kooperatif, kelompok terdiri dari 4 – 5 orang.

(31)

 

terhadap kelompoknya untuk mengembangkan akademik setiap individu (Kindsvatter, Wilen, & Ishler, 1996:308-309).

6. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

Macam-macam pembelajaran kooperatif yang umum digunakan adalah: a. Students Teams Achievement Divisions (STAD) (Pembagian

Pencapaian Tim Siswa)

Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat atau lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnisnya. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi pelajaran secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

(32)

 

STAD telah digunakan dalam berbagai macam pelajaran yang ada, mulai dari matematika, bahasa, seni, sampai dengan ilmu sosial dan ilmu pengetahuan ilmiah.

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka boleh berpasangan dan membandingkan jawaban masing-masing, saling membantu satu sama lain jika ada yang salah memahami, mendiskusikan penyelesaian masalah, mereka juga boleh saling memberikan kuis mengenai objek yang sedang mereka pelajari. Mereka bekerja dengan teman satu timnya, menilai kekuatan dan kelemahan mereka untuk membantu mereka berhasil dalam kuis.

(33)

 

memperoleh skor yang lebih tinggi dari rekor mereka sebelumnya maupun dengan membuat jawaban kuis yang sempurna.

b. Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Keunggulan kooperatif tipe jigsaw adalah meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Selain itu, juga meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

(34)

 

terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar tercipta suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

(35)

  c. Team Accelerated Instruction (TAI)

Dalam TAI tim belajar dibagi atas tiga sampai empat orang yang memliki kemampuan berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja yang baik. TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual yang dirancang khusus bagi siswa yang belum siap untuk menerima materi yang lebih kompleks atau mendalam.

Secara umum, anggota tim bekerja pada materi pelajaran yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah. Pada materi tes yang terakhir akan dilakukan tanpa bantuan teman satu tim dan skornya dihitung dari tes pertama sampai tes terakhir. Tim yang berhasil melampaui kriteria skor tertentu akan mendapatkan pernghargaan.

(36)

 

d. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)

CIRC banyak diterapkan pada sekolah dasar dan sekolah menengah untuk mengajarkan membaca dan menulis. Guru menggunakan novel atau bahan bacaaan yang berisi latihan soal dan cerita. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, dan kosa kata.

(37)

 

e. Group Investigation (Kelompok Investigasi)

Gorup Investigation dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Dalam metode ini, para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik dari bab yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lalu mempresentasikan atau menampilkan penemuan mereka di hadapan seluruh kelas.

f. Learning Together (Belajar Bersama)

(38)

 

g. Complex Instruction (Pengajaran Kompleks)

Elizabeth Cohen dan rekan-rekannya di Universitas Stanford telah mengembangkan dan melakukan penelitian terhadap pembelajaran kooperatif yang menekankan pada penggunaan proyek berorientasi penemuan, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan ilmiah, matematika, dan ilmu sosial. Fokus utama dari Complex Instruction adalah membangun respek terhadap semua kemampuan yang dimiliki para siswa dan guru menunjukkan bagaimana tiap siswa punya kelebihan dalam sesuatu yang akan membantu keberhasilan kelompok. Complex Instruction secara khusus telah digunakan dalam pendidikan dengan menggunakan dua bahasa dan dalam kelas yang heterogen yang menggunakan bahasa siswa-siswa minoritas, di mana materi pelajaran sering kali disampaikan dalam bahasa Inggris maupun Spanyol.

h. Structure Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan)

(39)

 

digunakan sejak lama di dalam kelas. Salah satu metode, yang disebut

Classwide Peer Tutoring (Pengahargaan Berpasangan Seluruh Kelas), cara kerjanya adalah dengan memilih teman kelas sebagai pengajar seperti pada prosedur pelajaran sederhana. Pengajar akan mengemukakan masalah kepada yang diajar. Jika dia bisa menjawab dengan benar maka akan mendapatkan poin. Jika tidak, si pengajar akan memberikan jawaban dan yang diajar harus menuliskan jawaban tersebut sebanyak tiga kali, membaca ulang kalimatnya dengan benar; atau bisa juga membenarkan kesalahan mereka. Tiap sepuluh menit si pengajar dan yang mengajar berganti peran. Pasangan yang mendapatkan poin paling banyak akan diberikan penghargaan.

B. TGT (TEAM GAME TOURNAMENT)

Pada mulanya TGT dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Metode ini menggunakan materi pelajaran, pengajaran guru, dan tim kerja yang sama dengan STAD. Akan tetapi kuis digantikan dengan turnamen, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk mendapatkan skor bagi timnya. Siswa memainkan game bersama 2 - 4 orang pada “meja turnamen”, dimana 2 - 4 peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki tingkat kemampuan kurang lebih sama.

(40)

 

kegiatan dan masalah-masalah yang ada dalam materi pelajaran, tetapi sewaktu siswa bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu lagi untuk memastikan tanggung jawab indidual. TGT sangat sering dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya.

Deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut: 1. Presentasi di Kelas

Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

2. Tim

(41)

 

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah komponen yang paling penting dalam TGT. Pada saat melakukan permainan ditekankan setiap anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok untuk meningkatkan kinerja mereka dalam pencapaian prestasi, seperti memberikan perhatian dan kritikan yang membangun. Sehinggga tercipta hubungan yang positif dalam tim dan dapat meningkatkan rasa harga diri. 3. Game

(42)

 

berlaku jika isi dari permainan tersebut melibatkan permasalahan. Berikut ini pada gambar 1 dijelaskan contoh peraturan game untuk 3 orang pemain.

Pembaca

1. Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor

tersebut pada lembar permainan.

2. Bacalah pertanyaannya dengan keras.

3. Cobalah untuk menjawab

Penantang I Menantang jika memang dia mau

(dan memberikan jawaban berbeda)

atau boleh melewatinya.

Penantang II

Boleh menantang jika penentang I melewati, dan jika memang dia mau. Apabila

semua penantang sudah menantang atau melewati, guru (sebagai juri) dan salah

satu siswa memeriksa lembar jawaban. Siapapun yang jawabannya benar berhak

menyimpan kartunya. dan tidak ada sanksi pengurangan skor.

Gambar 1. Aturan Permainan (TGT

 

4. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya turnamen berlangsung pada akhir minggu atau akhir bab, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar-kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen (lihat gambar 2). Pada

(43)

 

sistem skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.

Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen akhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5). Skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama, dan yang skornya paling rendah “diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja yang sesungguhya.

TIM A

TIM B TIM C

Gambar 2. Penempatan pada Meja Turnamen

(44)

 

C. PROSES DAN HASIL BELAJAR

1. Proses Belajar

Proses belajar dapat diartikan secara luas dan secara sempit. Dalam arti luas, proses belajar adalah: “Suatu aktivitas psikis/ mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan setumpuk perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap”. Sedangkan dalam arti sempit, proses belajar menunjuk pada bentuk atau jenis belajar tertentu (Winkel, 2004: 337-338). Di dalam penelitian ini penilaian proses belajar siswa lebih ditekankan kepada aktivitas dan keterampilan kerja sama siswa di kelas selama pembelajaran berlangsung.

Rangkaian seluruh kejadian internal yang berlangsung bila orang belajar dapat dilukiskan sebagai rangkaian/ pola fase dalam proses belajar. Khususnya proses belajar, sebagaimana berlangsung di sekolah, dapat digambarkan sebagai rangkaian fase-fase yang harus dilalui oleh siswa. Rangkaian tersebut digambarkan dalam bagan berbentuk tabel I sebagai berikut (Winkel, 2004:350-352).

Tabel I. Bagan Rangkaian Fase-fase dalam Proses Belajar di Sekolah

No. Fase Skema

1. Motivasi Siswa sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri.

(45)

 

3. Mengolah Siswa menahan informasi dalam STM (ingatan jangka pendek) dan mengolah informasi untuk diambil maknanya (dibuat berarti).

4. Menyimpan Siswa menyimpan informasi yang telah diolah ke dalam LTM (ingatan jangka panjang); informasi dimasukkan ke dalam ingatan. Hasil belajar sudah diperoleh, sebagian atau

keseluruhan. 5. a. Menggali (1)

b. Menggali (2)

Siswa menggali informasi yang tersimpan dalam ingatan danmemasukkannya kembali ke dalam ingatan jangka pendek. Informasi ini dikaitkan dengan informasi baru atau dikaitkan dengan sesuatu di luar lingkup bidang studi yang bersangkutan. Kemudian dimasukkan kembali ke ingatan jangka panjang.

Siswa menggali informasi yang tersimpan dalam LTM dan mempersiapkannya sebagai masukan bagi fase prestasi baik secara langsung maupun melalui STM. 6. Prestasi Informasi yang tergali digunakan untuk

memberikan prestasi yang menampakkan hasil belajar.

(46)

 

2. Hasil Belajar

Pengertian mengenai hasil belajar sangat luas, berikut ini ada rumusan mengenai pengertian hasil belajar dari beberapa ahli, seperti:

a. Dimyati dan Moedjiono (1994:4) menyatakan bahwa ”hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar”.

b. Kamus umum bahasa indonesia disebutkan bahwa ”hasil belajar merupakan sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh suatu usaha atau dapat juga berarti pendapat atau perolehan, buah” (Poerwadarminta, 1996: 337).

c. Hasil belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto,1995:2).

(47)

 

D. POKOK BAHASAN POSISI, KECEPATAN, DAN PERCEPATAN

PADA GERAK DALAM BIDANG

Dasar teori pada Bahasan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Gerak dalam Bidang diambil dari buku karangan Marthen Kanginan dengan judul Fisika untuk SMA Kelas XI Semester 1.

1. Posisi Partikel Pada Suatu Bidang

Posisi Partikel pada suatu bidang akan kita nyatakan dengan vektor-vektor satuan, yaitu vektor satuan pada sumbu X, ditulis i dan pada sumby Y, ditulis j (Gambar 3).

j

Gambar 3. Vektor‐vektor satuan pada sumbu X dan Y 

Besar vektor satuan i = 1 dan j = 1

Ambil titik asal O sebagai titik acuan, maka posisi sebuah partikel yang bergerak pada bidang XOY di mana pada saat t memiliki kooordinat (x,y) (Gambar 4) dapat dinyatakan sebagai:

i X

Y

(48)

 

Gambar 4. Posisi partikel pada bidang XOY

 

Posisi partikel pada bidangr = xi + yj

Menentukan perpindahan partikel pada bidang

Misalkan trayektori (lintasan) yang ditempuh sebuah partikel pada suatu bidang adalah seperti pada gambar 5. pada saat t = t1, partikel berada

di titik P1 (x1, y1) dengan vektor posisi r1 = x1 i + y1 j. Beberapa saat

kemudian, t = t2 partikel berada pada titik P2 (x2, y2) dengan vektor posisi

r2 = x2i + y2j. Bagaimanakah perpindahan partikel itu dari t = t1 ke t = t2?

Perpindahan didefinisikan sebagai perubahan posisi (kedudukan) suatu partikel dalam suatu selang waktu tertentu. Vektor perpindahan berarah dari titik awal ke titik akhir. Pada gambar 5, titik awal adalah P1

dan titik akhir adalah P2. Tentu saja, vektor perpindahan ∆ adalah segmen

garis berarah P1P2. Pada segitiga vektor OP1P2, vektor yang menutup

adalah r2 sehingga berlaku: r2 = r1 + ∆ atau ∆ = r2 - r1

x i X

O

y i

Y

(49)

 

 

Gambar 5. Lintasan dua partikel pada bidang

Dalam bentuk komponen diperoleh:

= (x2i + y2j) – (x1i + y1j)

= (x2 - x1) i + (y2 - y1) j = i + ∆ j

dengan

∆ = x2 - x1 dan ∆ = y2 - y1

2. Kecepatan Partikel Pada Suatu Bidang

a. Kecepatan Rata-rata

Kecepatan rara-rata pada garis lurus dituliskan dengan persamaan

∆ ∆

Dalam gerak pada bidang (dua dimensi) definisinya tetap, hanya

∆ diganti dengan vektor posisi ∆ .

P1(x1, y1)

P2(x2, y2)

r1

r2 ∆r

(50)

 

Kecepatan rata-rata pada bidang

∆ ∆

Dengan r2 adalah posisi pada t = t2 dan r1 adalah posisi pada t = t1.

Bentuk komponen dari kecepatan rata-rata kita peroleh dengan mensubtitusi ∆ dengan ∆ i + ∆ j.

∆ ∆ ∆

∆ ∆

∆ ∆

dengan

∆ dan

∆ ∆

Oleh karena ∆

∆ , kecepatan rata-rata searah dengan arah perpindahan ∆ (lihat gambar 5).

b. Kecepatan Sesaat Sebagai Kemiringan Grafik Komponen r Terhadap t Kecepatan sesaat sebagai kecepatan rata-rata untuk selang waktu

∆ adalah mendekati nol. Secara matematis ditulis

Definisi kecepatan sesaat

∆ ∆

(51)

 

Pada gambar 6 ditunjukkan proses limit pada suatu grafik posisi x

terhadap t.

Gambar 6. Tampilan geometris dari kecepatan sesaat

Di sini selang waktu ∆ terus diperkecil dengan mengambil t1 tetap

dan t2 mendekati t1. Ketika ∆ mendekati nol, ∆ mendekati nol dan

kecepatan rata-rata menjadi kecepatan sesaat v, yang sejajar dengan garis singgung kurva posisi pada t = t1. Dengan demikian, dapatlah

dinyatakan tampilan geometris dari kecepatan sesaat.

Kecepatan sesaat pada t = t1 adalah kemiringan garis singgung dari

grafik posisi x-t pada saat t = t1.

c. Kecepatan Sesaat Sebagai Turunan Fungsi Posisi

Menurut tafsiran geometris pada ilmu matematika diketahui bahwa kemiringan garis singgung dari grafik x-t adalah sama dengan turunan pertama dari fungsi x terhadap t. Dengan demikian, dapatlah dinyatakan tafsiran geometris dari kecepatan sesaat.

∆ ∆ ∆ ∆

∆ ∆ ∆

t

(52)

 

Kecepatan sesaat adalah turunan pertama dari fungsi posisi x

terhadap t

Secara matematis ditulis

Kecepatan sesaat untuk gerak lurus

d. Kecepatatan Sesaat Untuk Gerak Pada Bidang

Bentuk komponen dari kecepatan sesaat v diperoleh dengan mensubtitusi r = xi + yj ke dalam persamaan

dengan

dan

e. Menentukan Posisi dari Fungsi Kecepatan

(53)

 

dengan , adalah koordinat posisi awal partikel. Vektor posisi partikel pada bidang, r, dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan r = xi + yj.

3. Percepatan Partikel Pada Bidang

a. Percepatan Rata-rata

Percepatan rata-rata ( ) sebagai perubahan kecepatan dalam suatu selang waktu tertentu.

Percepatan rata-rata pada garis lurus

∆ ∆

Denganv2 adalah posisi pada t = t2 dan v1 adalah posisi pada t = t1.

Bentuk komponen dari percepatan rata-rata diperoleh dengan mensubtitusi ∆ ke dalam persamaan percepatan rata-rata pada garis lurus.

∆ ∆ ∆

∆ ∆

(54)

  dengan

∆ dan

∆ ∆

b. Percepatan Sesaat Sebagai Kemiringan Grafik v – t

Percepatan sesaat sebagai percepatan rata-rata untuk selang waktu

∆ adalah mendekati nol. Secara matematis ditulis

Definisi percepatan sesaat

∆ ∆

∆ ∆

Pada gambar 7 ditunjukkan proses limit pada suatu grafik posisi v

terhadap t.

Gambar 7. Tampilan geometris percepatan sesaat

Percepatan sesaat pada t = t1 adalah kemiringan garis singgung dari

grafik posisi v-t pada saat t = t1. x

∆ ∆

∆ ∆

(55)

 

c. Percepatan Sesaat Untuk Gerak Pada Bidang

Percepatan sesaat adalah turunan pertama dari fungsi kecepatan v

terhadap waktu t. Secara matematis ditulis:

Bentuk komponen dari percepatan a diperoleh dengan mensubtitusi ke dalam persamaan

Dengan

dan

Karena dan , maka

dan

E. KAITAN TEORI DENGAN PENELITIAN

Salah satu keberhasilan dalam pendidikan sangat ditentukan oleh pengetahuan (kognitif) seseorang. Salah satu penerapan teori kognitif adalah teori belajar konstruktivisme. Dan bentuk dari teori konstruktivisme dalam pembelajaran adalah penerapan pembelajaran kooperatif.

(56)

 

diskusi maka akan terjalin komunikasi sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan memberi kesempatan siswa untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan siswa di kelas. Aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung seperti: mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru, membaca lembar kegiatan, mengerjakan persoalan/ tugas, menulis catatan penting baik dari hasil diskusi dengan teman maupun penjelasan dari guru, berdiskusi dengan teman membicarakan bahan, menyumbangkan ide/ gagasan, bertanya, dan menjawab pertanyaan.

(57)

 

Hasil belajar siswa pada penelitian ini mengarah pada ranah kognitif melalui nilai tes tertulis berupa pretes dan postes. Tes yang dilakukan mengacu pada bahasan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Gerak Dalam Bidang. Dengan demikian, diharapkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa yang optimal.

(58)

42  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Termasuk dalam penelitian kuantitatif karena menggunakan statistik untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Proses belajar siswa dilihat dari aktivitas dan keterampilan bekerja sama siswa di dalam kelas, sedangkan hasil belajar siswa dilihat dari pretes dan postes. Termasuk dalam penelitian kualitatif karena dalam penelitian ingin diketahui juga tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

B. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian dilaksanakan tanggal 14, 15, 17, 21, 22, 23, dan 24 Juli 2009 di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

C. SUBJEK PENELITIAN

Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA2 dan XI IPA3 SMA Stella

Duce 1 Yogyakarta.

D. TREATMENT

(59)

  1. Persiapan

a. Materi yang digunakan dapat berupa buku teks, sumber-sumber terbitan lainnya, atau materi yang dibuat oleh guru.

b. Menempatkan siswa ke dalam tim

Dalam membagikan siswa ke dalam tim perlu diseimbangkan tiap timnya, supaya (a) tiap tim terdiri dari atas level yang kinerjanya berkisar dari yang rendah, sedang, dan tinggi; (b) level kinerja yang sedang dari semua tim yang ada di kelas hendaknya setara.

Guru membuat daftar peringkat siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah berdasarkan kinerjanya seperti nilai ujian siswa. Sebagai contoh pada tabel II.

Tabel II. Daftar Peringkat Siswa

Peringkat Nama Tim

Siswa berprestasi tinggi

1

Siswa berprestasi sedang

(60)

 

Siswa berprestasi rendah

25

Tiap tim harus terdiri dari empat anggota jika memungkinkan. Sehingga jumlah siswa yang ada di kelas dibagi empat. Misalnya, jika di kelas ada 32 siswa, maka guru akan membentuk delapan tim yang masing-masing beranggotakan empat orang. Jika pembagiannya tidak genap, misalkan jumlah siswa 30 orang, berarti ada 7 tim; lima tim beranggotakan empat orang dan dua tim beranggotakan lima orang.

c. Menempatkan para siswa ke dalam meja turnamen.

Berdasarkan daftar peringkat siswa seperti contoh pada tabel II, guru menempatkan siswa ke dalam meja turnamen seperti pada

gambar 2 kemudian memasukkan nama-nama siswa tersebut ke dalam

(61)

 

Tabel III. Lembar Penempatan Meja Turnamen

Nama siswa Nama Tim TGT

1 2 3 4 5 6

2. Jadwal Kegiatan

TGT terdiri dari siklus regular dari aktifitas pengajaran, sebagai berikut:

a. Pengajaran Waktu: 1-2 JP

Gagasan Utama: Menyampaikan pelajaran Materi yang dibutuhkan: Rencana pembelajaran b. Belajar Tim

Waktu: 1-2 JP

Gagasan utama: Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.

Materi yang dibutuhkan: dua lembar kegiatan untuk tiap tim dan dua lembar jawaban untuk tiap tim.

c. Turnamen Waktu: 1 JP

(62)

  Materi yang dibutuhkan:

1) Lembar pembagian meja turnamen yang sudah diisi (tabel III).

2) Satu kopian lembar permainan dan jawaban untuk tiap meja turnamen.

3) Satu lembar skor permainan untuk tiap meja turnamen (Tabel IV). Satu boks kartu bernomor, yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan, untuk tiap meja turnamen.

Tabel IV. Lembar Skor Permainan Putaran ke…

Pemain Tim Game 1 Game 2 Game 3 Total hari itu

Poin Turnamen

d. Rekognisi Tim

Menentukan skor tim dan mempersiapkan sertifikat atau bentuk-bentuk penghargaan lainnya.

e. Metode Ceramah

(63)

 

dengan metode kooperatif tipe TGT. Langkah-langkah pembelajaran metode ceramah yang digunakan berupa pengajaran oleh guru, tanya jawab guru kepada siswa, tanya jawab siswa dengan siswa, dan mengerjakan soal-soal. Walaupun metode ceramah ini sebagai pembanding, instrumen penelitian dan metode analisis datanya sama seperti TGT.

E. INSTRUMEN

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian.

1. Instrumen Pembelajaran

(64)

 

berapa pemain) dari tiap siswa ke lembar rangkuman (tabel VIII) dari timnya masing-masing, lalu menambahkan seluruh skor anggota tim, dan membagi dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan. Soal turnamen ini mencakup semua tujuan pembelajaran pada Bahasan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Gerak dalam Bidang sesuai dengan kompetensi dasar serta indikator KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) di SMA. Lembar soal turnamen ini digunakan untuk membantu pemahaman siswa dalam proses belajar supaya mendapatkan hasil belajar yang baik ketika di tes.

Tabel V. Menghitung Poin-poin Turnamen Untuk Permainan Dengan Empat Orang Pemain

(65)

 

Tabel VI. Menghitung Poin-poin Turnamen Untuk Permainan Dengan Tiga Orang Pemain

Pemain

Tabel VII. Menghitung Poin-poin Turnamen Untuk Permainan Dengan Dua Orang Pemain

Pemain Tidak

Tabel VIII. Lembar Rangkuman Tim

Nama Tim: ………

Anggota Tim 1 2 3 4 5

Total Skor Tim

Rata-rata Tim

Penghargaan Tim

(66)

  Kompetensi Dasar

Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabola dengan menggunakan vektor

Indikator

Menganalisis besaran perpindahan, kecepatan, dan percepatan pada perpaduan gerak lurus dengan menggunakan vector

Tujuan Pembelajaran Siswa dapat:

a. menentukan posisi partikel pada bidang b. menganalisis perpindahan partikel pada bidang

c. menerapkan persamaan kecepatan rata-rata pada bidang dalam pemecahan masalah

d. menganalisis kecepatan sesaat sebagai kemiringan grafik komponen r terhadap t

e. menganalisis kecepatan sesaat sebagai turunan dari fungsi posisi f. menganalisis kecepatan sesaat untuk gerak pada bidang

g. menentukan posisi dari fungsi kecepatan

h. menerapkan persamaan percepatan rata-rata pada bidang dalam pemecahan masalah

(67)

 

Tabel IX. Kisi-kisi Distribusi Soal Turnamen Menurut Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Jumlah soal

Rendah (8) Sedang (14) Tinggi (8)

a. 3 (9,10,11): mendapat jatah 3 soal, terdiri dari nomor 9, 10, 11.

b. Soal no. 9, 10, dan 11 semuanya mengukur tujuan pembelajaran indikator b pada kemampuan berfikir tinggi.

2. Instrument Penelitian a. Tes Tertulis

Untuk instrument tertulis terbagi menjadi 2, yaitu: 1) Pretes

(68)

 

mengetahui pemahaman awal siswa mengenai posisi, kecepatan, dan percepatan pada gerak dalam bidang.

2) Postes

Postes (tes akhir) diberikan setelah siswa melakukan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe TGT. Tes ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif tipe TGT. Postes yang diberikan disusun berdasarkan soal pretes dan materi pembelajaran yang telah diberikan.

(69)

 

Tabel X. Soal Pretes dan Postes berdasarkan tujuan pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Soal pretes dan postes 1. Menentukan posisi

partikel pada bidang.

Sebuah partikel bergerak dalam bidang XY dari suatu titik dengan koordinat (-3, -5) m ke titik dengan koordinat (-1, 8) m. Vektor posisi kedua titik ini dalam vektor-vektor satuan adalah…

Vektor posisi suatu benda dapat dinyatakan oleh r = (3t + 2) i + 3 j; t dalam sekon dan r

dalam meter. Besar perpindahan benda dari t = 0 s sampai ke t = 2 s ?

a. 7 m b. 9 m c. 6 m d. 8 m 3. Menerapkan persamaan

kecepatan rata-rata pada bidang dalam pemecahan masalah.

Vektor posisi suatu benda dinyatakan oleh

4 6 2 . Vektor kecepatan rata-rata untuk selang waktu dari t = 0 sampai dengan t = 2 adalah

a. 9 6

b. 7 9

c. 11

d. 8 14

4. Menganalisis kecepatan sesaat sebagai

kemiringan grafik komponen r terhadap t.

Kurva berikut ini menunjukkan hubungan antara jarak dengan waktu tempuh sebuah kura-kura.

Dengan menggunakan cara grafis,

tentukanlah kecepatan kura-kura (dalam m/s) pada saat t = 6 menit.

a. 0 m/s b. 8 m/s c. 15 m/s d. 6 m/s 5. Menganalisis kecepatan

sesaat sebagai turunan dari fungsi posisi.

Sebuah partikel bergerak sepanjang sumbu X dan kedudukannya dinyatakan oleh

6 9 4

5 10

0 15 t (mnt)

(70)

 

Di mana x dalam m dan t dalam sekon. Besar kecepatan partikel saat t = 2?

a. 3 m/s b. 27 m/s c. 45 m/s d. 18 m/s 6. Menganalisis kecepatan

sesaat untuk gerak pada bidang.

Sebuah benda yang sedang bergerak pada bidang XY dinyatakan dengan

12 2t dan 10 dimana x dan y dalam m, t dalam sekon. Besar kecepatan sesaatnya pada t = 2 s adalah…. a. 2√5 m/s

b. 5 m/s c. 3√5 m/s d. 8 m/s 7. Menentukan posisi dari

fungsi kecepatan untuk gerak pada bidang.

Sebuah pesawat terbang pada bidang XY dengan vektor kecepatan yang dinyatakan oleh 2 3 6 . Vektor posisi

8. Menerapkan persamaan percepatan rata-rata pada bidang dalam pemecahan masalah.

Diketahui vektor kecepatan sebuah mobil

adalah 2 2 3 3 .

Besar percepatan rata-rata mulai t = 0 s sampai dengan t = 2 s adalah…

Dengan menggunakan kurva v-t, gunakanlah cara grafis untuk menentukan percepatan pada t = 5 s

percepatan sesaat untuk

Posisi sebuah bola hoki (dalam meter) sejak bergerak dalam bidang

(71)

 

gerak pada bidang. -XY dinyatakan oleh 3 4 dan

5 6. Besar percepatan yang dialami bola hoki saat t = 5 s

Angket ini digunakan untuk meneliti aktivitas (tabel XI) dan keterampilan kooperatif (tabel XII) siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, bagaimana siswa berproses bersama di kelas. Angket diberikan kepada seluruh siswa di dalam kelas setelah pembelajaran mengenai Posisi, kecepatan, dan Percepatan Gerak pada Bidang selesai.

Tabel XI. Angket Aktivitas Siswa di Kelas

No Pernyataan Ya Tidak

1. Saya mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru selama KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berlangsung

2. Saya membaca Lembar Kegiatan yang diberikan oleh guru

3. Saya mengerjakan persoalan atau tugas-tugas yang diberikan oleh guru

4. Saya menulis catatan penting dari hasil diskusi/ hasil kerja kelompok/ penjelasan Guru

5. Saya berdiskusi dengan teman membicarakan bahan/ materi pelajaran

6. Saya menyumbangkan ide atau gagasan pada saat berdiskusi

7. Saya bertanya kepada teman apabila tidak jelas/ kurang paham terhadap materi pelajaran

(72)

 

9. Saya menjawab pertanyaan dari teman yang bertanya semampu yang saya bisa

10. Saya aktif belajar saat pembelajaran berlangsung

Tabel XII. Angket Keterampilan Siswa Bekerja Sama di Kelas

No Pernyataan Ya Tidak

1. Anda berpartisipasi saat proses belajar mengajar berlangsung (misalnya mengutarakan pendapat/ maju ke depan mengerjakan soal)

2. Anda sudah berusaha membantu yang lain untuk mengutarakan pendapat/ mengerjakan soal 3. Anda sudah saling mendengarkan satu sama lain 4. Anda menunjukkan tanda (misalnya

menganggukkan kepala) bahwa anda mendengarkan

5. Anda memuji teman yang telah bekerja dengan baik (misalnya mengungkapkan pendapatnya yang bagus/ memberi pujian saat maju ke depan untuk mengerjakan soal)

6. Anda memperhatikan satu sama lain 7. Anda saling bertanya

8. Anda mengerjakan tugas/ tes tepat waktu 9. Anda saling membantu dalam memahami

konsep

10. Anda menghargai perbedaan individu (ras, suku, agama, budaya) di kelas.

c. Wawancara

(73)

 

(tabel XIV) terhadap metode kooperatif tipe TGT yang digunakan di dalam kelas, apakah mempunyai pengaruh yang positif terhadap proses dan hasil belajar siswa.

Wawancara yang dipakai adalah wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci (Arikunto,1989:127). Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap metode kooperatif tipe TGT yang digunakan di dalam kelas.

Tabel XIII

Tabel Rencana Wawancara Untuk Siswa

No Soal Wawancara

1. Bagaimana menurut kamu pembelajaran dengan metode kooperatif tipe TGT yang dilaksanakan di kelas tadi?

2. Apakah kamu menyukai model pembelajaran tersebut, mengapa? Ceritakan!

3. Apakah kamu merasa lebih mengerti atau memahami materi dengan model pembelajaran tersebut?

Tabel XIV

Tabel Rencana Wawancara Untuk Guru

No Soal Wawancara

1. Menurut Bapak/ Ibu, bagaimana pembelajaran metode kooperatif tipe TGT yang dilaksanakan di kelas tadi?

2. Apakah Bapak/ Ibu akan memakai model

pembelajaran kooperatif tipe TGT di dalam kelas? Mengapa?

3. Menurut Bapak/ Ibu, apa kelebihan dari pembelajaran metode kooperatif tipe TGT yang dilaksanakan di kelas tadi?

(74)

 

F. VALIDITAS

Untuk menentukan apakah instrumen yang digunakan sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti menggunakan validitas isi atau content validity. Instrument penelitian yang diberikan berupa angket aktivitas dan keterampilan bekerja sama siswa di kelas untuk mengetahui proses belajar siswa. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan instrument tes tertulis yang mencakup 10 indikator pembelajaran pada bahasan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan pada Gerak dalam Bidang. Selain menggunakan validitas isi, pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkonsultasikan instrument yang digunakan dalam penelitian ini kepada dosen pembimbing.

G. METODE ANALISIS DATA

1. Pretes dan Postes

Pretes dan postes dianalisis secara tiga tahap, yaitu:

a. Menggunakan tes pilihan ganda bertingkat. Karena bentuk soal berupa pilihan ganda bertingkat, siswa tidak hanya memilih jawaban tetapi juga menjelaskan alasan yang berupa uraian atau perhitungan. Maka, alasan diberi bobot yang lebih tinggi. Diberi skor 1 untuk pilihan yang benar dan diberi skor 2 untuk alasan yang benar masuk akal/ logis. b. Menggunakan Test-T untuk kelompok dependent. Analisis ini

(75)

 

c. Menggunakan Test-T untuk 2 group yang independen. Analisis ini digunakan untuk membandingkan apakah kelas yang diajar dengan TGT lebih baik dibandingkan dengan kelas yang diajar dengan metode ceramah.

Jadi dari analisis ketiga tahap tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan, apakah ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan metode kooperatif tipe TGT.

2. Angket

Analisis ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian “Bagaimana aktivitas dan keterampilan siswa selama belajar menggunakan kooperatif tipe TGT?”

Data hasil pengamatan aktivitas dan keterampilan siswa menggunakan kooperatif tipe TGT dianalisis secara kualitatif menggunakan angket. Cara Penskoran:

Ya : mempunyai bobot 1 Tidak : mempunyai bobot 0

(76)

  3. Wawancara

(77)

61   

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Berikut adalah jadwal dan proses pengumpulan data penelitian (Tabel XV):

Tabel XV. Jadwal dan Proses Pengumpulan Data Penelitian

Hari/ tanggal Pukul Kelas Kegiatan

Selasa, 14 Juli 2009 12.30 – 13.15 XI A2 Pretes, membagi kelompok, siswi

mempelajari indikator 1 & 2. Rabu, 15 Juli 2009 11.45 – 12.30 XI A2 Siswi mempelajari indikator 3 – 7

dalam kelompok.

Jumat, 17 Juli 2009 07.30 – 08.15 XI A2 Siswi mempelajari indikator 8 – 10

dalam kelompok.

11.45 – 12.30 XI A3 Pretes, siswi mempelajari indikator

1 & 2 Selasa, 21 Juli 2009 11.45 – 13.15 XI A2 Game

Rabu, 22 Juli 2009 11.45 – 12.30 XI A2 Postes, siswi mengisi angket,

wawancara.

11.45 – 13.15 XI A3 Siswi mempelajari indikator 3 - 7

Kamis, 23 Juli 2009 06.45 – 07.30 XI A3 Siswi mempelajari indikator 8 -10

Jumat, 24 Juli 2009 06.45 – 08.15 XI A3 Latihan soal, Postes, Mengisi

Angket, Wawancara.

Alasan peneliti memilih SMA Stella Duce 1 sebagai tempat penelitian karena peneliti pernah mempunyai pengalaman mengajar saat PPL pada bulan Juli – Agustus 2008 di SMA tersebut. Peneliti berharap dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan di SMA tersebut.

(78)

   

dalam Bidang. Kedua kelas ini memakai metode pembelajaran yang berbeda. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT diterapkan di kelas XI IPA 2, sedangkan metode ceramah diterapkan di kelas XI IPA 3. Metode ceramah digunakan sebagai metode pengontrol yang nantinya akan dibandingkan dengan metode TGT untuk mengetahui pengaruh proses dan hasil belajar siswi.

B. Data Penelitian

Berikut ini, pada tabel XVI dan tabel XVII akan dijabarkan data penelitian pretes, postes, angket aktivitas siswi, angket keterampilan siswi di kelas, dan wawancara dari metode TGT dan ceramah.

1. Data Pretes, Postes, Angket Aktivitas Siswi di Kelas, dan Angket Keterampilan  Bekerja Sama di Kelas Menggunakan Metode TGT  

Tabel XVI. Data Pembelajaran Metode TGT

(79)

 

A : Angket Aktivitas Siswi di Kelas

K : Angket Keterampilan bekerja Sama di kelas

(80)

 

A : Angket Aktivitas Siswi di Kelas

(81)

   

3. Data Wawancara

Wawancara dilakukan setelah metode kooperatif tipe TGT dan metode ceramah diterapkan kepada siswi dengan kelas yang berbeda. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan, yaitu TGT dan ceramah.

Berikut ini adalah data olahan wawancara kepada siswi yang diterapkan dengan metode TGT.

Pertanyaan 1 : bagaimana menurutmu tentang pembelajaran yang dilakukan di kelas tadi?

Jawaban : asik, menyenangkan, seru, dan menarik.

Pertanyaan 2 : apakah kamu suka dengan model pembelajaran tersebut? Jawaban : suka.

Pertanyaan 3 : apakah kamu merasa lebih mengerti atau memahami materi dengan model pembelajaran tersebut?

Jawaban : iya lebih bisa memahami.

Berikut ini adalah data wawancara kepada guru tentang TGT.

Pertanyaan 1 : menurut Bapak, bagaimana pembelajaran yang dilakukan di kelas tadi?

Jawaban : bagus tapi anak masih kaget.

Pertanyaan 2 : apakah Bapak akan memakai model pembelajaran tersebut?

(82)

   

Pertanyaan 3 : menurut Bapak apa kelebihan dari pembelajaran tersebut? Jawaban : siswi mengolah informasi atau materi yang ada dan lebih

banyak berkomunikasi dengan teman membicarakan materi.

Pertanyaan 4 : menurut Bapak apa kelemahan dari pembelajaran tersebut Jawaban : menyita waktu cukup banyak.

Berikut ini adalah data olahan wawancara kepada siswi yang diterapkan dengan metode ceramah.

Pertanyaan 1 : bagaimana menurutmu tentang pembelajaran yang dilakukan di kelas tadi?

Jawaban : lumayan dan biasa saja.

Pertanyaan 2 : apakah kamu suka dengan model pembelajaran tersebut? Jawaban : suka-suka saja (2), setengah suka (1), tidak terlalu suka

(1), dan tidak suka (1).

Pertanyaan 3 : apakah kamu merasa lebih mengerti atau memahami materi dengan model pembelajaran tersebut?

Gambar

Gambar 1. Aturan Permainan TGT ...................................................................
Gambar 1. Aturan Permainan (TGT) 
Tabel I. Bagan Rangkaian Fase-fase dalam Proses Belajar di Sekolah
Gambar 3. Vektor‐vektor satuan pada sumbu X dan Y 
+7

Referensi

Dokumen terkait

THE ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM PERFORMANCE IN RUMAH SAKIT ISLAM. SITI

Pemodelan data yang digunakan dalam sistem informasi akademik berbasis web pada SMK Pelayaran Sinar Bahari Palembang adalah dengan menggunakan Entity Relantionship Diagram

Konsult ansi Pekerjaan Pengawasan Renovasi Gedung Kant ordan Perluasan Ruang Kerja. Pengadilan Neger i Bat uraja Tahun Anggaran 2016, pada Program Peningkat

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD merupakan lembaga baru di desa pada era otonomi

Terlepas dari tugas dan wewenang di atas, pelimpahan kewenangan dari pusat ke daerah juga bertujuan untuk menjalankan amanah Konstitusi sekaligus pembangunan Nasional,

Bukti Kepemilikan atau Bukti sewa Peralatan/Perlengkapan (apabila sewa) (sesuai yang dipersyaratkan) Mengingat pentingnya acara ini diminta kepada saudara hadir tepat waktu dan

mengenai keyakinan atas kemampuannya untuk mengontrol peristiwa atau situasi yang ia hadapi, pada aspek ini dapat dijelaskan dengan teori sosiometer oleh Leary, dkk.,

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan implementasi Pendidikan Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan oleh tutor dan nara sumber teknis di